Setiap zaman dalam kehidupan manusia memiliki masalahnya sendiri. Masalahmasalah itu dapat terjadi dalam seluruh bidang kehidupannya. Semua masalah ini
merupakan alat yang efektif di tangan TUHAN untuk membentuk setiap orang
menjadi seperti yang Dia inginkan bagi orang tersebut. Dalam proses
pembentukan itu, TUHAN kerap kali mempergunakan perkara-perkara yang tidak
menyenangkan. Karena dalam setiap perkara tersebut, sebenarnya TUHAN
sedang mengajarkan nilai-nilai kebenaran yang penting. Setiap pelajaran tersebut
berguna untuk memperlengkapi calon pemimpin tersebut di masa depan. Peter M.
Senge mengemukakan Pembelajaran yang paling kuat berasal dari pengalaman
langsung.
Yusuf salah satu tokoh pemimpin yang dipersiapkan TUHAN. Dalam proses
persiapannya, TUHAN mengajarnya di tiga lingkungan yang berbeda satu dengan
lainnya. Pertama Yusuf belajar di tengah-tengah keluarganya, kedua ia belajar di
lingkungan rumah Potifar, dan ketiga ia belajar di dalam penjara. Nilai-nilai apa
saja yang dipelajari oleh Yusuf di ketiga tempat tersebut:
A. Yusuf Di Bawah Asuhan Yakub.
Keluarga merupakan lembaga pertama yang dibuat oleh TUHAN. Keluarga
tersebut terdiri dari Adam dan Hawa. Tuhan menempatkan mereka di muka bumi
ini untuk menggenapi tujuan-Nya, yaitu untuk beranak cucu dan untuk
mengusahakan bumi (Kej 1: 27-28). Oleh karena itu, TUHAN
membentuk keluarga itu pertama-tama terdiri dari Ayah, Ibu, dan kemudian
TUHAN membuatnya beregenerasi sehingga ada anak-anak di dalamnya. Dalam
kehidupan keluarga orang yang takut akan Allah, anak merupakan berkat Tuhan
yang harus di rawat, dipelihara, dan dicukupi segala kebutuhannya.
Yusuf tokoh utama dalam makalah ini pertama-tama lahir, di besarkan, dan belajar
tentang nilai-nilai penting untuk kehidupannya di masa yang akan datang dimulai
dari keluarganya. Nama ayahnya adalah Yakub. Yakub ayahnya beristerikan dua
orang, yaitu Lea dan Rahel. Sebelum kelahirannya, telah lahir sepuluh orang anak
dalam keluarga ayahnya. Jadi Yusuf adalah anak kesebelas dari dua belas saudara
laki-laki dan seorang saudara perempuan. Ia lahir sebagai satu jawaban atas
pergumulan hebat dari ibunya di hadapan TUHAN dan manusia (Kej 30 : 1 24).
Pelajaran apa saja yang dipelajari oleh Yusuf selama ia berada di antara
keluarganya?
1. Kasih dan Penghargaan
Alkitab tidak menjelaskan berapa lama Rahel ibunya hidup untuk mengajarkan
nilai-nilai kehidupan kepada Yusuf. Namun menurut catatan Alkitab, Yusuf lahir
dari seorang ibu yang sangat dikasihi oleh Yakub ayahnya. Setelah ibunya
meninggal dunia, ia di asuh oleh ayahnya dengan penuh kasih. Penulis kitab
Kejadian mencatat, ayahnya Yakub sangat mengasihinya melebihi saudarasaudaranya yang lain. Kata mengasihi dalam nats ini, dalam bahasa aslinya
disebut sebagai akhab yaitu satu bentuk ungkapan kasih sayang seorang ayah
kepada anaknya. (bnd. Kej 37: 3-4).
