Anda di halaman 1dari 34

Transformator

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Transformator atau transformer atau trafo adalah komponen elektromagnet yang dapat
mengubah taraf suatu tegangan AC ke taraf yang lain.

Transformator step-down

Adaptor AC-DC merupakan piranti yang menggunakan transformator step-down


Prinsip kerja
Transformator bekerja berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik. Tegangan masukan bolakbalik yang membentangi primer menimbulkan fluks magnet yang idealnya semua bersambung
dengan lilitan sekunder. Fluks bolak-balik ini menginduksikan GGL dalam lilitan sekunder. Jika
efisiensi sempurna, semua daya pada lilitan primer akan dilimpahkan ke lilitan sekunder.

Hubungan Primer-Sekunder

Fluks pada transformator


Rumus untuk fluks magnet yang ditimbulkan lilitan primer adalah
untuk GGL induksi yang terjadi di lilitan sekunder adalah

dan rumus
.

Karena kedua kumparan dihubungkan dengan fluks yang sama, maka


dimana dengan menyusun ulang persamaan akan didapat

sedemikian

hingga
. Dengan kata lain, hubungan antara tegangan primer dengan tegangan
sekunder ditentukan oleh perbandingan jumlah lilitan primer dengan lilitan sekunder.
Kerugian dalam transformator
Perhitungan diatas hanya berlaku apabila kopling primer-sekunder sempurna dan tidak ada
kerugian, tetapi dalam praktek terjadi beberapa kerugian yaitu:
1. kerugian tembaga. Kerugian
dalam lilitan tembaga yang disebabkan
oleh resistansi tembaga dan arus listrik yang mengalirinya.
2. Kerugian kopling. Kerugian yang terjadi karena kopling primer-sekunder tidak
sempurna, sehingga tidak semua fluks magnet yang diinduksikan primer memotong

lilitan sekunder. Kerugian ini dapat dikurangi dengan menggulung lilitan secara berlapislapis antara primer dan sekunder.
3. Kerugian kapasitas liar. Kerugian yang disebabkan oleh kapasitas liar yang terdapat
pada lilitan-lilitan transformator. Kerugian ini sangat memengaruhi efisiensi
transformator untuk frekuensi tinggi. Kerugian ini dapat dikurangi dengan menggulung
lilitan primer dan sekunder secara semi-acak (bank winding)
4. Kerugian histeresis. Kerugian yang terjadi ketika arus primer AC berbalik arah.
Disebabkan karena inti transformator tidak dapat mengubah arah fluks magnetnya
dengan seketika. Kerugian ini dapat dikurangi dengan menggunakan material
inti reluktansi rendah.
5. Kerugian efek kulit. Sebagaimana konduktor lain yang dialiri arus bolak-balik, arus
cenderung untuk mengalir pada permukaan konduktor. Hal ini memperbesar kerugian
kapasitas dan juga menambah resistansi relatif lilitan. Kerugian ini dapat dikurang
dengan menggunakan kawat Litz, yaitu kawat yang terdiri dari beberapa kawat kecil
yang saling terisolasi. Untuk frekuensi radio digunakan kawat geronggong atau lembaran
tipis tembaga sebagai ganti kawat biasa.
6. Kerugian arus eddy (arus olak). Kerugian yang disebabkan oleh GGL masukan yang
menimbulkan arus dalam inti magnet yang melawan perubahan fluks magnet yang
membangkitkan GGL. Karena adanya fluks magnet yang berubah-ubah, terjadi olakan
fluks magnet pada material inti. Kerugian ini berkurang kalau digunakan inti berlapislapis.
Efisiensi
Efisiensi transformator dapat diketahui dengan rumus
Karena adanya kerugian
pada transformator. Maka efisiensi transformator tidak dapat mencapai 100%. Untuk
transformator daya frekuensi rendah, efisiensi bisa mencapai 98%.
Jenis-jenis transformator
Step-Up

lambang transformator step-up


Transformator step-up adalah transformator yang memiliki lilitan sekunder lebih banyak
daripada lilitan primer, sehingga berfungsi sebagai penaik tegangan. Transformator ini biasa

ditemui pada pembangkit tenaga listrik sebagai penaik tegangan yang


dihasilkan generator menjadi tegangan tinggi yang digunakan dalam transmisi jarak jauh.

Step-Down

skema transformator step-down


Transformator step-down memiliki lilitan sekunder lebih sedikit daripada lilitan primer, sehingga
berfungsi sebagai penurun tegangan. Transformator jenis ini sangat mudah ditemui, terutama
dalam adaptor AC-DC.
Autotransformator

skema autotransformator
Transformator jenis ini hanya terdiri dari satu lilitan yang berlanjut secara listrik, dengan sadapan
tengah. Dalam transformator ini, sebagian lilitan primer juga merupakan lilitan
sekunder. Fasa arus dalam lilitan sekunder selalu berlawanan dengan arus primer, sehingga untuk
tarif daya yang sama lilitan sekunder bisa dibuat dengan kawat yang lebih tipis dibandingkan
transformator biasa. Keuntungan dari autotransformator adalah ukuran fisiknya yang kecil dan
kerugian yang lebih rendah daripada jenis dua lilitan. Tetapi transformator jenis ini tidak dapat
memberikan isolasi secara listrik antara lilitan primer dengan lilitan sekunder.
Selain itu, autotransformator tidak dapat digunakan sebagai penaik tegangan lebih dari beberapa
kali lipat (biasanya tidak lebih dari 1,5 kali).
Autotransformator variabel

skema autotransformator variabel


Autotransformator variabel sebenarnya adalah autotransformator biasa yang sadapan tengahnya
bisa diubah-ubah, memberikan perbandingan lilitan primer-sekunder yang berubah-ubah.

