BAB I
PENDAHULUAN
SINDROMA KOMPARTEMEN
Apabila sindroma kompartemen telah terjadi lebih dari 8 jam, maka dapat
mengakibatkan nekrosis dari syaraf dan otot dalam kompartemen. Iskemik berat yang
berlangsung selama 6 8 jam dapat menyebabkan kematian otot dan nervus yang kemudian
menyebabkan terjadinya kontraktur Volkman. Sedangkan komplikasi sistemik yang dapat
dari sindroma kompartemen meliputi gagal ginjal akut, sepsis dan acute respiratory distress
syndrome ( ARDS ) yang fatal jika terjadi sepsis kegagalan organ secara multi sistem
( 1 )
timbul
Tujuan dari penulisan referat ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat program
pendidikan Profesi Kedokteran pada bagian Ilmu Penyakit Bedah di Rumah Sakit Umum
Daerah Kota Semarang. Melalui penulisan referat yang berjudul Sindroma Kompartemen
diharapkan dapat menambah informasi dan ilmu pengetahuan bagi penulis dan pembaca serta
dapat digunakan sebagai referensi bagi mahasiswa kedokteran untuk mengetahui lebih dalam
tentang sindroma kompartemen.
SINDROMA KOMPARTEMEN
BAB II
SINDROMA KOMPARTEMEN
II.1. Definisi :
Fakultas Kedokteran TRISAKTI
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Bedah
RSAL Dr.MINTOHARDJO
3
SINDROMA KOMPARTEMEN
Sindroma kompartemen adalah suatu keadaan dimana terjadi akumulasi cairan yang
bertekanan tinggi pada ruangan fascia yang tertutup ( kompartemen ) sehingga mengurang
perfusi kapiler dibawah batas kebutuhan untuk viabilitas jaringan ( 2 ).
II.2. Anatomi :
Mengetahui anatomi kompartemen merupakan hal yang penting untuk memahami
patofisiologi, diagnosis dan terapi sindroma kompartemen. Kompartemen adalah merupakan
daerah tertutup yang dibatasi oleh tulang, interosseus membran dan fascia yang melibatkan
jaringan otot, syaraf dan pembuluh darah. Otot mempunyai perlindungan khusus yaitu fascia,
dimana fascia ini melindungi semua serabut otot dalam satu kelompok ( 1, 3 ).
Secara anatomi sebagian besar kompartemen terletak di anggota gerak, antara lain :
Lengan atas terbagi menjadi dua kompartemen, yaitu :
Anterior : terdiri dari otot biceps brachii, brachialis, choracobrachialis dibatasi tulang
humerus, septum intermusculer lateral dan medial serta dipersarafi oleh nervus
musculocutaneus. Diperdarahi oleh arteri brachialis dan vena chepalica. Posterior :
terdiri dari otot triceps brachii, anconeus dibatasi oleh tulang humerus, septum
intermusculer lateral dan medial serta dipersarafi oleh nervus radialis. Diperdarahi
oleh arteri brachialis dan vena chepalica.
SINDROMA KOMPARTEMEN
brachioradialis. Dibatasi oleh tulang radius, septa profunda serta dipersarafi oleh
nervus radialis. Diperdarahi oleh arteri radialis dan vena chepalica.
Fleksor profundus : terdiri dari otot pronator quadrates, fleksor digitorum profundus,
fleksor policis longus. Dibatasi oleh tulang radius, ulna dan membrana interossea.
Dipersarafi nervus medianus dan nervus ulnaris. Diperdarahi oleh arteri ulnaris.
Ekstensor : terdiri dari otot extensor digitorum, extensor digiti minimi, extensor carpi
ulnaris, supinator, abductor pollicis longus, extensor pollicis brevis, extensor pollicis
longus, extensor indicis. Dibatasi oleh tulang radius, ulna dan membrana interossea.
Dipersarafi oleh nervus radialis, interosseous dorsal. Diperdarahi oleh interosseous
dorsal.
