Anda di halaman 1dari 8

Khutbah Idul Fitri 1436 H

EFEK TAQWA BAGI DIRI, KELUARGA, DAN KEHIDUPAN BANGSA


Oleh : Nanang Masaudi
, 9

. .
..
Maasyiral Muslimin wal Muslimat Jamaah Shalat Idul Fitri Rahimakumullah !.

Gema takbir dan tahmid terus bersahutan sejak malam hingga pagi ini sebagai
pekik kemenangan dan ekspresi kesyukuran orang-orang beriman di atas medan
perjuangan bernama Ramadhan. Kemenangan melawan hawa nafsu yang
cenderung melahirkan laku buruk manusia, seperti amarah, dendam, bakhil,
tamak, iri dan dengki. Rasa syukur pula nampak menghiasi hari kemenangan ini
atas nikmat yang besar yakni pakaian taqwa yang menjadi hadiah terbaik di
bulan ramadhan. Keimanan kita kini telah menemukan ketaqwaannya melalui
jalan-jalan terjal dan berliku selama ramadhan dan hanya mereka yang
bersabarlah yang dapat mencapai kemenangan gemilang. Olehnya itu merekalah
yang layak bergembira di hari agung ini. Sungguh kerugian yang teramat
besarlah bagi mereka yang gagal menapak jalan kemenangan di bulan suci yang
telah meninggalkan kita dan belum tentu akan menemui kita kembali.
Bagaimana tidak dikatakan rugi, karena kegagalan itu berarti kegagalan meraih
meghfirah, kegagalan meraih pehala yang besar, kegagalan meraih jannah-Nya,
kegagalan memperoleh fitrah, kegagalan meraih kemuliaan seribu bulan,
kegagalan meraih rahmat-Nya dan kegagalan meraih pakaian taqwa.
Kesempatan itu kini telah pergi dan boleh jadi usia hayat kita justeru berakhir di
tahun ini, wallahu alam bisshowab. Namun, jangan patah arang, sehari saja usia
kita tersisa segeralah mendekat kepada Allah sedekat-dekatnya dengan
penyesalan yang sungguh-sungguh niscaya kita akan menemukan Allah Maha
Pengasih dan Maha Penyayang. Bila usia kita panjang maka persiapkanlah iman
kita sejak dini hingga ketika ramadhan itu kembali maka kegagalan hari ini akan
menjadi pelajaran penting untuk meraih sukses di Ramadhan yang akan datang.
, , ,
Kepada mereka yang tengah merayakan kemenangan di hari Idul Fitri ini, selamat
atas kemenangan yang telah diraih dan karena kemenangan ini pula layaklah
kiranya menerima ucapan atau ungkapan doa minal aa-idiin wal faa-izin
(semoga kita termasuk orang-orang yang kembali dan orang-orang yang
menang). Sebulan penuh kita telah di-tarbiyah oleh Allah melalui Ramadhan.
Dengan puasa kita telah memenangkan banyak hal di medan perjuangan ini.
Bahkan di sepuluh hari terakhir kita semakin tenggelam dalam dzikir dan

perenungan sebagai bentuk usaha keras taqarrub ilallah untuk meraih kemuliaan
lailatul qadar sekaligus sebagai peristirahatan jiwa dan pikiran kita dari
kepenatan urusan dunia dan segala beban-bebannya. Kemenagan telah diraih
dan panji taqwa telah berkibar dengan gagah di hati-hati orang-orang yang
beriman.
Jamaah Ied Rahimakumullah!
Ketaqwaan adalah status kemuliaan seorang hamba di sisi Allah SWT. Ini adalah
gelar dunia dan langit yang tak mampu ditandingi oleh seribu gelar dunia
sekalipun. Taqwa adalah aset peradaban umat manusia yang paling haqiqi.
Peradaban yang memiliki nilai tinggi tidak hanya mengandalkan simbol-simbol
kemajuan fisik belaka, seperti gedung-gedung tinggi, jalan-jalan yang lebar, dan
rumah-rumah super mewah. Lebih dari itu peradaban identik dengan nilai-nilai
haqiqi yang membawa pada keteraturan, kedamaian dan kesejahteraan. Itulah
sesungguhnya alamat adanya keberkahan dalam kehidupan. Hilangnya taqwa
akan meyebabkan hilangnya keberkahan. Bila keberkahan telah diangkat dari
kehidupan seseorang atau suatu negeri maka masalah-masalah yang
menyempitkan akan datang silih berganti.
Simaklah firman Allah SWT berikut ini:



Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami
akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka
mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan
perbuatannya. (QS. Al A'raf: 96)
, , ,
Taqwa menjadi modal penting dalam menampilkan jatidiri seorang hamba di
hadapan Sang Khaliq bahkan menjadi perkara yang tidak bisa ditawar-tawar lagi
dalam menciptakan sebuah masyarakat madani dalam satu negeri yang
baldatun thoyyibatun wa robbun ghofur, negeri yang aman, damai dalam
limpahan berkah Allah SWT. Janganlah menilai kemuliaan seseorang hanya dari
merk pakaiannya atau jumlah harta yang ia miliki dan jangan pernah mengukur
kemajuan sebuah bangsa atau masyarakat hanya dari gedung-gedung pencakar
langitnya, tetapi lihatlah dari ciri-ciri ketaqwaannya. Pandanglah cara mereka
memperoleh rezeki, interaksi sosialnya, ghiroh keagamaannya, kehidupan
politiknya, hingga tentu saja adalah tentang ibadahnya. Aspek-aspek kehidupan
itu akan menunjukkan karakter seseorang atau suatu bangsa di sebuah negeri.
Jika karakternya buruk maka itulah alamat kerusakan, namun jika karakternya
baik maka demikian itulah pribadi yang mulia yang kelak akan membentuk
peradaban masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemuliaan. Allah SWT
berfirman:

Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah yang
paling bertakwa di antara kalian. (QS. Al-Hujurat : 13)
Jamaah Ied Rahimakumullah!
Apa sajakah efek dan keutamaan taqwa dalam diri pribadi, keluarga dan
kehidupan bangsa? Mari kita simak uraian berikut ini:
Pertama, Efek dan Keutamaan Taqwa dalam Kepribadian Seorang
Muslim.
Taqwa adalah pakaian terbaik bagi diri kita. Kadang kita sedih ketika baju
kesayangan kita ternyata rusak oleh mesin cuci. Jika yang rusak itu adalah
pakaian biasa mungkin tak ada kekesalan. Persoalannya pakaian tersebut adalah
yang terbaik dan termahal. Itulah hakekat pakaian, setiap kita memiliki satu yang
terbaik dan termahal di antara sekian yang ada. Demikian juga sepatutnya
seorang mu'min ketika kehilangan pakaian terbaiknya. Allah menyediakan satu
pakaian terbaik untuk mereka, yaitu taqwa.
...
"...dan pakaian taqwa itulah yang paling baik." (QS. al-A'raf: 26)
Bila kita sanggup jatuh bangun mengumpulkan harta untuk membeli pakaian
bagus dan perhiasan mahal dan bersedih karena kehilangannya, maka kitapun
harus jauh lebih kuat untuk jatuh bangun demi meraih dan kemudian menjaga
pakaian terbaik dari Allah. Sebaliknya, kemalangan terburuk adalah karena
hilangnya pakaian itu dari diri kita. Ramadhan telah menuntun kita untuk
meraihnya dan Istiqomah adalah sikap terbaik untuk merawatnya agar tetap
bersih.
Ketaqwaan akan melahirkan sifat-sifat terbaik dalam diri seseorang. Tidak hanya
dalam perkara hablum minallah, tetapi juga hablum minannas. Ibadah-ibadah
mahdhah kita seperti sholat, puasa, zakat, haji, dan dzikrullah tak akan memiliki
nilai bila kita buruk dalam menata hubungan dengan alam sekitar, seperti
manusia, lingkungan dan makhluk hidup lainnya. Orang-orang yang bertaqwa
adalah agen-agen rahmatan lilalamin yang selalu membawa kebaikan dan
kedamaian. Mereka bagaikan pohon yang buahnya lebat. Tidak pernah berhenti
memberikan manfaat bagi siapapun selama mereka hidup. Bahkan terhadap
yang berbuat jahat kepada mereka sekalipun, selalu ada kata maaf. Pohon yang
dilempari batu selalu menjatuhkan buahnya kepada yang melemparinya.
Begitulah filosofi yang selalu melekat pada diri orang-orang yang bertaqwa
hingga
Allah
banyak
memberikan
pujian1kepada1mereka.
Ibnu Abbas berkata: " Sesungguhnya amal kebaikan itu akan memancarkan
cahaya di dalam hati, membersitkan sinar pada wajah, kekuatan pada tubuh,

