Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN
1.Latar Belakang
Pada dasarnya setiap alat memiliki nama yang menunjukkan kegunaan alat,
prinsip kerja atau proses yang berlangsung ketika alat digunakan. Beberapa
kegunaan alat dapat dikenali berdasarkan namanya. Penamaan alat-alat yang
berfungsi mengukur biasanya diakhiri dengan kata meter seperti hemometer,
thermometer, hygrometer, dan spektrofotometer.
Sebelum melakukan praktikum, terlebih dahulu kita harus mengenal atau
mengetahui tentang alat-alat yang digunakan dalam melakukan praktikum tersebut.
Hal ini berguna untuk mempermudah kita dalam melaksanakan percobaan,
sehingga resiko kecelakaan di laboratorium dapat ditanggulangi. Kebersihan dan
kesempurnaan alat sangat penting untuk bekerja di laboratorium. Alat yang
kelihatan secara kasat mata, belum tentu bersih, tergantung pada pemahaman
seorang analis mengenai apa artinya bersih.
Ketetapan hasil analisa kimia sangat tergantung pada mutu bahan kimia dan
peralatan yang dipergunakan, disamping pengertian pelaksanaan tentang dasar
analisa yang sedang dikerjakan serta kecermatan dan ketelitian kerjanya sendiri.
Ketelitian dan kecermatan kerja, selain merupakan sifat pribadi seseorang akan
dapat pula diperoleh karena bertambahnya pengamatan kerja seseorang sehingga
menjadi kebiasaan yang berguna bagi kelancaran kerjanya. Penanganan bahan
kimia dan peralatan pokok yang banyak dipergunakan merupakan persyaratan
penting demi keselamatan dan hasilnya pekerjaan analisa kimia.
Seperti halnya dalam menggunakan hemometer, yaitu alat yang digunakan
untuk menetapkan kadar hemoglobin dalam darah seseorang dengan metode sahli.
Ketika ingin menggunakan hemometer terlebih dahulu kita harus mengetahui cara
penggunaannya,dan apabila ingin melakukan pemeriksaan hemoglobin dengan
hemometer, terlebih dahulu harus memerhatikan hememoter tersebut serta mutu
bahan kimia yang akan digunakan agar hasil pemeriksaan yang diperoleh akurat.

2.Rumusan masalah
a. Apa yang dimaksud dengan hemometer?
b.Apa fungsi dari hemometer?
c.Bagaiamana cara penggunaan hemometer?
3. Tujuan
a.Untuk memahami apa yang dimaksud dengan hemometer
b.Untuk mengetahui fungsi dari hemometer
c.Untuk mengetahui cara penggunaan hemometer

BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Hemometer
Hemometer merupakan instrumen laboratorium yang digunakan untuk
mengukur kadar hemoglobin dalam darah seseorang dengan menggunakan metode
sahli. Yang mana metode sahli merupakan salah satu metode yang digunakan
untuk mengukur kadar hemoglobin dengan cara hemoglobin diubah menjadi
hematin asam, kemudian warna yang terjadi dibandingkan dengan standar warna
dalam alat sahli.

B.Komponen Hemometer Sahli
1.     Alat pembanding warna
Alat pembanding warna (batang standar) atau standar hemoglobin yang
terdapat pada alat tersebut,Batang standar ini tahan terhadap cuaca dan sukar
memucat.

2.     Tabung Sahli


Tabung sahli (tabung hemoglobin) terbuat dari kaca ada yang persegi dan ada yang
bulat.Tiap tabung mempunyai garis tanda pada kedua belah sisinya,Satu
menyatakan kadar Hb dalam (%) dan satu lagi menyatakan kadar Hb dalam
gram/dl.

3.     Pipet Sahli


Pipet sahli (pipet hemoglobin) mempunyai garis tanda 20,artinya bila darah dihisap
sampai angka ini maka volume darah 20cmm = 0,02 ml.
4.     Selang penghisap.
5.     Batang pengaduk

6.     Pipet Pasteur


Pipet pengencer darah (pipet Pasteur) ialah pipet polos untuk mencampurkan darah
dengan air suling.

C.Tujuan Penggunaan Hemometer


Menetapkan kadar hemoglobin dalam darah seseorang dengan metode sahli.

D.Prinsip Kerja Hemometer


Hemoglobin darah diubah menjadi asam hematin dengan pertolongan larutan HCL,
lalu kadar dari asam hematin ini diukur dengan membandingkan warna yang
terjadi dengan warna standard memakaimata biasa.

E.Penggunaan hemometer :
Penetapan HB metode sahli didasarkan atas pembentukan asam hematin
setelah darah ditambah dengan larutan HCl 0,1 N, kemudian diencerkan dengan
akuades. Pengukuran secara visual dengan mencocokkan warna larutan sampel
dengan warna batang gelas standar.
Metode yang digunakan adalah membandingkan warna sampel darah dengan
warna merah standar. Warna sampel darah didapatkan pada pemisahan globin dari
hemoglobin dengan penambahan HCl ( asam klorida ) untuk menghasilkan asam
hematin yang warnanya diukur oleh colorimetri.
Hemoglobin darah diubah menjadi asam hematin dengan pertolongan
larutan HCl,lalu kadar dari asam hematin ini diukur dengan membandingkan warna
yang terjadi dengan warna standar memakai mata biasa.

F.CARA KERJA HEMOMETER

1.Alat :
a.     Pipet Hb Sahli
b.     Hemoglobinometer
c.      Batang pengaduk
d.     Tabung pengencer hemomete
2.Bahan Pemeriksaan :
Darah yang telah diberi antikoagulan/EDTA
3.Reagen
a.     Aquadest
b.     Asam Klorida

4.Cara Pemeriksaan :
a. Tabung hemometer diisi dengan larutan HCL 0,1 N sampai tanda 2
b. Hisaplah darah kapiler/vena dengan pipet Sahli sampai tepat pada tanda 20
ul.
c. Hapuslah kelebihan darah yang melekat pada ujung luar pipet dengan kertas
tissue secara hati-hati jangan sampai darah dari dalam pipet berkurang.
d. Masukkan darah sebanyak 20 ul inike dalam tabung yang berisi larutanHCL
tadi tanpa menimbulkan gelembung udara.
e. Bilas pipet sebelum diangkat dengan jalan menghisap dan mengeluarkan
HCL dari dalam pipet secra berulang-ulang 3 kali
f. Tunggu 5 menit untk pembentukan asam hematin
g. Asam hematin yang terjadi diencerkan dengan aquades setetes demi setetes
sambil diaduk dengan pengaduk dari gelas sampai didapat warna yang sama
dengan warna standard.
h. Miniskus dari larutan dibaca. Miniskus dalam hal ini adalah permukaan
terendah dari larutan (meniskus bawah)

G.Nilai normal
Laki-laki : 14 – 18 gram/dl
Wanita : 12 – 16 gram/dl

H. Kesalahan yang sering terjadi


1. Alat/regen kurang sempurna, yaitu :
a. Volume pipet Hb tidak selalu tepat 20 ul
b. Warna standard sering sudah pucat.
c. Kadar larutan HCL sering tidak dikontrol.
2. Orang yang melakukan pemeriksaan :
a. Pengambilan darah kurang baik.
b. Penglihatan pemeriksa tidak normal atau sudah lelah.
c. Intensitas sinar/penerangan kurang.
d. Pada waktu waktu membaca hsil dipermukaan terdapat gelembung udara.
e. Pipet tidak dibilas dengan HCL.
f. Pengenceran tidak baik.

I.PEMELIHARAAN 
• Dengan membersihkan tabung dengan sikat pembersih 
• Sebelum disimpan, pastikan tabung dalam kondisi bersih dan kering sehingga
tidak menimbulkan lumut

J.KALIBRASI HAEMOMETER 
Tidak bisa dikalibrasi, apabila ada kerusakan alat diganti dengan yang baru.
BAB III
PENUTUP
A.            Kesimpulan
Hemometer ialah instrumen laboratorium yang digunakan untuk mengukur
kadar hemoglobin dalam darah seseorang dengan menggunakan metode sahli.
Yang terdiri atas alat pembanding warna (batang standar) atau standar hemoglobin,
tabung pengencer (tabung hemoglobin), pipet darah (pipet hemoglobin),
aspirator/selang penghisap, batang pengaduk, pipet pengencer darah (pipet
Pasteur). Yang memiliki prinsip kerja yaitu hemoglobin darah diubah menjadi
asam hematin dengan pertolongan larutan HCL, lalu kadar dari asam hematin ini
diukur dengan membandingkan warna yang terjadi dengan warna standard
memakai mata biasa.