Tungkai atas terbagi menjadi tiga kompartemen, yaitu :
Anterior : terdiri dari otot rectus femoris, vastus intermedius, vastus medialis. Dibatasi
oleh tulang femur, septum intermusculare lateral, medial dan fascia lata. Dipersarafi
oleh nervus femoralis.
Medial : terdiri dari otot gracilis, sartorius, adductor manus, adductor longus. Dibatasi
oleh tulang femur, fascia lata. Dipersarafi oleh nervus ischiadicus. Diperdarahi oleh
arteri perforans.
Posterior : terdiri dari otot biceps femoris, semitendinosus, semimembranosus.
Dibatasi oleh tulang femur, septum intermusculare lateral, medial dan fascia lata.
Dipersarafi oleh nervus tibialis.
Tungkai bawah terbagi menjadi empat kompartemen, yaitu :
Anterior : terdiri dari otot tibialis anterior, extensor digitorum longus, extensor
hallucis longus dan peroneus tertius. Dibatasi oleh tulang tibia, fibula, membran
interosseus dan septum intermuscular anterior. Dipersafari oleh nervus peroneus
profunda.
Leteral : terdiri dari otot peroneus longus dan brevis. Dipersarafi oleh nervus peroneal
superficial. Dibatasi oleh tulang fibula, septum intermuscular anterior, septum
intermuscular posterior dan fascia profunda.
Fakultas Kedokteran TRISAKTI
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Bedah
RSAL Dr.MINTOHARDJO
5
SINDROMA KOMPARTEMEN
Posterior superficial : dikelilingi oleh fascia profunda tungkai, terdiri dari otot
gastrocnemius, soleus dan plantaris.
Posterior profunda : berada diantara tulang tibia, fibula, fascia profunda transversa
dan membran interosseous. Terdiri dari otot fleksor digitorum longus, fleksor hallucis
longus, popliteus dan tibialis posterior. Diperdarahi oleh arteri dan vena tibialis
posterior dan dipersarafi oleh nervus tibialis ( 3 ).
II.3. Klasifikasi :
Sindroma kompartemen dibagi menjadi dua tipe, yaitu :
1. Sindroma Kompartemen Akut.
Sindroma kompartemen akut merupakan suatu tanda kegawatan medis.
Ditandai dengan pembengkakan dan nyeri yang terjadi dengan cepat. Tekanan dalam
kompartemen yang meningkat dengan cepat dapat menyebabkan tekanan pada saraf,
arteri dan vena sehingga tanpa penanganan yang tepat akan terjadi paralisis, iskemik
jaringan bahkan kematian. Penyebab umum terjadinya sindroma kompartemen akut
adalah fraktur, trauma jaringan lunak, kerusakan pada arteri dan luka bakar ( 1, 4 ).
2. Sindroma Kompartemen Kronik.
Sindroma kompartemen kronik bukan merupakan suatu kegawatan medis dan
seringkali dikaitkan dengan nyeri ketika aktivitas olahraga. Ditandai dengan
meningkatnya tekanan kompartemen ketika melakukan aktivitas olahraga saja. Gejala
ini dapat hilang dengan hanya menghentikan aktivitas olahraga tersebut . Penyebab
umum sindroma kompartemen kronik biasa terjadi akibat melakukan aktivitas
berulang ulang, misalnya pelari jarak jauh, pemain basket, sepak bola dan militer
4)
( 1,
SINDROMA KOMPARTEMEN
II.4. Etiologi :
Ada banyak penyebab yang dapat meningkatkan tekanan jaringan lokal yang
kemudian menyebabkan sindroma kompartemen, akan tetapi ada tiga mekanisme yang
seringkali mendasari terjadinya sindroma kompartemen yaitu adanya peningkatan akumulasi
cairan dalam ruang kompartemen, menyempitnya ruang kompartemen dan tekanan dari luar
yang menghambat pengembangan volume kompartemen ( 2 ).
1. Peningkatan akumulasi cairan dalam ruangan kompartemen.
Merupakan mekanisme yang paling sering menyebabkan sindroma kompartemen. Hal ini
dapat disebabkan oleh hal hal dibawah ini :
Fraktur, terutama fraktur tibia merupakan penyebab yang paling sering menyababkan
peningkatan akumulasi cairan dalam ruangan kompartemen.
