Anda di halaman 1dari 155

STATIKA

STRUKTUR
Syamsul Hadi

KONTRAK KULIAH
PERKENALAN
KONTRAK KULIAH
PRESENSI 50% (syarat ujian KD)
PRESENSI 75% (syarat nilai
keluar)
TUGAS 25% , KD 75%
(KONDISIONAL)
TOLERANSI WAKTU 15 MENIT

References
1. Beer, Ferdinand P. E. Russell Johnston,
Jr. Mechanics of Materials. Second
Edition. McGraw-Hill Book Co.
Singapore. 1985.
2. Beer, Ferdinand P., E. Russell Johnston.
Vector Mechanics for Engineers :
STATICS. 2nd edition. McGraw Hill. New
York. 1994.
3. El Nashie M. S. Stress, Stability and
Chaos in Structural Analysis: An Energy
Approach. McGraw-Hill Book Co.
London. 1990.
4. Ghali. A. M. Neville. Structural Analysis.
An Unified Classical and Matrix
Approach. Third Edition. Chapman and
Hall. New York. 1989.
5. Kamarwan, Sidharta S. STATIKA Bagian
Dari Mekanika Teknik. edisi ke-2.
Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.
1995.
6. Khurmi, R.S. J.K. Gupta. A Textbook of
Machine Design. S.I. Units. Eurasia
Publishing House (Pvt) Ltd. New Delhi.
2004.

7.

Khurmi, R.S. Strenght Of


Materials. S. Chand & Company
Ltd. New Delhi. 2001.

8.

Popov, E.P. Mekanika Teknik.


Terjemahan Zainul Astamar.
Penerbit Erlangga. Jakarta. 1984.

9.

Shigly, Joseph Edward.


Mechanical Engineering Design.
Fifth Edition. McGraw-Hill Book
Co. Singapore. 1989.

10. Singer, Ferdinand L. Kekuatan

Bahan. Terjemahan Darwin


Sebayang. Penerbit Erlangga.
Jakarta. 1995.
11. Spiegel, Leonard, George F.

Limbrunner, Applied Statics And


Strength Of Materials. 2nd
edition. Merrill Publishing
Company. New York. 1994.
12. Timoshenko, S.,D.H. Young.

Mekanika Teknik. Terjemahan,


edisi ke-4, Penerbit Erlangga.
Jakarta. 1996.

ISI
1. Pendahuluan
2. Statika Benda Tegar
3. Konsep Keseimbangan
4. Aplikasi Konsep Keseimbangan
5. Struktur Portal
6. Konstruksi Rangka Batang (Metode Titik Simpul)
7. Konstruksi Rangka Batang (Metode Potongan)
8. Momen Inersia Massa
9. Penerapan Momen Inersia
10. Gesekan
11. Aplikasi Analisis Gesekan

PENDAHULUAN
Mekanika:
Ilmu yang mempelajari dan meramalkan
kondisi benda diam atau bergerak akibat
pengaruh gaya yang bereaksi pada benda
tersebut
Dibedakan:
1. Mekanika benda tegar (mechanics of
rigid bodies)
2. Mekanika benda berubah bentuk
(mechanics of deformable)
3. Mekanika fluida (mechanics of fluids)

Mekanika benda tegar:


Statika : mempelajari benda dalam keadaan
diam.
Dinamika : mempelajari benda dalam keadaan
bergerak.
Pada benda tegar tidak pernah benar-benar
tegar, melainkan tetap mengalami deformasi
akibat beban yang diterima tetapi umumnya
deformasi kecil, sehingga tidak mempengaruhi
kondisi keseimbangan atau gerakan struktur
yang ditinjau maka diabaikan.
Fokus Ststika Struktur:
Mempelajari benda tegar dalam keadaan diam

Prinsip Dasar (6 hukum utama)


1. Hukum Paralelogram
Dua buah gaya yang bereaksi pada suatu partikel,
dapat digantikan dengan satu gaya (gaya
resultan) yang diperoleh dengan menggambarkan
diagonal jajaran genjang dengan sisi kedua gaya
tersebut.
Dikenal juga dengan Hukum Jajaran Genjang

2. Hukum Transmisibilitas Gaya


Kondisi keseimbangan atau gerak suatu benda
tegar tidak akan berubah jika gaya yang bereaksi
pada suatu titik diganti dengan gaya lain yang
sama besar dan arahnya tapi bereaksi pada titik
berbeda, asal masih dalam garis aksi yang sama.