Kasih sayang Yakub terhadap Yusuf adalah kasih yang bersadar karena alasan
terntentu, pertama-tama karena ia adalah anak yang terlahir baginya dari Rahel di
masa tuanya, dan ke dua karena Yusuf seorang yang berperilaku lebih baik di
bandingkan dengan saudara-saudaranya. Kasih Yakub kepada Yusuf terwujud
nyata dalam bentuk kasih yang disertai dengan penerimaan dan penghargaan.
Penerimaan yang diberikan Yakub terhadap Yusuf terlihat dalam tindakannya
untuk menerima segala keberadaan Yusuf sebagai seorang manusia yang utuh.
Sekali pun Yusuf memiliki keterbasan, Yakub ayahnya tetap mengasihinya.
Penghargaan yang berwujud nyata dalam bentuk pemberian itu sangat penting
dalam kehidupan setiap anak. Yusuf sebagai anak yang telah bertindak benar,
hidup jujur, dan tidak ikut dalam perbuatan jahat saudara-saudaranya menerima
penghargaan dari Yakub berupa hadiah jubah maha Indah.
Sebagai seorang anak manusia, Yusuf tidak jauh berbeda dengan anak manusia
lainnya di muka bumi ini. Ia pun kadang kala ingin di sanjung. Alkitab
menyatakan kepada pembacanya bahwa Yusuf suka memamerkan jubah maha
indah pemberian ayahnya itu kepada saudara-saudaranya.
Kasih dan penghargaan yang diterimanya dari Yakub memberikan dampak bagi
dirinya. Kasih dan penghargaan mengubah Yusuf menjadi seorang yang penuh
kasih di masa depan. Sekali pun ia mengalami tindakan-tindakan yang tidak layak
dari banyak orang, ia tetap dapat menunjukkan kasih kepada mereka.
2. Tanggung Jawab Terhadap Tugas-tugasnya
Alkitab menyatakan bahwa Yusuf adalah anak yang dikasihi oleh Yakub
melebihi anak-anaknya yang lain. Perlakuan khusus ayahnya kepada dirinya tidak
membuat Yusuf menjadi seorang yang manja, dan pemalas. Yusuf tidak memilihmilih pekerjaan. Apa pun tugas yang dibebankan oleh Yakub kepadanya, ia siap
untuk melaksanakannya. Penulis kitab Kejadian mencatatkan; ketika Yusuf
berusia tujuh belas tahun, ia suka untuk mengembalakan domba-domba ayahnya
bersama dengan saudara-saudaranya (Kej 37:2).
Yusuf terlatih menjadi seorang yang bertanggung jawab atas tugas yang
diterimanya. Ia tidak pernah menyerah sekali pun ia mengetahui akan adanya
rintangan besar di depannya. Penulis kitab Kejadian menuliskan; suatu waktu
pergilah saudara-saudaranya mengembalakan kambing domba ayah mereka ke
Sikhem. Kemudian Yakub menyuruhnya pergi mencari tahu tentang keadaan
saudara-saudaranya itu. Menurut catatan Alkitab, Yakub menyuruhnya untuk
sebagai bagian dari wujud rasa tanggung jawabnya untuk melakukan tugas yang
dipercayakannya kepada dirinya.
3. Optimisme dan sifat pantang menyerah.
Dari kisah pencarian Yusuf atas saudara-saudaranya ini tersirat satu proses
pembelajaran untuk tetap optimis menjalani hidup. Sekali pun berat tantangan dan
rintangan yang harus di lalui, ia tetap optimis. Optimisme adalah satu modal untuk
dapat bertahan hidup. Optimisme adalah satu tekat yang lahir dari dalam diri
setiap orang. Dengan sifat optimis setiap orang dapat menaruh harapan baik untuk
mengakhiri satu pertandingan dengan optimal.