Cedera pada pembuluh darah besar, dapat menyebabkan sindroma kompartemen
I.
II.
III.
SINDROMA KOMPARTEMEN
timbulnya edema yang massif. Maka dekompresi melalaui escharotomy harus segera
dilakukan untuk menghindari tamponade kompartemen.
Penyebab lain akumulasi cairan adalah perdarahan akibat pemeberian antikoagulan, infiltrasi
cairan dalam ruang kompartemen, gigitan ular dan lain lain ( 2 ).
SINDROMA KOMPARTEMEN
SINDROMA KOMPARTEMEN
BAB III
PATOFISIOLOGI
III.1. Patofiologi
Ekstremitas atas dan bawah memiliki beberapa kompartemen yang didalamnya
terdapat otot, pembuluh darah dan saraf. Mesing masing kompartemen dibungkus oleh
jaringan lunak dan tipis yang disebut dengan fascia. Fascia inilah yang melindungi dan
menjaga kompartemen tetap pada tempatnya. Fascia ini tidak elastis sehingga tidak
mempunyai kemampuan untuk meregang ( 5 ).
Sindroma kompartemen diawali dengan beberapa kondisi berupa fraktur, cedera
pembuluh darah, olahraga berlebih, penekanan tungkai dalam waktu yang lama atau
benturan. Keadaan traumatik diatas menyebabkan perdarahan dan edema pada sebuah
kompartemen otot yang tertutupi oleh fascia yang tidak mampu meregang. Tekanan yang
meningkat pada kompartemen menghasilkan kompartemen tamponade ( 2 ).
Jika tekanan tersebut meningkat terus menerus dalam beberapa jam maka akan terjadi
kerusakan fungsi dari jaringan otot dan saraf. Hal ini mengakibatkan terjadinya keadaan
iskemia yang juga menghasikan edema sehingga terjadinya sebuah lingkaran setan. Selain itu
keadaan infark jaringan otot dan cedera saraf mengakibatkan terjadinya kontraktur Volkmann
.
(2)
SINDROMA KOMPARTEMEN
Maka dari itu diagnosis yang tepat dan dekompresi melalui fasciotomi yang
menyebabkan peregangan otot dapat berkembangan merupakan hal yang penting guna
mengembalikan sirkulasi dan mencegah keadaan menjadi lebih parah hingga akhirnya
reversible ( 2 ).
Edema / Perdarahan
SINDROMA KOMPARTEMEN
Tamponade Kompartemen
Iskemia Otot
Saraf
Cedera
Kontraktur
Volkmann
Infark Otot
SINDROMA KOMPARTEMEN
SINDROMA KOMPARTEMEN
Pain.
Pallor.
Parasthesia.
Paresis.
Pulse present .
Pink color
Meskipun gejala diatas merupakan gejala klinis dari sindroma kompartemen akan
tetapi gejala diatas tidak selalu timbul pada setiap kejadian. Nyeri dan parasthesia merupakan
gejala yang paling sering ditemukan pada sindroma kompartemen ( 6 ).
SINDROMA KOMPARTEMEN
III.3. Diagnosis
Diagnosis klinik pada sindroma kompartemen didasarkan pada anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
ANAMNESIS
Fakultas Kedokteran TRISAKTI
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Bedah
RSAL Dr.MINTOHARDJO
15
SINDROMA KOMPARTEMEN
Nyeri
Nyeri merupakan gejala yang paling sering ditemukan pada sindroma
kompartemen. Nyeri yang bertambah dan khususnya meningkat dengan gerakan pasif
yang meregangkan otot yang bersngkutan merupakan salah satu tanda khas dari
6Ps . Akan tetapi nyeri ini merupakan gejala yang sangat subjektif karena
kemampuan seseorang menahan rasa sakit berbeda beda. Selain itu pengurangan
fungsi sensoris seringkali mengaburkan rasa nyeri yang terjadi ( 2 ).