3. Hukum I Newton :
Bila resultan gaya yang bekerja pada suatu
partikel sama dengan nol (tidak ada gaya), maka
partikel diam akan tetap diam dan atau partikel
bergerak akan tetap bergerak dengan kecepatan
konstan.
Dikenal dengan Hukum Kelembaman

4. Hukum II Newton :
Bila resultan gaya yang bekerja pada suatu
partikel tidak sama dengan nol partikel tersebut
akan memperoleh percepatan sebanding dengan
besarnya gaya resultan dan dalam arah yang
sama dengan arah gaya resultan tersebut.
Jika F diterapkan pada massa m, maka berlaku:

5. Hukum III Newton :


Gaya aksi dan reaksi antara benda yang
berhubungan mempunyai besar dan garis
aksi yang sama, tetapi arahnya
berlawanan.
Aksi = Reaksi
6. Hukum Gravitasi Newton :
Dua partikel dengan massa M dan m akan
saling tarik menarik yang sama dan
berlawanan dengan gaya F dan F ,
dimana besar F dinyatakan dengan :

Sistem Satuan (SI)


Kecepatan
Gaya
Percepatan
Momen
Massa
Panjang
Daya
Tekanan
Tegangan

:
:
:
:
:
:
:
:
:

m/s
N
m/s2
N m atau Nmm
kg
m atau mm
W
N/m2 atau pascal (Pa)
N/mm2 atau MPa

Sistem Gaya
Gaya: aksi sebuah benda terhadap
benda lain dan ditentukan: titik
tangkap (kerja), besar dan arah,
digambarkan dengan anak panah.
Makin panjang anak panah maka makin
besar gayanya.

Jenis Gaya
Gaya Kolinier :
gaya-gaya yang garis kerjanya terletak
pada satu garis lurus

Gaya Konkuren :
gaya-gaya yang garis kerjanya
berpotongan pada satu titik.

Gaya Koplanar :
gaya-gaya yang garis kerjanya terletak
pada satu bidang
Gaya Kopel :
Sepasang gaya yang sejajar sama besar
dan berlawanan arah yang bekerja pada
suatu batang (benda), akan menimbulkan
menimbulkan kopel (momen)pada batang
tersebut.
M = F x r dengan F adalah gaya dan r
adalah jarak antar gaya

Resultan Gaya
Sebuah gaya yang menggantikan 2 gaya
atau lebih yang mengakibatkan pengaruh
yang sama terhadap sebuah benda, dimana
gaya-gaya itu bekerja disebut dengan
resultan gaya.

Metode untuk mencari resultan gaya

1. Metode jajaran genjang ( Hukum


Paralelogram)

2. Metode Segitiga

3. Metode Poligon Gaya

.CATATAN
Penggunaan metode segitiga dan poligon
gaya, gaya-gaya yang dipindahkan harus
mempunyai besar, arah dan posisi yang
sama dengan sebelum dipindahkan.
Untuk menghitung besarnya R dapat
dilakukan secara grafis (diukur) dengan
skala gaya yang telah ditentukan
sebelumnya.

Kompone
n Gaya
Gaya dapat diuraikan menjadi
komponen vertikal dan horizontal atau
mengikuti sumbu x dan y.
FX adalah gaya horisontal, sejajar
sumbu x
FY adalah gaya vertikal, sejajar sumbu y

Aturan
Segitiga

Soal latihan
dikerjakan
dan dikumpulkan
Tentukan resultan dari
gaya-gaya berikut
dengan metode grafis
dan analisis.

Tentukan
komponen gaya
arah X dan Y dari
sistem gaya berikut
:

STATIKA
BENDA TEGAR

Benda tegar : elemen yang tidak berubah


bentuk.
Kopel
Kombinasi 2 buah gaya yang sama besar,
garis aksi sejajar arah saling berlawanan.
Momen
Kecendurungan suatu gaya untuk
memutar benda tegar sekitar sebuah
sumbu diukur oleh momen gaya terhadap
sumbu tersebut. MA = F . d. Satuan
dalam SI adalah: Nm atau Nmm

Momen Suatu Kopel

Jumlah M disebut momen dari kopel. M


tidak tergantung pada pemilihan A
sehingga : momen M suatu kopel adalah
tetap besarnya sama dengan Fd dimana F
besar gaya dan d adalah jarak antara ke
dua garis aksinya.

Penjumlahan Kopel

Momen yang terjadi jika P + S = R


M = (P + S) p = Pp + Sp = R.p
Dua kopel dapat diganti dengan kopel
tunggal yang momennya sama dengan
jumlah aljabar dari kedua momen semula.
Kedua gaya pada garis aksi yang sama
dapat langsung dijumlahkan untuk

Teorema Varignon
Momen sebuah gaya terhadap setiap
sumbu, sama dengan jumlah momen
komponen gaya (Fx, Fy), terhadap sumbu
yang bersangkutan.
Momen dihitung dengan cara mengalikan
gaya jarak terhadap satu pusat momen.
Gaya harus tegak lurus terhadap sumbu
momen.
Jika tidak tegak lurus, maka harus dicari
komponen gaya tegak lurus, baik Fx
maupun Fy.

Contoh:
1. Sebuah gaya F : 800 N bekerja di braket
seperti pada gambar. Tentukan momen
terhadap B.

