ABSTRAKOKE
ABSTRAKOKE
ABSTRAK PENELITIAN
TAHUN 2010
PENELITIAN 2010
I. ABSTRAK PENELITIAN HIBAH BERSAING 2010
BIDANG ILMU TEKNOSAINS
STUDI PENENTUAN LAJU PEREMBESAN AIR DALAM MEDIA BERPORI MENGGUNAKAN METODA
SELF-POTENTIAL (SP) DAERAH RESAPAN AIR KAMPUS UNHAS TAMALANREA MAKASSAR
Muh.Hamzah Syahruddin, Lantu dan Syamsuddin
ABSTRAK :
Laju peresapan atau perebesan air ke dalam tanah di kampus Unhas Tamalanrea Makassar ditentukan oleh nilai
permeabilitas atau konduktivitas hidroliknya (K). Hasil percobaan laboratorium dari sampel tanah kampus Unhas
Tamalanrea diperoleh nilai K (cm/s) sampel-1 adalah 0,006,sampel-2 0,007,sampel-3 0,014 dan sampel-4 0,022.
Dari nilai permeabilitas tanah kampus UNHAS Tamalanrea tersebut dapat diperoleh nilai konduktivitas
elektrohidroliknya berdasarkan hasil pengukuran self-potential (SP) atau potensial elektrokinetik di laboratorium.
Nilai konduktivitas elektrohidrolik ini menyatakan kemampuan media berpori meluluskan fluida untuk
membangkitkan potensial listrik. Hasil percobaan laboratorium menunjukkan bahwa nilai konduktivitas
elektrohidrolik dalam mV/cm untuk masing-masing samel tanah dari kampus UNHAS Tamalanrea adalah
0,01402,0,01664,0,02843,dan 0,03812. Besar nilai anomaly self-potential (SP) yang terukur di permukaan
adalah nilai potensial elektrokinetik (PE) yang terjadi di bawah permukaan baik secara vertical maupun secara
horisontal.
Kata Kunci : Perembesan,self-potential,permeabilitas
MODEL MATEMATIKA PENYEBARAN VIRUS FLU BURUNG H5N1 PADA POPULASI BURUNG DAN
MANUSIA
Kasbawati dan Budi Nurwahyu
ABSTRAK :
Flu burung merupakan salah satu penyakit endemic dan sangat infektif,yang diakibatkan oleh virus jenis H5NI.
Penyakit ini menarik perhatian semua lapisan masyarakat karena dapat mengakibatkan kematian pada burung
atau manusia yang terinfeksi oleh virus tersebut. Virus H5NI menjakiti manusia melalui interaksi dengan burung
atau unggas yang telah terinfeksi oleh virus tersebut,baik secara langsung maupun tidak. Jika tidak dilakukan
penanganan yang cepat,virus ini dapat mengakibatkan kematian bagi si penderita.Penelitian ini difokuskan pada
pengkajian mengenai model matematika penyakit flu burung dan proses penyebaran virus H5NI,khususnya
dalam populasi burung dan manusia. Setelah melakukan pengumpulan variable dan parameter model melalui
literature yang terkait dalam masalah penyebaran penyakit flu burung, dihasilkan sebuah model melalui
literature yang terkait dalam masalah penyebaran penyakit flu burung,khususnya mengenai perubahan jumlah
dari burung dan manusia yang infektif. Beberapa bentuk strategi yang dihasilkan melalui analisis stabilitas model
dan dapat diterapkan dalam populasi burung untuk mengontrol ataupun mencegah penyebaran virus tersebut
diantaranya adalah menekan jumlah kelahiran burung,melakukan pemusnahan burung,membatasi kontak antara
burung sehat dan burung yang terinfeksi melakukan vaksinasi pada burung sehat. Sedangkan dalam populasi
manusia,beberapa strategi yang dapat dilakukan antara lain mencegah sedapat mungkin kontak antara manusia
sehat dengan manusia yang terinfeksi virus yang virulen,hasil mutasi virus AI dengan virus influenza
manusia,dan meningkatkan pengobatan terhadap penderita flu burung sehingga rata-rata manusia yang
sembuh dapat bertambah. Simulasi numerik yang dilakukan untuk beberapa kondisi memberikan hasil bahwa
pencegahan tidak dapat dilakukan untuk beberapa kondisi memberikan hasil bahwa pencegahan tidak dapat
dilakukan hanya pada populasi burung atau populasi manusia saja akan tetapi harus dilakukan pada kedua
populasi secara bersama sehingga endemic dapat dicegah di dalam sistem. Hasil yang diperoleh ini telah
disebarkan dalam dua seminar nasional dan diharapkan pula hasil tersebut dapat menjadi masukan bagi instansi
yang terkait dan kepada masyarakat pada umumnya dalam proses pengambilan tindakan jika terjadi wabah flu
burung di daerah atau lingkungan mereka.
Kata Kunci : Penyakit Flu Burung,Model Epidemiologi SIR,Basic Reproductive,Number
RUANG BERMAIN ANAK PULAU KAJIAN FLEKSIBILITAS DAN ADAPTABILITAS RUANG ARSITEKTUR
( Kasus P.Lae-lae,Makassar )
Ria Wikantari, M.Yahya Siradjuddin dan Rahmi Amin Ishak
ABSTRAK :
Dewasa ini anak-anak perkotaan cenderung makin meninggalkan permainan alami yang bersifat outdoor di
taman-taman bermain ataupun tanah-tanah lapang. Hal ini tampak dari dominasi permaian elektronik di game
centres pada pusat perbelanjaan dan rekreasi maupun di kamar rumah secara soliter,maupun permainan fisik
dalam ruang tebatas bangunan komersial secara indoor. Fenomena perubahan kegiatan bermain terjadi tidak
hanya menyangkut jenis permainan,namun juga cara bermain,tempat dan konfigurasi ruang. Hal ini mendorong
penulis mengangkat Lae-lae sebagai laboratorium alami bagi penelitian ruang bermain anak pulau,dengan fokus
pada pengkajian fleksibilitas dan adaptabilitas ruang arsitektur. Penelitian ini bertujuan : 1. Menjelaskan latar
perilaku (behavior setting) pada ruang bermain anak pulau di Lae-lae 2. Menemukenali faktor-faktor yang
mempengaruhi latar perilaku ruang bermain anak pulau tersebut 3. Mengeksplorasi fleksibilitas dan adaptabilitas
ruang arsitektur pada ruang bermain anak pulau dan 4. Menemukan latar perilaku ruang bermain mana yang
paling menentukan fleksibilitas dan adaptabilitas tersebut. Dengan populasi seluruh anak pulau yang usia 5-12
tahun,sebesar 301 anak. Sampel sebanyak 30 anak dipilih secara klaster wilayah.Metode penelitian
menggunakan kombinasi paradidma kuantitatif-positivistik dan kualitatif rasionalistik. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa : 1.Latar perilaku (behavior setting) pada ruang bermaian anak pulau di Lae-lae dapat
digambarkan sebagai 4 situasi,masing-masing menunjukkan situasi berdradasi secara komplementari yaknik :
(a) antara perbatasan dan pemusatan (territory-core) (b) antara ketersebaran dan keterarahan (distributionorientation) (c) antara kesendirian/kelengangan dan kesesakan (personal space & crowding) dan (d) antara
pemisahan dan pengumpulan/penyatuan (segregation-crowding). Keempat latar perilaku tersebut berlangsung
di dalam ruang yang secara fisik dapat dikategorikan menjadi 3(i) ruang formal (ii)ruang semi-formal dan (iii)
ruang informal,dengan kecenderungan terkuat pada ruang informal (2) Latar perilaku ruang bermain anak pulau
dipengaruhi oleh 2 faktor utama,yakni : (i) Karakteristik fisik ruang bermain dan (ii) Tipologi permainan anak
pulau. Pada factor (i) 3 indikator sangat berpengaruh yakni : unsure pembentuk ruang,derajat ketertutupan
ruang,artikulasi ruang sedangkan 4 indikator kurang berpengaruh,yakni lokasi ruang bentuk ruang,skala
ruang,besaran ruang. Pada faktor (ii),5 indikator sangat berpengaruh yaknik jenis permain dan alat bantu
permainan sedangkan 2 indikator kurang berpengaruh,yakni umur pemain dan jenis kelamin sedangkan 3
Berkait dengan kenyataan bahwa indikator lokasi,bentuk skala dan besaran ruang kurang berpengaruh terhadap
latar,maka ruang bermain anak pulau lebih bersifat fleksibel daripada adaptable (4) Latar perilaku ruang
bermain yang menentukan fleksibilitas dan adaptabilitas adalah : Distribution-Orientation dan Personal SpaceCrowding
Kata Kunci :
Arena bermain anak (children playground) permukiman pulau (island settlement) fleksibilitas ruang (spatial
flexibility) adaptabilitas ruang (Spatial adaptability) arsitektur bentang alam (landscape architecture).
