(CARA SAHLI)
OLEH :
NI MADE NIAGITA WIRATNI
P07134014019
TUJUAN
a.
Tujuan Umum
1.
2.
b. Tujuan Khusus
1.
2.
3.
II. METODE
Metode yang digunakan adalah metode Sahli
III. PRINSIP
Hemoglobin diubah menjadi hematin asam oleh HCl 0.1 N, kemudian warna yang terjadi
dibandingkan secara visuil dengan standard permanent dalam alat itu.
IV. DASAR TEORI
Hemoglobin adalah salah satu protein yang memiliki fungsi utama dalam proses
pengangkutan oksigen (O2) dari paru-paru ke jaringan perifer dan karbon dioksida (CO2)
dari jaringan ke paru-paru. (Christopher S. Thom, dkk. 2013). Hemoglobin ini tersusun atas
empat rantai polipeptida, yaitu dua subunit dan dua subunit . Subunit dan globin
homolog memiliki struktur tiga dimensi yang sama. Masing-masing terikat pada kelompok
prostetik heme. Heme inilah yang kemudian memberikan warna merah pada darah. (James
M. Manning,, dkk. 2011).
Seseorang yang kekurangan darah atau tidak, dapat diketahui dengan pengukuran
kadar Hb. Terjadinya penurunan kadar dapat menyebabkan anemia. Anemia adalah kondisi
yang ditandai adanya penurunan jumlah eritrosit atau penurunan jumlah hematokrit.( Ernest
Beutler, dkk. 2006). Keadaan anemia paling banyak disebabkan oleh defisiensi besi. Besi
merupakan utama hemoglobin, dimana hemoglobin ini berperan dalam mengikat oksigen.
Anemia defisiensi besi masih merupakan penyakit dengan prevalensi tinggi. Data WHO
menyebutkan bahwa 2 miliar penduduk dunia mengidap penyakit ini. (Henri Wajcman, dkk.
2011). Anemia ditandai dengan kadar hemoglobin yang dibawah normal yaitu untuk pria
<13,5 g / dL dan untuk wanita <12,0 g / dL. Sedangkan kelebihan kadar Hb disebut
polisitemia. Polisitemia ini ditandai dengan kadar hemoglobin yang berada diatas normal
yaitu pada pria >18,5 g/ dL dan pada wanita >16,5 g / dL. (Ernest Beutler, dkk. 2006).
V. ALAT, BAHAN, DAN REAGEN
a.Alat :
Haemometer Sahli
Batang pengaduk
b. Bahan Pemeriksaan :
c. Reagent :
VI.
Aquadest
HCL 0.1N
CARA KERJA
1. Larutan HCl 0,1 N dimasukkan kedalam tabung pengencer hemometer sampai tanda
2 gr%.
2. Sampel darah dihisap dengan pipet hemoglobin sampai garis tanda 0.02 ml.
3. Hapuslah darah yang melekat pada sebelah luar ujung pipet.
4. Catatlah waktunya dan segeralah alirkan dari pipet kedalam dasar tabung
pengenceranyang berisi HCl itu. Hati hati jangan sampai terjadi gelembung udara.
5. Angkatlah pipet itu sedikit, lalu isap asam HCl yang jernih itu kedalam pipet, 2 atau 3
kali untuk membersihkan darah yang masih tinggal dalam pipet.
6. Campurlah isi tabung itu supaya darah dan asam bersenyawa, warna campuran
menjadi coklat tua.
7. Tambahkan aquadest setetes demi setetes, tiap kali diaduk dengan batang pengaduk
yang tersedia. Persamaan warna campuran dan batang standart harus dicapai dalam
waktu 3 5 menit setelah saat darah dan HCl dicam dalam alat sahli. Pada usaha
mempersamakan warna hendaknya tabung diputar demikian sehingga garis bagi tidak
terlihat.
8. Bacalah kadar hemoglobin dengan gram/100 ml darah (gr%).
VII.
INTERPRETASI HASIL
Adapun nilai normal kadar hemoglobin adalah sebagai berikut:
1.
Laki-laki
Perempuan
Keterangan
Pipa Lentur
Tabung Spuite
Aquadest
HCl 0,1 N
VIII. PEMBAHASAN
Pemeriksaan hemoglobin dalam darah mempunyai peranan yang penting dalam
diagnosis suatu penyakit. Pada kegiatan praktikum kali ini telah dilakukan pemeriksaan
kadar hemoglobin dari sampel darah pasien dengan data sebagai berikut :
Nama
: Widiana Putra
Usia
: 21 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Dari kegiatan praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil kadar hemoglobin
pasien berada di bawah nilai rujukan untuk laki-laki dewasa. Nilai rujukan untuk laki-laki
dewasa berada dalam kisaran 13,0-16,0 g%, sedangkan kadar hemoglobin pasien sebesar
12,4 g%.
Berikut ini adalah nilai rujukan kadar hemoglobin pada berbagai umur dan jenis
kelamin:
dengan larutan HCl 0.1 N kemudian diencerkan dengan aquadest (Riswant, 2013).
Digunakannya HCl karena penambahan HCl ke dalam darah akan menghidrolisis
hemoglobin menjadi globin ferroheme. Ferroheme yang terbentuk oleh O 2 yang ada di
udara dioksidasi menjadi ferriheme, yang akan segera bereaksi dengan ion Cl - membentuk
ferrihemechlorid yang juga disebut hematin maka dari itu metode sahli juga dikenal dengan
metode hematin asam.
