Anda di halaman 1dari 78

KUMPULAN

ABSTRAK PENELITIAN
TAHUN 2010

Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M)


Universitas Hasanuddin
Kampus Unhas Tamalanrea
Jln. Perintis Kemerdekaan KM. 10 Makassar
Telp. : 0411 587032, , 582500, 588888 Fax.(0411) 587032, 584024
Website : http://www.unhas.ac.id/lppm email : lp2m@unhas.ac.id

PENELITIAN 2010
I. ABSTRAK PENELITIAN HIBAH BERSAING 2010
BIDANG ILMU TEKNOSAINS

1. Bidang Kajian Ilmu MIPA


PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ANTENA MIKROSTIP FEED LINE MULTI LAYER
SUBSTRATE UNTUK KOMUNIKASI WIRELESS
Bualkar Abdullah, Paulus Lobo Gareso dan Nurlaela Rauf
ABSTRAK :
Penelitian tentang perancangan dan pembuatan antenna mikrostrip feed line 3 lapis substrate sebagai lanjutan
dari penelitian untuk 2 lapis substrate yang telah dilakukan di laboratorium optic. Model antenna mikrostrip dan
tetapan dielektrik dari substrate yang digunakan ditentukan lebih dahulu sebelum simulasi dilakukan. Dengan
simulasi ini didapatkan bentuk dan dimensi antenna yang bekerja pada frekuensi 2,4 GHz. Untuk selanjutnya
dibuat desain di PCB substrate FR4 dan di etsa dengan menggunakan larutan FeCIO3. Karakterisasi antenna
dilakukan menggunakan Network Analyzer. Hasil karakterisasi diperoleh nilai Return Loss lebih kecil dari -10
dB,nilai VSWR lebih kecil dari 2 dengan lebar bandwidth sekitar 1.9 GHz,sehingga antenna yang di desain
memenuhi syarat untuk digunakan pada sistem komunikasi wireless.
Kata Kunci : Mikrostrip,Feed Line,Multilayers

GERAKAN MASSA TANAH PADA DAERAH RAWAN LONSSOR


GUNUNG BAWAKARENG
Muh.Altin Massinai, Hasanuddin dan Muh. Imran Tahir
ABSTRAK :
Gunung Bawakareang di Kabupaten Gowa Sulawesi Selatan merupakan sumber bencana tanah longsor yang
berdampak pada sedimentasi dan pendangkalan bendungan Bili-bili. Uji fisik tanah di wilayah lembah gunung
Bawakareang (DAS Jeneberang) dengan menggunakan metode penentuan kadar air,massa jenis
tanah,warna,ukuran butir/partikel,jenis tanah dan factor kestabilan lereng. Hasil uji fisik tanah menunjukkan
bahwa kadar air pada daerah tersebut lebih kecil dari 50% yaitu masing-masing dari tingkat I,II,dan III adalah
27,23% 15,67% dan massa jenis tanah berbeda pada tiap tingkatan. Warna tanah di ketahui dari pengamatan
secara langsung,yaitu coklat kehitaman,coklat kemerahan dan hitam.Sudut kemiringan lereng masing-masing
260,650,dan 480,serta nilai factor keamanan lereng adalah 1,065;0,23;045. Dari jenis tanahnya dan nilai
kestabilan lereng menunjukkan nilai yang tidak stabil,maka dapat diketahui bahwa daerah ini merupakan daerah
rawan longsor.
Kata Kunci : DAS Jeneberang,Longsor,Kadar air Massa jenis tanah,Kestabilan Lereng.

ISOLASI,PEMURNIAN DAN KARAKTERISASI SENYAWA BIOKTIF DARI ALGA MERAH DAN


ALGA HIJAU SEBAGAI BAHAN OBAT ANTIMIKROBA
Seniwati Dali, Hanapi Usman dan Hasnah Natsir
ABSTRAK :
Penelitian ini bermaksud mengekslorasi dan mengkarakterisasi fraksi kloroform (non polar) dan fraksi protein
(Polar) dari spesies alga dan alga hijau di Sulawesi Selatan. Proses ekstraksi dan fraksinasi senyawa nonpolar
dalam fraksi kloroform dilakukan dengan menggunakan pelarut organic berdasarkan sifat polaritasnya. Senyawa
protein bioktif diperoleh melalui serangkaian proses ekstraksi,fraksionasi dengan kejenuhan ammonium sulfat 020%,20-4060%,dan 60-80% yang dilanjutkan dengan proses dialysis. Fraksi kloroform dan protein yang
diperoleh akan diuji pengaruhnya terhadap anti-bakteri dengan metode difusi agar. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa bioaktivitas antibakteri terbesar fraksi protein dari alga merah Gelidium amansii terhadap
Staphylococcus aureus terdapat pada fraksi 0-20% dengan daerah hambatan sebesar 14,43 mm dan bersifat
bakteriostatik. Selanjutnya bioaktivitas antibakteri terbesar fraksi protein dari alga hijuan Turbinaria decurres
terhadap staphylococcus aureus terdapat pada fraksi 0-20% dengan daerah hambatan sebesar 13,30 mm dan
bersifat bakteriostatik. Bioaktivitas antibakteri terbesar fraksi non polar dari alga merah Gelidium amansii
terhadap Salmonella thypi terdapat pada senyawa 1 dengan daerah hambatan sebesar 15,40 mm dan bersifat
bakteriostatik.Sedangkan bioktivitas antibakteri terbesar fraksi non polar dari alga hijau Turbinaria decurrens
terhadap Salmonella thypi terdapat pada senyawa 2 dengan daerah hambatan sebesar 15,00 mm dan bersifat
bakteriostatik. Dari hasil penelitian ini diharapkan munculnya pengetahuan dan pengertian yang lebih baik dari
komponen-komponen bioaktif alga merah dan alga hijau tentang daya hambat secara optimal dan efektifnya
terhadap pertumbuhan bakteri. Hasil penelitian awal ini akan dikembangkan pada cakupan penelitian yang lebih
luas seperti mensintesis senyawa bioaktifnya secara kimia,atau mengkloning protein bioaktifnya,dan uji preklinis dari komponen antimikroba yang diperoleh.
Kata Kunci : Antibakteri,Metode lowry,Fraksi Protein,Alga Merah,Alga Hijau

STUDI PENENTUAN LAJU PEREMBESAN AIR DALAM MEDIA BERPORI MENGGUNAKAN METODA
SELF-POTENTIAL (SP) DAERAH RESAPAN AIR KAMPUS UNHAS TAMALANREA MAKASSAR
Muh.Hamzah Syahruddin, Lantu dan Syamsuddin
ABSTRAK :
Laju peresapan atau perebesan air ke dalam tanah di kampus Unhas Tamalanrea Makassar ditentukan oleh nilai
permeabilitas atau konduktivitas hidroliknya (K). Hasil percobaan laboratorium dari sampel tanah kampus Unhas
Tamalanrea diperoleh nilai K (cm/s) sampel-1 adalah 0,006,sampel-2 0,007,sampel-3 0,014 dan sampel-4 0,022.
Dari nilai permeabilitas tanah kampus UNHAS Tamalanrea tersebut dapat diperoleh nilai konduktivitas
elektrohidroliknya berdasarkan hasil pengukuran self-potential (SP) atau potensial elektrokinetik di laboratorium.
Nilai konduktivitas elektrohidrolik ini menyatakan kemampuan media berpori meluluskan fluida untuk
membangkitkan potensial listrik. Hasil percobaan laboratorium menunjukkan bahwa nilai konduktivitas
elektrohidrolik dalam mV/cm untuk masing-masing samel tanah dari kampus UNHAS Tamalanrea adalah
0,01402,0,01664,0,02843,dan 0,03812. Besar nilai anomaly self-potential (SP) yang terukur di permukaan
adalah nilai potensial elektrokinetik (PE) yang terjadi di bawah permukaan baik secara vertical maupun secara
horisontal.
Kata Kunci : Perembesan,self-potential,permeabilitas

MODEL MATEMATIKA PENYEBARAN VIRUS FLU BURUNG H5N1 PADA POPULASI BURUNG DAN
MANUSIA
Kasbawati dan Budi Nurwahyu
ABSTRAK :
Flu burung merupakan salah satu penyakit endemic dan sangat infektif,yang diakibatkan oleh virus jenis H5NI.
Penyakit ini menarik perhatian semua lapisan masyarakat karena dapat mengakibatkan kematian pada burung
atau manusia yang terinfeksi oleh virus tersebut. Virus H5NI menjakiti manusia melalui interaksi dengan burung
atau unggas yang telah terinfeksi oleh virus tersebut,baik secara langsung maupun tidak. Jika tidak dilakukan
penanganan yang cepat,virus ini dapat mengakibatkan kematian bagi si penderita.Penelitian ini difokuskan pada
pengkajian mengenai model matematika penyakit flu burung dan proses penyebaran virus H5NI,khususnya
dalam populasi burung dan manusia. Setelah melakukan pengumpulan variable dan parameter model melalui
literature yang terkait dalam masalah penyebaran penyakit flu burung, dihasilkan sebuah model melalui
literature yang terkait dalam masalah penyebaran penyakit flu burung,khususnya mengenai perubahan jumlah
dari burung dan manusia yang infektif. Beberapa bentuk strategi yang dihasilkan melalui analisis stabilitas model
dan dapat diterapkan dalam populasi burung untuk mengontrol ataupun mencegah penyebaran virus tersebut
diantaranya adalah menekan jumlah kelahiran burung,melakukan pemusnahan burung,membatasi kontak antara
burung sehat dan burung yang terinfeksi melakukan vaksinasi pada burung sehat. Sedangkan dalam populasi
manusia,beberapa strategi yang dapat dilakukan antara lain mencegah sedapat mungkin kontak antara manusia
sehat dengan manusia yang terinfeksi virus yang virulen,hasil mutasi virus AI dengan virus influenza
manusia,dan meningkatkan pengobatan terhadap penderita flu burung sehingga rata-rata manusia yang
sembuh dapat bertambah. Simulasi numerik yang dilakukan untuk beberapa kondisi memberikan hasil bahwa
pencegahan tidak dapat dilakukan untuk beberapa kondisi memberikan hasil bahwa pencegahan tidak dapat
dilakukan hanya pada populasi burung atau populasi manusia saja akan tetapi harus dilakukan pada kedua
populasi secara bersama sehingga endemic dapat dicegah di dalam sistem. Hasil yang diperoleh ini telah
disebarkan dalam dua seminar nasional dan diharapkan pula hasil tersebut dapat menjadi masukan bagi instansi
yang terkait dan kepada masyarakat pada umumnya dalam proses pengambilan tindakan jika terjadi wabah flu
burung di daerah atau lingkungan mereka.
Kata Kunci : Penyakit Flu Burung,Model Epidemiologi SIR,Basic Reproductive,Number

PENGEMBANGAN MODEL PELABELAN GRAF PADA DISAIN SKEMA PEMBAGI RAHASIA


Muhammad Zakir dan Nurdin
ABSTRAK :
Dalam sistem berbasis informasi,integritas suatu informasi diperoleh melalui rangkaian operasi tertentu yang
dilakukan oleh satu atau lebih partisipan dengan hak akses. Akses tersebut dapat diperoleh melalui penggunaan
kunci (password atau token) yang diatur melalui skema manajemen kunci yang aman. Jika kunci tersebut dibagi
ke beberapa pengguna sedemikian sehingga kunci tersebut hanya dapat direkonstruksi oleh kelompok yang
diserahi wewenang,maka tingkat keamanan informasi yang tinggi akan tercapai. Sistem keamanan informasi ini
biasanya disebut sebagai skema pembagian rahasia (shared security system). Skema pembagian rahasia banyak
digunakan dalam institusi keuangan,jaringan komunikasi,sistem komputasi dengan banyak pengguna,dan juga
untuk keperluan militer. Skema pembagian rahasia (SPR) adalah suatu metode pendistribusian suatu informasi
rahasia S pada kelompok pengguna P sedemikian sehingga hanya subhimpunan terotorisasi dari P yang berhak
mengetahui rahasia,subhimpunan-subhimpunan ini kami namakan himpunan berotoritas,sedangkan
subhimpunan lainnya disebut himpunan tak berotoritas. Sedangkan P melambangkan koleksi dari himpunanhimpunan berotoritas dari P,dan r dinamakan struktur akses. PAda umumnya r bersifat monoton,yaitu jika A Er
dan B) A maka BEr Secara formal,skema pembagian rahasia adalah suatu metode untuk membagun informasi
parsial SI,SI.Sn yang kemudian disebut saham dan kemudian mendistribusikan saham tersebut kepada para
pemegang saham,sedemikian sehingga (i) informasi rahasia S dapat direkonstruksi oleh anggota setiap r,dan (ii)
setiap subhimpunan dari P yang bukan merupakan anggota r tidak dapat memperoleh informasi apapun tentang
S. SPR pertama diperkenalkan oleh Blakley (1978),Shamir(1979) dan chaum (1979) dan kemudian dikaji oleh
banyak peneliti R.Cramer (2000) mengakaji tentang skema pembagi rahasia linier,H.Kunii (2006) mengkaji
tentang kecepatan rata-rata informasi,dan terakhir R.Zhao (2009) mengkaji tentang kegunaan skema pembagi
rahasia untuk mengindentifikasi cek. Diantara peneliti banyak pula yang menggunakan bermacam-macam
struktur matematis sebagai dasar bagi SPR,seperti ruang vector polinom aljabar Boolean geometri desain blok
matroid bujur sangkar latin bujur sangkar ruang (room squares) dan pelabelan graf.Pelabelan garf merupakan
suatu fungsi yang memetakan unsur-unsur graf ke suatu himpunan bilangan bulat positif atu non
negative.Beberapa jenis pelabelan graf telah diketahui,satu diantaranya adalah pelabelan ketakteraturan sisi.
Konsep pelabelan ketekteraturan sisi pertama diperkenalkan oleh Chartrand,dkk pada tahun 1986. Kemudia
pada tahun 2002,Baca,dkk memperkenalkan pelabelan tak teratur lainnya yang didasarkan pada pelabelan total.
Pelabelan jenis ini ada dua jenis,yaitu pelabelan total tak teratur sisi dan pelabelan total tak teratur titik.
Penelitian ini akan difokuskan pada pelabelan total tak teratur titik. Secara formal pelabelan total tak teratur titik
didefenisikan sebagai berikut; Misalkan G=(V.E) merupakan suatu graf dengan himpunan titik V dan himpunan
sisi E. fungsi
VUE (1.2.3k) disebut pelabelan k total tak teratur titik dari g jika bobot setiap titik di V
mempunyai nilai yang berbeda. Bobot suatu sisi s di V adalah jumlah nilai fungsi titik tersebut ditambah dengan
nilai fungsi dari semu sisi yang berinsidensi dengan titik tersebut. Nilai total ketekteraturan titik dari G
dilambangkan dengan tes (G) adalah bilangan bulat terkecil k sedemikian sehingga G mempunyai pelabelab k
total tak teratur titik. Pada penelitian ini dikaji model jaringan yang disederhanakan dalam bentuk graf,yaitu
model jaringan yang diperoleh dari amalgamasi model bintang disamping itu diperoleh suatu algoritma sebagai
berikut : (1) Membuat desain jaringan ke dalam model pelabelan graf (2) Membuat algoritma pelabelan tak
taratur titik pada modal tersebut.

PENGEMBANGAN METODE PENENTUAN BILANGAN RAMSEY DAN APLIKASINYA PADA TEORI


INFORMASI
Jusmawati Massalesse dan Hasmawati
ABSTRAK :
Bilangan Ramsey klasik R(n,M) adalah bilangan bulat terkecil k sedemikian sehingga pewarnaan dua warna pada
sisi-sisi gfar lengkap dengan k titik (Kk) gfar berwarna Kk akan selalu memuat subgraf lengkap Kn atau Km yang
monogromatik. Pada teori informasi bilangan Ramsey klasik R(n,m) adalah maksimum banyaknya huruf yang
dapat dikirim pada penggunaan dua chanel transmisi sedemikian sehingga menghasilkan pesan tanpa suatu
kesalahan,dengan penggunaan string yang paling efiesien. KAjian bilangan Ramsey klasik ini diantaranya
mencari bilangan Ramsey untuk beberapa subgfar dari gfar lengkap Kn pada penelitian di tahun pertama ini
dikaji bilangan Ramsey untuk graf bintang terhadap roda yakni menunjukkan bahwa n > 11 dan n = 3 (mod
4),maka 2n + < R (Sn,W8) <5(n-1 Selaian itu,juga dikaji bilangan Ramsey untuk graf bipartite lengkap yakni
menunjukkan R(K1,5K2,4)=8,R(K1,5,K2,3)= 10,R(K1,5,K2,4)= 11 R(K1,1,5,K2,3)=10 dan R(K,1,5K2,m)=+8 untuk
m=2+4(ki=13i dan k E N.
PENERAPAN METODE TIME SERIES REGRESSION DAN ARIMA DALAM MEMPREDIKSI KUNJUNGAN
WISATAWAN MANCA NEGARA MELALUI BANDARA INTERNASIONAL SULTAN HASANUDDIN
MAKASSAR
Georgina M. Tinungki dan Sri Astuti Thamrin
ABSTRAK :
Tahun 2008 merupakan tahun bersejarah bagi bangsa Indonesia khususnya Belanda IndonesiaTimur,yang mana
sudah beroperasinya Bandara Internasional Sultan Hasanuddin dengan menggunakan terminal baru,apron baru
berikut dengan fasilitas-fasilitas baru pendukung operasional lainnya. Kita patut bersyukur dan bangga bahwa
pembangunan ini merupakan hasil olahan dari tangan-tangan manusia yang berasal dari tanah air tercinta,yang
saling bahu membahu membuahkan hasil yang gemilang. Sebagai hasil karya cipta Bangsa Indonesai dan wujud
bakti kita kepada Bangsa dan Tanah air Indonesai,kita patut berpartisipasi dalam menjaga kelangsungan
operasional bandara baru ini supaya dengan lancer,aman dan nyaman. Khususnya terkait dengan peramalan
mengenai jumlah wisatawan mancanegara yang akan berkunjung ke Sulawesi Selatan. Pada beberapa period
eke depan,namun adanya beberapa kasus membuat data jumlah kunjungan wisatawan ke Sulawesi Selatan ini
menjadi tidak stasioner sehingga perlu dilakukan analisis dengan membandingkan metode peramalan yang
ada,tanpa melakukan transformasi data. Dua metode dipilih diterapkan dalam penelitian ini yaitu : time series
regression dan ARIMA karena kedua metode ini cukup memungkingkan untuk mengatasi kasus data time series
yang tidak stasioner. Dengan mengamati secara visual hasil taksiran maupun peramalan dari kedua metode
ini,didukung oleh nilai MSE dan MAD dapat dikatan bahwa untuk kasus jumlah kunjungan wisatawan manca
Negara melalui bandara Sultan Hasanuddin ini,metode peramalan yang lebih baik adalah dengan time series
regression. Hal ini bisa terjadi karena dengan time series regression dimungkinan fleksibilitas dan analisis
dengan memilah/memotong data series berdasarkan pola-pola atau trend tertentu. Berdasarkan hasil
pengolahan data terlihat bahwa terjadi proses autoregressive AR(2) diperoleh data yang stasioner pada
differencing 1,dan moving average MA(1) sehingga model yang digunakan dalam peramalan adalah ARIMA
(2,1,2). Peramalan dapat dilakukan secara langsung dengan menggunakan MINITAB 14. Berdasarkan data yang
diambil dari bulan Januari 2005 s/d Maret 2010,yaitu sebanyak 63 data,akan diramalkan data pada bulan-bulan
selanjutnya pada t+n) waktu.

APLIKASI METODE PRINCALS PADA PENENTUAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


PRESTASI BELAJAR MAHASISWA
(STUDI KASUS DI UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR)
La Podje Talangko dan Anna Islamiyati
ABSTRAK :
Sekarang ini mutu pendidikan di Indonesia masih rendah. Bahkan untuk kawasan Asia Tenggara saja,Indonesia
sudah tertinggal dari Negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura. Ini sangat memprihatinkan,sehingga
menjadi tugas bersama untuk mengkaji faktor-faktor yang dapat meningkatkan mutu sumber daya manusia
(SDM) di Indonesai pada umunya dan di Sulawesi Selatan khususnya. Salah satu cara untuk meningkatkan SDM
tersebut adalah dengan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa,baik faktor
intern maupun faktor ekstem. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa di Universitas
Hasanuddin dapat diketahui dengan mengumpulkan berbagai informasi atau data yang berskala kuantitatif
(interval atau rasio) maupun data yang berskala kualitatif (nominal atau ordinal) untuk menyelesaikan kasus
tersebut dapat digunakan metode PRINCALS (Analisis Komponen Utama Nonliner) yaitu suatu metode untuk
mereduksi variable dari data multivariable berskala campuran secara simultan. Penelitian ini meneliti pengaruh
factor jenis kelamin,umur masuk nilai NEM status sekolah,jalur masuk perguruan tinggi,pekerjaan ayah dan ibu
pendidikan ayah dan ibu,dan status tempat tinggal terhadap prestasi belajar mahasiswa yang diukur dengan
nilai IPK (Indeks prestasi kumulatif). Terbentuk 5 dimensi melalui metode Princals,dengan faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap prestasi belajar mahasiswa adalah factor internal (umur masuk,nilai NEM) dan faktor
eksternal (status sekolah jalur masuk perguruan tinggi,pekerjaan ayah pendidikan ayah pendidikan ibu,dan
status tempat tinggal). Prioritas pertama yang harus diperhatikan perguruan tinggi Universitas Hasanuddin
dalam meningkatkan prestasi belajar mahasiswa adalah mahasiswa yang berasal dari luar kota Makassar dengan
kondisi ekonomi lemah ditandai dengan pekerjaan orang tua adalah petani dan wiraswasta prioritas kedua
adalah kelompok mahasiswa yang juga berasal dari luar kota Makassar dan sebagian dari dalam kota Makassar
dengan kondisi ekonomi yang lebih mapan,ini ditandai dengan pekerjaan orang tua di lembaga pemerintahan.
Pendidikan tinggi di Indonesai harus terus meningkatkan mutunya sehingga dapat bersaing dengan perguruan
tinggi di tingkat internasional. Faktor internal dan eksternal yang telah diperoleh melalui princals,menunjukkan
bahwa banyak fakta-fakta yang harus dikaji dari diri mahasiswa sebagai salah satu unsure civitas akademika di
perguruan tinggi. Lingkungan pendidikan dan berbagai pusat pelatihan serta tempat kerja sekarang ini,telah
dipengaruhi oleh lingkungan global yang merupakan berbagai pengaruh eksternal dalam dinamika berbagai
aspek kehidupan di dunia. Kehidupan komunitas global menuntut adaptasi masyarakat pada kondisi global dan
pada gilirannya menuntut adaptasi individu untuk bisa bertahan di masyarakat di mana ia hidup dan peran
perguruan tinggi sangat dibutuhkan.

2. Bidang Kajian Ilmu Teknik


KAJIAN RANGKAIAN BAMBU SEBAGAI ALAT PEREDAM OMBAK (APO) UNTUK MELINDUNGI AREAL
PENANAMAN MANGROVE
Muhammad Arsyad Thaha, Suriamiharja dan Chairul Paotonan
ABSTRAK :
Kegiatan penanaman kembali mangrove untuk rehabilitasi pantai masih banyak menemui kendala terutama
tingkat keberhasilan pertumbuhan mangrove yang rendah. Hal ini disebabkan oleh terkikis dan tercabutnya
mangrove yang baru ditanam oleh gelombang.Alat pemecah ombah (APO) dari patok-patok bamboo telah
digunakan oleh masyarakat di beberapa tempat untuk memproteksi areal penanaman dari gangguan
gelombang,namun karena belum didukung oleh suatu pedoman teknis perancangan,maka efektifitas dan
efisiensi tidak bisa terukur. Penelitian tipe APO tancap ini telah diselesaikan pada tahun 1 penelitian (2008) dan
telah menghasilkan pedoman teknis perancangan.Atas masukan masyarakat bahwa memancang tiang-tiang
APO relative sulit dilakukan,maka penelitian tahun II (2009) mengkaji tipe APO Semi Terapung dan
Terapung.Lanjutan penelitian tahun III (2010) sedianya dilakukan dengan menyelesaikan eksperimen
laboratorium Tipe Terapung dalam 2 bulan pertama kemudian dilanjutkan dengan percontohan dan uji kinerja
lapangan,namun karena dana yang disetujui sebesar Rp.27.950.000,dari usulan Rp.68.000.000,maka yang
dapat diselesaikan adalah penelitian laboratorium saja sebagaimana termuat dalam laporan ini.Penel itian lab ini
mengkaji pengaruh kedalaman tenggelam (draft) dan kerapatan dari rangkaian batang terapung sebagai
pemecah gelombang terapung. Eksperimen dengan simulasi model fisik dilakukan dilaboratorium Hidrodinamika
Jurusan Perkapalan Unhas.Model rakit batang terapung dengan skala geometric 1:7,5 dibuat dari bahan bamboo
berdiameter 2 cm dengan asumsi ukuran prorotip bamboo adalah berdiameter 2 cm dengan asumsi ukuran
prorotip bambu adalah berdiameter 15 cm. Sembilan macan model yang divariasikan dalam 3 macam
kedalaman tenggelam (draft),3 macam kerapatan dan disimulasikan dengan 3 macam tinggi dan periode
gelombang.Simulasi dilakukan pada saluran gelombang berukuran panjang 17 m, lebar 1,20m dan tinggi 1,0 m.
Pengambilan data tinggi gelombang di hulu dan di hilir model dilakukan pada masing-masing 9 titik pengamatan
dengan cara membaca fluktuasi muka air pada skala yang telah ditempatkan pada titik pengamatan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kedalaman tenggelam struktur (z/h) dan kerapatan batang (S) sangat signifikan
yang direpresentasikan oleh koefisien Transmisi (K t) dan koefisien Refleksi (Kr).Hasil analisis menunjukkan
bahwa semakin dalam struktur tenggelam (z) dan semakin rapat batang APO maka semakin kecil tinggi
gelombang yang ditransmisikan (K t semakin kecil) dan semakin tinggi gelombang yang direfleksikan.Meskipun
demikian,gelombang refleksi terlihat meningkat meskipun peningkatannya cukup kecil. Telah ditemukan
pedoman teknis perancangan APO Terapung dalam bentuk kurve dan persamaan yang menyajikan hubungan
parameter yang berpengaruh dalam bentuk hubungan parameter tak berdimensi.

PEMETAAN KAWASAN KEBISINGAN KOTA MAKASSAR (TAHAP II)


Zenaide Toban, Rahmi Amin Ishak dan Imriyanti
ABSTRAK :
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan peta kontur kebisingan,dengan menetapkan tingkat bising yang
obyektif di tiap bagian wilayah kota,berdasarkan tempat,waktu dan jenis sumber bising.Menyediakan dasar yang
dapat dijadikan pedoman dalam perencanaan dan perancangan kota,serta perancangan arsitektur dan sains
bangunan. Penelitian ini bersifat ilmu perencanaan kota,arsitektur dan sains bangunan,fisika teknik dan analis
computer.Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif,dan dilaksanakan dalam dua tahap berdasarkan
pembagian fungsi kota dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Tahap I penelitian dilaksanakan pada
bagian wilayah kota A,B,C,D,E dan F dalam waktu 12 bulan (Tahun 1) Tahap II dilaksanakan pada bagian
wilayah kota G,H,I,J,K,L dan M, selama 12 bulan (Tahun II).Tiap tahap dibagi dalam tiga tahap kegiatan,yaitu
tahap klasifikasi Kawasan Kota (4 bulan),tahap Pengukuran Tingkat Bising Lingkungan (5 bulan),dan tahap
Pemetaan Kawasan Kebisingan (3 bulan). Berdasarkan standar NP (Noise Pollution),kawasan kebisingan dibagi
atas 4 tingkatan.Tingkat 1 merupakan area bising normal- jelas dapat diterima tingkat 2 area bising normaldapat diterima,tingkat 3 area bising normal- tidak dapat diterima,dan tingkat 4 merupakan area bising yang
jelas tidak dapat diterima.
Kata Kunci : Kota Makassar,peta,tingkat bising.

PEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU SEBAGAI


RUANG PUBLIK DI MAKASSAR
(Kasus : Lapangan Karebosi,Lapangan Hasanuddin,Taman Macan,Taman Hasanuddin,
Lapangan Andi Matalatta)
Suriana La Tanrang, Yusni Mustari dan A.Widiasari Maruddani
ABSTRAK :
Berdasarkan Perda Makassar No.6/2006 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Makassar Tahun 20052015,persentase luas Ruang Terbuka Hijau ditargetkan 5% dari kawasan pusat kota. Pemanfaatan Ruang
Terbuka Hijau sebagai ruang public diharapkan dapat berfungsi secara ekologis,sosial/budaya arsitektural
ekonomi yang meningkatkan kualitas air tanah,mencegah banjir mengurangi polusi udara dan menurunkan
temperature kota dan menjadikan keteduhan pada Ruang Terbuka Hijau sebagai ruang public. Metode
penelitian yang digunakan adalah deskripsi,eksloratif dan interpretative yaitu mempelajari secara
teoritis,menjaring pendapat pihak kompeten dan eksplorasi data primer.Hasilnya adalah dituangkan dalam
bentuk laporan yang adalah diseminarkan untuk mendapat masukkan perubahan yang untuk disusun dalam
akhir.
Kata Kunci : Ruang Terbuka Hijau,pemanfaatan ruang public keterduhan dan resapan air

PENANGGULANGAN EROSI PANTAI DENGAN STUKTUR KRIB


SEJAJAR PANTAI
Chairul Paotonan dan Nur Yuwono
ABSTRAK :
Indonesia memiliki pulau sekitar 17.508 buah dengan panjang garis pantai 95.181 km. Sebagai Negara
kepulauan,Indonesai menghadapi permasalahan daerah pantai yang cukup memperihatinkan permasalahan
daerah pantai di Indonesai adalah erosi dan abrasi pantai yang disebabkan oleh gelombang. Salah satu solusi
untuk mengatasi masalah tersebut adalah struktur krib sejajar pantai dengan puncak terendam air dan
selanjutnya disebut pemecah gelombang bawah air. Permasalahannya,kinerja dari struktur tersebut dalam
meredam energy gelombang belum diketahui.Keuntungan penggunaan pemecah gelombang bawah air adalah
biaya pembangunan relative murah dibandingkan pemecah gelombang yang menerus ke permukaan,perubahan
garis pantai di belakang bangunan relative seragam,tidak mengganggu pemandangan kea rah laut,dan
gelombang tidak dimatikan secara total. Penelitian ini adalah pemodelan fisik 2D yang dilakukan di laboratorium
Hidrologi dan Hidraulik Pusat Studi Ilmu Teknik,Universitas Gadja Mada. Tujuan yang ingin dicapai adalah
pertama untuk mengetahui parameter yang berpengaruh terhadap koefisien energy gelombang
refleksi,transmisi dan disipasi pada pemecah gelombang bawah air. Kedua,untuk mengetahui pengaruh
parameter gelombang dan struktur terhadap koefisien energy gelombang refleksi transmisi dan disipasi.Ketiga
adalah untuk mengetahui pengaruh kombinasi antar parameter terhadap koefisien energy gelombang
refleksi,transmisi dan disipasi.Model pemecah gelombang yang digunakan adalah tetrapord dengan panjang kaki
3,5 cm (model TPA) dan 1,5 cm (model TPB).Pelaksanaan penelitian dimulai dengan penelusuran literature
penyusunan dasar teori penetapan tujuan penelitian perancangan dan pembuatan model uji,pelaksanaan
ekperimen dan analisis data. Setelah model siap,gelombang dibangkitkan.Tinggi gelombang di depan dan di
belakang model di ukur dengan menggunakan alat ukur gelombang.Parameter yang divariasikan adalah tinggi
dan periode gelombang tinggi dan panjang struktur yang masing-masing 5 variasi. Koefisien energy gelombang
refleksi,transmisi dan disipasi dipengaruhi oleh parameter gelombang dan parameter struktur.Semakin besar
nilai kecuraman gelombang (H/L) koefisien energy gelombang refleksi dan transmisi semakin kecil,sedangkan
koefisien energy gelombang disipasi semakin besar.Semakin tinggi dan panjang struktur (hc/ds dan B/L besar)
semakin kecil koefisien energy gelombang refleksi dan transmisi,sedangkan koefisien energi gelombang disipasi
meningkat.Pengaruh porositas struktur dalam penelitian ini kurang signifikan sebab ukuran model pemecah
gelombang yang digunakan adalah seragam.
Kata Kunci : Krib sejajar pantai,pemecah gelombang bawah air,koefisien energy refleksi, transmisi dan disipasi

PEMANFAATAN ENERGI MATAHARI DAN ANGIN UNTUK PEMBANGKIT


ENERGI LISTRIK SKALA KECIL
(PEMBANGKIT HIBRID) DI SULAWESI SELATAN
(STUDI KASUS DI KAMPUS UNHAS TAMALANREA)
Ikhlas Kitta dan Salama Manjang
ABSTRAK :
Proyek penelitian tentang pengembangan prototype system pembangkit listrik yang berasal dari sumber-sumber
energy terbarukan khususnya tenaga matahari dan tenaga angin,pada Jurusan Teknik Elektro Universitas
Hasanuddin,memiliki peranan yang sangat penting sebagai salah satu solusi alternative untuk mengatasi krisis
pasokan energy listrik khususnya di beberapa daerah kritis energy listrik pemabangkit listrik dan sejumlah
daerah terisolasi di Sulawesi Selatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh kelayakan pemanfaatan
energy angin dan matahari untuk prototype daerah terisolir yang diwakili oleh Laboratorium Mesin -mesin Listrik
Universitas Hasanuddin.Untuk mencapai tujuan tersebut di tahun pertama ini,penelitian ini telah difokuskan
pada desain dan instalasi pembangkit listrik tenaga angin (PLTA ANGIN) yang berkapasitas 200 Watt. Kegiatan
penelitian ini dilaksanakan pada Laboratorium Mesin-mesin Listrik Jurusan Elektro Fakultas Teknik Universitas
Hasanuddin. Riset terkait aspek perancangan PLTA Angin ini, dilakukan dalam beberapa tahapan yaitu 1. Survei
lapangan pada lokasi disekitar laboratorium 2. Membuat prosedur melalui perancangan 3. Memiliki alat dan
bahan yang akan digunakan 4.Pengumpulan tabulasi dan analisis data secara statistik. Hasil experiment yang
telah dilakukan memberikan informasi bahwa kecepatan angin yang tidak stabil dan cenderung cukup lambat di
sekitar lokasi sistem PLTA ANGIN yang telah diinstalasi,menyebabkan putaran turbin rendah dan akibatnya daya
outputnyapun rendah. Variasi nilai daya terukur 0-160 watt untuk variasi kecepatan angin 0-5 m.s. Berdasarkan
pengujian diatas diperlihatkan bahwa untuk menghasilkan daya output maksimum yang diinginkan maka harus
diobservasi secara akurat,dan ditentukan lokasi yang memiliki potensi angin cepat dan konstan perharinya.
PRESISI LAPISAN ENDAPAN NIKEL DAN KOBAL LATERIT BERDASARKAN BERDASARKAN MODEL
GEOKIMIA BATUAN ULTRABASA DAERAH MALILI SULAWESI SELATAN
Adi Tonggiroh
ABSTRAK :
Penelitian tentang presisi lapisan nikel dan kobalt laterit pada batuan ultramafik daerah malili propinsi Sulawesi
Selatan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui nilai kimia mineral dan cadangan mineral serpentin dan
untuk mengetahui genetic mineral serpentin.Serpentin merupakan mineral yang terbentuk dari perubahan
mineral olivine dan piroksen dalam proses alterasi. Mineral serpentin mengandung silica yang cukup signifikan
bagi industry pertambangan non logam. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui nilai suhu mineral
serpentin dan genetic mineral serpentin yang beroroientasi pada aspek kebutuhan industry pertambangan.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penyelidikan geologi permukaan untuk mengetahui
penyebaran bahan galian nikel laterit dan mineral ikutannya secara horizontal dam metode sumur uji dan parit
uji untuk pola vertical. Hasil penelitian lapangan dan mikroskopi,diketahui terdapat tipe serpentinisasi yaitu :
terserpentinisasi kuat dan sedang. Kedua tipe tersebut dijumpai pada sona struktur batuan dan tipe
serpentinisasi local. Tipe rekahan dicirikan oleh mineral kuarsa serpentin brusit dan talk rekahan batuan mengisi
rekahan dan tipe lokal dicirikan oleh dijumpainya mineral kuarsa serpentin brusit dan talk.