kelimpahan pada rezeki dan menumbuhkan rasa cinta di hati manusia


kepadanya. Sesungguhnya amal kejahatan itu akan menggelapkan hati,
menyuramkan wajah, melemahkan badan, mengurangi rezeki dan menimbulkan
rasa benci di hati manusia kepadanya."
, , ,
Bukan karena jabatan kita menjadi mulia. Bukan juga karena ilmu kita menjadi
mulia. Bukan juga karena harta, kecantikan, dan gelar. Semua itu hanyalah citra
yang melekat pada diri yang sungguh amat merepotkan pemiliknya. Jabatan
akan membuat pemiliknya cenderung merasa selalu kuat dan berada di atas.
Ilmu akan membuat pemiliknya bersikap harus selalu benar alias tidak boleh
salah. Harta akan membuat pemiliknya menjadi takut kehilangan dan merasa
cukup hingga merasa tidak membutuhkan orang lain, justeru orang lainlah yang
membutuhkan dia. Kecantikan akan membuat pemiliknya sibuk dengan peralatan
kecantikan dan segala tetek bengeknya dan dekat dengan fitnah atau1musibah.
Gelar akan membuat pemiliknya selalu merasa bangga diri dan merasa paling
hebat dibidangnya, itulah yang disebut ujub. Citra-citra yang membebani diri itu
juga akan menciptakan banyak penipu di hadapan pemiliknya. Kita baru akan
menyadarinya saat semua citra-citra itu hilang dari kehidupan kita. Itulah
kehormatan semu yang juga hanya akan memperoleh penghormatan semu.
Inilah dunia kamuflase. Ramadhan telah menyematkan ketaqwaan kepada yang
telah meraihnya. Ketaqwaan itulah yang mengantarkan pemiliknya pada
kemuliaan sejati tanpa embel-embel pujian dan penghormatan semu.
Jamaah Ied Rahimakumullah!
Kedua, Efek dan Keutamaan Taqwa dalam Kehidupan Keluarga
Tidak elok kiranya bila dalam sebuah keluarga terdapat dua kutub pihak yang
bertolak belakang khususnya dalam perkara aqidah dan amal sholeh. Katakanlah
seorang bapak yang rajin beribadah tetapi tidak peduli dengan anaknya yang
menjadi anggota geng kelompok kejahatan atau barangkali seorang isteri yang
rajin ke majelis talim sementara suaminya justeru menjadi germo di tempat
hiburan malam. Meski terdengar seolah begitu naf, tetapi dinamika keluarga
yang kontras dalam sikap dan perbuatan masing-masing ternyata adalah perkara
lazim dan ada di sekitar kita bahkan boleh jadi juga menimpa keluarga kita. Di
zaman para nabipun betapa tidak sedikit pula anggota keluarga para nabi yang
menolak dakwah mereka bahkan menentangnya. Seperti nabi Nuh dan anaknya
Kanan yang durhaka, juga nabi Ibrahim dengan ayahnya Azar yang justeru
menjadi
pemahat
berhala1bagi1kaumnya.
Tidak enak pula rasanya membayangkan kehidupan di surga namun terbayang
wajah-wajah anggota keluarga yang menderita karena terpanggang di dalam api
neraka. Sungguh keadaaan yang mengusik ketenangan jiwa bila orang-orang

yang kita cintai di dunia tidak terjangkau hidayah Allah. Keadaan seperti ini tentu
sangat dipahami oleh Allah sehingga wajar bila kita diingatkan dalam firman-Nya:

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikatmalaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa
yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan. (QS. At-Tahrim : 6)
Setiap kali nyala api Jahannam itu akan padam, Kami tambah lagi nyalanya bagi
mereka. (Al-Isra: 97)
Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain,
supaya mereka terus merasakan azab. (An-Nisa: 56).
Begitulah dahsyatnya api neraka yang tentu sangat jauh berbeda dengan api di
dunia. Sungguh malang bila kulit kita, atau isteri kita, atau anak-anak kita dijilat
oleh api yang teramat panas itu. Nauudzu billahi min dzaalik!
Taqwa selayaknya melahirkan kepedulian dan kasih sayang bagi orang-orang
terdekat dalam keluarga kita. Nama dan wajah mereka tak luput untuk selalu
terukir dalam untaian doa-doa harian kita. Setiap anggota keluarga juga saling
mendukung dalam perkara kebaikan dan taqwa dan saling mengingatkan tatkala
dalam kealpaan. Komitmen keluarga yang kokoh dalam pijakan taqwa harus
mengantarkan setiap anggota keluarga pada sebuah visi keluarga untuk terus
bersama hingga di dalam surga. Semoga hal ini dapat kita wujudkan di tengahtengah keluarga kita, amin yaa Robbal alamin.
, , ,
Ketiga, Efek dan Keutamaan Taqwa dalam Kehidupan Bangsa dan
Negara
Negeri-negeri yang makmur dalam naungan Islam bukanlah cerita dongeng
dalam buku-buku sejarah. Negeri itu benar-benar pernah ada dalam peradaban
manusia. Sebut saja masa pemerintahan Rasulullah dan para khulafaurrasyidin di
Madinah, masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz pada periode dinasti bani
umayyah yang mencapai kemakmuran hanya dalam kurun waktu 2 tahun 5 bulan
5 hari hingga diceritakan pada saat itu uang-uang zakat tertumpuk menggunung
karena tak ada lagi penerimanya. Kemudian juga, masa pemerintahan Khalifah
Harun al-Rasyid pada periode dinasti bani Abbasiyyah. Pada masanyalah ummat
Islam pertama kali mengalami puncak keemasannya di segala sektor kehidupan
mulai dari ilmu pengetahuan hingga ekonomi mengalami kemajuan yang cukup
pesat. Tak ketinggalan, masa pemerintahan khalifah Sulaiman al-Qanuni pada

