KELOMPOK 2 REGULER
FAKULTAS FARMASI
DEPOK
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis mengucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat
dan karunia-Nya makalah makalah dengan judul Sediaan Emulsi Untuk Rektal dapat
diselesaikan dengan lancar dan tepat pada waktu yang telah ditentukan. Adapun tujuan
pembuatan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknologi Sediaan Setengah
Padat dan Cair serta untuk memberikan informasi dan penjelasan desain formulasi, pra
formulasi, proses formulasi, evaluasi, kemasan dan etiket pada sediaan emulsi rektal.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Prof. Dr. Effionora Anwar, Apt selaku
dosen pembimbing mata kuliah Teknologi Sediaan Setengah Padat dan Cair yang telah
memberikan bimbingan selama pengerjaan makalah ini. Penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu baik secara moril dan materil sehingga
makalah ini dapat terselesaikan.
Penulis berharap semoga makalah ini berguna bagi pihak yang membaca. Penulis
menyadari menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu
penulis meminta maaf atas segala kekurangan yang terdapat dalam makalah ini.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................................ 1
KATA PENGANTAR.............................................................................................................. 2
DAFTAR ISI............................................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang.................................................................................................. 4
I.2
Rumusan Masalah............................................................................................. 4
I.3
Tujuan............................................................................................................... 4
I.4
Metodologi Penulisan....................................................................................... 4
I.5
Sistematika Penulisan....................................................................................... 5
Desain Formulasi.............................................................................................. 6
II.2
II.3
Proses Formulasi............................................................................................. 11
II.4
Evaluasi Sediaan............................................................................................. 11
II.5
Kesimpulan..................................................................................................... 20
III.2
Saran................................................................................................................ 20
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................. 21
BAB I
PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang
Emulsi pada dasarnya terdiri dari paling tidak dua jenis fase yang tidak
bercampur serta ciri khas dari emulsi adalah adanya emulgator. Emulsi dapat
digunakan secara oral maupun topikal, ada juga untuk penggunaan rektal. Sediaan
emulsi rektal diperlukan ketika rute pemberian oral tidak sesuai misalnya pasien yang
mual dan muntah, pasien yang tidak sadarkan diri, pasien yang menderita penyakit
pencernaan bagian atas yang dapat mempengaruhi absorbsi obat atau jika rasa obat
tidak menyenangkan.
I.2
Rumusan Masalah
Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
I.3
Tujuan
Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Teknologi Sediaan Setengah Padat dan Cair, yaitu untuk melaporkan hasil diskusi
kelompok mengenai sediaan emulsi untuk rektal. Makalah ini juga bertujuan
menginformasikan desain formula, pra formulasi, pelaksanaan formulasi, evaluasi,
pemilihan kemasan dan etiket untuk sediaan emulsi rektal.
I.4
Metodologi Penulisan
Metode penulisan yang digunakan untuk membuat makalah ini adalah studi
literatur. Penulis mencari data-data dan informasi dari berbagai sumber seperti buku,
jurnal ilmiah, situs internet yang terpercaya untuk menunjang teori-teori yang
mendasar.
I.5
Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
4
I.1
Latar Belakang
I.2
Rumusan Masalah
I.3
Tujuan
I.4
Metodologi Penulisan
I.5
Sistematika Penulisan
Desain Formulasi
II.2
II.3
Proses Formulasi
II.4
Evaluasi Sediaan
II.5
Kesimpulan
III.2
Saran
BAB II
FORMULASI SEDIAAN EMULSI REKTAL DIAZEPAM
5
II.1
Desain Formulasi
Emulsi rektal merupakan salah satu contoh dari emulsi topikal. Emulsi topikal
biasanya mengandung bahan, seperti:
1. Zat aktif
2. Fase air
3. Fase minyak
4. Surfaktan
5. Zat tambahan
a. Pengawet
b. Anti-oksidan
c. Pelembut
Salah satu contoh dari formulasi sediaan emulsi rektal adalah sediaan emulsi
rektal diazepam, berikut kandungan yang terdapat pada emulsi rektal diazepam,
beserta dengan fugsi masing-masing kandungan tersebut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Diazepam
Zat Aktif
MCT oil
Emulsifying Agent
Lesitin Telur Emulsifying Agent
Poloxamer
Emulsifying Agent
Gliserol
Pelembut
-tokoferol Antioksidan
Metil paraben Pengawet
Propil paraben Pengawet
Kandungan dari emulsi tersebut memiliki karakteristik dan sifat seperti
sebagai berikut:
1. Diazepam
Diazepam sebagai zat aktif memiliki fungsi untuk mengobati ansietas, kejang
otot dan sebagai anti-kejang. Kelarutan diazepam adalah praktis tidak larut dalam
air, mudah larut dalam kloroform, dan larut dalam etanol. Kerja diazepam dengan
meningkatkan efek neurotransmitter GABA dengan terikatnya pada reseptor
benzodiazepin pada reseptor GABA yang menyebabkan depresi sistem saraf pusat.