Perestesi
Parestesi merupakan gejala yang sering ditemukan pada penderita sindroma
kompartemen yang dalam keadaan sadar dan kooperatif. Hal ini merupakan
manifestasi
klinis
akibat
defisit
sensorik.
Pada
awalnya
defisit
sensorik
PEMERIKSAAN FISIK
Inspeksi
SINDROMA KOMPARTEMEN
Pada inspeksi dapat ditemukan di daerah yang sakit terlihat bengkak, kulit tampak
berwarna pink dan pasien tampak kesakitan.
Palpasi
Pada palpasi didapatkan beberapa tanda khas dari sindroma kompartemen, yakitu :
pain, pulse present dimana perabaan pulsasi pada daerah distal biasanya masih bisa
teraba, parestesi pada daerah distribusi saraf perifer dan menurunnya sensasi pada
kulit daerah yang terkena, serta tegang dan bengkak pada daerah yang terkena ( 2 ).
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Foto Rontgen
Untuk mengetahui apakah terdapat fraktur pada tulang atau tidak yang
berguna untuk mengetahui asal dari rasa nyeri tersebut ( 1 ).
Arteriografi
Untuk mengetahui ada atau tidak cedera pada arterinya ( 1 ).
SINDROMA KOMPARTEMEN
SINDROMA KOMPARTEMEN
SINDROMA KOMPARTEMEN
SINDROMA KOMPARTEMEN
SINDROMA KOMPARTEMEN
orang dewasa yang mabuk serta intoksikasi obat atau fraktur pada anak anak yang
ketakutan sehingga evaluasi neurologik sulit dilakukan.
Pasien yang tidak respons. Pada pasien yang tidak sadar dikarenakan cedera kepala
atau overdosis obat evaluasi klinis tidak mungkin dilakukan.
Pasien dengan cedera neurovascular ( 2 ).
SINDROMA KOMPARTEMEN
BAB IV
SINDROMA KOMPARTEMEN
diagnosis dan terapi sindrom kompartemen. Kerusakan nervus permanen akan mulai terjadi
setelah 6 jam terjadinya hipertensi intrakompartemen. Jika dicurigai adanya sindrom
kompartemen maka pengukuran tekanan dan konsultasi yang diperlukan harus segera
dilakukan secepatnya ( 1 ).
Penanganan Sindrom Kompartemen, meliputi :
Terapi Medikal / Non Operatif
Terapi ini dipilih apabila masih curiga terhadap adanya sindrom kompartemen yaitu
dengan cara :
Menempatkan kaki setinggi jantung dengan tujuan untuk mempertahankan
ketinggian kompartemen yang minimal, elevasi dihindari karena dapat
menurunkan aliran darah dan akan lebih memperberat iskemia.
Pada khasus penurunan ukuran kompartemen gips harus di buka dan pembalut
konstriksi dilepas.
Pada khasus gigitan ular berbisa, pemberian anti racun dapat menghambat
perkembangan sindrom kompartemen.
Mengoreksi hipoperfusi dengan cairan kristaloid dan produk darah.
Pada peningkatan isi kompartemen, diuretik dan pemakaian manitol dapat
mengurangi tekanan kompartemen. Manitol mereduksi edema seluler dengan
memproduksi kembali energi seluler yang normal dan mereduksi sel otot yang
nekrosis melalui kemampuan dari radikal bebas.
Menggunakan aspirin atau ibuprofen untuk mengurangi inflamasi ( 1 ).
Terapi Pembedahan / Operatif
Indikasi untuk dilakukan terapi operatif untuk sindrom kompartemen yaitu
apabila tekanan intrakompartemen > 30 mmHg dan memerlukan tindakan yang cepat
dan segera untuk dilakukan fasciotomi. Tujuan dari melakukan fasciotomi ini adalah
untuk menurunkan tekanan dengan memperbaiki perfusi otot ( 1 ).