ANALISIS SPASIAL UNTUK UJI AKURASI DAN PENGEMBANGAN ALGORITMA PEMETAAN OBYEK
DASAR PERAIRAN DANGKAL DENGAN MENGGUNAKAN CITRA ALOS AVNIR 2
Ahmad Faizal dan Syafyuddin Yusuf
ABSTRAK :
Identifikasi obyek dasar permukaan perairan dangkal (ODPD) memerlukan kajian dan pendekatan khusus.
Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi ODPD secara lebih baik dan lebih
akurat yakni metode klasifikasi dan metode algoritma. Penelitian ini difokuskan pada metode klasifikasi
gambar citra satelit ALOS AVNIR II. Beberapa metode yang diuji adalah Attenuated Lyzenga Method (ALM),
metode Re-Class dan Composit Citra yakni Box Classification (parallelepiped) dan metode Minimum
Distance yang terbentuk terhadap rata-rata algoritma , serta metode Maximum Likelihood. Uji akurasi dan
penentuan model yang terbaik menggunakan Uji Penanda dan Uji Kappa. Hasil penelitian menunjukkan
metode Re-class dari ALM, dan composite Citra 312 dengan metode klasifikasi Minimum Distance serta
Maximum Likelihood dapat digunakan untuk mengidentifikasi obyek dasar permukaan perairan dangkal. Tes
akurasi menunjukkan bahwa Image Composit 312 dengan metode klasifikasi maximum likelihood merupakan
model terbaik yang bisa digunakan untuk identifikasi obyek dasar permukaan perairan
MODEL PENILAIAN KINERJA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) PERSEPEKTIF BALANCED
SCORECARD DI SULAWESI SELATAN (Kajian dalam Rangka Pengembangan Model Penilaian
Kinerja Perusahaan Daerah Yang Efektif)
Mediaty, Muh. Cristian Mangiwa,Ak
ABSTRAK :
Penelitian ini dimaksudkan untuk menyusun suatu model pengukuran kinerja perusahaan daerah dengan
menggunakan pendekatan balanced scorecard yang mencakup persepektif keuangan bisnis internal
pertumbuhan dan pembelajaran. Model pengukuran kinerja menggunakan pendekatan balanced scorecard
dipandang lebih cocok untuk perusahaan daerah karena perusahaan daerah memiliki karakteristik tersendiri
yang berbeda dengan perusahaan swasta atau badan layanan umum. Perusahaan daerah diharapkan mampu
meningkatkan taraf hidup masyarakat dengan memberikan sumbangan pada pembangunan daerah. Selaian itu
pengukuran kinerja perusahaan daerah merupakan suatu keharusan,karena berdasarkan permendagri No.13
TAhun 2006 menyatakan bahwa laporan keuangan BUMD harus dilampirkan pada pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD dilaksanakan pada tahun pertama penelitian ini. Berdasarkan informasi tersebut diharapkan
dapat menjadi acuan untuk mendesain model baru dalam penilaian kinerja perusahaan daerah direncanakan
pada tahun kedua penelitian ini yaitu suatu model pengukuran kinerja perusahaan daerah yang mampu
memberikan acuan untuk meningkatkan akuntabilitas public perusahaan daerah di Sulawesi Selatan khususnya
dan Indonesai umumnya. Untuk mengukur implikasi dari model penilaian kinerja perusahaan daerah akan digali
informasi dari 100 orang responden penilaian kinerja perusahaan daerah akan digali informasi dari 100
pelanggan yang pilih secara acak dari 3 PDAM di Sulawesi Selatan yaitu PDAM Makassar,Gowa dan Pare-pare.
Metode penelitian yang akan digunakan adalah kualitatif yang menghasilkan data deskriptif yang dikombinasikan
dengan data kuantitatif sederhana. Keluaran penelitian ini adalah penemuan suatu konsep pradesain model
pengukuran kinerja perusahaan daerah air minum dengan menggunakan pendekatan Balanced Scorecard yang
mencakup persepktif keuangan pelanggan bisnis internal dan pertumbuhan dan pembelajaran yang mampu
meningkatkan taraf hidup masyarakat dengan memberikan pelayanan bermutu dan menghasilkan laba untuk
diberikan sebagai sumbangan pada pembangunan daerah.
Kata Kunci : Kinerja PDAM pendekatan Balanced Scorecard
V.
EKSTRAKSI KROM (VI) DARI LIMBAH CAIR INDUSTRI PELAPISAN LOGAM DENGAN EKSTAKTAN IFENIL-3-METIL-4 BENSOIL-5-PIRAZOLON MENGGUNAKAN EMULASI CAIR BERSURFAKTAN
Prastawa Budi, Rohani Bahar dan Djabar Nur Basir
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kondisi optimum dan persen ekstraksi Cr(VI) dari limbah cair industry
pelapisan logam dengan ekstraktan I-fenil-3-metil-4-benzoil-5pirazolon (HPMBP) menggunkan emulasi cair
bersurfaktan. Sintensis HPMBP dilakukan dengan melarutkan I-fenil-3-metil-5-pirazolon dalam pelarut 1,4diskson dan mereaksikannya secara refluks pada suhu 100-120 0C selama 30 menit dengan benzoil klorida
menggunakan kalsium hidroksida sebagai katalis. Setelah refluks selesai,campuran dituangkan ke dalam larutan
HCI 2M,Kristal yang terbentuk dipisahkan dan dicuci dengan sedikit 1,4-diksan dan air kemudian Kristal tersebut
direkristalisasi. Hasil sintesis menunjukkan bahwa Kristal HPMBP berwarna kuning dengan titik leleh 86-87 0C
dan rendemen sintesis 72,6%. Hasil uji struktur Kristal hasil sintesis yang menggunakan speaktrofotometer IR
dengan metode pellet KBr dan spektrofotometer H-NMR dengan pelarut CDCI 3 menunjang struktur HPMBP.
Konsentrasi Cr(VI) sebelum dan setelah ekstraksi ditentukan dengan menggunakan spektrofotometer serapan
atom (SSA). Kondisi optimum ekstraksi yang diperoleh adalah sebagai berikut : waktu ekstraksi 10 menit laju
ekstraksi 500 rpm perbandingan volume emulsi dan fasa eksternal (1:6) konsentrasi HPMBP 0,020 M,konsentrasi
HCI dalam fasa internal 0,6 M,PH fasa eksternal 4,0 konsentrasi fasa eksternal 200 ppm. Penerapan kondisi
optimum pada limbah cair industry pelapisan logam dengan emulasi cair bersurfaktan melalui ekstraksi
bertingkat,diperoleh persen ekstraksi Cr(VI) berhasil ditingkatkan menjadi 90,16%.
