Anda di halaman 1dari 8

TUGAS 1

MINERAL ZEOLIT DAN BENTONIT


(SIFAT, AKTIVASI DAN MANFAAT)

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kimia Sumber Daya Alam


Dosen: Dra. Sri Wardhani, M.Si

Disusun Oleh :

Asyfariatus Zulfa Azhar (145090201111035)

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

2017
A. ZEOLIT
 Sifat Zeolit
Zeolit merupakan mineral yang dapat mendidih atau mengembang ketika dipanaskan.
Zeolit merupakan kristal berongga yang terbentuk oleh jaringan silika alumina tetrahedral tiga
dimensi dan mempunyai struktur yang relatif teratur dengan rongga yang di dalamnya terisi
oleh logam alkali atau alkali tanah sebagai penyeimbang muatannya. Rongga-rongga tersebut
merupakan suatu sistem saluran yang didalamnya terisi oleh molekul air. Pada umumnya, zeolit
dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu zeolit alam dan zeolit sintetik. Zeolit alam biasanya
mengandung ion K+, Na+, Ca2+ atau Mg2+. Zeolit alam mempunyai kelimpahan yang cukup
besar di Indonesia khususnya pada daerah yang secara geografis terletak di jalur pegunungan
vulkanik, seperti Jawa Timur, Jawa Barat, dan Lampung. Sedangkan zeolit sintetik hanya
mengandung ion K+ atau Na+. Zeolit sintetis adalah suatu senyawa kimia yang mempunyai
sifat fisik dan kimia yang sama dengan zeolit alam. Zeolit ini dibuat dari bahan lain dengan
proses sintesis. Zeolit sintetis dapat dibuat menggunakan tiga jenis bahan kimia yang
kegunaannya sama dengan zeolit alam, yaitu karbon aktif, silika gel, dan zeolit buatan. (Lestari,
2010).
Zeolit alam mempunyai beberapa sifat di antaranya dehidrasi, adsorbsi, penukar ion,
katalisator dan separator. Proses dehidrasi mempunyai fungsi utama melepas molekul air dari
kerangka zeolit sehingga mempertinggi keaktifan zeolit dengan proses pemanasan. Dehidrasi
menyebabkan zeolit mempunyai struktur pori yang sangat terbuka, dan mempunyai luas
permukaan yang luas sehingga mampu mengadsorpsi sejumlah besar substansi selain air dan
mampu memisahkan molekul zat berdasarkan ukuran molekul dan kepolarannya. Zeolit alam
mempunyai struktur rangka, mengandung ruang kosong yang ditempati oleh kation dan
molekul air yang bebas sehingga memungkinkan pertukaran ion (Mahaddilla dan Putra, 2013).
Sifat zeolit sebagai penukar ion karena adanya kation logam alkali dan alkali tanah. Kation
tersebut dapat bergerak bebas di dalam rongga dan dapat dipertukarkan dengan kation logam
lain dengan jumlah yang sama. Akibat struktur zeolit berongga, anion atau molekul berukuran
lebih kecil atau sama dengan rongga dapat masuk dan terjebak.
Pada umumnya komposisi zeolit alam mengandung klinoptilolit, mordenit, chabazit, dan
erionit. Warna dari zeolit adalah putih keabu-abuan, putih kehijau-hijauan atau putih kekuning-
kuningan. Densitas zeolit antara 2,0 - 2,3 g/cm3, dengan bentuk halus dan lunak. Zeolit
merupakan mineral alami aluminosilikat yang terhidrasi. Zeolit termasuk golongan yang
dikenal sebagai mineral "tektosilikat". Zeolit alam biasanya terbentuk dari perubahan batuan
yang kaya akan gelas di danau atau air laut (Erdem, 2004).
 Manfaat Zeolit
 Manfaat Zeolit di Bidang Pertanian Sebagai Bahan Pembenah Tanah
Berdasarkan hasil penelitian oleh Pusat Penelitian Teknologi Mineral, jenis mineral zeolit
yang ditemukan umumnya adalah klinoptilolit dan mordenit. Lokasi penambangan secara
komersial terdapat di Lampung, Bayah, Sukabumi, Bogor, Bandung, Tasikmalaya, dan
Malang. Dari sejumlah besar deposit zeolit, baru sebagian kecil yang sudah dimanfaatkan
untuk berbagai keperluan. Contohnya, zeolite digunakan sebagai bahan SRF (slow release