Fakultas Kedokteran TRISAKTI
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Bedah
RSAL Dr.MINTOHARDJO
24
SINDROMA KOMPARTEMEN
(1)
SINDROMA KOMPARTEMEN
Gambaran klinik yang meragukan dengan resiko tinggi ( pasien koma, pasien dengan
masalah psikiatrik dan dibawah pengaruh narkoba ), dengan tekanan jaringan > 30
mmHg pada pasien yang diharapkan memiliki tekanan jaringan yang normal.
Bila ada indikasi operasi dekompresi harus segera dilakukan karena penundaan akan
meningkatkan kemungkinan kerusakan jaringan intrakompartemen sebagaimana terjadinya
komplikasi ( 1 ).
Waktu adalah inti dari diagnosis dan terapi sindrom kompartemen. Kerusakan nervus
permanen mulai setelah 6 jam terjadinya hipertensi intrakompartemen. Jika dicurigai adanya
sindrom kompartemen, pengukuran dan konsultasi yang diperlukan harus segera dilakukan
secepatnya ( 1 ).
Beberapa teknik telah diterapkan untuk operasi dekompresi untuk semua sindrom
kompartemen akut. Prosedur ini dilakukan tanpa torniket untuk mencegah terjadinya periode
iskemia yang berkepanjangan dan operator juga dapat memperkirakan derajat dari sirkulasi
lokal yang akan didekompresi. Setiap yang berpotensi mambatasi ruang termasuk kulit
dibuka di sepanjang daerah kompartemen, semua kelompok otot harus lunak pada palpasi
setelah prosedur selesai. Debridemen otot harus seminimal mungkin selama operasi
dekompresi kecuali terdapat otot yang telah nekrosis ( 1 ).
SINDROMA KOMPARTEMEN
Incisi lateral dibuat mulai dari distal garis intertrocanterik sampai ke epikondilus
lateral. Dieksisi subkutaneus digunakan untuk mengekspos daerah iliotibial dan dibuat insisi
lurus sejajar dengan insisi kulit sepanjang fascia iliotibial.
Perlahan lahan dibuka sampai vastus lateralis dan septum intermuskular terlihat, perdarahan
ditangani bila ada. Insisi 1 5 cm dibuat pada septum intermuskular lateral perpanjangan ke
proksimal dan distal. Setelah kompartemen anterior dan posterior terbuka, tekanan
kompartemen medial diukur. Jika meningkat dibuat insisi setengah medial untuk
membebaskan kompartemen adductor ( 1 ).
SINDROMA KOMPARTEMEN
kemudian diidentifikasi fascia otot tibialis posterior ke fibula dan dilakukan insisi
secara longitudinal ( 1 ).
Insisi sepanjang 20 25 cm dibuat pada kompartemen anterior, setengah
antara fibula dan caput tibia. Diseksi subkutaneus digunakan untuk mengekspos fascia
kompartemen. Insisi transversal dibuat pada septum intermuskular lateral dan
identifikasi nervus peroneal superficial pada bagian posterior septum. Buka
kompartemen anterior kearah proksimal dan distal pada garis tibialis anterior.
Kemudian dilakukan fasciotomi pada kompartemen lateral ke arah proksimal dan
distal pada garis tubulus fibula ( 1 ).
Insisi kedua dibuat secara longitudinal 1 cm dibelakang garis posterior tibia.
Digunakan diseksi subkutaneus yang luas untuk mengidentifikasi fascia. Dibuat insisi
transversal untuk mengidentifikasi septum antara kompartemen posterior profunda
dan superficial. Kemudian dibuka fascia gastrocsoleus sepanjang kompartemen.
Dibuat insisi lain pada otot fleksor digitorum longus dan dibebaskan seluruh
kompartemen otot tibialis posterior. Jika terjadi peningkatan tekanan pada
kompartemen ini segera dibuka ( 1 ).
SINDROMA KOMPARTEMEN
SINDROMA KOMPARTEMEN
SINDROMA KOMPARTEMEN
SINDROMA KOMPARTEMEN
SINDROMA KOMPARTEMEN
SINDROMA KOMPARTEMEN
SINDROMA KOMPARTEMEN
Luka harus dibiarkan terbuka selama 5 hari kalau terdapat nekrosis otot dapat
dilakukan debridemen, kalau jaringan itu sehat luka dapat dijahit ( tanpa tegangan ) atau
dilakukan pencangkokan kulit atau dibiarkan sembuh dengan intensi sekunder ( 1 ).
