Anda di halaman 1dari 128

MEKANIKA BAHAN

BUKU : MECHANICS OF
MATRIAL
BY E.P. POPOV

3 SKS
PRASYARAT : MEKANIKA
TEKNIK I
MATERI KULIAH
1. PENDAHULUAN
2. METODE IRISAN
3. PENGERTIAN TEGANGAN
4. TEGANGAN NORMAL
5. TEGANGAN GESER RATA – RATA
6. MENENTUKAN  DAN 
7. STATIC TEST
8. TEGANGAN IJIN
9. REGANGAN
10. DIAGRAM, TEGANGAN – REGANGAN NORMAL
- Hukum HOOKE
- Penentuan Titik Leleh
- Deformasi Batang Akibat Beban Aksial
- Poisson’s Ratio
- Hubungan Tegangan, Regangan dan Poisson’s Ratio

11. TEGANGAN DAN REGANGAN GESER


- Tegangan Geser
- Regangan Geser
12. LENTUR MURNI PADA BALOK
13. MOMEN INERSIA PENAMPANG
14. MENGHITUNG TEGANGAN PADA BALOK
15. BALOK DENGAN DUA BAHAN
16. LENTUR MURNI PADA BALOK NON ELASTIS
17. TEGANGAN GESER LENTUR
18. TORSI
19. TEGANGAN MAJEMUK
20. KOMBINASI TEGANGAN PADA PENAMPANG
KOLOM
21. KERN
Pendahuluan
APLIKASI Rencana Konstruksi

ANALISIS STRUKTUR

PEMILIHAN BAHAN

KONTROL
KEKUATAN /
PENENTUAN DIMENSI
TEGANGAN

Konstruksi Kuat / Stabil


Contoh Obyek

TABUNG RANGKA BATANG


Contoh Obyek
PORTAL GEDUNG
BERTINGKAT

70/70

50/50
Contoh Obyek
P2
P1

H1 H2

B1 B2

Karena P2 > P1, maka berdasarkan


perhitungan tegangan, akan didapatkan
dimensi B2 > B1, H2 > H1
Metode Irisan
GAYA DALAM
P1 P2
P1 P2
S2
S3
S1

S1 S3
S2

P4 P3

GAYA DALAM P4 P3
Tegangan (Stress)

TEGANGAN NORMAL TEGANGAN GESER

Tegak Lurus Bidang Sejajar Bidang


Potongan Potongan

DEFINISI :
TEGANGAN ADALAH GAYA DALAM
YANG BEKERJA PADA SUATU LUASAN
KECIL TAK BERHINGGA DARI SUATU
POTONGAN
Tegangan (Stress)
BENTUK MATEMATIK :

= A
Lim
0
F
A
TEGANGAN
NORMAL
 = A Lim 0 V
A
TEGANGAN GESER

 = Tegangan Normal
 = Tegangan Geser
A = Luas Penampang yang bersangkutan
F = Gaya yang bekerja tegak lurus potongan
V = Gaya yang bekerja sejajar potongan
Tegangan (Stress)
Tegangan yang bekerja pada elemen suatu
benda :
z
z
zy
zx yz
xz y y

xy yx
x
x
Tegangan Normal
TEGANGAN TEGANGAN NORMAL
TEKAN
NORMAL TARIK

P P
 = P/A  = P/A

P P
Tegangan Geser Rata - rata
GAYA YANG BEKERJA
SEJAJAR POTONGAN
MENIMBULKAN
TEG. GESER

P  = P Cos/ A
Normal

AGeser

ANormal

AGeser
 =P/A
Geser
Tegangan Geser Rata - rata
½P
P
½P

 = P / Total AGeser

AGeser Total AGeser =


2 x Luas Penampang Baut
Menentukan  dan 
Perhitungan PERLU DIPAHAMI MAKSUD

TEGANGAN DAN TUJUANNYA

MEMILIH PERUMUSAN
PERHITUNGAN  atau 

PENENTUAN GAYA DAN AKAN MENJADI


LUAS PENAMPANG MASALAH BESAR BILA
TIDAK MEMAHAMI
MEKANIKA TEKNIK I

HASIL PERHITUNGAN
Menentukan Besarnya Gaya
MENGGUNAKAN PERSAMAAN STATIKA :
 FX = 0  MX = 0
 FY = 0  MY = 0
 FZ = 0  MZ = 0

Menentukan Luas Penampang


UNTUK MENDAPATKAN
DIPILIH LUASAN TEGANGAN YANG
TERKECIL MAKSIMUM
Menentukan Luas Penampang
CONTOH :

LUAS PENAMPANG
TERKECIL YANG DIPILIH
UNTUK MNENDAPATKAN
TEGANGAN MAKSIMUM
Tegangan
Bila W = 10 Ton,  = 30o dan luas
SOAL : penampang kabel baja ABC = 4 cm2, kabel
D BD = 7 cm2, maka hitung tegangan yang
1. terjadi pada kabel ABC dan BD.
B

 C Bila Diameter Baut = 30


mm, b = 200 mm, d1 = 8
mm, d2 = 12 mm, P = 2000
A W kg, maka hitung te -gangan
MAX pada masing – masing
ba -tang dan tegangan
P Geser pada Baut.
2. b
P
d1
d2
Static Test BEBAN P DINAIKKAN
TERUS MENERUS
P

MATERIAL UJI PUTUS

MATERIAL UJI

P BEBAN ULTIMATE

PUlt
P TEG. ULTIMATE
A
Regangan MATERIAL UJI

STATIC TEST BEBAN

L REGANGAN

-. P Dinaikkan terus sampai yang dikehendaki


- Setiap kenaikan P dilakukan pencatatan
deformasi yang tertera dalam dial gauge
P
Regangan

P (Beban) L
=  = REGANGAN
N 1
H A
BA
N 2
H A BERUBAH SESUAI
BA
DENGAN PERUBAHAN
BEBAN

(Deformasi)
Diagram P - 
Diagran Tegangan - Regangan
SIFAT FISIS SUATU MATERIAL DAPAT DILIHAT
DARI HUBUNGAN DIAGRAM TEGANGAN –
REGANGAN DARI MATERIAL YANG
BERSANGKUTAN KENAPA ??
P (Beban)  (Tegangan)
N 1 1
H A A N
A
B
2 BAH 2
AN A N
BA H BA H

Gbr. A Gbr. B Regangan


Diagram P -  Diagram  - 
Diagran Tegangan - Regangan
- MATERIAL 1 dan MATERIAL 2, SAMA
- LUAS PENAMPANG MATERIAL 2 < MATERIAL 1
- HUBUNGAN P –  MATERIAL 1 TIDAK SAMA DENGAN
MATERIAL 2

- HUBUNGAN  –  MATERIAL 1 SAMA DENGAN


MATERIAL 2, WALAUPUN LUAS PENAMPANGNYA
BERBEDA

JADI UNTUK MENGETAHUI SIFAT FISIS DARI


SUATU MATERIAL LEBIH COCOK
MENGGUNAKAN GAMBAR B
Diagram Tegangan - Regangan
 (Tegangan)  (Tegangan)

Batas
Proposional

Regangan Regangan

MATERIAL BAJA MATERIAL BETON


HUKUM HOOKE

= EX  KONDISI
ELASTIS


PENENTUAN TITIK
LELEH
METODE OFF-SET
 (Tegangan)
E= 
Batas
Proposional
 = TEGANGAN
 = REGANGAN
E = MODULUS ELASTISITAS Regangan
HUKUM HOOKE
SOAL :
P Pada suatu batang dengan panjang L=100 cm
dilakukan Static Test. Bila beban P yang
diberikan sebesar 4000 kg, batang masih
dalam kondisi elastis, uluran batang
bertambah 2 mm, maka berapakah
Regangan batang tersebut dan berapakan
tegangan yang terjadi pada batang
L
tersebut ?? Bila Modulus Elastisitasnya 2 x
106 kg/cm2. Hitung pula luas penampang
batang tersebut.

P
Deformasi Batang Akibat
Beban Aksial
P3
P2
P1 P4

Px Px Gaya Px bekerja pada


dx elemen dx dan menim
-bulkan deformasi d
dx+ d
x

d=  dx
 d
dx = P x
E Ax E
Deformasi Batang Akibat
Beban Aksial
CONTOH B
: B
= Px . dx / Ax . E
P = Px Px A L
 = Px / Ax . E dx
L dx
0
L
A  = P . X / Ax . E
Px 0
Ax = A , Px = P
P P
Deformasi akibat beban P, =P.L/E.A
berat sendiri diabaikan
Deformasi Batang Akibat
Beban Aksial
DEFORMASI AKIBAT BEBAN BERAT SENDIRI ADALAH :
B L
= Px . dx / Ax . E = 1 / A . E w . X . dx
A L 0
= ½ . W.x2 / A . E = w . L2 / 2 . A . E = WT . L / 2 . A . E
0
DEFORMASI AKIBAT BEBAN P DAN BERAT SENDIRI ADALAH :
 = P.L / A.E + WT.L / 2.A.E =

 = L (P + ½.WT) / A.E
Deformasi Batang Akibat Beban Aksial
SOAL : Bila diameter batang AB dan
100 cm 100 cm C BC adalah 20 mm,  = 30o
1. A  dan Modulus Elasti - sitasnya
adalah 2x106 kg/cm2, maka
B hitung penurunan titik B.

E D
1000 kg Hitung P1/P2, agar setelah P1 dan P2
bekerja, panjang kedua batang tersebut
2. tetap sama, bila b1 = 50 mm, b2 = 50 mm,
P2 b2 h1
b1 b3 = 25 mm, h1 = 500 mm, h2 = 500 mm
b3 h2 dan tebal masing – masing kedua batang
tersebut = 20 mm.
P1 ½ P2
Poisson’s Ratio
REGANGAN

REGANGAN AKSIAL REGANGAN LATERAL

Bentuk menjadi
MEMANJANG dan
MENGECIL

 Lateral Beton = 0.1 – 0.2


POISSON’S RATIO ( )=
 Aksial Karet = 0.5 – 0.6
Hubungan Poisson’s Ratio,
Tegangan dan Regangan
z y
zy
zx yz
xz y

x xy yx
x
Hubungan Poisson’s Ratio,
Tagangan dan Regangan
z

y
y

z
Hubungan Poisson’s Ratio,
Tagangan dan Regangan

x y z
 x
= +
E
-
E
-
E

x y z
 y
= -
E
+
E
-
E

x y z
 z
= -
E
-
E
+
E
Tegangan dan Regangan Geser
TEGANGAN GESER

zy zy A

y B A B
yz yz /2 C
z
O O
/2
C
zy  = REGANGAN GESER
 MO = 0 zy (dy.dx).dz - yz(dx.dz.).dy = 0
zy = yz
 Fz = 0 yz kiri = yz kanan
Tegangan dan Regangan Geser
REGANGAN GESER :
PERUBAHAN BENTUK YANG DINYATAKAN DENGAN
PERUBAHAN SUDUT ‘  ‘ ADALAH MERUPAKAN “REGANGAN
GESER”

Hukum HOOKE untuk Tegangan dan Regangan Geser :

 = .G  = Tegangan Geser


E
 = Regangan Geser
G=
2 (1+ ) G = Modulus Geser
= Poisson’s Ratio

Hubungan Modulus Elastisitas Normal dengan Modulus Geser


Lentur Murni Pada Balok
Lenturan yang hanya
 diakibatkan oleh
MOMEN saja
Lentur Murni Pada Balok
Ya

Yb = C

 max  max
/2 /2
Keseimbangan Gaya :
Panjang Awal
( Y/C . max ) dA = 0
FX = 0 A
C Y . dA = 0
A
Lentur Murni Pada Balok
MOMEN :

M= ( Y/C .  max ) dA . Y = 
max Y 2 . dA
A A

Y2 . dA = I = MOMEN INERSIA
A

M=(  max /C).I  max =M.C/I

TEGANGAN SERAT ATAS TEGANGAN SERAT BAWAH

max = M . Ya / I  max = M . Yb / I
Lentur Murni Pada Balok
SECARA UMUM :

max = M.Y/I

I/Y = W (Momen Tahanan)

I / Ya = Wa

I / Yb = Wb

I = Y 2 . dA MOMEN INERSIA
A
Momen Inersia
h/2
CONTOH :
Ix = y 2 . dA = Y 2 . b . dy
y A -h/2
h/2
h/2
x = 1
/ 3 . y3
. b = 1
/ 3 . ( 1
/ 8 + 1
/ 8 ) . h 3
.b
-h/2
h/2 = 1/ . 1/ . h3. b = 1/ . b. h3
b 3 4 12

-11/2 11/2
y
1
/2
Ix = 3.y 2 . dy + 2 y 2 . dy
2 -2 -11/2
x 2
1 + 3.y 2 . dy
2
11/2
3
Momen Inersia
CONTOH :
-11/2 11/2 2
= 3 / 3 . y3 + 2 . 1 / 3 . y3 + 3/3 . y3
-2 -11/2 11/2
= (-11/2)3 – (-2)3 + 2/3 . (11/2)3 - 2/3 . (-11/2)3 + 23 - (11/2)3
= 13,75

CARA LAIN :

= 1/12 . 3 . 4 – 1/12 . 1 . 33 = 16 – 2,25 = 13,75

LEBIH SINGKAT
Menghitung Tegangan
Pada Balok
10.000 kg 10 cm
10 cm 30 cm

400 cm
10 cm
30 cm
LUAS :

A = ( 2 . 30 . 10 ) + (10 . 30 ) = 900 cm2


MOMEN INERSIA :

I = 1/12 . 30 . 503 – 2 . 1/12 . 10 . 303 = 267.500 cm4


Menghitung Tegangan
Pada Balok
MOMEN TAHANAN :

Wa = Wb = I/y = 267.500 / 25 = 10.700 cm3

MOMEN YANG BEKERJA (Beban Hidup Diabaikan) :

MMax = ¼ . 10.000 . 400 = 1.000.000 kg-cm.

TEGANGAN MAKSIMUM YANG TERJADI :

 Max = MMax / W = 1.000.000 / 10.700 = 93,46 kg/cm2


Menghitung Tegangan
Pada Balok

1
Max

- yMax
y1 = 20 cm

+
 Max

1 = M / W 1 = 1.000.000 . 20 / 267.500 = 74.77 kg/cm2

W1 = I / y1
Latihan Soal Momen Inersia
30 cm Sb Y
Hitung Momen
1 Inersia Terhadap
10 cm
Sumbu Kuat ( Ix ) dan
Sumbu Lemahnya ( Iy
40 cm
)
Sb X

10 cm

2 10 cm Sb Y
Hitung Momen
8 cm
Inersia Terhadap
20 cm Sumbu Kuat ( Ix ) dan
8 cm Sumbu Lemahnya ( Iy
10 cm )
Sb X
10 10 10
Latihan Soal Lentur Murni
200 cm 80 cm 100 kg/m (Termasuk berat sendiri)
1 2
A B C
400 cm 200 cm
1500 kg

30 cm - Gambar Bidang Momennya


10 cm - Hitung Momen Inersia Penampang
Balok
30 cm
- Hitung Tegangan – tegangan Serat
10 cm tepi pada potongan 1 dan 2 dan
gambar diagram tegangannya
10 cm
8 cm

8 cm

- Hitung Tegangan Maksimum yang


terjadi
Lenturan Tidak Simetris
y
Sb q
x
Sb

qSin 
L

 qCos  Terjadi Momen terhadap sumbu x


q (MX) dan terhadap Sumbu y (MY)
MX = 1/8 . qCos  . L2 MY = 1/8 . qSin  . L2

Momen yang lenturannya Momen yang lenturannya


mengitari Sumbu ‘X’ mengitari Sumbu ‘Y’
Tegangan pada Penampang akibat
Lenturan Tidak Simetris q

y
Sb b/2
b/2 c L
x
d h/2 Sb
MX . h/2 My . b/2
o
a = + +
h/2 Ix Iy
qSin  MX . h/2 My . b/2
b b = + -
Ix Iy
a MX . h/2 My . b/2

c = - -
qCos  Ix Iy
MX . h/2 My . b/2
q d = - +
Ix Iy
MX = 1/8 . qCos  . L2
Ix = 1/12 . b . h3 Iy = 1/12 . h . b3
MY = 1/8 . qSin  . L2
Contoh Soal Tegangan Penampang akibat
Lenturan Tidak Simetris
q L = 300 cm, q = 100 kg/m, P = 200
P
kg, h = 20 cm, b = 10 cm,  = 30o
A B P berjarak 150 cm dari B
L Hitung tegangan yang terjadi di
tengah bentang pada titik a, b, c, d,
y
Sb b/2 e dan f. Dimana titik e berjarak 5
b/2 c cm dari sumbu x dan 3 cm dari
x
d h/2 Sb sumbu y.
f Titik f berjarak 6 cm dari sumbu x
o h/2 dan 4 cm dari sumbu y.
e b
a

Tugas I
1.
Bila W = 8 Ton, = 90o dan luas
penampang kabel baja ABC = 4
D cm2, batang BD masing – masing
50 cm = 6 x 3 cm2, maka hitung
tegangan yang terjadi pada kabel
B B
A ABC dan tegangan maksimum
 batang BD.

C Hitung Penurunan titik B dan


tegangan geser yang terjadi pada
baut As. B. Diameter baut As B =
20 mm.
W W
Diketahui Modulus Elastisitas
Batang BD = 2x106 kg/cm2.
2.
80 cm 2000 kg/m (Termasuk berat sendiri)
200 cm 80 cm
1 2
A B C
400 cm 200 cm
1000 kg 1000 kg

30 cm - Gambar Bidang Momennya


10 cm - Hitung Momen Inersia Penampang
25 cm Balok
- Hitung Tegangan – tegangan Serat
20 cm
tepi pada potongan 1 dan 2 dan
gambar diagram tegangannya
10 cm
8 cm

8 cm

- Hitung Tegangan Maksimum yang


terjadi pada balok ABC.
3.
0 cm
1 cm
8 q P
0 cm
2 m
f 8 c cm
c d A B
10
e L
b
a 1 0
10
 10

L = 300 cm, q = 1000 kg/m, P = 2000 kg,  = 30o, P


berjarak 100 cm dari B.
Hitung tegangan yang terjadi di tengah bentang pada titik
a, b, c, d, e dan f.
Balok Dua Bahan
dx E
 x
x 1

1 dy
a y
h
 a
2
e
1  e

b1 E
e 2

b2
E e 1

DISTRUBUSI DISTRUBUSI
TEGANGAN ELASTIS TEGANGAN DALAM
SATU BAHAN
Balok Dua Bahan

b2.n2 b2
b2/n1

b1 b1.n1
b1/n2

Irisan Padanan dalam Irisan Padanan dalam


Bahan 1 Bahan 2

E1 > E2, n1 = E1 / E2, n2 = E2 / E1


Contoh Soal Balok Dua Bahan
Beton 1000 kg 1 400 cm
a
1 12 cm
b A B
1
Baja

2 36 cm 1200 cm
Bahan 1 = Beton
c Bahan 2 = Baja
12 10 12

E beton = 200.000 kg / cm2 ; E baja = 2.000.000 kg /cm2


Hitung tegangan yang terjadi pada penampang 1 – 1 di serat
‘a’, serat ‘b’ beton, serat ‘b’ baja dan serat ‘c’.
Gambarkan pula diagram tegangannya.
Berat sendiri balok diabaikan
Lentur Murni pada Balok
Non-Elastis
 

 

ELASTIS NON -
ELASTIS

DIAGRAM TEGANGAN - REGANGAN


Lentur Murni pada Balok
Non-Elastis

Distrubusi Distrubusi Distrubusi


Regangan Regangan Regangan
Elastis nonElastis
 Bila pengaruh D aob

a dan cod kecil
c o
b
d

 
Balok Segi-4 yang mengalami Plastis Penuh

C
h
h
/4
h
/4
T

Momen Plastis yang dapat dipikul = C . ½ . h = T . ½ . h


C=T= 
yp ( bh/2)
Momen Plastis Balok Segi - 4 adalah :
Mp = 
yp .
bh
/ 2 . h /2 = .
yp
bh
/4 2
Balok Segi- 4 yang mengalami Plastis Penuh

Secara Umum dapat ditulis :


h
/2
Mp = . y dA = 2 ( ) . y . b . dy
yp

h
/2
0

 yp . y2 . b = . bh
yp /4 2

 0

Bila dihitung dengan Rumus Elastis :
Myp = yp . I / (h/2) = .
yp
1
/12 b h3 / ( h/2 )
yp . b . h2 / 6
=  

Balok Segi-4 yang mengalami Plastis Penuh

Mp / Myp =  . b . h
yp
2
/4  . b . h / 6
yp
2

= 1,5  FACTOR
SHAPE

Penampang yang mengalami Elastis - Plastis

h/2
yo

Leleh Sedikit Leleh Banyak Leleh Total


(Elastis-Plastis) (Elastis-Plastis) (Plastis)
Penampang yang mengalami Elastis - Plastis
Momen Elastis-Plastis yang dapat dipikul dengan kondisi
distribusi tegangan yang mengalami leleh sebagian, adalah :

yo /2
h

M= . y dA = 2 ( ) . y/y yp o . b . y. dy +2 ( 


yp ) . b . y. dy
  y 0
o
h
/2 yo 
= . y3/yo . b + yp . b .
/3
yp
o
y 
2
2
yo

= 2
/3 yp . yo2 . b + 
yp . bh / 4 -
2
yp
. b . yo2
  
=  . bh
yp
2
/ 4 – 1/3 
yp .b.y o
2
= Mp – 1/3 yp . b
. yo2
  
Tegangan Geser - Lentur
q (x)

V V+dV

dx M x
M+dM
S MA = 0 dx
(M + dM) – M – (V + dV) . dx + q . dx . dx/2 =0
M + dM – M – V . dx + dV . dx + ½ . q . dx2 = 0
kecil kecil

dM – V . dx = 0
ATAU dM / dX = V
dM = V . dx
Tegangan Geser - Lentur
Persamaan ini memberikan arti bahwa :
SETIAP ADA PERBEDAAN MOMEN
LENTUR PADA IRISAN YANG
dM / dx = V BERDAMPINGAN, MAKA AKAN
MENIMBULKAN GESERAN

Contoh :

M M
L/3 L/3 L/3
Bid. M Tidak Ada Geseran

Bid. D M M+dM

Ada Geseran
Tegangan Geser - Lentur
Tegangan Geser Akibat Beban Lentur
a h
b e j g

d f
FA FB
R

- MB . Y - MB
FB = dA = Y . dA
Afghj I I A
fghj

- MB . Q
= Q= Y . dA = Afghj . Y
I Afghj
Tegangan Geser - Lentur
Tegangan Geser Akibat Beban Lentur
- MA - MA . Q
FA = Y . dA =
I Aabde I

FB – FA = R Dipikul Alat Penghubung Geser

- MB . Q - MA . Q
= - = dF Sepanjang dx
I I
( MA + dM ) . Q – MA . Q dM . Q
= =
I I
dF/dx = q = Aliran Geser = SHEAR FLOW

q = dM . Q / dx . I = V . Q / I
Tegangan Geser Akibat Beban Lentur
Contoh : 50 . 200 . 25 + 50 . 200 . 150
Yc =
50 . 200 + 50 . 200
= 87,5 cm
200 mm
V = 30.000 kg, kekuatan paku = 7000 kg
50 mm Yc
I = 200 . 503 / 12 + 50 . 200 . 62,52
= 50 . 2003 / 12 + 50 . 200 . 62,52
200 mm
Y1 = 113.500.000 mm4 = 11.350 cm4
Q = 50 . 200 ( 87,5 – 25 ) = 625.000 mm3 = 625 cm3
atau,
50 mm
Q = 50 . 200 . 62,5 = 625.000 mm3 = 625 cm3
Y1 = 250 – Yc - 200 / 2 = 62,5 mm
q = V . Q / I = 30.000 x 625 / 11.350 = 1.651 kg / cm

Jarak paku yang dibutuhkan = 7000 / 1651 = 4,24 cm


Soal : Bila kemampuan paku bagian atas adalah
7000 kg dan paku bagian bawah 5000 kg,
200 mm maka hitunglah jarak paku atas dan bawah
mulai dari ujung A hingga B , agar
50 mm penampang tersusun tersebut kuat memikul
beban q.
50 mm Jarak paku atas dan bawah dibuat 3 macam
200 mm
ukuran jarak.

30 mm

150 mm

100 100 200 100 100


q = 3000 kg/m
A B

600 cm
Diagram Tegangan Geser
Arah Longitudinal :

 = dF / t.dx = ( dM / dx ) . ( A . Y / I . t ) = V . A . Y / I . t
q
= V.Q
=
I.t t

1/8 . V. h2
Contoh :
I
t=b
j h q
dy = V.Q
=
y I.t t
f g y1
V
h = Y . dA
I.t
A
Diagram Tegangan Geser
h
/2 h
/2
= V V Y 2
b . y . dy = x
I.b y1 I 2 y1
V
= ( b/2 ) 2 – y12
2.I

Bila y1 = 0, maka

V . h2
= V
2.I
x
h2
= 1/8
1
/12 . b .h3
4

3.V 3.V
= =
2 . b. h 2.A
Soal :
20 cm P = 1500 kg 1
a 200 cm
5 cm
q = 3000 kg/m
b
c A B
5 cm
20 cm 600 cm
d
3 cm
e
15 cm

Gambar diagram tegangan geser penampang pada tumpuan


A dan pada potongan 1 yang berjarak 100 cm dari titik B.
Tahapan pengerjaan :

1. Menghitung Posisi Garis Netral

20 . 5 . 2,5 + 20 . 5 . 15 + 15 . 3 . 26,5
Yc = = 12,01 cm
20 . 5 + 20 . 5 + 15 . 3 Dari Atas
2. Menghitung Momen Inersia

I = /12 . 20 . 5 + 20 . 5 . 9,51 + /12 . 5 . 20


1 3 2 1 3

+ 20 . 5 . 2,952 + 1/12 . 15 . 33 + 15 . 3 . 14,492


= 208,33 + 9044,01 + 3333,33 + 870,25 +
33,75 + 9448,20
= 22937,88 cm4
3. Menghitung Gaya Geser
Ra = 3000 . 6/2 + 2/3 . 1500 = 10.000 kg
Rb = 3000 . 6 + 1500 - 10.000 kg = 9.500 kg
Va = 10.000 kg ; V1 = - 9.500 + 3000 . 1= - 6.500 kg

Pada Penampang ‘A’ dengan Gaya Geser 10.000 kg


Posisi A y Q q = V.Q / I t  =q/t
a 0 12.01 0 0 20 0
b1 100 9,51 951 414,6 20 20,73
b2 100 9,51 951 414,6 5 82,92
100 9,51
c 1073,85 468,16 5 93,63
35.05 3.505
d1 45 14.49 652.05 284,27 5 56,854
d2 45 14.49 652.05 284,27 15 18,951
e 0 15.99 0 0 15 0
Pada Penampang ‘1’ dengan Gaya Geser 6.500 kg

Posisi A y Q q = V.Q / I t  =q/t


a 0 12.01 0 0 20 0
b1 100 9,51 951 269,49 20 13,474
b2 100 9,51 951 269,49 5 53,89
100 9,51 60,86
c 1073,85 304,30 5
35.05 3.505
d1 45 14.49 652.05 184,774 5 36,955
d2 45 14.49 652.05 184,774 15 12,318
e 0 15.99 0 0 15 0
Gambar Diagram Tegangan Geser :

20 cm
a 0 0
5 cm b 82,92 53,89
20,73 13,474
5 cm c 93,63 60,68
20 cm
d 18,951 12,318
3 cm 56,854 36,955
e 0 0
15 cm
Gaya Geser Gaya Geser
10.000 kg 6.500 kg
Variasi Aliran Geser

Variasi Aliran Geser digunakan untuk menentukan PUSAT


GESER, agar beban vertikal yeng bekerja tidak akan
menimbulkan puntiran pada penampang, bila dikerjakan
pada PUSAT GESER.
Pusat Geser
 F1

P
V=P
h
e

F1

e = F1 . h / P =

½.  .b.t.h
=
b. t. h . V . Q
P 2.P.I.t
.b.t.h V.½.h.b.t b2 . h2 . t
= x =
2.P I.t 4.I
Soal :
F1 F2
P 10 cm Tentukan PUSAT
V=P GESER dari penampang
e 50 cm seperti pada gambar.

10 cm

10 15 30
PERSAMAAN YANG DIGUNAKAN :
e . P + F1 . 60 = F2 . 60
e = ( F2 . 60 – F1 . 60 ) / P

F1 = ½ .  . 17,5 . 10 F2 = ½ .  . 37,5 . 10
Perhitungan :
I = 1/12 . 55 . 703 - 1/12 . 40 . 503 = 1.155.416,67 cm4

 = V.Q
I.t
=
P . 17,5 . 10 . ½ . 60
1.155.416,67 . 10
= 0,00045 . P kg/cm2

 =
V.Q P . 37,5 . 10 . ½ . 60
= = 0,00097 . P kg/cm2
I.t 1.155.416,67 . 10

F1 = ½ . 0,00045 . P . 17,5 . 10 = 0,0394 . P


F2 = ½ . 0,00097 . P . 37,5 . 10 = 0,1820 . P

e= 0,182 . P . 60 - 0,0394 . P . 60 :P = 8,556 cm

Agar batang tidak mengalami puntiran, maka beban P harus diletakkan


sejarak e = 8,556 cm ( lihat Gambar )
TORSI (Puntiran )
Bidang Potongan 30 N-m
30 N-m

10 N-m
10 N-m

20 N-m

MOMEN PUNTIR DALAM sama dengan MOMEN PUNTIR LUAR

Torsi atau Puntiran yang dipelajari pada Mata Kuliah


Mekanika Bahan ini hanya terbatas pada Batang
berpenampang BULAT saja.
TORSI (Puntiran )

Momen Puntir pada ujung


batang
M M

M M

Momen Puntir merata pada


seluruh batang
M(x)
TORSI (Puntiran )
max 
max
 . dA .  = T
max AC
C
Tegangan
C  Luas
Gaya Lengan
Momen Torsi
Atau dapat ditulis :

max  2 . dA = T
C
A

 2. dA = IP = Momen Inersia Polar


A
Contoh Momen Inersia Polar untuk LINGKARAN
C C
 4
 C4 =  d 4
 2. dA = 2 .  3. d  = 2 . =
4 0 2 32
A 0

Puntiran pada LINGKARAN dapat ditentukan


denga rumus :
max . IP
T= MOMEN PUNTIR
C

max =
T.C
TEGANGAN PUNTIR
. IP

Contoh Soal Hal. 72 dan 73, Contoh 3-2 dan 3-3


Contoh 3 - 3
max

dalam

Sebuah tabung diputar dengan momen puntir T = 40 N-m, diameter luar


tabung = 20 mm dan diameter dalam tabung = 16 mm. Hitunglah tegangan
geser puntir di dalam dan di luar tabung.
PENYELESAIAN :
 ( 0,024 – 0,0164 )
IP = = 9,27 . 10-9 m4
32
max =
40 . 0,01 luar =
40 . 0,008
9,27 . 10
-9
9,27 . 10-9
= 43,1 . 106 N/m2 = 34,5 . 106 N/m2
Sudut Puntiran

c o
x
A max B d
dx D

Sudut puntiran didefinisikan sebagai dan dengan


menyatakan besarnya sudut DAB = max, maka :

BD = max . dx max Sebanding dengan  max


BD = d . c max  max
=
max = d . c
G
d
G = Modulus Geser
max = dx . c  max = T . c / IP
Sudut Puntiran
Dengan demikian , maka :

max = T . c / IP . G
d
. c = T . c / IP . G
dx

d
= T / IP . G
dx

d = T . dx / IP . G
B B
 = d = T(x) . dx / IP(x) . G
A A

PELAJARI CONTOH 3 – 6 dan 3 – 7, halaman 78 dan 79


Tegangan Majemuk
Tegangan yang mungkin terjadi pada suatu benda adalah
sebagai berikut :

1. Tegangan Normal yang terjadi akibat Gaya Aksial : (


=P/A)
2. Tegangan Normal akibat Lentur : ( = M . Y / I )
3. Tegangan Geser akibat Gaya Geser : ( = P / A ) atau
( = V . Q / I . t )
4. Tegangan Geser akibat Torsi : ( =T .  / IP )

Ada kalanya suatu benda mengalami tegangan - tegangan tersebut


secara bersama sama. Sehingga untuk mengetahui tegangan total
yang terjadi perlu dilakukan penjumlahan.
Tegangan Majemuk
Tegangan – tegangan yang dapat dijumlahkan adalah tegangan
– tegangan yang sejenis. Tegangan Normal dijumlahkan dengan
Tegangan Normal, sedangkan Tegangan Geser dijumlahkan
dengan Tegangan Geser.

Contoh :
P

F e F
F
L

M1 = ¼ . P . L Penampang di
M2 = F . e tengah
bentang
Tegangan Majemuk
Tegangan total yang terjadi pada potongan tengah bentang di
serat atas dan bawah adalah :

=(-F/A)+(M 1 . Y / I ) + ( M2 . Y / I )
=(-F/A)+(¼.P.L)+(F.e.Y/I)

+ + =
Tegangan Majemuk
Contoh :
Tegangan yang terjadi adalah :
e
P P.e
 =
A
+
W
P P.e
= +
A 1
/6 . b . h2
M=P.e Agar sisi B tidak terangkat, maka
P berapakah jarak e maksimum ??, Bila
A B berat sendiri pondasi diabaikan

P Persamaan yang digunakan :


h
P P.e
b
 =
A
+ =O
/6 . b . h
1 2
Tegangan Majemuk
P P.e
A B  =
A
+ =O
1
/6 . b . h2
P h P P.e
=
A 1
/6 . b . h2
b 1
/6 . b . h2
e =
P A
A
/6 . b . h2
1

P.e =
+ b.h
1
/6 . b . h2
h
=
6
P.e
1
/6 . b . h2
KOLOM
P yo
P P

d zo
d

Momen yang ditimbulkan akibat adanya Eksentrisitas :

M = P . d = P . z o + P . yo
Diagram Tegangan pada Kolom

zo

yo yo

zo
d
Tugas II
1 1 20 cm E-bahan 1 = 200.000 kg / cm2
E-bahan 2 = 100.000 kg / cm2
2 50 cm
E-bahan 3 = 2.000.000 kg / cm2
3 10 cm
P = 1500 kg 1
200 cm q = 3000 kg/m
10 cm
10 cm
20 cm

A B
600 cm
Hitung tegangan maksimum yang terjadi pada masing – masing bahan
di potongan ‘1’ dari balok A – B.
Potongan ‘1’ berjarak 100 cm dari titik B.
2
20 cm P = 1500 kg 1
a 200 cm
5 cm
q = 3000 kg/m
10 cm b
5 cm c A B
5 cm
d
600 cm
20 cm

e
3 cm
f
15 cm

Gambar diagram tegangan geser penampang pada tumpuan


A dan pada potongan ‘1’ yang berjarak 200 cm dari titik B.
3 1 P q

F e h
F
F
A B b
L

Diketahui : L = 20 m, b = 50 cm, h = 100 cm, P = 50 ton, F = 100 ton, e = 30


cm dari garis netral, q = 5 ton / m.
Potongan ‘1’ berjarak 5 m dari titik A.

Hitung Tegangan gabungan di serat atas dan bawah dari penampang pada
potongan ‘1’ dan di tengan bentang.
4 P
Bila P = 5000 kg, h = 120 cm, b= 150 cm
dan e = 40 cm, maka hitunglah tegangan
yang terjadi di titik E dan F.
Berat sendiri pondasi diabaikan.
Tentukan ‘e’ agar tegangan di titik F = 0
e
C D

O
E F h
P

A B
b
5 20 cm

Tentukan dan
Gambarkan batas
70 cm
– batas KERN -
nya

20 cm

10 20 40

Tugas II ini dikumpulkan pada saat Ujian Tengah Semester


KERN / GALIH / INTI
y

ka N
ya

x O
yb
kb N

Posisi Beban di atas titik O

 max =  a =  n +  ma  min =  b =  n +  mb

= + N / A + N . c a . y a / Ix = + N / A - N . ca . yb /Ix
ya / Ix = Wa yb / Ix = Wb
ca = Jarak ka ke titik O cb = Jarak kb ke titik O
KERN / GALIH / INTI
Posisi Beban di bawah titik O
 max =  b =  n + 
mb  min =  a = n + ma

= + N / A + N . cb . yb / Ix = + N / A - N . cb . ya / Ix

Kejadian khusus, bila min= O, sehingga perumusannya


menjadi :
Posisi Beban di atas titik O
 min =  b =  n + 
mb

= + N / A - N . c a . yb / I x = O C a = Wb / A
= + N / A - N . c a / Wb =O Ca = ka
= ( Wb / A – ca ) . N / Wb = O Kern Atas
KERN / GALIH / INTI
Posisi Beban di bawah titik O
 min = a =  n +  ma

= + N / A - N . cb . ya / Ix = O Cb = Wa / A
= + N / A - N . c b / Wa =O Cb = kb
= ( Wa / A – cb ) . N / Wa = O Kern bawah

Dalam bentuk lain :

Ix 2
Ix
ix = i = x ka = ix 2/ yb
A A
Wa = Ix / ya
Ix
A= kb = ix / ya
2

ix2 Wb = Ix / yb
KERN / GALIH / INTI
Macam – macam bentuk KERN :

Dibatasi 4 Titik

Dibatasi 6 Titik

Dibatasi 4 Titik

Dibatasi Titik
tak Berhingga
KERN / GALIH / INTI
Menetukan Momen Inersia terhadap sumbu miring :

Y
x df x = x Cos  + y Sin 
Y  X
y y = y Cos  - x Sin 
x
Ix = y2 df


X

Ix = y 2 Cos 2 + x 2Sin2 - 2xy Sin  Cos  df

= Ix Cos 2 + Iy Sin2 - 2 Sxy Sin  Cos 


KERN / GALIH / INTI
Menetukan Momen Inersia terhadap sumbu miring :

Iy = x2 df

= x 2 Cos 2 + y 2Sin2 + 2xy Sin  Cos  df

= Ix Sin2 + Iy Cos 2 + 2 Sxy Sin  Cos 


KERN / GALIH / INTI
Contoh Menentukan batas – batas KERN :
y Menentukan posisi garis netral :
2 cm
2.20.1 + 8.2.6.2
x= = 3,2 cm
2.20 + 8.2.2
16
x A = 2.20 + 8.2.2 = 72 cm

2 Ix = 1
/12.2.203 + 1/12.8.23.2
2 + 8.2.92.2 = 3936 cm4
10 3936
Wax = = 393,6 cm3
10
3,2
3936
Wbx = = 393,6 cm3
10
KERN / GALIH /
INTI
Contoh Menentukan batas – batas KERN :

Ix = 1
/12.20.23 + 1/12.2.83.2
+ 20.2.(2,2)2 + 2.2.8.(2,8)2 = 628,48 cm4
628,48
Wkr y = = 196,4 cm3
3,2
628,48
Wkn y = = 92,42 cm3
6,8
Wbx 393,6 Wkn y 92,42
Ka x = = Kkr y = =
A 72 A 72
= 5,46 cm = 1,28 cm
Wax 393,6 Wkr y 196,4
Kb x = = Kkny = =
A 72 A 72
= 5,46 cm = 2,72 cm
KERN / GALIH / INTI
Gambar batas – batas KERN :

1,28 cm 2,72 cm
y
2 cm

16 5,46 cm
x
5,46 cm
2
2
10
3,2
SELESAI
6.1. TEGANGAN
A. PERSAMAAN TRANSFORMASI TEGANGAN BIDANG

                                                                                                          
- Tegangan tarik normal adalah positif (+)
- Tegangan tekan adalah negatif (-)

Menggunakan persamaan keseimbangan statika :


                                                
Dengan mengubah orientasi sebuah elemen, seperti ditentukan oleh
sudut untuk elemen, maka dapat digambarkan status  tegangan
pada suatu  titik dengan jumlah  cara yang tidak terhingga
banyaknya,  yang kesemuanya setara
                                                                                                 
Dalam hal ini, hukum transformasi tegangan pada suatu titik akan
dikembangkan,  yaitu persamaan-persamaan yang akan diturunkan
untuk mentransformasi tegangan yang setara yang bekerja pada
bidang yang melalui titik tertentu. Bidang-bidang dimana  Tegangan-
tegangan  mencapai intensitas  maksimum akan  ditentukan.
Dengan cara yang sama, tegangan geser adalah:
                                               

Catatan :
Persamaan  1 dan  2 adalah  pernyataan  umum untuk  tegangan  
normal dan  tegangan geser pada bidang dengan sudut  

  x,   y dan  xy adalah tegangan yang diketahui.


Contoh Soal

                                     

Jawab
                                                                          
                               

                                                                            
B. TEGANGAN UTAMA
• Tegangan utama ialah tegangan normal maksimum dan minimum
yang bekerja pada bidang utama.

• Pada bidang utama,  dimana bekerja tegangan  normal maksimum


dan minimum, tidak akan terdapat tegangan geser.

• Untuk mendapatkan letak bidang utama maka digunakan


persamaan :
                     
 mempunyai 2 harga yang berbeda 180o
                                                                
Harga cos2   dan sin2   dimasukkan dalam persamaan
transformasi tegangan diperoleh :
                                                         

C. TEGANGAN GESER MAKSIMUM DAN MINIMUM

Tegangan geser maksimum dan minimum dapat


diketahui letaknya dengan menurunkan rumus tegangan
geser terhadap sudut dan disamakan dengan nol.
• dengan cara yang sama seperti mencari tegangan utama, maka
tegangan geser adalah :
                            

• Pada tegangan utama tegangan gesernya sama dengan nol.

• Tapi pada tegangan geser maksimum tegangan normalnya tidak


sama dengan nol.

• Bila harga sinus dan cosinus untuk tegangan geser dimasukkan ke


persamaan transformasi, didapat
    tegangan normal
   
            
Jadi tegangan geser maksimum selalu bekerja bersama-sama
dengan tegangan normal kecuali bila  x dan  y sama dengan nol.
 
• Bila  x dan  y adalah merupakan tegangan utama, maka  xy = 0 ,

dan tegangan geser maksimumnya : 
                    
D. LINGKARAN TEGANGAN MOHR

Untuk menghitung tegangan yang bekerja pada suatu


bidang dari sebuah elemen, disamping dengan
menggunakan persamaan transformasi, juga bisa
menggunakan "Lingkaran MOHR". Persamaan
transformasi 1 dan 2 dapat dituliskan kembali sebagai
berikut :

Anda mungkin juga menyukai