Jawab :
(i) Gaya F = 800 N
dengan sudut 60, gaya
tersebut tidak tegak
lurus terhadap batang.
Maka seperti pada
Teorema Varignon,
bahwa harus dicari
komponen gaya Fx dan
Fy.
Fx = F cos 60 = 800 cos
60 = 400 N
Fy = F sin 60
(ii) Gunakan prinsip garis

a) MBx = Fx . AC
= 400 . 0,160 = 64 N.m (searah jarum
jam)
b) MBy = Fy . BC
= 693 . 200 = 138,6 N.m (searah jarum
jam)
Maka jumlah momen B dengan
menggunakan Teorema varignon :
MB = MBx + MBy
= 64 + 138,6
= 202,6 Nm (searah jarum jam)

2. Sebuah gaya 300 N bekerja pada ujung tuas


yang panjangnya 3 m. Tentukan momen gaya
tersebut terhadap O.
Gaya 300 N dengan sudut 20 terhadap sumbu
tuas. Maka harus diuraikan ke arah vertikal dan
horisontal terhadap sumbu.
P terhadap O tidak menimbulkan momen
karena segaris dengan sumbu (tidak
mempunyai jarak)

Momen ke O, hanya

disebabkan gaya Q yang


tegak terhadap sumbu
tuas.
Q = 300 N . sin 20 =
100,26 N

Konsep
Keseimbangan

Suatu partikel dalam keadaan


keseimbangan jika resultan semua
gaya yang bekerja pada partikel
tersebut nol.
Jika pada suatu partikel diberi 2 gaya
yang sama besar, mempunyai garis
gaya yang sama dan arah
berlawanan, maka resultan gaya
tersebut adalah NOL. Hal tersebut
menunjukkan partikel dalam
keseimbangan.
Sebuah benda tegar dikatakan dalam
keseimbangan jika gayagaya yang
bereaksi pada benda tersebut

Syarat perlu dan cukup untuk


keseimbangan suatu benda tegar secara
analitis adalah :
1. jumlah gaya arah x = 0 ( Fx = 0 )
2. jumlah gaya arah y = 0 ( Fy = 0 )
3. jumlah momen = 0 ( M = 0 )
Dari persamaan tersebut dapat dikatakan
bahwa benda tidak bergerak dalam arah
translasi atau arah rotasi (diam).
Jika ditinjau dari Hukum III Newton, maka
keseimbangan terjadi jika gaya aksi
mendapat reaksi yang besarnya sama
dengan gaya aksi tetapi arahnya saling
berlawanan.

Tumpuan / Peletakan
3 jenis tumpuan yang biasa digunakan
dalam suatu konstruksi yaitu :
1. tumpuan sendi
2. tumpuan roll
3. tumpuan jepit

Tumpuan Roll
Dapat memberikan reaksi
berupa gaya vertikal (Ry = Fy)
Tidak dapat menerima gaya
horisontal (Fx).
Tidak dapat menerima momen
Jika diberi gaya horisontal, akan
bergerak/menggelinding karena
sifat roll.

Tumpuan Sendi
(engsel)

Mampu menerima 2 reaksi gaya :


gaya vertikal (Fy)
gaya horisontal (Fx)
Tidak dapat menerima momen (M).
Jika diberi beban momen, karena sifat
sendi, maka akan berputar.

Tumpuan Jepit
Dapat menerima semua
reaksi:
gaya vertikal (Fy)
gaya horizontal (Fx)
momen (M)
dijepit berarti dianggap
tidak ada gerakan sama
sekali.

Beban (muatan)
Merupakan aksi / gaya /beban yang
mengenai struktur. Beban dapat
dibedakan menjadi beberapa jenis
berdasarkan cara bekerja dari beban
tersebut.
1. Beban titik/beban terpusat.
Beban yang mengenai struktur hanya
pada satu titik tertentu secara
terpusat.

2. Beban terdistribusi merata.


Beban yang mengenai struktur tidak terpusat
tetapi terdistribusi, baik terdistribusi merata
ataupun tidak merata. Sebagai contoh beban
angin, air dan tekanan.
3. Beban momen.
Beban momen dapat berupa adanya beban
titik pada konstruksi menimbulkan
momen atau momen yang memang diterima

Dalam konstruksi mekanika teknik yang


sesungguhnya, beban yang dialami oleh
struktur merupakan beban gabungan.
Misalnya sebuah jembatan dapat
mengalami beban titik, beban bergerak,
beban terbagi merata, beban angin dll.
Semua beban harus dihitung dan menjadi
komponen AKSI, yang akan diteruskan ke
tumpuan/peletakan, dimana tumpuan akan
memberikan REAKSI, sebesar aksi yang
diterima, sehingga terpenuhi :
AKSI = REAKSI

Fokus dalam Statika Struktur adalah :


Statis Tertentu. Bahwa persoalan yang
dipelajari dapat diselesaikan hanya
dengan menggunakan 3 persamaan
keseimbangan statik yaitu : Fx = 0,
Fy = 0, M = 0.
Jika persoalan tidak dapat diselesaikan
dengan 3 persamaan tersebut dan
membutuhkan lebih banyak persamaan,
maka disebut dengan : STATIS TAK
TENTU

Kesetabilan konstruksi statis tertentu


diperoleh jika :
Semua gejala gerakan (gaya)
mengakibatkan perlawanan (reaksi)
terhadap gerakan tersebut
Suatu konstruksi statis tertentu akan
stabil jika reaksi-reaksinya dapat
dihitung dengan persamaan statis
tertentu
Dalam menganalisis suatu persoalan
mekanika teknik, biasanya digunakan
beberapa diagram yang dapat
mendukung kemudahan analisis
tersebut.