HASIL PADI TIPE BARU (PTB) YANG DIAPLIKASI PUPUK ORGANIK DARI LIMBAH PERTANIAN DAN
SUBTITUSI NITROGEN DARI BAKTERI PENAMBAT NITROGEN
Nadira R Sennang, Elkawakib Syamun dan Amirullah Dachlan
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mengetahui (1) pengaruh jenis pupuk organic,dosis pupuk oranik dan dosis pupuk hayati
terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman padi,(2) pengaruh interaksi antara dosis pupuk organic dengan
dosis pupuk hayati yang berbeda terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman padi,dan (3) pengaruh interaksi
antara jenis pupuk organic dengan dosis pupuk organic dan pupuk hayati terhadap pertumbuhan dan produksi
tanaman padi. Penelitian ini dilaksanakan mulai Januari sampai dengan Juni 2010,bertempat di Kelurahan
Mangempang Kecamatan Barru,Kabupaten Barru Provinsi Sulawesi Selatan. Rancangan yang digunakan adalah
Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola factorial tiga factor antara jenis pupuk organic,dosis pupuk organic dan
dosis pupuk hayati. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis kompos kedelai dengan dosis 3 ton ha -1
memberikan hasil rata-rata terbaik pada jumlah gabah berisi (167,07 butir) indeks panen (o,67) jumlah gabah
hampa terendah (41,64 butir) Kompos eceng gondok dengan dosis 2 ton ha -1 ,memberikan hasil gabah kering
panen terberat (18,93 kg per petak atau 7,89 ton ha -1) Pupuk hayati dosis 5 L ha-1 dengan aplikasi kompos
kedelai 3 ton ha-1 memberikan hasil yang baik pada rata-rata jumlah anakan (10,39 batang) pada umur 20
HST,jumlah ganah berisi (165,81 butir) jumlah gabah hampa terendah (41,64 butir) gabah kering panen (19,10
kg per petak atau 7,86 ton ha-/gabah kering giling (14,77 kg per petak atau 6,15 ton ha -1) bobot 1.000 butir
gabah (26,10 g) dan indeks panen tertinggi (0,68). Kompos kedelai dengan dosis pupuk hayati 5 L ha -1
memberikan hasil rata-rata terbaik pada jumlah anakan (20,60 batang) pada umur 40 HST dan jumlah anakan
produktif (18,27 batang),panjang malai (29,28 cm) dan kandungan nitrogen (0,1833%). Kandungan bahan
organik tanah dan kandungan protein gabah tidak berbeda nyata pada semua jenis kompos dan dosis pupuk
hayati.
ANALISIS FISIOLOGI TANAMAN JARAK PAGAR DAN APLIKASI MIKORIZA PADA PENANAMAN
TANAMAN SELA JAGUNG PEMANGKASAN DAN PENANAMAN TANAMAN SELA JAGUNG DI ANTARA
TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas)
Badron Zakaria, Nasaruddin dan Abdul Mollah
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan lanjutan dari tahun pertama yaitu ternyata bahwa pemangkasan bagian tanaman
jarak dan penanaman tanaman sela jagung dua biji perlubang memberikan hasil terbaik. Perlakuan mikoriza
diberikan sebagai dasar pada jagung sangat mendorong pertumbuhan jarak.Tujuan penelitian ini adalah
mempelajari proses fisiologi pertumbuhan dan produksi tanaman jarak melalui pemberian mikoriza pada
tanaman jagung sebagai tanaman sela. Hasil penelitian diharapkan menjadi pedoman untuk pengembangan
tanaman jarak. Penelitian dilaksanakan dalam bentuk rancangan acak kelompok dengan taraf percobaan ada 5
yaitu tanpa mikoriza, mikoriza 2,5 gram per tanaman, mikoriza 5 gram per tanaman, mikoriza 7,5 gram per
tanaman, dan mikoriza 10 gram per tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pemberian
mikoriza 2,5 g per tanaman memberikan pengaruh terbaik terhadap jumlah daun jarak, berat segar, berat
kering, indeks luas daun dan laju pertumbuhan daun relatif. Perlakuan pemberian mikoriza 5 g per tanama n
memberikan pengaruh terbaik terhadap jumlah buah per pohon dan produksi per plot. Perlakuan pemberian
mikoriza 10 g per tanaman memberikan pengaruh terbaik terhadap luas daun tertinggi, luas daun spesifik dan
massa luas daun. Pemberian mikoriza berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman khususnya pada
berat segar cabang umur 28 HST, jumlah buah per pohon dan produksi jarak per plot. Perlakuan pemberian
mikoriza 10 g per tanaman memberikan pengaruh terbaik terhadap tinggi tanaman jagung, jumlah daun jagung,
jumlah tongkol, produksi jagung, berat segar jagung, dan berat kering jagung. Perlakuan pemberian mikoriza
7,5 g per tanaman memberikan pengaruh terbaik terhadap berat 100 biji.Pemberian mikoriza berpengaruh nyata
terhadap pertumbuhan tanaman khususnya tinggi tanaman jagung, jumlah daun jagung, berat segar, dan berat
kering. Pemberian mikoriza berpengaruh nyata terhadap analisis fisiologi pertumbuhan tanaman khususnya
pada indeks luas daun umur 42 HST dan umur 56 HST, massa luas daun, nisbah luas daun, dan laju tumbuh
pertanaman pada umur 42-56 HST, serta laju tumbuh relatif umur 56-70 HST, walaupun tidak berpengaruh
nyata terhadap laju assimiasi netto tanaman.
Kata Kunci : Jarak Pagar, Jagung, Mikoriza.
Kesamaan genetik, populasi sapi Bali, populasi silangan Simental-Bali (Simbal), populasi silangan Limousin-Bali
(Limbal).
Pelaksanaan penelitian (Hibah Strategis Nasional) Tahun 2010 ini diawali dengan periode pra-penelitian selama 1
bulan untuk masa adaptasi ternak kambing terhadap 4 jenis pakan (R1=jerami kacang tanah, R2=jerami kacang
panjang, R3=daun kangkung, R4=daun ubi jalar). Penelitian pertama, menggunakan teknik in vivo dilaksanakan
selama (2 bulan) untuk menentukan voluntary feed intake, dan feed digestibility. Dilanjutkan dengan penelitian kedua,
menggunakan teknik in sacco (selama 1 bulan) untuk menentukan karakteristik degradasi pakan dalam rumen
kambing. Analisis multiple-regresi data in sacco dengan data in vivo tersebut dilakukan untuk memprediksi voluntary
feed intake, dan feed digestibility; dari karakteristik degradasi pakan. Selanjutnya nilai indek nutrisi setiap jenis bahan
pakan yang diteliti dapat ditentukan dari persamaan multiple-regresi diatas. Tujuan penelitian tahun I (Hibah Startegis
Nasional, 2010) adalah untuk mengukur karakteristik degradasi pakan (in sacco), voluntary feed intake, dan feed
digestibility, serta menentukan nilai indek 4 jenis bahan pakan lokal pada ternak kambing. Penelitian in sacco pada
tahun I memerlukan 4 ekor ternak kambing. Masing-masing pakan (4 ulangan) akan diinkubasikan selama 8, 12, 24,
48, 72, dan 96 jam, kedalam rumen ternak kambing. Ke-4 jenis pakan tersebut selanjutnya diberikan kepada ternak
kambing yang dibagi dalam 4 perlakuan pakan. Setiap ternak kambing diberikan satu jenis pakan. Data hasil
pengamatan in vivo akan dianalisis dengan menggunakan rancangan percobaan acak lengkap, dilanjutkan dengan uji
Duncan (Steel and Torrie,1980). Hasil pengamatan voluntary feed intake, dan feed digestibility, kemudian diprediksi
dari karakteristik degradasi pakan (in sacco) menggunakan analisis multiple-regresi. Dari persamaan multiple-regresi
tersebut selanjutnya dapat ditentukan nilai indek pakan (rskov et al, 1988; Kibon dan rskov, 1993; Khazal et al,
1992; Shem et al, 1995; Subur et al, 1999). Hasil pengamatan selama periode pra-penelitian menunjukkan bahwa ke4 jenis pakan yang diteliti dapat dikonsumsi oleh semua ternak kambing. Hasil percobaan in vivo menunjukkan bahwa
Jerami kacang panjang lebih palatabel dan disukai serta dikonsumsi lebih banyak (p<0.01) oleh ternak kambing
dibandingkan dengan pakan lainnya. Sedangkan daun ubi jalar adalah bahan pakan yang paling sedikit dikonsumsi
(p<0.01) oleh ternak kambing. Kecernaan in vivo daun ubi jalar (53%) merupakan pakan kecernaan terbaik,
kemudian disusul pakan jerami kacang tanah (45%), menyusul daun kangkung (33%), dan jerami kacang panjang
(25%). Umumnya angka kecernaan ke-4 jenis pakan tersebut sejalan dengan kandungan protein kasar dan
berbanding terbalik dengan kandungan serat kasar. Pertambahan berat badan kambing umumnya tidak menunjukkan
perbedaan nyata, kecuali kambing yang mendapat pakan daun kangkung pertambahan beratnya cenderung lebih
tinggi dibandingkan kambing yang mendapat pakan lainnya.Hasil percobaan in sacco menunjukkan bahwa kecernaan
ke-4 jenis pakan diatas adalah berkisar antara 18% (setelah 8 jam inkubasi) dan 57% (setelah 96 jam inkubasi).
