Anda di halaman 1dari 12

UNSUR KEPEMIMPINAN DI DALAM YUSUF

Setiap zaman dalam kehidupan manusia memiliki masalahnya sendiri. Masalahmasalah itu dapat terjadi dalam seluruh bidang kehidupannya. Semua masalah ini
merupakan alat yang efektif di tangan TUHAN untuk membentuk setiap orang
menjadi seperti yang Dia inginkan bagi orang tersebut. Dalam proses
pembentukan itu, TUHAN kerap kali mempergunakan perkara-perkara yang tidak
menyenangkan. Karena dalam setiap perkara tersebut, sebenarnya TUHAN
sedang mengajarkan nilai-nilai kebenaran yang penting. Setiap pelajaran tersebut
berguna untuk memperlengkapi calon pemimpin tersebut di masa depan. Peter M.
Senge mengemukakan Pembelajaran yang paling kuat berasal dari pengalaman
langsung.
Yusuf salah satu tokoh pemimpin yang dipersiapkan TUHAN. Dalam proses
persiapannya, TUHAN mengajarnya di tiga lingkungan yang berbeda satu dengan
lainnya. Pertama Yusuf belajar di tengah-tengah keluarganya, kedua ia belajar di
lingkungan rumah Potifar, dan ketiga ia belajar di dalam penjara. Nilai-nilai apa
saja yang dipelajari oleh Yusuf di ketiga tempat tersebut:
A. Yusuf Di Bawah Asuhan Yakub.
Keluarga merupakan lembaga pertama yang dibuat oleh TUHAN. Keluarga
tersebut terdiri dari Adam dan Hawa. Tuhan menempatkan mereka di muka bumi
ini untuk menggenapi tujuan-Nya, yaitu untuk beranak cucu dan untuk
mengusahakan bumi (Kej 1: 27-28). Oleh karena itu, TUHAN
membentuk keluarga itu pertama-tama terdiri dari Ayah, Ibu, dan kemudian
TUHAN membuatnya beregenerasi sehingga ada anak-anak di dalamnya. Dalam
kehidupan keluarga orang yang takut akan Allah, anak merupakan berkat Tuhan
yang harus di rawat, dipelihara, dan dicukupi segala kebutuhannya.
Yusuf tokoh utama dalam makalah ini pertama-tama lahir, di besarkan, dan belajar
tentang nilai-nilai penting untuk kehidupannya di masa yang akan datang dimulai
dari keluarganya. Nama ayahnya adalah Yakub. Yakub ayahnya beristerikan dua
orang, yaitu Lea dan Rahel. Sebelum kelahirannya, telah lahir sepuluh orang anak
dalam keluarga ayahnya. Jadi Yusuf adalah anak kesebelas dari dua belas saudara
laki-laki dan seorang saudara perempuan. Ia lahir sebagai satu jawaban atas
pergumulan hebat dari ibunya di hadapan TUHAN dan manusia (Kej 30 : 1 24).
Pelajaran apa saja yang dipelajari oleh Yusuf selama ia berada di antara
keluarganya?
1. Kasih dan Penghargaan
Alkitab tidak menjelaskan berapa lama Rahel ibunya hidup untuk mengajarkan
nilai-nilai kehidupan kepada Yusuf. Namun menurut catatan Alkitab, Yusuf lahir
dari seorang ibu yang sangat dikasihi oleh Yakub ayahnya. Setelah ibunya

