Anda di halaman 1dari 42

SINDROMA KOMPARTEMEN

BAB I
PENDAHULUAN

Sindroma kompartemen adalah suatu kondisi dimana terjadinya peningkatan tekanan


intertisial di dalam ruangan yang terbatas, yaitu di dalam kompartemen osteofacial yang
tertutup. Peningkatan tekanan intra kompartemen akan mengakibatkan berkurangnya perfusi
jaringan dan tekanan oksigen jaringan, sehingga terjadi gangguan sirkulasi dan fungsi
jaringan di dalam ruangan tersebut.
Di Amerika, ekstremitas bahwa distal anterior adalah yang paling banyak dipelajari
untuk sindroma kompartemen dan dianggap sebagai yang kedua paling sering untuk trauma
sekitar 2 12%. Dari penelitian McQueen ( 2000 ) sindroma kompartemen lebih sering di
diagnosa pada pria dari pada wanita, tapi hal ini memiliki bias oleh karena pria lebih sering
mengalami luka trauma di bandingkan wanita. McQueen memeriksa 164 pasien yang di
diagnosis sindroma kompartemen, 69% pasien yang berhubungan dengan fraktur dan
sebagian adalah fraktur tibia. Ellis pada tahun 1958 melaporkan bahwa 2% iskemi, kontraktur
sering terjadi pada fraktur tibia. Detmer dkk melaporkan bahwa sindroma kompartemen
bilateral terjadi pada 82% pasien yang menderita sindroma kompartemen kronis. Sindroma
kompartemen akut sering terjadi akibat trauma terutama di daerah tungkai bawah dan tungkai
atas.

Fakultas Kedokteran TRISAKTI


Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Bedah
RSAL Dr.MINTOHARDJO
1

SINDROMA KOMPARTEMEN

Apabila sindroma kompartemen telah terjadi lebih dari 8 jam, maka dapat
mengakibatkan nekrosis dari syaraf dan otot dalam kompartemen. Iskemik berat yang
berlangsung selama 6 8 jam dapat menyebabkan kematian otot dan nervus yang kemudian
menyebabkan terjadinya kontraktur Volkman. Sedangkan komplikasi sistemik yang dapat
dari sindroma kompartemen meliputi gagal ginjal akut, sepsis dan acute respiratory distress
syndrome ( ARDS ) yang fatal jika terjadi sepsis kegagalan organ secara multi sistem

( 1 )

timbul

Tujuan dari penulisan referat ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat program
pendidikan Profesi Kedokteran pada bagian Ilmu Penyakit Bedah di Rumah Sakit Umum
Daerah Kota Semarang. Melalui penulisan referat yang berjudul Sindroma Kompartemen
diharapkan dapat menambah informasi dan ilmu pengetahuan bagi penulis dan pembaca serta
dapat digunakan sebagai referensi bagi mahasiswa kedokteran untuk mengetahui lebih dalam
tentang sindroma kompartemen.

Fakultas Kedokteran TRISAKTI


Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Bedah
RSAL Dr.MINTOHARDJO
2

SINDROMA KOMPARTEMEN

BAB II
SINDROMA KOMPARTEMEN

II.1. Definisi :
Fakultas Kedokteran TRISAKTI
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Bedah
RSAL Dr.MINTOHARDJO
3

SINDROMA KOMPARTEMEN

Sindroma kompartemen adalah suatu keadaan dimana terjadi akumulasi cairan yang
bertekanan tinggi pada ruangan fascia yang tertutup ( kompartemen ) sehingga mengurang
perfusi kapiler dibawah batas kebutuhan untuk viabilitas jaringan ( 2 ).