Transformator isolasi
Transformator isolasi memiliki lilitan sekunder yang berjumlah sama dengan lilitan primer,
sehingga tegangan sekunder sama dengan tegangan primer. Tetapi pada beberapa desain,
gulungan sekunder dibuat sedikit lebih banyak untuk mengkompensasi kerugian. Transformator
seperti ini berfungsi sebagai isolasi antara dua kalang. Untuk penerapan audio, transformator
jenis ini telah banyak digantikan oleh kopling kapasitor.
Transformator pulsa
Transformator pulsa adalah transformator yang didesain khusus untuk memberikan keluaran
gelombang pulsa. Transformator jenis ini menggunakan material inti yang cepat jenuh sehingga
setelah arus primer mencapai titik tertentu, fluks magnet berhenti berubah. Karena GGL induksi
pada lilitan sekunder hanya terbentuk jika terjadi perubahan fluks magnet, transformator hanya
memberikan keluaran saat inti tidak jenuh, yaitu saat arus pada lilitan primer berbalik arah.
Transformator tiga fase
Transformator tiga fase sebenarnya adalah tiga transformator yang dihubungkan secara khusus
satu sama lain. Lilitan primer biasanya dihubungkan secara bintang (Y) dan lilitan sekunder
dihubungkan secara delta ( ).

Pengukuran Satuan Magnet


Pertama-tama kita harus terbiasa dengan besaran yang beragam yang berhubungan
dengan magnetisme. Ada lebih banyak besaran sistem magnetdibandingkan dengan sistem listrik.
Jika listrik mempunyai besaran dasar yaitu tegangan (E), arus (I), tahanan (R), dan daya (P). Tiga
besaran pertama berhubungan satu sama lain oleh hukum Ohm (E = IR ; I = E/R ; R = E/I),
sedangkan daya berhubungan dengan tegangan, arus dan tahanan oleh hukum Joule (P = IE ; P =
I2R ; P = E2/R).
Akan tetapi magnetisme memiliki besaran yang berhubungan dengan besaran yang berhubungan
dengan :
Gaya gerak magnet (Magnetomotive force) = Besaran gaya medan magnet atau dorongan.
Analoginya dengan gaya gerak listrik (electromotive force).
Fluks medan magnet () = Besaran total effek medan atau substansi dari medan. Analoginya
dengan arus listrik.
Kuat medan magnet (H) = Jumlah gaya medan (mmf) yang terdistribusi sepanjang
elektromagnet. Kadan-kadang disebut sebagai gaya magnet.
Kerapatan fluks (B) = Jumlah fluks medan magnet yang terkonsentrasi pada luas yang diberikan.

Reluktansi (R)= Perlawanan terhadap fluks medan magnet melalui volume yang diberikan dari
ruang atau bahan. Analoginya dengan reisitansi listrik.
Permiabilitas () = Ukuran khusus dari sifat menerima bahan terhadap fluks medan magnet,
analoginya dengan resistansi jenis dari bahan konduktor(), sifatnya adalah kebalikan dari
resistansi jenis (semakin besar permiabilitas semakin mudah pula fluks magnet mengalir,
sedangkan pada resistansi jenis semakin besar nilainya maka akan semakin sulit arus listrik
mengalir).
Hubungan antara gaya medan magnet, fluks medan dan reluktansi sama seperti hubungan antara
besaran listrik dari gaya gerak listrik (E), arus (I) dan resistansi (R). Hubungan pada magnet juga
memberikan persamaan hukum Ohm.

Dan permiabilitas yang diberikan memiliki analogi yang terbalik dengan resistansi jenis,
persamaan menunjukkan reluktansi bahan magnet sangat mirip analoginya dengan resistansi dari
konduktor :

Dalam kasus yang lain, sebatang bahan yang lebih panjang memberikan perlawanan yang lebih
besar, jika semua nilai besaran yang lain sama. Akan tetapi, semakin besar luas penampang maka
perlawanan akan semakin kecil jika semua nilai besaran lain sama.
Suatu koreksi yang utama di sini bahwa reluktansi dari bahan terhadap fluks magnet biasanya
berubah terhadap fluks konsentrasi fluks yang melaluinya. Ini membuat hukum Ohm untuk
rangkaian magnet tidak linier dan jauh lebih sulit untuk menghitungnya dibandingkan dengan
rangkaian listrik dengan hukum Ohm.
Garis Gaya Magnet
Bumi merupakan magnet alam raksasa, buktinya mengapa kompas menunjukkan arah utara dan
selatan bumi kita. Karena sekeliling bumi sebenarnya dilingkupi garis gaya magnet yang tidak
tampak oleh mata kita tapi bisa diamati keberadaannya dengan kompas. Batang magnet
menghasilkan garis gaya magnet yang melingkupinya dengan arah dari utara ke selatan.
Pembuktian sederhana dapat dilakukan dengan menempatkan batang magnet di atas selembar

kertas. Di atas kertas taburkan serbuk besi secara merata, yang terjadi adalah bentuk garis-garis
dengan pola-pola melengkung oval diujung-ujung kutub Gambar 1. Ujung kutub utara selatan
muncul pola garis gaya yang kuat. Daerah netral pola garis gaya magnetnya lemah.