6
2. MCT Oil
antioksidan. Tokoferol tidak larut dalam air, larut dalam etanol (95%), aseton,
kloroform, eter, dan minyak nabati.
Konsentrasi yang digunakan pada sediaan sebanyak 0,001%-0,05%. Tokoferol
teroksidasi secara lambat oleh oksigen dan secara cepat oleh garam-garam besi dan
perak. Tokoferol ester lebih stabil daripada Tokoferol bebas, namun efek
antioksidannya berkurang. Inkompatibilitas dengan peroksida dan ion-ion logam,
terutama besi, tembaga, dan perak. Tokoferol merupakan antioksidan alami yang
dapat ditemukan hampir disetiap minyak tanaman. Tokoferol memiliki karakteristik
berwarna kuning terang, cukup larut dalam lipida karena rantai C panjang. Pengaruh
nutrisi secara lengkap dari tokoferol belum diketahui, tetapi -tokoferol dikenal
sebagai sumber vitamin E.
7. Metil Paraben
II.3
Bahan
Presentase
Keterangan
o
1
2
Diazepam
Medium-chain triglycerides (MCT)
12,08 %
20 %
Zat aktif
Surfaktan
3
4
5
6
7
8
OIL
Egg Lecithin
Poloxamer
Gliserol
-tocopherol
Paraben M
Paraben P
1,2 %
2%
1,8 %
0,02 %
0,18 %
0,02 %
Surfaktan
Surfaktan
Pelembut
Antioxidants
Anti Bacteria
Anti Bacteria
Proses Formulasi
Semua formulasi mengandung 4mg/ml Diazepam. Emulsi submikron
mengandung 20% MCT oil, 1,2% lesitin telur (Lipoid E-80), 2,0% poloxamer, 1,8%
gliserol, 0,02% -tokoferol sebagai antioksidan dan parabens (0,18% paraben M dan
0,02% paraben P) sebagai pengawet antimikroba (rasio w/v). MCT oil dipanaskan
pada suhu 70oC dan Diazepam, paraben dan tokoferol dilarutkan. Fase minyak
ditambahkan pada fase air (air, poloxamer, gliserol) diaduk pada suhu 70 oC. Emulsi
awal distirer menggunakan high-shear mixer (ultra-Turrax, Janke dan kunkel,
Staufen, Germany) pada 20.500 rpm dan dilakukan selama 10 menit. Dispersi
10
Evaluasi Sediaan
Evaluasi sediaan adalah salah satu hal terpenting dalam industri farmasi.
Evaluasi sediaan dimaksudkan untuk mengetahui seberapa pantas suatu sediaan
dipasarkan secara besar-besaran ke konsumen. Evaluasi sediaan emulsi untuk rektal
dibagi menjadi dua kelompok yaitu evaluasi secara fisika dan evaluasi secara kimia.
A. Evaluasi Secara Fisika
1. Uji Penampilan/Organoleptis/Appearance
Merupakan uji yang meliputi pengamatan visual terhadap sediaan, seperti
tekstur, warna dan bau.
2. Rheologi
Viskositas sediaan semisolid bervariasi pada setiap kecepatan gesernya,
sehingga untuk melihat sifat alirnya dilakukan pengukuran pada beberapa
kecepatan geser. Alat yang digunakan adalah Viskometer Brookfield.
11
Pasang stop kontak, nyalakan motor dengan menekan tombol dan biarkan
mematikan motor
Untuk menghitung viskositas, angka pembacaan hendaklah dikalikan
dengan faktor yang sesuai dengan viscometer/spindle/speed yang
digunakan (lihat tabel). Untuk memperoleh ketelitian yang tinggi hindari
Untuk mengetahui sifat aliran, dibuat kurva antara rpm sebagai sumbu y dan
usaha yang dibutuhkan untuk memutar spindle sebagai sumbu x. usaha dapat
dihitung dengan mengalikan angka yang dibaca pada skala dengan faktor
7,187 dyne.cm (viskometer Brookfield tipe RV) atau faktor 0,6737 dyne.cm
(viskometer Brookfiel tipe LV).