RUANG BERMAIN ANAK PULAU KAJIAN FLEKSIBILITAS DAN ADAPTABILITAS RUANG ARSITEKTUR
( Kasus P.Lae-lae,Makassar )
Ria Wikantari, M.Yahya Siradjuddin dan Rahmi Amin Ishak
ABSTRAK :
Dewasa ini anak-anak perkotaan cenderung makin meninggalkan permainan alami yang bersifat outdoor di
taman-taman bermain ataupun tanah-tanah lapang. Hal ini tampak dari dominasi permaian elektronik di game
centres pada pusat perbelanjaan dan rekreasi maupun di kamar rumah secara soliter,maupun permainan fisik
dalam ruang tebatas bangunan komersial secara indoor. Fenomena perubahan kegiatan bermain terjadi tidak
hanya menyangkut jenis permainan,namun juga cara bermain,tempat dan konfigurasi ruang. Hal ini mendorong
penulis mengangkat Lae-lae sebagai laboratorium alami bagi penelitian ruang bermain anak pulau,dengan fokus
pada pengkajian fleksibilitas dan adaptabilitas ruang arsitektur. Penelitian ini bertujuan : 1. Menjelaskan latar
perilaku (behavior setting) pada ruang bermain anak pulau di Lae-lae 2. Menemukenali faktor-faktor yang
mempengaruhi latar perilaku ruang bermain anak pulau tersebut 3. Mengeksplorasi fleksibilitas dan adaptabilitas
ruang arsitektur pada ruang bermain anak pulau dan 4. Menemukan latar perilaku ruang bermain mana yang
paling menentukan fleksibilitas dan adaptabilitas tersebut. Dengan populasi seluruh anak pulau yang usia 5-12
tahun,sebesar 301 anak. Sampel sebanyak 30 anak dipilih secara klaster wilayah.Metode penelitian
menggunakan kombinasi paradidma kuantitatif-positivistik dan kualitatif rasionalistik. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa : 1.Latar perilaku (behavior setting) pada ruang bermaian anak pulau di Lae-lae dapat
digambarkan sebagai 4 situasi,masing-masing menunjukkan situasi berdradasi secara komplementari yaknik :
(a) antara perbatasan dan pemusatan (territory-core) (b) antara ketersebaran dan keterarahan (distributionorientation) (c) antara kesendirian/kelengangan dan kesesakan (personal space & crowding) dan (d) antara
pemisahan dan pengumpulan/penyatuan (segregation-crowding). Keempat latar perilaku tersebut berlangsung
di dalam ruang yang secara fisik dapat dikategorikan menjadi 3(i) ruang formal (ii)ruang semi-formal dan (iii)
ruang informal,dengan kecenderungan terkuat pada ruang informal (2) Latar perilaku ruang bermain anak pulau
dipengaruhi oleh 2 faktor utama,yakni : (i) Karakteristik fisik ruang bermain dan (ii) Tipologi permainan anak
pulau. Pada factor (i) 3 indikator sangat berpengaruh yakni : unsure pembentuk ruang,derajat ketertutupan
ruang,artikulasi ruang sedangkan 4 indikator kurang berpengaruh,yakni lokasi ruang bentuk ruang,skala
ruang,besaran ruang. Pada faktor (ii),5 indikator sangat berpengaruh yaknik jenis permain dan alat bantu
permainan sedangkan 2 indikator kurang berpengaruh,yakni umur pemain dan jenis kelamin sedangkan 3
Berkait dengan kenyataan bahwa indikator lokasi,bentuk skala dan besaran ruang kurang berpengaruh terhadap
latar,maka ruang bermain anak pulau lebih bersifat fleksibel daripada adaptable (4) Latar perilaku ruang
bermain yang menentukan fleksibilitas dan adaptabilitas adalah : Distribution-Orientation dan Personal SpaceCrowding
Kata Kunci :

Arena bermain anak (children playground) permukiman pulau (island settlement) fleksibilitas ruang (spatial
flexibility) adaptabilitas ruang (Spatial adaptability) arsitektur bentang alam (landscape architecture).

BIDANG ILMU AGROKOMPLEKS

1. Bidang Kajian Ilmu Kelautan dan Perikanan


ESTIMASI KONDISI PADANG LAMUN BERBASIS TANSFORMASI NILAI RADIANSI
CITRA ALOS AVNIR-2
M. Anshar Amran dan Rohani
ABSTRAK :
Pengelolaan ekosistem padang lamun memerlukan informasi aktual tentang kondisi padang lamun. Penerapan
teknologi penginderaan jauh untuk pemetaan padang lamun selama ini baru sebatas mendeteksi keberadaan
padang lamun, belum sampai pada perolehan informasi mengenai kondisi padang lamun. Oleh karena itu,
diperlukan adanya suatu penelitian yang hasilnya dapat diterapkan dalam perolehan informasi tentang kondisi
padang lamun. Penelitian ini bertujuan menyusun algoritma untuk memperoleh informasi mengenai persentase
tutupan lamun dan kerapatan lamun melalui transformasi nilai radiansi citra ALOS AVNIR-2. Transformasi
dilakukan pada kanal-kanal multispektral yang dapat mendeteksi obyek dasar perairan, yakni kanal biru, kanal
hijau dan kanal merah. Variabel-variabel yang terkait dalam penelitian ini adalah nilai radiansi, persentase
tutupan lamun dan kerapatan lamun. Keterkaitan antar variabel dinyatakan dalam model matematis melalui
persamaan regresi linier. Wilayah studi penelitian ini mencakup perairan di sekitar Pulau Barranglompo,
Makassar. Di wilayah tersebut tumbuh padang lamun yang luas dengan persentase tutupan dan kerapatan
padang lamun yang bervariasi. Penelitian ini menunjukkan bahwa persentase tutupan lamun dan kerapatan
lamun dapat diestimasi melalui transformasi nilai radiansi ALOS AVNIR-2. Transformasi radiansi untuk
mengestimasi persentase tutupan lamun mempunyai ketelitian yang cukup bagus yakni lebih besar daripada 60
%; sedangkan transformasi radiansi untuk mengestimasi kerapatan lamun mempunyai ketelitian yang kurang
bagus yakni kurang dari 60 %. Peta-peta kondisi padang lamun yang diperoleh dari transformasi radiansi citra
ALOS AVNIR-2 dapat digunakan pada tingkat kabupaten dan kota.
Kata Kunci : persentase tutupan lamun, kerapatan lamun, radiansi citra ALOS AVNIR-2, transformasi radiansi.

KAJIAN POTENSI FARMAKOLOGIS TAHAP AWAL KARANG LUNAK (OCTOCORALLIA : ALCYONACEA)


DI KEPULAUAN SPERMONDE, KOTA MAKASSAR
Abdul Haris, Shinta Werorilangi dan Sulaiman Gosalam
ABSTRAK :
Telah dilakukan penelitian uji daya hambat antibakteri patogen ekstrak karang dari Kepulauan Spermonde Kota
Makassar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya hambat ekstrak karang lunak terhadap Escherichia
coli dan Staphylococcus aureus. Pengambilan sampel dilakukan di empat pulau (Pulau Samalona, Barrang
Lompo, Lumu-lumu dan Lanjukang). Identifikasi sampel karang lunak didasarkan pada bentuk morfologinya dan
diklarifikasi menurut petunjuk Fossa dan Nilsen (1998). Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi
menggunakan pelarut Metanol dan Kloroform. Uji daya hambat ekstrak kasar karang lunak terhadap Escherichia
coli dan Staphylococcus aureus dilakukan dengan cara difusi agar pada medium TSA (Triptic Soy Agar) dengan
menggunakan paper disc. Setiap paper disc diisi dengan 30l larutan kontrol positif dengan menggunakan
Ampicillin trihidrat, kontrol negatif dengan menggunakan DMSO (Dimetil Sulfoksida) dan ekstrak karang lunak.
Masa inkubasi selama 1x24 jam. Setelah itu kemudian diukur diameter zona hambatan yang terbentuk.Dari 23
jenis sampel karang lunak yang didapatkan, terdapat 15 ekstrak Metanol dan 12 ekstrak Kloroform karang lunak
yang memberikan daya hambat terhadap bakteri Escherichia coli, sedangkan terdapat 14 ekstrak Metanol dan
11 ekstrak Kloroform karang lunak yang memberikan daya hambat terhadap bakteri Staphylococcus aureus.Data
hasil pengamatan dianalisa secara deskriptif dan menggunakan uji one-way anova. Hasil analisis statistik uji
one-way Anova menunjukkan bahwa nilai rata-rata uji daya hambat antibakteri patogen ekstrak kasar Metanol,
Kloroform dan kontrol positif terhadap Escherichia coli dan Staphylococcus aureus berbeda nyata (p>0.05). Hasil
ini belum bisa dikatakan ekstrak karang lunak dapat digunakan sebagai antibakteri karena nilai kontrol positif
lebih besar dari ekstrak karang lunak, namun ada sebagian kecil karang lunak yang diekstrak memberikan daya
hambat lebih besar atau mendekati nilai daya hambat kontrol positif, yakni daya hambat pada jenis karang
lunak Lobophytum sp 1 dan Sinularia sp 2 yang memiliki daya hambat terhadap bakteri Escherichia coli dan
Staphylococcus aureus.
Kata kunci : Ekstrak kasar, Daya Hambat, Karang lunak, Spermonde

ANALISIS SPASIAL UNTUK UJI AKURASI DAN PENGEMBANGAN ALGORITMA PEMETAAN OBYEK
DASAR PERAIRAN DANGKAL DENGAN MENGGUNAKAN CITRA ALOS AVNIR 2
Ahmad Faizal dan Syafyuddin Yusuf
ABSTRAK :
Identifikasi obyek dasar permukaan perairan dangkal (ODPD) memerlukan kajian dan pendekatan khusus.
Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi ODPD secara lebih baik dan lebih
akurat yakni metode klasifikasi dan metode algoritma. Penelitian ini difokuskan pada metode klasifikasi
gambar citra satelit ALOS AVNIR II. Beberapa metode yang diuji adalah Attenuated Lyzenga Method (ALM),
metode Re-Class dan Composit Citra yakni Box Classification (parallelepiped) dan metode Minimum
Distance yang terbentuk terhadap rata-rata algoritma , serta metode Maximum Likelihood. Uji akurasi dan
penentuan model yang terbaik menggunakan Uji Penanda dan Uji Kappa. Hasil penelitian menunjukkan
metode Re-class dari ALM, dan composite Citra 312 dengan metode klasifikasi Minimum Distance serta
Maximum Likelihood dapat digunakan untuk mengidentifikasi obyek dasar permukaan perairan dangkal. Tes
akurasi menunjukkan bahwa Image Composit 312 dengan metode klasifikasi maximum likelihood merupakan
model terbaik yang bisa digunakan untuk identifikasi obyek dasar permukaan perairan

2. Bidang Kajian Ilmu Pertanian


PERANAN LEMBAGA ADAT AMMATOA DALAM PENGELOLAAN
SUMBER DAYA HUTAN BERBASIS PASANG,DI DESA TANA TOA,KECAMATAN KAJANG
KABUPATEN BULUKUMBA SULAWESI SELATAN
Tamzil Ibrahim dan M.Asar Said Mahbud
ABSTRAK :
Hutan adalah sumber daya alam yang sangat penting dan sekaligus berfungsi sebagai sumber keanekaragaman
spesies dan genetic,gudang raksasa penghasil oksigen serta stabilisator iklim dunia. Seiring dengan
meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi manusia tentang hutan,maka semakin besar pula keterlibatan
manusia terhadap sumberdaya hutan,maka semakin besar pula keterlibatan manusia terhadap sumberdaya
hutan. Pengetahuan manusia yang selalu meningkat serta semakin berkembangan teknologi ternyata tidak
mampu menyelamatkan hutan dari kerusakan. Bahkan laju deforrestasi dan degradasi hutan meningkat setiap
tahunnya termasuk di Indonesia kerusakan ini banyak terjadi karena pengelolaan hutan yang tidak
memperhatikan aspek kelestarian. Berbeda halnya dengan masyarakat adat di Indonesia,pengelolaan hutannya
masih menunjukkan kelestarian seperti pada masyarakat adat Ammatoadi yang dibantu oleh Lembaga-lembaga
adat. Ammatoa beserta lembaga adat,mengelola lingkungan hidup khususnya hutan berbasis pasang (pesan)
yang diwariskan turun-temurun. Pasang berisi aturan ketentuan serta hukuman yang harus dipatuhi oleh
masyarakat adat. Untuk menunjang pelaksanaan pengelolaan hutan berbasis pasang,peranan lembaga adat
sangat penting karena merekalah yang mengatur memantau dan mengajukan pelanggaran kepada Ammatoa.
Secara struktur lembaga adat ammatoa terdiri atas adat lamayya,karaeng tallua lompo ada dan adat pelengkap.
Masing-masing mempunyai tugas tertentu dan berbasis kepada pasang. Lembaga ini mengatur zonasi kawasan
hutan menjadi 3 bagian yaitu borong karama,borong batasayya dan borong luarayya. Selain itu lembaga adat
juga menetapkan larangan-larangan (kasipalli) dalam memanfaatkan hutan serta mengenakan sanksi pada
pelanggar-pelanggar pasang setelah dikoordinasikan dengan Ammatoa.

3. Bidang Kajian Ilmu Kehutanan


PENGGUNAAN ABU SEKAM PADI SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN SEMEN DAN SEKAM PADI
SEBAGAI AGREGAT KOMPOSIT SEMEN SEKAM PADI
Bakri dan Baharuddin
ABSTRAK :
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan komposisi campuran yang tepat dari berbagai kombinasi perlakuan
abu sekam padi, sekam padi, dan matriks semen Portland dan kapur pada pembuatan conblock ringan sesuai
standar ASTM C 90 dan ASTM C 129. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang menggunakan
percobaan faktorial dengan rancangan dasar rancangan acak lengkap. Rancangan ini terdiri atas 3 faktor yaitu
abu sekam padi (A), sekam padi (B) dan perbandingan semen dan kapur (C). Faktor A terdiri atas 4 taraf yaitu
0 %, 20 %, 30 %, dan 40 %, faktor B terdiri atas 2 taraf yaitu 30 % dan 40 %, dan faktor C terdiri atas 3 taraf
yaitu 100 : 0, 75 : 25, dan 50 : 50. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada 2 kombinasi perlakuan yaitu
kombinasi perlakuan abu sekam padi (20 %), sekam padi (30 %), dan rasio semen : kapur (100 : 0) dan
kombinasi perlakuan
abu sekam padi (30 %), sekam padi (30 %), dan rasio semen : kapur (100 : 0)
memenuhi syarat ASTM C 90 yang dapat digunakan sebagai komposisi campuran dasar untuk membuat
loadbearing conblock. Sedangkan 22 kombinasi perlakuan lainnya memenuhi syarat ASTM C 129 yang dapat
digunakan sebagai komposisi campuran dasar untuk membuat non-loadbearing conblock.
Kata kunci: Abu sekam padi, loadbearing conblock, non-loadbearing conblock.

INOVASI TEKNOLOGI PEMBUATAN PAPAN PARTIKEL RAMAH LINGKUNGAN TANPA


MENGGUNAKAN PEREKAT
Suhasman,Muh. Yusran Massijaya dan Sahriyanti Saad
ABSTRAK :
Pengembangan teknologi pembuatan papan partikel melalui metode oksidasi menunjukkan bahwa produk yang
dihasilkannya memiliki karakteristik yang unggul, khususnya dalam hal stabilitas dimensi dan modulus
elastisitas. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis perubahan komponen kimia partikel kayu akibat
perlakuan oksidasi, serta pengaruh perlakuan pendahuluan terhadap sifat fisik dan mekanis papan partikel. Jenis
kayu yang digunakan dalam penelitian ini adalah kemiri (Aleurites moluccana). Penelitian komponen kimia,
dilakukan merujuk pada standar TAPPI untuk analisis kelarutan zat ekstraktif dalam berbagai pelarut, kadar
holoselulosa, kadar selulosa, kadar hemiselulosa, serta kadar lignin. Analisis pengaruh perlakuan pendahuluan
terhadap sifat fisik dan mekanis papan partikel dilakukan dengan menggunakan partikel yang lolos saringan 10
mesh. Partikel dalam kondisi kering udara diberi beragam perlakuan yaitu: perendaman dalam air panas selama
15 menit, 30 menit, 45 menit, dan 60 menit, perendaman dalam air dingin selama 48 jam, perendaman dalam
NaOH 1 % selama 1 jam, dan partikel tanpa perlakuan. Partikel yang telah diberi perlakuan pendahuluan
selanjutnya dikeringudarakan kemudian dioksidasi menggunakan hydrogen peroksida 20 % berdasarkan berat
kering partikel, serta 5 % fero sulfat berdasarkan berat hydrogen peroksida. Partikel teroksidasi tersebut
selanjutnya dibuat menjadi papan partikel dengan target kerapatan 0,75 g cm -3. Hasil-hasil penelitian
menunjukkan bahwa kelarutan dalam berbagai pelarut, kadar holoselulosa, kadar selulosa, serta kadar
hemiselulosa partikel cenderung meningkat akibat perlakuan oksidasi, akan tetapi kadar lignin cenderung
menurun. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan oksidasi lebih cenderung mendegradasi lignin dibandingkan
komponen karbohidrat. Papan partikel yang memiliki karakteristik terbaik adalah papan partikel yang dibuat dari
partikel tanpa perlakuan pendahuluan. Hal ini mengindikasikan bahwa keberadaan zat ekstraktif tidak
memberikan pengaruh negatif terhadap papan parti tanpa perekat yang dibuat dengan metode oksidasi.
Dibandingkan dengan JIS A 5908-2003, papan partikel tanpa perekat yang dibuat dari partikel tanpa perlakuan
pendahuluan memenuhi hampir semua parameter dalam standar, kecuali dalam hal keteguhan patah yang
nilainya sedikit di bawah standar (79,11 kgf cm-2) dibandingkan dengan nilai minimum 80 kgf cm-2 yang
ditetapkan dalam standar.
Kata kunci: Papan partikel tanpa perekat, kayu kemiri, oksidasi, hidrogen peroksida

BIDANG ILMU EKOSOSBUDKUM

1. Bidang Kajian Ilmu Ekonomi


MODEL HUBUNGAN ANTARA KUALITAS JASA PENDIDIKAN TINGGI KEPUASAN DAN LOYALITAS
MAHASISWA PERGURUAN TINGGI SWASTA DI KOTA MAKASSAR
Armayah, Hendragunawan dan Musran Munizu
ABSTRAK :
Tujuan penelitian ini adalah : (1) mendeskripsikan persepsi mahasiswa tentang kualitas jasa pendidikan yang
terdiri atas dimensi tangibles, reliability, responsiveness, assurance, dan empathy pada Perguruan Tinggi Swasta
di Kota Makassar; (2) menguji dan menganalisis pengaruh persepsi mahasiswa tentang kualitas jasa pendidikan
pada dimensi tangibles, reliability, responsiveness, assurance, dan empathy terhadap kepuasan mahasiswa pada
Perguruan Tinggi Swasta di Kota Makassar; (3) menguji dan menganalisis pengaruh persepsi mahasiswa
tentang kualitas jasa pendidikan pada dimensi tangibles, reliability, responsiveness, assurance, dan empathy
terhadap loyalitas mahasiswa pada Perguruan Tinggi Swasta di Kota Makassar; (4) menguji dan menganalisis
pengaruh kepuasan mahasiswa terhadap loyalitas mahasiswa pada Perguruan Tinggi Swasta di Kota Makassar;
(5) menjelaskan model hubungan antara kualitas layanan, kepuasan, dan loyalitas mahasiswa pada Perguruan
Tinggi Swasta di Kota Makassar. Penelitian ini dilakukan pada Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di Kota Makassar.
Metode penarikan sampel dilakukan secara random proporsional (proportional random sampling). Jumlah
sampel ditetapkan sebanyak 200 orang responden mahasiswa dengan rincian masing-masing 60 responden
pada Universitas Muslim Indonesia (UMI) dan Univeritas 45, dan masing-masing 40 responden pada Universitas
Cokroaminoto, dan Universitas Fajar. Analisis deskriptif; dan Structural Equation Modeling (SEM) digunakan
untuk menganalisis data. Pengolahan data menggunakan bantuan software Amos versi 4.01, serta SPSS for
windows. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) responden penelitian ini dominan dengan jenis kelamin lakilaki, dan kuliah pada semester III dan diatas semester VII (75%); Nilai IPK responden dominan antara 2,513,00; Umumnya responden berasal dari Perguruan Tinggi Swasta (PTS) yang telah lama berdiri yaitu UMI dan
Universitas 45. (2) secara umum dimensi kualitas layanan yang terdiri atas tangibles, reliability, responsiveness,
assurance, dan empathy dipersepsikan dalam kategori baik oleh responden; dan (3) variabel kepuasan
mahasiswa dan loyalitas mahasiswa dipersepsikan dalam kategori puas.
Kata Kunci : Kualitas layanan, tangible, reliability, responsiveness, assurance, empathy, kepuasan mahasiswa, loyalitas
mahasiswa.

MODEL PENILAIAN KINERJA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) PERSEPEKTIF BALANCED
SCORECARD DI SULAWESI SELATAN (Kajian dalam Rangka Pengembangan Model Penilaian
Kinerja Perusahaan Daerah Yang Efektif)
Mediaty, Muh. Cristian Mangiwa,Ak
ABSTRAK :
Penelitian ini dimaksudkan untuk menyusun suatu model pengukuran kinerja perusahaan daerah dengan
menggunakan pendekatan balanced scorecard yang mencakup persepektif keuangan bisnis internal
pertumbuhan dan pembelajaran. Model pengukuran kinerja menggunakan pendekatan balanced scorecard
dipandang lebih cocok untuk perusahaan daerah karena perusahaan daerah memiliki karakteristik tersendiri
yang berbeda dengan perusahaan swasta atau badan layanan umum. Perusahaan daerah diharapkan mampu
meningkatkan taraf hidup masyarakat dengan memberikan sumbangan pada pembangunan daerah. Selaian itu
pengukuran kinerja perusahaan daerah merupakan suatu keharusan,karena berdasarkan permendagri No.13
TAhun 2006 menyatakan bahwa laporan keuangan BUMD harus dilampirkan pada pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD dilaksanakan pada tahun pertama penelitian ini. Berdasarkan informasi tersebut diharapkan
dapat menjadi acuan untuk mendesain model baru dalam penilaian kinerja perusahaan daerah direncanakan
pada tahun kedua penelitian ini yaitu suatu model pengukuran kinerja perusahaan daerah yang mampu
memberikan acuan untuk meningkatkan akuntabilitas public perusahaan daerah di Sulawesi Selatan khususnya
dan Indonesai umumnya. Untuk mengukur implikasi dari model penilaian kinerja perusahaan daerah akan digali
informasi dari 100 orang responden penilaian kinerja perusahaan daerah akan digali informasi dari 100
pelanggan yang pilih secara acak dari 3 PDAM di Sulawesi Selatan yaitu PDAM Makassar,Gowa dan Pare-pare.
Metode penelitian yang akan digunakan adalah kualitatif yang menghasilkan data deskriptif yang dikombinasikan
dengan data kuantitatif sederhana. Keluaran penelitian ini adalah penemuan suatu konsep pradesain model
pengukuran kinerja perusahaan daerah air minum dengan menggunakan pendekatan Balanced Scorecard yang
mencakup persepktif keuangan pelanggan bisnis internal dan pertumbuhan dan pembelajaran yang mampu
meningkatkan taraf hidup masyarakat dengan memberikan pelayanan bermutu dan menghasilkan laba untuk
diberikan sebagai sumbangan pada pembangunan daerah.
Kata Kunci : Kinerja PDAM pendekatan Balanced Scorecard

MODEL JALUR PENGARUH IMPLEMENTASI DESENTRASISASI FISKAL TERHADAP KINERJA


PEMERINTAH DAERAH KOTA MAKASSAR (Kajian dalam rangka pengembangan model penilaian
kinerja pemerintah daerah yang efektif)
Arifuddin dan Aini Indrijawati
ABSTRAK :
Penelitian ini dimaksudkan untuk menyusun suatu model jalur pengaruh Implementasi Desentralisasi Fiskal
terhadap Kinerja Pemerintah daerah persepektif Balanced Scorecard di Kota Makassar,sehingga dapat diketahui
apakah desentralisasi fiskla telah berjalan baik dan berdampak positif terhadap kinerja pemerintah daerah.
Model pengukuran kinerja yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan balanced scorecard
yang mencakup persepektif keuangan bisnis internal pertumbuhan dan pembelajaran. Model pengukuran kinerja
menggunakan pendekatan balanced scorecard pada pemerintah daerah Kota Makassar dipandang perlu untuk
manila kinerja aparat pemerintah secara komprehensif dilaksanakan pada tahun pertama penelitian ini.
Berdasarkan informasi tersebut diharapkan dapat menjadi acuan untuk mendesain model baru dalam penilaian
kinerja pemerintah daerah direncanakan pada tahun kedua penelitian ini yaitu suatu model pengukuran kinerja
pemerintah daerah Kota Makassar berdasarkan persektif new public management yang diharapkan mampu
memberikan acuan untuk meningkatkan kinerja pemerintah daerah dengan demikian akuntabilitas public
pemerintah daerah di Kota Makassar khususnya serta Indonesai umumnya akan lebih baik.Untuk mengukur
implikasi dari model penilaian kinerja pemerintah daerah di Kota Makassar akan digali informasi dari 100 orang
responden yang dipilih secara acak dari 39 SKPD (Satuan Kerja Pemerintah Daerah).Data yang diperoleh akan
dianalisis dengan menggunakan metode analisis SEM dengan software AMOS VErsi 4.0. Luaran penelitian ini
adalah penemuamn suatu konsep pra design model implementasi desentralisasi fiskla terhadap kinerja
pemerintah daerah dengan menggunakan pendekatan balanced scorecarf yang mencakup persepektif keuangan
pelayanan,bisnis internal pertumbuhan dan pembelajaran yang mampu meningkatkan kinerja aparat pemerintah
daerah Kota Makassar secara komprehensif.
Kata Kunci : Desentralisasi fiskla pendekatan balanced scorecard

PENGARUH PEMANFAATAN INFORMASI AKUNTANSI MANAJEMEN TERHADAP KINERJA KEUANGAN


RUMAH SAKIT UMUM DI KOTA MAKASSAR SULAWESI SELATAN
Syamsuddin dan Sahmuddin
ABSTRAK :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) pemanfaatan informasi akuntansi manajemen (laporan rutin,
analitik, dan kualitas informasi akuntansi manajemen terhadap kinerja keuangan RSU secara bersama-sama,
dan (2) pengaruh pemanfaatan informasi akuntansi manajemen terhadap kinerja keuangan secara sendirisendiri. Populasi dalam penelitian ini adalah RSU di Kota Makassar Sulawesi Selatan. Penelitian ini menggunakan
metode sensus, dan teknik pengumpulan data melalui penyebaran dan pengisian daftar kuesioner serta
wawancara langsung. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini: pengaruh pemanfaatan informasi akuntansi
manajemen terhadap kinerja keuangan RSU tergolong tinggi secara bersama-sama. Sedangkan secara sendirisendiri tergolong rendah. Hal ini sesuai dengan data yang diperoleh dari jawaban responden kemudian diolah
dengan menggunakan analisis jalur (Path Analysis). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh
pemanfaatan informasi akuntasi manajemen meliputi laporan rutin, laporan analitik (tidak rutin) dan kualitas
informasi akuntansi manajemen terhadap kinerja keuangan RSU secara bersama-sama sebesar 77,4%.
Pengaruh pemanfaatan informasi akuntasi manajemen secara sendiri-sendiri meliputi laporan rutin sebesar
20,1%, laporan analitik (tidak rutin) sebesar 24,5 % dan kualitas informasi akuntansi manajemen sebesar
32,7%.

2. Bidang Kajian Ilmu Sosial dan Ilmu Politik


MODEL PENGEMBANGAN KARIR KEWIRAUSAHAAN (PENINGKATAN INTENSI BERWIRAUSAHA
MELALUI PROGRAM PELATIHAN ORIENTASI KARIR KEWIRAUSAHAAN MODELSTORY TELLING
BAGI GENERASI MUDA BUGIS DI SULAWESI SELATAN
A. Sangkuru
ABSTRAK :
Etos kerja dalam SIstem Nilai Budaya Bugis (SNBB) yang ditelusuri dari berbagai sumber lontara,cerita rakyat
elong pappaseng wari sejumlah hasil penelitian tentang budaya bugis dan diverifikasi secara langsung kepada
sejumlah pengusaha bugis menunjukkan adan benang antara nilai budaya yang mereka paham dan yakini
dengan semangat mereka berusaha (etos kewirausahaan) bahkan nilai-nilai tersebut terefleksi dalam
menjalankan usahanya sebagai tingkah laku kewirausahaan. Nilai-nilai tersebut dirangkai sebagai program
pelatihan orientasi karir kewirausahaan generasi muda bugis dalam metode story telling.
Kata Kunci : etos kerja nilai budaya bugis kewirausahaan story telling orientasi karir.

GAYA KEPEMIMPINAN LEMBAGA PENDIDIKAN KOTA METROPOLOTAN DAN NON METROPOLITAN


DI SULAWESI SELATAN
A.Syamsu Alam, A. Rusli dan A. Lukman Irwan
ABSTRAK :
Pelaksanaan pembangunan yang multi dimensional dewasa ini menunjukkan perubahan diberbagai sektor
termasuk sektor pendidikan. Lembaga pendidikan merupakan salah satu bentuk organisasi, dan dalam
organisasi kepemimpinan memegang peranan yang sangat menentukan dalam menggerakkan dan
memanfaatkan potensi Sumber daya manusia yang terdidik. Salah satu faktor yang akan sangat mempengaruhi
kinerja lembaga pendidikan itu sendiri adalah permasalahan kepemimpinan. Banyak pertanyaan yang
memerlukan jawaban, sehingga studi tentang gaya kepemimpinan pada lembaga pendidikan penting dilakukan,
antara lain adalah apakah tertinggalnya sumber daya manusia dalam bidang pendidikan di Indonesia dari
berbagai negara anggota ASEAN lainnya seperti yang dilaporkan UNDP tahun 2001 adalah merupakan
perwujudan dari kurangnya perhatian pimpinan terhadap pengembangan sumber daya manusia kepada anggota
(guru dan staf) lembaga pendidikan. Sesuai dengan permasalahan tersebut penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan, menganalisis, dan menginterpretasikan bagaimana perbedaan gaya kepemimpinan antara
lembaga pendidikan fungsional dan non fungsional, dan bagaimana perbedaan gaya kepemimpinan pada
lembaga pendidikan di kota metropolitan dan kota non metropolitan. Lokasi penelitian ini adalah Sulawesi
Selatan (Sulsel) dimana Propinsi ini dipilih mengingat posisinya yang sangat strategis menghubungkan Indonesia
Bagian Barat (IBB) dan Indonesia Bagian Timur (IBT). Dilihat dari lokus dan fokus kajiannya, jenis penelitian ini
dapat dikategorikan sebagai penelitian organisasi (lembaga), yaitu penelitian dengan lokus pada lembaga
pendidikan, dan fokus analisisnya kepada variabel lembaga, yaitu variabel gaya kepemimpinan pada lembaga.
Hasil akhir dari penelitian ini memberikan gambaran bahwa gaya kepemimpinan pada lembaga pendidikan yaitu
dinas pendidikan lebih cenderung demokratis. Hal ini didukung oleh tingkat penyebaran informasi yang berada
pada kategori lancar, dan tingkat kewenangan pimpinan dalam memberikan kebutuhan yang berada pada
kategori terarah. Sedangkan gaya kepemimpinan pada lembaga pendidikan sekolah lebih cenderung pada
otokratis. Gaya kepemimpinan dilihat dari jenis kota maka Sidrap, Sinjai dan Takalar sebagai kota nonmetropolitan tergolong pada gaya kepemimpinan yang demokratis. Hal ini dibangun oleh pola interaksi antara
pimpinan dengan bawahan yang komunikatif. Sedangkan Makassar sebagai kota metropolitan cenderung
otokratis.