Rata-rata kecernaan in sacco pakan jerami kacang panjang relatif lebih tinggi dibanding pakan jerami kacang tanah,
daun kangkung, dan daun ubi jalar. Sementara karakteristik degradasi pakan dalam rumen kambing menunjukkan
bahwa fraksi pakan yang mudah terdegradasi (a) bervariasi mulai dari 8.2% sampai 9.9%. Sedangkan kecepatan
degradasi pakan dalam rumen (c), tertinggi adalah 5.9% dan terendah adalah 3.6%. Lag time tertinggi adalah 2.5
jam dan terendah adalah -0.6 jam. Hasil ini menyarankan bahwa ke-4 jenis pakan yang diteliti adalah bahan pakan
yang siap dan mudah didegradasi dan difermentasi oleh mikroba rumen ternak kambing. Kelarutan ke-4 jenis bahan
pakan dalam air (So) adalah bervariasi mulai dari 8.2% sampai dengan 9.9%. Sedangkan fraksi pakan yang lambat
didegradasi (b) dan potensi degradasi (a+b) cenderung sejalan dengan angka (a), (So), dan lag time masing-masing
pakan. Nilai indek pakan dapat dihitung berdasarkan persamaan regresi yang memperhatikan faktor a (fraksi pakan
yang mudah terdegradasi), b (fraksi pakan yang lambat terdegradasi) dan faktor c (kecepatan degradasi pakan dalam
rumen). Nilai indek pakan tersebut akan ditentukan oleh terutama semua faktor (misalnya faktor a, b, dan c) yang
membentuk persamaan regresi tersebut, juga faktor lainnya seperti faktor a+b, dan juga faktor lag time. 3.
Diperlukan penelitian yang kontinyu untuk menguji konsistensi dari nilai karakteristik degradasi pakan dan nilai indek
pakan dengan meningkatkan jumlah ternak dan jumlah pengamatan untuk mengasilkan daftar nilai indek standard
yang dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Nilai indek ke-4 jenis pakan dalam penelitian ini adalah 28.17
untuk jerami kacang tanah, 5.58 untuk jerami kacang panjang, -25.47 untuk daun kangkung, dan -29.47 untuk daun
ubi jalar. Hasil ini menunjukkan bahwa nilai indeks bervariasi lebar, nilai koefisien regresi relatif rendah, dan juga nilai
indeks yang minus untuk beberapa jenis pakan. Masalah serupa juga ditemukan peneliti dalam penelitian sebelumnya
Ismartoyo, dkk, 2004-2006. Kedepan untuk perbaikan nilai indek pakan, diperlukan beberapa model analisis simple
regresi dan juga penambahan jumlah ulangan baik ternak maupun bahan pakan yang diuji. Informasi mengenai nilai
indek pakan lokal tersebut akan sangat bermanfaat bagi masyarakat peternakan dalam upaya meningkatkan produksi
ternak ruminansia secara lebih optimal, efektif dan efisien dengan memanfaatkan sepenuhnya sumber pakan lokal.
UJI EFEKTIVITAS ANTI PROLIFERASE FORMULA KRIM EKSTRAK KUNYIT (Curcuma domestica L)
DAN FORMULA EKSTAK TEMU LAWAK (Curcuma xanthorriza) TERHADAP UV-B PADA EPIDERMIS
HEWAN UJI MENCIT (Mus musculus)
Aisyah Fatmawaty,dkk
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian tentang Uji efektivitas anti proliferasi formula krim ekstrak kunyit (Curcuma domestica
L.) dan formula ekstrak temu lawak (Curcuma xanthorriza) terhadap UV-B pada epidermis hewan uji mencit
(Mus musculus). Penelitian ini bertujuan menentukan formulasi sediaan yang paling stabil dan efektif antara
formula ekstrak kunyit dan formula ekstrak temu lawak sebagai anti poliferasi akibat paparan sinar UV -B pada
epidermis mencit. Penelitian dilakukan dengan mengekstraksi kunyit dan temulawak secara maserasi
menggunakan pelarut etanol 70%, formulasi basis krim dengan variasi emulgator Novomer, Vioscolam, dan
Kombinasi Span-60 dan Tween-60, formulasi ekstrak kunyit dan ekstrak temu lawak dengan basis krim yang
paling stabil dengan variasi konsentrasi 0,5, 1, dan 1,5% b/b dalam bentuk sediaan krim tipe minyak dalam air,
uji stabilitas dengan metode Uji Stabilitas Dipercepat (stress condition) dengan variasi suhu 5 dan 35C selama
10 siklus, dan uji efektivitas antiproliferasi sediaan krim tersebut pada epidermis kulit mencit setelah pemaparan
sinar UV-B konsentrasi 400 mJ/cm2 menggunakan alat Dermalight 80 sebagai penginduksi proliferasi. Kulit
mencit dibiopsi dan diperiksa ketebalan epidermisnya secara histopatologi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
formula krim dengan emulgator Novomer 1% paling stabil untuk formulasi krim yang mengandung ekstrak
kunyit dan temulawak dan krim yang mengandung ekstrak kunyit 1,5 % memiliki efektivitas paling baik sebagai
antiproliferasi.
Kata Kunci: Krim Ekstrak Kunyit, Krim Ekstrak Temu Lawak, Antiproliferasi
ABSTRACT :
The aim of this study are 1) to produce chitinase and 1,3-glucanase from Bacillus licheniformis HSA3-1a, 2) to
know character of enzyme, 3) to purify enzyme, and 4) to implement chitinase and 1,3-glucanase in hydrolyzing
chitin and glucan on the fungus cell wall Ganoderma sp. This study was carried out into four steps are: to
produce chitinase and 1,3-glucanase optimally, to characterize their biochemistry, to purify , and to apply both
of enzymes. The results of this study, Bacillus licheniformis HSA3-1a is able potentially to produce chitinase and
1,3-glucanase. The chitinase is produced maximum in the 72 hours of fermentation time, while chitinase activity
is optimum at the condition of pH 7.0; temperature of 60oC. In addition it was active when it added ion Ca2+
and Mg2+ 5 mM. For 1,3-glucanase, it is produced with maximum in the 96 hours of fermentation time, while
the optimum 1,3-glucanase activity requires in condition of pH 8.0; and temperature of 50oC. Also the enzyme
was active with addition of ion Cu2+, Ni2+ and Co2+ 5 mM. The chitinase and 1,3-glucanase are able to
hydrolyze chitin and glucan on the cell of Ganodermas wall.
Key word: Bacillus licheniformis, chitinase, 1,3-glucanase, chitin, glucan
ABSTRACT :
Long-term goal of research on the First Year is found in marine phytoplankton species as raw material for bioethanol
production of biofuel. Specific targets have been achieved in the first year that identify the type of phytoplankton with high
karbohidra levels of optimum conditions for pure cultures of phytoplankton selected and designed by biomassal
phytoplankton culture. The result is: The type of dinoflagellate that is kind of Chlorella sp., Dunaliella sp. and Tetraselmis
chuii; and groups of diatom species Chaetoceros calcitrans, Chaetoceros gracilis, Chaetoceros Isochrysis galbana,
Chaetoceros Amami. Test phytoplankton biomass dry weight was cultured using a medium obtained by dry weight
dinoflagellate Arschat higher than the dry weight of phytoplankton diatom species with dry weight of 0.34 mg / L, 0.33 mg /
L, and 0.28 mg / L medium mass culture in a row for phytoplankton Chlorella sp., chuii Tetraselmis and Dunaliella sp.
Phytoplankton that have a carbohydrate content in large quantities is of the type of phytoplankton groups dinoflagellate
Dunaliella sp.; Spirolina sp.; Chlorella sp., And Tetraselmis chuii have consecutive carbohydrate content of 31.99%, 31.00%;
30.75% and 26.68%. In the Second Year, is the continuation of the first stage of the production phase bioalkohol. The
session began by conducting saccharification of biologically on phytoplankton biomass in biomassal culture results. There are
three types of yeast, the substrate and fermentation time taken to find the optimal conditions of ethanol production. Next,
distilled essence of fermented to produce ethanol, then were distilled alcohol-rise in order to obtain technical. Purification
was done by alcohol dehydration process in order to obtain absolute alcohol. The result is; ah: The optimum fermentation
process, namely: Comparison of the concentration of yeast Sacharomyces cereviciae with phytoplankton substrate that
produces the highest ethanol concentration is 0.6% and long fermentation time is about 4 and 5 days. The highest content
of ethanol after going through the process of purification is obtained on the type of phytoplankton Chlorella sp. That is about
17% with levels of 99.8% and the lowest ethanol content obtained on the type of phytoplankton Isocrysis galbana which is
about 13.4% to 99.7% levels.