meninggal dunia, ia di asuh oleh ayahnya dengan penuh kasih. Penulis kitab
Kejadian mencatat, ayahnya Yakub sangat mengasihinya melebihi saudarasaudaranya yang lain. Kata mengasihi dalam nats ini, dalam bahasa aslinya
disebut sebagai akhab yaitu satu bentuk ungkapan kasih sayang seorang ayah
kepada anaknya. (bnd. Kej 37: 3-4).
Kasih sayang Yakub terhadap Yusuf adalah kasih yang bersadar karena alasan
terntentu, pertama-tama karena ia adalah anak yang terlahir baginya dari Rahel di
masa tuanya, dan ke dua karena Yusuf seorang yang berperilaku lebih baik di
bandingkan dengan saudara-saudaranya. Kasih Yakub kepada Yusuf terwujud
nyata dalam bentuk kasih yang disertai dengan penerimaan dan penghargaan.
Penerimaan yang diberikan Yakub terhadap Yusuf terlihat dalam tindakannya
untuk menerima segala keberadaan Yusuf sebagai seorang manusia yang utuh.
Sekali pun Yusuf memiliki keterbasan, Yakub ayahnya tetap mengasihinya.
Penghargaan yang berwujud nyata dalam bentuk pemberian itu sangat penting
dalam kehidupan setiap anak. Yusuf sebagai anak yang telah bertindak benar,
hidup jujur, dan tidak ikut dalam perbuatan jahat saudara-saudaranya menerima
penghargaan dari Yakub berupa hadiah jubah maha Indah.
Sebagai seorang anak manusia, Yusuf tidak jauh berbeda dengan anak manusia
lainnya di muka bumi ini. Ia pun kadang kala ingin di sanjung. Alkitab
menyatakan kepada pembacanya bahwa Yusuf suka memamerkan jubah maha
indah pemberian ayahnya itu kepada saudara-saudaranya.
Kasih dan penghargaan yang diterimanya dari Yakub memberikan dampak bagi
dirinya. Kasih dan penghargaan mengubah Yusuf menjadi seorang yang penuh
kasih di masa depan. Sekali pun ia mengalami tindakan-tindakan yang tidak layak
dari banyak orang, ia tetap dapat menunjukkan kasih kepada mereka.
2. Tanggung Jawab Terhadap Tugas-tugasnya
Alkitab menyatakan bahwa Yusuf adalah anak yang dikasihi oleh Yakub
melebihi anak-anaknya yang lain. Perlakuan khusus ayahnya kepada dirinya tidak
membuat Yusuf menjadi seorang yang manja, dan pemalas. Yusuf tidak memilihmilih pekerjaan. Apa pun tugas yang dibebankan oleh Yakub kepadanya, ia siap
untuk melaksanakannya. Penulis kitab Kejadian mencatatkan; ketika Yusuf
berusia tujuh belas tahun, ia suka untuk mengembalakan domba-domba ayahnya
bersama dengan saudara-saudaranya (Kej 37:2).
Yusuf terlatih menjadi seorang yang bertanggung jawab atas tugas yang
diterimanya. Ia tidak pernah menyerah sekali pun ia mengetahui akan adanya
rintangan besar di depannya. Penulis kitab Kejadian menuliskan; suatu waktu
pergilah saudara-saudaranya mengembalakan kambing domba ayah mereka ke
Sikhem. Kemudian Yakub menyuruhnya pergi mencari tahu tentang keadaan
saudara-saudaranya itu. Menurut catatan Alkitab, Yakub menyuruhnya untuk