POLITIK IDENTITAS DALAM KONSTUKSI IDENTITAS ETNIK MANDAR SEBAGAI UPAYA


REINVENTION OF IDENTITY (STUDI KUALITATIF KOMUNITAS MANDAR DALAM PEMBENTUKAN
IDENTITAS ETNIKNYA)
Gustiana A. Kambo dan Sukri Tamma
ABSTRAK :
Penelitian ini diarahkan untuk memahami kompleksitas dinamika politik lokal yang berlatarbelakang identitas
dan etnisitas. Dinamika ini terjadi di wilayah etnik Mandar sebagai refresentasi dari Sulawesi Barat. Masalah
penelitian yang dikemukakan, pertama, bagaimanakah etnik Mandar mempertahankan identitasnya yang telah
dikonstruksikan? Apakah identitas tersebut dapat memperkuatmodal social etnik Mandar sebagai komunitas
yang kuat? Kedua, Apakah pemaknaan dan penerapan identitas etnik Mandar itu penting dalam proses
kebijakan public? Perspektif konstruktivis yang digunakan dalam penelitian ini mendeteksi keinginan para elite
yang mengatasnamakan masyarakat Mandar untuk mendapatkan kembali (re-invented) hak hak kepemilikan
etnik dan hak kepemilikan sejarah sekaligus mempertahankannya. Bertitik tolak dari perspektif etnik
konstruktivis, dapat dipahami bahwa pemikiran, perilaku dan tindakan komunitas etnik Mandar, khususnya yang
dibangun elite bertujuan untuk memproduksi kesadaran aktif politik etnik.Hasil penelitian yang diperoleh, yakni
pertama, dalam upaya mempertahan identitas Mandar, telah dilakukan oleh para elite yang terlibat dalam
pembutan dan perumusan kebijakan publik. Setiap langkap dalam proses kebijakan publik mengadopsi beberapa
elemen pembentuk identitas Mandar, Artinya bahwa elite dengan kesadaran dirinya mampu menempatkan diri
dalam memanfaatkan simbol-simbol identitas mereka dalam aktifitas sebagai pemegang kekuasaan yang
diberikan oleh masyarakat Mandar. Kedua, pemanfaatan identitas Mandar dalam proses kebijakan publik
menandakan terbentuknya kesadaran bersama dari komunitas elite sebagai perumus kebijakan . Artinya dengan
pemahaman akan identitasnya, telah terbentuk sebuah komunitas yang kuat yang diawali oleh para elite yang
dapat diadaptasi kepada masyarakat Mandar pada umumnya. Konstribusi penting dari penelitian ini adalah
perilaku yang membangkitkan kehormatan etnik melalui elemen-elemen identitas. Konstruksi atas elemenelemen tersebut merupakan perwujudan dari rasa ketidakadilan menempatkan Mandar sebagai sub etnik yang
kurang mendapat kesempatan politik di Sulawesi Selatan. Dengan kondisi tersebut, etnisitas menjadi penting
dan ditempatkan sebagai sesuatu yang dibutuhkan dalam menimbulkan solidaritas etnik sebagai pengikat
sekaligus sebagai pembeda dan pengada dengan etnik yang lain. Dalam rangka mempertahankan identitas etnik
dapat ditelusuri melalui pemikiran dari Igram (1993) membenarkan bahwa konstruksi identitas secara politik
terkait dengan aksi dan keputusan politik dari masyarakat atau elite yang akhirnya menentukan sikap politiknya.
Artinya, sikap tersebut diambil berdasarkan pengalaman, pengetahuan dan perasaannya akan resisten terhadap
perubahan yang minimal secara psikologi tidak mengubah budayanya, dimana dalam hal ini elemen Mandar
tersebut oleh Putnam disebut sebagai modal social. Keeksistensian modal social oleh elite tidak lepas dari sistem
nilai yang dianutnya, berupa kaidah hidup yang dianggap perlu dipertahankan dan dimanfaatkan dalam
kehidupan sehari-hari. Dalam penelitian ini, tumbuhnya perasaan bersama dalam suatu komunitas tertentu dan
menimbulkn kesadaran bahkan upaya mertahankannya, apalagi jika memanfatkan nilai tersebut dalam
hubungan interaksi mereka cenderung akan menciptakan suatu hubungan yang kuat diantara para anggotanya
Kata kunci: Politik Identitas, konstruktivis, identitas, etnisitas, elite,modal sosial, kebijakan publik

OTONOMI DAERAH DAN DESENTRASISASI


MODEL PEMEKARAN WILAYAH DI KABUPATEN
POLMAN SULAWESI BARAT
(Kajian Sosialogis Penerapan Otonomi Daerah dan Desentralisasi)
Rahmat, Gustiana A. Kambo dan Sukri
ABSTRAK :
Pemekaran wilayah menjadi provinsi baru telah berhasil menciptakan pusat pertumbuhan baru seperti yang
telah terjadi di Kepulauan Bangka Belitung, Kepulauan Riau, Gorontalo, Maluku Utara, Banten, dan Sulawesi
Barat. Namun dari sisi lain yaitu pelayanan pada masyarakat sesuai amanat otonomi daerah dan desentralisasi
masih terdapat masalah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aspek sosiologis terbentuknya Provinsi
Sulawesi Barat, dan juga akan berusaha mendesain suatu model pemekaran wilayah di era otonomi daerah
dengan sistem desentralisasi serta untuk mengetahui pengaruh yang ditimbulkan dengan terbentuknya Provinsi
Sulawesi Barat pada masyarakat di wilayah Sulawesi Barat. Dalam melaksanakan penelitian ini, penyusun
mengambil lokasi di Kabupaten Polman Provinsi Sulawesi Barat, dengan pertimbangan bahwa kabupaten ini
adalah kabupaten yang masyarakatnya sangat dinamis dan heterogen dengan posisi yang sentral di banding
kabupaten lain di Sulawesi Barat. Selain itu kabupaten ini merupakan kabupaten yang dianggap cukup
berprestasi dan sering menjadi acuan bagi kabupaten lain disekitarnya. Karena penelitian ini akan mengkaji
pemekaran wilayah, maka unit analisis dalam penelitian ini adalah berbagai pihak yang terlibat baik langsung
mapun tidak langsung dalam rangka otonomi daerah dan desentralisasi. Dengan demikian maka populasi dalam
penelitian ini adalah tokoh masyarakat dan warga masyarakat kabupaten di wilayah tersebut serta pejabat
instansi Pemerintah Kabupaten Polman Sulawesi Barat.
KAJIAN MODEL PENGEMBANGAN METODE PENGUKURAN KEMISKINAN PERKOTAAN
DI MAKASSAR
Rahman Saeni
ABSTRAK :
The study is directed to understand the social problems in Makassar City which is based on poverty
measurement at household level through 5 dimensions of poverty measurement as follow: proper poverty,
physical weakness, susceptibility to any form of emergency situation, powerlessness, and isolation. The study
used qualitative method, and thick description to describe poverty phenomenon, but in supporting percentage of
research measurement, it used qualitative approach and survey method with five dimensions of poverty
measurement as mentioned. In the level of household unit analysis, it used some forms of tabulation to mark
analyze quantitatively simplest in measuring trends of data. The result of the study indicated that according to
the five dimensions of poverty measurement, four of these indicators that are proper poverty, physical
weakness, susceptibility to any form of emergency situation, and powerlessness are considered to be the main
problem for poor people in Makassar City. There only one indicator, isolation, showed no problems for them,
because access to the public area is relatively achievable. The result of the study also hoped giving contributio n
in practical level, for planning and overcoming of urban poverty which more problematic we faced in the future.
Keywords : Method of multidimensional poverty measurement

KEMAMPUAN PENGELOLAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DALAM MENUNJANG PELAKSANAAN


OTONOMI DAERAH DI PROPINSI SULAWESI SELATAN
Nurlina , A. Rusli dan A.Lukman Irwan
ABSTRAK :
Salah satu tolak ukur kemampuan suatu daerah menyelenggarakan tugas otonominya serta luasnya
kewenangan yang akan dilaksanakan adalah kemampuan dalam bidang keuangan,Dengan kata lain faktor
keuangan merupakan factor efensial dalam mengukur tingkat kamampuan daerah dalam melaksanakan
otonominya,dengan demikian dalam penyelenggaraan otonomi tersebut,maka salah satu factor yang harus
mendukung penyelenggaraan otonomi tersebut,maka salah satu factor yang harus mendukung adalah sumber
pendapatan asli daerah (PAD). Dengan pendapatan asli daerah tersebut daerah akan membiayai seluruh
kegiatan penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan serta pemberian pelayanan kepada masyakaranya.
Untuk itu maka daerah dituntut mampu menggali seluruh potensi yang demlikinya guna mendukung
penyelenggataan otonominya. Sesuai dengan permasalahan tersebut penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan,menganalisis dan menginterprestasikan masalah tersebut dengan mengajukan 3(tiga)
pertanyaan pokok yakni (1) Bagaimana kemampuan sumber daya aparat pengelola sumber pendapatan asli
daerah di propinsi Sulawesi Selatan (2) Bagaimana prosedur pengelolaan pendapatan asli daerah di propinsi
Sulawesi selatan(3) Berapa besar kontribusi pendapatan asli daerah terhadap APBD dalam pelaksanaan otonomi
daerah di propinsi Sulawesi selatan. Lokasi penelitian ini adalah Sulawesi selatan (Sul-Sel) dimana propinsi ini
dipilih mengingat posisinya yang sangat strategis menghubungkan Indonesai Bagian Barat (IBB) dan Indonesai
Bagian timur(IBT). Adapun wilayah sampel dalam penelitian ini adalah kabuapaten gowa kabupaten bone kota
Makassar dan kota palopo. Dasar penelitian adalah survey tipe penelitian deskriptif yang diharapkan dapat
memberikan gambaran tentang kemampuan pendapatan asli daerah dalam menunjang pelaksanaan otonomi
daerah di propinsi Sulawesi selatan.Hasil penelitian ini menunjukkan sumber daya aparat prosedur pengelolaan
dan pelaksanaan otonomi daerah belum berjalan sebagaimana mestinya. Hal ini dapat dilihat dari target dan
realisasi yang dicapai untuk lima tahun terakhir pada empat wilayah sampel,dimana terjadi kesenjangan antara
target yang ditentukan,begitu pula kontribusinya terhadap APBD masih sangat kecil. Hal ini disebabkan karena
adanya beberapa masalah yang dihadapi seperti kualitas sumber daya aparat yang masih sangat rendah dan
pengelolaan pendapatan asli daerah yang kurang maksimal. Untuk dapat mengimbangi masalah yang dihadapi
tersebut,maka pemerintah kabupaten/kota di Sulawesi Selatan khusunya pada empat Kabupaten/Kota wilayah
penelitian perlu mengambil langkah-langkah atau upaya-upaya sedemikian rupa untuk dapat meningkatkan
pengelolaan potensi pendapatan asli daerah yang merupakan salah satu pendukung pelaksanaan otonomi
daerah untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan daerah.

3. Bidang Kajian Ilmu Hukum


PENGKAJIAN SISTEM PEMENUHAN HAK MEMPEROLEH PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN
NARAPIDANA ANAK PADA LEMBAGA PEMASYARAKATAN ANAK DI SULAWESI SELATAN
Muh. Basri dan Achmad
ABSTRAK :
Pengkajian sistem pemenuhan hak memperoleh pendidikan dan pengajaran narapidana anak pada lembaga
pemasyarakatan anak di Sulawesi Selatan.jurusan Hukum Dasar/Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas
hasanuddin. This study aimed to: a) know the implementation of the fulfillment of the rights of inmates of
children to get education and teaching in a correctional institution, b) know the factors inhibiting and supporting
the implementation of the fulfillment of child prisoners in education and teaching. research was conducted in a
correctional institution makassarese class 1. methods used in collecting data through field research, library
research. primary data obtained directly from interviews with sources, while secondary data obtained from
several literature, legislation, documents and expert opinions are closely related to the object of research. the
findings obtained from this research include: a) the implementation of education and teaching in a correctional
institution conducted by the program PKBM (majoring in learning communities). This program uses to learn how
to package A, package B in accordance with the curriculum issued by the department of education and culture.
in addition, there is also a life skill and a program called KF (functional literacy) for child prisoners and other
inmates who are illiterate. however, in a correctional institution, the package A is given considering the average
inmate had children aged 15 years and have graduated from elementary school b) factors inhibiting the
implementation of education and teaching the inmates children themselves considering their age average of 15
years so that the level of emotion they are unstable as a result difficult to ignite their enthusiasm for learning,
lack of teachers who only amounted to 7 people, the less cost it difficult to provide supplies for inmates of
children, and to replace their textbooks. in addition to inhibiting factors above, the prison also has a supporting
factor in the process of education and teaching such as: the existence of a clear and unequivocal terms to be
served by any prisoner of children in the implementation of education and teaching as well as good cooperation
with departments of education and culture in the form of learning methods and provision of learning
infrastructure. This research is normative empirical research, ie research that wants to show and illustrate a fact
that the right to get education and teaching the inmates children while languishing in prison, has been done by
using pattern PKMB model (a special program to study the community) and LS ( life skill) and KF (functional
literacy) were not working effectively, because the system used less follow the mental and physical development
of children prisoners, but it is also a variety of factors that are inhibiting implementation of such education and
teaching activities. based on the results of identification are then expected to get a variable from the model
system granting the rights of prisoners' education and learning children more effectively, so that once children
are out or released from a correctional institution the child is the knowledge that it has the ability to exceed the
average ability than children Another child, so do not feel left behind in a variety of science and knowledge, so it
can be accepted and can be needed in the community because it has a skill and has the capability of reliable
and able to become inde.

QUO VADIS PENDAFTARAN TANAH DI KABUPATEN BONE


PROPINSI SULAWESI SELATAN
Andi Suriyaman Mustari Pide
ABSTRAK :
Penelitian dengan Judul Quo Vadis Pendaftaran Tanah. Dipilihnya Quo Vadis Pendaftaran Tanah sebagai fokus
penelitian mengingat bahwa Fokus pemerintah terhadap pelaksanaan pendaftaran tanah ini telah dianggap
sebagai suatu isue nasional dan menjadi pusat perhatian utama bagi pemerintah untuk menuntaskannya yang
terangkum dalam pencapaian target pelaksanaan pendaftaran tanah di seluruh Indonesia yang dimulai saat
diundangkannya Undang-Undang Pokok Agraria hingga sekarang ini. Tujuan penelitian ini adalah : Untuk
mengindentifikasikan dan melakukan suatu analisis secara yuridis tentang seberapa besar bentuk pengaruh
motivasi masyarakat dalam melakukan pendaftaran tanah hak miliknya, untuk mengukur secara infrensial
bentuk hubungan yang terjadi antara tigkat pengetahuan hukum masyarakat di satu sisi dengan motivasi
masyarakat di sisi lain yang dikaitkan di dalam pelaksanaan pendaftaran tanah khususnya tanah-tanah
masyarakat dengan status hak milik, menganalisis wujud-wujud sikap masyarakat di dalam pelaksanaan
pendaftaran tanah, sehingga diketahui bentuk-bentuk respon yang nyata dan sangat aktual dari masyarakat
sebagai obyek sasaran dalam pelaksanaan program pendaftaran tanah ini, untuk melakukan identifikasi
beberapa bentuk hambatan-hambatan yang dirasakan baik itu yang dirasakan oleh masyarakat maupun oleh
aparat pelaksana di lapangan (Aparat BPN) dan aparat lainnya yang terkait di dalam proses pelaksanaan
pendaftaran tanah . Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Bone. Lokasi penelitian ini meliputi 2 kecamatan, 25
Desa dan 3 Kelurahan. Dengan pertimbangan bahwa di kecamatan ini masih banyak tanah-tanah milik
masyarakat yang belum didaftarkan,serta lokasi penelitian ini telah dapat mewakili secara representatif daerah
kabupaten Bone. Data yang diperoleh dari penelitian diolah dengan teknik analisis kualitatif (teknik analisis
dengan menggunakan analisis secara non-numerik) dan selanjutnya dideskripsikan. Hasil yang dicapai dalam
penelitian ini adalah : kurangnya motivasi, sikap dan pengetahuan masyarakat tentang pendaftaran tanah,
rendahnya tingkat pengetahuan hukum dari warga masyarakat sangat berpengaruh terhadap motivasi mereka
untuk mendaftarkan tanah-tanah hak miliknya, Sikap masyarakat untuk mendaftarkan tanahnya di Kabupaten
Bone sangat lemah, hambatan yang sangat dirasakan pihak Kantor Pertanahan adalah masalah sarana dan
prasarana serta anggaran yang tersedia untuk penyuluhan hukum yang sangat minim. Oleh karena itu maka
perlu kiranya pihak Kantor Pertanahan Kabupaten Bone bekerjasama dengan pemerintah daerah untuk
mengalokasikan dana khusus untuk pelaksanaan penyuluhan kepada masyarakat.

4. Bidang Kajian Ilmu Sastra dan Budaya


PEMBUATAN KARAKTER ANGKA DAN DIAKRITIK SERTA PEMANFAATAN PROGRAM MULTIMEDIA
INTERAKTIF UNTUK PEMBELAJARAN BAHASA MAKASSAR DI SULAWESI SELATAN
Yusring Sanusi Baso, Ery Eswary dan Paharuddin
ABSTRAK :
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan angka dan diakritik dalam Alsara Lontarak. Pengembangan ini
dimaksudkan membuat bentuk atau karakter angka dan diakritik dalam lontarak. Karakter tersebut
dikembangkan lebih lanjut dalam bentuk program elektronik yang dapat dijalankan pada offece word. Program
yang digunakan dalam membuat dan merevitalisasi karakter lontarak tersebut adalah program Font Monger.
Hasilnya pengembangan angka dan diakritik tersebut adalah tersedia file dalam bentuk font.ttf yang diberi nama
itrunhas,ttf. Di samping itu penelitian ini memcoba mendesain model pembelajaran bahasa Daerah berbasis
SCL. Model dan desain serta materi penduku pun disiapkan pada website.http://unhas.ac.id/arab/elearning/lontara

BIDANG ILMU KESEHATAN

1. Bidang Kajian Ilmu Farmasi


BIOAKTIVITAS ANTIKANKER PTEROSPERMUM CELEBICUM MIQ DAN ELUSIDASI TERHADAP
STRUKTUR MOLEKUL PROSPEKTIF
Asnah Marzuki, Usman dan Nurisyah
ABSTRAK :
Penelitian ini bertujuan (1) mengisolasi dan elusidasi struktur molekul prospektif metabolit sekunder dari kayu
batang Pterospermum celebicum Miq, (2) menentukan bioaktivitasnya terhadap Sel Hela antikanker. Untuk
mencapai tujuan ini, maka dilakukan maserasi dengan pelarut metanol (CH 3OH). Hasil ekstraksi dipartisi
dengan menggunakan beberapa pelarut organik: kloroform (CHCl 3) dan etil asetat (EtOAc). Ekstrak yang
diperoleh difraksinasi dan dimurnikan dengan menggunakan kromatografi kolom vakum (KKV), kromatografi
kolom tekan (KKT) dan kromatografi kolom gravitasi (KKG). .Penentuan struktur senyawa berdasarkan hasil
analisis data spektroskopi: ultra violet (UV), infra merah (IR), 1H dan 13C NMR, DEPT 135, COSY dan HMBC.Hasil
penelitian menunjukkan bahwa telah dielusi struktur molekul dari Pterospermum celebicum Miq yaitu senyawa:
(1) asam 2,3-dihidroksi-12-oleanen-28-oat, (2) asam 2,3,23-trihidroksi-12-oleanen-28-oat, dan (3) 5,7,4,5tetrahidroksi-flavan-3-ol. Senyawa (1) dan (2) menunjukkan bioaktivitas: antitumor terhadap sel Hela IC 50
21,85 g/ml dan 12,90 g/ml.
POTENSI ANTI ATEROSKLEROTIK HERBA CEPLUKAN (PHYSALIS ANGULATA) DENGAN UJI
SINTESIS SITOKIN PROINFLAMATORI DAN AKTIVITAS PENGHAMBATAN OKSIDASI LDL
Marianti A. Manggau
ABSTRAK :
Oksidasi lipoprotein densitas rendah pada sel endotel memegang peranan penting sebagai penyebab dan
mempengaruhi aterosklerotik. Sesuai dengan hal tersebut kami telah menguji aktivitas antioksi dan ekstrak
etanol etil asetat dan tidak larut etil asetat herba ciplukan (Phyasalis angulata). Ekstrak larut etil asetat memiliki
aktivitas penghambatan radikal bebas hydrogen (DPPH) nitrit oksida tertinggi dengan IC50 masing-masing
sebesar 232,66 ppm dan 398 ppm. Sedangkan aktivitas penghambatan oksidasi LDL terkuat juga ditunjukkan
oleh ekstrak etil asetat sebesar 100 ppm. Lesi lipid total diwarnai dengan hematoksilin Meyer dan
penghambatan oksidasi LDL dimonitor menggunakan gel elektroforesis menggunakan mencit
hiperkoleseterolemik. Dari hasil pengukuran menunjukkan ekstrak etil asetat memiliki aktivitas antioksidan dan
penghambatan aterosklerotik paling poten. Oleh karena itu ekstrak etil asetat selanjutnya difraksinasi dan
diperoleh 6 fraksi. Terlihat bahwa fraksi C ekstrak larut etil asetat memiliki aktivitas paling pote n menghambat
radikal bebas NO dengan IC50 sebesar 119.23 ppm. Aktivitas penghambatan aterosklerosis pada aorta mencit
berdasarkan pengamatan penghambatan hyperplasia dan penimbunan lipid ditunjukkan juga oleh fraksi C
ekstrak larut etil asetat. Penghambatan sintesis sitokin proinflamatori MCP-1 juga ditunjukkan oleh fraksi C
ekstrak etil asetat.
Kata Kunci : Physalis angulata,oksidasi LDL aterosklerosis antioksidan sitokin proinflamatori MCP-1

II. ABSTRAK PENELITIAN HIBAH PEKERTI 2010

BIDANG ILMU EKOSOSBUDKUM

1. Bidang Kajian Ilmu Sosial dan Ilmu Politik


LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN KERJASAMA ANTAR PERGURAN TINGGI (HIBAH PEKERTI)
TAHUN ANGGARAN 2010
Muh. Basir Said
ABSTRAK :
Isu tentang kawasan kumuh perkotaan menarik untuk diteliti, paling tidak karena tiga hal yakni : Berdasarkan
dimensi fisik, kawasan kumuh mengindikasikan borok-borok tataruang yang mengganggu keindahan kota;
berdasarkan dimensi sosial ekonomi, kawasan kumuh menggambarkan kelompok penduduk kota yang miskin
dan terkebelakang; dan berdasarkan dimensi moral, kawasan kumuh menjadi basis terjadinya kriminalitas,
kenakalan remaja dan prilaku menyimpang. Bahkan dilihat dari dimensi kesehatan, kawasan kumuh dapat
menjadi tempat penyebaran p[enyakit infeksi, terutama infeksi menular yang membahayakan penduduk kota.
Latar belakang inilah yang menarik untuk diteliti sehingga memunculkan satu judul penelitian : Pengembangan
Model Lembaga Inovatif pada Lingkungan Pemukiman Kumuh di Kota Makassar. Metodologi penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah; jenis penelitian deskriftif kualitatif dengan desain penelitian studi kasus.
Adapun metode pengumpulan datanya yakni pengamatan dan wawancara mendalam ditambah dengan studi
dokumen.
Hasil penelitian diperoleh bahwa kondisi sosial budaya dan ekonomi pada masyarakat pemukiman
kumuh di kelurahan Pampang kota Makassar dapat dilihat pada pola hubungan antara anggota kerabat dan
daerah asal, pola hubungan dalam berteman, pola hubungan dalam bertetangga, kegiatan gotong royong,
tolong menolong dalam kesukaan misalnya saat ada pesta perkawinan atau hajatan, tolong menolong dalam
kedukaan misalnya karena adanya tetangga yang meninggal. Tetapi sering pula ada hubungan dalam bentuk
persaingan ataupun konflik, hubungan sosial ini lebih mengarah kehal negative. Selain hubungan-hubungan
sosail yang disebut di atas, wujud yang paling nyata dapat dilihat pada saat adanya aktivitas perayaan hari -hari
raya, baik itu hari raya agama Islam maupun hari raya nasional yakni hari kemerdekaan RI 17 Agustus. Adapun
deskripsi tentang pemenuhan kebutuhan ekonomi masyarakat pemukiman kumuh di kelurahan Pampang adalah
merupakan hasil dari proses adaptasi terhadap lingkungan fisik dan sosial warga agar tetap bertahan didup,
yakni dengan melakukan pekerjaan sebagai tukang becak, buruh bangunan, pemulung dan jual-jualan.Selain
kondisi sosial budaya dan ekonomi, hasil penelitian juga mendeskripsikan tentang bagaimana wujud tataruang
pemukiman kumuh yang dapat dilihat pada pola tataruang pemukiman, bentuk ruang dalam rumah yang seakan
menyatu antara ruang tamu, ruang tidur dan dapur. Selain itu ciri kekumuhan dapat juga dilihat pada aspek
sarana dan prasarana, seperti jalanan, sampah, dan pembuangan air tinja.
Sedangkan akses masyarakat
kawasan pemukiman kumuh terhadap beberapa fasilitas sosial, nampaknya kurang terjangkau seperti akses
terhadap perumahan yang layak, akses terhadap pelayanan kesehatan, akses terhadap air bersih, dan akses
terhadap jamban keluarga, serta akses terhadap kesehatan lingkungan.
Kata kunci : Model, Lembaga, Inovatif, Masyarakat, Sosial, Budaya, Ekonomi dan Pemukiman kumuh.

RESISTENSI ORANG KOTABENGKE SEBAGAI KELOMPOK MARGINAL DAN HARMONISASI


KELOMPOK DALAM STRUKTUR MASYARAKAT BUTON
Tasrifin Tahara dan Nurhadelia
ABSTRAK :
Penelitian ini merupakan studi etnografi (kualitatif) orang Katobengke sebagai kelompok marginal dalam struktur
masyarakat Buton. Penelitian dilakukan di bekas wilayah Kesultanan Buton Kota Bau-Bau Provinsi Sulawesi
Tenggara.Teknik pengumpulan data dilakukan dengan studi literatur (manuskrip), wawancara (interview) dan
pengamatan (observasi). Hasil penelitian menunjukan bahwa Sebagai kelompok yang didominasi atau
disematkan stereotipe, orang Katobengke berusaha melawan definisi yang diberikan kelompok kaomu-walaka.
Bentuk-bentuk perlawanan terhadap kelompok kaomu-walaka berupa perlawanan terhadap sistem pengetahuan
orang Wolio, resistensi lewat jalur pendidikan, resistensi dengan menggunakan simbol negara/militer, dan
resistensi lewat jalur politik sebagai ruang negosiasi status orang Katobengke dalam struktur masyarakat Buton.
Kata Kunci: Stereotipe dan Resistensi.

III. ABSTRAK PENELITIAN FUNDAMENTAL 2010

BIDANG ILMU TEKNOSAINS

1. Bidang Kajian Ilmu MIPA


SELEKTIVITAS p-(AMINO) BUTOKSIKALIKS(4) ARENA DAN p-(ASETALAMINO) BUTOKSIKALIKS(4)
ARENA TERHADAP ANION NO3, HSO4,DAN H2PO4
Firdaus dan Maming
ABSTRAK :
Penelitian ini meliputi penggunaan dan uji selektivitas ekstraksi senyawa p-(amino)butoksikaliks (4)arena dan p(asetilamino) butoksikaliks (4)arena terhadap anion nitra,bisulfate dan dihidrogenfosfat. Ekstraksi dilakukan
dengan batch dan melibatkan dua variable, yakni waktu ekstraksi dan konsentrasi larutan anion. Pengukuran
konsentrasi anion dilakukan dengan metode konduktometri dan standardisasi eksternal yang dikoreksi dengan
konduktivitas control. Selektivitas ditentukan dengan metode perbandingan ekstraktivitas masing-masing
ekstraktan terhadap anion nitrat, bisulfate, dan dihidrogenfosfat. Melalui penelitian ini maka diketahui bahwa
waktu optimum ekstraksi anionnitrat, bisulfate,dan dihidrogenfosfat oleh ekstraktan p-(amino) butoksikaliks
(4)arena masing-masing dan berturut-turut adalah 150 menit,90 menit,dan 180 menit.Urutan ekstraktabilitas p(amino) butoksikaliks (4)arena adalah anion dihdrogenfosfat (80,0%) anion nitrat (64,7 %) dan bisulfate
(130,0%)dan anion nitrat (37,3%). Ekstraktan p-(amino) butoksikaliks (4)arena dan p-(asetilamino)
butoksikaliks (4)arena keduanya lebih selektif terhadap anion dihidrogenfosfat.
Kata Kunci : p-(amino)butoksikaliks (4) arena,p-(asetilamino)butoksikaliks (4) arena,anion nitrat,bisulfat dihidrogenfosfat
ekstraksi selektivitas.

KAJIAN GEOFISIKA-GEOLISTRIK UNTUK MENENTUKAN HARGA


TAHANAN JENIS LAPISAN BATUAN
Syamsuddin, Muh.Altin Massinai dan Makharani
ABSTRAK :
Daerah Aliran Sungai (DAS) Jeneberang merupakan tempat akumulasi material rombakan lonsoran Gunung
Bawakaraeng. Tahanan jenis material dari beberapa jenis batuan yang mengendap ini perlu diketahui dengan
menggunakan kajian geofisika-geolistrik. Metode geolistrik tahanan jenis yang digunakan dalam penelitian ini
bertujuan untuk memetakan secara vertical lapisan batuan di hulu dan hilir DAS Jeneberang. Hasil yang
diperoleh menunjukkan nilai tahanan jenis di hulu DAS Jeneberang relative tinggi,yaitu sekitar 300-2000
Ohmmeter. Harga ini menunjukkan nilai tahanan jenis batuan plutonik. Disekitar hilir DAS Jeneberang nilai
tahanan jenis relative rendah,yaitu dibawah 300 Ohmmeter. Nilai ini menandakan bahwa di hilir DAS
mengendap batuan yang telah mengalami pelapukan.
Kata Kunci : Longsoran,Sungai Jeneberang,Tahanan Jenis,Batuan Plutonic .

BIDANG ILMU AGROKOMPLEKS

1. Bidang Kajian Ilmu Kelautan dan Perikanan


ANALISIS HISTOPATHOLOGY DAN BIOMARKER JARINGAN TUBUH UDANG WINDU (Penaeus
monodon) YANG TERPAPAR DENGAN LOGAM BERAT TEMBAGA (Cu) PADA DOSIS LETHAL
Liestiaty Fachrudin dan Musbir
ABSTRAK :
Udang windu (Penaeus monodon) adalah produk utama kedua budidaya air payau di Sulawesi Selatan. Udang
ini juga merupakan makanan populer dan merupakan komoditi ekspor Indonesia. Akan tetapi logam berat
yang terdapat dalam perairan tambak bisa diakumulasikan di dalam tubuh udang sampai pada konsentrasi yang
melebihi konsentrasi pada lingkungan sekitarnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis konsentrasi
logam berat pada tubuh udang windu yang dibudidayakan di tambak-tambak Makassar, Maros dan Pangkep,
pada udang ukuran kecil (<5 cm), sedang (5-10 cm), dan besar (>10 cm). Konsentrasi Cu pada udang windu
hasil budidaya petani di Kota Makassar rata-rata 0,027 mg/kg, Maros rata-rata 0,015 kg/kg, Pangkep rata-rata
0,02 mg/kg. Individu yang lebih besar mengandung logam Cu yang lebih tinggi perbobot badan dibanding
dengan individu yang lebih kecil. Konsentrasi Cu pada udang tidak melebihi 20 mg/kg sebagai nilai maksimum
Cu untuk konsumsi.
Kata Kunci: Udang Windu, Cu, Makassar, Maros, Pangkep

2. Bidang Kajian Ilmu Kehutanan


KAJIAN DINAMIKA DAN PARTSIPASI MASYARAKAT DI SEKITAR DAERAH ALIRAN SUNGAI
(DAS) BILA WALANAE DALAM RANGKA PENYELAMATAN DANAU TEMPE
A.Mujetahid dan Iswara Gautama
ABSTRAK :
Tujuan penelitian mempelajari dan mengamati dinamika kelompok tani dan masyarakat pada pelaksanaan
Program RHL (konservasi lahan) di wilayah DAS Bila Walanae yang merupakan hulu Danau Tempe, menganalisa
karateristik sosial yang mempengaruhi tingkat partipasi masyarakat di wilayah DAS Bila Walanae dan melihat
hubungan antara dinamika kelompok tani dan masyarakat terhadap tingkat partisipasi dalam RH. Penelitian ini
dilaksanakan selama kurang lebih 8 bulan dari bulan Maret sampai dengan Oktober 2010, di wilayah DAS Bila
Walanae dengan menetapkan beberapa kecamatan atau desa terpilih yang ada dibeberapa wilayah
kabupaten: Maros, Soppeng, Sidrap, Bone dan Wajo yang dilalui oleh DAS atau merupakan wilayah tangkapan
DAS Bila Walanae. Kabupaten-kabupaten ini merupakan unit penelitian yang dijadikan acuan pengambilan
data-data sosial yang telah dirancang, yaitu dengan pengamatan langsung dan dengan penggunaan kuesioner.
Partisipasi masyarakat / petani dalam perencanaan, evaluasi kurang mendapat perhatian dari petani, sedang
pada kegiatan pelaksanaan (implementasi) kegiatan partisipasi petani cukup tinggi hal ini disebabkan karena
ada insentif yang diperoleh mereka. Dari empat variable karateristik petani / masyarakat yang diuji, umur,
pendidikan, jumlah tanggungan keluarga berpengaruh pada tingkat partisipasi sedangkan pendapatan tidak.
Dari lima kelompok tani contoh yang diamati tingkat kedinamisannya, Kelompok Tani Mase-mase di Kabupaten
Sidrap mempunyai nilai skor yang tertinggi, sedang Kelompok Tani Abadi di Kabupaten Soppeng mempunyai
nilai skor yang terendah, ini menggambarkan kedua kelompok tani ini mempunyai persepsi yang berbeda
terhadap ke delapan unsur dinamika kelompok. Faktor hubungan sosial dan pembinaan (struktur kelompok,
pembinaan kelompok, dan suasana kelompok) berpengaruh terhadap prosentase anggota kelompok yang
terlibat dalam perencanaan, evaluasi dan implementasi kegiatan RHL
Kata Kunci : Partisipasi, dinamika, masyarakat

BIDANG ILMU EKOSOSBUDKUM

1. Bidang Kajian Ilmu Ekonomi


ANALISIS FUNDAMENTAL KUALITAS LABA PERUSAHAAN
Gagaring Pagalung dan Achyar Ibrahim
ABSTRAK :
Penelitian ini membahas analisis fundamental kualitas laba berupa factor-faktor penentu kualitas informasi laba
dan konsekuensi ekonominya di pasar modal Indonesai. Faktor-faktor penentua tersebut adalah factor
innat,kinerja risiko perusahaan,dan risiko industry. Pengukuran kualitas informasi laba yang dipakai dalam
penelitian ini diatribusikan sebagai kualitas akrual persistensi prediktabilitas,perataan laba,dan kualitas laba
factorial sedangkan konsekuensi ekonominya diukur dengan memakai varian residual sekuritas. Ada tiga tahap
pengujian yang dilakukan dalam penelitian ini,pertma menguji apakah atribut-atribut kualitas informasi laba
berbeda satu dengan lainnya. Kedua menganalisis factor-faktor penentu kualitas informasi laba,dan tahap
terakhir menguji efek kualitas informasi laba di pasar modal dalam bentuk hubungan antara asimentri informasi
dan kualitas informasi laba. Hasil pengujian yang dilakukan dalam penelitian ini,pertama menguji apakah
atribut-atribut kualitas informasi laba berbeda satu dengan lainnya. Kedua menganalisis factor-faktor penentu
kualitas informasi laba,dan tahap terakhir menguji efek kualitas informasi laba di pasar modal dalam bentuk
hubungan antara asimetri informasi dan kualitas ingormasi laba. Hasil pengujian tahap pertama menunjukkan
bahwa keempat atribut kualitas informasi laba yang berbasis akuntansi berbeda satu dengan lainnya.Analisis
berikutnya adalah pengujian analisis factor keempat atribut tersebut yang menghasilkan satu factor disebut
kualitas laba factorial. Kualitas laba factorial yang dihasilkan berasal dari komponen-komponen atribut kualitas
akrual,prediktabilita dan perataan laba. Hasil pengujian factor-faktor penenu menunjukkan variable leverage
menghasilkan hubungan yang signifikan untuk kelima atribut kualitas informasi laba,volatilitas penjualan dan
ukuran perusahaan menghasilkan hubungan yang signifikan dengan empat atribut kualitas informasi laba.
Sedangkan variable lainnya bervariasi seperti variable siklus operasi kinerja dan klasifikasi industry menghasilkan
hubungan untuk dua atribut kualitas informasi laba. Disisi lain.dihasilkan pula variable yang memiliki hubungan
yang lemah yaitu likuiditas hanya satu atribut saja,bahkan variable umur tidak mempunyai hubungan dengan
kelima atribut kualitas informasi laba.Hasil pengujian konsekuensi ekonomi menhasilkan tiga atribut kualitas
informasi laba yang berhubungan secara signifikan dengan varian residual sekuritas yaitu kualitas
akrual,perataan laba,dan kualitas laba factorial. Hal ini menunjukkan pengukuran kualitas laba yang berkaitan
dengan hubungan antara laba dengan arus kas lebih kuat daripada pengukuran yang berkaitan dengan seri laba
tahun lalu dengan laba tahun sekarang. Hasil J test menunjukkan kualitas akrual lebih unggul daripada kedua
atribut kualitas informasi lainnya,sedangkan atribut perataan laba dengan kualitas laba factorial tidak saling
mengunggulkan.