Keywords: Type Pitoflankton, carbohydrate content, culture pitoflankton, bioalkohol production, distillation, dehydration and
absolute alcohol.
ABSTRACT :
Accommodative settlements is an important thing needed by fishermen in improving their welfare, because with
that fishermen will be able to carry out various activities with a smooth, safe, and comfortable so that creativit y
and productivity will increase. During these fishing settlements of less accommodative in responding to various
needs and their activities. So there is no smoothen, discomfort and lack of security in the activity, caused a
decrease in creativity and productivity. Because it takes a concept settlement for fishermen accommodative
conditions associated with environmental, social, cultural, economic and their belief that these things can be
eliminated or removed in order to create a conducive condition that can enhance creativity and productivity of
residents that led to the increase in welfare The purpose of this research is to find a concept settlements in
coastal areas that can enhance creativity and productivity of fishermen in an effort to improve their welfare The
method used is qualitative research that produces descriptive data combined with quantitative simple. Outcome
research is finding a pre-design concept model of an accommodative settlement for the fishing communities who
live in coastal areas that can enhance creativity and productivity of the family as an effort to improve welfare
Keywords: Settlement, Accommodative, Fishers, Creativity, Productivity.
ABSTRACT :
Soft shell crab production with spinach extract applications require support technology in making artificial feed
of quality, inexpensive, and environmentally friendly. In addition, artificial feed should have a balance of protein
and energy the optimum, so the need to optimize levels of carbohydrate: fat diet, to support the formulation of
feed isokalori. The study was conducted in 2 series of tests, test crab Scylla sp. kept in individual in crab box
and placed in the ponds. Artificial diets tested were waste based artificial diets enriched spinach extract 700
ng/g crab. Nutrient content of feed is: Feed A = 30.2% protein, carbohydrates: 40.1 fat: 10.2%; Feed B =
30.4% protein, carbohydrate: fat 43.26: 9.1%; Feed C = 30.15% protein, carbohydrate: fat 45.19: 8.05%; and
Feed D = 30.06% protein, carbohydrate: fat 48.89: 7.2%. Isokalori artificial food based waste-enriched extract
of spinach (700 ng/g crab), the best in stimulating molting and growth of Scylla sp. after moulting, growth after
30 days of maintenance, as well as the percentage of feed efficiency in the levels of carbohydrate: fat
48,89:7,2 %.
Key words: spinach extract, mud crab, food waste, molting, artificial feed
skills and Scuba Diving to transplant seagrass and hence a large number of local communities can be involved in
the transplantation program.
POTENSI PENGEMBANGAN TEKNIK DETEKSI MOLEKULER UNTUK PERBAIKAN METODE
PENGAWASAN PARASIT ZOONOSIS DARI IKAN LAUT DI PERAIRAN SELAT
MAKASSAR DAN SEKITARNYA
Hilal Anshary, Gunarto Latama, Triyanto, dan Sriwulan1
ABSTRAK :
Ikan-ikan laut dari berbagai spesies diketahui menjadi inang perantara terhadap berbagai jenis parasit,
termasuk diantaranya parasit Nematoda penyebab penyakit zoonosis pada manusia. Di Indonesia, terutama di
perairan Sulawesi Selatan informasi tentang parasit Anisakis belum terdokumentasi dengan baik, termasuk
jumlah spesies parasit dan tingkat infeksinya pada ikan. Penelitian ini diawali dengan koleksi larva parasit
nematode dari berbagai spesies ikan-ikan laut. Selanjutnya melakukan pengelompokan secara morfologi
terhadap parasit yang masuk dalam kelompok Anisakis spp. Parasit-parasit tersebut selanjutnya diidentifikasi
secara morfologi dan molekuler dengan PCR-RFLP dan sekuensing pada wilayah ITS-1, 5.8S dan ITS-2. Secara
morfologi beberapa jenis parasit yang ditemukan dapat dibedakan dalam 2 kelompok parasit Anisakis, yaitu
Anisakis type I dan Anisakis type II berdasarkan bentuk/panjang ventruculus, adanya bagian boring tooth pada
bagian anterior dan ada atau tidaknya mukron pada bagian posterior. Hasil sekuensing, dan PCR-RFLP
menggunakan enzim restriksi Taq I, Hinf I dan Hha (Cfo) I menunjukkan bahwa parasit yang dominan
ditemukan di Perairan Selat Makassar dan sekitarnya adalah parasit golongan Anisakis typica. Ikan cakalang dan
ikan tongkol memiliki tingkat infeksi Anisakis spp yang lebih tinggi dibanding dengan ikan-ikan lainnya.
Kata Kunci: Deteksi Molekuler, Metode Pengawasan, Parasit Zoonosis, Ikan Laut, Selat Makassar
ABSTRACT:
Marine fishes are known as intermediate hosts for various species of parasites, including parasitic Nematodes
that cause zoonotic diseases to Human. In Indonesia, including in South Sulawesi, research on Anisakis and
anisakiasis, species of Anisakis sp and its level of infection in fish, have not been well documented or unknown
at all. Therefore, this research is initiated with collection of parasites Anisakis sp from various marine fish, and
then classifies them to Anisakis Type I and Type II and then identify them using PCR-RFLP and sequensing.
PCR-RFLP was performed using three different restriction enzymes: Taq I, Hinf I and Hha (Cfo) I, to identify the
species of the parasites. 10 samples were then sent for sequencing. Based on PCR-RFLP and sequencing
analysis, the dominan Anisakis spesies in South Sulawesi is Anisakis typica. Katsuwonus pelamis and Auxis
thazard harboured large number of this parasites compare to the other fish examined.
Key Words: Molecular Detection, Controling Methode, Zoonosis Parasite, Marine Fishes, Makassar Strait.
ABSTRACT :
Wild population of clams under family of Tridacnidae has been declined and even gone to extinct in some areas
of Indonesian water. For that reason, there is a strong need to determine its current condition in Spermonde
Archipelago. The study was conducted on 11 islands that represent three zones of Spermonde Archipelago
using Belt Transect method. The results are presented descriptively in the form of tables, figures and graphs.
There are four species of clams (Tridacnidae) found in the research area, namely Tridacna. crocea, T. maxima,
T. squamosa, and Hippopus porcellanus. The highest density was found on the island of Lumu-Lumu, Barrang
Lompo, and Bone Tambung respectively. T. crocea and the giant clam T. maxima were found scattered from
the reef flat zone to reef crest, down to the reef slope with massive corals Porites as preference substrate. On
the other hand, T. squamosa and Hippopus.hippopus tend to be on the slopes with coral rubble as substrate.
The shell size of T. crocea found dominantly in a range of 1-3 cm and 3-6 cm. In contrary, T. maxima are
dominated by population with shell size 7-10 cm and 4-6 cm, while the phase of juvenile shell size 1-3 cm and
11 cm in the population was less found. T. squamosa population is dominated by larger shell size (70-20 cm)
while size 1-3 cm is rarely found. This implies that the rate of recruitment and reproduction of T. squamosa is
very small, caused by the reduction of adult population in the wild.
Keywords : population, Clams, Spermonde Island
ISOLASI BAHAN AKTIF RUMPUT LAUT SEBAGAI KANDIDAT OBAT ANTIKANKER DAN ANTIBAKTERI
PATOGEN PADA MANUSIA
Elmi Nurhaidah Zainuddin, Kasmiati dan Badraeni
ABSTRAK :
Penemuan obat-obatan antikanker dan antibiotik berbahan baku lokal yang alami sangat diperlukan untuk
mengurangi penggunaan obat yang disintesa secara kimia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis
rumput laut asal perairan Sulawesi Selatan yang berpotensi sebagai antikanker dan antibakteri dan
mendapatkan komponen bioaktifnya. Pengujian dilakukan secara in vitro, untuk uji antibakteri dilakukan
dengan metode difusi agar, uji sitotoksisitas dengan brine-shrimp lerthality test dan antikanker dengan MTT-test
terhadap sel kanker rahim HeLa. Rumput laut diekstraksi secara berturut-turut dengan tiga pelarut organik
berbeda polaritas, pertama dengan n-heksana diikuti oleh diklorometana (DCM) dan selanjutnya dengan etil
asetat (EtOAc). Isolasi senyawa aktif dari ekstrak rumput laut menggunakan metode bioassay guided isolation,
yaitu metode yang menggabungkan teknik pemisahan senyawa aktif dengan teknik pengujian senyawa hasil
isolasi. Teknik pemisahan senyawa aktif dilakukan dengan metode kromatografi menggunakan kromatografi
lapis tipis dan kromatografi kolom. Lima belas ekstrak dari 7 spesies rumput laut diuji untuk aktifitas sitotoksik,
33 ekstrak dari 11 spesies untuk aktifitas antikanker dan 29 ekstrak dari 11 spesies untuk aktifitas antibakteri.