periode dinasti bani Utsmaniyyah, para ahli sejarah sepakat bahwa zaman
Khalifah Sulaiman Al-Qanuni (1520-1566 M) merupakan zaman kejayaan dan
kebesaran yang pada masanya telah jauh meninggalkan negara-negara Eropa di
bidang militer, sains dan politik. Inilah era yang disebut sebagai the golden age
of Islam atau masa keemasan Islam sekaligus sebagai puncak peradaban dunia
di abad pertengahan masehi.
, , ,
Jamaah Idul Fitri rahimakumullah!
Peradaban Islam yang telah membawa kemakmuran itu benar-benar pernah ada,
namun kondisinya kini telah jauh berbeda. Jika di masa lalu negeri-negeri Islam
diliputi keberkahan, maka kini negeri-negeri itu hanya ada tumpukan masalah
mulai dari konflik politik, bencana sosial dan ekonomi, penetrasi budaya, hingga
krisis akhlak. Hal ini tergambar dari sikap para pemimpin-pemimpin Islam dan
juga kalangan muslim yang tidak memahami Islam sebagai agama yang
membawa misi peradaban rahmatan lil alamin.Simak saja berbagai sikap dan
argumen dari berbagai kalangan yang sempat menghiasi isu-isu wacana keIslam-an di negeri ini. Mulai dari poligami yang dihujat di sana-sini karena
dianggap menindas hak-hak perempuan, sementara perzinahan, kumpul kebo,
dan prostitusi dianggap lumrah karena suka sama suka dan tidak ada yang
tersakiti. Sebagai dampak isu terorisme yang digembar-gemborkan oleh mereka
yang memusuhi Islam, kini jilbab besar, jenggotan, orang yang rajin ke mesjid
dikesankan sebagai kelompok yang lebih seram dan harus dicurigai daripada
yang tatoan, mabuk-mabukan dan judi. Yang rutin ke majelis talim dituduh
fanatik, sementara yang setiap akhir pekan ke bioskop dianggap gaul. Yang
hafalan Qurannya banyak dituduh militan sebagai cikal bakal teroris, sementara
yang banyak hafal lagu-lagu cinta dianggap hebat dan berbakat. Yang berpakaian
menutup aurat dianggap sok alim, sementara yang telanjang justeru dianggap
trend dan modis. Yang bicaranya selalu tentang Islam dituduh sok kyai,
sementara yang setiap hari rajin gossip dan ghibah dianggap up to date alias
tidak ketinggalan info. Media-media Islam yang memberitakan pejuang-pejuang
Islam di timur tengah dituduh berbahaya dan harus diblokir, sementara mediamedia yang menyuguhkan pornografi dianggap kebebasan berekspresi dan
dibiarkan menjamur. Umat Islam mengadakan tabligh akbar dan takbiran keliling
untuk syiar Islam dengan tertib dilarang, alasannya bikin macet dan
mengganggu pengguna jalan lain. Sementara pesta rakyat tahun baru yang
isinya konser dugem dan hasilnya kondom bekas dan sampah berserakan justeru
dibiayai dari uang rakyat, alasannya hanya setahun sekali diadakan untuk
hiburan rakyat. Sungguh menyesakkan dada, mengapa harus ummat Islam terus
yang dijadikan sasaran, sebegitu bencikah mereka terhadap agama ini? Mari kita
membuka mata kita, bukanlah keberkahan yang kita peroleh, yang ada hanya
musibah. Bukan juga jalan keluar yang kita dapatkan, yang ada hanya tumpukan
masalah. Bencana ekonomi dengan anjloknya rupiah; bencana moral berupa
merebaknya korupsi, narkoba, dan pergaulan bebas; bencana hukum berupa
hilangnya wibawa hukum negeri ini dan para penegaknya, bencana sosial dengan