Optimisme merupakan lawan kata dari pesimisme. Orang yang optimis memiliki
sudut pandang yang berbeda dengan orang yang pesimis. Orang yang pesimis
senantiasa melihat segala sesuatu dari sudut pandang positif. Artinya bahwa ia
seantiasa melihat peluang-peluang yang masih ada di balik setiap masalah. Orang
yang optimis ini cenderung dapat di andalkan menjadi seorang pemimpin di masa
depan. Berbeda dengan orang pesimis. Orang pesimis biasanya memandang
masalah sebagai sesuatu yang harus dihindari, dan ia cenderung mudah menyerah
apabila diperhadapkan dengan masalah.
4. Disiplin.
Disiplin adalah satu bagian dari pembelajaran. Disiplin berasal dari bahasa
Inggris, yaitu kata disciple yang artinya menjadi murid. Selama Yusuf berada di
dalam asuhan Yakub ayahnya, ia juga menerima teguran sebagai bentuk dari
pendisiplinan yang ditetapkan ayahnya baginya. Alkitab mencatatkan, ketika ia
menceritakan mimpinya dengan bersemangat di hadapan Ayah dan ibunya, serta
saudara-saudaranya, ia ditegor oleh Yakub.
Dalam peristiwa ini seolah-olah tidak ada yang salah. Karena Yusuf sendiri
sebenarnya tidak sengaja untuk mengatakan itu untuk meninggikan dirinya, ini
adalah wujud kepolosannya. Namun, dari hasil perenungan penulis terhadap kisah
ini, penulis menemukan bahwa Yakub ingin agar Yusuf berhati-hati dalam
menyampaikan berita yang diketahuinya. Sekali pun berita itu benar merupakan
satu pernyataan Ilahi ke depan, namun sikap hormat harus tetap menyertai
penyampaian itu.
5. Pengenalan akan TUHAN, dan bagaimana mengaktualisasikannya dalam
kehidupan praktis.
Alkitab mencatat bahwa Ayah Yusuf adalah seorang yang memiliki pengenalan
yang baik akan TUHAN Allahnya. Hal ini tersirat dalam catatan-catatan berikut
ini:
1. Kejadian 32: 1-2; 22-30. Dalam peristiwa ini diceritakan bahwa Yakub
ayahnya bertemu dengan malaikat. Pertemuan pertama yang dikisahkan
dalam ayat 1 dan 2 tidak di catat bahwa Yakub ayahnya menahan malaikat
tersebut dan juga tidak menyuruh malaikat itu untuk memberkatinya,
karena Yakub ayahnya mengenali mereka sebagai malaikat sungguhan.
Namun berbeda dengan kisah pertemuannya dengan malaikat di ayat 2230, kali ini ia tidak memngijinkan malaikat itu pergi meninggalkannya
sebelum malaikat tersebut memberikan berkat ke atasnya. Hal ini
disebabkan karena Yakub ayahnya mengenal malaikat itu sebagai Allah
yang menyamar sebagai malaikat (theofani).
2. Yakub suka memberikan persembahan kepada TUHAN Allah Israel (Kej
33:18-20; 35: 1)
3. Yakub taat kepada TUHAN Allah (Kej 35:1-15).
Di sini penulis kitab ini dengan jelas mencatatkan : Allah berfirman kepada
Yakub: Bersiaplah, pergilah ke Betel, dan buatlah di situ mezbah bagi Allah,
yang menampakkan diri kepadamu, ketika engkau lari dari Esau, kakakmu (Kej
35:1).
Satu pelajaran yang menarik adalah nats ini menjelaskan bahwa Yakub tidak pergi
sendiri, tetapi ia dan semua keluarganya (termasuk Yusuf) turut serta beribadah
dengan mempersembahkan korban kepada TUHAN Allah (Kej 35: 2). Sebagai
wujud ketaatan itu, Yakub menekankan kepada semua anggota keluarganya agar
mereka hanya menyembah kepada Allah, dan tidak kepada dewa-dewa asing.
6. Hidup Jujur dan tidak takut memperkatakan kebenaran, serta melindungi
yang lemah.