Dari 15 ekstrak yang diuji sitotoksik, hanya ekstrak diklorometana dari Sarconema filiforme yang tidak
memperlihatkan aktifitas yang signifikan dengan nilai LC 50 >1000 mg/mL. Dua belas ekstrak dari Rosenvingea
orientalis (n-heksana, DCM), Wrangelia tanegana (n-heksana, DCM), Padina boergesenii (n-heksana, DCM,
EtOAc), Codium dwarkense (n-heksana), Sargassum prismaticum (n-heksana, DCM) dan Dictyopteris
acrostichoides (DCM, EtOAc) menunjukkan aktifitas yang signifikan dengan nilai LC 50 <62,5 mg/mL. Dari 33
esktrak rumput laut yang diuji untuk antikanker terhadap sel Hela, hanya 5 ekstrak etil asetat dan 3 ekstrak
diklorometana dari 6 spesies yang memperlihatkan potensi signifikan dalam menghambat sel kanker tersebut.
Ekstrak diklorometana dari rumput laut coklat Sargassum prismaticum yang memperlihatkan aktifitas antikanker
yang tertinggi terhadap sel HeLa dengan IC 50 8,01 ppm. Aktifitas terendah diperlihatkan oleh ekstrak etil asetat
rumput laut merah Gracilaria verrucosa dengan IC50 220,09 ppm. Jumlah esktrak etil asetat (62,5%) yang
berpotensi aktif sebagai antikanker lebih banyak dari pada jumlah ekstrak diklorometana (37,5%). Sementara
tidak ada satupun ekstrak heksana dari rumput laut yang memperlihatkan aktifitas antikanker. Dari 29 ekstrak
yang diuji untuk potensi antibakteri, 16 ekstrak aktif menghambat pertumbuhan B. Subtilis, 13 menghambat S.
aureus, 3 terhadap E. coli dan hanya 1 ekstrak yang aktif terhadap P. aeruginosa. Aktifitas tertinggi ditunjukkan
oleh ekstrak diklorometana Codium dwarkense terhadap B. subtilis (zona hambatan: 19,0 mm), ekstrak heksana
Rosenvingea orientalis terhadap S. aureus (zona hambatan: 17,5 mm), ekstrak diklorometana Sargassum
prismaticum terhadap E. coli (zona hambatan: 12,5 mm) dan ekstrak diklorometana Wrangelia tanegana
terhadap P. aeruginosa (zona hambatan: 10,0 mm). Dari profil aktifitas sitotoksik, antikanker dan antibakteri
dari ekstrak rumput laut, dapat disimpulkan bahwa rumput laut asal perairan Sulawesi Selatan dapat digunakan
sebagai sumber senyawa untuk pengembangan obat antikanker/antitumor dan antibiotik.
Kata kunci: Rumput laut, sitotoksisitas, antikanker, antibakteri, Artemia salina lethality test, MTT-test, metode difusi agar, sel
Hela, bakteri patogen manusia
ABSTRACT :
The discovery of anticancer drugs and antibiotics which naturally synthesized from local raw materials are
needed to reduce the use of chemically synthesized drugs. This study aims to determine the species of
seaweed from the waters of South Sulawesi, which has potential as anticancer and antibacterial drugs and
obtain its bioactive components. Tests was conducted in vitro, for antibacterial test agar diffusion method was
used, the cytotoxicity test with the brine-shrimp lethality test and anticancer against cervical cancer cells HeLa
with MTT-test. Seaweed was extracted successively with three different polarity of organic solvent, first with nhexane followed by dichloromethane (DCM) and subsequently with ethyl acetate (EtOAc). Isolation of active
compounds of seaweed extracts using bioassay guided isolation method. Mechanical separation of active
compounds by chromatographic methods using thin layer chromatography and column chromatography. Fifteen
extracts from 7 species of seaweed were tested for cytotoxic activity, 33 extracts from 11 species for antica ncer
activity and 29 extracts from 11 species for antibacterial activity. Of the 15 tested extracts for cytotoxicity, only
the dichloromethane extract from Sarconema filiforme did not show significant activity (LC 50 >1000 mg/mL.
Twelve extracts from Rosenvingea orientalis (n-hexane, DCM), Wrangelia tanegana (n-hexane, DCM), Padina
boergesenii (n-hexane, DCM, EtOAc), Codium dwarkense (n-hexane), Sargassum prismaticum (n-hexane , DCM)
and Dictyopteris acrostichoides (DCM, EtOAc) showed significant activity with LC50 value <62.5 mg/mL. Of the
33 seaweed tested extracts for anticancer against HeLa cells, only 5 ethyl acetate extract and 3 dichloromethane
extracts of 6 species showed significant activity to inhibit cancer cells. Dichloromethane extract from brown
seaweed Sargassum prismaticum showed the highest anticancer activity against HeLa cells with IC 50 of 8.01
ppm. The lowest activity was shown by the ethyl acetate extract of red seaweed Gracilaria verrucosa with IC50
220.09 ppm. The amount of ethyl acetate extract (62.5%) which was potentially active as anticancer are more
than the amount of dichloromethane extract (37.5%). None of the hexane extract showed anticancer activity.
Of the 29 tested extracts for antibacterial activity, 16 extracts was active to inhibit the growth of B. Subtilis, 13
inhibited S. aureus, 3 against E. coli and only 1 extract against P. aeruginosa. The highest activity against B.
subtilis was shown by the dichloromethane extract of Codium dwarkense (inhibition zone: 19.0 mm), against S.
aureus by hexane extract of Rosenvingea orientalis (inhibition zone: 17.5 mm), against E. coli by
dichloromethane extract of Sargassum prismaticum (inhibition zone: 12.5 mm) and against P. aeruginosa was
shown by dichloromethane extract of Wrangelia tanegana (inhibition zone: 10.0 mm). From the profile of
cytotoxic, anticancer and antibacterial activities of seaweed extracts, it can be concluded that the seaweeds
from the waters of South Sulawesi can be used as a source of compounds for drugs development of
anticancer/antitumor and antibiotic.
Keywords: Seaweed, cytotoxicity, anticancer, antibacteria, Artemia salina lethality test, MTT-test, agar diffusion method,
HeLa cells, human pathogenic bacteria
DARNA CONTROL CATENATA SN. INTEGRATED WITH BEAUVERIA BASSIANA VUILL. AND
APANTELES SPP. ABOUT KNOWLEDGE AND ASSESSMENT OF OIL PALM
SMALLHOLDER OIL PALM PEST MANAGEMENT
Itji Diana Daud, Melina dan Suleha Thamrin
ABSTRACT :
Research Objectives in the first year is to learn the knowledge, attitudes and experiences of farmers in pest
management. The data obtained in the first year will illustrate the reality of problems so that control
technology that will be able to suppress the population of Darna catenata. Research in second is the
multiplication of the parasitoid Apanteles spp and pathogen Beauveria bassiana, Proceed with the trial release
of parasitoids and pathogens in a demonstration plot in the village Sukaraya Luwu. Research on knowledge,
attitudes and experiences of farmers in pest management is done by casting questionnaire / questionnaire to
the farmers. Questioner through direct interview on 150 farmer respondents. Determination of the
respondents carried out through random sampling in each village. Analysis of data using simple statistics that
a qualitative interpretation of the answers raised by the respondent farmers.Experiment to determine the
ability of the parasitoid Apanteles spp Parasitation. and pathogens Beauveria bassiana performed using
demplot application consists of: application Beauveria bassiana, applications Apantheles spp. Application of
Beauveria bassiana + Apantheles spp Control, ie without releasing activity Observations caterpillar populations
of fire (Darna catenata Sn.) Which menyerangan palm plants in the village of Flower Hall, the village of my
guests, the village of Pakatan, Wonorejo village, village and village Maleku Talbot from each sample found
only 40 plants ranging from 5 to 18 fish tail. It is considered very low. Further observations of larvae Darna
catenata in oil palm plantations that are kept successfully into pupae and imago imago emerges is Darna
catenata so it can be concluded that the parasitoid Apanteles spp was not in the oil palm plantation ecosystem
in Luwu district. Further experiments performed by treating the release demplot parasitoids and pathogens
Beauveria bassiana application on oil palm plantations in the village of Talbot Sub-Bone Bone Luwu
district.The results showed that the parasitoid Apanteles spp more graduate life if maintained directly in the
planting of cabbage in Gowa district Kanreapia village than in the laboratory of Plant Pests and Diseases. Data
from the trial release of pathogens and parasitoids as well as release of parasitoids + pathogens in planting
palm oil are consecutive average tail 7.25, 2.75 and 10 fish tail. This is considered low but this is considered
high because the initial population Darna catenata observations on the applied pathogen demonstration plots
of 25 heads while in the released parasitoids demplot as many as 12 heads while demplot applied pathogens
and parasitoids as many as 24 individuals.
