Anda di halaman 1dari 5

Harsojo/Kajian Kalibrasi Timbangan Analit dengan Penjaminan Mutu ISO 17025

55

Kajian Kalibrasi Timbangan Analit dengan Penjaminan Mutu ISO


17025
Harsojo
Jurusan Fisika FMIPA Universitas Gadjah Mada, Sekip Utara, Yogyakarta 55281
Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta 55281
harsojougm@ugm.ac.id

Abstrak Telah dilakukan kajian kalibrasi timbangan analit pada laboratorium yang telah menerapkan penjaminan
mutu ISO 17025 dan telah terakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional. Penjaminan mutu kalibrasi timbangan analit
yang dilakukan oleh laboratorium adalah pada pada jangkau 1 mg sampai 100 gr. Anak timbangan yang digunakan
untuk menjamin kalibrasi timbangan adalah anak timbangan tipe F1 standar OIML yang terkalibrasi yang tertelusur
ke Satuan Sistem Internasional melalui Lembaga Pengukuran Nasional, KIM-LIPI. Kajian meliputi pelaksanaan
kalibrasi, perhitungan ketidakpastian pengukuran, penentuan, dan evaluasi kestabilan nilai yang ditunjukkan oleh
timbangan analit ketika dilakukan pengukuran dari 1g - 100g dan ketidakpastian pengukurannya. Dilakukan
pembahasan pada hasil kalibrasi dengan penekanan pada parameter-parameter penentu penjaminan mutu kalibrasi
untuk membahas pentingnya kalibrasi dilakukan.
Kata kunci: penjaminan mutu, massa, timbangan analit, kestabilan.
Abstract It has been studied calibration on anlytical balance on the laboratory that has implemented the qualkity
assurance using ISO 17025 that was accredited by Komite Akreditasi Nasional. The quality assurance of calibration is
imposed on the calibration range from 1 mg to 100 g . The weights for calibrationof the analytical balance is the
weight type F1 OIML that was calibrated and traceable to International System of Unit through Lembaga Pengukuran
Nasional KIM-LIPI. The study involves the procedure of calibrationand the calculation of the uncertainty measurement
beenmass measurement using analytical balance in the range of 1 mg up to 200 gr and has been determined the
measurement uncertainty to assure the measurement quality.The measurement was done using F1calibrated weight
traceacble to International System through National Measurement Institution KIM-LIPI. The study involves the
calibration method, the daclculation of the uncertainty measurement and the stability of wieight used t in the periode of
16 months. The discussion of the result was made in the emphasizing on the factors involved in assuring the quality of
calibration and the importance of balance calibration.
Key words: quality assurance, analytical balance, stability

I. PENDAHULUAN
Di beberapa universitas di Indonesia penimbangan
massa menggunakan timbangan analit sulit dipastikan
penjaminan mutu hasil yang diperoleh baik terkait
dengan keakuratan hasil maupun presisinya. Di dunia
perdagangan global maupun nasional, kesadaran untuk
menjaga kinerja timbangan keadaannya berbeda dengan
situasi di kampus karena adanya peraturan metrologi
legal atau karena tuntutan regulasi terkait. Untuk dapat
difungsikan di dalam pasar global atau metrologi legal,
suatu timbangan harus dikalibrasi dengan anak
timbangan yang tertelusur ke satuan Internasional.
Dalam bahasa yang sederhana, suatu timbangan baru
dapat digunakan di dalam perdagangan dengan mutu
global apabila telah dikalibrasi oleh laboratorium yang
terakreditasi ISO 17025. Adanya celah antara
penggunaan timbangan analit di universitas penting
dikemukan aspek penjaminan mutu timbangan
berdasarkan penjaminan mutu ISO 17025 menurut
sorotan pengguna peneliti.
Kalibrasi timbangan analit elektronik biasanya
dilakukan dengan menempatkan suatu anak timbangan