II.2. Anatomi :
Mengetahui anatomi kompartemen merupakan hal yang penting untuk memahami
patofisiologi, diagnosis dan terapi sindroma kompartemen. Kompartemen adalah merupakan
daerah tertutup yang dibatasi oleh tulang, interosseus membran dan fascia yang melibatkan
jaringan otot, syaraf dan pembuluh darah. Otot mempunyai perlindungan khusus yaitu fascia,
dimana fascia ini melindungi semua serabut otot dalam satu kelompok ( 1, 3 ).
Secara anatomi sebagian besar kompartemen terletak di anggota gerak, antara lain :
Lengan atas terbagi menjadi dua kompartemen, yaitu :
Anterior : terdiri dari otot biceps brachii, brachialis, choracobrachialis dibatasi tulang
humerus, septum intermusculer lateral dan medial serta dipersarafi oleh nervus
musculocutaneus. Diperdarahi oleh arteri brachialis dan vena chepalica. Posterior :
terdiri dari otot triceps brachii, anconeus dibatasi oleh tulang humerus, septum
intermusculer lateral dan medial serta dipersarafi oleh nervus radialis. Diperdarahi
oleh arteri brachialis dan vena chepalica.

Lengan bawah terbagi menjadi tiga kompartemen, yaitu :


Fleksor superficial : terdiri dari otot pronator teres, fleksor digitorum superficial,
fleksor carpi radialis, palmaris longus, fleksor carpi ulnaris, ekstensor carpi radialis,
Fakultas Kedokteran TRISAKTI
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Bedah
RSAL Dr.MINTOHARDJO
4

SINDROMA KOMPARTEMEN

brachioradialis. Dibatasi oleh tulang radius, septa profunda serta dipersarafi oleh
nervus radialis. Diperdarahi oleh arteri radialis dan vena chepalica.
Fleksor profundus : terdiri dari otot pronator quadrates, fleksor digitorum profundus,
fleksor policis longus. Dibatasi oleh tulang radius, ulna dan membrana interossea.
Dipersarafi nervus medianus dan nervus ulnaris. Diperdarahi oleh arteri ulnaris.
Ekstensor : terdiri dari otot extensor digitorum, extensor digiti minimi, extensor carpi
ulnaris, supinator, abductor pollicis longus, extensor pollicis brevis, extensor pollicis
longus, extensor indicis. Dibatasi oleh tulang radius, ulna dan membrana interossea.
Dipersarafi oleh nervus radialis, interosseous dorsal. Diperdarahi oleh interosseous
dorsal.
Tungkai atas terbagi menjadi tiga kompartemen, yaitu :
Anterior : terdiri dari otot rectus femoris, vastus intermedius, vastus medialis. Dibatasi
oleh tulang femur, septum intermusculare lateral, medial dan fascia lata. Dipersarafi
oleh nervus femoralis.
Medial : terdiri dari otot gracilis, sartorius, adductor manus, adductor longus. Dibatasi
oleh tulang femur, fascia lata. Dipersarafi oleh nervus ischiadicus. Diperdarahi oleh
arteri perforans.
Posterior : terdiri dari otot biceps femoris, semitendinosus, semimembranosus.
Dibatasi oleh tulang femur, septum intermusculare lateral, medial dan fascia lata.
Dipersarafi oleh nervus tibialis.
Tungkai bawah terbagi menjadi empat kompartemen, yaitu :
Anterior : terdiri dari otot tibialis anterior, extensor digitorum longus, extensor
hallucis longus dan peroneus tertius. Dibatasi oleh tulang tibia, fibula, membran
interosseus dan septum intermuscular anterior. Dipersafari oleh nervus peroneus
profunda.
Leteral : terdiri dari otot peroneus longus dan brevis. Dipersarafi oleh nervus peroneal
superficial. Dibatasi oleh tulang fibula, septum intermuscular anterior, septum
intermuscular posterior dan fascia profunda.
Fakultas Kedokteran TRISAKTI
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Bedah
RSAL Dr.MINTOHARDJO
5

SINDROMA KOMPARTEMEN

Posterior superficial : dikelilingi oleh fascia profunda tungkai, terdiri dari otot
gastrocnemius, soleus dan plantaris.
Posterior profunda : berada diantara tulang tibia, fibula, fascia profunda transversa
dan membran interosseous. Terdiri dari otot fleksor digitorum longus, fleksor hallucis
longus, popliteus dan tibialis posterior. Diperdarahi oleh arteri dan vena tibialis
posterior dan dipersarafi oleh nervus tibialis ( 3 ).