Diagram Ruang
Suatu diagram yang menggambarkan
kondisi/situasi suatu masalah teknik
yang sesungguhnya.
Skema, sketsa, ilustrasi

Diagra
m
Benda
Bebas
Diagram yang menggambarkan semua
gaya-gaya yang bekerja pada suatu
partikel dalam keadaan bebas. Dalam
menganalisis persoalan mekanika
diagram benda bebas ini sangat
diperlukan untuk membantu memahami
dan menggambarkan masalah
keseimbangan gaya dari suatu partikel.

GAYA-MOMEN DALAM DAN GAYA-MOMEN LUAR


Gaya dan momen yang bekerja pada suatu benda dapat berupa
Gaya/Momen Luar dan Gaya/Momen Dalam
A. GAYA LUAR
GAYA LUAR : BEBAN
KONSTRUKSI

DAN

REAKSI
BALOK
RAH
TUMPUAN
SENDI

REAKSI

YANG

MENCIPTAKAN

BEBAN
B

REAKSI
REAKSI
RAV

KESTABILAN

RBV

TUMPUAN ROL

Kasus
Sederhana

GAYA LUAR
MACAM MACAM GAYA LUAR

BEBAN
GAYA LUAR

REAKSI

BEBAN MATI
BEBAN HIDUP
BEBAN TERPUSAT
BEBAN TERBAGI
BEBAN MOMEN
BEBAN TORSI

GAYA
MOMEN
TORSI

GAYA LUAR-BEBAN
1. BEBAN
a. BEBAN MATI
BEBAN TETAP DAN
TIDAK
DAPAT
DIPINDAHKAN
(CONTOH : BERAT
KONSTRUKSI/BALO
K)
BAHAN BANGUNAN

GAYA LUAR-BEBAN
b. BEBAN HIDUP
BEBAN SEMENTARA DAN DAPAT DIPINDAHKAN
CONTOH : BERAT ORANG, BERAT KENDARAAN

GAYA LUAR-BEBAN
c. BEBAN TERPUSAT
GARIS KERJA BEBAN MELALUI 1 TITIK
CONTOH : BERAT ORANG MELALUI KAKI

d. BEBAN TERBAGI
TERBAGI MERATA = BEBAN TERBAGI SAMA PADA SETIAP SATUAN LUAS
TERBAGI VARIASI = BEBAN TERBAGI VARIASI PADA SETIAP SATUAN LUAS

REAKSI-TUMPUAN
e. BEBAN MOMEN
MOMEN ADALAH HASIL KALI GAYA/BEBAN DENGAN JARAK ANTARA GAYA/
BEBAN
DENGAN TITIK YANG DITINJAU.
f. BEBAN TORSI
BEBAN YANG DIAKIBATKAN OLEH TORSI ATAU PUNTIRAN.

2. REAKSI

REAKSI ADALAH GAYA LAWAN YANG TIMBUL PADA PENUMPU SUATU


KONTRUKSI
AKIBAT ADANYA BEBAN YANG DIKENAKAN PADA KONSTRUKSI TERSEBUT
MACAM-MACAM REAKSI : MOMEN, GAYA, TORSI

3. TUMPUAN

a.TUMPUAN ROL/PENGHUBUNG

DAPAT MENAHAN GAYA PADA ARAH TEGAK LURUS PENUMPU


SIMBOL :

RY

RY

RY

RY

TUMPUAN SENDI DAN TUMPUAN JEPIT


b.TUMPUAN SENDI

DAPAT MENAHAN GAYA DALAM SEGALA ARAH


SIMBOL :

RX

RX
RY
RY

c.TUMPUAN JEPIT
DAPAT MENAHAN GAYA DALAM SEGALA ARAH DAN DAPAT MENAHAN
MOMEN

M
RX

RY

GAYA DALAM
B. GAYA DALAM
GAYA RAMBAT=GAYA DALAM
A

F= BEBAN=GAYA LUAR
C

RAX

RAY =REAKSI=GAYA LUAR

RBY

MACAM-MACAM GAYA DALAM :

GAYA NORMAL (NORMAL FORCE) (SIMBOL = N)


GAYA GESER/LINTANG (SHEARING FORCE) (SIMBOL = V)
MOMEN LENTUR (BENDING MOMENT) (SIMBOL = M)

GAYA DALAM - GAYA NORMAL


1. GAYA NORMAL
GAYA NORMAL ADALAH GAYA DALAM YANG BEKERJA SEARAH SUMBU BALOK
PERJANJIAN TANDA
F(GAYA LUAR)

F(GAYA LUAR)

N+

N-

GAYA NORMAL POSITIF


(N+) JIKA SEBAGAI GAYA
TARIK

GAYA NORMAL NEGATIF


(N-) JIKA SEBAGAI GAYA
DESAK

GAYA NORMAL
CONTOH
MA
RX

x
A

Kesetimbangan Gaya Luar


MA = 0
MA = 0
FY = 0
Ry = 0
FX = 0
Rx = F

RY=0

potongan x-x (kanan)

potongan x-x (kiri)