Pada pasal yang ke 37 : 2 penulis kitab ini menceritakan sikap Yusuf ketika
melihat kejahatan saudara-saudaranya. Yusuf tidak menutup-nutupi kejahatan
saudara-saudaranya itu. Pada waktu ia dan saudara-saudaranya itu pulang dari
menggembalakan kambing domba ayah mereka, ia menyampaikan kepada ayah
mereka perihal kejahatan yang telah dilakukan saudara-saudaranya itu.
Dalam nats aslinya, perbuatan jahat dari saudara-saudaranya itu adalah raah
yaitu satu bentuk perbuatan jahat yang bersifat alamiah, dan juga bersifat moral.
Menurut penulis, kemungkinan saudara-saudara Yusuf tersebut melakukan
kejahatan-kejahatan berikut ini : mencuri milik orang lain, merusak milik orang
lain, dan sebagainya. Dalam perbuatan jahat saudara-saudaranya itu, ada
kemungkinan bahwa Yusuf pun diajak oleh saudara-saudaranya untuk ikut
melakukannya. Melihat Yusuf tidak juga menuruti ajakan mereka, ada
kemungkinan mereka menyakiti Yusuf juga.
Sifat jujur dan keterus terangan Yusuf dipertegas oleh catatan kitab ini di nats-nats
berikutnya, khususnya ketika ia hendak menceritakan mimpi-mimpinya.
Berdasarkan catatan-catatan tersebut, jelaslah bahwa Yusuf tidak kompromi atas
kejahatan saudara-saudaranya itu. Akibat dari tindakannya ini, Yakub ayahnya
Diperlakukan
tuannya
sesuka
Perpindahan ke Tanah Mesir ini dilatar belakangi oleh kebencian dari saudarasaudaranya. Kebencian itu semakin hari menguasai hati dan pikiran saudarasaudaranya. Akibatnya, ketika Yusuf menemui mereka di padang rumput Dotan,
mereka bersepakat untuk membunuhnya. Dan di dalam peristiwa itu, Allah
menyelamatkan Yusuf dari rencana jahat saudara-saudaranya dengan memakai
kakaknya Ruben. Pada akhirnya Yusuf dijual sebagai budak kepada kafilah
Midian (Kej 37:25-28). Melalui kafilah inilah Potifar membeli Yusuf dan
mempekerjakannya sebagai budak di rumahnya (Kej 39).
hati
Di rumah ini, Yusuf bekerja sebagaimana layaknya seorang budak. Yusuf disertai
Tuhan sehingga segala sesuatu yang dikerjakannya berhasil. Potifar tuannya itu
melihat bahwa keberhasilan Yusuf adalah sebagai dampak penyertaan TUHAN
Allah yang Yusuf sembah (Kej 39:2). Karena itu Potifar sangat mengasihi dia,
sehingga ia diperkenankan melayani tuannya itu. Kepercayaan Potifar semakin
bertambah-tambah atasnya, dan menyerahkan segala miliknya pada kekuasaan
Yusuf.
Apakah Yusuf menjadi seorang yang besar kepala? Berdasarkan fakta-fakta yang
dicatat dalam Alkitab, Yusuf tidak berubah. Yusuf tetap hidup dalam takut akan
TUHAN. Yusuf senantiasa bergantung sepenuhnya kepada TUHAN. Hasilnya,
TUHAN memberkati segala milik Potifar.
4. Belajar untuk bekerja pada batas-batas tanggung jawabnya.
Ada pepatah yang berbunyi demikian: Semakin tinggi satu pohon, semakin besar
angin yang menggoncangnya. Ciputra mengemukakan semakin tinggi bagunan,
perlu pondasi yang makin dalam. Pada awal kehidupan Yusuf di rumah Potifar, ia
hanyalah budah biasa. Namun seiring dengan perjalanan waktu ia mengalami
peningkatan dari seorang budak biasa menjadi seorang kepercayaan dan tinggal di
rumah Potifar. Hari demi hari di menjalankan tugas tanggung jawabnya dengan
baik. Ketenangan bekerja sebagai orang kepercayaan di rumah tuannya mulai
berubah. Isteri tuannya yang melihat parasnya yang manis dan elok jatuh hati
kepadanya. Isteri tuannya itu menggodanya, serta memintanya untuk tidur
bersama serta bersetubuh.