2. Bidang Kajian Ilmu Sosial dan Ilmu Politik


HUBUNGAN LUAR NEGERI DALAM KERANGKA OTONOMI DAERAH
(Studi Kasus Propinsi Sulawesi Selatan)
Armin Arsyad
ABSTRAK :
Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri dan Undang-Undang Nomor 24 Tahun
2000 tentang Perjanjian Internasional, memberikan kesempatan kepada Pemerintah Daerah untuk bekerjasama
secara langsung dengan lembaga profil di luar negeri. Dengan adanya otonomi daerah, diharapkan pemda dapat
memanfaatkan peluang yang ditawarkan untuk memajukan daerahnya, namun kebijakan tersebut harus
mengacu pada one door policy. Dimana, penerapannya telah membawa berbagai dampak dikarenakan
munculnya ambiguitas dalam implementasnya. Pada satu sisi, pemerintah daerah merasa diberikan keleluasaan
untuk menentukan yang terkait dengan masalah-masalah kerjasama dan hubungan luar negeri. Disisi lain
pemerintah pusat masih ingin menerapkan kontrol yang ketat terhadap pemerinntah daerah dengan alasan
integrasi nasional. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif untuk memberikan
gambaran yang lebih detail tentang hubungan luar negeri yang dilakukan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan.
Sedangkan, teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi pustaka dan penelitian
lapang yang diharapkan akan menghasilkan data yang signifikan bagi tujuan penelitian ini. Hasil penelitian
menunjukan bahwaPemerintah Provensi Sulawesi Selatan mempunyai political will yang kuat dalam
mengembangkan perekonomian guna meningkatkan pendapatan per kapita berdasarkan potensi yang dimiliki
sebagai peluang dalam mengadakan hubungan dan kerjasam luar negeri. Dimana, Pemda Sulawesi Selatan
telah berhasil mengadakan kerjasama dengan dan hubungan dengan pihak luar negeri guna meningkatkan
investasi dan perdagangan, salah satunya dibidang "branding taxi" dengan Singapura dengan memasang stiker
komoditi Sulsel pada 100 unit taxi di Singapura. Keberhasilan lainnya, Pemda Sulawesi Selatan berhasil menarik
para investor asing. Menurut data BPS, nilai investasi Provinsi Sulawesi Selatan mengalami pertumbuhan l ebih
dari dua persen. Sepanjang 2010 realisasi investasi PMA di Sulsel sebesar 47,8 juta dollar AS dengan 20 proyek,
sedang investasi untuk PMDN sebesar Rp1,2 triliun dengan 10 proyek. Salah satu pemicu tingginya capaian
investasi adalah implikasi dari gerakan promosi yang dilakukan selama 2010. Sehingga, Sulawesi Selatan
berhasil meraih Investment Award. Disamping itu, Pemda membuat E-diplomasi untuk memaksimalkan potensi
ekonomi.

3. Bidang Kajian Ilmu Budaya dan Sastra


JEJAK BAHASA MELAYU (INDONESAI) DALAM BAHASA BUGIS,MAKASSAR,MANDAR DAN TORAJA
TINJAUAN LEKSIKOSTATISTIK
Nurhayati, Munirah Hasyim dan Syairuddin Muhidin
ABSTRAK :
Penelitian bertujuan untuk menganalisis (1) jumlah kosakata bahasa Melayu dalam bahasa Bugis, bahasa
Makassar, bahasa Mandar, dan bahasa Toraja dan (2) menganalisis tahun pisah keempat bahasa tersebut
dengan bahasa Melayu dari bahasa induknya. Lokasi penelitian di Kabupaten Barru, Kota Makassar, Kabupaten
Majene, dan Kabupaten Tanah Toraja. Metode penelitian yang digunakan adalah metode simak dengan teknik
rekam dan penyebaran daftar 200 kata Morris Swadess. Data dianalisis secara deskriptif dan tahun pisah
dihitung dengan rumus leksikostatistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada jejak bahasa Melayu d alam
bahasa Bugis, bahasa Makassar, bahasa Mandar, dan bahasa Toraja. Berdasarkan hasil pengisian daftar 200
kosakata Morris Swadess ditemukan bahwa dalam bahasa Bugis terdapat 72 kosakata yang mirip dengan
kosakata bahasa Melayu dan ditemukan bahwa bahasa Bugis dengan bahasa Melayu terpisah dari bahasa
induknya 165 tahun SM. Dalam bahasa Makassar ditemukan 80 kosakata mrip dengan bahasa Melayu dengan
tahun pisah 165 tahun SM. Terdapat 80 kosakata dalam bahasa Makassar dan bahasa Mandar yang mirip
dengan bahasa Melayu dengan tahun pisah kedua bahasa tersebut dengan bahasa Melayu dari bahasa induknya
adalah tahun 165 SM. Adapun dalam bahasa Toraja ditemukan 87 kosakata yang mirip dengan kosakata bahasa
Melayu dengan tahun pisah bahasa Toraja dengan bahasa Melayu adalah tahun 5 M.
MENGUNGKAP NILAI BUDAYA ORANG MAKASSAR YANG TERKANDUNG DALAM BENTUK-BENTUK
KEBAHASAAN UNTUK MENINGKATKAN INTEGRITAS BANSA DAN HARMONI SOSIAL KAJIAN
SEMIOTIKA BUDAYA
Tadjuddin Maknun, Munirah Hasyim dan Muslimat
ABSTRAK :
Penelitian ini bertujuan menjelaskan bentuk-bentuk kebahasaan dalam bahasa Makassar yang mengandung nilai
budaya; dan menganalisis nilai-nilai budaya yang tercermin dalam bentuk-bentuk kebahasaan tersebut.
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Gowa dan Kabupaten Takalar pada bulan April November 2010.
Sampel dipilih secara acak sesuai dengan keperluan penelitian. Metode pegumpulan data yang digunakan
adalah simak disertai dengan simak libat cakap dan tancakap; serta membaca teks yang disertai dengan teknik
catat. Data dianalisis berdasarkan konsep semiotik Roland Barthes. Hasil penelitian menunjukan bahwa bentukbentuk kebahasaan dalam bahasa Makassar yang mengandung nilai-nilai budaya, yaitu kelong dan ungkapan.
Adapun nilai-nilai budaya yang tercermin dalam bentuk-bentuk kebahasaan tersebut adalah nilai etos kerja; nilai
keteguhan; nilai solidaritas; nilai kejujuran, dan nilai etika/moral.
Kata kunci: kelong, ungkapan, nilai budaya

IV. ABSTRAK PENELITIAN HIBAH PASCA 2010

BIDANG ILMU TEKNOSAINS

1. Bidang Kajian Ilmu MIPA


PEMBUATAN,KARAKTERISASI,IMPLEMENTASI SENSOR KIMIA (BIOSENSOR SEBAGAI PIRANTI
ANALITIK UNTUK QUALITY CONTROL PRODUKSI BAHAN MAKANAN DI SULAWESI SELATAN
Wahid Wahab dan Abd.Rauf Patong
ABSTRAK :
Penelitian tahun ke-2 ini bertujuan (1) mendesain sensor kimia (biosensor) residu pestisida golongan
Organophospat,Karbamat dan logam berat (Zn,Cd dan Pb) dengan sensor serat optic,serta (2)
mengkarakterisasi sensor kimia (biosensor) dalam analisis organophospot,karbamat dan logam berat (Zn,Cd dan
Pb) dalam bahan makanan di Sulawesi Selatan. Telah didesain biosensor organophospat,karbamat unuk aplikasi
sensor potensiometrik,voltametrik dan biosensor serat optik untuk analisis logam berat (Zn,Cd dan Pb).
Penentuan kualitas elektroda dilakukan dengan mempelajari pengaruh komposisi,factor Nernst,limit
deteksi,waktu respon,pH larutan dan koefisien selektivitas. Pengukuran inhibisi pestisida diazinon menggunakan
potensiometri,persen inhibisi tertinggi pada konsentrasi 10 -3 M yaitu 45,9%. Besarnya persen inhibisi hasil
perhitungan disebabkan karena perbedaan konsentrasi glutaraldehid (GA) yang terikat pada membrane.
Semakin besar komposisi glutaraldehid yang terikat pada elektroda enzim semakin besar persentase inhibisi.
Potensi biosensornya sebesar 28,39 mV/ decade dan mendekati nilai factor Neenst teoritis (29,6 mV/decade).
Batas deteksi yang terukur biosensor diazinon adalah 6,89 (1,29 x 10-7 M). Persentase inhibisi Ensim AChE dan
ChO oleh pestisida Karbofuran adalah sebesar 21.86%. Hal ini disebabkan adanya peran diglutaraldehida yang
mengikat dan melindungi enzim agar tidak bereaksi dengan inhibitor )pestisida karbaril). Potensial biosensor
untuk pestisida karbofuran pada kisaran pengukuran 10 -5 -10-8 diperoleh factor Nernst 32,54
mV/decade,sedangkan limit deteksi biosensornya adalah 3,16 x10-8 M. Sedangkan waktu respon untuk polifirol
organophospat dan polifirol karbamat rata-rata 15-280 detik.

2. Bidang Kajian Ilmu Teknik


ANALISIS SEKURITI SISTEM TENAGA LISTRIK PADA KONDISI TERBATAS
(KASUS SISTEM SUL-SEL)
Nadjamuddin Harun
ABSTRAK :
Pada sistem tenaga yang handal,gangguan acak dapat dikurangi jika sistem tersebut mempunyai tingkat sekuriti
yang tinggi. Akan tetapi apakah yang terjadi jika sistem tenaga kurang handal atau sistem sekuritinya berada
pada level yang kritis,kemungkinan besar gangguan yang dapat diprediksi pun tidak dapat ditanggulanginya.
Sekuriti sistem sangat tergantung pada peralatan untuk mengontrol gangguan yang terjadi pada sistem. Jika
sistem mengalami keterbatasan peralatan control,maka perlu diadakan analisis pada sistem agar keterbatasan
dari sistem dapat dikurangi dengan mengoptimalkan semua peralatan control yang terdapat pada sistem.
Penelitian ini akan dilaksanakan dalam kurung waktu 3 (Tiga) tahun yaitu pada tahun pertama kegiatan yang
dilakukan adalah menyusun kerangka acuan untuk studi sekuriti sistem tenaga listrik yang meliputi studi sistem
monitoring sistem tenaga,analisis kontingensi dan status operasional sistem.Melakukan survey untuk
inventarisasi seluruh sarana dan prasarana sistem tenaga.Membuat model kuantatitaf dan kualitatif terhadap
pembangkit,jaringan dan beban di sistem tenaga listrik yang dianggap keterbatasan dana investasi. Luara n yang
diharapkan pada penelitian ini adalah mendapatkan batasan tingkat sekuriti sistem tenaga pada sistem kondisi
terbatas serta memperoleh pola operasi yang sesuai kondisi sistem. Lokasi penelitian adalah sistem
ketenagalistrikan Sulawesi Selatan. Hasil dari analisa pada penelitian tahap I (Pertama) ini adalah bahwa Aliran
Daya pada saat ini masih dari Utara (PLTA Bakaru 2x63 Mw,PLTGU Sengkang 135 MW PLTD Suppa 60 MW) ke
pusat beban di Selatan (kota Makassar) melalui transmisi 150 kV (ke Kota Makassar dan sekitarnya) dengan
transfer daya sebesar 261 MW. Tegangan sistem cukup baik masih sesuai grid code.Tegangan tertinggi di GI
Bakaru dan GI Sengkang (150 kV) dan tegangan terendah di GI Pangkep 142,5 kV. Total beban sistem sebesar
419,5 MW dengan jumlah pasokan sebesar 429 MW,dengan susut transmisi sebesar 3,3 MW (0,8%). PLN
berencana akan menambah pembangkit baru pada tahun 2010 adalah PLTG Sengkang Expansion 2 sebesar 60
MW,PLTM Tangka 10 MW (masuk sub sistem Sinjai 20 kV),Sewa PLTD MFO 70 MW,Sewa PLTD HSD 40
MW.Tambahan transmisi baru pada tahun 2010 adalah TL 150 kV SIdrap-Maros (New) Sungguminasa TL 150
kV Sengkang-SIdrap dan TL 150 kV Underground Tanjung Bunga-Bontoala sangat membantu mengalirkan daya
dari Uatara ke Selatan.

BIDANG ILMU EKOSOSBUDKUM

1. Bidang Kajian Ilmu Sosial dan Ilmu Politik


RITUAL DALAM KEHIDUPAN MITIS ORANG KAILI DAN PROSPEKNYA TERHADAP PENGEMBANGAN
EKOWISATA BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN SIGI SULAWESI SELATAN
M.Yamin Sani
ABSTRAK :
Ada 4 (empat) pilar menurut Green Tourism Association yang mendukung pengembangan ekowisata,yaitu (1)
envirotmental responsibility,mengandung pengertian proteksi konsenasi atau perluasan sumberdaya alam dan
lingkungan fisik untuk menjamin kehidupan jangka panjang dan keberlangsungan ekosistem (2) local economic
vitality yang mendorong tumbuh dan berkembang ekonomi lokal,bisnis dan kominikasi untuk menjamin
kekuatan ekonomi dan keberlanjutan (sustainability) (3) cultural sensitivity yang mendorong timbulnya
penghormatan dan penghargaan terhadap tradisi atau budaya lokal sehingga menjamin kelestariannya (4)
experiental richness menikmati atraksi yang dapat memperkaya dan meningkatkan pengalaman yang lebih
memuaskan,melalui partisipasi aktif dalam memahami personal dan keterlibatan dengan alam. Manusia tempat
dan budaya. Berdasarkan prinsip-prinsip tersebut,penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan potensi sumber
daya hayati dan keunikan bentang alam (Landsscape) yang eksotik di kawasan Dataran Tinggi Lindu. Begitu
pula pernik-pernik budaya lokal masyarakat setempat yang mempesona. Di Dataran lindu terdapat sebuah
danau,yakni danau lindu yang selama ini hanya menjadi kawasan budi daya ikan air tawar,tetapi belum
dimanfaatkan untuk wisata danau. Di Dataran lindu juga terdapat hutan lindung,maupun hutan wisata.Ada
sungai yang dapat dikembangkan sebagai wisata sungai. Demikian juga tentang bentang alam berupa lembah
dan gunung-gunung,sejatinya merupakan potensi pengembangan ekowisata. Hal lain yang menarik,bahwa
masyarakat lokal yang mendiami dataran lindu memiliki kearifan tradisi dalam mengelola sumberdaya hutan
maupun danau. Pengetahuan budaya masih dipelihara dan dipertahankan secara turun temurun. Nilai-nilai
tradisional tersebut sudah barang tentu sangat penting dalam menjaga terpeliharanya dan kelestarian ekosistem
di dataran tinggi lindu. Penelitian tahun pertama,lebih focus pada identifikasi potensi ekowisata dalam bentuk
pendeskripsian keragaman sumberdaya hayati dan bentang alam,serta pernak-pernik budaya lokal. Dalam
pendeskripsian tersebut,terungkap beberapa hal tentang potensi daerah di sektor jasa. Terutama sektor
pariwisata yang harus dikembangkan. Kabupaten sigi yang berada dalam wilayah taman nasional lore lindu
mengalami masalah pengembangan potensi daerah,karena dihambat oleh perundang-undangan ,akibat
sebagian besar daerah ini masuk dalam wilayah Taman Nasional Lore Lindu. Karena itu pengembangan sektor
industry pariwisata melalui diversifikasi atraksi dan optimalisasi penggunaan lahan untuk zona wisata,teru tama
ekoswisata dan agrowisata menjadi penting.

ANALISIS JARINGAN ANTAR ORGANISASI DALAM RANGKA PENYELENGGARAAN


PELAYANAN PUBLIK YANG DEMOKRATIS
(Studi Kasus Penyelenggaraan Pelayanan Angkutan Kota Di Kota Makassar)
Alwi dan Suratman
ABSTRAK :
Secara umum pelayanan publik yang diselenggarakan oleh birokrasi pemerintah masih merupakan masalah yang
serius, termasuk pelayanan transportasi/ angkutan kota di Kota Makassar. Secara kasat mata, pelayanan
angkutan kota di Kota Makassar belum dapat memberikan pelayanan sebagaimana yang diharapkan warga.
Padahal sebagai negara demokrasi, warga negara merupakan tuan yang harus diberikan pelayanan yang
memuaskan oleh penyelenggara negara. Oleh karena itu, penyelenggara pelayanan publik, sebenarnya , harus
memahami kebutuhan warga dan hal ini yang penulis sebut sebagai pelayanan demokratis. Secara teoritis,
untuk mengatasi masalah yang kompleks seperti masalah pelayanan angkutan kota diperlukan jaringan antar
organisasi, karena banyak lembaga yang terkait dengan hal tersebut. Penggabungan kedua konsep tersebut
menjadi konsep jaringan antar organisasi pelayanan publik yang demokratis merupakan konsep baru dalam ilmu
administrasi publik. Jaringan antar organisasi bertujuan untuk pemanfaatan sumber-sumber daya yang efisien
dan efektif, demikian juga pelayanan publik yang demokratis bertujuan menjadikan warga sebagai fokus
pelayanan publik melalui pelibatan mereka dalam proses penyelesaian masalah-masalah publik. Penelitian ini
bertujuan untuk mengungkap penyelenggaraan jaringan antar organisasi pelayanan publik (angkutan kota) yang
demokratis di Kota Makassar. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan strategi penelitian studi kasus
dengan tipe deskriptif untuk mengungkap secara mendalam jaringan antar organisasi pelayanan publik
(angkutan kota) yang demoratis di Kota Makassar. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
pengamatan, wawancara mendalam, dan dokumen. Teknik pengolahan dan analisis data adalah analisis
kualitatif studi kasus deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyelenggaraan jaringan antar organisasi
pelayanan publik (angkutan kota) yang demokratis di Kota Makassar belum efektif. Hal ini dapat dilihat: 1)
regulasi: Forum Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Kota Makassar sebagai wadah bersama para pemangku
kepentingan angkutan kota belum tersosialisasi dengan efektif. 2) komitmen: belum menunjukkan komitmen
para pelaksana di lapangan. 3) sumber daya: penggunaan bersama sumber daya para pelaksana belum ada. 4)
kerja sama: belum ditemui adanya kerja sama dengan lembaga-lembaga lain dalam menunjang implementasi
program-program yang telah ditetapkan dalam Forum Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. 5) koordinasi: masingmasing para pelaksana di lapangan menjalankan programnya sesuai dengan tugas pokok dan fungsi
lembaganya. 6) kolaborasi: pada tahap implementasi program Forum belum terlihat adanya kolaborasi. dan 7)
paritisipasi: belum semua pemangku kepentingan angkutan kota di Kota Makassar berparitisipasi dalam Forum.

2. Bidang Kajian Ilmu Sastra dan Budaya


ANCANGAN MODEL INTERAKSI KELAS TERHADAP PEMBELAJARAN GRAMATIKA BAHASA INGGRIS
DALAM RANGKA MENINGKATKAN KOMPETENSI BAHASA INGGRIS MAHASISWA
: KAJIAN EKSPERIMENTAL
Abdul Hakim Yassi
ABSTRAK :
Penelitian ini dirancang untuk mengkaji sebuah ancangan model pembelajaran gramatika Bahasa Inggris
berbasis interaktif, paired interaction dalam rangka meningkatkan kompetensi Bahasa Inggris mahasiswa.
Penelitian ini sifatnya quasi experimental menggunakan rancangan nonequivalent control group design yang
menempatkan kompetensi Bahasa Inggris yang meliputi kompetensi Grammar, Writing, Reading, Speaking, dan
Listening sebagai dependent variables serta conventional teaching dan ancangan model pembelajaran paired
interaction sebagai independent variables. Data yang diperoleh dari 40 sampel mahasiswa Sastra Inggris
Universitas Hasanuddin berupa nilai hasil tes pre-test dan post-test mereka terhadap kelima kompetensi
tersebut. Penelitian ini menyimpulkan bahwa seperti yang ditegaskan oleh uji T, ancangan model pembelajaran
yang dikaji pada penelitian ini menunjukkan trend yang positif dalam rangka meningkatkan kompetensi Bahasa
Inggris mahasiswa. Dari kelima kompetensi yang diamati, ditemukan bahwa kompetensi Speaking dan Grammar
meningkat secara signifikan. Hal ini berarti, model pembelajaran ini memungkinkan mahasiswa memiliki bukan
saja kompetensi Grammar yang relatif bagus, melainkan pula memiliki kompetensi berkomunikasi dalam Bahasa
Inggris yang juga relatif bagus. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa model ini telah mampu memecahkan
masalah klasik terhadap model pembelajaran Gramatika Bahasa Inggris yang diterapkan selama ini, yakni
ketidakmampuan model tersebut meningkatkan communicative skills mahasiswa. Kompetensi Grammar mereka
mungkin saja meningkat, tetapi mereka tidak mampu berkomunikasi dalam Bahasa Inggris. SElanjutnya,
ditemukan pula bahwa model pembelajaran yang dikaji pada penelitian ini juga sangat efektif terhadap
peningkatan kompetensi Writing dan Reading mahasiswa. Namun demikian, trend positif tersebut tidak terjadi
pada kompetensi Listening mahasiswa. Hal ini diakibatkan oleh sebagaimana yang peneliti yakini factor derajat
exposure tuturan Bahasa Inggris tersebut kepada pembelajar. Semakin tinggi tingkat exposure tuturan Bahasa
Inggris tersebut kepada pembelajar itu, semakin tinggi pula tingkat pemahaman mereka terhadap tuturan
tersebut karena pendengaran mereka semakin akrab terhadap tuturan Bahasa Inggris tersebut.
Kata Kunci;
Profisiensi Bahasa Inggris, Kemampuan komunikatif,
pengajaran konvensional, interaksi
berpasangan.

BIDANG ILMU KESEHATAN

1. Bidang Kajian Ilmu Kesehatan Masyarakat


PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN MASALAH GANGGUAN TUMBUH
KEMBANG ANAK USIA DINI
Abd. Razak Thaha, Hamka Naping dan Meta Mahendraddtta
ABSTRAK :
Salah satu upaya untuk menangani masalah gizi pada balita mengingat program MP-ASI pabrikan maupun MPASI lokal sebelumnya tidak memberikan hasil yang baik adalah dengan melakukan intervensi berupa pemberian
sprinkle yaitu campuran berbagai zat gizi mikro dalam bentuk bubuk. Keuntungannya disamping harganya
murah, mudah dalam operasionalnya, dan hampir mencukupi kebutuhan zat gizi mikro anak dalam sehari
karena mengandung 14 macam vitamin dan mineral. Pemberian sprinkle ini dengan cara disertakan dalam
makanan kesehariannya. Di Indonesia sendiri, sprinkle ini telah dikembangkan oleh DEPKES RI dan diberi nama
Taburin yang dibiayai oleh The Japan Fund untuk menurunkan angka kemiskinan yang dikelola oleh Asian
Development Bank. Penelitian ini dilaksanakan untuk jangka waktu 3 tahun. Dari hasil intervensi penelitian
tahun pertama pada SeptemberDesember 2008 berupa pemberian taburin pada anak baduta usia 612 bulan
di daerah kabupaten Banggai Sulteng selama 90 hari, menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kadar Hb yang
cukup signifikan pada anak yang diberikan taburin. Anak baduta tersebut mengkonsumsi taburin terakhir kali
pada bulan Desember 2008. Pada penelitian tahun kedua ini dilakukan penelitian lanjutan untuk mengevaluasi
kembali kadar Hb anak baduta yang memperoleh taburin setelah 5-7 bulan tidak lagi memperoleh taburin. Hal
ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa lama efek pemberian taburin tersebut dapat bertahan dalam tubuh
anak. Selain memberikan informasi berkaitan dengan asupan gizi mikro pengaruhnya terhadap kadar Hb anak
baduta, penelitian ini pula dimaksudkan apakah pemberian taburin selama 90 hari pada baduta usia 6-11 bulan
masih memberikan pengaruh yang sama terhadap pertumbuhan baduta (usia 12-24 bulan), serta seberapa
besar perbedaan laju pertumbuhan dan perkembangan motorik kasar pada kelompok yang di intervensi
dibandingkan kelompok kontrol. Jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah karakteristik responde n,
kadar Hb, pertumbuhan, perkembangan motorik bayi, recall 24 jam makanan bayi, food frequensi makanan
baduta dan morbiditas bayi.Dari hasil penelitian, ditarik kesimpulan yaitu: (a) pemberian taburia selama 90 hari
berturut-turut masih bisa mempertahankan kadar Hb balita pada kondisi normal sampai 6 bulan setelah
pemberia, (b) terdapat perbedaan yang signifikan antara rerata kadar Hb kelompok intervensi dengan kelompok
kontrol 5-7 bulan setelah tidak diberikan intervensi, (c) tidak ada perbedaan tingkat kecukupan konsumsi zat gizi
besi, vitamin C, maupun asam folat serta morbiditas antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol setelah
tidak diberikan intervens, (d) pertambahan berat badan dan panjang badan antara kelompok intervensi dengan
kelompok kontrol terdapat perbedaan yang bermakna pada bulan ketiga p<0,05 dengan besar persentasi laju
pertambahan tinggi pada kelompok intervensi daripada kelompok kontrol, (e) rerata nilai z-score untuk indeks
BB/U, BB/PB dan IMT/U baduta di kelompok intervensi tidak menunjukkan hasil yang berbeda dibandingkan
dengan kelompok kontrol p>0,05, (f) rerata nilai z-score untuk indeks PB/U pada baduta di kelompok intervensi
pada umumnya menunjukkan hasil yang berbeda dibandingkan dengan kelompok kontrol p<0,05 pada
pengukuran bulan kedua dan ketiga, (g) rerata peningkatan presentase perkembangan motorik pada kedua
kelompok memiliki hasil uji statistic yang menunjukkan perbedaan nyata antara kedua kelompok (p=0,000).
Mengingat bahwa efek taburia masih dapat bertahan sampai 6 bulan setelah pemberian, sehingga dapat
direkomendasikan kepada Dinas Kesehatan bahwa untuk kepentingan preventif, maka setelah pemberian
selama 90 hari maka 6 bulan setelahnya dapat diberikan taburia lagi.

V.

ABSTRAK PENELITIAN STRATEGIS NASIONAL 2010

BIDANG ILMU TEKNOSAINS

1. Bidang Kajian Ilmu MIPA


PENENTUAN TRAYEK ANGKUTAN KOTA MAKASSAR MELALUI METODE
PERENTANGAN GRAF MAKSIMAL
(METODE DIJKSTRA)
Loeky Haryanto, Budi Nurwahyu, Hasmawati dan Hendra
ABSTRAK
Penelitian ini didasarkan pada masalah yang timbul akibat ketidak seimbangan keberadaan angkutan kota di
Makassar. Keberadaan trayek angkutan kota(pete-pete) tidak sesuai lagi dengan perkembangan pembangunan
kota Makassar. Untuk itu, dalam penelitian dilakukan pengkajian ulang tentang keberadaan trayek angkutan
kota, melalui penelitian penggunaaan metode Dijkstra dengan bobot okupansi jalan maksimal terhadap
keberadaan jalan raya yang ada di kota Makassar, sebagai upaya untuk memperoleh rute-rute angkutan kota
yang mempunyai tingkat okupansi yang maksimal. Dari penelitian ini jumlah nama jalan yang digunakan
sebanyak 112 nama jalan yang terdiri atas 330 ruas dengan jumlah simpul (perempatan jalan) sebanyak 117
perempatan.dari 171 trayek yang mungkin dari 19 terminal yang ada,. Dari penelitian ini diperoleh 41 trayek
utama dengan tingkat okupansi tinggi, yaitu dengan ratio trayek diatas 2.00. Namun dari 41 trayek tersebut 24
trayek merupakan trayek prioritas 17 trayek merupakan trayek kebalikan yang berbeda jalur. Ke 24 trayek
tersebut dapat digolongkan dalam trayek berjarak 9- 12 KM sebanyak 3 trayek. Trayek berjarak 13-15 KM
sebanyak 8 trayek. Trayek berjarak 16-20 KM sebanyak 11 trayek dan trayek berjarak 21-25 KM sebanyak 2
trayek.
Kata kunci: Angkutan kota, metode Dijkstra, bobot lintasan, okupansi

EKSTRAKSI KROM (VI) DARI LIMBAH CAIR INDUSTRI PELAPISAN LOGAM DENGAN EKSTAKTAN IFENIL-3-METIL-4 BENSOIL-5-PIRAZOLON MENGGUNAKAN EMULASI CAIR BERSURFAKTAN
Prastawa Budi, Rohani Bahar dan Djabar Nur Basir
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kondisi optimum dan persen ekstraksi Cr(VI) dari limbah cair industry
pelapisan logam dengan ekstraktan I-fenil-3-metil-4-benzoil-5pirazolon (HPMBP) menggunkan emulasi cair
bersurfaktan. Sintensis HPMBP dilakukan dengan melarutkan I-fenil-3-metil-5-pirazolon dalam pelarut 1,4diskson dan mereaksikannya secara refluks pada suhu 100-120 0C selama 30 menit dengan benzoil klorida
menggunakan kalsium hidroksida sebagai katalis. Setelah refluks selesai,campuran dituangkan ke dalam larutan
HCI 2M,Kristal yang terbentuk dipisahkan dan dicuci dengan sedikit 1,4-diksan dan air kemudian Kristal tersebut
direkristalisasi. Hasil sintesis menunjukkan bahwa Kristal HPMBP berwarna kuning dengan titik leleh 86-87 0C
dan rendemen sintesis 72,6%. Hasil uji struktur Kristal hasil sintesis yang menggunakan speaktrofotometer IR
dengan metode pellet KBr dan spektrofotometer H-NMR dengan pelarut CDCI 3 menunjang struktur HPMBP.
Konsentrasi Cr(VI) sebelum dan setelah ekstraksi ditentukan dengan menggunakan spektrofotometer serapan
atom (SSA). Kondisi optimum ekstraksi yang diperoleh adalah sebagai berikut : waktu ekstraksi 10 menit laju
ekstraksi 500 rpm perbandingan volume emulsi dan fasa eksternal (1:6) konsentrasi HPMBP 0,020 M,konsentrasi
HCI dalam fasa internal 0,6 M,PH fasa eksternal 4,0 konsentrasi fasa eksternal 200 ppm. Penerapan kondisi
optimum pada limbah cair industry pelapisan logam dengan emulasi cair bersurfaktan melalui ekstraksi
bertingkat,diperoleh persen ekstraksi Cr(VI) berhasil ditingkatkan menjadi 90,16%.

VARIASI GENETIK DAN DISTRIBUSI SPASIAL


ABALON DI SUL-SEL
Magdalena Litaay dan Rosana Agus
ABSTRAK
Abalon merupakan kelompok moluska laut ekonomis disebabkan oleh bentuk dan warna kerang yang indah dan
merupakan makanan prestise terutama bagi keturunan tionghoa di berbagai tempat di dunia. Abalon
mengandung nutrisi yang baik, namun tidak umum dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia Eksploitasi abalon di
Indonesia lebih ditujukan untuk ekspor.
Permintaan dunia akan abalon meningkat sejalan dengan
meningkatnya kebutuhan akan sumber protein serta perkembangan industri perhiasan dan akuarium. Disisi lain
informasi keberadaan abalon di alam dan variasi genetiknya terutama di Indonesia masih sangat terbatas.
Sulawesi Selatan memiliki daerah perairan yang cukup luas, memiliki sumber daya hayati laut yang berpotensi
untuk dikembangan. Penelitian mengenai kekerangan abalon sangat penting untuk menyediakan informasi
mengenai potensi dan tingkat pemanfaatan kekerangan abalon sebagai bahan untuk pengembangan
berkelanjutan komoditi ini di Sulawesi Selatan. Kajian ini menggunakan dua pendekatan yakni penelitian
lapangan dan kajian variasi genetik dan molekular abalon. Kajian aspek genetik molekular Haliotis spp sangat
perlu dilakukan dalam rangka menunjang program breeding untuk konservasi dan marikultur. Kajian ini
menggunakan dua pendekatan yakni penelitian lapangan pada dua lokasi di perairan Spermonde dan Teluk
Bone. Analisis aspek variasi genetik abalon dilaksanakan di Lab bioteknonologi Pusat Kegiatan Penelitian Unhas.
Data sekunder diperoleh dari kajian yang telah dilakukan sebelumnya. Hasil penelitian mencatat terdapat enam
jenis abalon di daerah Sulawesi Selatan. Jenis yang paling umum ditemukan adalah abalon tropis Haliotis
asisnina L .Hasil kajian dan rekomendasi pada pemerintah tentang pengelolaan berkelanjutan komoditi ini telah
dipresentasikan pada Simposium Nasional Pengelolaan Pesisir, laut dan Pulau-Pulau Kecil di Bogor pada tanggal
18 November 2010. Selanjutnya, luaran lain kegiatan ini berupa publikasi pada jurnal terakreditasi yang
memfokus pada aspek variasi genetika abalone tropis sementara dalam proses penyelesaian .
Kata Kunci: kerang mata tujuh, gastropoda laut, Spermonde, Haliotis

2. Bidang Kajian Ilmu Teknik


RANCANG BANGUN KAPAL PENOLONG DARI BAHAN KOMPOSIT BERPENGUAT SERAT RAMI
Zulkifli Djafar, Hammada Abbas dan Zulkifli
ABSTRAK
Perkembangan bahan teknik terutama komposit polimer yang meliputi bahan-bahan baru (Advanced
materials),proses untuk manufaktur dan aplikasi teknik pada decade ini menunjukkan peningkatan. Masalah
yang timbul seiring dengan perkembangan teknologi bahan komposit polimer tersebut adalah bagaimana
memanfaatkan bahan-baku yang cukup banyak tersedia,mampu diregenerasikan untuk mengantisipasi krisis
bahan terutama jenis plastic polimer yang sumber bahan dipengaruhi oleh minyak bumi yang tidak bisa
diperbaharui ( Rowell,1998). Dalam penelitian ini dibuat prototype kapal penolong dari bahan dasar serat rami
yang telah dioptimalkan dan dikombinasikan dengan matrik epoksi Serat rami (Boehmeria nivea),diyakini
merupakan serat alam berbasis sellulosa yang memiliki sifat mekanis yang paling tinggi diantara serat alam
lainnya. Metodologi penelitian melibatkan bahan,alat bentuk dan dimensi specimen,cara karakterisasi dan
pengujian serta tahap penelitian,diawali dengan penelitian pendahuluan yang dilanjutkan dengan penelitian
lanjut terhadap perlakuan dari serat rami dalam bentuk komposit dengan cara pengujian berdasarkan standard
ASTM, pengujian tarik berdasarkan standard ASTM D 638-02 type 1 dan pengujian bending dengan uji standard
ASTM D790-02 serta uji impak dengan standard ASTM D 5942-96. Serat ramie (tenunan) type S12/3 jenis
Basket mempunyai potensi yang besar sebagai penguatan serat didalam resin matrik bahan komposit.Komposit
dengan 1laminat dengan perbandingan epoksi resin dan hardener (50:50) diperoleh kekuatan tarik maksimum
48,126 Mpa,kekuatan bending maksimun 67,321 MPA dan kekuatan impak maksimum 20,015 Kjoule. Pada
orientasi serat 0/0/0/0 (data I) dengan fraksi volume 5% terjadi kekuatan tarik yang maksimum sebesar 115,84
Mpa dan orientasi serat 90/90/90/90 (data 5) dengan fraksi volume 50% terjadi kekuatan tarik yang minimum
sebesar 31,586 Mpa. Untuk regangan tarik yang maksimum terjadi pada orientasi serat 90/0/0/90 (data 3)
dengan fraksi volume 60% sebesar 7,534% dan regangan tarik yang minimum terjadi pada orientasi serat
0/90/90/0 (data 2) dengan fraksi volume 40% sebesar 1,962%. Energi serat dan kekuatan impak maksimum
terjadi pada fraksi volume 40% sebesar 0,343 joule dan 4,4 joule/mm2 pada orientasi serat 0/0/0/0 (data I) dan
energy serat dan kekuatan impak minimum terjadi pada fraksi volume 60% sebesar 0,024 joule dan 1,24
joule/mm2 pada orientasi serat 90/90/90/90 (data5).
Kata Kunci : rami,kapal penolong kekuatan bending,kekuatan tarik,kekuatan impak

BIDANG ILMU AGROKOMPLEKS

1. Bidang Kajian Ilmu Kelautan dan Perikanan


PERBAIKAN TINGKAT KERAMAHAN LINGKUNGAN ALAT TANGKAP BAGAN TANCAP MELALUI
PERBAIKAN SELEKTIVITAS MATA JARING
Sudirman, Abd.Rahim Hade dan Sapruddin
ABSTRAK
Penelitian ini telah dilakukan mulai bulan Maret Agustus 2010, di perairan Makassar. Penelitian dimulai dari
desain cover net, ujicoba penangkapan dan pengambilan data lapangan yang dilakukan tiga kali seminggu. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa Berdasarkan pengamatan selektivitas bagan tancap, hanya ada 3 jenis yang
dapat lolos pada mata jaring(covernet) yaitu ikan teri Stolephorus sp, udang Acetes sp dan ikan peseng
Rabdania sp. Selektifitas bagan tancap juga sangat buruk. Hal ini ditunjukkan dengan sempitnya batas ukuran
antara yang tertahan dengan yang lolos. Dari ketiga jenis spesies yang lolos, hanya ikan teri yang dapat di
kalkulasi selektifitasnya dan menunjukkan bahwa pada ukuran 2,1 cm ikan teri masih dapat lolos pada mata
jaring, sedangkan udang masih lolos pada ukuran 1,9 cm dan ikan peseng lolos pada ukuran 2 cm. Komposisi
Jumlah hasil tangkapan harian alat tangkap Bagan Tancap Selama penelitian yaitu : (Main catch sebesar : 75 %,
By-catch sebesar : 22 % dan Discard catch : sebesar 3 %). Komposisi jenis, ikan yang banyak tertangkap
selama penelitian adalah ikan Tembang (Sardinella) dengan total tangkapan 53,3 kg (9,55 %), Ekor kuning
(Atule mate) : 43,7 kg (7,8%), Alu-alu (Sphyraena genie) : 42,6 kg (7,6 %), Cumi-cumi (loligo sp) : 40,6 kg (7,2
%), ikan teri (Stolephorus sp ) 33,8 kg (6,05 %), ikan paperek (Leiognathus spp) 33,3 kg (5,9 %) .Penelitian ini
telah berhasil menampilkan performance selektivitas alat tangkap bagan tancap, namun untuk memperbaiki
keramahan lingkungan dari alat tangkap bagan tancap tersebut masih perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk
melakukan uji coba penggunaan jaring dengan mata jaring jaring yang lebih besar (1 cm).
METODE PENDUGAAN BAHAN PENCEMAR LOGAM DI PERAIRAN DENGAN MENGGUNAKAN
KERAGAMAN MORFOLOGI DAN FLUCTUATING ASYMMETRY LAMUN SEBAGAI BIOMARKER
Rohani Ambo Rappe dan Khusnul Yaqin
ABSTRAK
Ekosistem padang lamun sangat dekat dengan daratan (tempat manusia banyak beraktivitas) sehingga
ekosistem ini sangat rentan kerusakan akibat aktivitas manusia tersebut. Beberapa struktur morfometrik lamun
telah digunakan sebagai bioindikator seperti lebar daun, panjang daun, serta kerapatan dan biomassa dalam
mengevaluasi tingkat kerusakan lingkungan. Indeks fluctuating asymmetry (FA) pada daun lamun juga telah
diusulkan sebagai alat monitoring kualitas lingkungan dan telah dianggap sebagai alat monitor yang sensitif
terhadap stress lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan metode evaluasi kondisi lingkungan
perairan yang efektif dengan menggunakan petunjuk morfologi dan fluctuating asymmetry lamun yang
diintegrasikan dengan pendekatan analisis kimiawi bahan pencemar. Sampel lamun diambil dari delapan pulau
yang berbeda dalam hal kedekatan dengan daratan utama Makassar dan tingkat kepadatan penduduk.
Kandungan logam berat Zn, Cu, Cd, dan Pb dinalisis pada sedimen, air, dan daun lamun Enhalus acoroides pada
setiap lokasi pengamatan. Identifikasi jenis dan pengukuran kerapatan lamun juga dilakukan pada setiap lokasi
pengamatan. Panjang dan lebar daun, serta fluctuating asymmetry dilakukan terhadap sampel daun lamun
Enhalus acoroides untuk setiap lokasi pengamatan. Parameter lingkungan yang diukur adalah kedalaman
perairan, kecerahan, kekeruhan, suhu, salinitas, pH, oksigen terlarut, kecepatan arus, nitrat, dan fosfat perairan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi Zn, Cu, Cd, dan Pb pada sedimen dan air tidak melampaui
baku mutu yang dipersyaratkan untuk ekosistem perairan laut. Konsentrasi logam yang sama pada jaringan
lamun E. acoroides juga berada di bawah background level yang telah dilaporkan. Tidak terdapat pola
peningkatan fluctuating asymmetry pada lokasi pengamatan menunjukkan bahwa belum ada tekanan (stress)
pada lamun di lokasi pengamatan. Keragaman morfologi yang didapatkan berbeda pada satu pulau tertentu
lebih disebabkan oleh faktor kedalaman dan kekeruhan yang tinggi, serta kontribusi fosfat yang tinggi.