DAFTAR PUSTAKA

http://duniaprikanan.blogspot.co.id/2014/12/haemometer-hemoglobinometer.html
http://keperawatankomunitas.blogspot.co.id/2010/04/pemeriksaan-darah-rutin-hemoglobin-
cara.ht
http://id.scribd.com/doc/76405045/Ermawati-Laporan-Mingguan-1-Makalah-Peralatan-
Lab#scribd
NAMA : LEONTIUS MANSELMI
NIM : PO714203222015
KELAS : DIV ALIH JENJANG 2022

HEMOMETER

A. Definisi Hemometer
Hemometer merupakan salah satu alat yang digunakan untuk mengukur
kadar hemoglobin seseorang.
Hemoglobin adalah komponen dari sel darah berupa protein yang kaya akan,
besi yang berperan dalam pemberian warna pada sel darah. Selain itu hemoglobin
juga berperan dalam mengikat oksigen.

B. Prinsip Kerja Alat Hemometer


Jadi hemometer merupakan salah satu alat yang digunakan untuk mengukur
kadar hemoglobin seseorang.
Hemoglobin adalah komponen dari sel darah berupa protein yang kaya akan,
besi yang berperan dalam pemberian warna pada sel darah. Selain itu hemoglobin
juga berperan dalam mengikat oksigen.
Warna yang terbentuk akan dibandingkan dengan warna pada standar sahli
dengan menambahkan aquades setetes demi setetes sampai menunjukkan warna
yang setara dengan standar untuk selanjutnya dibaca hasil kadar hemoglobinnya.

C. Jenis dan Variasi Hemometer


Hemometer saat ini terbagi menjadi dua bagian yaitu hemometer sahli dan
hemometer digital atau yang lebih dikenal dengan sebutan touch gchb. Keduanya
memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Dimana hemometer sahli jauh lebih mudah dan ekonomis akan tetapi
spesifitas dari metode ini masih lebih rendah karena bersifat subjektif, artinya
mengandalkan mata untuk melihat dan menentukan normal tidaknya HB seseorang.
Sedangkan hemometer digital easy touch gchb memiliki kelebihan seperti
akurat, mudah, praktis, dan multifungsional karena bisa menggunakan parameter
pemeriksaan lain dan juga bisa digunakan oleh siapapun meskipun tanpa tenaga
medis. Hanya saja alat ini masih jarang digunakan karena biayanya yang cukup
mahal.

D. Fungsi Hemometer
Hemometer berfungsi untuk menentukan kadar hemoglobin darah, sehingga
dapat membantu indikasi klinis terhadap kondisi pasien yang melakukan
pemeriksaan.
Misalnya Ketika seseorang memiliki kadar HB rendah atau dibawah nilai
normal maka orang tersebut bisa dikatakan terindikasi mengalami anemia.

E. Komponen Hemometer Sahli


Komponen dari hemometer sahli bisa dilihat pada gambar dibawah ini.

Selang Penghisap
1. Alat pembanding warna (Standar Pembanding)
Alat pembanding warna (batang standar) atau standar hemoglobin yang terdapat
pada alat tersebut,Batang standar ini tahan terhadap cuaca dan sukar memucat.
2. Tabung Sahli
Tabung sahli (tabung hemoglobin) terbuat dari kaca ada yang persegi dan ada
yang bulat.Tiap tabung mempunyai garis tanda pada kedua belah sisinya,Satu
menyatakan kadar Hb dalam (%) dan satu lagi menyatakan kadar Hb dalam
gram/dl.
3. Pipet Sahli
Pipet sahli (pipet hemoglobin) mempunyai garis tanda 20,artinya bila darah
dihisap sampai angka ini maka volume darah 20cmm = 0,02 ml.
4. Selang penghisap.
5. Batang pengaduk
6. Pipet Pasteur
Pipet pengencer darah (pipet Pasteur) ialah pipet polos untuk mencampurkan
darah dengan air suling.

F. Cara Kerja Hemometer


1. Alat :
a. Pipet Hb Sahli
b. Hemoglobinometer
c. Batang pengaduk
d. Tabung pengencer hemomete
2. Bahan Pemeriksaan :
Darah yang telah diberi antikoagulan/EDTA / darah kapiler
3. Reagen
a. Aquadest
b. Asam Klorida
4. Cara Pemeriksaan :
a. Tabung hemometer diisi dengan larutan HCL 0,1 N sampai tanda 2
b. Hisaplah darah kapiler/vena dengan pipet Sahli sampai tepat pada tanda 20
µl.
c. Hapuslah kelebihan darah yang melekat pada ujung luar pipet dengan kertas
tissue secara hati-hati jangan sampai darah dari dalam pipet berkurang.
d. Masukkan darah sebanyak 20 ul ini ke dalam tabung yang berisi larutan HCL
tadi tanpa menimbulkan gelembung udara.
e. Bilas pipet sebelum diangkat dengan jalan menghisap dan mengeluarkan HCL
dari dalam pipet secra berulang-ulang 3 kali
f. Tunggu 5 menit untk pembentukan asam hematin
g. Asam hematin yang terjadi diencerkan dengan aquades setetes demi setetes
sambil diaduk dengan pengaduk dari gelas sampai didapat warna yang sama
dengan warna standard.
h. Miniskus dari larutan dibaca. Miniskus dalam hal ini adalah permukaan
terendah dari larutan (meniskus bawah)

G. Nilai Normal
Laki-laki : 14 – 18 gram/dl
Wanita : 12 – 16 gram/dl

H. Kesalahan Yang Sering Terjadi


1. Alat/regen kurang sempurna, yaitu :
a. Volume pipet Hb tidak selalu tepat 20 ul
b. Warna standard sering sudah pucat.
c. Kadar larutan HCL sering tidak dikontrol.
2. Orang yang melakukan pemeriksaan :
a. Pengambilan darah kurang baik.
b. Penglihatan pemeriksa tidak normal atau sudah lelah.
c. Intensitas sinar/penerangan kurang.
d. Pada waktu waktu membaca hsil dipermukaan terdapat gelembung udara.
e. Pipet tidak dibilas dengan HCL.
f. Pengenceran tidak baik.

I. Pemeliharaan 
1. Dengan membersihkan tabung dengan sikat pembersih 
2. Sebelum disimpan, pastikan tabung dalam kondisi bersih dan kering
sehingga tidak menimbulkan lumut

J. Kalibrasi Haemometer 
Tidak bisa dikalibrasi, apabila ada kerusakan alat diganti dengan yang baru.
HEMOSITOMETER

Hemocytometer adalah alat ini digunakan untuk menghitung jumlah sel


darah, leukosit, trombosit, dan eritrosit. yang terdiri dari beberapa alat yaitu:
kamar hitung dan dua macam pipet yaitu pipet thomaerytrosit dan pipet
thomalekosit. 
Hemocytometer adalah perangkat yang awalnya dirancang untuk
perhitungan sel darah. Hemacytometer biasa juga disebut suatu alat yang dapat
digunakan untuk melakukan perhitungan sel secara cepat dan dapat digunakan
untuk konsentrasi sel yang rendah.
Hemocytometer adalah metode perhitungan secara mikroskopis. Ruang
hitung terdiri dari 9 kotak besar dengan luas 1 mm². Satu kotak besar di tengah,
dibagi menjadi 25 kotak sedang dengan panjang 0,05 mm. Satu kotak sedang
dibagi lagi menjadi 16 kotak kecil. Dengan demikian satu kotak besar tersebut
berisi 400 kotakkecil. Tebal dari ruang hitung ini adalah 0,1 mm. Sel bakteri yang
tersuspensi akan memenuhi volume ruang hitung tersebut sehingga jumlah
bakteri per satuan volume dapat diketahui 

Hemacytometer ini di temukan oleh Louis-Charles Malassez dan terdiri dari


sebuah slide mikroskop kaca tebal dengan lekungan persegi panjang yang
menciptakan sebuah kamar. Ruangan ini diukir dengan laser-grid tergores garis
tegak lurus. Perangkat ini dibuat dengan hati-hati sehingga daerah yang dibatasi
oleh garis diketahui dan kedalaman ruangan ini juga dikenal. Hemacytometer
sering digunakan untuk menghitung sel-sel darah, organel dalam sel, sel-sel
darah dalam cairan tulang punggung ke otak setelah melakukan tusukan tumbal,
atau jenis sel lain di suspensi.
Kamar hitung yang sebaiknya dipakai adalah yang mempunyai garis bagi.
Luasdari pada seluruh yang dibagi ialah 9mm 2 dan dibagi menjadi 9 bidang besar
yang luasnya masing-masing 1mm 2. Bidang besar dibagi lagi menjadi 16 bidang
sedang yang luasnya masing-masing ¼ x ¼ mm 2 . bidang yang di tengah dibagi
lagi menjadi 25 bidang dan tiap bidang dibagi menjadi 16 bidang kecil, jadi
seluruh bidang kecil jumlahnya 400 buah, yang masing-masing luasnya 1/20
1/20 mm2.
Tinggi kamar hitung yaitu jarak antara permukaan yang bergaris-garis dan
kaca penutup yang terpasang adalah 1/10 mm. Volum dalam kamar hitung dapat
dirinci sebagai berikut :
 1 bidang kecil           = 1/20 x 1/20 x 1/10 = 1/4000 mm3
 1 bidang sedang       = 1/4 x1/4 x 1/10  = 1/160 mm3
 1 bidang besar          = 1 x 1 x 1/10        = 1/10 mm3
 Seluruh bidang yang dibagi     = 3 x 3 x 1/10= 9/10
mm3