II.3. Klasifikasi :
Sindroma kompartemen dibagi menjadi dua tipe, yaitu :
1. Sindroma Kompartemen Akut.
Sindroma kompartemen akut merupakan suatu tanda kegawatan medis.
Ditandai dengan pembengkakan dan nyeri yang terjadi dengan cepat. Tekanan dalam
kompartemen yang meningkat dengan cepat dapat menyebabkan tekanan pada saraf,
arteri dan vena sehingga tanpa penanganan yang tepat akan terjadi paralisis, iskemik
jaringan bahkan kematian. Penyebab umum terjadinya sindroma kompartemen akut
adalah fraktur, trauma jaringan lunak, kerusakan pada arteri dan luka bakar ( 1, 4 ).
2. Sindroma Kompartemen Kronik.
Sindroma kompartemen kronik bukan merupakan suatu kegawatan medis dan
seringkali dikaitkan dengan nyeri ketika aktivitas olahraga. Ditandai dengan
meningkatnya tekanan kompartemen ketika melakukan aktivitas olahraga saja. Gejala
ini dapat hilang dengan hanya menghentikan aktivitas olahraga tersebut . Penyebab
umum sindroma kompartemen kronik biasa terjadi akibat melakukan aktivitas
berulang ulang, misalnya pelari jarak jauh, pemain basket, sepak bola dan militer
4)

Fakultas Kedokteran TRISAKTI


Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Bedah
RSAL Dr.MINTOHARDJO
6

( 1,

SINDROMA KOMPARTEMEN

II.4. Etiologi :
Ada banyak penyebab yang dapat meningkatkan tekanan jaringan lokal yang
kemudian menyebabkan sindroma kompartemen, akan tetapi ada tiga mekanisme yang
seringkali mendasari terjadinya sindroma kompartemen yaitu adanya peningkatan akumulasi
cairan dalam ruang kompartemen, menyempitnya ruang kompartemen dan tekanan dari luar
yang menghambat pengembangan volume kompartemen ( 2 ).
1. Peningkatan akumulasi cairan dalam ruangan kompartemen.
Merupakan mekanisme yang paling sering menyebabkan sindroma kompartemen. Hal ini
dapat disebabkan oleh hal hal dibawah ini :
Fraktur, terutama fraktur tibia merupakan penyebab yang paling sering menyababkan
peningkatan akumulasi cairan dalam ruangan kompartemen.
Cedera pada pembuluh darah besar, dapat menyebabkan sindroma kompartemen
I.
II.

melalui tiga mekanisme yaitu :


Perdarahan yang masuk ke dalam ruang kompartmen.
Sumbatan partial pada pembuluh darah sedang tanpa disertai adanya sirkulasi

III.

kolateral yang adekuat.


Pembengkakan post iskemia dan sindroma kompartemen terjadi bila perbaikan

arteri dan sirkulasi tertunda terlebih dari enam jam.


Olahraga berat, dapat menyebabkan sindroma kompartemen akut dan kronik.
Seringkali dihubungkan nyeri pada kompartemen anterior pada tungkai. Bila gejala
ini timbul maka olahraga tersebut harus segera dihentikan.
Luka bakar, selain dapat menyebabkan penyempitan ruang kompartemen. Luka bakar
juga dapat meningkatkan akumulasi cairn dalam ruang kompartemen dengan
Fakultas Kedokteran TRISAKTI
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Bedah
RSAL Dr.MINTOHARDJO
7

SINDROMA KOMPARTEMEN

timbulnya edema yang massif. Maka dekompresi melalaui escharotomy harus segera
dilakukan untuk menghindari tamponade kompartemen.
Penyebab lain akumulasi cairan adalah perdarahan akibat pemeberian antikoagulan, infiltrasi
cairan dalam ruang kompartemen, gigitan ular dan lain lain ( 2 ).