fertilizer) yang didasarkan pada sifat zeolit yang memiliki KTK (kapasitas tukar kation) tinggi
dan kemampuan dapat menjerap ion ammonium (Suwardi, 2009). Mineral zeolit dapat
meningkatkan efisiensi pupuk nitrogen, dimana bahan alam ini memiliki KTK tinggi (120-180
meq/100g) dan berongga dengan ukuran rongga sesuai dengan ukuran ion amonium sehingga
zeolit dapat menjerap ion amonium sebelum berubah menjadi nitrat. Sebagai bahan pembenah
tanah, jumlah zeolit yang perlu diberikan sekitar 10-20 ton/ha terutama pada tanah dengan
KTK rendah seperti tanah berpasir, tanah Podsolik, dan tanah Oksisol. Zeolit diberikan pada
tanah, karena zeolit mempunyai kapasitas penyerapan hara terutama K dan NH4 yang tinggi,
maka kemampuan tanah dalam mengikat unsur-unsur tersebut dapat meningkat. Pengurangan
kehilangan nitrogen baik karena pencucian ataupun nitrifikasi dapat meningkatkan hasil
produksi tanaman (Suwardi, 2009).
Sebagai campuran pupuk, pemberian zeolit dapat dicampur dengan pupuk khusunya urea
sebelum ditebarkan atau diberikan ke lahan pertanian dengan perbandingan zeolit dan urea 1:1.
Zeolit juga dapat dicampurkan dengan pupuk urea sebelum dibuat pupuk urea granul. Cara ini
dapat menghemat penggunaan zeolit dengan hasil produksi yang cukup baik. Cara lain adalah
mencampur zeolit dengan pupuk bahan kompos sebelum proses pengomposan. Zeolit dapat
meningkatkan mutu kompos dan dapat mengurangi bau kompos pada saat proses dekomposisi.
Jumlah zeolit yang diberikan antara 10-30% bahan kompos. Pemberian kompos yang
mengandung zeolit dalam jangka panjang akan meningkatkan kandungan zeolit di lahan
pertanian. Disamping itu pemberian kompos merupakan cara yang sangat baik untuk
mempertahankan kualitas tanah. Kompos dapat memperbaiki sifat-sifat fisik, kimia, dan
biologi tanah. Disamping itu kompos mengandung unsur hara yang berguna bagi tanaman
(Suwardi, 2009).
 Manfaat Zeolit pada Bidang Peternakan
Penggunaan zeolit dalam bidang pertenakan di Indonesia baru berkembang pada dua
dekade terakhir ini sebagai campuran pakan ternak, perbaikan lingkungan peternakan maupun
sebagai media pertumbuhan tanaman atau hijauan makanan ternak. Pada peternakan unggas
atau ayam, zeolit digunakan untuk mengurangi bau yang timbul dari kotoran hewan ternak
tersebut. Penggunaannya adalah dengan menaburkan zeolit secara langsung pada kotoran
ayam. Penambahan 10% zeolit pada kotoran dapat mengurangi pembentukan gas ammonia dan
H2S, sebagai gas utama pembentuk bau pada kotoran ayam (Pollung, 2005). Pemanfaatan
zeolit untuk mengolah limbah peternakan sapi dengan mencampurkan langsung ke kotoran
sapi, zeolit akan menyerap kation dan atau anion penyebab bau yang ada dalam kotoran
sehingga tidak akan mudah terlepas. Zeolit juga mampu menggumpalkan kotoran sehingga
dapat mempercepat proses pematangan kotoran sapi sebagai pupuk organik.
 Aktivasi Zeolit
Sebelum digunakan sebagai adsorben, zeolit alam harus diaktifkan terlebih dahulu agar
jumlah pori-pori yang terbuka lebih banyak sehingga luas permukaan pori-pori bertambah .
Proses aktivasi zeolit dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu secara fisis dan kimiawi. Aktivasi
secara fisis berupa pemanasan zeolit dengan tujuan untuk menguapkan air yang terperangkap
dalam pori-pori kristal zeolit sehingga luas permukaan pori-pori bertambah. Pemanasan
dilakukan dalam oven biasa pada suhu 300-400˚C dengan pemanasan secara penghampaan
selama 3 jam atau 5 – 6jam (skala besar). Semakin tinggi temperatur akan menurunkan
kecepatan adsorpsi uap air oleh zeolite. Aktivasi secara kimia dilakukan dengan larutan asam
H2SO4 atau basa NaOH dengan tujuan untuk membersihkan permukaan pori, membuang