Prosedur Mengisi Kamar Hitung :


1. Letakkan kamar hitung yang telah benar-benar bersih dengan kaca penutup
yang terpasang mendatar di atas meja.
2. homogenkan pipet yang berisi tadi selama 3 menit terus-menerus (jangan
sampai ada cairan yang terbuang dari pipet saat dihomogenkan)
3. Buang semua cairan yang ada pada batang kapiler pipet (3 – 4 tetes) dan
kemudian sentuhkan ujung pipet (sudut 30º) dengan menyinggungkan pinggir
kaca penutup pada kamar hitung. Biarkan kamar hitung tersebut berisi cairan
perlahan-lahan dengan gaya kapilaritasnya sendiri.
4. Biarkan kamar hitung yang telah berisi tersebut selama 2 – 3 menit agar
leukosit-leukosit mengendap. Jika tidak akan dihitung segera, simpan kamar
hitung tersebut dalam cawan petri tertutup yang berisi kapas basah.
Pipet thoma leukosit

Pipet thoma leukosit : berfungsi sebagai untuk


mengencerkan darah dalam pemeriksaan
jumlah leukosit dan eosinofil
Ciri-ciri pipet :
a. Skala dari 0.5 ; 1 ; dan 11
b. Didalamnya terdapat bola kaca berwarna
putih dan berguna untuk mencampurkan
darah dengan reagen yang digunakan,
pada batang kapiler terdapat garis-garis
yang menandakan jumlah volume (0,5 : 1 ;
11) angka-angka ini menunjukkan jumlah
pengenceran atau perbandingan volume.
c. Pengenceran darah yang dilakukan dengan menggunakan pipet ini yaitu 20 x
untuk hitung leukosit dan 10 x untuk hitung eosinofil.

Pipet thoma eritrosit

Pipet thoma eritrosit : berfungsi  untuk


mengencerkan darah dalam pemeriksaan
jumlah eritrosit yang terdiri dari sebuah pipa
kapiler yang bergaris bagi dan membesar pada
salah satu ujung menjadi bola.
Ciri –ciri pipet :
a. Skala dari 0,5 ; 1 ; 10
b. Didalamnya terdapat bola kaca berwarna
merah.
c. Pengenceran darah yang dilakukan dengan menggunakan alat ini yaitu 200
kali untukeritrositmaupuntrombosit.
Yang terpenting dalam menentukan jumlah sel ialah pengencerannya bukan
garis-garis yang terdapat di pipet tersebut.  

Prinsip Kerja Hemositometer


Penghitungan konsentrasi sel pada hemasitometer didasarkan pada volume di bawah
kaca penutup. Satu kotakbesar memiliki volume 0,0001 ml (panjang x lebar x tinggi =
0,1 cm x 0,1 cm x 0,01 cm = 0,0001 cm3 = 0,0001 ml).
Hemasitometer diisi oleh gaya kapiler. Satu tetes dari larutan campuran sel yang
terlarut dengan baik dipipet pada ujung tepi dari hemasitometer dan kemudian
perlahan-lahan dibuang kelebihannya supaya cairan tertarik masuk kedalam ruang oleh
gaya kapiler.
1. Pemeriksaan Hitung Jumlah Leukosit (sel darah putih)

a. Prinsip kerja :
Darah di encerkan dengan larutan Turk maka sel darah selain leukosit akan
hancur oleh asam asetat dan leukosit akan diwarnai oleh gentian violet jumlah
leukosit dalam volume pengenceran tersebut di hitung dengan menggunakan
bilik hitung.
b. Prosedur kerja :
1) Isaplahdarah (kapiler, EDTA, Oxalat) dengan pipet leukosit sampai garis
tanda 0,5 tepat.
2) Hapuslah kelebihan darah yang melekat pada ujung pipet.
3) Masukan ujung pipet kedalam larutam Turk sambil menahan darah pada
garis tadi. Pipet dipegang dengan sudut 45º dan larutan Turk diisap perlahan
sampai garis tanda 11. Jangan sampai ada gelembung udara.
4) Angkat pipet dari cairan, tutup ujung pipet dengan ujung jari lalu lepaskan
karet penghisap. Kocok pipet itu selama 3 menit.
5) Buang cairandari pipet 3 – 4 tetes dan segera sentuhkan ujung pipet dengan
sudut 30º pada permukaan kamar hitung dengan menyinggung pinggir kaca
penutup. Biarkan kamar hitung itu terisi cairan dengan daya kapilernya.
6) Biarkan kamar hitung itu 2 – 3 menit pada cawan petri yang telah berisi kapas
basah supaya leukosit mengendap.
7) Hitung jumlah leukosit dengan menggunakan object kecil 10× / 40× pada 4
bidang besar.
8) Pengenceran yang terjadi ialah 20× jumlahsel yang sudah dihitung dalam 4
bidang besar itu dibagi 4 menunjukkan jumlah sel leukosit dalam 0,1 µ.
Kalikan itu dengan 10 (tinggi) dan 20 (pengenceran) untuk mendapatkan
jumlah leukosit dalam 1 darah.

RUMUS:
 ∑ = Jumlahsel x 1/t x P
       —————————
                     A
Nilai normal Leukosit:
4000 – 10000/µL darah.
2. Pemeriksaan Hitung Jumlah Eritrosit (sel darah merah)

a. Prinsip kerja
Darah di encerkan dengan larutan hayem maka eritrosit dapat dihitung
menggunakan bilik hitung improven neubauer dalam 5 bidangkecil (5 R).
b. Prosedur kerja
1) Isaplah darah (kapiler, EDTA, Oxalat) dengan pipet eritrosit sampai garis
tanda 0,5 tepat.
2) Hapuslah kelebihan darah yang melekat pada ujung pipet.
3) Masukkan ujung pipet kedalam larutan Hayem sambil menahan darah
pada garis tadi. Pipet dipegang dengan sudut 45º dan larutan Hayem di
isap perlahan sampai garis tanda 101. Jangan sampai ada gelembung
udara.
4) Angkat pipet dari cairan. Tutup ujung pipet dengan ujung jari lalu
lepaskan karet penghisap. Kocok pipet itu selama 3 menit.
5) Buang cairan dari pipet 3 – 4 tetes dan segera sentuhkan ujung pipet
dengan sudut 30º pada permukaan kamar hitung dengan menyinggung
pinggir kaca penutup. Biarkan kamar hitung itu terisi cairan dengan
daya kapilernya.
6) Biarkan kamar hitung itu 2 – 3 menit pada cawan petri yang telah berisi
kapas basah supaya leukosit mengendap.
      Hitung jumlah eritrosit dengan menggunakan object kecil 40× pada 5 bidang
kecil.
      Pengenceran yang terjadi ialah 200×. Luas tiap bidang kecil 1/400mm 2.
Factor untuk mendapatkan jumlah eritrosit per µl darah menjadi 5 × 10 × 200
= 10.000.
RUMUS: ∑ Eritrosit = N × 10.00
Nilai normal eritrosit:
Wanita       : 4-5 juta/ µL darah.
Pria            : 4,5-5,5 juta/ µL darah.
3. Pemeriksaan Hitung Jumlah Trombosit (keping-keping darah)

a. Prinsip Kerja
Darah diencerkan dengan larutan amonium oksalat 1% maka sel lain
dalam darah tidak jelas terlihat kecuali trombosit.
b. Prosedur Kerja :
1) Dipipet 1990 µl larutan ammonium oksalat 1% kedalam tabung reaksi
2) Ditambahkan 10 µl darah K2EDTA sampel kedalam larutan tersebut
(pengenceran 200x) lalu pipet dibilas
3) Dicampur sampai homogen selama 1 menit
4) Di taruh pada bilik hitung dan didiamkan 10 menit didalam cawan petrik
dengan tissue basah (agar trombosit mengendap)
5) Dihitung pada mikroskop pembesaran 40x
Perhitungan : 25 R x 2000
Nilai normal :
150.000 - 450.000 sel/µl darah

Kelebihan dan Kekurangan menggunakan Hemocytometer


1. Kelebihan
Kelebihan perhitungan sel dengan menggunakan hemocytometer adalah dapat
menghitung jumlah sel yang hidup maupun mati, tergantung dari pewarna yang
digunakan. Misalnya bila pewarna trypan blue dicampurkan kedalam larutan sel
yang hidup tidak akan berwarna dan sel yang mati akan berwarna biru.
Kelebihan lainnya adalah morfologi sel dapat diamati, dapat mengevaluasi
homogenitas dan dapat mendeteksi kontaminasi. Selain itu cepat dalam
menghasilkan data karena langsung dihitung pada waktu itu juga.
2. Kekurangan
Metode ini memiliki beberapa kelemahan diantaranya tidak dapat digunakan
untuk mikroba yang berukuran terlalu kecil seperti bakteri.
Centrifuge

Gambar 1. Sentrifus

A. Definisi :
Sentrifus merupakan alat yang digunakan untuk memisahkan organel
berdasarkan massa jenisnya melalui proses pengendapan. Dalam prosesnya,
sentrifus menggunakan prinsip rotasi atau perputaran tabung yang berisi larutan
agar dapat dipisahkan berdasarkan massa jenisnya. Larutan akan terbagi menjadi
dua fase yaitu supernatant yang berupa cairan dan pellet atau organel yang
mengendap. Peralatan sentrifus terdiri dari sebuah rotor atau tempat untuk
meletakan larutan yang akan dipisahkan. Rotor ini nantinya akan berputar dengan
cepat yang akan mengakibatkan larutan akan terpisah menjadi dua fase. Semakin
cepat perputaran yang dilakukan, semakin banyak pula organel sel yang dapat
diendapkan begitu juga sebaliknya.