Gambar 1 Pola garis medan magnet permanen


Arah garis gaya magnet dengan pola garis melengkung mengalir dari arah kutub utara menuju
kutub selatan Gambar 2. Di dalam batang magnet sendiri garis gaya mengalir sebaliknya, yaitu
dari kutub selatan ke kutub utara. Di daerah netral tidak ada garis gaya di luar batang magnet.

Gambar 2 Garis medanmagnet utara-selatan


Pembuktian secara visual garis gaya magnet untuk sifat tarik-menarik pada kutub berbeda dan
sifat tolak-menolak pada kutub sejenis dengan menggunakan magnet dan serbuk halus besi
Gambar 3. Kutub yang sejenis utara-utara, garis gaya saling menolak satu dan lainnya. Pada
kutub yang berbeda utara-selatan, garis gaya magnet memiliki pola tarik-menarik. Sifat tarikmenarik dan tolak-menolak magnet menjadi prinsip dasar motor listrik.

Gambar 3 pola garis medan magnet tolak menolak dan tarik menarik
Untuk mendapatkan garis gaya magnet yang merata di setiap titik permukaan maka ada dua
bentuk yang mendasari rancangan mesin listrik. Bentuk datar (flat) akan menghasilkan garis
gaya merata setiap titik permukaannya. Bentuk melingkar (radial), juga menghasilkan garis gaya
yang merata setiap titik permukaannya Gambar 4.

Gambar 4 Garis gaya magnet pada permukaan rata dan silinder

Konstruksi Transformator
Transformator sering juga disebut trafo memiliki konstruksi dan simbol seperti pada gambar 1
berikut ini.

Ga
mbar 1 konstruksi dan simbol transformator
Keterangan dari gambar 1 :
NP : jumlah lilitan primer
NS : jumlah lilitan sekunder
VP : tegangan primer
VS : tegangan sekunder
Sebuah trafo terdiri dari kumparan dan inti besi. Biasanya terdapat 2 buah kumparan yaitu
kumparan primer dan kumparan sekunder. Kedua kumparan ini tidak berhubungan secara fisik
tetapi dihubungkan oleh medan magnet. Untuk meningkatkan induksi magnetik antara 2
kumparan maka ditambahkan inti besi seperti pada gambar 1.
Inti besi pada trafo dibedanya menjadi 2 macam yaitu :
1. 1. Inti besi tipe Shell (Shell Core Transformator)
2. 2. Inti besi tipe tertutup (Closed Core Transformator)
Kedua jenis inti besi ini dapat dilihat seperti pada gambar 2 berikut ini.

Gambar 2 inti trafo


Pada trafo dengan inti besi berbentuk shell, kumparan dikelilingi oleh inti besi. Fluks magnetik
pada inti besi tipe shell akan terbelah dua (lihat gambar 2). Sementara kumparan primer dan

kumparan sekunder digulung bersamaan. Untuk trafo yang memiliki inti besi tipe tertutup. Tidak
ada pembagian fluk magnetik. Kumparan primer dan kumparan sekunder terpisah dan
dihubungkan dengan inti besi.
Inti besi trafo tidak dibuat berbentuk besi tunggal, tetapi dibuat dari pelat besi yang berlapis
lapis. Bentuk lapisan pelat besi pada inti trafo dapat dilihat seperti pada gambar 3 berikut ini.

Gambar 3 inti besi berlapis pada trafo


Cara menghubungkan lapisan inti besi juga bermacam-macam. Beberapa cara yang umum
digunakan dapat dilihat seperti pada gambar 4 berikut ini.

Gambar 4
cara menghubungkan lapisan inti besi pada trafo
Mengapa inti besi sebuah trafo harus dibuat berlapis-lapis?.
Untuk menjawab pertanyaan ini , kita terlebih dahulu harus mempelajari rugi-rugi yang terjadi
pada inti besi. Rugi rugi yang terjadi pada inti besi disebut iron losses (rugi-rugi besi).
Kerugian pada inti besi terdiri dari :
1. Hysterisis losses (rugi-rugi histerisis)
Kerugian histerisis disebabkan oleh gesekan molekul yang melawan aliran gaya magnet di dalam
inti besi. Gesekan molekul dalam inti besi ini menimbulkan panas. Panas yang timbul ini
menunjukan kerugian energi, karena sebagian kecil energi listrik tidak dipindahkan , tetapi
diubah bentuk menjadi energi panas. Panas yang tinggi juga dapat merusak trafo ,sehingga pada

trafo trafo transmisi daya listrik ukuran besar, harus didinginkan dengan media pendingin.
Umumnya digunakan minyak khusus untuk mendinginkan trafo ini.
Sebuah trafo didesain untuk bekerja pada rentang frekuensi tertentu. Menurunnya frekuensi arus
listrik dapat menyebabkan meningkatnya rugi-rugi histerisis dan menurunkan kapasitas (VA)
trafo.
2. Kerugian karena Eddy current (eddy current losses)
Kerugian karena Eddy current disebabkan oleh aliran sirkulasi arus yang menginduksi logam. Ini
disebabkan oleh aliran fluk magnetik disekitar inti besi. Karena inti besi trafo terbuat dari
konduktor (umumnya besi lunak), maka arus Eddy yang menginduksi inti besi akan semakin
besar. Eddy current dapat menyebabkan kerugian daya pada sebuah trafo karena pada saat terjadi
induksi arus listrik pada inti besi, maka sejumlah energi listrik akan diubah menjadi panas. Ini
merupakan kerugian.
Untuk mengurangi arus Eddy, maka inti besi trafo dibuat berlapis-lapis, tujuannya untuk
memecah induksi arus Eddy yang terbentuk di dalam inti besi. Perbedaan induksi arus Eddy di
dalam inti besi tunggal dengan inti besi berlapis dapat dilihat pada gambar 5 berikut ini.