Kontraktur Volkmann
Merupakan deformitas pada tangan, jari dan pergelangan tangan karena
adanya trauma pada lengan bawah. Kira kira 1 - 10% dari semua khasus sindrom
kompartemen berkembang menjadi kontraktur volkmann. Disebabkan oleh iskemia
yang biasanya disebabkan oleh peningkatan tekanan ( sindrom kompartemen ).
Iskemia berat yang berlangsung selama 6 8 jam dapat menyebabkan kematian otot
dan nervus yang kemudian menyebabkan infark otot dan kematian serat otot,
kemudian otot digantikan oleh jaringan ikat ( 1 ).
Sindroma Crush
Merupakan suatu keadaan klinis yang disebabkan kerusakan otot yang jika
tidak ditangani akan terjadi kegagalan ginjal dan jantung
( 2 )
SINDROMA KOMPARTEMEN
Diagnosis yang paling sering membingungkan dan sangat sulit dibedakan dengan
sindrom kompartemen adalah oklusi arteri dan kerusakan saraf primer dengan beberapa ciri
yang sama ditemukan pada masing masingnya ( 9 ).
Claudikasio Intermitten
Merupakan nyeri otot atau kelemahan otot pada tungkai bawah karena latihan
dan berkurang dengan istirahat, biasanya nyeri berhenti 2 5 menit setelah
beraktivitas. Hal ini disebabkan oleh adanya oklusi atau obstruksi pada arteri bagian
proksimal yang tidak disertai peningkatan tekanan intrakompartemen ( 1 ).
Fraktur Stress
Merupakan kelainan tulang yang diakibatkan adanya stress yang kecil dan
berulang ulang pada daerah tulang yang menopang berat badan. Ditandai dengan
gejala klinis nyeri lokal pada waktu pergerakan serta nyeri tekan setempat bila
beraktivitas, kadang terjadi pembengkakan ( 9 ).
SINDROMA KOMPARTEMEN
IV.6. Prognosis :
Sindroma kompartemen akut cenderung memiliki hasil akhir yang jelek, toleransi otot
untuk terjadinya iskemia adalah 4 jam. Kerusakan irreversible terjadi bila lebih dari 8 jam.
Jika diagnosa terlambat dapat menyebabkan trauma syaraf dan hilangnya fungsi otot.
Walaupun fasciotomi dilakukan dengan cepat dan awal, hampir 20% pasien mengalami
defisit motorik dan sensorik yang persisten ( 9 ).
SINDROMA KOMPARTEMEN
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1. Kesimpulan :
Sindroma kompartemen adalah suatu kondisi dimana terjadinya akumulasi cairan
bertekanan tinggi pada ruang fascia yang tertutup ( kompertemen ), sehingga mengurangi
perfusi kapiler dibawah batas kebutuhan untuk viabilitas jaringan. Sindroma kompartemen
terbagi menjadi dua tipe yaitu sindroma kompartemen akut dan sindroma kompartemen
kronik.
SINDROMA KOMPARTEMEN
V.2. Saran :
Paramedis hendaknya mampu menegakkan diagnosis sindroma kompartemen secara
tepat.
Paramedis diharapkan mengetahui bahaya dari komplikasi dari adanya sindroma
kompartemen.
Paramedis diharapkan dapat mengambil keputusan untuk segera menindak lanjuti
dimana seseorang di diagnosa menderita sindroma kompartemen.
SINDROMA KOMPARTEMEN
DAFTAR PUSTAKA
1. CIBA
Fakultas Kedokteran TRISAKTI
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Bedah
RSAL Dr.MINTOHARDJO
40
SINDROMA KOMPARTEMEN
2. http://www.uwhealth.org/sportsmedecine/compartmentsy
ndrome/11474
3. ATLS
4. Panduan Praktis Ilmu Penyakit Dalam.
5. Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi.