ASPEK HUKUM
Informasi dan penjelasan tentang tujuan dan prospek keberhasilan tindakan medik yang akan
dilakukan (purpose of medical procedures). b. lnformasi dan penjelasan tentang tata cara tindakan
medis yang akan dilakukan (contemplated medical prosedures).
Informasi dan penjelasan tentang tentang risiko (risk inherent in such medical prosedures) dan
komplikasi yang mungkin terjadi.
Informasi dan penjelasan tentang alternatif tindakan medis lain yang tersedia dan serta risikonya
masing-masing (alternative medical prosedure and risk),
Informasi dan penjelasan tentang prognosis penyakit apabila tindakan medis tersebut dilakukan
(prognosis with and without medical procedure).
Diagnosis.
KEWAJIBAN MEMBERIKAN 1NFORMASI DAN PENJELASAN.
Bab II butir 5 Pedoman tersebut menyebutkan bahwa :
Dokter yang akan melakukan tindakan medik mempunyai tanggung jawab utama memberikan informasi dan
penjelasan yang diperlukan. Apabila berhalangan, informasi dan penjelasan yang harus diberikan dapat
diwakilkan kepada dokter lain dengan_ sepengetahuan dokter yang bersangkutan.
Pasal 6 PERMENKES TENTANG PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIK menyebutkan:
( 1 ) Dalam hal tindakan bedah (operasi) atau tindakan invasif lainnya, informasi harus diberikan oleh
dokter yang akan melakukan operasi itu sendiri
(2)
Datam keadaan tertentu dimana tidak ada dokter sebagaimana dimaksud ayat informasi harus
diberikan oleh dokter lain dengan sepengetahuan atau petunjuk dokter yang bertanggung jawab.
(3)
Dalam hal tindakan yang bukan bedah (operasi) dan tindakan yang tidak invasif lainnya,
informasi dapat diberikan oleh dokter lain atau perawat dengan sepengetahuan atau petunjuk dokter yang
bertanggung jawab.
CARA MEMBERIKAN INFORMASI.
Bab II butir 6 Pedoman Persetujuan Tindakan Medik menyebutkan : Informasi dan penjelasan disampaikan
secara lisan. Informasi dan penjelasan secara tulisan dilakukan hanya sebagai pelengkap penjelasan yang
telah disampaikan secara lisan.
Pada pasal 4 dan 5 PERMENKES TENTANG PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIK disebutkan bahwa :
Pasal 4.
(1)Informasi tentang tindakan medik harus diberikan kepada pasien, baik diminta maupun tidak diminta.
(2) Dokter harus memberikan informasi seiengkap-tengkapnya, kecuali biIa dokter menilai bahwa informasi
tersebut dapat merugikan kesehatan pasien atau pasien menolak diberi informasi.
(3) Dalam hal
sebagaimana dimaksud
ayat
(2)
dokter dengan persetujuan pasien
dapat memberikan informasi kepada keluarga terdekat dengan didampingi oleh perawat sebagai saksi.
Pasal 5.
(1) Informasi yang diberikan mencakup keuntungan dan kerugian dari tindakan medik yang akan dilakukan,
balk diagnostik maupun terapeutik.
(2) Informasi diberikan secara lisan_
(3) Informasi harus diberikan secara jujur dan benar kecuali bila dokter menilai bahwa hal itu dapat
merugikan kepentingan kesehatan pasien.
(4) Dalam hal-hal sebagaimana dimaksud ayat (3) dokter dengan persetujuan pasien dapat memberikan
informasi tersebut kepada keluarga terdekat pasien.
CATATAN
Istilah kedokteran tidak boleh dipakai dalam memberikan informasi dan penjelasan karena mungkin tidak
dimengerti oleh orang awam agar supaya tidak terjadi salah pengertian sehingga mengakibatkan masalah
yang serius.
Informasi harus diberikan sesuai dengan tingkat pendidikan, kondisi dan situasi pasien.
PIHAK YANG BERHAK MENYATAKAN PERSETUJUAN.
Dalam Pedoman Persetujuan Tindakan medik hal ini diatur dalam pasal 7. yaitu :
a. Pasien sendiri, yaitu apabila pasien telah berumur 21 tahun atau telah menikah.
b. Bagi pasien dibawah umur 21 tahun, Persetujuan (informed consent) atau Penolakan Tindakan Medik
diberikan oleh mereka menurut hak sebagai berikut:
(1) Ayah / ibu kandung.
(2) Saudara-saudara kandung.
c. Bagi yang dibawah umur 21 tahun dan tidak mempunyai orang tua atau orang tuanya berhalangan hadir,
Persetujuan (informed consent) atau Penolakan Tindakan Medis diberikan oleh mereka menurut urutan hak
sebagai berikut :
(l)
Ayah/ibu adopsi.
(2) Saudara-saudara kandung.
SANKSI HUKUM.
Sarana kesehatan dan tenaga kesehatan yang tidak melaksanakan ketentuan yang telah ditetapkan
berdasarkan peraturan-peraturan tersebut diatas dapat dijatuhi sanksi hukum maupun sanksi administratif
apabila pasien dirugikan oleh kelalaian tersebut.