B. Fungsi : 
1. Pemisahan (padat/cair, padat/cair/cair dan padat/padat/cair). Sentrifugasi dapat
digunakan untuk pemisahan padat - cair menyediakan padatan berat dari
cairan. Sentrifus juga dapat digunakan untuk memisahkan fase berat, dan dua
fasa cair ringan, dengan salah satu fase ringan yang lebih ringan dari lainnya. 
2. Klasifikasi urutan berdasarkan ukuran dan densitas. Sentrifus digunakan untuk
mengklasifikasikan padatan dengan ukuran yang berbeda. Salah satu aplikasi
adalah untuk mengklasifikasikan kristal berbagai ukuran yang berbeda, dengan
kehalusan ukuran submikron dengan fase ringan dan hanya mempertahankan
ukuran yang lebih besar pada fase berat yang dipisahkan. Salah satu dari
padatan dipisahkan menjadi produk. 
3. Menghilangkan partikel kebesaran dan asing (Degritting). Degritting mirip dengan
klasifikasi di mana partikel yang tidak diinginkan, lebih besar atau lebih padat,
ditolak diendapan, dengan produk (lebih kecil atau kurang padat) meluap di fase
cair yang lebih ringan. Situasi lain adalah dimana partikel yang tidak diinginkan
lebih kecil ditolak dalam fase cair ringan, dan padatan berat yang berguna
diselesaikan dengan fase berat. 
4. Penebalan atau menghapus konsentrasi cair sentrifus sering digunakan untuk
berkonsentrasi fase padat dengan pengendepan dan pemadatan,
menghilangkan fase cairan berlebih di overflow. Ini mengurangi volume produk
dalam pengolahan berkonsentrasi padatan. 
5. Pemisahan kotoran dengan mencuci atau pengenceran (repulping). Dengan
suspensi pekat yang mengandung kontaminan seperti garam dan ion, itu
diencerkan dan dicuci sehingga kontaminan dilarutkan dalam cairan pencuci.
Selanjutnya, suspensi tersebut disentrifugasi untuk 4 menghilangkan cairan
pencuci dengan kontaminan terlarut atau padatan tersuspensi halus.
Selanjutnya, produk dapat lebih terkonsentrasi dengan sentrifugasi.

C. Bagian-Bagian Centrifuge

Gambar 2. Bagian-bagian Sentrifus

1. Motor
Biasanya motor yang digunakan pada centrifuge adalah motor AC. kecepatan
motor yang tinggi akan menghasilkan gaya sentrifugal yang tinggi.
Pada banyak kasus kerusakan. Biasanya terjadi sekat arang motor. Dengan
mengganti  sekat arang yang baru maka centrifuge dapat dipergunakan kembali.
2. Speed Control     
Untuk mengatur kecepatan motor agar sesuai dengan kebutuhan tanpa speed
control motor akan berputar dengan kecepatan maksimum. Digunakan rangkaian
pembatas tegangan atau semacam dimer untuk bagian speed control

3. Timer
Berfungsi untuk mengatur lamanya alat bekerja. Rangkaian timer ada 2 jenis.
Yakni timer mekanik dan timer digital. Timer mekanik memanfaatkan sistem
mekanis untuk mengatur waktu operasional alat. Sedangkan timer digital
menggunakan sistem counter down digital untuk mengatur waktu operasioanl
alat.
4. Break system
Pengereman motor diperlukan agar putaran motor dapat dengan segera
dihentikan.
5. Pengunci tutup
Pengunci tutup digunakan untuk mengamankan user agar tidak membuka atau
terbuka secara tidak sengaja tutup centrifuge. Apabila tutup ini terbuka dapat
mengakibatkan sample yang diputar terlempar keluar. Tidak semua jenis
centrifuge terdapat pengunci tutup.
6. Tempat tabung
Tempat tabung centrifuge didesain dengan sudut kemiringan tertentu agar
menghasilkan gaya centrifugal.  Jumlah lubang untuk tabung pun dibuat genap.
Ini dimaksudkan agar tercipta keseimbangan beban ketika motor berputar.

D. Cara Kerja Alat


1. Menyiapkan larutan yang akan dimurnikan atau dipisahkan.
2. Menyambungkan centrifuge pada aliran arus listrik.
3. Menyalakan centrifuge.
4. Membuka penutup centrifuge dengan tekan tombol open.
5. Memasukkan larutan kedalam tabung centrifuge. Larutan yang dimasukkan pada
stiap tabung haruslah sama ukurannya.
6. Memasukkan tiap tabung ke dalam lubang centrifuge. Untuk meletakkan gelas
tabung berisi larutan yangakan dimurnikan, tabung harus diletakakkan secara
bersilang berlawanan. Namu hal ini tidak perlu dilakukkan jika semua lubang
pada centrifuge terisi penuh oleh tabung larutan yang akan dimurnikan.
7. Menutup kembali penutup centrifuge.
8. Set atau atur waktu yang diperlukan dan tentukan pula kecepatan rotasi putaran
yang diinginkan.
9. Menekan tombol ON untuk memulai memurnikan.
10. Setelah pemurnian selesai, menekan tombol open dan ambil semua larutan
dalam tabung yang telah dimurnikan dengan cara mengambilnya secara
berseling berlawanan pula. 

SPEKTROFOTOMETER

A. Pengertian Alat Optik Spektrometer


Seperti yang telah disebutkan pada bagian pembuka, spektrometer adalah
salah satu jenis alat optik. Itu artinya spektrometer bekerja dengan memanfaatkan
sifat-sifat cahaya. Secara sederhana, spektrometer adalah alat untuk melihat
spektrum cahaya dari sebuah zat. Spektrum cahaya sebuah zat dapat terpancar
apabila dipanaskan dalam suhu tinggi hingga membentuk gas. Gas tersebut
kemudian disorot dengan sinar putih hingga muncul spektrum cahaya.
Mengapa perlu memperhatikan spektrum cahaya sebuah zat? Ternyata,
setiap zat memiliki spektrum cahaya yang berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh
komposisi kimiawi yang menyusun zat. Dengan menganalisis spektrum cahaya
sebuah zat maka peneliti dapat mengetahui komposisi kimiawi dari zat tersebut.

B. Sejarah Spektrometer

Gambar 1: Gustav Robert Kirchhoff


Sejarah kemunculan spektrometer bermula pada abad ke-19, tepatnya di
tahun 1802, Saat itu, William Hyde Wollaston menemukan bahwa dalam spektrum
optik matahari ternyata terdapat beberapa garis-garis hitam. Hal ini mematahkan
temuan sebelumnya yang menganggap bahwa spektrum matahari tidak tersusun
atas gradasi warna yang saling menyambung tanpa sekat.
Temuan Wollaston ini kemudian diperkuat oleh temuan Josef von Fraunhofer
di tahun 1814. Dalam studi tersebut Fraunhofer juga menemukan garis-garis hitam
dalam spektrum optik matahari. Ia kemudian mengukur panjang gelombang dari
garis-garis tersebut. Total, Fraunhofer berhasil memetakan kurang lebih 570 garis
dengan masing-masing panjang gelombang.Temuan ini kemudian dikenal sebagai
Garis Fraunhofer.
Dari temuan tersebut kemudian Gustav Kirchhoff dan Robert Bunsen berhasil
menyimpulkan bahwa garis-garis hitam dalam spektrum optik matahari berhubungan
dengan elemen kimia. Garis-garis hitam tersebut disebabkan adanya penyerapan
elemen kimia yang ada di lapisan paling atas matahari.
Temuan-temuan tersebut adalah dasar dari penemuan spektrometer. Pada
tahun 1905 akhirnya ditemukan sebuah alat untuk melihat spektrum. Wujudnya
menyerupai tabung dan memecah cahaya menjadi spektrum optik dengan gesekan
difraksi. Alat inilah yang kemudian dikenal sebagai spektrometer sederhana.