yang diketahui nilai masanya pada suatu timbangan yang


dikalibrasi. Dengan menghitung faktor-faktor koreksi
seperti koreksi gaya apung udara, koreksi drift, koreksi
densitas bahan, dan koreksi karena suhu, maka nilai
skala timbangan dapat ditentukan koreksinya dan
ketidakpastian
pengukuran
penimbangan
dapat
ditentukan [1]. Hasil kalibrasi berupa nilai skala
timbangan, koreksi, batas minimum penimbangan,
histerisis, dan ketidakpastian pengukuran, serta kondisi
saat melakukan kalibrasi biasanya dituliskan di dalam
sertifikat kalibrasi yang dikeluarkan oleh laboratorium
pengkalibrasi [2]. Dengan mengkaji sertifikat kalibrasi
dapat diperoleh gambaran tentang penjaminan mutu
kalibrasi laboratorium terutama apabila laboratorium
pengkalibrasi telah menerapkan ISO 17025 [2]. Di
dalam tulisan ini akan dikaji kalibrasi timbangan analit
elektronik yang biasa dilakukan pada oleh laboratorium
kalibrasi yang menjalankan sistem mutu ISO 17025
untuk menunjukkan tingkat kehandalannya. Pada tulisan
ini akan dikaji kelibrasi timbangan analitik elektronik
dengan rentang 1 g sampai 100 g sebagai model karena
timbangan jenis ini banyak digunakan di bidang kimia

Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVI HFI Jateng & DIY, Purworejo 14 April 2012
ISSN : 0853-0823

56

Harsojo/Kajian Kalibrasi Timbangan Analit dengan Penjaminan Mutu ISO 17025

dan hayati di sebagian besar laboratorium penelitian di


universitas.
II. LANDASAN TEORI
Besarnya beban standar pada saat sebuah massa m
ditimbang pada suatu timbangan analit adalah
I = mg K(u,, ,T)

(1)

u adalah rapat massa udara dan adalah rapat massa


beban uji, sedangkan g adalah percepatan grafitasi. Skala
timbangan I dinyatakan dengan satuan massa oleh sebab
itu nilai massa yang ditimbang adalah I/g. Di dalam
kenyataanya bila nilai m adalah massa standar dengan
akurasi yang lebih tinggi dari skala timbangan, maka
rumus (1) maka muncul faktor koreksi K(u,, ,T) karena
beberapa faktor. Pertama kondisi pengkalibrasian m
berbeda dengan pengkalibrasian timbangan, misalnya
suhu dan tekanan atmosfir berbeda. Oleh sebab itu, pada
saat kalibrasi timbangan dilakukan selau menghasilkan
nilai koreksi yang bernilai positi atau negatip dan
ketidakpastian pengukuran (KP) sebagai akibat dari
suatu proses pengukuran. Semakin kecilnya nilai dan
KP suatu hasil kalibrasi timbangan biasanya menjadi
indikasi kualitas kinerja timbangan yang dikalibrasi.
Penentuan kemampuan kalibrasi maksimum suatu
laboratorirum pengkalibrasi yang terakreditasi ISO
17025 biasanya dinyatakan dengan Kemampuan
Pengukuran
Kalibrasi
(calibration
mesurement
capability) atau CMC. Kemampuan ini dapat
diperkirakan melalui perhitungan KP, sehingga masalah
KP dan CMC adalah masalah yang penting pada
penjaminan mutu laboratorium.
III. METODE
Metode penelitian kalibrasi akan menggunakan
metode kalibrasi yang paling sederhana untuk
mengkalibrasi timbangan analit pada rentang 1 g sampai
2 g adalah dengan memperhitungkan faktor koreksi dan
ketidakpastian pengukuran yang merupakan sumbangan
dari seluruh faktor.Selanjutnya akan ditinjau stabilitas
sistem kalibrasi yang digunakan. Metode ini merupakan
modifikasi dari metode yang sudah ada di Ref.[1]
dengan menambahkan faktor koreksi suhu. Adapun
koreksi yang menimbulkan KP adalah sebagai berikut.
1. Koreksi dan Ketidakpastian Pen gukuran
Metode kalibrasi timbangan analit elektronik biasa
dilakukan dengan beberapa metode [1],[2]. Ketika
melakukan kalibrasi dengan menggunakan massa
standar, maka hasil kalibrasi akan berupa nilai
penunjukkan I yang mungkin berbeda dengan nilai
massa standar Ms. Perbedaan ini menghasilkan faktor
koreksi
= Ms I ,

(2)

yang nilainya > 0 atau < 0 . Pada persyaran OIML,


nilai < 3 dengan standar deviasai pembacaan skala.
Bila > 3 , maka timbangan harus disetel lebih dulu
atau diperbaiki [2]. Karena M s dan I memiliki
ketidakpastian pengukuran, maka juga memiliki
ketidakpastian.
Nilai
skala
yang
dikalibrasi
mendatangkan ralat atau ketidakpastian sebesar
U R= d / 2 3 ,