Keywords : Pathogen Parasitoid
ABSTRACT :
Predators of the Order Coleoptera family Coccinellidae very potential to control several pest species, especially
soybean aphids. One type is the predator Coccinella sp. which already exist in soybean plantations, but the
population is relatively low because of technical errors that do crop cultivation by humans, so needs a population
increase (augmentation) to the planting. Therefore, the need to do mass-rearing of these predators on artificial
diet. In general, the study aims to determine the effectiveness and efficiency of mass-rearing of predators
Coccinella sp. on artificial diet and its potential as biological control agents of soybean aphids. The first year
activities include a) the influence of honey bee caste; b) the influence of diet storage and c) testing the eating
ability of predator Coccinella sp. on artificial food formulations. All activities are conducted in the identification
of pests and Biological Control laboratory, Department of Pests and Plant Pathology Faculty of Agriculture,
Hasanuddin University, unless the collection of aphids and predators Coccinella sp. and honey bee larvae as well
as raw materials made food, was obtained in the field. The experiment was designed with a completely
randomized design (CRD) and the data were analyzed with ANOVA. If there was a significant difference, then
followed by Duncan test. The results showed that the average number of egg clusters, the number of individual
eggs, and the number of eggs hatched of Coccinella sp. higher when larvae were fed extracts of male honey
bee that is each 7.2 cluster; 41.4 eggs, and 24.8 eggs than in worker larvae of each 0.4 clusters, 1.2 eggs; and
1.2 eggs. Oviposition of adult Coccinella sp. in extracts of male larvae was older (25 days) than in extracts of
larval worker (1 day). Old food storage at low temperature significantly affected to the number of individuals but
does not affect to the number of eggs clusters and adult longevity of predator Coccinella sp. The eating ability
of adult female Coccinella sp. was higher than the male adult and larval predators.
Keywords : Coccinella sp., artifcial diet, potential, biological control agent, soybean aphids
ABSTRACT :
The development of antimicrobial resistance in bacteria has become a global problem. One of the alternative
could use as feed additive was herb thats more cheap and easier to found it. The purpose of this research to
know the effectivity of antibacteria in herb to pursure the pathogen bacteria would coused poultry desease. The
material used as pathogen bacteria positive Gram (Staphylococcus aureus, Staphylococcus faecalis,
Pseudomonas aerogenos, Bacillus subtillis) and Gram negative (Salmonella pullorum, Salmonella typhimurium,
Salmonella senlftenberg, Proteus mirabilis, Proteus vulgaris, E.coli motil, E.coli nonmotil). The method was used
to test antibacterial activity was diffusion disk. The result showed that antibacterial activity from ingredient and
herbs mix powder could presure pathogen bacteria positive Gram and negative Gram. The conclusion show that
the activity of antibacterial on herb could presure pathogen bacteria positive Gram and negative Gram (broad
spectrum) have barrier zone more wide on positive Gram compare with negative Gram.
Key words: Antibacteria, herbs mix powder, feed additive, Gram positive and Gram negative
PEMANFAATAN DAUN KELOR (Moringa Oliefera) SEBAGAI PAKAN TERNAK GUNA MENINGKATKAN
EFISIENSI REPRODUKSI SAPI POTONG
Abd. Latief Toleng, Abd. Latief Fattah, dan Djoni P. Rahardja
ABSTRAK :
Ketahanan dan keamanan pangan, khususnya daging, masih rendah. Ini disebabkan oleh populasi sapi yang
kurang sebagai dampak dari rendahnya tingkat kelahiran. Tingkat kelahiran ditentukan oleh pakan, maka perlu
upaya untuk mencari pakan yang berkualitas tinggi, cukup tersedia dan mudah dijangkau oleh petani. Oleh
sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh daun kelor (moringa oleifera) terhadap perbaikan
tingkat reproduksi sapi potong. Penelitian ini akan dilakukan selama 2 Tahun: Tahap 1: Melihat pengaruh daun
kelor selama akhir kebuntingan terhadap penampilan anak yang lahir dan induk setelah melahirkan. Induk sapi
bunting sebanyak 40 ekor dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok 1, kontrol (tanpa daun kelor) dan Kelompok 2
perlakuan (dengan daun kelor). Semua ternak diberi hijauan dan urea molasses block (UMB). Sampel darah
akan diambil untuk mengukur kadar protein dan mineral. Berat lahir anak dan induk ditimbang. Pengaruh
perlakuan akan dianalisa memakai ANOVA dan student t-test. Pemberian daun kelor memberikan pertambahan
berat badan induk nyata lebih tinggi (P<0,05) dibanding dengan yang tanpa pemberian daun kelor (0,48 vs 0,39
kg). Sejalan dengan tingginya pertamabahan berat badan ini maka rata-rata berat badan sapi pada kelompok
perlakuan cenderung lebih tinggi (210,05 vs 204,14 kg). Berat lahir anak pada kelompok perlakuan nyata lebih
tinggi (P<0,05) dibanding dengan control (16,2 vs 13,4 kg), namun tingkat kematian anak tidak berbeda nyata
antar kedua perlakuan. Data ini menunjukkan bahwa perlakuan daun kelor memberi dampak positif terhadap
pertambahan berat badan bagi induk yang bunting dan berat lahir anak yang dilahirkan. Dampak perlakuan
daun kelor terhadap produksi susu induk dan perkembangan anak yang lahir akan diteliti pada penelitian Tahap
II (diusulkan). Tujuan penelitian Tahap II ini adalah: Melihat efektifitas pemberian daun kelor sebelum dan
sesudah melahirkan terhadap: 1. Kualitas anak yang dilahirkan. 2. Produksi susu. 3. Munculnya berahi pertama
pasca kelahiran dan tingkat kebuntingan pada induk sapi. Ternak yang digunakan pada Tahap I akan digunakan
pada tahap II ini. Masing-masing kelompok pada Tahap I akan dibagi menjadi 2 sub-kelompok. Sub-Kelompok A
(tanpa pemberian daun kelor) dan Sub-Kelompok B (pemberian daun kelor). Pertambahan berat badan anak
dan induk akan dipantau. Produksi susu akan diukur. Sampel darah akan diambil dari induk untuk, analisa
hormone progesterone guna penentuan munculnya berahi pertama pasca kelahiran. Deteksi berahi dilakukan 2
kali sehari dan ternak yang berahi akan diinseminasi. Tingkat kebuntingan akan dianalisa dari profil
progesterone dan palpasi rektal. Pengaruh perlakuan akan dianalisa memakai ANOVA.