C. Prinsip Spektrometer
Prinsip kerja dari spektrometer adalah prinsip dispersi cahaya. Dispersi
cahaya adalah kondisi saat sebuah cahaya putih terurai menjadi spektrum warna.
Untuk memunculkan dispersi cahaya ini biasanya digunakan cermin prisma.
Dalam spektrometer, prinsip kerja dispersi cahaya juga dimunculkan dengan
cermin prisma.Namun beberapa spektrometer model baru
menggunakan grating (cermin dengan ribuan alur sejajar pada permukaannya)
sebagai ganti cermin prisma. Cermin prisma ini kemudian dilingkupi wadah khusus
untuk mencegah cahaya bocor keluar.
Cahaya putih kemudian ditembakkan dari sumber cahaya menuju lensa
kolimator. Adanya lensa kolimator ini akan menyebabkan cahaya menjadi sejajar.
Dari situ cahaya kemudian diteruskan menuju cermin prisma. Cahaya yang melalui
cermin prisma akan terurai menjadi spektrum optik. Dalam satu waktu, hanya akan
ada satu warna cahaya yang muncul pada celah keluar alat, Untuk memunculkan
warna lain, cermin prisma harus diputar terlebih dahulu.
Dari situ kemudian dapat diukur panjang gelombang serta kecepatan
gelombang cahaya. Dispersi cahaya yang terjadi pada prisma memang
menghasilkan kecepatan gelombang cahaya yang berbeda-beda karena panjang
gelombang setiap warna dalam spektrum pun berbeda.

D. Cara Kerja Spektrometer


Cara kerja spektrometer sebenarnya sangat sederhana. Alat ini
menembakkan cahaya putih yang kemudian diuraikan menjadi spektrum cahaya
melalui cermin prisma.Untuk menggunakan spektrometer modern pun sangat
mudah karena keseluruhan prosesnya bisa dibilang otomatis. Berikut ini langkah-
langkah menggunakan spektrometer.
1. Memastikan sumber cahaya bisa berfungsi dengan baik. Anda bisa
menggunakan lampu natrium sebagai sumber cahaya.
2. Arahkan spektrometer tepat di hadapan sumber cahaya. Tujuannya adalah
supaya cahaya bisa langsung menuju lensa kolimator.
3. Kalibrasikan spektrometer terlebih dahulu. Catat sudut mula-mula saat bagian
teleskop dan lensa kolimator berada di sumbu yang sama.
4. Letakkan cemin prisma yang akan diukur indeks biasnya.
5. Atur teleskop hingga tampak garis-garis spektrum pada setiap panjang
gelombang.
6. Geser teleskop hingga benang silang saling berhimpitan dengan garis-garis
spektrum.
7. Catat sudut dispersi yang muncul saat spektrum cahaya telah terlihat jelas.
8. Hitung indeks bias cermin prisma berikut panjang gelombangnya.

2: Bagian – Bagian Spektrometer (Source: andarupm)


Spektrometer adalah sebuah alat optik yang tersusun atas beberapa
bagian.Bagian-bagian tersebut kemudian disusun sedemikian rupa agar
spektrometer bukan hanya dapat menghasilkan spektrum cahaya tetapi juga bisa
menghitung indeks bias. Berikut ini beberapa bagian dari spektrometer:
1. Lensa kolimator
Bagian pertama dari spektrometer adalah lensa kolimator.Letaknya tepat
berada di sebelah celah untuk masuknya cahaya.Lensa kolimator ini berbentuk
tabung dengan lensa akromatik di bagian akhirnya (mengarah ke prisma).Selain
itu, lensa kolimator juga dilengkapi dengan sekrup pengatur untuk mengatur
jumlah cahaya yang masuk.
Fungsi utama dari lensa kolimator adalah agar cahaya putih yang masuk
bisa menjadi sejajar sehingga saat ditembakkan ke arah prisma dapat terjadi
dispersi cahaya.Selain itu, lensa kolimator juga berfungsi mencegah cahaya
putih terpencar atau bocor keluar sebelum ditembakkan ke arah cermin prisma
dalam spektrometer.
2. Teleskop
Teleskop adalah alat optik yang sangat umum ditemukan di laboratorium.
Alat optik yang satu ini ternyata juga bisa ditemukan pada sebuah spektrometer.
Pada sebuah spektrometer, teleskop berfungsi sebagai alat untuk melihat
spektrum cahaya yang muncul setelah cahaya ditembakkan melewati cermin
prisma. Di samping itu, teleskop juga mampu menunjukkan besarnya sudut yang
dihasilkan dari dispersi cahaya melalui prisma.
Dalam spektrometer, teleskop tersusun atas lensa okuler dan lensa
objektif. Untuk mengatur posisi kedua lensa ini terdapat sekrup khusus yang
dapat diputar sesuai keperluan.
3. Meja spektrometer
Bagian ketiga dari sebuah spektrometer adalah meja spektrometer. Meja
spektrometer berfungsi sebagai wadah penampung prisma. Bagian ini dapat
diatur ketinggiannya dengan menggunakan sekrup khusus yang dapat
dilonggarkan atau dieratkan sesuai dengan keperluan. Pastikan meja
spektrometer dalam posisi sejajar dan datar sebelum meletakkan prisma.
4. Skala utama dan skala nonius
Bagian terakhir pada spektrometer adalah skala utama dan skala nonius.
Letaknya tepat berada di bawah meja spektrometer. Skala utama dan skala
nonius berbentuk menyerupai piringan datar. Apa fungsi dari kedua skala ini?
Skala utama menunjukkan besarnya sudut yang dihasilkan dari dispersi cahaya.
Terdapat 360 skala pada skala utama ini untuk menunjukkan sudut lingkaran
penuh.
Skala kedua bernama skala nonius. Skala nonius terdiri atas beberapa
skala yang ukurannya lebih kecil dari skala utama. Jumlahnya tidak tetap,
mengikuti tingkat ketelitian spektrometer. Semakin kecil tingkat ketelitian
spektrometer, maka semakin banyak skala noniusnya dan semakin kecil pula
jarak antara satu skala dengan skala lainnya.
Spektrometer adalah alat optik yang berfungsi untuk mengamati spektrum
cahaya. Dari pengamatan tersebut kemudian dapat diketahui sudut deviasi,
kecepatan gelombang serta panjang gelombang, hingga indeks bias. Alat ini juga
bisa membantu menganalisis elemen apa saja yang menyusun sebuah zat.
Karena fungsinya yang beragam, produk spektrometer pun berbeda-beda. Ada
yang berupa handheld X-ray fluorescence, wavelength dispresive x-ray
flourescence, atau laser-induced breakdown. Anda bisa mengetahui berbagai
pengertian dan klasifikasi serta produk-produk spektrometer berkualitas dengan
mudah di Dynatech. Semoga informasi tentang spektrometer ini bermanfaat.
SPEKTROFOTOMETER

A. Spektrofotometri UV-Vis

Gambar Spektrofotometer UV-VIS


Sesuai dengan namanya spektrofotometer UV-Vis merupakan gabungan
antara spektrofotometer UV dan Visible. Pada spektrofotometer UV-Vis
menggunakan dua buah sumber cahaya berbeda yakni sumber cahaya UV dan
sumber cahaya visible.
Spektrofotometer UV-Vis merupakan spektrofotometer berkas ganda
sedangkan pada spektrofotometer VIS ataupun UV termasuk spektrofotometer
berkas tunggal. Pada spektrofotometer berkas ganda blanko dan sampel
dimasukan atau disinari secara bersamaan, sedangkan spektrofotometer berkas
tunggal blanko dimasukan atau disinari secara terpisah.
Spektrofotometer UV-VIS seperti yang tertera pada gambar.