tingginya angka kemiskinan serta bencana alam tahunan cukuplah kiranya


membuat kita sadar bahwa negeri ini sedang ditegur! Mumpung belum diazab
dengan petaka yang membinasakan mari memperbaiki diri dan menata negeri
dengan keimanan dan ketaqwaan kita.
, , ,
Jamaah Ied Rahimakumullah!
Disinilah efek ketaqwaan kita harus diwujudkan dalam semangat bersama untuk
membangun negeri yang baldatun thoyyibatun wa robbun ghofur. Negeri yang
ingin mendapat curahan berkah dari langit dan dari bumi hanya
menpersyaratkan satu hal yaitu keimanan dan ketaqwaan para penduduknya
terutama para pemimpinnya. Bila sebuah kekuasaan dapat dimanfaatkan untuk
menegakkan nilai-nilai kebaikan tentu dapat membawa dampak kemaslahatan
bagi segenap ummat. Namun bila sebaliknya maka kerusakanlah yang akan
terjadi. Allah menjanjikan rezeki, keberkahan dan jalan keluar dari setiap masalah
bagi orang-orang yang bertaqwa :

Barangsiapa bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan jalan keluar
baginya dan memberinya rizki dari arah yang tidak disangka-sangka.
(Q.S. At-Thalaq: ayat 2 dan 3)
Orang-orang bertaqwa adalah para pejuang yang telah ditempa dengan
kesabaran selama Ramadhan. Jumlah para pemenang itu barangkali hanya
segelintir saja, tetapi hal ini tidak boleh dijadikan alasan untuk tidak
memperjuangkan kebenaran. Di dalam al-Qur'an Allah menyebut hal-hal yang
tidak disukai-Nya sebanyak 23 kali. Ini lebih banyak dari penyebutan hal-hal yang
disukainya yaitu sebanyak 15 kali. Ada bahasa kode didalamnya dan ini telah
menjadi sunnatullah, bahwa bumi akan selalu didominasi oleh kezholiman dan
hal-hal yang melampaui batas. Kemenangan dan kekalahan selalu dipergilirkan
antara yang haq dan yang bathil. Namun bagaimanapun al-haq tidak boleh
tunduk kepada al-bathil. Meski jumlah kelompok kebaikan itu sedikit, Allah selalu
menjamin kemenangan mereka dengan satu prasyarat yaitu : Sabar.


"Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang
banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar. (Q.S. AlBaqarah: 249).
Iman tak akan menemukan jalan taqwanya tanpa melalui kesabaran. Ramadhan
menjadi kelas khusus bagi orang-orang beriman untuk memantapkan kesabaran
mereka dan sesungguhnya merekalah yang diharapkan dapat memenangkan al-

haq di negeri ini meski kekuatan kelompok bathil jauh lebih banyak. Semoga
suatu saat kelak kita dapat menjelang datangnya generasi yang tercerahkan di
negeri ini dan dapat membawa nasib negeri ini menjadi lebih baik.
Jamaah Ied Rahimakumullah!
Marilah kita berdoa semoga Allah SWT senantiasa meliputi kehidupan kita
dengan
keberkahan
dan
melindungi1kita1dari1segala1musibah1yang1membinasakan.
Yaa Allah, terima kasih atas segala hikmah yang Kau ilhamkan kepada kami
hingga
di
hari
Idul
Fitri
ini,
Terima1kasih1atas1segala1ilmu1yang1Kau1fahamkan1kepada1kami,
Terima kasih atas segala rezeki yang Kau lapangkan untuk kami hingga aku
dapat
berbagi
dengan
yang1lain,
Terima kasih atas iman dan kesabaran yang telah Kau hunjamkan di dada kami,
terima
kasih
yaa
Allah
Tuntunlah1kami1untuk1meniti1jalan1syukur1kami 1pada-Mu.
Limpahkan kebaikan dalam segala urusan kami, curahkan rahmat-Mu dalam
urusan akhirat kami, dan indungilah kami dan keluarga kami beserta orang-orang
yang
kami
cintai
karena-Mu
dari
malapetaka1yang1membinasakan.
Liputi kehidupan kami dengan keberkahan di tahun ini hingga Ramadhan kembali
menjalang
jika
Engkau1menghendaki1kami1bertemu1kembali1dengannya.
Liputi kami dengan keridhoan-Mu bila kelak kami tak bertemu kembali dengan
Ramadhan-Mu. Walhamdulillahi robbil alamin.

Anda mungkin juga menyukai