Keywords: lamun, Enhalus acoroides, biomarker, fluctuating asymmetry

2. Bidang Kajian Ilmu Pertanian


KAJIAN PEMANFAATAN LIMBAH KULIT BIJI KAKAO LINDAK (FORASTERO) MENJADI BUBUK
FLAVOR COKLAT
Jumriah Langkong,dkk
ABSTRAK
Kakao merupakan komoditi perkebunan dan komoditas unggulan Sulawesi Selatan yang potensi sebagai sumber
devisa. Perhatian pemerintah pada pengembangan komoditi ini semakin besar. Hal ini ditunjukkan oleh
pemerintah pada pengembangan komoditi ini semakin besar. Hal ini ditunjukkan oleh pemerintah melalui
rencana perluasan areal tanaman kakao menjadi 300.000 Ha pada akhir pelita V. Mengingat ketersediaan biji
kakao yang cukup banyak dan pemanfaatannya yang belum begitu meluas maka perlu dicari cara-cara untuk
memanfaatkannya sehingga dapat meberi nilai tambah pada kulit biji kakao tersebut. Tujuan penelitian adalah
untuk mempelajari pemanfaatan kulit biji kakao menjadi flavoring coklat. Dimana flavoring coklat adalah satu
bahan yang ditambahkan kedalam bahan lainnya yang bertujuan untuk member atau mengganti flavor yang
dimiliki bahan sebelum ditambah flavoring tersebut. Variabel penelitian adalah fermentasi dan fermentasi
(A),penambahan pelarut alcohol,methanol dan air (B). Adapun parameter pengamatan meliputi kadar air,kadar
lemah,kadar abu dan uji organoleptik meliputi aroma,warna dan tesksur flavor coklat. Hasil pengujian
organoleptik meliputi warna dan tekstur yangf diskusi panelis pada perlakuan A1 yaitu bubuk flavor coklat
dengan perlakuan pelarut alcohol dan fermentasi. Sedangkan aroma yang disukai panelis pada perlakuan A4
yaitu bubuk flavor coklat dengan perlakuan pelarut methanol dan non fermentasi.
Kata Kunci : Kulit biji kakao,pelarut,fermentasi,bubuk flavor coklat.

PENGEMBANGAN TEKNIK SEROLOGI DAN MOLEKULER UNTUK DETEKSI DINI BEBERAPA


PENYAKIT VIRUS DAN BAKTERI LAYU PADA PLANLET DAN BENIH KENTANG
Tutik Kuswinanti, Ade Rosmana dan A.Nasruddin
ABSTRAK
Budidaya tanaman kentang seringkali dihadapkan oleh masalah hama dan penyakit tanaman yang dapat
menurunkan produksi umbi kentang secara nyata. Beberapa jenis penyakit utama yang menyerang tanaman
kentang adalah layu bakteri dan virus. Beberapa jenis virus seperti Potato Leafroll Virus (PLRV) Potato Virus X
(PVX) Potato Virus Y (PVY) dan Potato Virus S (PVS) dapat terbawa bibit dan menurunkan hasil hingga 90%
bahkan PLRV tanpa menimbulkan gejala penyakit sudah dapat menurunkan produksi hingga 30%. Berdasarkan
hal tersebut penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan metode secara erologi dan molekuler yang optimal
untuk deteksi dini PLRV,PVY dan Ralstonia solanacearum pada enam varietas planlet dan umbi kentang dari
beberapa generasi yang selanjutnya dapat digunakan untuk produksi benih kentang yang sehat dan bebas
pathogen. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Pertanian,Pusat Kegiatan Penelitian (PKP)
Universitas Hasanuddin Makassar. Pengujian sampel secara serologi menggunakan ekstrak dari umbi kentang
Generasi 0,2 dan 4 serta dari planlet kentang. Sebagai control positif digunakan ekstrak daun kentang yang
terinfeksi virus,sedangkan sebagai control negative digunakan buffer ekstrak. Hasil reaksi yang diperoleh dibaca
dengan menggunakan ELISA reader pada panjang gelombang 405 nm. Reaksi dikatakan positif,jika nilai sampel
lebih dari 2 kali rata-rata nilai control negatif. Deteksi virus secara molekuler (PCR) menggunakan primer
spesifik.Sebagai control positif,sampel diambil dari tanaman kentang yang diinfeksi virus. Pada tahap awal
dilakukan proses optimalisasi terhadap pereaksi ELISA yaitu melalui proses ekstraksi dengan menggunakan
nitrogen cair,pengenceran konsentrasi virus serta antibody yang digunakan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui
tingkat pengenceran minimal yang masih bisa digunakan untuk mendeteksi virus,serta berapa lama sampel yang
dihomogenisasi dengan nitrogen cair masih bisa digunakan untuk proses ELISA,mengingat protein Virus yang
mudah terdegradasi pada kondisi biasa. Optimalisasi pada PCR berupa pengenceran beberapa konsentrasi RNA
serta kondisi PCR yang berbeda. Keberadaan virus PVY ditandai dengan munculnya pita pada ukuran 800 bp
dan PLRV pada posisi 500 bp. Pengujian ELISA dan PCR menunjukkan hasil yang relevan,namun PCR
menunjukkan sensivitas yang lebih tinggi. Keberadaan virus PLRV pada control positif ditunjukkan dengan
munculnya pita pada ukuran 500 bp dan 287bp untuk R. Solanacearum melalui teknik ELISA tingkat
pengenceran antigen hingga 1:10.000 masih dapat mendeteksi keberadaan virus dan tingkat pengenceran
antibody yang maksimal adalah 1:800. Untuk PCR pengenceran RNA hingga 1:10 9 masih dapat digunakan untuk
deteksi Virus. Hasil pengujian menunjukkan bahwa sampel varietas Granola,Alantik,S.John,Raja Kalosi dan
Masale tidak mengandung PLRV dan PVY.
Kata Kunci : Penyakit virus PLRV,PVY,R,solanacearum,ELISA,RT-PCR,Elektroforesis

HASIL PADI TIPE BARU (PTB) YANG DIAPLIKASI PUPUK ORGANIK DARI LIMBAH PERTANIAN DAN
SUBTITUSI NITROGEN DARI BAKTERI PENAMBAT NITROGEN
Nadira R Sennang, Elkawakib Syamun dan Amirullah Dachlan
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mengetahui (1) pengaruh jenis pupuk organic,dosis pupuk oranik dan dosis pupuk hayati
terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman padi,(2) pengaruh interaksi antara dosis pupuk organic dengan
dosis pupuk hayati yang berbeda terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman padi,dan (3) pengaruh interaksi
antara jenis pupuk organic dengan dosis pupuk organic dan pupuk hayati terhadap pertumbuhan dan produksi
tanaman padi. Penelitian ini dilaksanakan mulai Januari sampai dengan Juni 2010,bertempat di Kelurahan
Mangempang Kecamatan Barru,Kabupaten Barru Provinsi Sulawesi Selatan. Rancangan yang digunakan adalah
Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola factorial tiga factor antara jenis pupuk organic,dosis pupuk organic dan
dosis pupuk hayati. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis kompos kedelai dengan dosis 3 ton ha -1
memberikan hasil rata-rata terbaik pada jumlah gabah berisi (167,07 butir) indeks panen (o,67) jumlah gabah
hampa terendah (41,64 butir) Kompos eceng gondok dengan dosis 2 ton ha -1 ,memberikan hasil gabah kering
panen terberat (18,93 kg per petak atau 7,89 ton ha -1) Pupuk hayati dosis 5 L ha-1 dengan aplikasi kompos
kedelai 3 ton ha-1 memberikan hasil yang baik pada rata-rata jumlah anakan (10,39 batang) pada umur 20
HST,jumlah ganah berisi (165,81 butir) jumlah gabah hampa terendah (41,64 butir) gabah kering panen (19,10
kg per petak atau 7,86 ton ha-/gabah kering giling (14,77 kg per petak atau 6,15 ton ha -1) bobot 1.000 butir
gabah (26,10 g) dan indeks panen tertinggi (0,68). Kompos kedelai dengan dosis pupuk hayati 5 L ha -1
memberikan hasil rata-rata terbaik pada jumlah anakan (20,60 batang) pada umur 40 HST dan jumlah anakan
produktif (18,27 batang),panjang malai (29,28 cm) dan kandungan nitrogen (0,1833%). Kandungan bahan
organik tanah dan kandungan protein gabah tidak berbeda nyata pada semua jenis kompos dan dosis pupuk
hayati.
ANALISIS FISIOLOGI TANAMAN JARAK PAGAR DAN APLIKASI MIKORIZA PADA PENANAMAN
TANAMAN SELA JAGUNG PEMANGKASAN DAN PENANAMAN TANAMAN SELA JAGUNG DI ANTARA
TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas)
Badron Zakaria, Nasaruddin dan Abdul Mollah
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan lanjutan dari tahun pertama yaitu ternyata bahwa pemangkasan bagian tanaman
jarak dan penanaman tanaman sela jagung dua biji perlubang memberikan hasil terbaik. Perlakuan mikoriza
diberikan sebagai dasar pada jagung sangat mendorong pertumbuhan jarak.Tujuan penelitian ini adalah
mempelajari proses fisiologi pertumbuhan dan produksi tanaman jarak melalui pemberian mikoriza pada
tanaman jagung sebagai tanaman sela. Hasil penelitian diharapkan menjadi pedoman untuk pengembangan
tanaman jarak. Penelitian dilaksanakan dalam bentuk rancangan acak kelompok dengan taraf percobaan ada 5
yaitu tanpa mikoriza, mikoriza 2,5 gram per tanaman, mikoriza 5 gram per tanaman, mikoriza 7,5 gram per
tanaman, dan mikoriza 10 gram per tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pemberian
mikoriza 2,5 g per tanaman memberikan pengaruh terbaik terhadap jumlah daun jarak, berat segar, berat
kering, indeks luas daun dan laju pertumbuhan daun relatif. Perlakuan pemberian mikoriza 5 g per tanama n
memberikan pengaruh terbaik terhadap jumlah buah per pohon dan produksi per plot. Perlakuan pemberian
mikoriza 10 g per tanaman memberikan pengaruh terbaik terhadap luas daun tertinggi, luas daun spesifik dan
massa luas daun. Pemberian mikoriza berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman khususnya pada
berat segar cabang umur 28 HST, jumlah buah per pohon dan produksi jarak per plot. Perlakuan pemberian
mikoriza 10 g per tanaman memberikan pengaruh terbaik terhadap tinggi tanaman jagung, jumlah daun jagung,
jumlah tongkol, produksi jagung, berat segar jagung, dan berat kering jagung. Perlakuan pemberian mikoriza
7,5 g per tanaman memberikan pengaruh terbaik terhadap berat 100 biji.Pemberian mikoriza berpengaruh nyata
terhadap pertumbuhan tanaman khususnya tinggi tanaman jagung, jumlah daun jagung, berat segar, dan berat
kering. Pemberian mikoriza berpengaruh nyata terhadap analisis fisiologi pertumbuhan tanaman khususnya
pada indeks luas daun umur 42 HST dan umur 56 HST, massa luas daun, nisbah luas daun, dan laju tumbuh
pertanaman pada umur 42-56 HST, serta laju tumbuh relatif umur 56-70 HST, walaupun tidak berpengaruh
nyata terhadap laju assimiasi netto tanaman.
Kata Kunci : Jarak Pagar, Jagung, Mikoriza.

PENGEMBANGAN PENGENDALIAN TIKUS DENGAN SISTEM PERANGKAP BUBU LINIER DAN


PERANGKAP SEJUTA BAMBU PADA EKOSISTEM PADI DAN KAKAO
Annie Papulung Sarangan, Johanis Tandiabang, Fatahuddin dan Zulfitriany
ABSTRAK
Pengembangan Pengendalian Tikus dengan Sistem Perangkap Bubu Linier dan Perangkap Sejuta Bambu pada
Ekosistem Padi dan Kakao (Annie Papulung J,Tandiabang Fatahuddin dan Zulftriany Mustaka) telah dilakukan di
Kabupaten Luwu,Desa Pasamai Kecamatan Belopa dalam MT padi April-Agustus 2010. Percobaan dilaksanakan
secara factorial yang disusun dalam rancangan gabungan lingkungan dengan tiga perlakuan masing-masing (1)
pengendalian dengan perangkap bubu linier (2) pengendalian dengan perangkap sejuta bamboo dan (3) control
hanya dengan pemasangan perangkap sejuta bamboo. Ketiga perlakuan itu ditempatkan pada ekosistem sawah
dengan petak-petak sawah alami masing-masing denganluas 192m2,1020m2,1950,m2 yang berbatasan dengan
ekosistem tanaman kakao dengan luas yang sama, Masing-masing perlakuan diulang empat kali. Perangkap
bubu linier terdiri dari plastic berukuran tinggi 50 cm,panjang 160 m di pasang sepanjang unit percobaan. Bubu
terbuat dari ram kawat berukuran 25x25x60 cm. Pemasangan bubu dilakukan pada setiap jarak 25 m secara
berselang seling kea rah ekosistem padi dank e arah ekosistem kakao agar tikus terperangkap dari dua arah.
Dalam percobaan itu dipasang bubu sebanyak 40 buah. Perangkap sejuta bamboo terdiri dari potongan bamboo
sepanjang 2m,diameter 10 cm diisi dengan jerami kering kurang lebih segenggam sebagai tempat tikus
bersarang. Perbedaan antara setiap perlakuan diuji dengan uji T (Steel & Torrie 1995). Hasil percobaan
menunjukkan bahwa jumlah tikus yang terperangkap pada semua perlakuan pada ekosistem sawah 283 ekor
dan pada ekosistem kakao 33 ekor. Dari jumlah tersebut ditemukan tikus betina lebih banyak disbanding tikus
jantan,yaitu 54,4% pada ekosistem kakao.Uji t menunjukkan bahwa tikus betina nyata lebih banyak pada
ekosistem sawah (tb-j=0,00483) tetapi pada ekosistem kakao tidak terdapat perbedaan nyata antara tikus
betina dan tikus jantan (tB-j=0.3868) yang terperangkap. Pada ekosistem kakao tidak ditemukan adanya tikus
yang terperangkap pada perangkap sejuta bamboo tetapi pada ekosistem sawah ditemukan 184 ekor tikus yang
terdiri atas 156 (84,78%) ekor tikus dewasa dan anak tikus 28 (15,21%) ekor. Populasi tikus yang terperangkap
pada semua perlakuan lebih banyak ditemukan pada fase bunting dan pembentukan malai bahkan sampai
periode dua minggu setelah panen masih ditemukan tikus di pertanaman. Intensitas serangan tikus tertinggi
ditemukan pada umur tanaman kurang lebih 70 hst yaitu 46,9% hal mana disebabkan karena waktu tanam dan
waktu panen tidak bersamaan pada lokasi penelitian.

3. Bidang Kajian Ilmu Peternakan


KESEMAAN GENETIK DALAM DAN ANTAR POPULASI SAPI BALI DAN PERSILANGANNYA DI
SULAWESI SELATAN BERDASARKAN ANALISIS POLYMERASE CHAIN REACTION-RANDOM
AMPLIFIED POLYMORPHIC DNA (PCR-RAPD)
Sudirman Baco, Rahmawati Malaka dan Lellah Rahim
ABSTRAK :
Kondisi dan penampilan sapi Bali di Sulawesi Selatan saat ini oleh sejumlah peneliti telah mensinyalir terjadinya
penurunan mutu sapi Bali di Sulawesi Selatan baik dari segi mutu genetik maupun produktivitasnya. Hal ini
ditunjukkan bahwa sangat sulit untuk mendapatkan sapi bibit dengan tinggi pundak lebih dari 104 cm.
Penurunan mutu genetik dan produktifitas ternak salah satunya mungkin disebabkan karena peternak tidak
memperhatikan faktor bibit, yaitu pejantan yang digunakan sebagai pemacek mempunyai kualitas genetik yang
rendah. Oleh karena itu upaya-upaya yang telah dilakukan adalah melakukan persilangan dengan breed sapi
Eropah. Akan tetapi hasilnya secara genetik belum diketahui. Oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian analisis
adanya kesamaan atau keragaman genetik sapi Bali dan hasil persilangannya pada berbagai lokasi pemeliharaan
yang berbeda dengan membandingkan ciri-ciri dan adanya perubahan performans sapi pada keturunan hasil
persilangan sapi Bali dengan breed lain dengan analisis DNA. Target khusus yang ingin dicapai adalah 1)
Mendapatkan informasi tentang hubungan faktor lingkungan, fenotif dan genotif sehingga dapat mengseleksi
bibit sapi yang mempunyai perfomans dan tingkat fertilitas tinggi dan kemudian dapat dimanfaatkan oleh
peternak rakyat di Sulawesi Selatan khususnya pada peternak plasma pembibitan pemurnian sapi Bali dan 2)
Pembentukan breed baru dengan kecirian sapi Bali yang mempunyai tingkat adaptasi, fertilitas dan
pertumbuhan yang tinggi. Metode untuk mencapai tujuan tersebut di atas adalah melakukan analisis DNA
dengan menggunakan RAPD-PCR. Metode ini mampu menganalisis variasi genom suatu spesies dengan cepat
dan efisien yang dapat diterapkan pada tanaman, serangga, unggas maupun hewan besar. Penelitian diawali
dengan pengambilan sampel darah dari vena jugularis dari sapi Bali yang dipelihara di daerah pengembangan
sapi Bali dan sapi silangan sapi Bali dengan sapi keturunan Bos taurus (Simental-Bali dan Limousin-Bali).
Sampel darah kemudian diekstraksi DNA-nya, kemudian dilakukan amplifikasi dengan metode PCR-RAPD
menggunakan 3 primer random. Hasil PCR divisualisasi dengan elektroforesis. Kesamaan dan keragaman
genetik dalam dan antar populasi dianalisis statistik berdasarkan nilai Band Sharing Frequency (BSF). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa keragaman genetik pada sapi Bali maupun persilangannya masih tinggi sehingga
masih bisa dilakukan perbaikan genetik untuk menghasilkan performans yang baik. Sedangkan kesamaan
genetik antara populasi sapi Bali murni dengan hasil persilangannya baik dengan Limousin maupun Simental
berdasarkan BSF menunjukkan kesamaan yang relatif tinggi. Dengan demikian menunjukkan bahwa hasil
persilangan sapi Bali dengan Bos taurus memungkinkan dikembangkan dengan baik pada daerah lingkungan
habitat sapi Bali khususnya pada daerah tropik.
Kata Kunci:

Kesamaan genetik, populasi sapi Bali, populasi silangan Simental-Bali (Simbal), populasi silangan Limousin-Bali
(Limbal).

METODE BARU PENENTUAN NILAI INDEK PAKAN RUMINANSIA


BERDASARKAN STUDI IN SACCO DAN IN VIVO
Ismartoyo, Budiman Nohong dan Syamsuddin Nompo
ABSTRAK :

Pelaksanaan penelitian (Hibah Strategis Nasional) Tahun 2010 ini diawali dengan periode pra-penelitian selama 1
bulan untuk masa adaptasi ternak kambing terhadap 4 jenis pakan (R1=jerami kacang tanah, R2=jerami kacang
panjang, R3=daun kangkung, R4=daun ubi jalar). Penelitian pertama, menggunakan teknik in vivo dilaksanakan
selama (2 bulan) untuk menentukan voluntary feed intake, dan feed digestibility. Dilanjutkan dengan penelitian kedua,
menggunakan teknik in sacco (selama 1 bulan) untuk menentukan karakteristik degradasi pakan dalam rumen
kambing. Analisis multiple-regresi data in sacco dengan data in vivo tersebut dilakukan untuk memprediksi voluntary
feed intake, dan feed digestibility; dari karakteristik degradasi pakan. Selanjutnya nilai indek nutrisi setiap jenis bahan
pakan yang diteliti dapat ditentukan dari persamaan multiple-regresi diatas. Tujuan penelitian tahun I (Hibah Startegis
Nasional, 2010) adalah untuk mengukur karakteristik degradasi pakan (in sacco), voluntary feed intake, dan feed
digestibility, serta menentukan nilai indek 4 jenis bahan pakan lokal pada ternak kambing. Penelitian in sacco pada
tahun I memerlukan 4 ekor ternak kambing. Masing-masing pakan (4 ulangan) akan diinkubasikan selama 8, 12, 24,
48, 72, dan 96 jam, kedalam rumen ternak kambing. Ke-4 jenis pakan tersebut selanjutnya diberikan kepada ternak
kambing yang dibagi dalam 4 perlakuan pakan. Setiap ternak kambing diberikan satu jenis pakan. Data hasil
pengamatan in vivo akan dianalisis dengan menggunakan rancangan percobaan acak lengkap, dilanjutkan dengan uji
Duncan (Steel and Torrie,1980). Hasil pengamatan voluntary feed intake, dan feed digestibility, kemudian diprediksi
dari karakteristik degradasi pakan (in sacco) menggunakan analisis multiple-regresi. Dari persamaan multiple-regresi
tersebut selanjutnya dapat ditentukan nilai indek pakan (rskov et al, 1988; Kibon dan rskov, 1993; Khazal et al,
1992; Shem et al, 1995; Subur et al, 1999). Hasil pengamatan selama periode pra-penelitian menunjukkan bahwa ke4 jenis pakan yang diteliti dapat dikonsumsi oleh semua ternak kambing. Hasil percobaan in vivo menunjukkan bahwa
Jerami kacang panjang lebih palatabel dan disukai serta dikonsumsi lebih banyak (p<0.01) oleh ternak kambing
dibandingkan dengan pakan lainnya. Sedangkan daun ubi jalar adalah bahan pakan yang paling sedikit dikonsumsi
(p<0.01) oleh ternak kambing. Kecernaan in vivo daun ubi jalar (53%) merupakan pakan kecernaan terbaik,
kemudian disusul pakan jerami kacang tanah (45%), menyusul daun kangkung (33%), dan jerami kacang panjang
(25%). Umumnya angka kecernaan ke-4 jenis pakan tersebut sejalan dengan kandungan protein kasar dan
berbanding terbalik dengan kandungan serat kasar. Pertambahan berat badan kambing umumnya tidak menunjukkan
perbedaan nyata, kecuali kambing yang mendapat pakan daun kangkung pertambahan beratnya cenderung lebih
tinggi dibandingkan kambing yang mendapat pakan lainnya.Hasil percobaan in sacco menunjukkan bahwa kecernaan
ke-4 jenis pakan diatas adalah berkisar antara 18% (setelah 8 jam inkubasi) dan 57% (setelah 96 jam inkubasi).
Rata-rata kecernaan in sacco pakan jerami kacang panjang relatif lebih tinggi dibanding pakan jerami kacang tanah,
daun kangkung, dan daun ubi jalar. Sementara karakteristik degradasi pakan dalam rumen kambing menunjukkan
bahwa fraksi pakan yang mudah terdegradasi (a) bervariasi mulai dari 8.2% sampai 9.9%. Sedangkan kecepatan
degradasi pakan dalam rumen (c), tertinggi adalah 5.9% dan terendah adalah 3.6%. Lag time tertinggi adalah 2.5
jam dan terendah adalah -0.6 jam. Hasil ini menyarankan bahwa ke-4 jenis pakan yang diteliti adalah bahan pakan
yang siap dan mudah didegradasi dan difermentasi oleh mikroba rumen ternak kambing. Kelarutan ke-4 jenis bahan
pakan dalam air (So) adalah bervariasi mulai dari 8.2% sampai dengan 9.9%. Sedangkan fraksi pakan yang lambat
didegradasi (b) dan potensi degradasi (a+b) cenderung sejalan dengan angka (a), (So), dan lag time masing-masing
pakan. Nilai indek pakan dapat dihitung berdasarkan persamaan regresi yang memperhatikan faktor a (fraksi pakan
yang mudah terdegradasi), b (fraksi pakan yang lambat terdegradasi) dan faktor c (kecepatan degradasi pakan dalam
rumen). Nilai indek pakan tersebut akan ditentukan oleh terutama semua faktor (misalnya faktor a, b, dan c) yang
membentuk persamaan regresi tersebut, juga faktor lainnya seperti faktor a+b, dan juga faktor lag time. 3.
Diperlukan penelitian yang kontinyu untuk menguji konsistensi dari nilai karakteristik degradasi pakan dan nilai indek
pakan dengan meningkatkan jumlah ternak dan jumlah pengamatan untuk mengasilkan daftar nilai indek standard
yang dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Nilai indek ke-4 jenis pakan dalam penelitian ini adalah 28.17
untuk jerami kacang tanah, 5.58 untuk jerami kacang panjang, -25.47 untuk daun kangkung, dan -29.47 untuk daun
ubi jalar. Hasil ini menunjukkan bahwa nilai indeks bervariasi lebar, nilai koefisien regresi relatif rendah, dan juga nilai
indeks yang minus untuk beberapa jenis pakan. Masalah serupa juga ditemukan peneliti dalam penelitian sebelumnya
Ismartoyo, dkk, 2004-2006. Kedepan untuk perbaikan nilai indek pakan, diperlukan beberapa model analisis simple
regresi dan juga penambahan jumlah ulangan baik ternak maupun bahan pakan yang diuji. Informasi mengenai nilai
indek pakan lokal tersebut akan sangat bermanfaat bagi masyarakat peternakan dalam upaya meningkatkan produksi
ternak ruminansia secara lebih optimal, efektif dan efisien dengan memanfaatkan sepenuhnya sumber pakan lokal.

TEKNOLOGI PAKAN DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MIKROBA RUMEN MENDEGRADASI


SELULOSA DAN HEMISELULOSA SEBAGAI SUMBER ENERGI
Muhammad Zain Mide, Harfiah dan Asmuddin Natsir
ABSTRAK :
Tujuan studi ini adalah untuk mempelajari penampilan sapi bali jantan yang mendapat pakan komplit terhadap
konsumsi bahan kering, protein kasar, serat kasar, pertambahan berat badan dan konversi ransum. Penelitian
ini dilakukan berdasarkan Rancangan Bujur Sangkar Latin 4 x 4. Dalam setiap periode percobaan, masingmasing ternak percobaan mendapatkan salah satu dari ke empat perlakuan ransum yaitu R1. 25 % jerami padi
+ 75 % konsentrat, R2. 25 % jerami padi + 75 % konsentrat diwafer, R3. 25 % jerami padi terfermentasi + 75
% konsentrat, R4. 25 % jerami padi terfermentasi + 75 % konsentrat diwafer. Tiap percobaan berlangsung 15
hari, 5 hari pembiasaan terhadap ransum percobaan dan 10 hari koleksi data. Analisis data menunjukkan bahwa
perlakuan tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap semua parameter yang diamati. Kesimpulan, pemberian
jerami padi dalam bentuk wafer tidak memberikan manfaat lebih jauh dibandingkan pemberiannya dalam
bentuk biasa (bukan wafer).
Kata kunci: ransum komplit, konsumsi bahan kering, pertambahan berat badan, konversi pakan sapi bali.

POTENSI MIKROBA SELULOLITIK DAN LIGNOLITIK DALAM MENDEGRADASI SELULOSA


DAN LIGNIN LIMBAH PERTANIAN
Harfiah dan Sjamsuddin Rasjid
ABSTRAK :
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan nilai nutrisi dan kecernaan limbah pertanian (jerami padi) sebagai
pakan ruminansia, dan untuk menjamin ketersediaan pakan secara berkesinambungan (terutama pada musim
kemarau). Pada penelitian ini jerami padi terlebih dahulu diberi perlakuan alkali sebelum difermentasi dengan
urea, bakteri asam laktat, bakteri selulolitik, jamur pelapuk putih serta tepung tapioka. Perlakuan alkali
bertujuan untuk merenggangkan ikatan lignoselulosa, sehingga memudahkan penetrasi enzim mikroba dan
meningkatkan kemampuan mikroba mencerna selulosa dan hemiselulosa sebagai sumber energi. Untuk
mencapai tujuan tersebut, maka 3 tahap percobaan telah dilaksanakan. Tahap pertama adalah mengisolasi
bakteri asam laktat (Laktobacillus sp) dan bakteri selulolitik (Ruminococcus albus) dari cairan rumen kambing
yang dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Balai Besar Veteriner Sulawesi Selatan. Sedangkan mikroba
lignolitik (jamur pelapuk putih) diisolasi dari limbah kelapa sawit dan dibiakkan pada media kompos. Tahap
kedua adalah pengujian inokolum bakteri dalam medegradasi fraksi serat jerami padi. Mikroba asam laktat,
selulolitik, dan lignolitik difermentasikan pada jerami padi yang telah diberi perlakuan alkali dan ditam bahkan
tepung tapioka. Proses fermentasi berlangsung secara an aerob selama 21 hari. Tahap ke tiga adalah pengujian
pakan sesuai perlakuan secara ad libitum pada 4 ekor ternak kambing Kacang jantan (umur 1 1,5 tahun).
Percobaan in vivo terdiri dari 4 periode implementasi perlakuan dan setiap periode berlangsung 20 hari masa
adaptasi dan 7 hari koleksi data. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Bujur Sangkar latin diulang 4
kali dengan 4 macam perlakuan dan menggunakan 4 ekor kambing Kacang, pengaruh nyata perlakuan diuji
lanjut dengan uji beda nyata jujur (BNJ). Selanjutnya dilakukan analisis kimia pakan pakan dan feses di
Laboratorium Kimia dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin. Hasil analisis ragam
menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata (p<0,05)terhadap kadar protein kasar, serat kasar, BETN,
abu, Ca, NDF, ADF, hemiselulosa, selulosa dan lignin. Perlakuan juga berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap
peningkatan konsumsi dan kecernaan pakan. Kesimpulan,penggunaan kombinasi perlakuan alkali (larutan
kapur), amonia (urea 4%), bakteri asam laktat (lactobacillus sp) 5% (106/ml), bakteri selulolitik (Ruminococcus
albus) 5% (106/ml), mikroba lignolitik (jamur pelapuk putih), dan penambahan tepung tapioka 5%, dapat
meningkatkan nilai nutrien dan kecernaan jerami padi yang ditambahkan daun gamal 30% pada ternak
kambing.
Kata kunci : jerami padi, fermentasi, Gliricidia maculata, mikroba selulolitik, lignolitik dan asam laktat.