Kini spektrofotometer yang digunakan hanya menggunakan satu lampu


sebagai sumber cahaya. Lampu yang digunakan sebagai sumber cahaya yaitu
photodiode yang telah dilengkapi monokromator. Monokromator disini berfungsi
untuk mengubah cahaya yang berasal dari sumber cahaya sehingga diperoleh
cahaya hanya dengan satu jenis panjang gelombang.
Zat yang dapat dianalisis dengan spektrofotometri UV-Vis yaitu zat dalam
bentuk larutan dan zat yang tampak berwarna maupun berwarna. Jenis
spektroskopi UV-Vis terutama berguna untuk analisis kuantitatif langsung
misalnya kromofor, nitrat, nitrit dan kromat sedangkan secara tak langsung
misalnya ion logam transisi.
Langkah-langkah utama dalam analisa dengan sinar UV/Vis
1. Pembentukan molekul yang dapat menyerap sinar UV/Vis
2. Harus dilakukan jika senyawa yang dianalisa tidak melakukan penyerapan
didaerah UV/Vis
3. Senyawa harus diubah menjadi bentuk lain yang dapat melakukan
penyerapan pada daerah yang dimaksud. Misalnya mengubah menjadi
berwarna atau tidak berwarna.
4. Pemilihan panjang gelombang agar diperoleh panjang gelombang
maksimum.
5. Pembuatan kurva kalibrasi. Untuk keperluan ini dibuat sejumlah larutan
standar dengan berbagai konsentrasi.
6. Absorbans larutan standart ini diukur kemudian dibuat grafik A versus C.
7. Hukum Lambert Beer terpenuhi, jika grafik berbentuk garis lurus yang melalui
titik nol.
8. Pengukuran sampel dilakukan pada kondisi yang sama seperti pada larutan
standart.
Spektrofotometri merupakan salah satu metode dalam kimia analisis yang
digunakan untuk menentukan komposisi suatu sampel baik secara kuantitatif dan
kualitatif yang didasarkan pada interaksi antara materi dengan cahaya. Peralatan
yang digunakan dalam spektrofotometri disebut spektrofotometer. Cahaya yang
dimaksud dapat berupa cahaya visibel, UV dan inframerah, sedangkan materi
dapat berupa atom dan molekul namun yang lebih berperan adalah elektron
valensi.
Sinar atau cahaya yang berasal dari sumber tertentu disebut juga sebagai
radiasi elektromagnetik. Radiasi elektromagnetik yang dijumpai dalam kehidupan
sehari-hari adalah cahaya matahari.
Dalam interaksi materi dengan cahaya atau radiasi elektromagnetik,
radiasi elektromagnetik kemungkinanan dihamburkan, diabsorbsi atau
dihamburkan sehingga dikenal adanya spektroskopi hamburan, spektroskopi
absorbsi ataupun spektroskopi emisi.
Pengertian spektroskopi dan spektrofotometri pada dasarnya sama yaitu
di dasarkan pada interaksi antara materi dengan radiasi elektromagnetik. Namun
pengertian spektrofotometri lebih spesifik atau pengertiannya lebih sempit karena
ditunjukan pada interaksi antara materi dengan cahaya (baik yang dilihat
maupun tidak terlihat). Sedangkan pengertian spektroskopi lebih luas misalnya
cahaya maupun medan magnet termasuk gelombang elektromagnetik.
Radiasi elektromagnetik memiliki sifat ganda yang disebut sebagai sifat
dualistik cahaya yaitu:
1. Sebagai gelombang
2. Sebagai partikel-partikel energi yang disebut foton.
Karena sifat tersebut maka beberapa parameter perlu diketahui misalnya
panjang gelombang, frekuensi dan energi tiap foton. Panjang gelombang (l)
didefinisikan sebagai jarak antara dua puncak.

             

Hubungan dari ketiga parameter di atas dirumuskan oleh Planck yang


dikenal dengan persamaan Planck. Hubungan antara panjang gelombang
frekuensi dirumuskan sebagai

c = λ . v atau λ = c/v atau v = c/λ


 
Persamaan Planck: hubungan antara energi tiap foton dengan frekuensi

E=h.v
E = h . c/ λ

dimana
E = energi tiap foton
h = tetapan Planck (6,626 x 10-34 J.s),
v = frekuensi sinar
c = kecepatan cahaya (3 x 108 m.s-1).
 
Dari rumus di atas dapat diketahui bahwa energi dan frekuensi suatu foton
akan berbanding terbalik dengan panjang gelombang tetapi energi yang dimiliki
suatu foton akan berbanding lurus dengan frekuensinya.
Misalnya: energi yang dihasilkan cahaya UV lebih besar dari pada energi
yang dihasilkan sinar tampak. Hal ini disebabkan UV memiliki panjang
gelombang (λ) yang lebih pendek (100–400 nm) dibanding panjang gelombang
yang dimiliki sinar tampak (400–800 nm).
Berbagai satuan energi beserta faktor konversinya dapat dilihat pada tabel:

Erg Joule Kalori l.atm E.volt


1 erg = 1 10-7 2,3901×10-8 9,8687×1010 6,2418×1011
J joule = 107 1 2,3901×10-1 9,8687×10-3 6,2418×1018
1 kalori 4,1849×107 4,1840 1 4,1291×10-2 2,6116×1019
1 atm = 1,0133×109 1,0133×102 24,218 1 16,6248×1020
1 E.volt = 1,6021×10-12 1,6021x-19 3,8291×10-20 1,5611×10-20 1
Interaksi antara materi dengan cahaya disini adalah terjadi penyerapan
cahaya, baik cahaya Uv, Vis maupun Ir oleh materi sehingga spektrofotometri
disebut juga sebagai spektroskopi absorbsi.
Dari 4 jenis spektrofotometri ini (UV, Vis, UV-Vis dan Ir) memiliki prinsip
kerja yang sama yaitu “adanya interaksi antara materi dengan cahaya yang
memiliki panjang gelombang tertentu”. Perbedaannya terletak pada panjang
gelombang yang digunakan.
Secara sederhana Instrumen spektrofotometri yang disebut
spektrofotometer terdiri dari :
sumber cahaya – monokromator – sel sampel – detektor – read out (pembaca).

 
Fungsi masing-masing bagian:
1. Sumber sinar polikromatis berfungsi sebagai sumber sinar polikromatis dengan
berbagai macam rentang panjang gelombang. Untuk sepktrofotometer
a. UV menggunakan lampu deuterium atau disebut juga heavi hidrogen
b. VIS menggunakan lampu tungsten yang sering disebut lampu wolfram
c. UV-VIS menggunan photodiode yang telah dilengkapi monokromator.
d. Infra merah, lampu pada panjang gelombang IR. 
2. Monokromator berfungsi sebagai penyeleksi panjang gelombang yaitu mengubah
cahaya yang berasal dari sumber sinar polikromatis menjadi cahaya
monaokromatis. Jenis monokromator yang saat ini banyak digunakan adalan
gratting atau lensa prisma dan filter optik.
Jika digunakan grating maka cahaya akan dirubah menjadi spektrum cahaya.
Sedangkan filter optik berupa lensa berwarna sehingga cahaya yang diteruskan
sesuai dengan warnya lensa yang dikenai cahaya. Ada banyak lensa warna dalam
satu alat yang digunakan sesuai dengan jenis pemeriksaan.
Pada gambar di atas disebut sebagai pendispersi atau penyebar cahaya. dengan
adanya pendispersi hanya satu jenis cahaya atau cahaya dengan panjang
gelombang tunggal yang mengenai sel sampel. Pada gambar di atas hanya cahaya
hijau yang melewati pintu keluar. Proses dispersi atau penyebaran cahaya seperti
yang tertera pada gambar.

3. Sel sampel berfungsi sebagai tempat meletakan sampel


a. UV, VIS dan UV-VIS menggunakan kuvet sebagai tempat sampel. Kuvet
biasanya terbuat dari kuarsa atau gelas, namun kuvet dari kuarsa yang terbuat
dari silika memiliki kualitas yang lebih baik. Hal ini disebabkan yang terbuat dari
kaca dan plastik dapat menyerap UV sehingga penggunaannya hanya pada
spektrofotometer sinar tampak (VIS). Cuvet biasanya berbentuk persegi panjang
dengan lebar 1 cm.
b. IR, untuk sampel cair dan padat (dalam bentuk pasta) biasanya dioleskan pada
dua lempeng natrium klorida. Untuk sampel dalam bentuk larutan dimasukan ke
dalam sel natrium klorida. Sel ini akan dipecahkan untuk mengambil kembali
larutan yang dianalisis, jika sampel yang dimiliki sangat sedikit dan harganya
mahal.
4. Detektor berfungsi menangkap cahaya yang diteruskan dari sampel dan
mengubahnya menjadi arus listrik. Syarat-syarat sebuah detektor :
a. Kepekaan yang tinggi
b. Perbandingan isyarat atau signal dengan bising tinggi
c. Respon konstan pada berbagai panjang gelombang.
d. Waktu respon cepat dan signal minimum tanpa radiasi.
e. Signal listrik yang dihasilkan harus sebanding dengan tenaga radiasi.
Macam-macam detektor :
a. Detektor foto (Photo detector)
b. Photocell, misalnya CdS.
c. Phototube
d. Hantaran foto
e. Dioda foto
f. Detektor panas
5. Read out merupakan suatu sistem baca yang menangkap besarnya isyarat listrik
yang berasal dari detektor.
 Proses Absorbsi Cahaya pada Spektrofotometri
Ketika cahaya dengan panjang berbagai panjang gelombang (cahaya
polikromatis) mengenai suatu zat, maka cahaya dengan panjang gelombang tertentu
saja yang akan diserap. Di dalam suatu molekul yang memegang peranan penting
adalah elektron valensi dari setiap atom yang ada hingga terbentuk suatu materi.
Elektron-elektron yang dimiliki oleh suatu molekul dapat berpindah (eksitasi), berputar
(rotasi) dan bergetar (vibrasi) jika dikenai suatu energi.
Jika zat menyerap cahaya tampak dan UV maka akan terjadi perpindahan
elektron dari keadaan dasar menuju ke keadaan tereksitasi. Perpindahan elektron ini
disebut transisi elektronik. Apabila cahaya yang diserap adalah cahaya inframerah
maka elektron yang ada dalam atom atau elektron ikatan pada suatu molekul dapat
hanya akan bergetar (vibrasi). Sedangkan gerakan berputar elektron terjadi pada energi
yang lebih rendah lagi misalnya pada gelombang radio.
Atas dasar inilah spektrofotometri dirancang untuk mengukur konsentrasi suatu
suatu yang ada dalam suatu sampel. Dimana zat yang ada dalam sel sampel disinari
dengan cahaya yang memiliki panjang gelombang tertentu. Ketika cahaya mengenai
sampel sebagian akan diserap, sebagian akan dihamburkan dan sebagian lagi akan
diteruskan.
Pada spektrofotometri, cahaya datang atau cahaya masuk atau cahaya yang
mengenai permukaan zat dan cahaya setelah melewati zat tidak dapat diukur, yang
dapat diukur adalah It/I0 atau I0/It (perbandingan cahaya datang dengan cahaya setelah
melewati materi (sampel)). Proses penyerapan cahaya oleh suatu zat dapat
digambarkan sebagai berikut:
 