2. Menyempitnya ruang kompartemen.


Jahitan tertutup pada fascia, seringkali terjadi pada atlit marathon yang memiliki otot
hernia serta kerusakan fascia. Hernia biasanya bilateral dan berkembang pada
sepertiga tungkai bawah pada kompartemen anterior dan lateral. Selama ini seringkali
dilakukan jahitan ketat pada hernia otot yang mengalami kerusakan fascia. Hal ini
mengakibatkan terjadinya pengurangan volume kompartemen dan meningkatkan
tekanan intra kompartemen sehingga menimbulkan sindroma kompartemen akut.
Oleh karena itu terapi utama pada pelari dengan nyeri pada tungkai dan hernia otot
adalah fascial release bukan fascial closure.
Luka bakar derajat tiga, luka bakar ini mengurangai ukuran kompartemen dan
menimbulkan jaringan parut pada kulit, jaringan subkutan dan fascia menjadi satu.
Hal ini membutuhkan dekompresi escharotomy segera ( 2 ).
3. Tekanan dari luar.
Intoksikasi obat, ketidaksadaran akibat penggunaan obat yang overdosis dapat
memicu tidak hanya multiple sindroma kompartemen akan tetapi sindroma crush bila
orang tersebut berbaring dengan tungkai terjepit. Tertekannya lengan serta tungkai
menghasilkan peningkatan tekanan intra kompartemen lebih dari 50 mmHg.
Penggunaan gips yang terlalu ketat, hal ini dapat menimbulkan tekanan eksternal
dikarenakan membatasi perkembangan dari kompartemen ( 2 ).
Fakultas Kedokteran TRISAKTI
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Bedah
RSAL Dr.MINTOHARDJO
8

SINDROMA KOMPARTEMEN

Fakultas Kedokteran TRISAKTI


Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Bedah
RSAL Dr.MINTOHARDJO
9

SINDROMA KOMPARTEMEN

BAB III
PATOFISIOLOGI

III.1. Patofiologi
Ekstremitas atas dan bawah memiliki beberapa kompartemen yang didalamnya
terdapat otot, pembuluh darah dan saraf. Mesing masing kompartemen dibungkus oleh
jaringan lunak dan tipis yang disebut dengan fascia. Fascia inilah yang melindungi dan
menjaga kompartemen tetap pada tempatnya. Fascia ini tidak elastis sehingga tidak
mempunyai kemampuan untuk meregang ( 5 ).
Sindroma kompartemen diawali dengan beberapa kondisi berupa fraktur, cedera
pembuluh darah, olahraga berlebih, penekanan tungkai dalam waktu yang lama atau
benturan. Keadaan traumatik diatas menyebabkan perdarahan dan edema pada sebuah
kompartemen otot yang tertutupi oleh fascia yang tidak mampu meregang. Tekanan yang
meningkat pada kompartemen menghasilkan kompartemen tamponade ( 2 ).
Jika tekanan tersebut meningkat terus menerus dalam beberapa jam maka akan terjadi
kerusakan fungsi dari jaringan otot dan saraf. Hal ini mengakibatkan terjadinya keadaan
iskemia yang juga menghasikan edema sehingga terjadinya sebuah lingkaran setan. Selain itu
keadaan infark jaringan otot dan cedera saraf mengakibatkan terjadinya kontraktur Volkmann
.

(2)

Fakultas Kedokteran TRISAKTI


Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Bedah
RSAL Dr.MINTOHARDJO
10

SINDROMA KOMPARTEMEN

Maka dari itu diagnosis yang tepat dan dekompresi melalui fasciotomi yang
menyebabkan peregangan otot dapat berkembangan merupakan hal yang penting guna
mengembalikan sirkulasi dan mencegah keadaan menjadi lebih parah hingga akhirnya
reversible ( 2 ).