senyawa pengotor dan mengatur kembali letak atom yang dipertukarkan. Pereaksi kimia
ditambahkan pada zeolit yang telah disusun dalam tangki dan diaduk dalam jangka waktu
tertentu. Zeolit kemudian dicuci dengan air sampai netral dan selanjutnya dikeringkan. Zeolit
yang baik untuk adsorben yaitu apabila diaktifkan akan memberikan rasio Si/Al yang tinggi
(10-100). Zeolit dengan rasio Si/Al tinggi bersifat hidrofob (Rini dan Anthonius, 2009).
B. BENTONIT
 Sifat Bentonit
Salah satu kelompok tanah liat yang berperan dalam proses adsorpsi adalah kelompok
montmorilonite. yang merupakan mineral liat dengan rumus umum Al2O3.4SiO2.H2O + xH2O.
Salah satu jenis mineral liat dari kelompok montmorilonite adalah bentonit. Bentonit memiliki
atom-atom Mg dan ion-ion Fe pada lembar oktahedralnya. Mineral-mineral pada kelompok
montmorilonite mempunyai ukuran butiran yang sangat halus, dengan luas area permukaan
spesifiknya adalah sekitar 400-800 m2/g. Tingginya nilai luas permukaan spesifik dan
lemahnya ikatan antara lembar penyusunnya, menyebabkan mineral ini akan mengembang bila
berinteraksi dengan air. Pengembangan ini disebabkan oleh penyerapan air dalam ruang antar
lembar tersebut (misel), dan bila mineral liat mengering maka akan menyusut dan mengeras.
Tingginya daya mengembang atau mengerut dari montmorillonit menjadi alasan bentonit dapat
menyerap dan memfiksasi ion-ion logam dan persenyawaan organic (Supeno, 2007).
 Manfaat Bentonit
 Tanah Bentonit Sebagai Adsorben Logam Cu
Bentonit dapat digunakan sebagai bahan adsorpsi karena memiliki kemampuan untuk
mengembang dan memiliki kation-kation yang dapat ditukarkan. Namun kemampuan
adsorpsinya terbatas sehingga perlu diaktifkan dengan asam kuat. Ca-bentonit yang diaktifkan
dengan menggunakan asam kuat HCl. Aktivasi dilakukan dengan cara merendam mineral
bentonit dalam 200 ml HCl dengan variasi konsentrasi berbeda (0,4; 0,8; 1,2; 1,6; 2,0 M) sambil
diaduk selama 6-30 jam kemudian disaring dan dicuci menggunakan air. Padatan yang
didapatkan dikeringkan dalam oven pada suhu 105 ˚C untuk menghilangkan kadar air. Bentonit
aktif ditambahkan dalam larutan Cu 100 ppm sambil di aduk dan hasil rendaman kemudian
disaring dan filtratnya diambil. Kemudian dilakukan analisa kadar logam Cu dengan
Spektofotometri Serapan Atom (SSA) (Bath, dkk, 2012).
 Manfaat Bentonit Sebagai Adsorben Minyak Goreng Bekas Hasil Pemurnian
Upaya pengolahan minyak jelantah (minyak goreng bekas) dapat dilakukan dengan
berbagai cara, salah satunya dengan cara adsorpsi. Pemilihan adsorben dapat menggunakan
bahan galian misalnya bentonit, zeolit maupun limbah hasil pertanian berupa sekam padi,
tempurung kelapa, ampas tebu, jerami padi, tongkol jagung, dan lain-lain. Selain bentonite,
bioadsorben yang digunakan adalah ampas pati aren karena memiliki kandungan selulose yang
tinggi sekitar 60% tanpa diarangkan. Menurut (Rahayu dan Sari, 2014), bahan berselulose
tinggi, seperti sabut dan tempurung kelapa, yang tidak diarangkan mampu menurunkan
kandungan asam lemak bebas (FFA) dan angka peroksida (PV) dalam minyak jelantah,
meskipun kurang efektif untuk memucatkan warna gelap minyak. Untuk mengantisipasi hal
tersebut maka dilakukan kombinasi dengan bentonit yang telah dikenal sebagai bahan
penjernih (bleaching) minyak.
Penelitian dilakukan dengan metode adsorpsi dengan menggunakan campuran ampas pati
aren dan bentonit yang telah diaktivasi asam dengan ratio 1:1 pada berbagai suhu antara 40-
150˚C selama 20 hingga 100 menit, dapat menurunkan kandungan asam lemak bebas, angka
peoksida dan memucatkan warna minyak goreng bekas (Rahayu dan Sari, 2014). Kemampuan