3. Homogenitas
Pengujian homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah pada saat proses
pembuatan krim bahan aktif obat dengan bahan dasarnya dan bahan tambahan
lain yang diperlukan tercampur secara homogen. Persyaratannya harus
homogen, sehingga krim yang dihasilkan mudah digunakan dan terdistribusi
merata. Pengujian homogenitas dapat dilakukan dengan cara mengoleskan
sejumlah sediaan krim pada kaca transparan (kaca objek), tutup dengan kaca
objek lainnya kemudian amati homogenitasnya dengan menggunakan lup.
Sediaan uji harus menunjukkan susunan yang homogen (tidak terlihat adanya
butiran-butiran dari zat aktif). Pada skala industri pelaksanaan metode uji
homogenitas harus dilakukan secara seksama. Uji homogenitas ini dilakukan
dengan metode sampling yakni diambil sediaan pada bagian atas, tengah, dan
bawah di mana agar diperoleh ukuran homogenitas secara keseluruhan.
12
Ketidakhomogenan pada sediaan krim dapat ditandai dengan adanya globulglobul fase dalam yang tidak terdispersi dalam fase luar.
4. Uji Stabilitas
Nilai kestabilan dapat diperoleh dengan melakukan uji stabilitas dipercepat.
Pengujian ini dimaksudkan untuk mendapatkan informasi yang diinginkan
dalam waktu sesingkat mungkin dengan cara menyimpan sediaan sampel pada
kondisi yang dirancang untuk mempercepat terjadinya perubahan yang biasa
terjadi pada kondisi normal. Jika hasil pengujian suatu sediaan pada uji
dipercepat selama tiga bulan diperoleh hasil yang stabil, hal itu menunjukkan
bahwa sediaan tersebut stabil pada penyimpanan suhu kamar selama setahun.
Pengujian yang dilakukan pada uji di percepat antara lain :
-
13
interval 4.5-6.5. Jika terlalu asam, maka akan menyebabkan iritasi kulit. Jika
terlalu basa, maka akan menyebabkan gatal-gatal dan kulit bersisik. Sediaan
emulsi untuk rektal biasanya memiliki pH sekitar 7 (netral) supaya sesuai
dengan pH rektum.
2. Uji Penetapan Kadar
Uji ini bertujuan untuk mengetahui kadar akhir zat aktif pada sediaan krim
agar efek terapi yang diinginkan tetep mencaoai batas (tidak kurang ataupun
lebih). Alat yang biasanya digunakan untuk penetapan kadar adalah
spektrofotometri, potensiometri, serta kromatografi. Terdapat juga cara
manual untuk menetapkan kadar seperti dengan titrasi. Pemilihan alat dan
prosedur yang digunakan disesuaikan pada gugus gugus spesifik yang
terdapat dari zat aktif yang terdapat pada sediaan tersebut ataupun bisa dilihat
dari monografi baik dari Farmakope Indonesia, Nederland Farmakope,
maupun USP. Syarat sediaan yang baik dan siap di produksi telah memasuki
rentang yang disebutkan dalam literatur ataupun monografi.
- Spektrofotometer
Gelombang elektromagnetik / sering pula disebut
radiasi
Spektroskopi sinar X
Spektroskopi sinar
Spektroskopi sinar UV
Spektroskopi sinar tampak
Spektroskopi inframerah
Kromatografi
Terdapat berbagai macam kromatografi, seperti kromatografi kertas,
kromatografi lapis tipis, kromatografi kolom, kromatogafi gas. Dan
masing-masing memiliki prosedur dan persyaratan yang berbeda-beda
disesuaikan dengan monografi zat dalam sediaan yang akan diuji.
II.5
Berbentuk tube yang dilengkapi dengan pump yang berfungsi untuk mendorong
16
Gambar 3. Kemasan tube logam yang dilapisi plastik di dalamnya dan menggunakan
aplikator
Menggunakan tube yang terbuat dari alumunium sekali pakai dengan menggunakan
aplikator. Hal ini dikarenakan oleh beberapa hal:
-
Mengurangi kontaminasi dari udara dan zat asing sehingga dipilih kemasan tube
1. Nama obat
Nama obat pada kemasan terdiri dari nama dagang dan nama zat aktif yang
terkandung di dalamnya.