SKEMA PATOFISIOLOGI SINDROMA


KOMPARTEMEN

FRAKTUR, CEDERA PEMBULUH DARAH, OLAHRAGA BERLEBIH,


TEKANAN EKSTERNAL MEMANJANG, LUKA BAKAR, PENYEBAB
LAINNYA

Edema / Perdarahan

Peningkatan Tekanan Kompartemen


Fakultas Kedokteran TRISAKTI
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Bedah
RSAL Dr.MINTOHARDJO
11

SINDROMA KOMPARTEMEN

Tamponade Kompartemen

Iskemia Otot
Saraf

Cedera

Kontraktur

Volkmann

Infark Otot

Fakultas Kedokteran TRISAKTI


Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Bedah
RSAL Dr.MINTOHARDJO
12

SINDROMA KOMPARTEMEN

Fakultas Kedokteran TRISAKTI


Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Bedah
RSAL Dr.MINTOHARDJO
13

SINDROMA KOMPARTEMEN

III.2. Gejala Klinis


Sindroma kompartemen memiliki gejala klinis yang khas yang dikenal dengan 6Ps
yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Pain.
Pallor.
Parasthesia.
Paresis.
Pulse present .
Pink color
Meskipun gejala diatas merupakan gejala klinis dari sindroma kompartemen akan

tetapi gejala diatas tidak selalu timbul pada setiap kejadian. Nyeri dan parasthesia merupakan
gejala yang paling sering ditemukan pada sindroma kompartemen ( 6 ).

Fakultas Kedokteran TRISAKTI


Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Bedah
RSAL Dr.MINTOHARDJO
14

SINDROMA KOMPARTEMEN

III.3. Diagnosis
Diagnosis klinik pada sindroma kompartemen didasarkan pada anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

ANAMNESIS
Fakultas Kedokteran TRISAKTI
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Bedah
RSAL Dr.MINTOHARDJO
15

SINDROMA KOMPARTEMEN

Nyeri
Nyeri merupakan gejala yang paling sering ditemukan pada sindroma
kompartemen. Nyeri yang bertambah dan khususnya meningkat dengan gerakan pasif
yang meregangkan otot yang bersngkutan merupakan salah satu tanda khas dari
6Ps . Akan tetapi nyeri ini merupakan gejala yang sangat subjektif karena
kemampuan seseorang menahan rasa sakit berbeda beda. Selain itu pengurangan
fungsi sensoris seringkali mengaburkan rasa nyeri yang terjadi ( 2 ).
Perestesi
Parestesi merupakan gejala yang sering ditemukan pada penderita sindroma
kompartemen yang dalam keadaan sadar dan kooperatif. Hal ini merupakan
manifestasi

klinis

akibat

defisit

sensorik.

Pada

awalnya

defisit

sensorik

mengakibatkan paresthesia akan tetapi lama kelamaan jika penanganannya tertunda,


keadaan ini dapat memicu terjadinya hipesthesia dan anesthesia ( 2 ).
Riwayat trauma
Semua trauma ekstremitas potensial untuk menimbulkan terjadinya sindroma
kompartemen. Sejumlah cedera yang mempunyai resiko tinggi yaitu fraktur tibia dan
antebrakhi, balutan kasa atau immobilisasi dengan gips yang ketat, crush injury pada
massa otot yang luas, tekanan setempat yang cukup lama, peningkatan permeabilitas
kapiler dalam kompartemen akibat perfusi otot yang mengalami iskemia, luka bakar
atau latihan berat. Kewaspadaan yang tinggi sangat penting pada penderita dengan
penurunan kesadaran atau keadaan lain yang tidak dapat merasakan nyeri ( 7 ).

PEMERIKSAAN FISIK

Inspeksi

Fakultas Kedokteran TRISAKTI


Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Bedah
RSAL Dr.MINTOHARDJO
16

SINDROMA KOMPARTEMEN

Pada inspeksi dapat ditemukan di daerah yang sakit terlihat bengkak, kulit tampak
berwarna pink dan pasien tampak kesakitan.