RX

Kesetimbangan Gaya Dalam


N = - Rx

Kesetimbangan Gaya Dalam


N = -F

2. GAYA GESER/ LINTANG


GAYA GESER ADALAH GAYA DALAM YANG BEKERJA TEGAK LURUS SUMBU
BALOK

PERJANJIAN TANDA
GAYA GESER DIANGGAP POSITIF,
JIKA CENDERUNG BERPUTAR
SEARAH
JARUM JAM

GAYA GESER DIANGGAP NEGATIF,


JIKA
CENDERUNG BERPUTAR
BERLAWANAN
JARUM JAM

GAYA GESER
x

RAX= 0

Kesetimbangan Gaya Luar


B

C
x
a/2

a/2
RAY

RBY

Fx = 0

RAX = 0

Fy = 0

RAY + RBY = F

MA = 0

(RBY.a)-(F.a/2)=0
RBY = F/2
RAY = F/2

potongan x-x (kanan)

F = gaya luar
C

gaya geser
V+
Kesetimbangan Gaya Dalam
V = F - RBY

RBY = gaya luar


gaya
Vgeser
Catatan : gaya geser ditinjau terhadap bagian terpotong

GAYA GESER
RAx

C
x

RAy

RBy

Kesetimbangan Gaya Luar


Fx = 0

RAX = 0

Fy = 0

RAY + RBY = F

MA = 0

(RBY.a)-(F.a/2)=0
RBY = F/2
RAY = F/2

potongan x-x (kiri)

RAY = gaya luar


geser

gaya

Kesetimbangan Gaya Dalam


V = RAY

V+

3. MOMEN LENTUR
MOMEN LENTUR ADALAH GAYA DALAM YANG MENDUKUNG LENTUR SUMBU BALOK

PERJANJIAN TANDA
MOMEN LENTURAN POSITIF, JIKA
CENDERUNG
MEMBENGKOKAN BATANG CEKUNG
KEATAS

MOMEN LENTURAN NEGATIF, JIKA


CENDERUNG
MEMBENGKOKAN BATANG CEMBUNG
KEATAS

MOMEN
LENTUR
A

RAX

Kesetimbangan Gaya Luar

x
RAY

Fx = 0

RAX = 0

Fy = 0

RAY + RBY = F

MA = 0

(RBY.a)-(F.a/2)=0
RBY = F/2

RBY

RAY = F/2

potongan x-x (kanan)

F = gaya luar
M

momen
M-

Kesetimbangan Gaya Dalam


M = ( RBY x W )- (F x Z)

Z
W
RBY = gaya luar

momen
M+

MOMEN
LENTUR
A

RAX

Kesetimbangan Gaya Luar

x
RAY

RBY

Fx = 0

RAX = 0

Fy = 0

RAY + RBY = F

MA = 0

(RBY.a)-(F.a/2)=0
RBY = F/2
RAY = F/2

potongan x-x (kiri)

A
M
K
RAY = gaya luar

momen
M+

Kesetimbangan Gaya Dalam


M = RAY x K

DIAGRAM GAYA
DALAM
1. DEFINISI

DIAGRAM GAYA DALAM ADALAH DIAGRAM YANG MENGGAMBARKAN BESARNYA


GAYA
DALAM YANG TERJADI PADA SUATU KONSTRUKSI

2. MACAM DIAGRAM GAYA DALAM


A. DIAGRAM GAYA NORMAL (NFD)
DIAGRAM YANG MENGGAMBARKAN BESARNYA GAYA NORMAL YANG
TERJADI PADA SUATU KONSTRUKSI.
B. DIAGRAM GAYA GESER (SFD)
DIAGRAM YANG MENGGAMBARKAN BESARNYA GAYA GESER YANG TERJADI
PADA SUATU KONSTRUKSI.
C. DIAGRAM MOMEN LENTUR (BMD)
DIAGRAM YANG MENGGAMBARKAN BESARNYA MOMEN LENTUR YANG
TERJADI PADA SUATU KONSTRUKSI.

DIAGRAM GAYA
DALAM
3. ATURAN PEMBUATAN SFD DAN BMD
A. BEBAN TERPUSAT
DIAGRAM GAYA GESER (SFD) BERBENTUK STEP HORISONTAL (X 0)
DIAGRAM MOMEN LENTUR (BMD) BERBENTUK LINIER MIRING (X 1)

5Kg

+
A

10 Kg
A

5Kg

2m

SFD

C
5Kg

2m
5Kg

10Kg.m

BMD

DIAGRAM GAYA
DALAM
B. BEBAN MERATA

DIAGRAM GAYA GESER (SFD) BERBENTUK LINIER MIRING (X1)


DIAGRAM MOMEN LENTUR (BMD) BERBENTUK PARABOLA (X2)