Gambar 5 Inti besi utuh dan inti besi


berlapis
3. Rugi-rugi tembaga (copper losses)
Rugi rugi yang ketiga adalah rugi-rugi tembaga (copper losses). Rugi-rugi tembag terjadi di
kedua kumparan. Kumparan primer atau sekunder dibuat dari gulungan kawat tembaga yang
dilapisi oleh isolator tipis yang disebut enamel. Umumnya kumparan dibuat dari gulungan kawat
yang cukup panjang. Gulungan kawat yang panjang ini akan meningkatkan hambatan dalam
kumparan. Pada saat trafo dialiri arus listrik maka hambatan kumparan ini akan mengubah
sejumlah kecil arus listrik menjadi panas yaitu sebesar (i2R). Semakin besar harga R maka
semakin besar pula energi panas yang timbul di dalam kumparan. Mutu kawat yang bagus
dengan nilai hambatan jenis yang kecil dapat mengurangi rugi rugi tembaga.

Sebuah trafo yang ideal diasumsikan:


1. Tidak terjadi rugi-rugi hysterisis
2. Tidak terjadi induksi arus Eddy
3. Hambatan dalam kumparan = 0, akibatnya tidak ada rugi-rugi tembaga
Gulungan kawat pada kumparan trafo
Menggulung kawat pada kumparan trafo tidak dilakukan dengan sembarangan, tetapi mengikuti
aturan tertentu. Pada trafo fase tunggal, terdapat 2 gulungan kumparan, yaitu gulungan pada
kumparan primer yang terhubung langsung ke sumber arus listrik dan gulungan kumparan
sekunder yang terhubung langsung ke beban. Perbandingan jumlah gulungan antara kumparan
primer dan kumparan sekunder akan menentukan jenis trafo, apakah jenis step-up atau stepdown. Bila gulungan kawat pada kumparan primer lebih banyak dibandingkan dengan gulungan
kawat pada kumparan sekunder maka trafo akan berfungsi sebagai penurun tegangan atau stepdown trafo. Sebaliknya jika gulungan kawat pada kumparan sekunder lebih banyak dari pada
gulungan kawat pada kumparan primer, maka trafo akan berfungsi untuk menaikan tegangan
atau step-up trafo.
Jenis material kawat yang banyak digunakan untuk membuat kumparan adalah kawat tembaga.
Kawat tembaga memiliki konduktivitas listrik yang bagus, tetapi memiliki berat yang besar.
Untuk mengurangi berat transformator, sering juga digunakan jenis kawat aluminium. Kawat
dengan bahan dasar aluminium memiliki berat jenis yang kecil, tetapi kawat ini tidak tahan
terhadap panas dan konduktivitasnya masih lebih kecil dibandingkan dengan tembaga.
Satu hal yang penting dalam menggulung kumparan trafo adalah arah gulungan (orientasi titik).
Kumparan primer dan kumparan sekunder dapat digulung searah, tetapi dapat juga digulung
berlawanan arah. Hal ini akan berpengaruh ke fasa arus listrik. Apabila kumparan primer dan
kumparan sekunder digulung searah, maka fasa arus listrik pada kumparan primer akan sama
dengan fasa arus listrik pada kumparan sekunder. Sebaliknya apabila arah gulungan kumparan
primer dan sekunder berlawanan arah, maka fasa arus listrik pada kumparan primer akan
berlawanan dengan fasa arus listrik pada kumparan sekunder. Untuk jelasnya dapat dilihat pada
gambar 6 berikut ini.

Ga
mbar 6 gulungan searah dan gulungan berlawanan
Trafo dapat digunakan untuk menaikan atau menurunkan tegangan. Trafo yang digunakan untuk
menaikan tegangan disebut trafo step up sedangkan trafo yang digunakan untuk menurunkan
tegangan disebut trafo step-down. Pada trafo step up tegangan pada sisi sekunder akan lebih
tinggi dari tegangan pada sisi primer sebaliknya pada trafo step down tegangan sisi sekunder
akan lebih rendah dari tegangan pada sisi primer. Selain trafo step-up dan trafo step down juga
ada trafo impedansi. Trafo impedansi tidak menaikan atau menurunkan tegangan, tetapi
digunakan untuk menyesuaikan impedansi suatu rangkaian listrik atau dapat juga digunakan
sebagai beban dan filter terhadap medan magnet.
Tegangan pada sisi primer (Vp) dan tegangan sekunder (Vs) ditentukan oleh jumlah lilitan kawat
pada kumparan primer dan sekunder. Perbandingan antara lilitan kawat pada kumparan primer
(Np) dan lilitan kawat pada kumparan sekunder (Ns) disebut rasio lilitan (n). Sedangkan
perbandingan antara tegangan primer (Vp) dengan tegangan sekunder (Vs) disebut rasio
tegangan. Besar rasio tegangan dengan rasio lilitan harus sama. Sehingga secara matematis dapat
ditulis :

Persamaan 1 berlaku bila fluks medan magnet primerdan fluks medan magnet sekundersama.
Rasio lilitan merupakan salah satu faktor penting dalam mendesain dan membuat trafo.
Contoh 1