(3)

dengan d resolusi skala kalibrasi timbangan analit harus


diketahui kemampuan baca ulang harga. Hal ini dapat
diketahui dengan melakukan pengukuran pada skala
maksimum dan diulang-ulang. Pengukuran ini
mendatangkan ketidakpastian pengukuran sebesar
U b = maks / n

(4)

dengan maks adalah ralat maksimum. Ketidakpastian


yang lain adalah muncul karena penggunaan titik nol.
Hal ini dapat diperoleh dengan mengulang-ulang
pengukuran di 10 titik skala kemudian beban diambil
kembali sehingga nilai menuju nol. Setiap kali
pengkuran mendatangkan KP setengah skala terkecil,
sehingga sumbangan Kp total dari faktor ini adalah
U T = (d i / 2 )2

(3)

Selanjutnya, sumbangan KP muncul karena pengaruh


posisi pembebanan. Hal ini dapat dilakukan dengan
menenmpatkan anak timbangan disekitar pusat pan. Bila
adalah seleisih maksimum dan minimum, maka
sumbangan KP-nya adalah D /2. Sumbangan lainnya
dari efek tare. Hal ini bisa dilakukan dengan menentukan
timbangan dengan tare pada beban maksimum dan
gunakan tare untuk mengenolkan. Perbedan tidak boleh
melebihi 3. Sumbangan KP yang lain adalah karena
adanya efek apung udara, Ua nilai udara, biasanya
diambil 1 ppm dari massa yang digunakan, M [2],
sehingga
Ua = 10-6M.

(5)

Sumbangan KP yang lain adalah karena efek geser


(drift), ini biasa diambil
Ud = da/3.

(6)

Selain itu ada efek pengaruh suhu terhadap sensitifitas


timbangan, yaitu [2]
Us = t S M /23

(7)

Ketidakpastian pengukuran merupakan sumbangan dari


semua faktor tersebut diatas. Sehingga KP total adalah
U = ( U R ) 2 + (U b )2 + (U T )2 + (U a )2 + (U d )2 + (U S ) 2

Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVI HFI Jateng & DIY, Purworejo 14 April 2012
ISSN : 0853-0823

(8)

Harsojo/Kajian Kalibrasi Timbangan Analit dengan Penjaminan Mutu ISO 17025

Kemampuan pengukuran minimal, biasa dinyatakan


dengan
F = 2Ubmaks + maks
(9)
yang mencerminkan kemampuan pengukuran terkecil
yang dapat dilakukan oleh suatu timbangan.

57

dilakukan dengan membuat grafik kendali [4].


Pembuatan grafik kendali yaitu 7-12 titik pertama untuk
menentukan rerata dan awal dari grafik, 25-30 titik
untuk mulai dibuat grafik kendali dan 50-100 titik untuk
analisa selama 3 tahun. Kriteria ini sebagaimana
tercantum di Ref. [4], [5]. Dari hasil tersebut dibuat
grafik kendali sebagaimana persamaan (10).

3. Kestabilan Kalibrasi
Kestabilan ditentukan dengan memantau hasil ukur
anak timbangan standar sebagai fungsi waktu selama 20
kali pengukuran berturut-turut. Dari hasil ini dapat
ditentukan deviasi standar . Bila nilai rerata
pengukurannya adalah, maka batas nilai kendali terletak
pada jangkau [4]