menemui mereka dengan menempuh perjalanan dari lembah Hebron ke Sikhem


(Kej 37:12-17).
Berdasarkan data yang diberikan oleh Alkitab terbitan LAI, jarak antara Hebron
dengan Skihem apabila ditarik garis lurus adalah sekitar 100 km. Daerah tanah
Kanaan terkenal dengan daerahnya yang berbukit-bukit terjal, dan di sepanjang
perjalanan yang berbukit-bukit itu hidup binatang-binatang buas yang siap
menghadangnya. Pada waktu Yusuf tiba di Sikhem, ia tidak menemui mereka di
situ. Yusuf berusaha mencari mereka ke sumua tempat penggembalaan yang ada
di Sikhem, tetapi ia tidak juga menemukan mereka. Yusuf memang tidak menemui
mereka di situ, tetapi ia tetap berusaha untuk mencari mereka. Alkitab mencatat,
Yusuf berjalan ke sana ke mari di padang, dan ia bertemu dengan seorang lakilaki. Mungkin karena laki-laki tersebut melihatnya begitu sibuk mencari-cari
sesuatu dengan mimik wajah yang dipenuhi kecemasan, lalu orang itu
menanyakan kepada Yusuf: Apakah yang kau cari? Yusuf tidak menyia-yiakan
kesempatan yang ada. Ia segera mencari tahu kepada orang itu, kemana kira-kira
saudara-saudaranya pergi menggembalakan kambing domba mereka. Dari hasil
pencariannya itu, ia mendengar bahwa saudara-saudaranya telah pindah ke tempat
penggembalaan di Dotan.
John J. Davis,menemukan data-data tentang daerah dotan ini. Menurut John,
Dotan adalah berada di antara Sikhem dan Samaria. Jarak antara Samaria dengan
Dotan kira-kira 12 mil di bagian Utara Samaria. 12 mil adalah setara dengan 19,1
km ke utara Samaria. Samaria berada di di bagian utara Sikhem. Jarak antara
Sikhem dengan Samaria adalah sekitar 1,08 km. Ini berarti bahwa Yusuf harus
menempuh jarak jarak kira-kira 20 km lagi. Pekerjaan Yusuf yang sangat berat ini
menuntut satu kemauan yang keras. Apakah Yusuf menyerah? Jawabannya adalah
tidak. Berdasarkan catatan Alkitab, ternyata Yusuf tetap semangat untuk mencari
saudara-saudaranya sesuai dengan perintah ayah mereka kepadanya.
Di bagian sebelumnya, Alkitab mencatat bahwa saudara-saudaranya saudarasaudaranya membencinya. Kebencian saudara-saudaranya itu jelas terlihat dalam
sikap dan perilaku saudara-saudaranya yang selalu menyapanya dengan tidak
ramah (Kej 37:4). Kebencian mereka itu semakin nyata ketika Yusuf mendapatkan
mimpi tentang menyabit gandum di ladang. Dimana Yusuf menceritakan bahwa
berkas-berkas gandum yang disabit saudara-saudaranya itu ternyata bersembah
sujud kepada berkas-berkas gandum yang disabitnya. Alkitab menegaskan bahwa
kebencian saudara-saudaranya itu tidak berhenti sampai di situ. Beberapa waktu
setelah mimpi yang pertama itu, ternyata Yusuf kembali bermimpi. Dan di dalam
mimpinya ia melihat bahwa ada bulan, Matahari dan sebelas bintang, sujud
kepadanya.
Berdasarkan catatan-catatan Alkitab tersebut, nyata bagi pembaca bahwa
kebencian mereka bukanlah kebencian yang biasa-biasa kepada Yusuf. Keadaan
itu tidak menjadi alasan bagi Yusuf untuk tidak melakukan tugas yang dibebankan
ayah mereka kepada dirinya. Dalam hal ini, Yusuf juga belajar tentang ketaatan

sebagai bagian dari wujud rasa tanggung jawabnya untuk melakukan tugas yang
dipercayakannya kepada dirinya.
3. Optimisme dan sifat pantang menyerah.
Dari kisah pencarian Yusuf atas saudara-saudaranya ini tersirat satu proses
pembelajaran untuk tetap optimis menjalani hidup. Sekali pun berat tantangan dan
rintangan yang harus di lalui, ia tetap optimis. Optimisme adalah satu modal untuk
dapat bertahan hidup. Optimisme adalah satu tekat yang lahir dari dalam diri
setiap orang. Dengan sifat optimis setiap orang dapat menaruh harapan baik untuk
mengakhiri satu pertandingan dengan optimal.
Optimisme merupakan lawan kata dari pesimisme. Orang yang optimis memiliki
sudut pandang yang berbeda dengan orang yang pesimis. Orang yang pesimis
senantiasa melihat segala sesuatu dari sudut pandang positif. Artinya bahwa ia
seantiasa melihat peluang-peluang yang masih ada di balik setiap masalah. Orang
yang optimis ini cenderung dapat di andalkan menjadi seorang pemimpin di masa
depan. Berbeda dengan orang pesimis. Orang pesimis biasanya memandang
masalah sebagai sesuatu yang harus dihindari, dan ia cenderung mudah menyerah
apabila diperhadapkan dengan masalah.
4. Disiplin.
Disiplin adalah satu bagian dari pembelajaran. Disiplin berasal dari bahasa
Inggris, yaitu kata disciple yang artinya menjadi murid. Selama Yusuf berada di
dalam asuhan Yakub ayahnya, ia juga menerima teguran sebagai bentuk dari
pendisiplinan yang ditetapkan ayahnya baginya. Alkitab mencatatkan, ketika ia
menceritakan mimpinya dengan bersemangat di hadapan Ayah dan ibunya, serta
saudara-saudaranya, ia ditegor oleh Yakub.
Dalam peristiwa ini seolah-olah tidak ada yang salah. Karena Yusuf sendiri
sebenarnya tidak sengaja untuk mengatakan itu untuk meninggikan dirinya, ini
adalah wujud kepolosannya. Namun, dari hasil perenungan penulis terhadap kisah
ini, penulis menemukan bahwa Yakub ingin agar Yusuf berhati-hati dalam
menyampaikan berita yang diketahuinya. Sekali pun berita itu benar merupakan
satu pernyataan Ilahi ke depan, namun sikap hormat harus tetap menyertai
penyampaian itu.
5. Pengenalan akan TUHAN, dan bagaimana mengaktualisasikannya dalam
kehidupan praktis.
Alkitab mencatat bahwa Ayah Yusuf adalah seorang yang memiliki pengenalan
yang baik akan TUHAN Allahnya. Hal ini tersirat dalam catatan-catatan berikut
ini:
1. Kejadian 32: 1-2; 22-30. Dalam peristiwa ini diceritakan bahwa Yakub
ayahnya bertemu dengan malaikat. Pertemuan pertama yang dikisahkan