Dalam pemeriksaan kali ini darah yang digunakan adalah darah EDTA, atau darah
yang telah ditambahkan antikoagulan EDTA, sehingga darah tidak mengalami pembekuan
selama proses pemeriksaan. Pengambilan darah dari tabung sampel dilakukan dengan
pipet Sahli yang berukuran 20 uL dibantu dengan alat penyedot, pada pengambilan darah
ini harus teliti agar tidak ada gelembung udara di dalam pipet yang dapat mempengaruhi
volume pemipetan.
Setelah dikeluarkan dari tabung darah dan ketika akan dimasukkan ke dalam tabung
sahli bagian luar pipet sahli yang masih berisi bekas darah dibersihkan dengan tissu.
Setelah 20 uL darah dicampurkan dengan HCl, sampel dihomogenkan dengan batang kaca
pengaduk yang telah tersedia dalam alat haemometer sahli sampai benar-benar homogen,
setelah itu larutan didiamkan selama 3-5 menit. Tujuan larutan didiamkan selama 3-5 menit
adalah agar pembentukan senyawa hematin asam terbentuk dengan sempurna, jika lebih
dari jangka waktu ini akan menyebabkan kerusakan senyawa hematin asam yang terbentuk,
sedangkan jika kurang dari batas waktu yang ditentukan maka pembentukan asam hematin
belum berjalan sempurna.
Setelah didiamkan 3-5 menit, untuk menyamakan warna larutan asam hematin
yang terbentuk dengan batang standar digunakan aquadest. Alasan digunakannya aquadest
karena aquadest
dapat dibaca kadar Hb yang dimiliki pasien. Pembacaan hasil harus dilakukan pada
lingkungan kerja yang terang agar pengamatan dapat terlihat jelas.
Pemeriksaan dengan metode sahli ini memiliki banyak memiliki kekurangann
karena metode Sahli ini memiliki risiko kesalahan yang besar mencapai 15%-30%
(Riswanto,2013). Pengerjaan masih manual sehingga prosedurnya kurang praktis dan
memakan waktu cukup lama. Selain itu haemometer Sahli sukar distandarisai. Pergenceran
volume yang terjadi dapat mengakibatkan hasil yang tidak valid. Warna kaca-standar dapat
berubah karena pengaruh waktu, suhu, dan sinar matahari sehingga harus di kalibrasi.
Kadar HCL yang kurang atau lebih dari standar yang ditetapkan yaitu 0,1 N dapat
mempengaruhi pembentukan asam hematin dari reaksi antara HCl dan hemoglobin,
sehingga hasil pemeriksaan tidak akan maksimal jika kadar HCl yang digunakan tidak
sesuai standar yaitu 0,1 N.
Selain itu kesalahan pemeriksaan juga bisa terjadi akibat kesalahan petugas seperti
pengambilan darah yang salah, tidak tepat mengambil 20 l darah, darah dalam pipet tidak
sempurna dikeluarkan ke dalam HCl karena tidak dibilas, ada gelembung udara saat
pemipetan, tidak mengaduk dengan baik campuran darah dan asam pada waktu
mengecerkan sehingga larutan tidak homogen yang mengakibatkan reaksi pembentukan
asam hematin tidak sempurna, pengelihatan petugas yang terganggu akibat masalah mata,
bisa saja membuat kesalahan dalam pembacaan hasil pengamatan disamping juga bias
(intensitas warna) yang dapat ditangkap mata berbeda-beda, tidak memperhatikan waktu
yang seharusnya berlalu untuk mengadakan pembandingan warna, ada gelembung udara di
permukaan pada waktu membaca, membandingkan warna pada cahaya yang kurang terang,
menggunakan tabung pengencer yang tidak diperuntukan alat yang dipakai
IX. KESIMPULAN
1. Penetapan kadar hemoglobin dengan menggunakan metode sahli yaitu dilakukan
dengan cara mencampurkan 2 gr% HCl dengan 0,02 ml darah pada tabung pengencer
hemometer, homogenkan, kemudian didiamkan 3-5 menit, ditambahkan setetes demi
setetes aquadest lalu homogenkan kembali dengan batang pengaduk sampai warna
sama dengan warna pada batang standar.
Correlates.
(online).tersedia:http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3579210/?
report=classic[diakses 12 September 2015, 17 : 26 wita]
Ernest Beutler, dkk. 2006.The Definition Of Anemia: What Is The Lower Limit Of Normal
Of
The
Blood
Hemoglobin
Concentration?.
(online).tersedia:http://www.bloodjournal.org/content/107/5/1747[diakses
11
Subunit
Interface
Strengths.
(online).tersedia:http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3270300/
[diakses 11 September 2015, 17 : 23 wita]
Lois R. Manning, dkk. 2013. Energetic Differences at The Subunit Interfaces of Normal
Human
Hemoglobins
(online).tersedia:
Correlate
with
Their
Develop
mental
Profile.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3640455/?
Lembar Pengesahan
Mengetahui,
Pembimbing I
Pembimbing II
Pembimbing III
Pembimbing IV
Pembimbing V