5Kg

2.5 Kg/m

+
A

SFD
B

C
5Kg

B
10Kg.m

5Kg

4m
5Kg

+
BMD

C. JIKA SFD = 0, MAKA BMD AKAN MAKSIMUM

APLIKASI
KONSEP KESEIMBANGAN

Perhatian beberapa hal:


1. Gambarkan diagram benda bebas.
2. Jenis tumpuan.
3. Bentuk dan arah beban (gaya/muatan), gaya tidak
tegak lurus terhadap sumbu utama diuraikan
berkaitan dengan perhitungan momen.
4. Buat asumsi awal terhadap arah reaksi di
tumpuan.
5. Gunakan persamaan kesimbangan statis yaitu :
Fx = 0
Fy = 0
M=0

Soal Latihan Untuk


Dikumpulkan

BAB 4
PRINSIP-PRINSIP STATIKA

BAB 5
STRUKTUR BALOK

PENDAHULUAN
DEFINISI
BALOK : SUATU BATANG STRUKTURAL YANG BERFUNGSI MENDUKUNG BEBAN

MACAMMACAM BALOK
A. BALOK SEDERHANA
SUATU BALOK YANG DITUMPU PADA
KEDUA UJUNGNYA DENGAN TUMPUAN
SENDI DAN TUMPUAN ROL

PENDAHULUAN
B. BALOK KONSOL/ KANTILEVER
SUATU BALOK YANG DIJEPIT PADA SATU UJUNGNYA DAN BEBAS PADA UJUNG LAINNYA.

PENDAHULUAN
C. BALOK OVERHANGE
BALOK SEDERHANA DENGAN BAGIAN YANG MENGGANTUNG

D. BALOK MAJEMUK
GABUNGAN DARI BALOK SEDERHANA/BALOK OVERHANGE/BALOK KANTILEVER YANG
DISAMBUNG DENGAN ENGSEL-ENGSEL ATAU ROL-ROL

ENGSEL
A

ROL
A

BALOK KANTILEVER
1.KANTILEVER DENGAN BEBAN DIUJUNG
MA
A

RAX

10 kg

B
x

10 m
RAY
A. KESETIMBANGAN LUAR

FX= 0

RAX = 0

FY= 0

RAY -10 = 0

B. PERS KESETIMBANGAN GAYA DALAM


potongan x-x
Mx
Nx

RAY = 10 kg
MA= 0

MA - 10.10 = 0
MA = 100 kg.m

10 kg

VX

potongan kanan (B
Nx = 0 (1)
Vx = 10. (2)
Mx = -10.x (3)

A)

KANTILEVER BEBAN DIUJUNG


C. NILAI GAYA DALAM

POSISI TITIK

GAYA DALAM
GAYA NORMAL

GAYA GESER

MOMEN LENTUR

x=0

NB = 0 kg

VB = 10 kg

MB = 0 kg.m

x = 10

NA = 0 kg

VA = 10 kg

MA = -100 kg.m

D. DIAGRAM GAYA DALAM

A
10Kg

+
A

100 Kg.m

B
SFD

BMD

BALOK KANTILEVER
2.KANTILEVER DENGAN SEJUMLAH BEBAN
MA
A

RAX

10 kg

10 kg y

D
z

10 kg

x
10 m

RAY

A. KESETIMBANGAN LUAR

FX= 0

RAX = 0

FY= 0

RAY -10-10-10 = 0
RAY = 30 kg

MA= 0

MA - 10.(10+20+30) = 0
MA = 600 kg.m

20 m
30 m

B. PERS KESETIMBANGAN GAYA DALAM


potongan x-x
Mx

10 kg

Nx

B
VX

potongan kanan (B
Nx = 0 (1)
Vx = 10. (2)
Mx = -10.x (3)

C)

KANTILEVER DENGAN SEJUMLAH BEBAN


potongan y-y
Mx
Nx

10 kg

potongan kanan (C

10 kg

Nx = 0
(4)
Vx = 10+10=20
... (5)
Mx = -10.x -10(x-10) (6)

B
10 m

VX

D)

potongan z-z
Mx

potongan kanan (D

10 kg

10 kg

Nx

C
10 m

VX

20 m
X

10 kg

A)

Nx = 0
(7)
Vx = 10+10 +10=30
... (8)
Mx = -10.x -10(x-10)-10(x-20) (9)

KANTILEVER DENGAN SEJUMLAH BEBAN


C. NILAI GAYA DALAM

POTONGAN

x-x (B

C)

y-y (C

D)

z-z (D

A)

POSISI

TITIK

GAYA DALAM
GAYA NORMAL

GAYA GESER

MOMEN LENTUR

x=0

NB = 0 kg

VB = 10 kg

MB = 0 kg.m

x =10

NC = 0 kg

VC = 10 kg

MC = -100 kg.m

x=10

NC = 0 kg

VC = 20 kg

MC = -100 kg.m

x=20

ND = 0 kg

VD = 20 kg

MD = -300 kg.m

x=20

ND = 0 kg

VD = 30 kg

MD = -300 kg.m

x=30

NA = 0 kg

VA = 30 kg

MA = -600 kg.m

KANTILEVER DENGAN SEJUMLAH BEBAN


D. DIAGRAM GAYA DALAM

30 Kg

20 Kg

10 Kg

SFD

100 Kg.m
300 Kg.m
600 Kg.m

BMD

BALOK KANTILEVER
3.KANTILEVER DENGAN BEBAN MERATA
x
10 kg/m

MA
RAX

x
10 m

RAY
A. KESETIMBANGAN LUAR

FX= 0

RAX = 0

FY= 0

RAY -10.10 = 0

B. PERS KESETIMBANGAN GAYA DALAM


potongan x-x
Mx
Nx

RAY = 100 kg
MA= 0

MA - 10.10.(10/2) = 0
MA = 500 kg.m

10 kg/m

VX

potongan kanan (B

A)