dalam ayat 1 dan 2 tidak di catat bahwa Yakub ayahnya menahan malaikat
tersebut dan juga tidak menyuruh malaikat itu untuk memberkatinya,
karena Yakub ayahnya mengenali mereka sebagai malaikat sungguhan.
Namun berbeda dengan kisah pertemuannya dengan malaikat di ayat 2230, kali ini ia tidak memngijinkan malaikat itu pergi meninggalkannya
sebelum malaikat tersebut memberikan berkat ke atasnya. Hal ini
disebabkan karena Yakub ayahnya mengenal malaikat itu sebagai Allah
yang menyamar sebagai malaikat (theofani).
2. Yakub suka memberikan persembahan kepada TUHAN Allah Israel (Kej
33:18-20; 35: 1)
3. Yakub taat kepada TUHAN Allah (Kej 35:1-15).
Di sini penulis kitab ini dengan jelas mencatatkan : Allah berfirman kepada
Yakub: Bersiaplah, pergilah ke Betel, dan buatlah di situ mezbah bagi Allah,
yang menampakkan diri kepadamu, ketika engkau lari dari Esau, kakakmu (Kej
35:1).
Satu pelajaran yang menarik adalah nats ini menjelaskan bahwa Yakub tidak pergi
sendiri, tetapi ia dan semua keluarganya (termasuk Yusuf) turut serta beribadah
dengan mempersembahkan korban kepada TUHAN Allah (Kej 35: 2). Sebagai
wujud ketaatan itu, Yakub menekankan kepada semua anggota keluarganya agar
mereka hanya menyembah kepada Allah, dan tidak kepada dewa-dewa asing.
6. Hidup Jujur dan tidak takut memperkatakan kebenaran, serta melindungi
yang lemah.
Pada pasal yang ke 37 : 2 penulis kitab ini menceritakan sikap Yusuf ketika
melihat kejahatan saudara-saudaranya. Yusuf tidak menutup-nutupi kejahatan
saudara-saudaranya itu. Pada waktu ia dan saudara-saudaranya itu pulang dari
menggembalakan kambing domba ayah mereka, ia menyampaikan kepada ayah
mereka perihal kejahatan yang telah dilakukan saudara-saudaranya itu.
Dalam nats aslinya, perbuatan jahat dari saudara-saudaranya itu adalah raah
yaitu satu bentuk perbuatan jahat yang bersifat alamiah, dan juga bersifat moral.
Menurut penulis, kemungkinan saudara-saudara Yusuf tersebut melakukan
kejahatan-kejahatan berikut ini : mencuri milik orang lain, merusak milik orang
lain, dan sebagainya. Dalam perbuatan jahat saudara-saudaranya itu, ada
kemungkinan bahwa Yusuf pun diajak oleh saudara-saudaranya untuk ikut
melakukannya. Melihat Yusuf tidak juga menuruti ajakan mereka, ada
kemungkinan mereka menyakiti Yusuf juga.
Sifat jujur dan keterus terangan Yusuf dipertegas oleh catatan kitab ini di nats-nats
berikutnya, khususnya ketika ia hendak menceritakan mimpi-mimpinya.
Berdasarkan catatan-catatan tersebut, jelaslah bahwa Yusuf tidak kompromi atas
kejahatan saudara-saudaranya itu. Akibat dari tindakannya ini, Yakub ayahnya

semakin mengasihinya, tetapi ia dibenci saudara-saudaranya. Pelajaran yang


dipetiknya dari peristiwa ini adalah bahwa sikap jujur dan benar berbuahkan kasih
dan perlindungan dari Ayahnya.
Ted ward,mengemukakan dalam keluarga kita mengalami pengalamanpengalaman dan belajar banyak tentang nilai-nilai yang paling penting.
Pengalaman-pengalaman Yusuf selama berada di dalam asuhan orang tuanya
menolongnya menjalani kehidupannya. Dimana pun Yusuf berada, ia tetap hidup
berdasarkan nilai-nilai tersebut.
B. Yusuf di Rumah Potifar Sebagai Budak.
Setelah melewati masa-masa pembelajaran di bawah asuhan ayahnya, TUHAN
membawanya ke satu tempat yang jauh dari rumah ayahnya. Di tempat itu Yusuf
diajar untuk mempraktekkan nilai-nilai yang di dapatkannya selama berada di
bawah asuhan ayahnya.
Pada tahap pembelajaran yang ke dua ini, TUHAN membawanya masuk kepada
satu situasi yang benar-benar berbeda dengan situasi di lingkungan rumah
ayahnya. Ada perbedaan yang sangat signifikan yang harus alami oleh Yusuf.
Perbedaan itu dapat dibuat dalam satu tabel di bawah ini:

Yusuf di rumah Ayahnya

Status sebagai anak dan sekaligus


sebagai orang merdeka
Dihargai dan dikasihi

Yusuf di Rumah Potifar

Bekerja sesuai dengan batasan


yang normal.

Status sebagai budak, dan

Harus bekerja siang dan malam

Diperlakukan
tuannya

sesuka

Perpindahan ke Tanah Mesir ini dilatar belakangi oleh kebencian dari saudarasaudaranya. Kebencian itu semakin hari menguasai hati dan pikiran saudarasaudaranya. Akibatnya, ketika Yusuf menemui mereka di padang rumput Dotan,
mereka bersepakat untuk membunuhnya. Dan di dalam peristiwa itu, Allah
menyelamatkan Yusuf dari rencana jahat saudara-saudaranya dengan memakai
kakaknya Ruben. Pada akhirnya Yusuf dijual sebagai budak kepada kafilah
Midian (Kej 37:25-28). Melalui kafilah inilah Potifar membeli Yusuf dan
mempekerjakannya sebagai budak di rumahnya (Kej 39).

hati

1. Belajar kerendahan hati


Kerendahan hati merupakan modal penting bagi setiap pemimpin. Kerendahan
hati seorang pemimpin dalam menjalankan kepemimpinan bukan berarti tanpa
wibawa, dan atau otoritas. Ada satu kisah menarik dari kehidupan seorang
Abraham Lincoln. Sebelum ia menjabat sebagai seorang presiden, ia aktif di
kemiliteran. Suatu waktu, ketika mereka sedang dalam perjalanan ke medan
pertempuran, ia menyamar sebagai orang biasa, dan melewati kelompok pembawa
perbekalan. Pada waktu itu, pemimpin peleton perbekalan memberikan aba-aba
kepada anggotanya mendorong gerobak yang sedang terperosok ke dalam lubang.
Melihat masalah itu, Abraham segera menghapiri regu tersebut, dan kemudian
memberikan instruksi dan bantuan tenaga untuk mendorong gerobak tersebut.
Setelah itu ia membuka penyamarannya. Melihat tindakan Abraham yang
memimpin dengan tindakan yang nyata, pemimpin pasukan malu. Mengapa?
Karena Abraham Lincoln adalah atasannya.
Kerendahan hati seorang pemimpin menolongnya menjadi seorang pemimpin
yang efektif. Pemimpin yang demikian bukan hanya memberikan aba-aba, tetapi
juga turut terlibat dalam memberikan jawaban atas persoalan yang dihadapi oleh
orang-orang yang ada di bawah kepemimpinannya. Inilah yang disebut sebagai
pemimpin hamba.
TUHAN mempersiapkan Yusuf menjadi seorang pemimpin hamba. Oleh karena
itu TUHAN menuntunnya ke Mesir. Di sini Yusuf menjadi seorang budak.
Perubahan status ini menyebabkan banyak perubahan dalam hidup Yusuf. Pada
waktu ia masih berada di bawah asuhan ayahnya, ia dapat saja menugaskan budak
ayahnya untuk mengerjakan pekerjaan terntentu. Di rumah Potifar, ia tidak
mempunyai hak untuk menolak dan menghibahkan tugas tertentu kepada orang
lain. Sekarang ia bekerja atas kehendak dan untuk tujuan orang lain yang telah
membelinya. Ini tidak mudah, harus belajar melepaskan haknya untuk menuntut
dan memerintah.
2. Belajar untuk bergantung kepada providensia Allah.
Perpindahan Yusuf ke rumah Potifar sebagai seorang budak menyebabkan ia harus
belajar bergantung pada providensia Allah. Status sebagai seorang budak belian
dapat diartikan bahwa ia sudah tidak mungkin mendapatkan pertolongan dari
pihak mana pun. Ia harus bekerja sepenuh waktu sesuai dengan kehendak tuannya,
dan sebagai budak belian ia tidak mempunyai hak untuk menolak atas permintaan
tuannya (band. Kej 16:2-3; 30: 3-13). Namun menurut catatan Kitab Kejadian 39,
TUHAN Allah memeliharakan dengan memberikan keberhasilan kepadanya, dan
mengangkatnya menjadi orang kepercayaan Potifar tuannya itu.
3. Belajar bekerja dengan tanggung jawab yang lebih besar

Di rumah ini, Yusuf bekerja sebagaimana layaknya seorang budak. Yusuf disertai
Tuhan sehingga segala sesuatu yang dikerjakannya berhasil. Potifar tuannya itu
melihat bahwa keberhasilan Yusuf adalah sebagai dampak penyertaan TUHAN
Allah yang Yusuf sembah (Kej 39:2). Karena itu Potifar sangat mengasihi dia,
sehingga ia diperkenankan melayani tuannya itu. Kepercayaan Potifar semakin
bertambah-tambah atasnya, dan menyerahkan segala miliknya pada kekuasaan
Yusuf.
Apakah Yusuf menjadi seorang yang besar kepala? Berdasarkan fakta-fakta yang
dicatat dalam Alkitab, Yusuf tidak berubah. Yusuf tetap hidup dalam takut akan
TUHAN. Yusuf senantiasa bergantung sepenuhnya kepada TUHAN. Hasilnya,
TUHAN memberkati segala milik Potifar.
4. Belajar untuk bekerja pada batas-batas tanggung jawabnya.
Ada pepatah yang berbunyi demikian: Semakin tinggi satu pohon, semakin besar
angin yang menggoncangnya. Ciputra mengemukakan semakin tinggi bagunan,
perlu pondasi yang makin dalam. Pada awal kehidupan Yusuf di rumah Potifar, ia
hanyalah budah biasa. Namun seiring dengan perjalanan waktu ia mengalami
peningkatan dari seorang budak biasa menjadi seorang kepercayaan dan tinggal di
rumah Potifar. Hari demi hari di menjalankan tugas tanggung jawabnya dengan
baik. Ketenangan bekerja sebagai orang kepercayaan di rumah tuannya mulai
berubah. Isteri tuannya yang melihat parasnya yang manis dan elok jatuh hati
kepadanya. Isteri tuannya itu menggodanya, serta memintanya untuk tidur
bersama serta bersetubuh.
Menanggapi ajakan isteri tuannya itu, Yusuf mengatakan: Dengan bantuanku
tuanku itu tidak lagi mengatur apa yang ada di rumah ini dan ia telah
menyerahkan segala miliknya pada kekuasaanku, bahkan di rumah ini ia tidak
lebih besar kuasanya dari padaku, dan tiada yang tidak diserahkannya kepadaku
selain dari pada engkau, sebab engkau isterinya Yusuf tahu artinya bekerja pada
batas-batas tanggung jawabnya.
4. Belajar untuk tetap hidup dalam takut akan Allah.
Pada waktu isteri tuannya menggoda Yusuf berkali-kali, Alkitab mencatat
tanggapan Yusuf terhadap godaan yang dilancarkan oleh isteri tuannya itu. Tuhan
Allah mengijinkannya masuk dalam situasi yang memaksanya untuk membuat
satu pilihan. Yusuf memilih untuk tidak megurus hal-hal yang diluar kendalinya
(Kej 39: 8-9a). Ia tidak mempergunakan kesempatan yang ada untuk
kepentingannya sendiri sekali pun ia dapat saja memanfaatkan kesempatan yang
ada itu. Alkitab menegaskan bahwa isteri tuannya mengodanya hari demi hari.
Dan penegasan Alkitab tentang kemungkinan bagi Yusuf untuk mengikuti
keinginan isteri tuannya besar peluangnya (Kej 39: 11). Ia lebih memilih untuk
mengaktualisasikan nilai-nilai kebenaran tentang takut akan TUHAN dalam satu
sikap yang teguh untuk menghormati TUHAN (Kej 39:11-20). Yusuf lebih