Sebuah trafo memiliki jumlah lilitan kumparan primer 1500 dan jumlah lilitan pada kumparan
sekunder 500 hitunglah berapa rasio lilitan trafo tersebut. Bila pada sisi primer diberi tegangan
listrik AC 300 V, hitunglah tegangan pada sisi sekunder bila fluks magnet primer dan sekunder
sama.
Jawab
Bila fluks medan magnet pada sisi primer dan sekunder sama, maka berlaku:

Cara kerja transfromator

Gambar 7 fluks
medan magnet pada inti besi
Pada trafo kumparan primer dan kumparan sekunder tidak berhubungan sama sekali, jadi
bagaimana daya listrik dapat berpindah dari primer ke sekunder?.
Penghubung antara kumparan primer dan kumparan sekunder adalah fluks medan magnet.
Ketika kumparan primer dialiri arus listrik AC, maka pada kumparan primer akan timbul medan
magnet disekelilingnya yang disebut mutual induktansi. Mutual induktansi ini bekerja menurut
hukum Faraday tentang induksi magnet pada kawat yang dialiri arus listrik. Kuat medan magnet
berubah dari nol hingga maksimum yang dinyatakan dengan
Garis gaya magnet ini keluar dari kumparan primer dan diarahkan oleh inti besi. Fluk magnetik
ini berputar di dalam inti besi seperti pada gambar 2. Fluks medan magnet berubah naik dan
turun sesuai dengan sumber arus AC yang diberikan.

Besar medan magnet yang diinduksikan ke inti besi ditentukan oleh besarnya arus listrik dan
jumlah lilitan kumparan. Semakin besar lilitan kumparan dan semakin besar arus listrik yang
mengalir, maka semakin besar juga fluks medan magnet yang diinduksikan ke inti besi.
Ketika medan magnet ini memotong atau masuk ke kumparan sekunder, maka pada kumparan
sekunder akan timbul gaya gerak listrik yang disebut tegangan induksi. Besar tegangan induksi
ditentukan menurut hukum faraday yaitu :

Tegangan induksi ini tidak mengubah frekuensi, sehingga frekuensi pada kumparan primer akan
sama dengan frekuensi pada kumparan sekunder.
Bila kira mempunyai sebuah trafo dengan 1 lilitan tunggal pada kumparan primer dan demikian
juga dengan kumparan sekunder. Jika tegangan 1 volt diberikan pada kumparan primer dan
diasumsikan tidak ada kerugian, arus listrik yang mengalir cukup untuk membangkitkan fluks
medan magnet dan menghasilkan tegangan induksi sebesar 1 volt pada 1 lilitan di kumparan
sekunder. Ini yang disebut dengan besar tegangan per lilitan.
Jika fluk medan magnet bervariasi sebesar = max sint, maka hubungan antara induksi emf,
(E) dan N diberikan :

Tegangan maksimum jika Cos(wt) = 1, atau

Tegangan rms (rms = root mean square) adalah :

Persamaan ini dikenal dengan nama transformer EMF equation. Untuk kumparan primer maka
digunakan NP dan untuk kumparan sekunder digunakan Ns. Trafo tidak dapat bekerja pada arus
DC, karena arus DC tidak menimbulkan fluk medan magnet.
Contoh 2
Sebuah trafo mempunyai 480 lilitan pada kumparan primer dan 90 lilitan pada kumparan
sekunder. Fluk magnet maksimum sebesar 1,1 Tesla pada tegangan 2000 Volt dengan frekuensi
50 Hz, hitunglah :
1.
2.
3.

Fluks maksimum di inti besi


Luas penampang inti
Induksi emf sekunder

Jawab :
Fluks maksimum di inti besi

Luas penampang inti

Induksi emd sekunder

Daya Transformator
Daya trafo dinyatakan dalam satuan VA (Volt-Ampere). Untuk ukuran yang lebih besar
dinyatakan dalam satuan kVA (kiloVolt-ampere). Pada trafo yang ideal, daya yang diberikan
pada kumparan primer akan seluruhnya dipindahkan ke kumparan sekunder tanpa rugi-rugi.
Trafo ideal tidak mengubah daya yang diberikan, hanya mengubah tegangan. Trafo hanya dapat
menaikkan atau menurunkan tegangan tetapi tidak dapat menaikan daya listrik. Secara
matematis, daya sebuah trafo dapat dituliskan :

Dimana p dan s adalah fase pada primer dan sekunder.


Efisiensi transformator
Sebuah trafo tidak membutuhkan bagian yang bergerak untuk memindahkan energi dari
kumparan primer ke kumparan sekunder. Ini berarti tidak ada kerugian karena gesekan atau
hambatan udara seperti yang terdapat pada mesin mesin listrik (contoh motor listrik dan
generator). Namun di dalam trafo juga terdapat kerugian yang disebut rugi-rugi tembaga (copper
losses) dan rugi-rugi besi (iron losses). Rugi-rugi tembaga terdapat pada kumparan primer dan
kumparan sekunder, sedangkan rugi-rugi besi terdapat dalam inti besi. Rugi-rugi ini berupa
panas yang dilepaskan akibat terjadinya Eddy current. Tetapi rugi-rugi ini sangat kecil. Efisiensi
sebuah trafo dapat dihitung dengan membandingkan daya yang dikeluarkan di kumparan
sekunder dengan daya yang diberikan pada kumparan primer.
Sebuah trafo ideal akan memiliki efisiensi sebesar 100 %. Artinya semua daya yang diberikan
pada kumparan primer dipindahkan ke kumparan sekunder tanpa ada kerugian. Sebuah trafo
yang real memiliki efisiensi di bawah 100% dan pada saat beban penuh (full load) efisiensi trafo
berkisar pada harga 94 96%. Untuk trafo yang bekerja pada tegangan dan frekuensi yang
konstan, efisiensi trafo dapat mencapai 98%. Efisiensi trafo dapat dinyatakan :