Nx = 0
(1)
Vx = 10 x
. (2)
Mx = -10.x.(x/2) (3)

KANTILEVER DENGAN BEBAN MERATA


C. NILAI GAYA DALAM

POTONGAN

POSISI
x=0

x-x (B

A)

TITIK
B

GAYA DALAM
GAYA NORMAL

GAYA GESER

MOMEN LENTUR

NB = 0 kg

VB = 10.0

MB = -10.0.0/2

= 100 kg
x =10

NA = 0 kg

VA = 10.10
=100 kg

= 0 kg.m
MA = -10.10.10/2
= -500 kg.m

KANTILEVER DENGAN BEBAN MERATA


D. DIAGRAM GAYA DALAM
100 Kg

SFD

+
B

500 Kg.m

BMD

BALOK KANTILEVER
4.KANTILEVER DENGAN BEBAN MOMEN
MA
A

RAX

MB =10 kg.m

B
x

10 m
RAY
A. KESETIMBANGAN LUAR

FX= 0

RAX = 0

FY= 0

RAY= 0

MA= 0

MA + MB = 0
MA + 10 = 0

MA = -10 kg.m

B. PERS KESETIMBANGAN GAYA DALAM


potongan x-x

10 kg.m

Mx
Nx

B
VX

potongan kanan (B
Nx = 0 (1)
Vx = 0 . (2)
Mx = 10
(3)

A)

KANTILEVER DENGAN BEBAN M0MEN


C. NILAI GAYA DALAM

POTONGAN

x-x (B

A)

POSISI

TITIK

GAYA DALAM
GAYA NORMAL

GAYA GESER

MOMEN LENTUR

x=0

NB = 0 kg

VB = 0

MB = +10 kg.m

x =10

NA = 0 kg

VA = 0 kg

MA = +10 kg.m

D. DIAGRAM GAYA DALAM

SFD

10 Kg.m

BMD

CONTOH: STRUKTUR BALOKSEDERHANA

BALOK SEDERHANA
1.BALOK SEDERHANA DENGAN BEBAN TERPUSAT
A

RAX

10 kg

C
y

10 m
RAY

A. KESETIMBANGAN LUAR

FX= 0

RAX = 0

FY= 0

RAY +RBY = 10 kg

MA= 0

- RBY (20) + 10.10 = 0


RBY = 100/20 = 5 kg
RAY = 5 kg

B
x

10 m
RBY

B. PERS KESETIMBANGAN GAYA DALAM


potongan x-x
Mx
Nx

B
VX

potongan kanan (B
Nx = 0
Vx = -5
Mx = 5.x

RBY = 5 kg
C)

(1)
. (2)
.. (3)

BALOK SEDERHANA-BEBAN TERPUSAT


potongan y-y

10 kg

Mx

potongan kanan (C

Nx

10 m
VX

Nx = 0

(1)

Vx = -5 +10=5 . (2)

RBV = 5 kg

A)

Mx = 5.x + -10.(x-10) (3)

C. NILAI GAYA DALAM

POTONGAN POSISI

x-x (B

y-y (C

C)

TITIK

GAYA DALAM
GAYA NORMAL

GAYA GESER

MOMEN LENTUR

x=0

NB = 0 kg

VB = -5 kg

MB = 5.0 = 0 kg.m

x =10

NC = 0 kg

VC = -5 kg

MC = 5.10= 50 kg.m

x=10

NC = 0 kg

VC = 5kg

MC = 5.10 -10.(10-10)
= 50 kg.m

A)
x=20

NA = 0 kg

VA = 5 kg

MA = 5.20 -10.(20-10)
= 0 kg.m

BALOK SEDERHANA-BEBAN TERPUSAT


D. DIAGRAM GAYA DALAM

5Kg
SFD

+
A

5Kg

50Kg.m
BMD

+
A

BALOK SEDERHANA
2.BALOK SEDERHANA DENGAN BEBAN MERATA
x

RAX

10 kg/m

x
10 m

RAY

RBY

B. PERS KESETIMBANGAN GAYA DALAM


A. KESETIMBANGAN LUAR

FX= 0

RAX = 0

FY= 0

RAY +RBY = 10.10


= 100 kg

MA= 0

- RBY .10+10.10.10/2 = 0
RBY = 50 kg
RAY = 50 kg

potongan x-x

10 kg/m

Mx

Nx

B
VX

potongan kanan (B

RBV = 50 kg

A)