Gambar Proses penyerapan cahaya oleh zat dalam sel sampel. dari gambar terlihat
bahwa zat sebelum melewati sel sampel lebih terang atau lebih banyak di banding
cahaya setelah melewati sel sampel
 
Cahaya yang diserap diukur sebagai absorbansi (A) sedangkan cahaya yang
hamburkan diukur sebagai transmitansi (T), dinyatakan dengan hukum lambert-beer
atau Hukum Beer, berbunyi:
 “jumlah radiasi cahaya tampak (ultraviolet, inframerah dan sebagainya) yang
diserap atau ditransmisikan oleh suatu larutan merupakan suatu fungsi eksponen
dari konsentrasi zat dan tebal larutan”.
Berdasarkan hukum Lambert-Beer, rumus yang digunakan untuk menghitung
banyaknya cahaya yang hamburkan:

dan absorbansi dinyatakan dengan rumus:

dimana I0 merupakan intensitas cahaya datang dan It atau I1 adalah intensitas cahaya
setelah melewati sampel.
Rumus yang diturunkan dari Hukum Beer dapat ditulis sebagai:

A= a . b . c atau A = ε . b . c

dimana:
A = absorbansi
b atau terkadang digunakan l = tebal larutan (tebal kuvet diperhitungkan juga umumnya
1 cm)
c = konsentrasi larutan yang diukur
ε = tetapan absorptivitas molar (jika konsentrasi larutan yang diukur dalam molar)
a = tetapan absorptivitas (jika konsentrasi larutan yang diukur dalam ppm).
Secara eksperimen hukum Lambert-beer akan terpenuhi apabila peralatan yang
digunakan memenuhi kriteria-kriteria berikut:
1. Sinar yang masuk atau sinar yang mengenai sel sampel berupa sinar dengan
dengan panjang gelombang tunggal (monokromatis).
2. Penyerapan sinar oleh suatu molekul yang ada di dalam larutan tidak dipengaruhi
oleh molekul yang lain yang ada bersama dalam satu larutan.
3. Penyerapan terjadi di dalam volume larutan yang luas penampang (tebal kuvet)
yang sama.
4. Penyerapan tidak menghasilkan pemancaran sinar pendafluor. Artinya larutan yang
diukur harus benar-benar jernih agar tidak terjadi hamburan cahaya oleh partikel-
partikel koloid atau suspensi yang ada di dalam larutan.
5. Konsentrasi analit rendah. Karena apabila konsentrasi tinggi akan menggangu
kelinearan grafik absorbansi versus konsntrasi.
Faktor-faktor yang sering menyebabkan kesalahan dalam menggunakan
spektrofotometer dalam mengukur konsentrasi suatu analit:
1. Adanya serapan oleh pelarut. Hal ini dapat diatasi dengan penggunaan blangko,
yaitu larutan yang berisi selain komponen yang akan dianalisis termasuk zat
pembentuk warna.
2. Serapan oleh kuvet. Kuvet yang ada biasanya dari bahan gelas atau kuarsa, namun
kuvet dari kuarsa memiliki kualitas yang lebih baik.
3. Kesalahan fotometrik normal pada pengukuran dengan absorbansi sangat rendah
atau sangat tinggi, hal ini dapat diatur dengan pengaturan konsentrasi, sesuai
dengan kisaran sensitivitas dari alat yang digunakan (melalui pengenceran atau
pemekatan).
 

B. Spektrum UV, VIS, UV-VIS dan IR


          Data-data yang dikeluarkan oleh UV atau VIS dapat berupa absorbansi atau
transmitansi yang langsung dibaca pada spektrofotometer. Namun untuk UV, VIS,
UV-VIS dan IR data yang dikeluarkan dapat berupa spektrum jika telah dihubungkan
dengan komputer.
          Spektrum yang dikeluarkan oleh UV, VIS dan UV-VIS berupa pita yang lebar
sedangkan pada pita yang dikeluarkan oleh IR berupa garis atau puncak tajam.
          Pita melebar dari UV-VIS disebabkan karena energi yang dimiliki selain
menyebabkan transisi elektronik terjadi pula rotasi dan vibrasi elektron dalam
molekul. Sedangkan pada IR hanya terjadi vibrasi elektron maka spektrum yang
dihasilkan berupa garis atau puncak tajam. Selain pada IR, spektrum berupa garis
dapat terjadi pula pada spektroskopi NMR karena hanya terjadi rotasi elektron.
          Spektrum yang dihasilkan dari setiap spektroskopi berbeda antara satu
dengan yang lainnya. Para kimiawan spektrum UV, VIS maupun IR dapat dibedakan
dengan mudah. Spektrum yang dihasilkan oleh UV, VIS dan UV-VIS tidak berbeda
jauh namun sangat sangat berbeda bila dibanding spektrum IR. Untuk
membedakannya dapat dilihat pada gambar:

Gambar spektrum UV. Namun spektrum dari spektrofotometer VIS dan UV-VIS
menyerupai spektrum UV
 
Gambar spektrum IR. Pita tertinggi mengarah ke bawah sedangkan pada UV pita yang
paling tinggi mengarah ke atas hal ini disebabkan spektrofotometer IR ditulis dalam
bentung bilangan gelombang
 
C. Spektrofotometri Sinar Tampak (Visible)
Spektrofotometri visible disebut juga spektrofotometri sinar tampak. Yang
dimaksud sinar tampak adalah sinar yang dapat dilihat oleh mata manusia. Cahaya
yang dapat dilihat oleh mata manusia adalah cahaya dengan panjang gelombang
400-800 nm dan memiliki energi sebesar 299–149 kJ/mol.
Elektron pada keadaan normal atau berada pada kulit atom dengan energi
terendah disebut keadaan dasar (ground-state). Energi yang dimiliki sinar tampak
mampu membuat elektron tereksitasi dari keadaan dasar menuju kulit atom yang
memiliki energi lebih tinggi atau menuju keadaan tereksitasi.
Cahaya yang diserap oleh suatu zat berbeda dengan cahaya yang ditangkap
oleh mata manusia. Cahaya yang tampak atau cahaya yang dilihat dalam kehidupan
sehari-hari disebut warna komplementer. Misalnya suatu zat akan berwarna orange
bila menyerap warna biru dari spektrum sinar tampak dan suatu zat akan berwarna
hitam bila menyerap semua warna yang terdapat pada spektrum sinar tampak.
Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel berikut.

Panjang gelombang Warna komplementer (warna yang


Warna warna yang diserap
(nm) terlihat)
400 – 435 Ungu Hijau kekuningan
435 – 480 Biru Kuning
480 – 490 Biru kehijauan Jingga
490 – 500 Hijau kebiruan Merah
500 – 560 Hijau Ungu kemerahan
560 – 580 Hijau kekuningan Ungu
580 – 595 Kuning Biru
595 – 610 Jingga Biru kehijauan
610 – 800 Merah Hijau kebiruan
Pada spektrofotometer sinar tampak, sumber cahaya biasanya menggunakan
lampu tungsten yang sering disebut lampu wolfram. Wolfram merupakan salah satu
unsur kimia, dalam tabel periodik unsur wolfram termasuk golongan unsur transisi
tepatnya golongan VIB atau golongan 6 dengan simbol W dan nomor atom 74.
Wolfram digunakan sebagai lampu pada spektrofotometri tidak terlepas dari sifatnya
yang memiliki titik didih yang sangat tinggi yakni 5930 °C.