serap komponen peroksida dalam minyak jelantah oleh bentonit aktif disebabkan oleh gugus
silanol yang terbentuk dari senyawa SiO2 dalam bentonit pada saat aktivasi asam. Atom
hidrogen dari gugus silanol akan berikatan hidrogen dengan gugus oksigen-karbonil (-C=O)
pada asam lemak bebas sehingga molekul asam lemak bebas dapat teradsorpsi pada permukaan
adsorben (Kinanthi, 2008). Kemampuan ini yang menyebabkan adsorben bentonit dapat
menurunkan bilangan asam dalam minyak goreng bekas (Tanjaya, 2006).
 Manfaat Zeolit sebagai Adsorben Pewarna Tekstil
Adsorpsi pewarna tekstil oleh zeolit maupun bentonit secara umum dapat dikategorikan
sebagai reaksi pertukaran ion, karena molekul pewarna umumnya besar sehingga tidak
dimungkinkan masuk ke dalam pori, meskipun pori adsorben telah dibesarkan. Akibat
protonasi permukaan bentonit pada pH rendah mengakibatkan permukaan bentonit bermuatan
positif. Situs aktif bentonit pada proses adsorpsi akan mengikat gugus hidroksil pewarna naftol.
Bentonit yang diaktivasi dengan asam nitrat 1 M pada suhu kamar kemampuan adsorpsi
bentonit terhadap naftol adalah sebesar 40 %. Meskipun zeolit juga memiliki permukaan
dengan situs aktif H+ tetapi daya adsorpsinya terhadap naftol lebih rendah dibandingkan
bentonit. Rendahnya daya adsorpsi zeolit mungkin disebabkan asam pengaktif yang digunakan
untuk mengaktifkan terlalu pekat. Keasaman permukaan (asam Bronsted) bentonit relatif tinggi
sehingga mampu mengadsorp lebih besar dibandingkan zeolite (Widjajanti, 1996).
Rhodamin B juga dapat diadsorp oleh bentonit yang telah diaktivasi dengan HCl
maupun H2SO4 pada suhu kamar sebesar 20 %. Adsorpsi naftol dengan menggunakan asam
klorida sebagai pengaktif menghasilkan kemampuan adsorpsi terhadap rhodamin B yang
setingkat dengan kemampuan adsorpsi bentonit teraktivasi asam sulfat. Bila dipandang dari
kebolehjadian jumlah H+ yang dapat diikat oleh permukaan, maka asam sulfat mempunyai H+
yang lebih banyak, sehingga seharusnya mempunyai situs permukaan aktif yang lebih besar.
Tetapi kemampuan adsorpsinya sama dengan bentonit teraktivasi asam klorida, dapat
disebabkan kerusakan struktur bentonit akibat pengasaman H2SO4 lebih besar dibandingkan
dengan HCl.
 Aktivasi Bentonit
 Aktivasi Bentonit Sebagai Adsorben Minyak Goreng Bekas Hasil Pemurnian
Bentonit dengan ukuran 100 mesh dicampur dengan larutan HCl 5 N yang merupakan asam
kuat yang mampu menarik ion logam pengotor, dan memiliki sifat higroskopis yang mampu
menarik molekul air yang terperangkap dalam pori-pori tanah liat, sehingga mampu
meningkatkan daya adsorpsi pada tanah liat. Kemudian dipanaskan selama 2 jam pada suhu
sekitar 70 ºC sambil diaduk. Bentonit disaring, dicuci dengan air sampai pH air pencuci > 4,
kemudian dikeringkan pada suhu 105 ºC selama 4 jam (Tanjaya, 2006). Bentonit alam yang
diaktivasi dengan larutan HCl lebih efektif dalam menurunkan warna, kadar bilangan asam,
dan bilangan peroksida pada pemurnian minyak dibandingkan bentonit yang diaktivasi dengan
H2SO4.
 Aktivasi Bentonit Sebagai Adsorben Logam Cu
Proses aktivasi menggunakan asam (HCl, H2SO4 dan HNO3) untuk menghasilkan bentonit
dengan kemampuan adsorpsi yang lebih tinggi. Aktivasi bentonit menggunakan asam akan
menghasilkan bentonit dengan situs aktif lebih besar dan keasamaan permukan yang lebih
besar, sehingga akan dihasilkan bentonit dengan kemampuan adsorpsi yang lebih tinggi
dibandingkan sebelum diaktivasi. Masing-masing bentonit dengan ukuran 100 mesh direndam
dalam 200 ml HCl dengan variasi konsentrasi berbeda sambil diaduk. Aktivasi dilakukan
selama 6-30 jam kemudian disaring dan dicuci menggunakan air (Bath, dkk, 2012).
DAFTAR PUSTAKA