Nx = 0
(1)
Vx = -50 +10.x. (2)
Mx = 50.x -10.x.(x/2). (3)

BALOK SEDERHANA-BEBAN MERATA


C. NILAI GAYA DALAM

POTONGAN POSISI TITIK


x=0
x-x (B

A)

GAYA DALAM
GAYA NORMAL

GAYA GESER

MOMEN LENTUR

NB = 0 kg

VB = -50+10.0

MB = 50.0-10.0.(0/2)

= -50 kg
x =10

NA = 0 kg

VA = -50+10.10
= 50

Ingat. SFD=0, maka BMD max


Vx = 0 = -50 +10.x
x=5
Mmax = 50.5-10.5.(5/2) =250-125 =125 kg.m

MA = 50.10-10.10.10/2
= 0

BALOK SEDERHANA-BEBAN MERATA


D. DIAGRAM GAYA DALAM

50Kg

SFD

+
A

C
50Kg

125 Kg.m

+
BMD
5m

BALOK OVERHANGE
1.BALOK OVERHANGE SATU SISI DENGAN BEBAN MERATA
10 kg/m

y
RAX

10 m

5m

RAY

RBY

B. PERS KESETIMBANGAN GAYA DALAM


A. KESETIMBANGAN LUAR

FX= 0

RAX = 0

FY= 0

RAY +RBY = 10.5


= 50 kg

MA= 0

- RBY .10+10.5.(10+5/2) = 0
RBY = 62.5 kg
RAY = -12.5 kg

potongan x-x

10 kg/m

Mx

Nx

c
VX

potongan kanan (C

B)

Nx = 0
(1)
Vx = 10.x
. (2)
Mx = -10.x.(x/2) .. (3)

BALOK OVERHANGE SATU SISI DENGAN BEBAN MERATA


potongan y-y
10 kg/m

potongan kanan (B
Nx = 0

Mx
Nx

B
VX

5m

A)

. (1)

Vx = 10.5 -62,5=-12.5 .. (2)


Mx = -10.5.(x-5/2)+62,5.(x-5) .. (3)

RBV = 62.5 kg
x

C. NILAI GAYA DALAM


POTONGAN

x-x (C

y-y (B

B)

POSISI

TITIK

GAYA DALAM
GAYA NORMAL

GAYA GESER

MOMEN LENTUR

x=0

NC = 0 kg

VC = 10.0 = 0 kg

MC = -10.0.0/2 = 0 kg.m

x =5

NB = 0 kg

VB = 10.5=50 kg

MB = -10.5.5/2= -125 kg.m

x=5

NB = 0 kg

VB = -12,5kg

MB = -50.(5-2,5) +62,5(5-5)
= -125 kg.m

A)
x=15

NA = 0 kg

VA = -12,5 kg

MA =-50(15-2,5)+62,5(15-5)
= 0 kg.m

BALOK OVERHANGE SATU SISI DENGAN BEBAN MERATA


D. DIAGRAM GAYA DALAM

50Kg

B
12,5 Kg

SFD
C

125 Kg.m

BMD

+
A

STRUKTUR PORTAL

Struktur portal (rangka) merupakan struktur yang


terdiri dari batang-batang yang mampu menahan
beban :
gaya geser (shearing force)
gaya aksial
momen lentur

Struktur portal terdiri dari batang yang disambung


secara kaku berupa sambungan jepit.
Didefinisikan sebagai struktur yang terdiri dari
sejumlah batang yang dihubungkan bersama-sama
dengan sambungan-sambungan yang sebagian atau
semuanya adalah kaku (jepit) yang mampu menerima
beban gaya geser, gaya aksial, dan meomen lentur.

Contoh penggunaan struktur portal : struktur


bangunan gedung, crane, jembatan, menara
air dan lain-lain.
Analisis struktur portal sederhana statis
tertentu, menggunakan persamaan
keseimbangan statis :
FV = 0
FH = 0
M=0

Setelah semua komponen reaksi dari tumpuan


diperoleh, maka dapat ditentukan gaya geser,
gaya aksial dan momen lentur pada setiap
bagian struktur dengan menggunakan
diagram benda bebas dan persamaan
kesimbangan statika.

Portal Tiga Sendi


Struktur portal yang ada, lebih banyak merupakan
struktur portal statis tak tentu, yaitu jumlah
komponen reaksi lebih dari 3.
Misal, jika portal ditumpu pada 2 buah sendi yang
masing-masing mempunyai 2 reaksi, sehingga
mempunyai total reaksi 4 buah. Dengan 4 buah reaksi
dan hanya 3 buah persamaan keseimbangan, maka
tidak dapat diselesaikan.
Untuk memperoleh jumlah persamaan sama dengan
jumlah reaksi, ditambahkan satu buah sendi pada
portal diantara 2 tumpuan.
Syarat utama bahwa sendi tambahan tersebut tidak
terjadi momen atau (MS = 0). Dengan demikian
diperoleh satu persamaan tambahan untuk
menyelesaikan 4 buah reaksi.

Soal Latihan

Anda mungkin juga menyukai