Transformator dengan banyak kumparan


Pada pembahasan sebelumnya kita hanya melihat trafo dengan 2 kumparan, yaitu 1 kumparan
primer dan 1 kumparan sekunder. Tetapi, trafo dapat dibuat dengan banyak kumparan, baik pada
kumparan primer maupun pada kumparan sekunder. Trafo dengan banyak kumparan
disebut multiple winding transformer.
Prinsip kerja trafo dengan banyak kumparan sama dengan trafo dengan 2 kumparan. Perhitungan
tegangan primer, tegangan sekunder, jumlah lilitan primer dan jumlah lilitan sekunder serta arah
lilitan sama dengan perhitungan pada trafo dengan 2 kumparan. Hal yang perlu diperhatikan
adalah polaritas tegangan pada kumparan, baik kumparan primer maupun kumparan sekunder.
Gambar 7 menunjukan skema trafo dengan banyak kumparan.

Ga
mbar 7 skema trafo dengan banyak kumparan
Gambar 7 menunjukan sebuah trafo yang memiliki 2 kumparan primer dan 3 kumparan
sekunder. Kumparan primer trafo dapat dihubungkan secara seri atau paralel. Apabila hendak
dihubungkan dengan tegangan yang lebih tinggi kumparan primer dapat dihubungkan seri. Bila
kumparan primer dihubungkan secara parelel, maka kumparan primer dapat dialiri arus listrik
yang lebih besar lagi. Demikian juga dengan kumparan sekunder. Bila dihubungkan secara seri,
maka tegangan yang dihasilkan akan semakin besar, dan bila dihubungkan secara paralel, maka
arus yang dihasilkan akan semakin besar.
Proses menghubungkan 2 kumparan atau lebih, harus diperhatikan polaritas masing -masing
kumparan. Kumparan yang dihubungkan seri atau paralel harus memiliki polaritas yang sama.
Gambar 8 memberikan contoh cara menghubungkan kumparan -kumparan primer dan kumparan
kumparan sekunder.

Ga
mbar 8 contoh gabungan beberapa kumparan pada trafo
Trafo certer tap (Trafo CT)
Trafo CT adalah trafo step-down yang kumparan sekundernya memiliki titik tengah (center tap).
Trafo ini digunakan untuk menciptakan 2 tegangan sekunder yang sama. Trafo CT digunakan
untuk membuat power supply bipolar. Gambar 9 menunjukan skema trafo CT.

Gambar 9 skema
trafo CT
Gambar 10 dan gambar 11 menunjukan 2 macam trafo step down yang banyak digunakan pada
saat ini. Gambar 10 menunjukan jenis trafo CT dan gambar 11 menunjukan jenis trafo engkel.
Trafo engkel adalah sebutan untuk trafo standar yang memiliki 1 kumparan primer dan 1
kumparan sekunder.

Gambar 10 contoh trafo engkel

Gambar 11 contoh trafo CT


Histerisis (Histerysis)
Adalah perbedaan atau penyimpangan yang timbul sewaktu dilakukan pengukuran secara
berkesinambungan dari dua arah yang berlawanan. Mulai dari minimun (nol) sampai maksimum.
Cara Supaya histerisis tidak terjadi adalah gesekan antara poros dan bantalan harus dihilangkan
atau setidak-tidaknya diperkecil.
Sekering (dari bahasa Belanda zekering) adalah suatu alat yang digunakan sebagai pengaman
dalam suatu rangkaian listrik apabila terjadi kelebihan muatan listrik atau suatu hubungan arus
pendek

Pelebur menurut besarnya tegangan kerjanya dapat dibedakan menjadi:


1.1. Pelebur tegangan rendah
Cara kerjanya
Cara kerja pengaman lebur adalah berdasarkan panas yang timbul akibat listrik yang mengalir
pada elemen pengman lebur.
Pada keadaan normal, yaitu arus yang mengalir pada elemen leburnya atau lebih kecil dari arus
nominal (rating) dari pelebur, suhu elemen lebur (konstan).
Pada keadaan arus yang melebihi arus nominalnya maka suhu elemen leburnya akan naik dengan
cepat dan bila titik cairnya dicapai, maka elemen leburnya akan terputus.
b. Karakteristik Pelebur
Karakteristik waktu pemutusan yang bergantung dari perbandingan antara arus yang melalui
elemen lebur dan arus nominal pelebur.
o arus yang melalui elemen lebur
o arus nominal pelebur
o waktu pemutusan
Pada grafik ditunjukan hubungan antara besarnya arus dan lamanya pemutusan makin besar
harga arus yang mengalir makin cepat pula pemutusannya. Ada harga-harga tertentu diatas harga
nominalnya belum dapat mengakibatkan putusnya pelebur, sehingga pelebur tersebut akan sesuai
bila hanya digunakan sebagai pengaman terhadap gangguan hubung singkat.