memilih menerima hukuman pisik (dipenjarakan) daripada ia harus melakukan


kejahatan di mata Tuhan.
Ken Blanchard dan Phil Hodges mengemukakan : Agar berhasil mengatasi
godaan berupa menjalani kepemimpinan yang melayani diri sendiri, setiap hari
Anda harus menaruh EGO-mu di altar dan memuji Allah saja. Dalam
pembelajaran di rumah Potifar ini, Yusuf berhasil menjadi pribadi yang berpusat
pada kehendak Allah, dan bukan pada diri sendiri.
C. Yusuf Di Penjara Tahanan Raja.
Yusuf telah melewati masa-masa pembelajaran di dua tempat yang berbeda.
Setelah itu, TUHAN Allah membawanya ke dalam penjara, bukan karena
kesalahan yang diperbuatnya.
Penahanan Yusuf di penjara tahanan-tahanan raja ini merupakan peristiwa yang
unik. Setelah Yusuf ditahan di penjara raja tersebut, penulis kitab ini melanjutkan
isinya dengan peristiwa penahanan juru minuman dan juru roti raja Firaun.
Alkitab mencatat setelah keduanya di tahan bersama dengan Yusuf, kemudian
mereka mendapatkan mimpi, dan mimpi itu sangat mengganggu pikiran mereka.
Akibatnya, mereka menjadi sangat gusar. Kemudian Yusuf menafsirkan mimpi
keduanya, dan berdasarkan arti mimpi itu, terjadilah demikian kepada mereka
berdua. Juru minuman raja dikembalikan ke posisinya semula, dan juru roti raja
digantung di tiang gantungan.
Pada tahap pembelajaran di penjara ini TUHAN mengajarkan beberapa nilai
kehidupan kepadanya, anatar lain :
1. Tuhan mengajarkan agar ia menjadi seorang yang peka akan kebutuhan
orang-orang di sekitarnya (Kej 40 : 6-7). Seorang pemimpin yang baik,
pada hakikatnya selalu dituntut untuk mengetahui atau menebak
kebutuhan (need), keinginan (want) dan harapan (expectation) orang yang
ada di wilayah kepemimpinannya. Dengan demikian ia dapat memahami
orang-orang di sekitarnya. Yusuf peka terhadap kebutuhan kedua pegawai
istana raja tersebut. Dalam kasus ini, Yusuf belajar untuk memperkatakan
perihal TUHAN Allah yang adalah sumber hikmat dan pengetahuan (40:
8).
2. Tuhan mengajarkannya untuk bersabar menantikan waktu yang paling
tepat untuk mengalami janji-janji TUHAN. Fakta menyatakan bahwa
setelah juru minuman Raja kembali ke posisinya, Yusuf berpesan kepada
juru minuman raja agar meingingatnya (Kej 40:14). Namun fakta
berbicara lain, ia dilupakan untuk beberapa waktu lamanya (band. Kej 40:
20-23; 41: 1-13). Menjadi seorang pemimpin yang efektif membutuhkan
pembentukan dalam berbagai bidang kehidupannya. Pembentukan itu mau
dan atau tidak mau haruslah dilewati setiap orang.