FORMULASI DAN APLIKASI PAKAN KONSENTRAT BERBASIS EKSTRAK DAUN KATUK UNTUK
MENINGKATKAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH
FORMULATION AND APLICATION OF CONCENTRATE RATION BASIC KATUK LEAF (SAUROPUS
ANDROGYNUS) TO INCREASING MILK PRODUCTION OF DAIRY CATTLE
Sjamsuddin Garantjang dan Zain Mide
ABSTRAK :
Daun katuk diketahui dapat meningkatkan air susu ibu pada manusia. Pemberian ekstrak daun katuk juga dapat
meningkatkan sekresi air susu pada ternak kambing dan domba. Tujuan penelitian ini adalah menemukan
terobosan teknologi pembuatan pakan konsentrat berbasis komoditas lokal yang dapat meningkatkan produksi
susu sapi perah. Hasil menunjukan bahwa secara statistik pakan konsentrat yang ditambahkan dengan ekstrak
daun katuk sebanyak 80 g tidak menunjukan pengaruh yang nyata (P>0,05) terhadap produksi susu pada sapi
perah Friess Holland namun data-data secara biologis menunjukan bahwa produksi susu sapi perah Frisien
Holstein yang mendapat ekstrak daun katuk lebih tinggi pada perlakuan B (7702 ml//ekor/hari) dari pada
perlakuan A yang tidak mendapat ekstrak daun katuk (6337 ml/ekor/hari). Kualitas susu yang berasal dari sapi
yang diberi ekstrak daun katuk 80 g lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa pemberian ekstrak daun katuk,
kandungan protein susu yang mendapatkan daun katuk 3,37% dan lemak 4,31% sedang yang tidak
mendapatkan ekstrak daun katuk kandungan protein 3,09% dan lemaknya 2,55%.
Kata Kunci: Daun Katuk, Produksi susu, Kualitas susu
ABSTRACT :
The katuk leaf to know can to increasing of mother milk on human. Give katuk leaf extract also can increasing
the secrecy of milk on goat and sheep. The research aim to found of technology making of concentrate ration
basic of local commodity can to increasing the production of cow raised for milk. The result to show that in
statistic concentrate ration which added with katuk leaf as amount 80 g not affect in significant (P>0,05)
toward the production of cow raised for milk Fries Holland unless the data in biology to show that the production
of cow raised for milk Frisien Holstein which get katuk leaf extract more high on B treatment (7702
ml/headl/days) from A treatment which not give katuk leaf (6337 ml/head/days). Quality of milk come from cow
which give katuk leaf extract 80 g more high compare with without of katuk leaf extract the protein contain and
milk fat which give katuk leaf namely to be continue 3,37% and 4,31% while which not to give katuk leaf the
protein contain and fat it each 3,09% and 2,55%.
Keyword : Katuk leaf, Milk production, Milk quality.
ABSTRACT :
Potential of rice straw as a source of livestock feed, particularly cattle have abundant production, especially in
rural areas, so it is possible be used as animal feed. Despite the abundant production of rice straw, but farmers
who utilize the technology of feed rice straw as livestock feed is still lacking so that the level of technology
adoption is low rice straw. Therefore, in order to increase technology adoption of beef cattle feed, required a
deep understanding of the factors that affect technology adoption by farmers with more participatory
approaches so that technology will be introduced kepeternak in accordance with the needs of farmers, so that
takes a feed of technology adoption model according to the needs of farmers where these technologies can
solve the problems faced by farmers in the management of beef cattle business. The research was conducted in
South Sulawesi Province Bulukumba, with the aim of the research is to increase technology adoption by farmers
feed rice straw in order to increase the productivity of beef cattle on the farm folk. In particular, this study will
identify the processing technology of rice straw as feed is known and needed by breeders, to analyze the factors
that influence technology adoption processing rice straw as cattle feed, and processing technology adoption
model to engineer rice straw that can improve business productivity of cattle pieces that fit the needs of farmers
in a participatory The first year of research done with step a). Identification of food technology, and b). Analysis
of the factors that influence the adoption of technology, especially technology of feed rice straw. Target late in
the second year of this research is to find a model of technology adoption rice straw as cattle feed to increase
the productivity of beef cattle, and develop strategies, policies and appropriate programs to increase technology
adoption by poultry feed. The study was conducted using a participatory approach by conducting surveys,
interviews, focus group disscussion to cattle ranchers. Data were analyzed using descriptive analysis, SEM
(Structural Equation Model). The results for the first year showed that rice straw feed fermentation technology is
the technology of feed for beef cattle breeders of the most widely know as the region has the potential of rice
straw that is big enough as a local feed resources, the price is cheaper, easier in the collection of raw materials,
simple and not complicated, while the technology needed by the breeder feed was feed technology that can
utilize the available resources of feed ingredients dilokalitas, such as utilization of rice straw, bark brown fruit,
bananas and fruit leather trunk coffee because the feed material has not been exploited as animal feed because
of the knowledge of farmers against this type of feed ingredients and the benefits that can be given to beef
cattle and their content of nutrients is still lacking even though the potential of the feed material is very
abundant. For factors that influence the adoption of feed technology, especially rice straw is the result of
research show that farmer characteristics, the characteristics of technological innovation, performance
extension, perceptions of technological innovations, perceptions of instructor performance, involvement in
extension and external variables significant effect on the speed of adoption influence coefficient -0.03; -0.06,
0.18, 0.19, -0.08, -0.13, and -0.36 are significant at = 0.05. and the coefficient of determination together with
the seven variables that influence the adoption velocity of feed technologies by 20 percent, which is significant
at = 0.05. While the factors that influence are age, experience, relative advantage, compatibility, frequency
extension, the benefits technically and economically beneficial, responsibility, quality of service, involvement in
the implementation and involvement in the evaluation of counseling, capital / finance and marketing
Keywords: food technology, adoption, breeder of beef cattle
secondary data. The data described in table and matrix then analyzed through content analysis method and
confirmed by the results of the questionnaire. The study found (i) the consistency of planning and budgeting as
reflected in the document Renja and DPA quite varied among SKPD. In general it was found that not all
activities in a Renja obtain consistently budgetary allocation as stipulated in the DPA. (ii) Determination of
output and outcome performance indicators has not been fully categorized appropriately. (iii) The forms of
creativity of local government in an effort to maintain the consistency of planning and budgeting, among others,
form a team of revision, conduct training to planner to formulate programs, conduct coordination meetings to
determine priorities and make performance contracts within the scope SKPD. (iv) Model development of the
consistency of planning and budgeting based on performance indicators with an emphasis on the substance of
planning and budgeting documents.
ABSTRACT :
Terrorism and counterterrorism have become high priorities in Indonesia.Several bomb explosions since the fall
of New Order government in 1998 until the J.W. Marriott and Ritz - Carlton hotels on July 17, 2009,
demonstrates that terrorism is a continuous threat. To curtail the spread of terrorism, Indonesia has created a
policy in combating terrorisms. The one of effort is encourage of nationalism. This research studied about
relationship nationalism and terrorism. The purpose of this research is 1) to verify respond of South Sulawesi
Government facing of terrorism, 2) to analyze respond of South Sulawesi people facing of terrorism, 3) to find
out nationalism of South Sulawesi people, 4) to study strategy of South Sulawesi Government and people to
counter terrorism. This study conducted through a qualitative analysis in Tana Toraja and Makassar.
Key Words : Terrorism, Government, Society, Nationalism
ABSTRACT :
Early childhood smart and healthy is a national asset in the future. Long-term objective of this study is to
achieve optimal growth and development of early childhood, and specifically aims to identify the performance
and competence of early childhood tutors/ volunteers in the organization of early childhood, the performance
and competence of the parent/primary caregiver, identifies the performance of participants and early childhood
growth and development and identifying implementation activities on postal services and early childhood
development. Research carried out by using analytic and descriptive survey design interventions with
prospective case control approach conducted in 2 districts in sinjai South Sulawesi. Samples are 4 types of early
childhood each 2 post, cadre/ Early Childhood Teacher as much as 8 people, and children aged 0-6 years as
many as 15 children representing every age group (total sample of 240 children). The results showed the
implementation of services for young children has been running although there are still many shortcomings, in
particular is still lacking in participation and empowerment of parents / caregivers, tutors are lacking in early
childhood and did not apply the module to make portfolios every month based on child development. For early
childhood integrated health integration, TPA, BKB and family planning are still running on their own according to
the schedule so that children do not get all the needs that support optimal development. This affects the
development of the child in the form of the persistence of early childhood with poor nutrition status and poor
nutritional status. Future research will be conducted by developing IEC messages and media for tutors /
volunteers, IEC intervention in the form of TOT for the application modules and making portfolio to
tutors/volunteers and counseling to parents/caregivers of children in particular to parenting skills and parenting
practices that support the development of multiple children at the age of early.
Keyword: Education, Nutrition, Psychosocial, Early Childhood