Palpasi
Pada palpasi didapatkan beberapa tanda khas dari sindroma kompartemen, yakitu :
pain, pulse present dimana perabaan pulsasi pada daerah distal biasanya masih bisa
teraba, parestesi pada daerah distribusi saraf perifer dan menurunnya sensasi pada
kulit daerah yang terkena, serta tegang dan bengkak pada daerah yang terkena ( 2 ).

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Foto Rontgen
Untuk mengetahui apakah terdapat fraktur pada tulang atau tidak yang
berguna untuk mengetahui asal dari rasa nyeri tersebut ( 1 ).

Arteriografi
Untuk mengetahui ada atau tidak cedera pada arterinya ( 1 ).

Pengukuran Tekanan Kompartemen


Pengukuran tekanan secara langsung merupakan gold standard untuk
menegakkan diagnosa sindroma kompartemen. Pengukuran tekanan kompartemen ini
dapat dilakukan dua kali, yaitu sebelum dan setelah latihan dan tidak semua
kompartemen biasanya diuji, tetapi tergantung pada berapa banyak tempat yang
dirasakan sakit oleh pasien.
Normalnya tekanan kompartemen adalah nol. Perfusi yang tidak adekuat dan
iskemia relatif terjadi ketika tekanan meningkat antara 10 30 mmHg dari tekanan
diastolik. Tidak ada perfusi yang efektif ketika tekanannya sama dengan tekanan
diastolik. Selama tekanan pada salah satu kompartemen kurang dari 30 mmHg
( tekanan pengisian kapiler diastolik ), maka tidak perlu khawatir tentang terjadinya

Fakultas Kedokteran TRISAKTI


Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Bedah
RSAL Dr.MINTOHARDJO
17

SINDROMA KOMPARTEMEN

sindroma kompartemen. Tes dianggap positif jika memiliki tekanan 15 mmHg


sebelum latihan atau 30 mmHg setelah latihan selama satu menit atau 20 mmHg
setelah latihan selama 5 menit ( 2 ).

Prosedur pengukuran tekanan kompartemen antara lain :


a) Teknik pengukuran langsung dengan teknik injeksi
Teknik injeksi adalah kriteria diagnostik standard yang seharusnya
menjadi prioritas utama jika dalam penyusunan diagnosis terdapat penuh tanda tanya.
Tonometer tekanan stryker banyak digunakan untuk mengukur tekanan jaringan yang
tidak membutuhkan alat khusus. Alat yang dibutuhkan spuit 20 cc, three way tap,
tabung intravena, normal saline steril, manometer air raksa untul mengukur tekanan
darah ( 1 ).
Cara menggunakan teknik ini adalah :
1. Atur spuit dengan plunger pada posisi 15 cc. Tandai saline sampai mengisi
setengah tabung, kemudian tutup three way tap tahan normal saline dalam
tabung.
2. Anestesi lokal pada kulit tapi tidak sampai menginfiltrasi otot. Masukkan
jarum 18 kedalam otot yang diperiksa, hubungkan tabung dengan manometer
air raksa dan buka three way tap.
3. Dorong plunger dan tekanan akan meningkat secara lambat, kemudian baca
manometer air raksa. Saat tekanan kompartemen tinggi, tekanan air raksa akan
naik ( 1 ).

Fakultas Kedokteran TRISAKTI


Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Bedah
RSAL Dr.MINTOHARDJO
18

SINDROMA KOMPARTEMEN

b) Teknik Wick Kateter


Digunakan pertama kali oleh Mubarak untuk mendiagnosis sindroma
kompartemen. Teknik ini tidak membutuhkan injeksi atau infus yang kontinu dari
solution saline untuk mengukur tekanan equilibrium. Kateter wick di desain untuk
mencegah kateter terhalang dari jaringan lunak dan memaksimalkan permukaan
diantara saline dalam kateter dan cairan pada jaringan lunak. Sistem kateter wick
terhubung dengan transduser dan alat perekam untuk mengukur tekanan jaringan ( 2 ).
Cara menggunakan teknik ini adalah :
1. Masukkan kateter dengan jarum ke dalam otot.
2. Tarik jarum dan masukkan kateter wick melalui sarung plastik.
3. Balut wick kateter ke kulit dan dorong sarung plastik kembali, isi sistem dengan
normal saline yang mengandung heparine dan ukur tekanan kompartemen dengan
transducer recorder. Periksa ulang patensi kateter dengan tangan menekan pada otot.
Hilangkan semua tekanan external pada otot yang diperiksa dan ukur tekanan
kompartemen, jika tekanan mencapai 30 mmHg maka indikasi dilakukan fasciotomi ( 1
.