4. Bidang Kajian Ilmu Kehutanan


KOMPENSASI NILAI AIR (DAERAH HULU DAN HILIR) DAS JENEBERANG
SULAWESI SELATAN
Iswara Gautama dan Syamsuddin Milang
ABSTRAK :
Tujuan Penelitian mengetahui berapa nilai ekonomi sumberdaya hutan (air) DAS Jeneberang terhadap
masyarakat kabupaten hilir dan Kota Makassar, berapa besar nilai ekonomi sumberdaya hutan DAS Jeneberang
yang seyogyanya dibayar oleh masyarakat Kota Makassar kepada daerah hulu dan bagaimana mekanisme
kerjasama pengelolaan sumberdaya hutan lintas kabupaten/kota yang saling menguntungkan antara
masyarakat kabupaten hilir dan hulu DAS Jeneberang.Penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai pada
bulan Maret sampai September 2010. Lokasi penelitian adalah di 3 Kabupaten, yaitu Gowa, Takalar, Maros
(mewakili wilayah hulu DAS) sedang Kota Makassar (mewakili wilayah hilir DAS),. Daerah Aliran Sungai (DAS)
Jeneberang mempunyai nilai ekonomi penting bagi masyarakat yang berdomisili di Kota Makassar dalam hal
penyediaan air minum dengan rata-rata kebutuhan air sebesar 43.218.126 m 3/tahun dengan nilai manfaat ratarata sebesar Rp. 18.428.079.079,-/tahun, sebagai pengendali banjir Rp. 116.460.000.000,-/tahun, serta
penyedia tenaga listrik sebesar Rp. 33.840.000.000,-/tahun. Besarnya nilai ekonomi sumberdaya hutan (air) dari
wilayah DAS Jeneberang yang dinikmati masyarakat Kota Makassar dengan menggunakan pendekatan biaya
rehabilitasi adalah sebesar Rp. 2.860.210.352,-/tahun pada lima tahun pertama, dan Rp. 2.406.207.000,/tahun pada tahun ke enam dan sesudahnya. Bentuk dan mekanisme kerjasama pengelolaan sumberdaya hutan
lintas kabupaten /kota dalam wilayah DAS Jeneberang dapat dilakukan melalui sistem perencanaan dan
pengelolaan yang melibatkan lembaga-lembaga, pemerintah pusat, pemerintah kabupaten/kota dan pemerintah
desa dalam wilayah DAS Jeneberang, pengelola bendungan Bili-Bili, masyarakat desa, pelaku usaha, LSM, serta
perguruan tinggi.
Kata Kunci: Nilai Air, Pengelolaan, Mekanisme Kerjasama

BIDANG ILMU EKOSOSBUDKUM

1. Bidang Kajian Ilmu Ekonomi


STRATEGI PENINGKATAN KINERJA USAHA INDUSTRI KECIL DAN MENEGAH (IKM)
DI SULAWESI SELATAN
Studi Pada Pengusaha Pengolah Produk Berbasis Pangan
Musran Munizu, Maat Pono dan Armayah
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1) gambaran karakterisitik pengusaha IKM berbasis pangan; 2)
informasi tentang faktor-faktor yang menentukan kinerja IKM pengolah produk berbasis pangan; 3) peran IKM
pengolah produk berbasis pangan berkaitan dengan akses masyarakat terhadap ketersediaan produk-produk
berbasis pangan; dan 4) strategi, kebijakan dan program peningkatan kinerja dan peran IKM berbasis pangan.
Sampel penelitian adalah sejumlah 150 responden pengusaha, yang berasal dari 2 (dua) wilayah yakni 100
orang di Kota Makassar, dan 50 orang di Kota Parepare. Responden dipilih secara acak dengan menggunakan
simple random sampling. Metode analisis yang digunakan adalah : (1) Analisis Deskriptif; dan (2) Analitical
Hierarchy Processes (AHP). Data diolah dengan menggunakan program SPSS for Windows dan Super Decision
1.60. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 5 (lima) faktor penting dan prioritas sebagai faktor-faktor
internal yaitu: ketersediaan pasar, lama berusaha, pengendalian kualitas, manajemen usaha, dan promosi
penjualan. Kemudian terdapat 5 (lima) faktor penting dan prioritas sebagai faktor-faktor eksternal yaitu : akses
permodalan, akses informasi pasar, kebijakan pemerintah yang pro bisnis, tingkat bunga pinjaman dan
bimbingan teknis. Peran serta Industri Kecil Menengah (IKM) dalam menyediakan produk berbasis pangan
dalam kategori baik dengan nilai rata-rata (mean) = 3,55.
Kata kunci : Strategi, Faktor-Faktor Internal, Faktor-Faktor Eksternal, Peran Penyediaan Produk Berbasis Pangan

LAPORAN AKHIR PENELITIAN STRATEGI NASIONAL TAHUN 2010 ( EKONOMI) ANALISIS


STRUKTUR PERMINTAAN DAN PENAWARAN TENAGA LISTRIK DI PROPINSI
SULAWESI SELATAN DAN SULAWESI BARAT
Karim Saleh
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur permintaan dan penawaran listrik di Propinsi Sulawesi
Selatan dan Sulawesi Barat. Struktur permintaan diidentifikasi dengan menganalisis fungsi permintaan tenaga
listrik sektor sosial, rumah tangga, sektor bisnis, sektor industri dan sektor pemerintah. Di samping itu juga
dianalisis tren permintaan dan perkiraan permintaan listrik hingga tahun 2025, baik secara sektoral maupun
secara totalitas.. Penelitian ini menggunakan data sekunder, yakni data deret berkala (time series data) selama
periode tahun 1996-2009. Dengan menggunakan metode analisis regresi (Cobb-Douglas Model) dan analisis
tren linier hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Faktor tarif berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
permintaan kWh listrik PLN baik secara totalitas, maupun secara parsial (sektoral), kecuali pada sektor rumah
tangga dan industri. (2) Pengaruh jumlah pelanggan terhadap permintaan listrik positif dan signifikan pada
sektor rumah tangga dan pemerintah, demikian juga secara totalitas, namun pada sektor sosial, bisnis, dan
industri tidak signifikan. (3) Pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan kWh
listrik PLN, baik secara totalitas maupun secara parsial, kecuali hanya pada sektor sosial yang tidak signifikan.
(4) Tren perkembangan permintaan kWh listrik PLN cukup signifikan, baik secara totalitas maupun secara
parsial. Secara totalitas tren permintaan listrik bertambah sebesar 157 juta kWh per tahun dari tahun 19962009, sehingga permintaan listrik di Sulawesi Selatan dan Barat diperkirakan akan mencapai 3,97 milyar kWh
pada tahun 2015, dan meningkat menjadi 5,54 milyar kWh pada tahun 2025.

2. Bidang Kajian Ilmu Sosial dan Ilmu Politik


INTEGRASI BANGSA DAN HARMONI SOSIAL MENGGALI KELEMBAGAAN LOKAL DAN WAWASAN
BUDAYA BAHARI YANG MENUNJANG BAGI PENGUATAN INTEGRASI BANGSA DAN HARMONI
SOSIAL DI INDONESIA
Munsi Lampe dan Mahmud Tang
ABSTRAK :
Topik penelitian ini ialah Menggali Kelembagaan Lokal dan Wawasan Budaya Bahari yang Menunjang Bagi
Penguatan Integrasi Bangsa dan Harmoni Sosial di Indonesia dengan tema Integrasi Bangsa dan Harmoni
Sosial. Secara keseluruhan penelitian bertujuan menggambarkan dan menganalisis secara komparatif bentukbentuk kelembagaan dan wawasan budaya maritim dari ketiga kelompok etnis pelaut Bugis, Makassar, dan
Buton sebagai bahan pokok bagi penyusunan program pembinaan dan penguatan integrasi bangsa dan harmoni
sosial di Indonesia, khususnya bagi masyarakat bahari pesisir dan pulau-pulau. Hasil penelelitian juga akan
menyumbang bagi pengembangan pendekatan etos budaya kemaritiman dalam antropologi maritim. Secara
khusus, kegiatan laporan penelitian tahap pertama ini dimaksudkan sebagai bahan studi analisis masing-masing
dari ketiga kelompok etnis pelaut tersebut (kegiatan tahap kedua), yang pada gilirannya menjadi bahan studi
komparatif nantinya (kegiatan tahap ketiga). Metode penelitian yang diterapkan ialah deskriptif kualitatif dengan
teknik koleksi data wawancara mendalam dan pengamatan serta metode analisis kualitatif komparatif. Dari
penelitian tahap pertama ini ditemukan bahwa ketiga kelompok etnis pelaut Bugis, Makassar, dan Buton masingmasing memiliki kelembagaan dan wawasan budaya bahari tradisional yang bertahan dan dinamis.
Kelembagaan kemaritiman berupa kelompok/organisasi kerja, sistem norma, dan praktik terpola) dan wawasan
budaya bahari berupa pengetahuan dan pandangan kelautan, kepulauan, dan orang-orang dari berbagai etnis
yang pernah ditemui, dikenali dan bekerjasama dengannya.
INTERAKSI SOSIAL LINTAS KOMUNITAS PADA MASYARAKAT PASCA RESOLUSI KONFLIK DI
KABUPATEN LUWU UTARA PROPINSI SULAWESI SELATAN DAN KECAMATAN ARALLE TABULAHAN
DAN MAMBI (ATM) DI PROPINSI SULAWESI BARAT
Dwia Aries Tina, Hasrat Arief Saleh dan Rahmat Muhammad
ABSTRAK :
Penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif terhadap masyarakat yang pernah mengalami konflik
komunal yang destruktif dengan maksud untuk menganalisis situasi interaksi sosial pasca konflik destruktif.
Hasil penelitian yang mengambil Konflik Luwu (dengan lokasi sampel di wilayah konflik Baebunta dan Padang
Sappa) dan Konflik Aralle, Tabulahan dan Mambi (ATM) sebagai wilayah penelitian menemukan bahwa peran
perjanjian dalam kesepakatan damai tidak terlalu berpengaruh menciptakan situasi conformity dan damai dalam
realitas yang dipahami masyarakat, khususnya ditujukan pada situasi konflik dengan penyebab utama
(underlying causation) yang berada dalam wilayah horisontal, artinya sumber persoalan utama berada pada
ketidak sepakatan atau perselisihan antar warga masyarakat sendiri. Namun untuk konflik dengan underlying
causation yang bersifat vertikal, seperti Konflik ATM, yaitu konflik yang terjadi karena tidak sependapat atas
kebijakan Pemerintah, maka peran perjanjian yang tertuang dalam Kesepakatan Damai punya kontribusi yang
signifikan. Situasi damai dalam interaksi masyarakat paska konflik adalah suatu proses yang komprehensif yang
membutuhkan kontribusi aspek faktor sekuritas, sanksi dan reward. Interaksi menuju tataran yang rekonsiliatif
(suistanable peace) dimana pihak yang pernah bertikai mampu menimbulkan suasana yang saling melupakan
kesalahan yang lalu adalah suatu proses yang terjadi jika telah hadir unsure trust terhadap pihak yang semula
sebagai lawan dalam konflik.
Kata kunci: konflik komunal, kesepakatan damai, interaksi sosial paska konflik, damai

KAJIAN SEKURITAS SOSIAL SEBAGAI BASIS PENANGGUKANGAN KEMISKINAN KOMUNITAS


NELAYAN DI SULAWESI SELATAN DAN SULAWESI BARAT
Mahmud Tang, Maria E.Pandu dan Tadjuddin Maknun
ABSTRAK :
Kajian sekuritas sosial sebagai basis penanggulangan kemiskinan dikaji secara holistis. Pranata-pranata sosial
budaya seperti pranata kekerabatan pranata agama dan pranata ekonomi akan dibahas secara saling
berhubungan dengan mekanisme sekuritas sosial. Pada tahun ke dua peneitian ini akan diperlihatkan fungsifungsi sosial dari pranata-pranata tersebut di dalam kaintannya dengan mekanisme sekuritas sosial. Komunitas
nelayan di Pulau Salemo dan di Rangas Barat mempunyai kesamaan pandangan tentang konsep miskin .
Keduanya menggunakan istilah yang sama,yaitu kasiasi selanjutnya kategori sosial keluarga miskin dirujuk
kepada keluarga yang susah (Bugis mapari Mandar maooarri) kehidupannya (Bugis atuo-tuonna mandar
atuotuonna). Kehidupan keluarga miskin di pulau salemo dan rangas barat dapat dideskripsikan sebagai berikut.
Mereka sulit untuk memenuhi kebutuhan dasarnya sesuai dengan norma setempat. Kebutuhan makan mereka
pun sulit dipenuhi. Kebutuhan beras dengan norma setempat. Kebutuhan makan mereka pun sulit dipenuhi
kebutuhan beras biasanya dibeli dua sampai tiga liter secara berutang. Laut berupa ikan pun terkadang tidak
ada pada musim paceklik. Kondisi rumah mereka sangat sederhana,yang terbuat dari bahan dinding dan lantai
bamboo atau papan yang rendah kualitasnya. Atap dari daun kelapa atau rumbia masih banyak ditemukan di
Rangasa Barat. Pendidikan anak-anaknya dianggap sebagai beban karena biaya untuk pakaian dan perkakas
sekolah yang harus disediakan sendiri. Di Rangas Barat ditemukan banyak anak laki-laki yang dari umur tigas
belas tahun sudah berhenti sekolah dan menjadi nelayan. PEmeliharaan kesehatan pada dua komunitas tersebut
ada kalanya mengalami kesulitan. Apabila pasien di Salemo memanggil manteri kerumahnya maka mereka
harus membayar Rp 20.000. Sedangkan di Rangas Barat masih ada kasus-kasus pasien yang merasa terpaksa
membayar jika dirujuk ke Rumah Sakit. Jenis-jenis penyakit yang biasa mereka derita adalah gatal-gatal,diare
batuk dan lain-lain. Kebutuhan air bersih masih menjadi masalah bagi nelayan di Rangas Barat karena harus
dibeli Rp 500 per jerigen dengan jarak +
500 meter dari rumah mereka. Untuk keperluan mandi dan dan
memcuci mereka menggunakan air payau. Tidak berlibihan jika dikatakan bahwa kehidupan nelayan kecil (sawi)
identik dengan kemiskinan. Untuk itu perlu dicarikan model penanggulangan bagi kemiskinan mereka supaya
mereka bisa hidup lebih sejahtera.

3. Bidang Kajian Ilmu Hukum


KEBIJAKAN PENGATURAN TANAH PULAU_PULAU KECIL DALAM ERA OTONOMI DAERAH
Farida Patitinggi, Syamsul Bachri dan Marwah
ABSTRAK :
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan kebijakan pengaturan penguasaan dan pemilikan tanah pulaupulau kecil terhadap pemanfataannya dalam era otonomi daerah,serta tangung jawab kelembagaan terhadap
pengaturan penguasaan dan pemilikan tanah pulau-pulau kecil dalam era otonomi daerah. Penelitian dilakukan
di Propinsi Sulawesi Selatan pada 4 (empat) lokasi kabupaten/kota yaitu Kota Makassar Kabupaten Pangkep
Kabupaten Barru dan Kabupaten Takalar. Pertimbangan bahwa pada 4 (empat) Kabupaten /Kota
sampling,dengan pertimbangan bahwa pada 4 (empat) Kabupaten/kota tersebut memenuhi karakteristik untuk
mengungkap masalah penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Kebijakan pengaturan penguasaan
dan pemilikan tanah pulau-pulau kecil terhadap pemanfatannya dalam era otonomi daerah masih berlandaskan
pada peraturan perundang-undangan di bidang pertanahan secara umum yang bertinduk pada UUPA,sehingga
tidak ada perbedaan perlakuan pemberian hak atas tanah di pulau-pulau kecil dengan di pulau besar
(mainland).Peraturan perundangan-undangan yang bersifat umum tersebut mengakibatkan lahirnya kebijakan
yang berbeda-beda terhadap penguasaan dan pemilikan tanah pulau-pulau kecil di beberapa daerah,(2) Sebagai
akibat dari belum adanya peraturan perundang-undangan yang lebih spesifik terhadap pengaturan penguasaan
dan pemilikan tanah pulau-pulau kecil, maka tanggung jawab kelembagaan terhadap pengaturan penguasaan
dan pemilikan tanah pulau-pulau kecil juga masih berpusat pada BAdan Pertanahan Nasional,walaupun dalam
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 27 Tahun
2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau kecil telah menyerahkan pengelolaan pulau-pulau
kecil pada daerah.
BIDANG ILMU KESEHATAN

1. Bidang Kajian Ilmu Farmasi


PENGEMBANGAN FORMULA SUSU KEDELAI YANG DIFORTIFIKASI DENGAN BAKTERI PROBIOTIK
SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL ANTIHIPERKOLESTEROLEMIK
M.Natsir Djide, Elly Wahyudin dan Sartini
ABSTRAK
Peningkatan kadar kolesterol pada manusia merupakan salah satu resiko yang berhubungan dengan penyakitpenyakit kardiovaskuler. Kandungan bioaktif kedelai diketahui memiliki kemampuan menurunkan kadar
kolesterol darah. Kontribusi bakteri probiotik dalam susu kedelai mempunyai efek sinergi, tetapi dibutuhkan
pengembangan formula untuk memberikan efek sinergi dalam menurunkan kadar kolesterol darah. Tujuan
penelitian ini adalah dihasilkannya pangan fungsional anti-hiperkolesterolemik berbasis kedelai yang difortifikasi
dengan bakteri probiotik indigenus, isolat dari cairan kolustrum ibu. Dibuat dua metode penambahan bakteri
probiotik dalam susu kedelai. Metode pertama, bakteri probiotik ditambahkan ke dalam susu kedelai selanjutnya
difermentasi selama 24 jam. Metode kedua, bakteri probiotik diformulasi dalam bentuk kering dimasukkan ke
dalam serbuk susu kedelai. Kedua formula diuji efek penurunan kolesterolnya mnggunakan hewan uji tikus putih
(Rattus novrgicus) galur Wistar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fortifikasi bakteri probiotik ke dalam susu
kedelai memberikan efek penurunan kolesterol yang lebih baik dengan persentase penurunan total kolesterol
sebesar 41.85 % dan ratio LDL/HDL 0, 22.
Kata Kunci : susu kedelai, probiotik, pangan fungsional antihiperkolesterolemik

UJI EFEKTIVITAS ANTI PROLIFERASE FORMULA KRIM EKSTRAK KUNYIT (Curcuma domestica L)
DAN FORMULA EKSTAK TEMU LAWAK (Curcuma xanthorriza) TERHADAP UV-B PADA EPIDERMIS
HEWAN UJI MENCIT (Mus musculus)
Aisyah Fatmawaty,dkk
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian tentang Uji efektivitas anti proliferasi formula krim ekstrak kunyit (Curcuma domestica
L.) dan formula ekstrak temu lawak (Curcuma xanthorriza) terhadap UV-B pada epidermis hewan uji mencit
(Mus musculus). Penelitian ini bertujuan menentukan formulasi sediaan yang paling stabil dan efektif antara
formula ekstrak kunyit dan formula ekstrak temu lawak sebagai anti poliferasi akibat paparan sinar UV -B pada
epidermis mencit. Penelitian dilakukan dengan mengekstraksi kunyit dan temulawak secara maserasi
menggunakan pelarut etanol 70%, formulasi basis krim dengan variasi emulgator Novomer, Vioscolam, dan
Kombinasi Span-60 dan Tween-60, formulasi ekstrak kunyit dan ekstrak temu lawak dengan basis krim yang
paling stabil dengan variasi konsentrasi 0,5, 1, dan 1,5% b/b dalam bentuk sediaan krim tipe minyak dalam air,
uji stabilitas dengan metode Uji Stabilitas Dipercepat (stress condition) dengan variasi suhu 5 dan 35C selama
10 siklus, dan uji efektivitas antiproliferasi sediaan krim tersebut pada epidermis kulit mencit setelah pemaparan
sinar UV-B konsentrasi 400 mJ/cm2 menggunakan alat Dermalight 80 sebagai penginduksi proliferasi. Kulit
mencit dibiopsi dan diperiksa ketebalan epidermisnya secara histopatologi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
formula krim dengan emulgator Novomer 1% paling stabil untuk formulasi krim yang mengandung ekstrak
kunyit dan temulawak dan krim yang mengandung ekstrak kunyit 1,5 % memiliki efektivitas paling baik sebagai
antiproliferasi.
Kata Kunci: Krim Ekstrak Kunyit, Krim Ekstrak Temu Lawak, Antiproliferasi

VI. ABSTRAK PENELITIAN STRANAS DIKTI 2010


BIDANG ILMU TEKNOSAINS

1. Bidang Kajian Ilmu MIPA


KAJIAN BIOAKTIVITAS KITINASE DAN 1,3-GLUKANASE DARI BACILLUS LICHENIFORMIS STRAIN
HSA3-1A SEBAGAI AGENSIA FUNGISIDA DALAM PENGENDALIAN BUSUK BATANG KELAPA SAWIT
STUDY ON CHITINASE AND 1,3-GLUCANASE BIOACTIVATION OF BACILLUS LICHENIFORMIS
HSA3-1A AS FUNGICIDE AGAINST IN CONTROLLING OF STEM ROOT DISEASE OF FALM OIL
Hasnah Natsir, Seniwati Dali, dan Muhammad Junaid
ABSTRAK :
Penelitian ini bertujuan untuk 1) memproduksi enzim kitinase dan 1,3-glukanase dari Bacillus licheniformis
HSA3-1a, 2) mengarakterisasi sifat biokimiawi enzim, 3) memurnikan dan 4) mengaplikasikan enzim dalam
hidrolisis kitin dan glukan pada dinding sel jamur Ganoderma sp. Penelitian ini dilakukan melalui tahapan
optimasi produksi kitinase dan 1,3-glukanase, mengarakterisasi sifat biokimianya, memurnikan, dan
mengaplikasikan kedua enzim tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa B. licheniformis HSA3-1a dapat
memproduksi kitinase dan 1,3-gluknase. Kitinase diproduksi maksimum pada jam ke-72 waktu fermentasi
dengan karakteristik pH optimum 7,0; suhu optimum 60oC; diaktifkan oleh ion Ca2+ dan Mg2+ pada 5mM.
Enzim 1,3-gluknase diproduksi maksimum pada jam ke-96 jam waktu fermentasi dengan karakteristik suhu
optimum 50oC; pH optimum 8,0 diaktifkan oleh ion Cu2+, Ni2+ dan Co2+ pada 5mM. Enzim kitinase dan 1,3glukanase ekstrak kasar ini dapat menghidrolisis kitin dan glukan pada dinding sel jamur Ganoderma.
Kata kunci: Bacillus licheniformis, kitinase, 1,3-glucanase, kitin, glukan

ABSTRACT :
The aim of this study are 1) to produce chitinase and 1,3-glucanase from Bacillus licheniformis HSA3-1a, 2) to
know character of enzyme, 3) to purify enzyme, and 4) to implement chitinase and 1,3-glucanase in hydrolyzing
chitin and glucan on the fungus cell wall Ganoderma sp. This study was carried out into four steps are: to
produce chitinase and 1,3-glucanase optimally, to characterize their biochemistry, to purify , and to apply both
of enzymes. The results of this study, Bacillus licheniformis HSA3-1a is able potentially to produce chitinase and
1,3-glucanase. The chitinase is produced maximum in the 72 hours of fermentation time, while chitinase activity
is optimum at the condition of pH 7.0; temperature of 60oC. In addition it was active when it added ion Ca2+
and Mg2+ 5 mM. For 1,3-glucanase, it is produced with maximum in the 96 hours of fermentation time, while
the optimum 1,3-glucanase activity requires in condition of pH 8.0; and temperature of 50oC. Also the enzyme
was active with addition of ion Cu2+, Ni2+ and Co2+ 5 mM. The chitinase and 1,3-glucanase are able to
hydrolyze chitin and glucan on the cell of Ganodermas wall.
Key word: Bacillus licheniformis, chitinase, 1,3-glucanase, chitin, glucan

PEMANFAATAN FITOPLANKTON LAUT UNTUK PRODUKSI


BIOETANOL SEBAGAI BAHAN BAKAR NABATI (BBN)
PHYTOPLANKTON SEA FOR USE AS FUEL PRODUCTION BIOETHANOL VEGETABLE (BBN)
Syahruddin Kasim dan M. Syahrul
ABSTRAK :
Tujuan jangka panjang penelitian pada Tahun Pertama adalah ditemukan jenis fitoplankton laut sebagai bahan
dasar produksi bioetanol untuk Bahan Bakar Nabati. Target khusus yang telah dicapai pada tahun pertama yaitu
mengidentifikasi jenis fitoplankton dengan kadar karbohidra tinggi dari kondisi optimum untuk kultur murni
fitoplankton terpilih dan mendesain kultur fitoplankton secara biomassal. Hasil yang diperoleh adalah : Jenis
dinoflagelata yakni jenis Chlorella sp., Dunaliella sp. dan Tetraselmis chuii; dan golongan diatom dari jenis
Chaetoceros calcitrans, Chaetoceros gracilis, Chaetoceros Isochrysis galbana, Chaetoceros amami. Uji berat
kering biomassa fitoplankton yang dikultur dengan menggunakan medium Arschat diperoleh berat kering
dinoflagelata lebih tinggi dibanding berat kering fitoplankton dari jenis diatom dengan berat kering sebanyak
0,34 mg/L; 0,33 mg/L; dan 0,28 mg/L medium kultur massal berturut-turut untuk fitoplankton jenis Chlorella
sp., Tetraselmis chuii dan Dunaliella sp. Fitoplankton yang mempunyai kadar karbohidrat dalam jumlah banyak
adalah dari golongan dinoflagelata yakni jenis fitoplankton Dunaliella sp.; Spirolina sp.; Chlorella sp., dan
Tetraselmis chuii berturut-turut memiliki kandungan karbohidrat sebesar 31,99 %; 31,00 %; 30,75%; dan
26,68%. Pada Tahun Kedua, merupakan lanjutan dari tahap pertama yaitu tahap produksi bioalkohol. Kegiatan
diawali dengan melakukan proses sakarifikasi secara biologi pada biomasa fitoplankton hasil kultur secara
biomassal. Variasi jenis ragi, substrat dan waktu fermentasi dilakukan untuk mencari kondisi produksi etanol
yang optimal. Berikutnya, sari fermentasi didestilasi untuk dihasilkan etanol, kemudian dilakukan destilasi
bertingkat agar diperoleh alkohol teknis. Pemurnian alkohol dilakukan dengan proses dehidrasi sehingga
diperoleh alkohol absolut. Hasil yang diperoleh ada;ah : Kondisi optimum proses fermentasi yaitu :
Perbandingan konsentrasi ragi Sacharomyces cereviciae dengan substrat fitoplankton yang menghasilkan
konsentrasi etanol tertinggi adalah 0,6% dan lama waktu fermentasi adalah sekitar 4 dan 5 hari. Kandungan
etanol tertinggi setelah melalui proses pemurnian diperoleh pada jenis fitoplankton Chlorella sp. Yaitu sekitar
17% dengan kadar 99,8% dan kandungan etanol terendah diperoleh pada jenis fitoplankton Isocrysis galbana
yaitu sekitar 13,4% dengan kadar 99,7%.
Kata Kunci : Jenis Pitoflankton, Kadar karbohidrat, kultur pitoflankton, produksi bioalkohol, destilasi, dehidrasi dan alkohol
absolut.

ABSTRACT :

Long-term goal of research on the First Year is found in marine phytoplankton species as raw material for bioethanol
production of biofuel. Specific targets have been achieved in the first year that identify the type of phytoplankton with high
karbohidra levels of optimum conditions for pure cultures of phytoplankton selected and designed by biomassal
phytoplankton culture. The result is: The type of dinoflagellate that is kind of Chlorella sp., Dunaliella sp. and Tetraselmis
chuii; and groups of diatom species Chaetoceros calcitrans, Chaetoceros gracilis, Chaetoceros Isochrysis galbana,
Chaetoceros Amami. Test phytoplankton biomass dry weight was cultured using a medium obtained by dry weight
dinoflagellate Arschat higher than the dry weight of phytoplankton diatom species with dry weight of 0.34 mg / L, 0.33 mg /
L, and 0.28 mg / L medium mass culture in a row for phytoplankton Chlorella sp., chuii Tetraselmis and Dunaliella sp.
Phytoplankton that have a carbohydrate content in large quantities is of the type of phytoplankton groups dinoflagellate
Dunaliella sp.; Spirolina sp.; Chlorella sp., And Tetraselmis chuii have consecutive carbohydrate content of 31.99%, 31.00%;
30.75% and 26.68%. In the Second Year, is the continuation of the first stage of the production phase bioalkohol. The
session began by conducting saccharification of biologically on phytoplankton biomass in biomassal culture results. There are
three types of yeast, the substrate and fermentation time taken to find the optimal conditions of ethanol production. Next,
distilled essence of fermented to produce ethanol, then were distilled alcohol-rise in order to obtain technical. Purification
was done by alcohol dehydration process in order to obtain absolute alcohol. The result is; ah: The optimum fermentation
process, namely: Comparison of the concentration of yeast Sacharomyces cereviciae with phytoplankton substrate that
produces the highest ethanol concentration is 0.6% and long fermentation time is about 4 and 5 days. The highest content
of ethanol after going through the process of purification is obtained on the type of phytoplankton Chlorella sp. That is about
17% with levels of 99.8% and the lowest ethanol content obtained on the type of phytoplankton Isocrysis galbana which is
about 13.4% to 99.7% levels.
Keywords: Type Pitoflankton, carbohydrate content, culture pitoflankton, bioalkohol production, distillation, dehydration and
absolute alcohol.

2. Bidang Kajian Ilmu Teknik


PERMUKIMAN YANG AKOMODATIF DI WILAYAH PESISIR DALAM UPAYA PENINGKATAN
KREATIFITAS DAN PRODUKTIFITAS NELAYAN
(Studi Kasus Pesisir Jasirah Selatan, Sulawesi Selatan)
ACCOMMODATIVE SETTLEMENT IN COASTAL AREAS IN EFFORT TO IMPROVE CREATIVITY AND
PRODUCTIVITY (Case Study: Coastal Area of Southern of South Sulawesi)
Idawarni, Nurmaida Amri dan Ambo Enre
ABSTRAK :
Permukiman yang akomodatif adalah hal penting yang dibutuhkan oleh nelayan dalam meningkatkan
kesejahteraannya, sebab dengan hal tersebut nelayan akan dapat melaksanakan berbagai aktifitas dengan
lancar, aman, dan nyaman sehingga kreatifitas dan produktifitas akan meningkat. Selama ini permukiman
nelayan kurang akomodatif dalam menjawab berbagai kebutuhan dan aktifitas mereka, sehingga terjadi
ketidaklancaran, ketidaknyamanan serta ketidakamanan dalam beraktifitas, menyebabkan penurunan kreatifitas
dan produktifitas. Karena itu, dibutuhkan suatu konsep permukiman yang akomodatif bagi nelayan terkait
dengan kondisi lingkungan, sosial, budaya, ekonomi dan kepercayaan mereka sehingga hal-hal tersebut dapat
dieliminir atau dihilangkan demi terciptanya suatu kondisi yang kondusif yang mampu meningkatkan kreatifitas
dan produktifitas penghuni yang berujung kepada peningkatan kesejahteraan Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk menemukan suatu konsep permukiman di wilayah pesisir yang mampu meningkatkan kreatifitas dan
produktifitas nelayan dalam upaya meningkatkan kesejahteraannya Metode penelitian yang digunakan adalah
kualitatif yang menghasilkan data deskriptif dan dikombinasi dengan kuantitatif sederhana. Luaran penelitian
adalah penemuan suatu konsep pra design model permukiman yang akomodatif bagi masyarakat nelayan yang
bermukim di wilayah pesisir yang mampu meningkatkan kreatifitas dan produktifitas keluarga sebagai upaya
peningkatan kesejahteraan.
Kata Kunci : Permukiman, Akomodatif, Nelayan, Kreatifitas, Produktifitas.

ABSTRACT :
Accommodative settlements is an important thing needed by fishermen in improving their welfare, because with
that fishermen will be able to carry out various activities with a smooth, safe, and comfortable so that creativit y
and productivity will increase. During these fishing settlements of less accommodative in responding to various
needs and their activities. So there is no smoothen, discomfort and lack of security in the activity, caused a
decrease in creativity and productivity. Because it takes a concept settlement for fishermen accommodative
conditions associated with environmental, social, cultural, economic and their belief that these things can be
eliminated or removed in order to create a conducive condition that can enhance creativity and productivity of
residents that led to the increase in welfare The purpose of this research is to find a concept settlements in
coastal areas that can enhance creativity and productivity of fishermen in an effort to improve their welfare The
method used is qualitative research that produces descriptive data combined with quantitative simple. Outcome
research is finding a pre-design concept model of an accommodative settlement for the fishing communities who
live in coastal areas that can enhance creativity and productivity of the family as an effort to improve welfare
Keywords: Settlement, Accommodative, Fishers, Creativity, Productivity.

BIDANG ILMU AGROKOMPLEKS

1. Bidang Kajian Ilmu Kelautan dan Perikanan


BERBAGAI KADAR KARBOHIDRAT- LEMAK PAKAN BUATAN BERBAHAN DASAR LIMBAH YANG
DIPERKAYA EKSTRAK BAYAM DALAM MENSTIMULASI
MOLTING DAN PERTUMBUHAN KEPITING BAKAU
Siti Aslamyah dan Yushinta Fujaya
ABSTRAK :
Produksi cangkang lunak atau dikenal dengan soft shell dengan aplikasi ekstrak bayam memerlukan dukungan
teknologi pembuatan pakan buatan yang berkualitas, murah, dan ramah lingkungan. Disamping itu, pakan
buatan harus mempunyai imbangan protein dan energi yang optimum, sehingga perlu optimasi kadar
karbohidrat:lemak pakan, untuk mendukung formulasi pakan isokalori. Penelitian dilakukan dalam 2 seri
percobaan, kepiting uji Scylla sp. dipelihara dalam crab box secara individu dan diletakkan di tambak. Pakan
buatan yang diuji adalah pakan buatan berbahan dasar limbah yang diperkaya ekstrak bayam 700 ng/g kepiting.
Kandungan nutrisi pakan adalah : Pakan A = protein 30,2%, karbohidrat:lemak 40,1: 10,2%; Pakan B = protein
30,4%, karbohidrat:lemak 43,26: 9,1%; Pakan C = protein 30,15%, karbohidrat:lemak 45,19: 8,05%; dan
Pakan D = protein 30,06%, karbohidrat:lemak 48,89: 7,2%. Pakan buatan isokalori berbahan dasar limbah
yang diperkaya ekstrak bayam (700 ng/g kepiting) terbaik dalam menstimulasi molting dan pertumbuhan
kepiting bakau setelah molting, pertumbuhan setelah 30 hari pemeliharaan, serta persentase efisiensi pakan
pada kadar karbohidrat:lemak 48,89:7,2%.
Kata kunci : ekstrak bayam, kepiting bakau, limbah pangan, molting, pakan buatan

ABSTRACT :
Soft shell crab production with spinach extract applications require support technology in making artificial feed
of quality, inexpensive, and environmentally friendly. In addition, artificial feed should have a balance of protein
and energy the optimum, so the need to optimize levels of carbohydrate: fat diet, to support the formulation of
feed isokalori. The study was conducted in 2 series of tests, test crab Scylla sp. kept in individual in crab box
and placed in the ponds. Artificial diets tested were waste based artificial diets enriched spinach extract 700
ng/g crab. Nutrient content of feed is: Feed A = 30.2% protein, carbohydrates: 40.1 fat: 10.2%; Feed B =
30.4% protein, carbohydrate: fat 43.26: 9.1%; Feed C = 30.15% protein, carbohydrate: fat 45.19: 8.05%; and
Feed D = 30.06% protein, carbohydrate: fat 48.89: 7.2%. Isokalori artificial food based waste-enriched extract
of spinach (700 ng/g crab), the best in stimulating molting and growth of Scylla sp. after moulting, growth after
30 days of maintenance, as well as the percentage of feed efficiency in the levels of carbohydrate: fat
48,89:7,2 %.
Key words: spinach extract, mud crab, food waste, molting, artificial feed

MODEL PEMILIHAN LOKASI UNTUK MENINGKATKAN KEBERHASILAN TRANSPLANTASI LAMUN


(SEAGRASS) DI PERAIRAN PANTAI BARAT SULAWESI SELATAN
SITE-SELECTION MODEL FOR OPTIMAL SEAGRASS (ENHALUS ACRIODES) TRANSPLANTATION IN
THE WESTCOAST OF SOUTH SULAWESI (INDONESIA)
Mahatma Lanuru, Supriadi, Khairul Amri
ABSTRAK :
Padang lamun merupakan sumberdaya laut yang penting baik secara ekologi maupun ekonomi. Meningkatnya
aktifitas manusia di wilayah pesisir menyebabkan kerusakan padang lamun dan menurunkan kondisi dari
vegetasi tersebut. Untuk mengatasi kerusakan padang lamun, maka perlu dilakukan usaha-usaha restorasi yang
salah satunya adalah dengan cara melakukan transplantasi tanaman lamun pada susbtrak/habitat yang cocok.
Keberhasilan suatu upaya transplantasi sangat bergantung pada keberhasilan dalam pemilihan lokasi dan
metode transplantasi yang tepat. Beberapa model kuantitatif telah dikembangkan di Amerika Serikat, Eropa dan
Australia untuk mengoptimalkan pemilihan lokasi transplantasi. Pengembangan model pemilihan lokasi untuk
transplantasi lamun di Indonesia belum pernah dilakukan. Oleh karena itu salah satu keutamaan dan tujuan dari
penelitian ini adalah mengembangkan suatu model pemilihan lokasi untuk meningkatkan keberhasilan
transplantasi lamun. Penelitian ini didesain untuk dilakukan dalam dua tahun. Pada Tahun I telah dilakukan
pengembangan model kuantitatif untuk pemilihan lokasi transplantasi lamun. Hasil aplikasi model Tahun I
diperoleh dua lokasi yang cocok untuk transplantasi lamun yaitu Pulau Lae-lae dan Pantai Labakkang. Pada
tahun ke-II, dilakukan percobaan transplantasi pada lokasi-lokasi potensial yang telah dipilih melalui aplikasi
model pemilihan lokasi pada tahun I untuk mencari metode transplantasi lamun terbaik yang dapat memberikan
pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup yang tinggi. Pada penelitian ini diuji tiga metode transplantasi,
yaitu metode Plug, metode Staple, dan metode Frame (TERFS). Lamun yang ditanam dengan menggunakan
tiga metode transplantasi memperlihatkan adanya perbedaan nyata tingkat kelangsungan hidup. Metode Staple
menghasilkan tingkat kelangsungan hidup (90%) yang paling tinggi di Pantai Labakkang. Sedangkan di Pulau
Lae-Lae tingkat kelangsung hidup lamun paling tinggi didapatkan pada metode Frame (83%). Lamun yang
ditanam dengan metode Plug dan Staple lebih rentan terhadap bioturbasi (biota penggangu) dan erosi karena
aksi gelombang dibanding lamun yang ditanam dengan metode Frame. Untuk restorasi padang lamun dalam
skala luasdisarakan menggunakan metode Frame karena proses penananamanya tidak membutuhkan
keterampilan khusus dan penyelam dengan perlatan Scuba Diving sehingga bisa melibatkan masyarakat lokal
(nelayan) dalam jumlah besar.
ABSTRACT :
Seagrass bed is a valuable marine resource both ecologically and economically in Indonesia. Natural and
anthropogenic disturbances in the coastal and estuarine areas have resulted in declines in seagrass coverage in
Indonesia. Because of the essential roles of seagrass bed in estuarine and coastal ecosystems, efforts to prevent
further losses and restore disturbed seagrass habitats through transplantation is desirable. Seagrass
transplantation might be a rapid way to restore seagrass habitats. The success of seagrass transplantation is
very much depend on the site selection and suitable transplantation methods. Several quantitative site-selection
models have been developed in USA, Europe, and Australian to select optimal areas for transplanting seagass.
Development site- selection model for optimal seagrass transplantation has not been attempted in Indonesia.
Therefore, the main objective of this study is to develop a site-selection model to increase the success of
seagrass transplantation. This study was designed to be carried out for two years. In the first year, a
siteselection model has been developed and has been used to select two optimal sites (i.e. Labakkang Coast and
Lae-Lae Island) for transplanting seagrass Enhalus acoroides in the West coast of South Sulawesi. In the second
year, seagrass E. acoroidestransplantation experiments were conducted on the sites selected by model to find
best transplantation method which produced high transplant survival rates. Three transplantation methods were
used: Staple, Plug, and Frame/TERFS methods to transplant seagrass E. acoroides. Vegetative shoots (sprigs) of
E. acoroides were collected from a healthy donor bed located nearby the plantation site; and planted into
unvegetated areas. Test-transplant survival was assessed every month for five months. Transplants planted
using the three different planting methods showed significantly different survival rates. Among the three
planting methods examined, the Staple method resulted in the highest transplant survival rates (90%) at
Labakkang Coast and Frame method resulted in the highest transplant survival rates (83%) at Lae-Lae Island
after five months transplantation. Transplants planted using Plug and Staple methods are more susceptible to
bioturbation and erosion due to wave action than Frame transplants. Based on the results of this study, Frame
method is recommended for large-scale seagrass transplantation due to the method does not require specific

skills and Scuba Diving to transplant seagrass and hence a large number of local communities can be involved in
the transplantation program.
POTENSI PENGEMBANGAN TEKNIK DETEKSI MOLEKULER UNTUK PERBAIKAN METODE
PENGAWASAN PARASIT ZOONOSIS DARI IKAN LAUT DI PERAIRAN SELAT
MAKASSAR DAN SEKITARNYA
Hilal Anshary, Gunarto Latama, Triyanto, dan Sriwulan1
ABSTRAK :
Ikan-ikan laut dari berbagai spesies diketahui menjadi inang perantara terhadap berbagai jenis parasit,
termasuk diantaranya parasit Nematoda penyebab penyakit zoonosis pada manusia. Di Indonesia, terutama di
perairan Sulawesi Selatan informasi tentang parasit Anisakis belum terdokumentasi dengan baik, termasuk
jumlah spesies parasit dan tingkat infeksinya pada ikan. Penelitian ini diawali dengan koleksi larva parasit
nematode dari berbagai spesies ikan-ikan laut. Selanjutnya melakukan pengelompokan secara morfologi
terhadap parasit yang masuk dalam kelompok Anisakis spp. Parasit-parasit tersebut selanjutnya diidentifikasi
secara morfologi dan molekuler dengan PCR-RFLP dan sekuensing pada wilayah ITS-1, 5.8S dan ITS-2. Secara
morfologi beberapa jenis parasit yang ditemukan dapat dibedakan dalam 2 kelompok parasit Anisakis, yaitu
Anisakis type I dan Anisakis type II berdasarkan bentuk/panjang ventruculus, adanya bagian boring tooth pada
bagian anterior dan ada atau tidaknya mukron pada bagian posterior. Hasil sekuensing, dan PCR-RFLP
menggunakan enzim restriksi Taq I, Hinf I dan Hha (Cfo) I menunjukkan bahwa parasit yang dominan
ditemukan di Perairan Selat Makassar dan sekitarnya adalah parasit golongan Anisakis typica. Ikan cakalang dan
ikan tongkol memiliki tingkat infeksi Anisakis spp yang lebih tinggi dibanding dengan ikan-ikan lainnya.
Kata Kunci: Deteksi Molekuler, Metode Pengawasan, Parasit Zoonosis, Ikan Laut, Selat Makassar

ABSTRACT:
Marine fishes are known as intermediate hosts for various species of parasites, including parasitic Nematodes
that cause zoonotic diseases to Human. In Indonesia, including in South Sulawesi, research on Anisakis and
anisakiasis, species of Anisakis sp and its level of infection in fish, have not been well documented or unknown
at all. Therefore, this research is initiated with collection of parasites Anisakis sp from various marine fish, and
then classifies them to Anisakis Type I and Type II and then identify them using PCR-RFLP and sequensing.
PCR-RFLP was performed using three different restriction enzymes: Taq I, Hinf I and Hha (Cfo) I, to identify the
species of the parasites. 10 samples were then sent for sequencing. Based on PCR-RFLP and sequencing
analysis, the dominan Anisakis spesies in South Sulawesi is Anisakis typica. Katsuwonus pelamis and Auxis
thazard harboured large number of this parasites compare to the other fish examined.
Key Words: Molecular Detection, Controling Methode, Zoonosis Parasite, Marine Fishes, Makassar Strait.

INVENTARISASI POTENSI BIOTA LAUT LANGKA KIMA (TRIDACNIDAE)


DI KEPULAUAN SPERMONDE
POTENTIAL INVENTORIES OF KIMA (TRIDACNIDAE) FROM SPERMONDE ARCHIPELAGO
A.Niartiningsih, Syafiuddin dan S.Yusuf
ABSTRAK :
Populasi kima di alam sudah semakin menurun bahkan diduga sudah punah pada beberapa lokasi perairan di
Indonesia, sehingga perlu dilakukan invetarisasi dalam upaya mengetahui kondisi populasinya saat ini di
Kepulauan Spermonde. Penelitian dilakukan pada 11 pulau yang mewakili 3 zona di Kepulauan Spermonde
dengan menggunakan metode Belt Transect. Hasil penelitian disajikan secara deskriptif dalam bentuk tabel,
gambar dan grafik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terdapat empat jenis kima (Tridacnidae) yang
ditemukan di Kepulauan Spermonde yaitu kima lubang (T.crosea), kima besar (T. maxima), kima sisik
(T.squamosa) dan kima pasir (H. porcellanus). Kepadatan populasi kima tertinggi terdapat di Pulau LumuLumu, Pulau Barrang Lompo, selanjutnya di Pulau Bone Tambu. Untuk kima lubang (T.crocea) dan kima besar
(T.maxima) hidup berasosiasi dan tersebar pada zona mulai rataan terumbu, puncak terumbu hingga lereng
terumbu dengan preferensi substrat pada karang massif terutama pada jenis karang Porites. Sementara kima
sisik (T. squamosa) dan kima pasir (H.hippopus) cenderung berada pada lereng terumbu berasosiasi dengan
substrat pecahan karang mati sebagai tempat melekatnya. Dinamika ukuran cangkang T. crocea lebih dominan
pada skala ukuran 1-3 cm dan 3-6 cm. Sebaliknya T. maxima didominasi oleh populasi yang berukuran 7-10
cm dan 4-6 cm, sementara ukuran cangkang fase juvenile (1-3 cm) dan
11 cm populasinya kurang.
Selanjutnya untuk Tridacna squamosa populasinya didominasi oleh ukuran cangkang yang lebih besar (7 20
cm) sementara ukuran 1-3 cm sangat sedikit. Hal ini berarti laju rekrutmen dan reproduksi jenis T. squamosa
sangat kecil karena populasi dewasa di alam sudah berkurang.
Kata kunci : populasi, kima, Kepulauian Spermonde

ABSTRACT :
Wild population of clams under family of Tridacnidae has been declined and even gone to extinct in some areas
of Indonesian water. For that reason, there is a strong need to determine its current condition in Spermonde
Archipelago. The study was conducted on 11 islands that represent three zones of Spermonde Archipelago
using Belt Transect method. The results are presented descriptively in the form of tables, figures and graphs.
There are four species of clams (Tridacnidae) found in the research area, namely Tridacna. crocea, T. maxima,
T. squamosa, and Hippopus porcellanus. The highest density was found on the island of Lumu-Lumu, Barrang
Lompo, and Bone Tambung respectively. T. crocea and the giant clam T. maxima were found scattered from
the reef flat zone to reef crest, down to the reef slope with massive corals Porites as preference substrate. On
the other hand, T. squamosa and Hippopus.hippopus tend to be on the slopes with coral rubble as substrate.
The shell size of T. crocea found dominantly in a range of 1-3 cm and 3-6 cm. In contrary, T. maxima are
dominated by population with shell size 7-10 cm and 4-6 cm, while the phase of juvenile shell size 1-3 cm and
11 cm in the population was less found. T. squamosa population is dominated by larger shell size (70-20 cm)
while size 1-3 cm is rarely found. This implies that the rate of recruitment and reproduction of T. squamosa is
very small, caused by the reduction of adult population in the wild.
Keywords : population, Clams, Spermonde Island

ISOLASI BAHAN AKTIF RUMPUT LAUT SEBAGAI KANDIDAT OBAT ANTIKANKER DAN ANTIBAKTERI
PATOGEN PADA MANUSIA
Elmi Nurhaidah Zainuddin, Kasmiati dan Badraeni
ABSTRAK :
Penemuan obat-obatan antikanker dan antibiotik berbahan baku lokal yang alami sangat diperlukan untuk
mengurangi penggunaan obat yang disintesa secara kimia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis
rumput laut asal perairan Sulawesi Selatan yang berpotensi sebagai antikanker dan antibakteri dan
mendapatkan komponen bioaktifnya. Pengujian dilakukan secara in vitro, untuk uji antibakteri dilakukan
dengan metode difusi agar, uji sitotoksisitas dengan brine-shrimp lerthality test dan antikanker dengan MTT-test
terhadap sel kanker rahim HeLa. Rumput laut diekstraksi secara berturut-turut dengan tiga pelarut organik
berbeda polaritas, pertama dengan n-heksana diikuti oleh diklorometana (DCM) dan selanjutnya dengan etil
asetat (EtOAc). Isolasi senyawa aktif dari ekstrak rumput laut menggunakan metode bioassay guided isolation,
yaitu metode yang menggabungkan teknik pemisahan senyawa aktif dengan teknik pengujian senyawa hasil
isolasi. Teknik pemisahan senyawa aktif dilakukan dengan metode kromatografi menggunakan kromatografi
lapis tipis dan kromatografi kolom. Lima belas ekstrak dari 7 spesies rumput laut diuji untuk aktifitas sitotoksik,
33 ekstrak dari 11 spesies untuk aktifitas antikanker dan 29 ekstrak dari 11 spesies untuk aktifitas antibakteri.
Dari 15 ekstrak yang diuji sitotoksik, hanya ekstrak diklorometana dari Sarconema filiforme yang tidak
memperlihatkan aktifitas yang signifikan dengan nilai LC 50 >1000 mg/mL. Dua belas ekstrak dari Rosenvingea
orientalis (n-heksana, DCM), Wrangelia tanegana (n-heksana, DCM), Padina boergesenii (n-heksana, DCM,
EtOAc), Codium dwarkense (n-heksana), Sargassum prismaticum (n-heksana, DCM) dan Dictyopteris
acrostichoides (DCM, EtOAc) menunjukkan aktifitas yang signifikan dengan nilai LC 50 <62,5 mg/mL. Dari 33
esktrak rumput laut yang diuji untuk antikanker terhadap sel Hela, hanya 5 ekstrak etil asetat dan 3 ekstrak
diklorometana dari 6 spesies yang memperlihatkan potensi signifikan dalam menghambat sel kanker tersebut.
Ekstrak diklorometana dari rumput laut coklat Sargassum prismaticum yang memperlihatkan aktifitas antikanker
yang tertinggi terhadap sel HeLa dengan IC 50 8,01 ppm. Aktifitas terendah diperlihatkan oleh ekstrak etil asetat
rumput laut merah Gracilaria verrucosa dengan IC50 220,09 ppm. Jumlah esktrak etil asetat (62,5%) yang
berpotensi aktif sebagai antikanker lebih banyak dari pada jumlah ekstrak diklorometana (37,5%). Sementara
tidak ada satupun ekstrak heksana dari rumput laut yang memperlihatkan aktifitas antikanker. Dari 29 ekstrak
yang diuji untuk potensi antibakteri, 16 ekstrak aktif menghambat pertumbuhan B. Subtilis, 13 menghambat S.
aureus, 3 terhadap E. coli dan hanya 1 ekstrak yang aktif terhadap P. aeruginosa. Aktifitas tertinggi ditunjukkan
oleh ekstrak diklorometana Codium dwarkense terhadap B. subtilis (zona hambatan: 19,0 mm), ekstrak heksana
Rosenvingea orientalis terhadap S. aureus (zona hambatan: 17,5 mm), ekstrak diklorometana Sargassum
prismaticum terhadap E. coli (zona hambatan: 12,5 mm) dan ekstrak diklorometana Wrangelia tanegana
terhadap P. aeruginosa (zona hambatan: 10,0 mm). Dari profil aktifitas sitotoksik, antikanker dan antibakteri
dari ekstrak rumput laut, dapat disimpulkan bahwa rumput laut asal perairan Sulawesi Selatan dapat digunakan
sebagai sumber senyawa untuk pengembangan obat antikanker/antitumor dan antibiotik.
Kata kunci: Rumput laut, sitotoksisitas, antikanker, antibakteri, Artemia salina lethality test, MTT-test, metode difusi agar, sel
Hela, bakteri patogen manusia

ABSTRACT :
The discovery of anticancer drugs and antibiotics which naturally synthesized from local raw materials are
needed to reduce the use of chemically synthesized drugs. This study aims to determine the species of
seaweed from the waters of South Sulawesi, which has potential as anticancer and antibacterial drugs and
obtain its bioactive components. Tests was conducted in vitro, for antibacterial test agar diffusion method was
used, the cytotoxicity test with the brine-shrimp lethality test and anticancer against cervical cancer cells HeLa
with MTT-test. Seaweed was extracted successively with three different polarity of organic solvent, first with nhexane followed by dichloromethane (DCM) and subsequently with ethyl acetate (EtOAc). Isolation of active
compounds of seaweed extracts using bioassay guided isolation method. Mechanical separation of active
compounds by chromatographic methods using thin layer chromatography and column chromatography. Fifteen
extracts from 7 species of seaweed were tested for cytotoxic activity, 33 extracts from 11 species for antica ncer
activity and 29 extracts from 11 species for antibacterial activity. Of the 15 tested extracts for cytotoxicity, only
the dichloromethane extract from Sarconema filiforme did not show significant activity (LC 50 >1000 mg/mL.
Twelve extracts from Rosenvingea orientalis (n-hexane, DCM), Wrangelia tanegana (n-hexane, DCM), Padina
boergesenii (n-hexane, DCM, EtOAc), Codium dwarkense (n-hexane), Sargassum prismaticum (n-hexane , DCM)

and Dictyopteris acrostichoides (DCM, EtOAc) showed significant activity with LC50 value <62.5 mg/mL. Of the
33 seaweed tested extracts for anticancer against HeLa cells, only 5 ethyl acetate extract and 3 dichloromethane
extracts of 6 species showed significant activity to inhibit cancer cells. Dichloromethane extract from brown
seaweed Sargassum prismaticum showed the highest anticancer activity against HeLa cells with IC 50 of 8.01
ppm. The lowest activity was shown by the ethyl acetate extract of red seaweed Gracilaria verrucosa with IC50
220.09 ppm. The amount of ethyl acetate extract (62.5%) which was potentially active as anticancer are more
than the amount of dichloromethane extract (37.5%). None of the hexane extract showed anticancer activity.
Of the 29 tested extracts for antibacterial activity, 16 extracts was active to inhibit the growth of B. Subtilis, 13
inhibited S. aureus, 3 against E. coli and only 1 extract against P. aeruginosa. The highest activity against B.
subtilis was shown by the dichloromethane extract of Codium dwarkense (inhibition zone: 19.0 mm), against S.
aureus by hexane extract of Rosenvingea orientalis (inhibition zone: 17.5 mm), against E. coli by
dichloromethane extract of Sargassum prismaticum (inhibition zone: 12.5 mm) and against P. aeruginosa was
shown by dichloromethane extract of Wrangelia tanegana (inhibition zone: 10.0 mm). From the profile of
cytotoxic, anticancer and antibacterial activities of seaweed extracts, it can be concluded that the seaweeds
from the waters of South Sulawesi can be used as a source of compounds for drugs development of
anticancer/antitumor and antibiotic.
Keywords: Seaweed, cytotoxicity, anticancer, antibacteria, Artemia salina lethality test, MTT-test, agar diffusion method,
HeLa cells, human pathogenic bacteria

OPTIMALISASI AKTIVITAS EKONOMI NELAYAN PULAU-PULAU KECIL DI SULAWESI SELATAN :


SUATU UPAYA KEMANDIRIAN NELAYAN MEMUTUS RANTAI KEMISKINAN
MENUJU KETAHANAN PANGAN
Sri Suro Adhawati
ABSTRAK :
Tujuan jangka panjang penelitian adalah kemandirian nelayan memutus rantai kemiskinan rumah tangga
menuju ketahanan pangan. Sedangkan tujuan khusus penelitian adalah mengoptimalkan pemanfaatan waktu
kerja pada musim peralihan dan musim ombak untuk meningkatkan pendapatan. Penelitian dilaksanakan pada
bulan Agustus November 2010 di 6 pulau pada kepulauan Spermonde Sulawesi Selatan. Metode penelitian
adalah metode teknik cluster random sampling yaitu mengelompokkan responden berdasarkan spesifikasi
penggunaan alat tangkap dan spesifikasi karakteristik pulau. jumlah responden 135 nelayan (10 % dari total
populasi) Musim berpengaruh signifikan terhadap aktivitas ekonomi nelayan pada ke 6 pulau lokasi
penelitian.100 % nelayan melakukan aktivitas melaut pada musim puncak., 87.10% di musim peralihan dan
68.20% di musim ombak. Jumlah bulan kerja berdasarkan pengamatan hari dan jam kerja pada semua musim
penangkapan lebih kecil dari bulan kerja standar. dari 6 pulau lokasi penelitian, hanya nelayan pulau Balang
Lompo melakukan aktivitas ekonomi hari kerja standar. pendapatan nelayan pada musim peralihan dan
ombak, relatif rendah yaitu dibawah UMR Sul-Sel. Pada musim puncak hanya nelayan pulau langkai, Balang
Lompo dan Laiya yang memperoleh pendapatan diatas UMR.

2. Bidang Kajian Ilmu Pertanian


SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN SPASIAL PEMANFAATAN LAHAN
WILAYAH RAWAN PANGAN
Sumbangan Baja, Andi Amrullah dan Muh. Ramli
ABSTRAK :
Di Provinsi Sulawesi Selatan, banyak daerah-daerah yang berada dalam kategori rawan pangan. Penyebabnya
antara lain karena luasnya lahan-lahan marginal dengan produktivitas rendah. Agar kebutuhan pangan
terpenuhi, diperlukan pengelolaan lahan kawasan rawan pangan secara tepat dan terencana dengan baik.
Tujuan riset ini adalah untuk membangun informasi berbasis spasial melalui studi terintegrasi (integrated study)
tentang parameter biofisik lahan dan sosial ekonomi wilayah rawan pangan. Untuk mencapai tujuan tersebut,
maka dalam penelitian ini dilakukan: (i) pemetaan ketersediaan lahan untuk pangan; (ii) analisis kondisi sosial
ekonomi masyarakat petani di wilayah rawan pangan, terutama dalam hal kaitannya dengan pengelolaan lahan
pertanian untuk tanaman pangan; (iii) penghitungan dan pemetaan net agricultural income loss (NAIL); (iv)
penghitungan daya dukung lahan/lingkungan wilayah penelitian pada tingkat detail desa; dan (v)
pengembangan cikal bakal Spatial Decision Support System (SDSS) pemanfaatan lahan pada kawasan rawan
pangan. Penelitian ini dilakukan di enam kecamatan (Tarowang, Arungkeke, Batang, Turatea, Kelara, dan
Rumbia) di Kabupaten Jeneponto, Provinsi Sulawesi Selatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa potensi
pengembangan komoditas pangan cukup beragam di setiap wilayah dan ketersediaan lahan serta peluang
pengembangan masih terbuka. Pembatas utama pengembangan tanaman pangan di wilayah ini adalah
kejenuhan basa yang rendah (kesuburan) dan rendahnya curah hujan di segmen wilayah sekitar pesisir. Untuk
tanaman jagung pada unit lahan tanpa atau dengan satu pembatas, dan input diberikan sesuai jenis manajemen
yang umum, maka income aktual (pendapatan berdasarkan kesesuaian lahan actual) S1 adalah Rp.
5.285.000/ha. Jika tidak dilakukan perbaikan kualitas lahan samasekali, maka pendapatan diperkirahkan berkisar
antara Rp. 200.000 hingga Rp. 2.300.000 per ha. Tertinggi dijumpai di wilayah tengah dan timur, dan terendah
di wilayah selatan dan paling utara (wilayah Rumbia). Selanjutnya, total potensi kehilangan dari usahatani
(NAIL) cukup besar di wilayah tengah dan timur, yang jumlahnya dapat mencapai Rp. 1.675.000 per ha. Lahan
yang memiliki potensi pendapatan terbesar, juga mengalami potensi kehilangan pendapatan besar jika tidak
dilakukan perbaikan kualitas lahan.Kemudian, hasil penghitungan kepadatan penduduk dan daya dukung lahan
di Kecamatan Kelara menunjukkan bahwa dari sepuluh desa yanga ada, terdapat lima desa yang kepadatan
penduduknya telah melampaui daya dukung lahan (over carrying capacity) yaitu: Desa Bontolebang, kepadatan
penduduk 6,05 & daya dukung 3,71; (b) Desa Gantarang, dengan kepadatan penduduk 6,50 & daya dukung
1,05; (c) Desa Tolo Selatan, dengan kepadatan penduduk 6,31 & daya dukung 2,41; (d) Desa Tolo Barat,
dengan kepadatan penduduk 15,31 dan daya dukung 2,88; dan (e) Desa Tombolo, dengan kepadatan
penduduk 10,34 dan daya dukung 4,95.Tingkat kerawanan pangan dan keberlanjutan penggunaan lahan terlihat
dari hubungan antara daya dukung lahan dengan jumlah penduduk, serta tingkat kesesuaian lahan komoditas
pangan. Desa/kelurahan yang dikategorikan dalam kelompok over carrying capacity menandakan bahwa areal
pertanian wilayah-wilayah itu sudah cukup rawan ketersediaan pangannya, ditambah dengan keadaan dimana
lahan yang tersedia (dengan kualitas baik) untuk kegiatan pertanian sangat terbatas. Metode yang
dikembangkan diharapkan dapat menjadi input pada prosedur peraturan zonasi (zoning regulation) kawasan
budidaya pertanian pangan sebagaimana ditetapkan dalam UU No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, UU
No. 41 tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan, serta program pewilayah
komoditas pangan daerah pada tingkat taktis dan operasional di lapangan.

DARNA CONTROL CATENATA SN. INTEGRATED WITH BEAUVERIA BASSIANA VUILL. AND
APANTELES SPP. ABOUT KNOWLEDGE AND ASSESSMENT OF OIL PALM
SMALLHOLDER OIL PALM PEST MANAGEMENT
Itji Diana Daud, Melina dan Suleha Thamrin
ABSTRACT :
Research Objectives in the first year is to learn the knowledge, attitudes and experiences of farmers in pest
management. The data obtained in the first year will illustrate the reality of problems so that control
technology that will be able to suppress the population of Darna catenata. Research in second is the
multiplication of the parasitoid Apanteles spp and pathogen Beauveria bassiana, Proceed with the trial release
of parasitoids and pathogens in a demonstration plot in the village Sukaraya Luwu. Research on knowledge,
attitudes and experiences of farmers in pest management is done by casting questionnaire / questionnaire to
the farmers. Questioner through direct interview on 150 farmer respondents. Determination of the
respondents carried out through random sampling in each village. Analysis of data using simple statistics that
a qualitative interpretation of the answers raised by the respondent farmers.Experiment to determine the
ability of the parasitoid Apanteles spp Parasitation. and pathogens Beauveria bassiana performed using
demplot application consists of: application Beauveria bassiana, applications Apantheles spp. Application of
Beauveria bassiana + Apantheles spp Control, ie without releasing activity Observations caterpillar populations
of fire (Darna catenata Sn.) Which menyerangan palm plants in the village of Flower Hall, the village of my
guests, the village of Pakatan, Wonorejo village, village and village Maleku Talbot from each sample found
only 40 plants ranging from 5 to 18 fish tail. It is considered very low. Further observations of larvae Darna
catenata in oil palm plantations that are kept successfully into pupae and imago imago emerges is Darna
catenata so it can be concluded that the parasitoid Apanteles spp was not in the oil palm plantation ecosystem
in Luwu district. Further experiments performed by treating the release demplot parasitoids and pathogens
Beauveria bassiana application on oil palm plantations in the village of Talbot Sub-Bone Bone Luwu
district.The results showed that the parasitoid Apanteles spp more graduate life if maintained directly in the
planting of cabbage in Gowa district Kanreapia village than in the laboratory of Plant Pests and Diseases. Data
from the trial release of pathogens and parasitoids as well as release of parasitoids + pathogens in planting
palm oil are consecutive average tail 7.25, 2.75 and 10 fish tail. This is considered low but this is considered
high because the initial population Darna catenata observations on the applied pathogen demonstration plots
of 25 heads while in the released parasitoids demplot as many as 12 heads while demplot applied pathogens
and parasitoids as many as 24 individuals.
Keywords : Pathogen Parasitoid

PEMANFAATAN PREDATOR Euborellia spp. DAN CENDAWAN ENTOMOPATOGEN UNTUK


MENGENDALIKAN Ostrinia furnacalis Guenee DAN Helicoverpa armigera Hubner HAMA UTAMA
PADA TANAMAN JAGUNG
Melina, Itji Diana Daud dan Fatahuddin
ABSTRAK :
Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan potensi predator Euborellia spp. dan cendawan entomopatogen
yang aman dan ramah lingkungan dalam rangka mengurangi ketergantungan pada pestisida. Penelitian
dilaksanakan di laboratorium dan di lapangan. Kegiatan penelitian tahun pertama meliputi : perbanyakan massal
predator Euborellia sp. Di laboratorium, perbanyakan massal serangga uji, Isolasi dan Identifikasi cendawan
entomopatogen yang menginfeksi hama di pertanaman jagung, dan Pengujian preferensi Euborellia pada
berbagai instar larva Ostrinia furnacalis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa predator Euborellia dapat
berkembang dengan baik pada media tanah dan pasir dengan pemberian pakan pedigree, pertambahan
populasinya berkisar antara 500 sampai 1300 ekor per bulan; Ditemukan dua jenis cendawan entomopatogen
yang menginfeksi hama jagung di lapangan, yaitu Beauveria bassiana yang menginfeksi Helicoverpa armigera
dan sesamia inferens, dan cendawan Metarhizium yang menginfeksi Ostrinia furnacalis; Pengujian preferensi
Euborellia terhadap berbagai instar larva Ostrinia furnacalis menunjukkan bahwa predator Euborellia Lebih
menyukai memangsa larva-larva instar awal dibanding larva instar lanjut. Larva instar 1 dan 2 habis dimangsa
berturut-turut pada pengamatan 24 jam dan 60 jam. Larva instar 3 dan 4 hanya sebagian yang dimangsa,
sedangkan larva instar 5 tidak dimangsa oleh predator.
ABSTRACT :
This research aims to harness the potential predators Euborellia spp. and entomopathogenic fungi are safe and
friendly environment in order to reduce dependence on pesticides. The experiment was conducted in the
laboratory and in the field. The first year of research activities include: mass rearing of predators Euborellia sp.
In the laboratory, mass rearing of insect pests, Isolation and Identification of entomopathogenic fungus that
infects the pests in corn plantiation, and Testing Euborellia preferences at different instar larvae of Ostrinia
furnacalis. The results showed that predators Euborellia was reared in soil and sand with pedigree, added
population ranging from 500 to 1300 fish per month; found two species of entomopathogenic fungus that
infects corn pests in the field, namely Beauveria bassiana, which infects Helicoverpa armigera and sesamia
inferens, and fungi, Metarhizium that infect Ostrinia furnacalis; Euborellia preference tests against various instar
larvae of Ostrinia furnacalis show that predators prey Euborellia Prefers early instar larvae instar larvae
compared than the older one. All of Larval instar 1 and 2 consumed on observation 24 hours and 60 hours.
Larval instar 3 and 4 only partly consumed, while the fifth instar larvae are not consumed by predators.