Bath, S. Daniel, Siregar, M. Jenal, Lubis, M. Turmuzi, 2012, Penggunaan Tanah Bentonit
Sebagai Adsrorben Logam Cu, Jurnal Teknik Kimia, Vol 1, No 1

Erdem, E, N. Karapinar, R. Donat, 2004, The removal of heavy metal cations by natural
zeolites, Journal of Colloid and Interface Science 280, Elsevier, hlm 309–314

Lestari, D. Yuanita, 2010, Kajian Modifikasi dan Karakterisasi Zeolit Alam dari Berbagai
Negara, Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia FMIPA UNY

Mahaddilla, F. Melta, dan Putra, Ardian, 2013, Pemanfaatan Batu Apung Sebagai Sumber
Silika dalam Pembuatan Zeolit Sintetis, Jurnal Fisika Unand, Vol 2, No. 4

Pollung, H. Siagian, 2005, Penggunaan Zeolit dalam Bidang Peternakan, Jurnal Zeolit
Indonesia, Vol 4 (2), hal. 70 -77

Rini, D. Kusuma dan Anthonius, F, 2009, Optimasi Aktivasi Zeolit Alam Untuk
Dehumidifikasi, Universitas Diponegoro, Semarang

Supeno, M, 2007, Bentonit Alam Terpilar Sebagai Material Katalis/ Co-Katalis Pembuatan
Gas Hidrogen dan Oksigen Dari Air, Universitas Sumatra Utara

Suwardi, 2009, Teknik Aplikasi Zeolit di Bidang Pertanian Sebagai Bahan Pembenah Tanah,
Jurnal Zeolit Indonesia, Vol 8 (1), hal 33-38

Tanjaya, A, 2006, Aktivasi Bentonit Alam Pacitan sebagai Bahan Penjerap pada Proses
Pemurnian Minyak Sawit, Jurnal Teknik Kimia Indonesia, Vol 5, (1), hlm 429-434

Widjajanti, Endang, 1996, Daya Adsorpsi Zeolit dan bentonit terhadap alkil benzene sulfonat
dalam deterjen, Jurnal Penelitian Iptek dan Humaniora, No. 1

Anda mungkin juga menyukai