Fakultas Kedokteran TRISAKTI


Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Bedah
RSAL Dr.MINTOHARDJO
19

SINDROMA KOMPARTEMEN

c) Teknik Slit Kateter


Metode ini mengkombinasi akurasi, reprodusibilitas, area permukaan yang
luas, pengukuran tekanan ekuilibrum yang cepat dan sistem monitoring tekanan ketika
otot berkontraksi dan latihan. Sistem slit kateter memiliki respon yang cepat guna
studi olahraga dan mudah dibuat dibandingkan wick kateter ( 2 ).

Fakultas Kedokteran TRISAKTI


Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Bedah
RSAL Dr.MINTOHARDJO
20

SINDROMA KOMPARTEMEN

Fakultas Kedokteran TRISAKTI


Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Bedah
RSAL Dr.MINTOHARDJO
21

SINDROMA KOMPARTEMEN

III.4. Indikasi Pengukuran Tekanan Intrakompartemen


Pengukuran tekanan intrakompartemen dianjurkan bila semua gejala serta tanda tidak
ada atau membingungkan dan pada tiga kelompok pasien.
Pasien yang tidak kooperatif. Pada pasien ini interpretasi klinik sulit dilakukan. Pada

orang dewasa yang mabuk serta intoksikasi obat atau fraktur pada anak anak yang
ketakutan sehingga evaluasi neurologik sulit dilakukan.
Pasien yang tidak respons. Pada pasien yang tidak sadar dikarenakan cedera kepala
atau overdosis obat evaluasi klinis tidak mungkin dilakukan.
Pasien dengan cedera neurovascular ( 2 ).

Fakultas Kedokteran TRISAKTI


Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Bedah
RSAL Dr.MINTOHARDJO
22

SINDROMA KOMPARTEMEN

BAB IV

PENANGANAN KOMPARTEMEN SINDROMA


IV.1. Terapi
Tujuan dari terapi sindrom kompartemen adalah mengurangi defisit fungsi neurologis
dengan lebih dulu mengembalikan aliran darah lokal yang biasanya dilakukan dengan
tindakan bedah dekompresi ( 1 ).
Terapi dari sindrom kompartemen yang sederhana yaitu fasciotomi kompartemen
yang terlibat. Walaupun fasciotomi disepakati sebagai terapi yang terbaik, namun beberapa
hal seperti timing masih diperdebatkan. Semua ahli bedah setuju bahwa adanya disfungsi
neuromuskular adalah indikasi mutlak untuk melakukan fasciotomi. Waktu adalah inti dari
Fakultas Kedokteran TRISAKTI
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Bedah
RSAL Dr.MINTOHARDJO
23