Karakteristik waktu pemutusan yang bergantung dari perbandingan antara arus yang melalui
elemen lebur dan arus nominal pelebur.
I : arus yang melalui elemen lebur
In : arus nominal pelebur
t : waktu pemutusan
Bentuk dan konstruksi pelebur
Bentuk dan konstruksi dari pelebur banyak macamnya.entuk dan konstruksi dari pelebur banyak
macamnya. Perbedaan tersebut di karenakan :
kemampuan arus nominalnya
penggunaannya
Pelebur-pelebur dalam pemakaian praktis antara lain seperti:
1). Pengaman lebur sekrup
Kemampuan pengaman pengaman lebur ini terbatas yaitu antara 6 sampai 100 Ampere.
Untuk memudahkan mengetahui besarnya harga arus nominal masing-masing pelebur dapat
dilihat pada sebelah luar patron yang diberi warna yang berbeda-bada untuk setiap harga
nominalnya, Lihat tabel.

2). Pelebur pipa gelas


Harga nominal dari pelebur ini kecil, antara 0,5 sampai 30 Ampere penggunaanya yaitu untuk
pengaman dari alat-alat ukur, rele saluran lain di switch board (papan hubung bagi).
Pemasangannya pada sepatu sekering.

3). Pelebur pita


Kemampuan pelebur ini antara 6 sampai 500 Ampere. Bentuknya kompak dan ringan, dan
mudah diganti kalau putus. Penggunaannya sebagai pengaman pada saluran induk atau saluran
cabang untuk instalasi penerangan maupun instalasi tenaga. Pemasangannya pada pipa (tabung)
porselin pada sepatu sekering

4). Pelebur kawat


Bentuk pelebur hampir sama dengan pelebur pita, yang berbeda adalah elemen leburnya, yaitu
berbentuk bulat. Kemampuannya lebih rendah dari pelebur pita yaitu antara 2 sampai 100
Ampere. Pemakaiannya pada saluran induk instalasi penerangan dan tenaga.

5). Pelebur tabung terbuka


Pelebur ini mempunyai harga nominal sampai 100 Ampere. Penggunaanya sebagai
pengaman saluran induk jaringan tegangan rendah, yaitu perlengkapan hubung bagi tegangan
rendah (PHBTR). Juga digunakan saluran cabang dari instalasi penerangan maupun instalasi
tenaga. Bila elemen lebur dari pelebur ini putus dapat diganti dengan mudah.

6). Pelebur tabung tertutup


Harga arus nominal dari pelebur ini sama dengan pelebur tabung terbuka. Pada pelebur
ini tabung bagian dalamnya berisi serbuk semacam porselin, tujuannya agar pada waktu
pemutusan elemen lebur gas yang terjadi tidak terlalu banyak. Sehingga apabila digunakan pada
tempat yang sempit dan tidak tertutup rapat tidak terlalu menjadikan masalah.

1.2. Pelebur tegangan tinggi


a. Cara kerjanya
Berdasarkan cara kerjanya maka pelebur TT/TM dapat dibedakan:
1). Pelebur penunguan arus nol (the curent a waiting zero type)
Pelebur arus ini menginterupsi sempurna setelah arus ditunggu sama dengan 0
Pada saat tersebut medium/gas pemadaman akan memadsamkan seluruh busur dengan sempurna.
Media/gas pemadaman yang digunakan,antara lain basic acid, minyak vakum. Pelebur ini
menggunakan elemen lebur yang relatif pendek untuk merasakan adanya arus lebih dan saat
dimulainya pembusur apian (arching) yang diperlukan untuk pemutusan. Pelebur yang termasuk
jenis ini ialah explusion fuse, vacum fuse, oil fuse, cut out.
Explusion fuse dalam pemadaman akan melepas gas serta akan menimbulkan suara ledakan
pada waktuy pemutusan sehingga membantu orang yang mendengarnya bahwa fuse link telah
putus. Sehingga pelebur ini lebih sesuai untuk penggunaan luar/tempat terbuka.
2). Pelebur pergeseran nol arus
Pelebur arus ini dalam waktu singkat yang dapat mengubah faktor daya yang rendah menjadi
lebih tinggi dalam rangkaian, sehingga menggeser titk Arus =0 mendekati titik tegengan =0.
b. Karakteristik pelebur
Karakteristik dari pelebur tegangan tinggi adalah lamanya waktu pemutusan bergantung dari
besarnya arus yang mengalir pada peleburnya. Untuk Explusion fuse ada 2 tipe yaitu tipe K
dan tipe T. perbedaan kurva antara kedua tipe didasarkan pada speed ratio, yaitu
perbandingan antar arus leleh minimum pada 0,1 detik dan arus leleh minimum pada 300 atau

600 detik. Untuk fuse link tipe K (tipe lambat) speed ratio= 6-8. untuk fuse link tipe T (tipe
lambat) speed ratio 10-13.
Berdasarkan bentuk fisiknya maka pelebur dapat dibedakan menjadi:

Rumah sekring
Gambar 1.1 memperlihatkan sebuah rumah sekring untuk memasang dalam kotak pengaman
lebur. Jenis ini dilengkapi denganterminal netral (terminal nol).
Menurut ayat 630 B17 hantaran suplainya harus dihubungkan dengan kontak alas rumah sekring.
Kalau hantaran suplai ini juga harus dihuungkan dengan rumah sekring lain, harus digunakan
rumah sekring dengan dua terminal pada kontak alasnya. Sebab menurut ayat 741 A5 sub a satu
terminal hanya boleh digunakan untuk satu kawat saja.

b.Tudung sekring
Tudung sekring memiliki sebuah bumbung berulir jenis E 33, E27 atau E 16. tudung sekring juga
memiliki sebuah jendela kaca kecil (lihat gambar).
Kaca ini dapat dilepas untuk keperluan pengukuran. Setelah pengukurannya selesai kacanya
harus dipasang kembali. Sebab kaca ini dimaksudkan untuk menutupi patron leburnya yang
bertegangan. Selain itu, kalau patronnya tidak diberi tutup kaca, dan terjadi hubungan singkat,
dapat timbul lidah api yang menjilat keluar.