SANKSI PIDANA.
Seorang tenaga kesehatan yang melakukan tindakan medik terhadap pasien tanpa persetujuan dia atau
keluarganya, dapat dianggap melakukan penganiayaan yang sanksinya diatur dalam pasat 351 KUHP. Yang
berbunyi :
1. Penganiayaan dihukum dengan hukuman penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau denda
paling banyak empat ribu lima ratus rupiah
2. Jika penganiayaan itu berakibat luka berat, yang bersalah dipidana dengan pidana penjara paling
lama lima tahun
3. Jika perbuatan itu berakibat matinya orang, maka yang bersalah dipidana dengan pidana penjara
paling lama tujuh tahun
4. Dengan penganiayaan disamakan merusak kesehatan orang dengan sengaja
5 Percobaan melakukan kejahatan itu tidak dipidana.
KEWAJIBAN MENGGANTI KERUGIAN.
1. Kewajiban Tenaga Kesehatan untuk mengganti kerugian.
- Pasal 55 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan menyebutkan
1. Setiap orang berhak atas ganti rugi akibat kesalahan atau kelalaian yang dilakukan tenaga
kesehatan.
2. Gant rugi
sebagaimana dimaksud
dalam ayat
(1)
dilaksanakan
sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
PENJELASAN ayat (1).
Pemberian hak atas ganti rugi merupakan suatu upaya untuk memberikan perlindungan bagi setiap orang
atas suatu akibat yang timbul, baik fisik maupun nonfisik karena kesalahan atau kelalaian tenaga
kesehatan.
Perlindungan ini sangat penting karena akibat kelalaian atau kesalahan itu mungkin dapat menyebabkan
kematian atau menimbulkan cacat permanen.
Yang dimaksud dengan kerugian fisik adalah hilangnya atau tidak berfungsinya seluruh atau sebagian
organ tubuh, sedangkan kerugian nonfisik berkaitan dengan martabat seseorang.
- Pasal 1366 KUHP Perdata berbunyi :
Setiap orang bertanggung jawab tidak saja atas kerugian yang disebabkan karena perbuatannya, tetapi
juga atas kerugian yang disebabkan karena kelalaiannya atau kurang hatihatinya.
CATATAN
Gugatan terhadap dokter secara pribadi dapat dilakukan apabila : Dokter tersebut melakukan kelalaian di
tempat praktek pribadi atau sebagai dokter tamu di sebuah rumah sakit yang tidak menggaji dia.
2. Kewajiban Sarana Kesehatan.
Apabila pasien dirugikan oleh tenaga kesehatan yang bekerja di sebua}: sarana kesehatan misalnya
sebuah rumah sakit, yang digugat untuk mengganti rugi adalah rumah sakit tersebut, berdasarkan azas
respondeat superior dan Azas tanggung renteng yang diatur dalam pasal 1367 KUHP Perdata.
Sedangkan tenaga kesehatan yang kurang hat]-hati tersebut dapat dijatuhi sanksi administratif.
SANKSI ADMINISTRATIF BAGI DOKTER.
Pasal 13 PERMENKES Tentang INFORMED CONSENT, mengatur tentang Sanksi Administratif yang
berbunyi :
Terhadap dokter yang melakukan tindakan medik tanpa persetujuan pasien atau keluarganya, dapat
dikenakan sanksi administratif berupa pencabutan ijin praktek.
HAL DIMANA PERSETUJUAN MED1K TIDAK DIPERLUKAN.
Meskipun persetujuan dari pasien mutlak diperlukan sebelum dilakukan dan ada sanksinya bila
melakukan tindakan medik tanpa seijin pasien, ada tiga hal dimana persetujuan medik tidak sama sekali tidak
diperlukan. Hal ini diatur dalam 7, pasal 11 dan pasal 14 PERMENKES Tentang Informed Consent.
Pasal 7.
(1) Informasi juga harus diberikan jika ada kemungkinan perluasan operasi.
(2) Perluasan operasi yang tidak diduga sebelumnya, dapat dilakukan untuk menyelamatkan jiwa
pasien.
(3) Setelah
perluasan
operasi sebagaimana dimaksud
harus memberikan informasi kepada pasien atau keluarganya.
ayat
Pasal 11.
Dalam hal pasien tidak sadat/pingsan serta tidak didampingi oleh keluarga terdekat dan secara medik
berada dalam keadaan gawat dan atau darurat yang memerlukan tindakan medik segera untuk
kepentingannya, tidak diperlukan persetujuan dari siapapun.
Pasal 14.
Dalam hal tindakan medik yang harus dilaksanakan sesuai dengan program pemerintah dimana
tindakan medik tersebut untuk kepentingan masyarakat banyak, maka persetujuan tindakan medik tidak
diperlukan.
CATATAN.
Meskipun pasien atau keluarganya telah menyetujui tindakan medik yang akan dilakukan terhadap dirinya
atau keluarganya, apabila terjadi kematian, luka berat atau sakit untuk sementara akibat kelalaian tenaga
kesehatan, tenaga kesehatan tetap dapat dituntut atau digugat karena kelalaian tersebut.