x = x 3 .
Nilai x dipantau untuk menentukan kestabilan kalibrasi.
Bila ada lebih dari satu nilai ukur pada suatu saat |x(t)| >
x,
maka pengukuran nilainya adalah di luar batas
toleransi (outlier). Sistem penjaminan mutu kalibrasi
harus diinvestigasi lebih lanjut dan diperbaiki sehingga
hasil stabilitas kalibrasi sesuai dengan kriteria yang
diharapkan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil kalibrasi timbangan dilakukan pada 7 timbangan
yang memiliki resolusi 1 mg dan jangkau ukur
maksimum 210 namun digunakan di tempat yang
berbeda. Dari Hasil kalibrasi dibuat grafik unjuk kerja
timbangan (Pers. (9)) dan ketidakpastian pengukuran
(Pers.(8)). Nampak bahwa unjuk kerja timbangan pada
tabel 1 berbeda-beda walaupun jangkau ukur dan
resolusinya sama. Hal ini menunjukkan bahwa unjuk
kerja timbangan tergantung pada waktu dan cara
penggunaan. Jadi dengan mengkalibrasi timbangan kita
dapat mengetahui unjuk kerja suatu timbangan analitik
dan perubahan unjuk kerjanya.
Hasil kalibrasi untuk beberapa timbangan dengan
jangkau ukur 1 g - 100 g dan resolusi 0,0001g
ditunjukkan oleh Gambar 1. KP pada Gambar 1 adalah
KP terburuk suatu timbangan. Dari KP tersebut, hasil
menunjukkan bahwa meskipun KP kalibrasi timbangan
terbaik (terkecil) dari 7 timbangan yang dikalibrasi
adalah 0,0001 g sedangkan KP terburuk (terbesar)
bernilai 0,005 g . Nampak pula unjuk kerja timbangan
berbeda karena kondisi pemakaian dan perawatan
timbangan yang berbeda. Hasil pemantauan KP dan
kinerja timbangan melalui kalibrasi menurut penjaminan
mutu ISO 17025 dapat digunakan untuk mengetahui
kinerja timbangan dan sumbangan penyebab penurunan
kinerja timbangan analit yang digunakan.
Laboratorium Kalibrasi yang menjalankan ISO 17025
pasti memantau nilai massa yang digunakan untuk
mengkalibrasi yang biasanya dilakukan menggunakan
timbangan yang terkondisi lingkungannya. Pemantauan
kestabilan kalibrasi timbangan di laboratorium tersebut

Gambar 1. Hasil kalibrasi untuk 7 timbangan (a) unjuk kerja


timbangan (b) KP timbangan. Jangkau ukur 1g-210 g dengan
resolusi 0,0001 g.

Hasil pemantauan massa kalibrator ditunjukkan oleh


Gambar 2 dan Gambar 3. Pada eksperimen kali ini hasil
pemantauan hanya ditampilkan untuk 1 mg, 1g, 10g,
30g, 50 g dan 100 g sebagai uji coba. Hasil ditampilkan
oleh Gb. 2 sampai Gb. 3. Pada grafik telah digunakan
istilah UAL dan LAL singkatan dari Upper Action Level
dan Lower Action Level untuk nilai berada pada
x = x 3 yaitu saat harus diambil tindakan perbaikan
pada sistem kalibrasi yang digunakan. Juga telah
digunakan singkatan UTL untuk Upper Tolerance Level
dan singkatan LTL untuk Lower Tolerance Level yang
menunjukkan harga rerata ditambah 1/3 dari toleransi
massa yang digunakan [6] yaitu OIML tipe F1, yang
nilainya bisa diperoleh pada Ref.[6]. Istilah UWL dan
LWL digunakan untuk singkatan Upper Warning Level
dan Lower Warning Level untuk nilai pada jangkau
x = x 2 . Hasil evaluasi selama 16 bulan menunjukkan
bahwa ada 2 data yang diperingatkan pada 5g, (Gambar
2c) dan 1 mg (Gambar 3(g)) serta satu data yang harus
diambil tindakan pada Gambar
2 (d). Tindakan
perbaikan telah dilakukan.

Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVI HFI Jateng & DIY, Purworejo 14 April 2012
ISSN : 0853-0823

58

Harsojo/Kajian Kalibrasi Timbangan Analit dengan Penjaminan Mutu ISO 17025

Gambar 2. Grafik Kendali untuk kalibrasi timbangan analit. Grafik kendali dibuat menggunakan massa OIML tipe F1
untuk massa (a) 1 g, (b) 5 g, (c) 10 g. UWL, LWL,UAL, LAL, UTL, dan LTL adalah singkatan berturutturut Upper Warning Level, Lower Warning Level, Upper Action Level, Lower Action Level, Upper
Tolerance Level, dan Lower Tolerance Level.

Gambar 3. Grafik Kendali untuk kalibrasi timbangan analit. Grafik kendali dibuat menggunakan massa OIML tipe F1
untuk massa (d) 20 g, (e) 50g, (f) 100g, dan (g) 1 mg. UWL, LWL,UAL, LAL, UTL, dan LTL adalah
singkatan yang telah digunakan di Gambar 2.

Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVI HFI Jateng & DIY, Purworejo 14 April 2012
ISSN : 0853-0823

Harsojo/Kajian Kalibrasi Timbangan Analit dengan Penjaminan Mutu ISO 17025

Koreksi menunjukkan bahwa terjadi perubahan yang


nyata karena adanya kestabilan tegangan listrik. Dari
hasil tersebut nampak bahwa sebagian besar titik
pengukuran berada pada daerah yang dibolehkan. Hasil
menunjukkan bahwa kestabilan laboratorium kalibrasi di
dalam mengkalibrasi timbangan analit pada interval 1
mg sampai 100 g adalah stabil. Bila penyimpangan nilai
pengukuran dinyatakan dalam persen, maka dapat
disimpulkan bahwa kestabilan kalibrasi makin baik bila
kalibrasi dilakukan pada skala besar (100 g). Hal ini juga
didukung oleh data KP untuk nilai 100 g jauh lebih baik
dibandingkan KP untuk nilai 1 g. Nilai histerisis dari
timbangan di Laboratorium Kalibrasi
dan nilai
eksentrisitasnya bernilai lebih kecil dari 10-6 g. Dengan
kondisi yang ada CMC dari Laboratorium Kalibrasi
Timbangan adalah terbaik pada 0,00024 g.
IV. KESIMPULAN
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa penjaminan
mutu ISO 17025 penting untuk diaplikasikan pada
Laboratorium Kalibrasi Timbangan Analit karena dapat
memantau dengan baik unjuk kerja timbangan yang
dikalibrasi
dan
ketidakpastian
pengukurannya.
Laboratorium Kalibrasi yang diteliti dalam penelitian ini
memiliki kemampuan kalibrasi dan Kemampuan
Mengukur Kalibrasi atau CMC yang layak untuk
mengkalibrasi timbangan analit pada rentang selidik,
yaitu 1 mg sampai 100 g.
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis
mengucapkan
terimakasih
kepada
Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu
Universitas Gadjah Mada dan staf teknisi kalibrasi atas
dukungan yang diberikan
PUSTAKA
[1] Morris E.C dan Kitty, M.K. Fen, The Calibration of
Weight and Balances, Commonwealth Scientific and
Industrial Research Organisation, Australia 2004
[2] Prowse D.B. The Calibration of Weight and Balances,
Commonwealth Scientific and Industrial Research
Organisation, Australia 2004.

59

[3] SIN/ISO-IEC 17025:2008, Persyaratam Akreditasi


Laboratorium Penguji dan Kalibrasi, Badan Standar
Nasional, 2008.
[4] Adams, T. M., Guide on Estimation of Measurement
Uncertainty In Testing, G104 - A2LA, July 2002.
[5] International Accreditation New Zealand, Laboratory
Balances Calibration Requirements, March 2002, ISBN:
0908611 57 9.
[6] OILML (International of Legal Metrology Organization),
Weights of classes E1, E2, F1, F2, M1, M12, M2, M2
3 and M3, Part 1: Metrological and technical
requirements, OIML R 111-1 Edition 2004 (E).

TANYA JAWAB
Ishafit, UAD
? Bagaimana bentuk implementasi tertelusur secara
internasional, nasional pada proses kalibrasi hasil
pengukuran ?
Harsoyo, UGM
Hasil pengukuran besaran yang penting pada
instrument harus dikalibrasi secara tertelusur, kalau hasil
pengukurannya ingin diakui secara internasional
Kalau mau tertelusur kalibrasikan ke laboratorium yang
sudah terakreditasi ISO 17025
Dwi Hananto, LIPI
? Saran bapak, bagaimana istilah kalibrasi pada
pembacaan sensor/alat untuk dibandingkan dengan
alat/sensor lain?
? Factor penjagaan (pengkondisian lingkungan) alat
dan personel, mana yang lebih besar pengaruhnya pada
pengukuran
Harsoyo, UGM
Istilah kalibrasi alat di fisika sepertinya terkait dengan
instrument menurut saya sebaiknya seperti istilah global
yaitu tracebility
Faktor penjagaan alat bisa jauh lebih besar
dibandingkan pengaruh personal pada ketidakpastian
pengukuran terutama untuk alat dengan ketelitian tinggi

Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVI HFI Jateng & DIY, Purworejo 14 April 2012
ISSN : 0853-0823

Anda mungkin juga menyukai