Diameter luar dari bumbung berulir jenis E33, E27 dan E16 masing masing sama dengan 33,
27 dan 16 mm. tudung sekring dengan ulir jenis jenis tersebut masing masing disebut jenis K
III, K II dan K I.
Tudung sekring jenis K III digunakan untuk patron dari 25 A sampai dengan 63 A. jenis K II
digunakan untuk patron 2 A sampai dengan 25 A. jenis K I juga digunakan untuk 2 A sampai
dengan 25 A, tetapi jarang dipakai.

c. Pengepas patron
Pengepas patron memiliki lubang pas dengan diameter yang berbeda beda, tergantung pada
arus nominalnya. Setiap pengepas patron diberi kode warna untuk menandai arus nominalnya.
Juga patron leburnya diberi kode warna yang sama. Jadi patron lebur dan pengepas patron
dengan arus nominal yang sama memiliki warna kode yang sama.

d. Patron lebur
Patron lebur memiliki kawat lebur dari perak dengan campuran beberapa logam lain, antara lain
timbal, seng dan tembaga. Untuk kawat lebur digunakan perak, karena logam ini hamper tidak
mengoksid, dan daya hantarnya tinggi. Jadi diameter kawat leburnya bisa sekecil mungkin,
sehingga kalau kawatnya menjadi lebur, tidak akan timbul banyak uap. Kemungkinan terjadinya
ledakan juga lebih kecil. Selain kawat lebur, dalam patron lebur juga terdapat kawat isyarat dari
kawat kawat tahanan. Kawat isyarat ini di hubungkan paralel dengan kawat lebur. Karena
tahanannya besar, arus yang mengalir dalam kawat isyarat hanya kecil. Pada ujung kawat isyarat
terdapat sebuah piringan kecil berwarna berfungsi sebagaiisyarat. Piringan isyarat ini menekan
sebuah pegas kecil.
Kalau kawat leburnya putus karena arus yang terlalu besar, kawat isyaratnya juga akan segera
putus. Karena itu piringan isyaratnya akan lepas, sehingga dapat diketahui bahwa kawat leburnya
telah putus.
Dalam patron lebur juga terdapat pasir. Pasir ini dimaksudkan untuk memadamkan latu yang
timbil kalau kawat leburnya putus. Dan juga untuk meningkatkan penyaluran panasnya.
Diameter luar dari ujung patron lebur berbeda beda, tergantung pada arus nominalnya. Makin
tinggi arus nominalnya, makin besar diameter ujung patronnya. Karena itu sebuah patron hanya
dapat digunakan untuk pengepas patron yang arus nominalnya sama (jadi warna kodenya sama)
atau yang arus nominalnya lebih tinggi, tetapi tidak sebaliknya.

Prinsip Las Listrik


Pada dasarnya las listrik yang menggunakan elektroda karbon maupun logam menggunakan
tenaga listrik sumber panas. busur listrik yang terjadi yang terjadi antara ujung elektroda dan
benda kerja dapat mencapai temperatur tinggi yang dapat melelehkan sebagai bahan merupakan
[erkalian antara tenaga listrik (E) dengan kuat arus (I) dan waktu yang di tanyakan dalam suatu ,
panas joule atau kalori seperti rumus di bawah ini
H=ExIxt
dimana :
H = panas dalam suatu joule
E = tegangan listrik dalam volt
I = kuat arus dalam amper
t = waktu dalam detik

Ohm's Law

Impedance

Where:
Where:
=
=

Current (amp)
Voltage (volt)

Impedance (ohm)

More Information
Ohm's Law Calculator
Relative
Magnetic
Permeability

Z = Impedance (ohm)
R = Resistance (ohm)
XL = Inductance
Reactance(ohm)

More Information

Where:
Relative Magnetic
Permeability
(dimensionless)
Any Given Magnetic
Permeability (H/m)

Where:

Electrical
= Conductivity
Siemens/m
= Electrical
Resistivity
(ohm-m)

Magnetic
Permeability in Free
Space (H/m), which
is1.257 x 10-6 H/m

XL =
R =

Where:
Phase Angle (deg)
Inductance
Reactance(ohm)
Resistance (ohm)

More Information
Phase Angle Calculator

Conductivity &
Resistivity

Where:

Magnetic Permeability
(Henries/meter)
Magnetic Flux Density
(Tesla)
Magnetizing Force
(Am/meter)

B =
H =

Electrical
Conductivity
(%IACS)

Electrical
Conductivity
(%IACS)

When resistivity is

When conductivity in
S/m or S/cm is known

known

Where:

IACS

S/cm

Electrical
= Conductivity
(% IACS)
Electrical
= Resistivity
(ohm-cm)
Electrical
= Conductivity
(Siemens/cm)

Where:

IACS
S/m
S/cm

More Information
More Information
More Information

Magnetic
Permeability

Phase Angle

Electrical
= Conductivity
(% IACS)
Electrical
= Conductivity
(Siemens/meter)
Electrical
= Conductivity
(Siemens/cm)

More Information

Anda mungkin juga menyukai