Menanggapi ajakan isteri tuannya itu, Yusuf mengatakan: Dengan bantuanku
tuanku itu tidak lagi mengatur apa yang ada di rumah ini dan ia telah
menyerahkan segala miliknya pada kekuasaanku, bahkan di rumah ini ia tidak
lebih besar kuasanya dari padaku, dan tiada yang tidak diserahkannya kepadaku
selain dari pada engkau, sebab engkau isterinya Yusuf tahu artinya bekerja pada
batas-batas tanggung jawabnya.
4. Belajar untuk tetap hidup dalam takut akan Allah.
Pada waktu isteri tuannya menggoda Yusuf berkali-kali, Alkitab mencatat
tanggapan Yusuf terhadap godaan yang dilancarkan oleh isteri tuannya itu. Tuhan
Allah mengijinkannya masuk dalam situasi yang memaksanya untuk membuat
satu pilihan. Yusuf memilih untuk tidak megurus hal-hal yang diluar kendalinya
(Kej 39: 8-9a). Ia tidak mempergunakan kesempatan yang ada untuk
kepentingannya sendiri sekali pun ia dapat saja memanfaatkan kesempatan yang
ada itu. Alkitab menegaskan bahwa isteri tuannya mengodanya hari demi hari.
Dan penegasan Alkitab tentang kemungkinan bagi Yusuf untuk mengikuti
keinginan isteri tuannya besar peluangnya (Kej 39: 11). Ia lebih memilih untuk
mengaktualisasikan nilai-nilai kebenaran tentang takut akan TUHAN dalam satu
sikap yang teguh untuk menghormati TUHAN (Kej 39:11-20). Yusuf lebih
yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang
besar.
Yusuf orang yang bertanggungjawab dalam setiap tugas yang dipercayakan
kepadanya, mulai dari perkara kecil sampai dipercayakan perkara-perkara atau
tanggungjawab yang besar, dia berhasil dengan sepenuh hati mengerjakan
semuanya. Dia adalah seorang yang rendah hati dan punya hati mengasihi,
meskipun punya kesuksesan yang luarbiasa. Dia juga orang yang tidak
menyalahkan Tuhan atau mengeluh dan bersungut-sungut untuk hal-hal buruk
yang menimpa hidupnya. Dia adalah sang Visioner yang melangkah bersamasama Tuhan dalam lintasan yang tepat dengan cara-cara yang berkenan dihadapan
Tuhan. Akhir kata dia adalah orang yang mengandalkan Tuhan dalam segala aspek
hidupnya. Dia adalah teladan manusia unggul yang disertai Tuhan Sehingga
Alkitab berkata TUHAN menyertai Yusuf, sehingga ia menjadi seorang yang
selalu berhasil dalam segala sesuatu yang dikerjakannya
Dari tokoh Yusuf kita belajar bahwa dia adalah orang yang hidup takut akan
Tuhan yang menjaga kekudusan hidupnya sebagai seorang pemuda yang
ditawari kenikmatan dunia, namun memilih lebih takut pada Allah daripada
manusia. Yusuf juga seorang yang terkenal karena sangat mengasihi
keluarganya, punya hati mengampuni saudara-saudara dalam keluarganya, tidak
mengingat-ingat kesalahan.
Dengan melihat rincian diatas maka dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi
pemimpin yang baik dan berintegritas serta bertanggung jawab maka yang perlu
kita lakukan adalah:
1 Tetap mengandalkan Tuhan,
2 Hidup dalam kekudusan,
3 Dipimpin oleh Roh Kudus dan,
4 Bekerja keras.