Contoh:
- Nama dagang
: Diazepam
- Nama zat aktif
: Diazepam
2. Bentuk sediaan
3. Komposisi obat
Informasi tentang zat aktif yang terkandung di dalam suatu obat, dapat merupakan zat
tunggal atau kombinasi dari berbagai macam zat aktif dan bahan tambahan lain.
17
4. Indikasi
Informasi mengenai khasiat obat untuk suatu penyakit.
5. Aturan pakai
Informasi mengenai cara penggunaan obat yang meliputi waktu dan berapa kali obat
tersebut digunakan
6. Peringatan/perhatian
Tanda peringatan yang harus diperhatikan pada setiap kemasan obat bebas dan obat
bebas terbatas.
Contoh tanda peringatan pada sediaan emulsi rektal:
7. Netto
Berat bersih dari sediaan.
8. Tanggal kadaluwarsa
Tanggal yang menunjukkan berakhirnya masa kerja obat.
9. Nama produsen
Nama industri farmasi yang memproduksi obat
10. Nomor batch
Nomor kode produksi yang dikeluarkan oleh Industri Farmasi
11. Nomor registrasi
Tanda ijin edar resmi yang diberikan oleh pemerintah.
Informasi-informasi yang terdapat pada kemasan primer juga terdapat pada
kemasan sekunder, namun biasanya pada kemasan sekunder terdapat informasi
tambahan, seperti harga eceran tertinggi (HET). Selain itu, beberapa produk ada yang
menambahkan selembar brosur pada sediaan dengan tujuan melengkapi informasiinformasi tentang sediaan yang belum tercantum di kemasan primer maupun
sekunder, seperti kontraindikasi dan efek samping dari obat.
BAB III
PENUTUP
III.1
Kesimpulan
Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat,
terdispersi dalam cairan pembawa, distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan
yang cocok. Emulsi rektal diperlukan ketika rute pemberian oral tidak sesuai misalnya
pasien yang mual dan muntah, pasien yang tidak sadarkan diri, pasien yang menderita
penyakit pencernaan bagian atas yang dapat mempengaruhi absorbsi obat atau jika
rasa obat tidak menyenangkan.
Contoh sediaan emulsi untuk rektal pada makalah ini adalah emulsi Diazepam
yang formulasinya terdiri dari Diazepam sebagai zat aktif; Medium-chain
Triglyserides (MCT), lesitin telur, poloxamer sebagai emulsifying agent; gliserol
sebagai pelembut; -tokoferol sebagai antioksidan; dan metil paraben sebagai
pengawet. Sediaan dibuat sebanyak 4 mg/ml. Evaluasi yang diuji pada sediaan
tersebut antara lain penampilan, rheologi, homogenitas, uji stabilitas, penetapan pH
dan uji penetapan kadar. Sediaan emulsi Diazepam ini dikemas dalam tube yang
terbuat dari plastik ataupun logam yang dilengkapi dengan aplikator untuk
mempermudah penggunaannya dan biasanya kemasan untuk single dose untuk
menjamin sterilitas sediaan yang diberikan.
III.2
Saran
Sediaan emulsi untuk penggunaan pada rektal perlu dikembangkan lagi karena
emulsi rektal diperlukan ketika rute pemberian oral tidak sesuai misalnya pasien yang
mual dan muntah, pasien yang tidak sadarkan diri, pasien yang menderita penyakit
pencernaan bagian atas yang dapat mempengaruhi absorbsi obat atau jika rasa obat
tidak menyenangkan.
19
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1993. Farmakope Indonesia ed. III. Jakarta : Depertemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Ansel, H.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, edisi keempat. Terjemahan dari
Introduction do Pharmaceutical Dosage form oleh Farida Ibrahim. Jakarta : UI
Press.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV. Jakarta:
Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan.
Gad, Shayne Cox, 2008, Pharmaceutical Manufacturing Handbook: Production and Process,
John Wiley & Sons, New Jersey.
Lachman, L. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Edisi ke-3. Jakarta : Penerbit
Universitas Indonesia, UI Press.
Martin, A. 1990. Farmasi Fisika. Jakarta: UI Press.
Niazi, Sarfaraz K., 2009, Handbook of Pharmaceutical Manufacturing Formulations, Second
Edition Volume One : Compressed Solid Products, Informa healthcare, New
York, 511.
Petunjuk Praktikum Farmasi Fisika, ITB, 1985 dan 1999.
Skiba, M.,dkk. 1999. Stability assessment of ketoconazole in aqueous formulations. France :
Universite
de
Rouen.http://drug.pharmacy.psu.ac.th/wbfile/7200182635.pdf
20