EFEKTIFITAS PERBANYAKAN PREDATOR COCCINELLA SP. PADA MAKANAN BUATAN DAN


POTENSINYA SEBAGAI AGENS PENGENDALI HAYATI HAMA KUTU DAUN KEDELAI,
APHIS GLYCINES MATS.
EFFECTIVENESS MASS-REARING OF PREDATOR COCCINELLA SP. ON ARTIFICIAL DIET AND ITS
POTENTIAL AS BIOLOGICAL CONTROL OF SOYBEAN APHIDS, APHIS GLYCINES MATS.
Nurariaty Agus, Tamrin Abdullah dan Sri Nur Aminah N
ABSTRAK :
Predator dari famili Coccinellidae Ordo Coleoptera sangat potensial untuk mengendalikan beberapa jenis hama,
terutama kutu daun kedelai. Salah satu jenisnya adalah predator Coccinella sp. yang sudah ada di pertanaman
kedelai, namun populasinya relatif rendah karena kesalahan teknis budidaya tanaman yang dilakukan oleh
manusia sehingga perlu dilakukan penambahan populasi (augmentasi) ke pertanaman. Oleh karena itu, perlu
melakukan perbanyakan predator tersebut pada makanan buatan. Secara umum, penelitian bertujuan untuk
mengetahui efektifitas dan efisiensi perbanyakan predator Coccinella sp. pada makanan buatan (artificial diet)
dan potensinya sebagai agens pengendali hayati hama kutu daun kedelai. Kegiatan tahun pertama meliputi a)
pengaruh kasta lebah madu; b) pengaruh penyimpanan diet dan c) pengujian kemampuan makan predator
Coccinella sp. pada formulasi makanan buatan. Semua kegiatan tersebut dilaksanakan di laboratorium
Identifikasi OPT dan Pengendalian Hayati, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian UNHAS,
kecuali pengumpulan kutu daun dan predator Coccinella sp. serta larva lebah madu sebagai bahan baku pakan
buatan yang diperoleh di lapangan. Percobaan disusun dengan rancangan acak lengkap (RAL) dan data
dianalisis dengan ANOVA. Kalau ada perbedaan yang signifikan, maka dilanjutkan dengan uji Duncan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah kelompok telur, jumlah individu telur, dan jumlah telur menetas
Coccinella sp. lebih tinggi jika diberi makan ekstrak larva jantan lebah madu yaitu masing-masing 7.2 kelompok;
41.4 butir; dan 24.8 butir dibandingkan pada larva pekerja yaitu masing-masing 0.4 kelompok; 1.2 butir; dan
1.2 butir. Peletakan telur imago Coccinella sp. pada ekstrak larva jantan lebih lama (25 hari) dibandingkan pada
ekstrak larva pekerja (1 hari).Lama penyimpanan pakan pada suhu rendah berpengaruh nyata terhadap jumlah
individu tetapi tidak berpengaruh terhadap jumlah kelompok telur dan lama hidup imago predator. Coccinella
sp. Kemampuan makan imago betina Coccinella sp. lebih tinggi dibandingkan dengan imago jantan dan larva
predator.
Kata kunci : Predator Coccinella sp. makanan buatan, potensi, agens pengendali hayati, hama kutu daun kedelai

ABSTRACT :
Predators of the Order Coleoptera family Coccinellidae very potential to control several pest species, especially
soybean aphids. One type is the predator Coccinella sp. which already exist in soybean plantations, but the
population is relatively low because of technical errors that do crop cultivation by humans, so needs a population
increase (augmentation) to the planting. Therefore, the need to do mass-rearing of these predators on artificial
diet. In general, the study aims to determine the effectiveness and efficiency of mass-rearing of predators
Coccinella sp. on artificial diet and its potential as biological control agents of soybean aphids. The first year
activities include a) the influence of honey bee caste; b) the influence of diet storage and c) testing the eating
ability of predator Coccinella sp. on artificial food formulations. All activities are conducted in the identification
of pests and Biological Control laboratory, Department of Pests and Plant Pathology Faculty of Agriculture,
Hasanuddin University, unless the collection of aphids and predators Coccinella sp. and honey bee larvae as well
as raw materials made food, was obtained in the field. The experiment was designed with a completely
randomized design (CRD) and the data were analyzed with ANOVA. If there was a significant difference, then
followed by Duncan test. The results showed that the average number of egg clusters, the number of individual
eggs, and the number of eggs hatched of Coccinella sp. higher when larvae were fed extracts of male honey
bee that is each 7.2 cluster; 41.4 eggs, and 24.8 eggs than in worker larvae of each 0.4 clusters, 1.2 eggs; and
1.2 eggs. Oviposition of adult Coccinella sp. in extracts of male larvae was older (25 days) than in extracts of
larval worker (1 day). Old food storage at low temperature significantly affected to the number of individuals but
does not affect to the number of eggs clusters and adult longevity of predator Coccinella sp. The eating ability
of adult female Coccinella sp. was higher than the male adult and larval predators.
Keywords : Coccinella sp., artifcial diet, potential, biological control agent, soybean aphids

3. Bidang Kajian Ilmu Peternakan


POTENSI, PERMASALAHAN DAN KEBUTUHAN TEKNOLOGI PAKAN PETERNAK SAPI PERAH
DI KABUPATEN ENREKANG
Syahdar Baba, Anis Muktiani, Ambo Ako dan Muhammad Ihsan Andi Dagong
ABSTRACT :
An appropriate understanding towards preference of small-scale dairy producers can improve technology
adoption. The objective of this study was to understand potential, problem and need of small-scale dairy
producers including farmer and his wife. Method that used modifies Participatory Rural Appraisal (PRA) like
participatory mapping to detect potential, and Preference Ranking to understand problem and need priority.
PRA Applications are six times during April - September 2009 at central area and non-central area in Enrekang
regency. Preference farmer and his wife toward potential and problem are not difference. Only feed technology
need is difference. Forage sources at central area are more various than non-central area but concentrate
sources at non-central area are more than central area. Lack of knowledge for feed and concentrate
formulation and nutritional requirements, less known of feed use, and low feed quality at dry season are the
main problems at central area. At non-central area, lack of knowledge for preserving feed, lack of labour and
feed shortage at dry season are main problem those are faced by farmer. Knowledge improvement for local
feed and complete-feed formulation are priority technology at central area. At non-central area, agricultural
waste and forage preserving and complete-feed are needed by farmer.
Keyword : Feed Technology, Small Scale, Dairy Cattle, Participatory Rural Appraisal

MODEL APLIKATIF PEMANFAATAN TANAMAN MURBEI SEBAGAI SUMBER


PAKAN BERKUALITAS GUNA MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI SERTA
MENDUKUNG PRODUKSI TERNAK BERKELANJUTAN
Syahriani Syahrir dan Rohmiyatul Islamiyati
ABSTRAK :
Manajemen integrasi tanaman ternak yang baik dengan mengedepankan manfaat/keuntungan bagi petani, akan
sekaligus dapat mendukung peningkatan produksi ternak secara berkelanjutan. Tujuan khusus penelitian tahap
pertama ini adalah menghasilkan informasi teknis manajemen tanaman murbei yang optimal, mendukung
penggunaan daun murbei sebagai sumber pakan, mencakup potensi produksi dan kualitas daun murbei yang
ditanam pada daerah dengan lingkungan, aplikasi pupuk dan umur pemotongan yang berbeda. Penelitian
dilakukan pada lahan subur dan lahan kering, menggunakan rancangan acak kelompok, masing-masing
perlakuan diulang sebanyak 3 kali/kelompok, dengan susunan perlakuan sebagai berikut: P0D2 = Tanpa
pemupukan dan dipotong pada umur 2 bulan; P0D3 = Tanpa pemupukan dan dipotong pada umur 3 bulan;
P1D2 = Diaplikasikan pupuk dan dipotong pada umur 2 bulan; dan P1D3 = Diaplikasikan pupuk dan dipotong
pada umur 3 bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produktivitas, kandungan nutrien dan komposisi serat
tanaman murbei yang dapat dikonsumsi ternak (daun + batang muda) terbaik diperoleh pada lahan yang
mendapat aplikasi pemupukan dan dipotong pada umur 2 bulan, baik dari lahan subur maupun dari lahan
kering.

RAMUAN HERBAL SEBAGAI FEED ADDITIVE UNTUK MENINGKATKAN PERFORMA BROILER


(HERBS MIX AS A FEED ADDITIVE TO IMPROVE BROILER PERFORMANCE)
Agustina, L., M. Hatta dan S. Purwanti
ABSTRAK :
Resistensi bakteri pathogen dan residu dari penggunaan antibiotik sebagai growth promoter pada ternak
menyebabkab adanya dalam pembatasan pemberiannya. Salah satu alternatif yang dapat digunakan sebagai
feed additive adalah serbuk ramuan herbal yang relatif murah dan mudah didapatkan. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui kandungan zat bioaktif dan efektifitas antibakteri yang terkandung dalam ramuan herbal
dalam menghambat bakteri patogen yang menjadi penyebab penyakit pada unggas. Bahan yang digunakan
adalah ramuan herbal terdiri dari berbagai bahan herbal. Bakteri uji adalah bakteri patogen Gram positif
(Staphylococcus aureus, Staphylococcus faecalis, Pseudomonas aerogenos, Bacillus subtillis) dan Gram negatif
(Salmonella pullorum, Salmonella typhimurium, Salmonella senlftenberg, Proteus mirabilis, Proteus vulgaris,
E.coli motil, E.coli nonmotil). Metode yang digunakan untuk pengujian aktifitas antibakteri adalah metode diffusi
disk. Hasil yang diperoleh bahwa aktifitas antibakteri pada bahan dan serbuk ramuan mampu menghambat
bakteri Gram Positive dan Gram negative. Kesimpulan menunjukan bahwa zat bioaktif yang terkandung dalam
ramuan herbal memiliki aktifitas antibakteri yang mampu menghambat bakteri patogen Gram positif dan Gram
negatif (berspektrum luas) serta mempunyai zona hambat yang lebih luas pada bakteri Gram positif dibanding
Gram negatif.
Kata Kunci : Antibakteri, serbuk ramuan herbal, feed additive,`Gram positif, Gram negatif

ABSTRACT :
The development of antimicrobial resistance in bacteria has become a global problem. One of the alternative
could use as feed additive was herb thats more cheap and easier to found it. The purpose of this research to
know the effectivity of antibacteria in herb to pursure the pathogen bacteria would coused poultry desease. The
material used as pathogen bacteria positive Gram (Staphylococcus aureus, Staphylococcus faecalis,
Pseudomonas aerogenos, Bacillus subtillis) and Gram negative (Salmonella pullorum, Salmonella typhimurium,
Salmonella senlftenberg, Proteus mirabilis, Proteus vulgaris, E.coli motil, E.coli nonmotil). The method was used
to test antibacterial activity was diffusion disk. The result showed that antibacterial activity from ingredient and
herbs mix powder could presure pathogen bacteria positive Gram and negative Gram. The conclusion show that
the activity of antibacterial on herb could presure pathogen bacteria positive Gram and negative Gram (broad
spectrum) have barrier zone more wide on positive Gram compare with negative Gram.
Key words: Antibacteria, herbs mix powder, feed additive, Gram positive and Gram negative

PEMANFAATAN DAUN KELOR (Moringa Oliefera) SEBAGAI PAKAN TERNAK GUNA MENINGKATKAN
EFISIENSI REPRODUKSI SAPI POTONG
Abd. Latief Toleng, Abd. Latief Fattah, dan Djoni P. Rahardja
ABSTRAK :
Ketahanan dan keamanan pangan, khususnya daging, masih rendah. Ini disebabkan oleh populasi sapi yang
kurang sebagai dampak dari rendahnya tingkat kelahiran. Tingkat kelahiran ditentukan oleh pakan, maka perlu
upaya untuk mencari pakan yang berkualitas tinggi, cukup tersedia dan mudah dijangkau oleh petani. Oleh
sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh daun kelor (moringa oleifera) terhadap perbaikan
tingkat reproduksi sapi potong. Penelitian ini akan dilakukan selama 2 Tahun: Tahap 1: Melihat pengaruh daun
kelor selama akhir kebuntingan terhadap penampilan anak yang lahir dan induk setelah melahirkan. Induk sapi
bunting sebanyak 40 ekor dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok 1, kontrol (tanpa daun kelor) dan Kelompok 2
perlakuan (dengan daun kelor). Semua ternak diberi hijauan dan urea molasses block (UMB). Sampel darah
akan diambil untuk mengukur kadar protein dan mineral. Berat lahir anak dan induk ditimbang. Pengaruh
perlakuan akan dianalisa memakai ANOVA dan student t-test. Pemberian daun kelor memberikan pertambahan
berat badan induk nyata lebih tinggi (P<0,05) dibanding dengan yang tanpa pemberian daun kelor (0,48 vs 0,39
kg). Sejalan dengan tingginya pertamabahan berat badan ini maka rata-rata berat badan sapi pada kelompok
perlakuan cenderung lebih tinggi (210,05 vs 204,14 kg). Berat lahir anak pada kelompok perlakuan nyata lebih
tinggi (P<0,05) dibanding dengan control (16,2 vs 13,4 kg), namun tingkat kematian anak tidak berbeda nyata
antar kedua perlakuan. Data ini menunjukkan bahwa perlakuan daun kelor memberi dampak positif terhadap
pertambahan berat badan bagi induk yang bunting dan berat lahir anak yang dilahirkan. Dampak perlakuan
daun kelor terhadap produksi susu induk dan perkembangan anak yang lahir akan diteliti pada penelitian Tahap
II (diusulkan). Tujuan penelitian Tahap II ini adalah: Melihat efektifitas pemberian daun kelor sebelum dan
sesudah melahirkan terhadap: 1. Kualitas anak yang dilahirkan. 2. Produksi susu. 3. Munculnya berahi pertama
pasca kelahiran dan tingkat kebuntingan pada induk sapi. Ternak yang digunakan pada Tahap I akan digunakan
pada tahap II ini. Masing-masing kelompok pada Tahap I akan dibagi menjadi 2 sub-kelompok. Sub-Kelompok A
(tanpa pemberian daun kelor) dan Sub-Kelompok B (pemberian daun kelor). Pertambahan berat badan anak
dan induk akan dipantau. Produksi susu akan diukur. Sampel darah akan diambil dari induk untuk, analisa
hormone progesterone guna penentuan munculnya berahi pertama pasca kelahiran. Deteksi berahi dilakukan 2
kali sehari dan ternak yang berahi akan diinseminasi. Tingkat kebuntingan akan dianalisa dari profil
progesterone dan palpasi rektal. Pengaruh perlakuan akan dianalisa memakai ANOVA.

FORMULASI DAN APLIKASI PAKAN KONSENTRAT BERBASIS EKSTRAK DAUN KATUK UNTUK
MENINGKATKAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH
FORMULATION AND APLICATION OF CONCENTRATE RATION BASIC KATUK LEAF (SAUROPUS
ANDROGYNUS) TO INCREASING MILK PRODUCTION OF DAIRY CATTLE
Sjamsuddin Garantjang dan Zain Mide
ABSTRAK :
Daun katuk diketahui dapat meningkatkan air susu ibu pada manusia. Pemberian ekstrak daun katuk juga dapat
meningkatkan sekresi air susu pada ternak kambing dan domba. Tujuan penelitian ini adalah menemukan
terobosan teknologi pembuatan pakan konsentrat berbasis komoditas lokal yang dapat meningkatkan produksi
susu sapi perah. Hasil menunjukan bahwa secara statistik pakan konsentrat yang ditambahkan dengan ekstrak
daun katuk sebanyak 80 g tidak menunjukan pengaruh yang nyata (P>0,05) terhadap produksi susu pada sapi
perah Friess Holland namun data-data secara biologis menunjukan bahwa produksi susu sapi perah Frisien
Holstein yang mendapat ekstrak daun katuk lebih tinggi pada perlakuan B (7702 ml//ekor/hari) dari pada
perlakuan A yang tidak mendapat ekstrak daun katuk (6337 ml/ekor/hari). Kualitas susu yang berasal dari sapi
yang diberi ekstrak daun katuk 80 g lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa pemberian ekstrak daun katuk,
kandungan protein susu yang mendapatkan daun katuk 3,37% dan lemak 4,31% sedang yang tidak
mendapatkan ekstrak daun katuk kandungan protein 3,09% dan lemaknya 2,55%.
Kata Kunci: Daun Katuk, Produksi susu, Kualitas susu

ABSTRACT :
The katuk leaf to know can to increasing of mother milk on human. Give katuk leaf extract also can increasing
the secrecy of milk on goat and sheep. The research aim to found of technology making of concentrate ration
basic of local commodity can to increasing the production of cow raised for milk. The result to show that in
statistic concentrate ration which added with katuk leaf as amount 80 g not affect in significant (P>0,05)
toward the production of cow raised for milk Fries Holland unless the data in biology to show that the production
of cow raised for milk Frisien Holstein which get katuk leaf extract more high on B treatment (7702
ml/headl/days) from A treatment which not give katuk leaf (6337 ml/head/days). Quality of milk come from cow
which give katuk leaf extract 80 g more high compare with without of katuk leaf extract the protein contain and
milk fat which give katuk leaf namely to be continue 3,37% and 4,31% while which not to give katuk leaf the
protein contain and fat it each 3,09% and 2,55%.
Keyword : Katuk leaf, Milk production, Milk quality.

REKAYASA MODEL ADOPSI TEKNOLOGI PAKAN JERAMI PADI UNTUK MENINGKATKAN


PRODUKTIVITAS USAHA SAPI POTONG PADA PETERNAKAN RAKYAT
DI KABUPATEN BULUKUMBA SUL SEL
Agustina Abdullah, Hikmah M. Ali dan Jasmal A. Syamsu
ABSTRAK :
Potensi jerami padi sebagai sumber pakan ternak khususnya ternak sapi potong memiliki produksi yang
melimpah khususnya dipedesaan, sehingga sangat memungkinkan dijadikan sebagai pakan ternak. Walaupun
produksi jerami padi melimpah namun peternak yang memanfaatkan teknologi pakan jerami padi sebagai
pakan ternak masih sangat kurang sehingga tingkat adopsi teknologi pakan jerami padi rendah. Oleh karena itu
dalam rangka peningkatan adopsi teknologi pakan ternak sapi potong, diperlukan pemahaman yang mendalam
terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi teknologi oleh peternak dengan pendekatan lebih partisipatif
sehingga teknologi yang akan diintroduksikan kepeternak sesuai dengan kebutuhan peternak, sehingga
dibutuhkan suatu model adopsi teknologi pakan yang sesuai dengan kebutuhan peternak dimana teknologi
tersebut dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapi peternak dalam pengelolaan usaha ternak sapi
potong. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Bulukumba Propinsi Sulawesi Selatan, dengan tujuan penelitian
adalah untuk meningkatkan adopsi teknologi pakan jerami padi oleh peternak dalam rangka peningkatan
produktivitas usaha sapi potong pada peternakan rakyat. Secara khusus penelitian ini akan mengidentifikasi
teknologi pengolahan jerami padi sebagai pakan yang diketahui dan dibutuhkan oleh peternak, menganalisis
faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi teknologi pengolahan jerami padi sebagai pakan sapi potong, serta
merekayasa model adopsi teknologi pengolahan jerami padi yang dapat meningkatkan produktifitas usaha
ternak sapi potong yang sesuai kebutuhan peternak secara partisipatif. Penelitian tahun pertama dilakukan
dengan tahapan a). Identifikasi teknologi pakan, dan b). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi
teknologi pakan khususnya teknologi pakan jerami padi. Target akhir penelitian pada tahun kedua ini adalah
menemukan model adopsi teknologi pakan jerami padi sebagai pakan ternak sapi potong untuk meningkatkan
produktivitas sapi potong, dan menyusun strategi, kebijakan dan program yang tepat untuk meningkatkan
adopsi teknologi pakan oleh peternak. Penelitian dilakukan dengan metode pendekatan partisipatif dengan
melakukan survey, wawancara, focus group disscussion kepada peternak sapi potong. Data dianalisis dengan
menggunakan analisis deskriptif, analisis SEM (Structural Equation Model). Hasil penelitian untuk tahun pertama
menunjukkan bahwa teknologi pakan fermentasi jerami padi merupakan teknologi pakan untuk sapi potong
yang paling banyak peternak mengetahuinya karena kondisi wilayah memiliki potensi jerami padi yang cukup
besar sebagai sumberdaya pakan lokal, harga lebih murah, mudah dalam pengumpulan bahan baku, sederhana
dan tidak rumit, sedangkan teknologi pakan yang dibutuhkan oleh peternak adalah teknologi pakan yang dapat
memanfaatkan sumberdaya bahan pakan yang tersedia dilokalitas, seperti pemanfaatan jerami padi, kulit buah
coklat , batang pisang dan kulit buah kopi karena bahan pakan tersebut belum dimanfaatkannya sebagai pakan
ternak karena pengetahuan peternak terhadap jenis dan manfaat bahan pakan yang dapat diberikan pada
ternak sapi potong beserta kandungan nutriennya masih sangat kurang padahal potensi bahan pakan tersebut
sangat melimpah. Untuk Faktor -faktor yang berpengaruh pada adopsi teknologi pakan khususnya pakan jerami
padi adalah hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik peternak, karakteristik inovasi teknologi, kinerja
penyuluh, persepsi terhadap inovasi teknologi, persepsi terhadap kinerja penyuluh, keterlibatan dalam
penyuluhan dan peubah eksternal berpengaruh nyata pada kecepatan adopsi dengan koefisien pengaruh -0,03;0,06;0,18;0,19;-0,08;-0,13;dan -0,36 yang nyata pada = 0,05. dan koefisien determinasi pengaruh bersama
ketujuh peubah tersebut pada kecepatan adopsi teknologi pakan sebesar 20 persen, yang nyata pada = 0,05.
Sedangkan faktor yang berpengaruh adalah umur, pengalaman,keuntungan relatif, kompabilitas, frekwensi
penyuluhan, keuntungan secara tekhnis dan manfaat secara ekonomi, responsibilitas, kualitas layanan,
keterlibatan dalam pelaksanaan dan keterlibatan dalam evaluasi penyuluhan, modal/pembiayaan dan pemasaran
Kata kunci : teknologi pakan, adopsi, peternak sapi potong

ABSTRACT :
Potential of rice straw as a source of livestock feed, particularly cattle have abundant production, especially in
rural areas, so it is possible be used as animal feed. Despite the abundant production of rice straw, but farmers
who utilize the technology of feed rice straw as livestock feed is still lacking so that the level of technology
adoption is low rice straw. Therefore, in order to increase technology adoption of beef cattle feed, required a
deep understanding of the factors that affect technology adoption by farmers with more participatory
approaches so that technology will be introduced kepeternak in accordance with the needs of farmers, so that
takes a feed of technology adoption model according to the needs of farmers where these technologies can
solve the problems faced by farmers in the management of beef cattle business. The research was conducted in
South Sulawesi Province Bulukumba, with the aim of the research is to increase technology adoption by farmers
feed rice straw in order to increase the productivity of beef cattle on the farm folk. In particular, this study will
identify the processing technology of rice straw as feed is known and needed by breeders, to analyze the factors
that influence technology adoption processing rice straw as cattle feed, and processing technology adoption
model to engineer rice straw that can improve business productivity of cattle pieces that fit the needs of farmers
in a participatory The first year of research done with step a). Identification of food technology, and b). Analysis
of the factors that influence the adoption of technology, especially technology of feed rice straw. Target late in
the second year of this research is to find a model of technology adoption rice straw as cattle feed to increase
the productivity of beef cattle, and develop strategies, policies and appropriate programs to increase technology
adoption by poultry feed. The study was conducted using a participatory approach by conducting surveys,
interviews, focus group disscussion to cattle ranchers. Data were analyzed using descriptive analysis, SEM
(Structural Equation Model). The results for the first year showed that rice straw feed fermentation technology is
the technology of feed for beef cattle breeders of the most widely know as the region has the potential of rice
straw that is big enough as a local feed resources, the price is cheaper, easier in the collection of raw materials,
simple and not complicated, while the technology needed by the breeder feed was feed technology that can
utilize the available resources of feed ingredients dilokalitas, such as utilization of rice straw, bark brown fruit,
bananas and fruit leather trunk coffee because the feed material has not been exploited as animal feed because
of the knowledge of farmers against this type of feed ingredients and the benefits that can be given to beef
cattle and their content of nutrients is still lacking even though the potential of the feed material is very
abundant. For factors that influence the adoption of feed technology, especially rice straw is the result of
research show that farmer characteristics, the characteristics of technological innovation, performance
extension, perceptions of technological innovations, perceptions of instructor performance, involvement in
extension and external variables significant effect on the speed of adoption influence coefficient -0.03; -0.06,
0.18, 0.19, -0.08, -0.13, and -0.36 are significant at = 0.05. and the coefficient of determination together with
the seven variables that influence the adoption velocity of feed technologies by 20 percent, which is significant
at = 0.05. While the factors that influence are age, experience, relative advantage, compatibility, frequency
extension, the benefits technically and economically beneficial, responsibility, quality of service, involvement in
the implementation and involvement in the evaluation of counseling, capital / finance and marketing
Keywords: food technology, adoption, breeder of beef cattle

BIDANG ILMU EKOSOSBUDKUM

1. Bidang Kajian Ilmu Ekonomi


MODELING KONSISTENSI PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DALAM PENINGKATAN EFISIENSI
DAN EFEKTIFITAS OTONOMI DAERAH (KASUS KABUPATEN/KOTA PROVINSI SULAWESI SELATAN)
MODELING OF CONSISTENCY OF PLANNING AND BUDGETING IN INCREASING
EFFICIENT AND EFFECTIVINESS OF REGIONAL AUTONOMY
(THE CASE OF DISTRICT/CITY IN SOUTH SULAWESI PROVINCE)
Nursini
ABSTRAK :
Penyelenggaraan desentralisasi dan otonomi daerah sudah memasuki tahun kesepuluh (2001-2010). Selama
periode tersebut, sudah banyak upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah diantaranya dan terpenting adalah
upaya menjaga konsistensi antara perencanaan dan penganggaran. Salah satu wujudnya adalah lahirnya
dokumen perencanaan dan penganggaran seperti RPJPD, RPJMD, RENSTRA-SKPD, RENJA, KUA-PPAS, RKA dan
APBD. Dokumen-dokumen tersebut patut diapresiasi, namun ia belum menjamin tercapainya efisiensi dan
efektifitas dalam penyelenggaraan otonomi daerah sehingga perlu diteliti lebih jauh bagaimana tingkat
konsistensinya, apa faktor-faktor penyebab
konsisten atau tidak konsisten antara perencanaan dan
penganggaran serta apa bentuk-bentuk kreativitas pemerintah daerah pada kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi
Selatan untuk mempertahankannya.
Tujuan jangka panjang penelitian ini adalah untuk mewujudkan
pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi secara lebih efisien dan efektif melalui penerapan prinsip-prinsip
good governance. Target khususnya adalah mengembangkan modeling konsistensi antara perencanaan dan
penganggaran melalui pengkajian lebih awal tentang: (a) tingkat konsistensi dokumen-dokumen perencanaan
dan penganggaran, (b) penetapan indikator kinerja output dan outcome secara tepat; (c) bentuk-bentuk
kreativitas pemerintah daerah dalam upaya menjaga konsistensi perencanaan dan penganggaran. Penelitian ini
menggunakan pendekatan analisis deskriptif kualitatif dan kombinasi data primer dan sekunder. Data
dideskripsikan dalam bentuk tabel dan matriks kemudian dianalisis melalui metode analisis kontent dan
diperkuat oleh hasil kuisioner. Penelitian ini menemukan (i) tingkat konsistensi perencanaan dan penganggaran
yang tercermin pada dokumen Renja dan DPA cukup bervariasi diantara SKPD. Secara umum ditemukan bahwa
tidak seluruh kegiatan dalam renja konsisten memperoleh alokasi anggaran yang tertuang dalam DPA . (ii)
Penetapan indikator kinerja output dan outcome belum sepenuhnya terkategori tepat. (iii) Bentuk-bentuk
kreativitas pemerintah daerah dalam upaya menjaga konsistensi perencanaan dan penganggaran antara lain
membentuk tim revisi, melakukan pelatihan kepada penyusun rencana program, melakukan rapat koordinasi
untuk menentukan skala prioritas dan membuat kontrak kinerja dalam lingkup SKPD. (iv) Modeling konsistensi
perencanaan dan penganggaran berbasis indikator kinerja dengan penekanan pada konsistensi substansi/isi
pokok dokumen perencanaan dan penganggaran.
ABSTRACT :
The implementation of decentralization and regional autonomy has entered the tenth year (2001-2010). During
that period, many efforts have been made by the government and most important of which is an effort to
maintain consistency between planning and budgeting. One of his form is the existence of documents planning
and budgeting such as regional long term development plan (RPJPD), regional medium term development plan
(RPJMD), Ministry/Agency Medium-Term Strategic Plan for Regional Governments Working Unit (Renstra-SKPD),
work plan SKPD, Budget General Policy-Budget Platform Priority (KUA-PPAS), Budgeting Work Plan (RKA) and
Regional Government Budget (APBD). These documents should be appreciated, but it has not ensure the
achievement of efficiency and effectiveness in the implementation of regional autonomy, so it needs further
examined how the level of consistency, what factors cause consistent or inconsistent between planning and
budgeting as well as what forms of creativity at the local government district city in South Sulawesi Province to
maintain it. Long-term goal of this research is to achieve regional autonomy and decentralization in a more
efficient and effective through the application of the principles of good governance. Targeted specific is
developing modeling consistency between planning and budgeting through early assessment of: (a) the
consistency between planning and budgeting documents, (b) determination of output and outcome performance
indicators are appropriately, (c) other forms of creativity in local government efforts to maintain the consistency
of planning and budgeting This study used a qualitative descriptive analysis and a combination of primary and

secondary data. The data described in table and matrix then analyzed through content analysis method and
confirmed by the results of the questionnaire. The study found (i) the consistency of planning and budgeting as
reflected in the document Renja and DPA quite varied among SKPD. In general it was found that not all
activities in a Renja obtain consistently budgetary allocation as stipulated in the DPA. (ii) Determination of
output and outcome performance indicators has not been fully categorized appropriately. (iii) The forms of
creativity of local government in an effort to maintain the consistency of planning and budgeting, among others,
form a team of revision, conduct training to planner to formulate programs, conduct coordination meetings to
determine priorities and make performance contracts within the scope SKPD. (iv) Model development of the
consistency of planning and budgeting based on performance indicators with an emphasis on the substance of
planning and budgeting documents.

2. Bidang Kajian Ilmu Sosial dan Ilmu Politik


MENINGKATKAN RASA NASIONALISME UNTUK MENGURANGI TERORISME DI INDONESIA (STUDI
KASUS DI SUL-SEL) MENINGKATKAN RASA NASIONALISME UNTUK MENGURANGI TERORISME DI
INDONESIA (STUDI KASUS DI SUL-SEL)
Armin Arsyad
ABSTRAK :
Terorisme dan Counterterrorism menjadi suatu hal yang utama dalam kebijakan di Indonesia. Beberapa bom
meledak sejak pemerintahan Orde Baru sampai pengeboman di JW. Marriot dan Ritz Carlton Hotel pada tanggal
17 July 2009, menunjukkan terorisme sebagai ancaman yang berkelanjutan. Untuk mengurangi penyebaran
terorisme, Indonesia membuat beberapa kebijakan dalam mengcounter terorisme tersebut, salah satunya
adalah dengan meningkatkan rasa nasionalisme. Tulisan ini akan mengkaji hubungan antara nasionalisme dan
terorisme. Sehingga dapat diketahui apakah penyebab dari kegiatan terorisme yang tak pernah berhenti,
adakah kaitannya dengan semangat nasionalisme yang menurun. Berikut tujuan penelitian ini: 1).Untuk
menggambarkan dan menganalisis respon pemerintah Sulawesi Selatan terhadap aksi-aksi terorisme. 2)Untuk
menggambarkan dan menganalisis respon masyarakat Sulawesi Selatan terhadap aksi-aksi terorisme. 3)Untuk
menggambarkan dan menganalisis semangat nasionalisme masyarakat Sulawesi Selatan. dan 4)Untuk
menggambarkan dan menganalisis strategi yang tepat yang dilakukan oleh Pemerintah dan masyarakat
Sulawesi Selatan dalam mengurangi aksi terorisme melalui pendekatan semangat nasionalisme. Penelitian
tersebut di laksanakan di Kota Makassar dan Kabupaten Tana Toraja Provinsi Sulawesi Selatan. Dalam penelitian
ini digunakan metodologi kualitatif. Menurut pemerintah, masalah terorisme sepenuhnya telah diserahkan pada
aparat kepolisian. Hal ini berarti masalah terorisme sepenuhnya menjadi tanggung jawab kepolisian selaku
aparat keamanan. Meskipun demikian, baik pemerintah dan pihak kepolisian melihat bahwa keberadaan
terorisme di muka bumi ini apalagi di Sulawesi Selatan mengganggu keamanan dan kedamaian masyarakat,
mengancam jiwa manusia karena tindakan yang mereka lakukan dengan cara membunuh orang-orang yang
tidak bersalah, dan merampas hak-hak orang lain yang tidak sepaham dengan ideologi perjuangannya.
Penanganan masalah terorisme begitu kompleks sehingga memerlukan keterlibatan dan peran serta dari
berbagai elemen masyarakat baik itu pemerintah maupun masyarakat. Salah satu strategi yang dilakukan adalah
dengan mengadakan dialog antara tokoh agama, tokoh masyarakat, budayawan, tokoh pemuda dan
mahasiswa, serta semua komponen masyarakat lainnya. Dengan ini diharapkan rasa nasionalisme itu bisa
semakin ditingkatkan.
Kata Kunci: Terorisme, pemerintah, masyarakat, nasionalisme.

ABSTRACT :
Terrorism and counterterrorism have become high priorities in Indonesia.Several bomb explosions since the fall
of New Order government in 1998 until the J.W. Marriott and Ritz - Carlton hotels on July 17, 2009,
demonstrates that terrorism is a continuous threat. To curtail the spread of terrorism, Indonesia has created a
policy in combating terrorisms. The one of effort is encourage of nationalism. This research studied about
relationship nationalism and terrorism. The purpose of this research is 1) to verify respond of South Sulawesi
Government facing of terrorism, 2) to analyze respond of South Sulawesi people facing of terrorism, 3) to find
out nationalism of South Sulawesi people, 4) to study strategy of South Sulawesi Government and people to
counter terrorism. This study conducted through a qualitative analysis in Tana Toraja and Makassar.
Key Words : Terrorism, Government, Society, Nationalism

BIDANG ILMU KESEHATAN

1. Bidang Kajian Ilmu Kesehatan Masyarakat


PENGEMBANGAN KEMAMPUAN ANAK USIA DINI MELALUI INTERVENSI PENDIDIKAN, GIZI,
KESEHATAN DAN STIMULASI PSIKOSOSIAL DI KABUPATEN SINJAI SULAWESI SELATAN
CAPABILITY EARLY CHILDHOOD DEVELOPMENT THROUGH INTERVENTION EDUCATION,
NUTRITION, HEALTH AND PSYCHOSOCIAL STIMULATION AT SINJAI REGENCY SOUTH SULAWESI
Indra Fajarwati Ibnu
ABSTRAK :
Anak usia dini yang sehat dan cerdas merupakan aset bangsa di masa depan. Tujuan jangka panjang dari studi
ini adalah tercapainya tumbuh kembang optimal anak usia dini, dan secara khusus bertujuan untuk
mengidentifikasi keragaan PAUD dan kompetensi tutor/kader dalam penyelenggaraan PAUD, keragaan dan
kompetensi orangtua/pengasuh utama, mengidentfikasi keragaan peserta PAUD serta tumbuh kembangnya
serta mengidentifikasi pelaksanaan kegiatan pada pos pelayanan dan pengembangan anak usia dini. Penelitian
dilaksanakan dengan menggunakan rancangan survey deskriptif analitik dan intervensi dengan pendekatan case
control prospective yang dilaksanakan di 2 kecamatan di Kabupaten Sinjai Sulawesi Selatan. Sampel adalah 4
jenis PAUD masing-masing 2 pos, kader/Guru PAUD sebanyak 8 orang, dan anak umur 0-6 tahun sebanyak 15
anak yang mewakili setiap kelompok umur (total sampel 240 anak). Hasil riset menunjukkan pelaksanaan
pelayanan bagi anak usia dini sudah berjalan meskipun masih ada berbagai kekurangan, khususnya masih
kurang dalam partisipasi dan pemberdayaan orangtua/pengasuh, tutor masih kurang dalam mengaplikasikan
modul PAUD dan tidak membuat portofolio setiap bulan sesuai perkembangan anak. Untuk PAUD integrasi
Posyandu, TPA, BKB dan KB masih berjalan sendiri-sendiri sesuai jadwalnya sehingga anak tidak mendapatkan
semua kebutuhan yang mendukung perkembangan optimalnya. Hal ini mempengaruhi tumbuh kembang anak
berupa masih adanya anak usia dini dengan status gizi kurang dan status gizi buruk. Riset lanjutan akan
dilaksanakan dengan mengembangkan pesan dan media KIE bagi tutor/kader, intervensi KIE berupa TOT untuk
aplikasi modul dan pembuatan portofolio kepada tutor/kader dan penyuluhan kepada orangtua/pengasuh anak
khususnya untuk parenting skill dan praktek pengasuhan yang mendukung perkembangan majemuk anak pada
usia dini.
Kata Kunci : Pendidikan, Gizi, Psikososial, Anak Usia Dini

ABSTRACT :
Early childhood smart and healthy is a national asset in the future. Long-term objective of this study is to
achieve optimal growth and development of early childhood, and specifically aims to identify the performance
and competence of early childhood tutors/ volunteers in the organization of early childhood, the performance
and competence of the parent/primary caregiver, identifies the performance of participants and early childhood
growth and development and identifying implementation activities on postal services and early childhood
development. Research carried out by using analytic and descriptive survey design interventions with
prospective case control approach conducted in 2 districts in sinjai South Sulawesi. Samples are 4 types of early
childhood each 2 post, cadre/ Early Childhood Teacher as much as 8 people, and children aged 0-6 years as
many as 15 children representing every age group (total sample of 240 children). The results showed the
implementation of services for young children has been running although there are still many shortcomings, in
particular is still lacking in participation and empowerment of parents / caregivers, tutors are lacking in early
childhood and did not apply the module to make portfolios every month based on child development. For early
childhood integrated health integration, TPA, BKB and family planning are still running on their own according to
the schedule so that children do not get all the needs that support optimal development. This affects the
development of the child in the form of the persistence of early childhood with poor nutrition status and poor
nutritional status. Future research will be conducted by developing IEC messages and media for tutors /
volunteers, IEC intervention in the form of TOT for the application modules and making portfolio to
tutors/volunteers and counseling to parents/caregivers of children in particular to parenting skills and parenting
practices that support the development of multiple children at the age of early.
Keyword: Education, Nutrition, Psychosocial, Early Childhood

Anda mungkin juga menyukai