D. Melaksanakan Tugas pemerintahan


Yusuf dapat menjalankan tugas-tugas pemerintahan, khususnya pengumpulan
gandum selama masa kelimpahan, dan pengelolaan persediaan makanan selama
masa kelaparan yang melanda negeri Mesir serta negeri-negeri sekitarnya.
Setelah Yusuf melewatkan hari-hari yang melelahkan dalam tahanan raja, tibalah
saatnya bagi Yusuf untuk menyatakan ekselensinya dalam melaksanakan tugas
pemerintahan di Mesir. Kesempatan ini betitik tolak dari kegusaran raja Firaun
dengan dua mimpinya di waktu tidur. Raja telah menanyakan arti mimpinya
kepada orang-orang kenamaan di negeri itu, namun tidak ada seorang pun yang
mampu menafsirkannya.
Pada waktu semua ahli nujum dan para ahli tafsir mimpi sudah menyerah, Allah
membukakan ingatan juru minuman raja tentang kemampuan Yusuf dalam
menafsirkan arti mimpi. Kemudian Yusuf dipanggil dan dimintakan untuk
menafsirkan arti mimpi raja itu, dengan cara yang sama. Mendengar kisah dari
kedua mimpi raja itu, Yusuf menyikapinya dengan cara yang ekselen. Yusuf tidak
menyombongkan dirinya di hadapan raja. Ia menegaskan, bukan dirinya yang
mampu membukakan arti mimpi, melainkan TUHAN (band. Kej 41: 14-16).
Setelah mendengarkan kedua mimpi raja Firaun tersebut, kemudian Yusuf
menafsirkan arti mimpi itu, dan kemudian ia mengusulkan cara terbaik untuk
mewujudkan arti mimpi tersebut (Kej 41: 25-36). Melihat kemampuan ini,
kemudian raja mempercayakan kepadanya untuk melaksanakan tugas yang
dimaksudkan dalam mimpinya tersebut. Ia di angkat sebagai penguasa nomor dua
di Mesir (Kej 41:37-45).
Berdasarkan catatan Alkitab, Yusuf bekerja dengan sangat baik, ini dapat disebut
sebagai satu prestasi kerja yang ekselen. Selama tujuh tahun masa kelimpahan,
Yusuf menimbun hasil gandum di lumbung-lumbung yang telah dipersiapkan di
setiap kota di negeri itu (Kej 41: 46-49). Yusuf bukan hanya ekselen selama masa
kelimpahan tersebut, setelah tiba tujuh tahun masa kelaparan, hasil kerjanya
selama masa kelimpahan itu dapat dinikmati oleh seluruh rakyat Mesir, bahkan
orang-orang dari luar Mesir pun datang untuk membeli gandum kepadanya,
termasuk keluarganya dari tanah Kanaan.
Ekselensi Yusuf menjadiknya seorang penyelamat bagi bangsa Mesir, dan juga
cikal bakal bangsa Israel yang dari padanya TUHAN Allah membangkitkan
Mesias, yang disebut Yesus Kristus, sang Juru selamat dunia.
Perkataannya yang terkenal dalam Alkitab yang dicatat dalam Kejadian pasal
terakhir yaitu Janganlah takut, sebab aku inikah pengganti Allah? Memang
kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah
mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti

yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang
besar.
Yusuf orang yang bertanggungjawab dalam setiap tugas yang dipercayakan
kepadanya, mulai dari perkara kecil sampai dipercayakan perkara-perkara atau
tanggungjawab yang besar, dia berhasil dengan sepenuh hati mengerjakan
semuanya. Dia adalah seorang yang rendah hati dan punya hati mengasihi,
meskipun punya kesuksesan yang luarbiasa. Dia juga orang yang tidak
menyalahkan Tuhan atau mengeluh dan bersungut-sungut untuk hal-hal buruk
yang menimpa hidupnya. Dia adalah sang Visioner yang melangkah bersamasama Tuhan dalam lintasan yang tepat dengan cara-cara yang berkenan dihadapan
Tuhan. Akhir kata dia adalah orang yang mengandalkan Tuhan dalam segala aspek
hidupnya. Dia adalah teladan manusia unggul yang disertai Tuhan Sehingga
Alkitab berkata TUHAN menyertai Yusuf, sehingga ia menjadi seorang yang
selalu berhasil dalam segala sesuatu yang dikerjakannya
Dari tokoh Yusuf kita belajar bahwa dia adalah orang yang hidup takut akan
Tuhan yang menjaga kekudusan hidupnya sebagai seorang pemuda yang
ditawari kenikmatan dunia, namun memilih lebih takut pada Allah daripada
manusia. Yusuf juga seorang yang terkenal karena sangat mengasihi
keluarganya, punya hati mengampuni saudara-saudara dalam keluarganya, tidak
mengingat-ingat kesalahan.
Dengan melihat rincian diatas maka dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi
pemimpin yang baik dan berintegritas serta bertanggung jawab maka yang perlu
kita lakukan adalah:
1 Tetap mengandalkan Tuhan,
2 Hidup dalam kekudusan,
3 Dipimpin oleh Roh Kudus dan,
4 Bekerja keras.

Anda mungkin juga menyukai