Gambar 2 jenis spektronic-20 yang bekerja pada rentang panjang gelombang sinar
tanpak. Gambar atas merupakan spectronic-20 lama yang sudah jarang bahkan
mungkin tidak diproduksi lagi. Sedangkan gambar kedua adalah spectronic-20 terbaru.

Panjang gelombang yang digunakan untuk melakukan analisis adalah


panjang gelombang dimana suatu zat memberikan penyerapan paling tinggi yang
disebut λmaks. Hal ini disebabkan jika pengukuran dilakukan pada panjang
gelombang yang sama, maka data yang diperoleh makin akurat atau kesalahan
yang muncul makin kecil.
Berdasarkan hukum Beer absorbansi akan berbanding lurus dengan
konsentrasi, karena b atau l harganya 1 cm dapat diabaikan dan ε merupakan suatu
tetapan. Artinya konsentrasi makin tinggi maka absorbansi yang dihasilkan makin
tinggi, begitupun sebaliknya konsentrasi makin rendah absorbansi yang dihasilkan
makin rendah. (Hukum Lamber-Beer dan syarat peralatan yang digunakan agar
terpenuhi hukum Lambert-Beer Baca Pengertian Dasar Spektrofotometer Vis, UV,
UV-Vis) .
Hubungan antara absorbansi terhadap konsentrasi akan linear (A≈C) apabila
nilai absorbansi larutan antara 0,2-0,8 (0,2 ≤ A ≥ 0,8) atau sering disebut sebagai
daerah berlaku hukum Lambert-Beer. Jika absorbansi yang diperoleh lebih besar
maka hubungan absorbansi tidak linear lagi. Kurva kalibarasi hubungan antara
absorbansi versus konsentrasi dapat dilihat pada Gambar.
Gambar Kurva hubungan absorbansi vs konsentrasi

Faktor-faktor yang menyebabkan absorbansi vs konsentrasi tidak linear:


1. Adanya serapan oleh pelarut. Hal ini dapat diatasi dengan penggunaan
blangko, yaitu larutan yang berisi selain komponen yang akan dianalisis
termasuk zat pembentuk warna.
2. Serapan oleh kuvet. Kuvet yang ada biasanya dari bahan gelas atau kuarsa,
namun kuvet dari kuarsa memiliki kualitas yang lebih baik.
3. Kesalahan fotometrik normal pada pengukuran dengan absorbansi sangat
rendah atau sangat tinggi, hal ini dapat diatur dengan pengaturan
konsentrasi, sesuai dengan kisaran sensitivitas dari alat yang digunakan
(melalui pengenceran atau pemekatan).
          Zat yang dapat dianalisis menggunakan spektrofotometri sinar tampak
adalah zat dalam bentuk larutan dan zat tersebut harus tampak berwarna,
sehingga analisis yang didasarkan pada pembentukan larutan berwarna disebut
juga metode kolorimetri.
Jika tidak berwarna maka larutan tersebut harus dijadikan berwarna
dengan cara memberi reagen tertentu yang spesifik. Dikatakan spesifik karena
hanya bereaksi dengan spesi yang akan dianalisis. Reagen ini disebut reagen
pembentuk warna (chromogenik reagent). Berikut adalah sifat-sifat yang harus
dimiliki oleh reagen pembentuk warna:
1. Kestabilan dalam larutan. Pereaksi-pereaksi yang berubah sifatnya dalam
waktu beberapa jam, dapat menyebabkan timbulnya semacam cendawan bila
disimpan. Oleh sebab itu harus dibuat baru dan kurva kalibarasi yang baru
harus dibuat saat setiap kali analisis.
2. Pembentukan warna yang dianalisis harus cepat.
3. Reaksi dengan komponen yang dianalisa harus berlangsung secara
stoikiometrik.
4. Pereaksi tidak boleh menyerap cahaya dalam spektrum dimana dilakukan
pengukuran.
5. Pereaksi harus selektif dan spesifik (khas) untuk komponen yang dianalisa,
sehingga warna yang terjadi benar-benar merupakan ukuran bagi komponen
tersebut saja.
6. Tidak boleh ada gangguan-gangguan dari komponen-komponen lain dalam
larutan yang dapat mengubah zat pereaksi atau komponen komponen yang
dianalisa menjadi suatu bentuk atau kompleks yang tidak berwarna, sehingga
pembentukan warna yang dikehandaki tidak sempurna.
7. Pereaksi yang dipakai harus dapat menimbulkan hasil reaksi berwarna yang
dikehendaki dengan komponen yang dianalisa, dalam pelarut yang dipakai.
Setelah ditambahkan reagen atau zat pembentuk warna maka larutan
tersebut harus memiliki lima sifat di bawah ini:
1. Kestabilan warna yang cukup lama guna memungkinkan pengukuran
absorbansi dengan teliti. Ketidakstabilan, yang mengakibatkan menyusutnya
warna larutan (fading), disebabkan oleh oksidasi oleh udara, penguraian
secara fotokimia, pengaruh keasaman, suhu dan jenis pelarut. Namun
kadang-kadang dengan mengubah kondisi larutan dapat diperoleh kestabilan
yang lebih baik.
2. Warna larutan yang akan diukur harus mempunyai intensitas yang cukup
tinggi (warna harus cukup tua) yang berarti bahwa absortivitas molarnya (ε)
besar. Hal ini dapat dikontrol dengan mengubah pelarutnya. Dalam hal ini
dengan memilih pereaksi yang memiliki kepekaan yang cukup tinggi.
3. Warna larutan yang diukur sebaiknya bebas daripada pengaruh variasi-
variasi kecil kecil dalam nilai pH, suhu maupun kondisis-kondisi yang lain.
4. Hasil reaksi yang berwarna ini harus larut dalam pelarut yang dipakai.
5. Sistem yang berwarna ini harus memenuhi Hukum Lambert-Beer.
Menentukan konsentrasi sampel dengan cara kurva kalibrasi
Konsentrasi sampel dalam suatu larutan dapat ditentukan dengan rumus
yang diturunkan dari hukum lambert beer (A= a . b . c atau A = ε . b . c). Namun
ada cara lain yang dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi suatu spesi
yang ada dalam suatu larutan yakni dengan cara kurva kalibarasi. Cara ini
sebenarnya masih tetap bertumpu pada hukum Lambert-Beer yakni absorbansi
berbanding lurus dengan konsentrasi.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam penentuan konsentrasi zat
dengan kurva kalibarasi:
1. Maching kuvet : mencari dua buah kuvet yang memiliki absorbansi atau
transmitansi sama atau hampir sama. Dua buah kuvet inilah yang akan
digunakan untuk analisis, satu untuk blanko, satu untuk sampel. Dalam
melakukan analisis Maching kuvet harus dilakukan agar kesalahannya makin
kecil.
2. Membuat larutan standar pada berbagai konsentrasi. Larutan standar yaitu
larutan yang konsentrasinya telah diketahui secara pasti. Konsentrasi larutan
standar dibuat dari yang lebih kecil sampai lebih besar dari konsentrasi analit
yang diperkirakan.
3. Ambilah salah satu larutan standar, kemudian ukur pada berbagai panjang
gelombang. Hal ini dilakukan untuk mengetahui pada panjang gelombang
berapa, absorbansi yang dihasilkan paling besar. Panjang gelombang yang
menghasilkan absorbansi paling besar atau paling tinggi disebut panjang
gelombang maksimum (lmaks).
4. Ukurlah absorbansi semua larutan standar yang telah dibuat pada panjang
gelombang maksimum.
5. Catat absorbansi yang dihasilkan dari semua larutan standar, kemudian
alurkan pada grafik absorbansi vs konsentrasi sehingga diperoleh suatu
kurva yang disebut kurva kalibarasi. Dari hukum Lambart-Beer jika
absorbansi yang dihasilkan berkisar antara 0,2-0,8 maka grafik akan
berbentuk garis lurus, namun hal ini tidak dapat dipastikan.
Misalkan absorbansi yang dihasilkan dari larutan standar yang telah dibuat
adalah

Absorbansi 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9


konsentras
2 ppm 4 ppm 6 ppm 8 ppm 10 ppm 12 ppm 14 ppm 16 ppm
i

Grafiknya adalah

6. Ukurlah absorbansi larutan yang belum diketahui konsentrasinya. Setelah


diperoleh absorbansinya, masukan nilai tersebut pada grafik yang diperoleh
pada langkah 5. Misalkan absorbansi yang diperoleh 0,6. Maka jika ditarik
garis lurus konsentrasi sampel akan sama dengan konsentrasi larutan
standar 10 ppm. Maka grafiknya sebagai berikut:
Selain dengan cara diatas konsentrasi sampel dapat dihitung dengan
persamaan regresi linear:

persamaan di atas dapat dihitung dengan bantuan kalkulator. Setelah


diperoleh persamaan di atas, absorbansi sampel yang diperoleh dimasukan
sebagai nila y sehingga diperoleh nila x. Nilai x yang diperoleh merupakan
konsentrasi sampel yang dianalisis.

Anda mungkin juga menyukai