SINDROMA KOMPARTEMEN

diagnosis dan terapi sindrom kompartemen. Kerusakan nervus permanen akan mulai terjadi
setelah 6 jam terjadinya hipertensi intrakompartemen. Jika dicurigai adanya sindrom
kompartemen maka pengukuran tekanan dan konsultasi yang diperlukan harus segera
dilakukan secepatnya ( 1 ).
Penanganan Sindrom Kompartemen, meliputi :
Terapi Medikal / Non Operatif
Terapi ini dipilih apabila masih curiga terhadap adanya sindrom kompartemen yaitu
dengan cara :
Menempatkan kaki setinggi jantung dengan tujuan untuk mempertahankan
ketinggian kompartemen yang minimal, elevasi dihindari karena dapat
menurunkan aliran darah dan akan lebih memperberat iskemia.
Pada khasus penurunan ukuran kompartemen gips harus di buka dan pembalut
konstriksi dilepas.
Pada khasus gigitan ular berbisa, pemberian anti racun dapat menghambat
perkembangan sindrom kompartemen.
Mengoreksi hipoperfusi dengan cairan kristaloid dan produk darah.
Pada peningkatan isi kompartemen, diuretik dan pemakaian manitol dapat
mengurangi tekanan kompartemen. Manitol mereduksi edema seluler dengan
memproduksi kembali energi seluler yang normal dan mereduksi sel otot yang
nekrosis melalui kemampuan dari radikal bebas.
Menggunakan aspirin atau ibuprofen untuk mengurangi inflamasi ( 1 ).
Terapi Pembedahan / Operatif
Indikasi untuk dilakukan terapi operatif untuk sindrom kompartemen yaitu
apabila tekanan intrakompartemen > 30 mmHg dan memerlukan tindakan yang cepat
dan segera untuk dilakukan fasciotomi. Tujuan dari melakukan fasciotomi ini adalah
untuk menurunkan tekanan dengan memperbaiki perfusi otot ( 1 ).
Fakultas Kedokteran TRISAKTI
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Bedah
RSAL Dr.MINTOHARDJO
24

SINDROMA KOMPARTEMEN

Apabila tekanannya < 30 mmHg dapat dilakukan observasi terlebih dahulu


dengan cermat dan diperiksa lagi pada jam jam berikutnya, kalau keadaan tungkai
itu membaik evaluasi klinik yang berulang ulang dilanjutkan hingga bahaya telah
terlewati. Kalau tidak ada perbaikan atau kalau tekanan kompartemen meningkat
maka harus segera dilakukan fasciotomi. Keberhasilan dekompresi untuk perbaikan
perfusi adalah 6 jam ( 1 ).
Ada dua teknik dalam fasciotomi yaitu teknik insisi tunggal atau insisi ganda.
Tidak ada keuntunganyang utama dari kedua teknik ini. Insisi ganda pada tungkai
bawah paling sering digunakan karena lebih aman dan lebih efektif, sedangkan insisi
tunggal membutuhkan diseksi yang lebih luas dan resiko kerusakan arteri dan vena
peroneal. Pada tungkai bawah fasciotomi dapat berarti membuka keempat
kompartemen, kalau perlu dengan mengeksisi satu segmen fibula. Luka harus
dibiarkan terbuka, kalau terdapat nekrosis otot dapat dilakukan debridemen jika
jaringan sehat luka dapat dijahit ( tanpa regangan ) atau dilakukan pencangkokan kulit
.

(1)

Indikasi untuk melakukan operasi dekompresi, antara lain :


Adanya tanda tanda sindrom kompartemen seperti nyeri hebat.

Fakultas Kedokteran TRISAKTI


Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Bedah
RSAL Dr.MINTOHARDJO
25

SINDROMA KOMPARTEMEN

Gambaran klinik yang meragukan dengan resiko tinggi ( pasien koma, pasien dengan
masalah psikiatrik dan dibawah pengaruh narkoba ), dengan tekanan jaringan > 30
mmHg pada pasien yang diharapkan memiliki tekanan jaringan yang normal.
Bila ada indikasi operasi dekompresi harus segera dilakukan karena penundaan akan
meningkatkan kemungkinan kerusakan jaringan intrakompartemen sebagaimana terjadinya
komplikasi ( 1 ).
Waktu adalah inti dari diagnosis dan terapi sindrom kompartemen. Kerusakan nervus
permanen mulai setelah 6 jam terjadinya hipertensi intrakompartemen. Jika dicurigai adanya
sindrom kompartemen, pengukuran dan konsultasi yang diperlukan harus segera dilakukan
secepatnya ( 1 ).
Beberapa teknik telah diterapkan untuk operasi dekompresi untuk semua sindrom
kompartemen akut. Prosedur ini dilakukan tanpa torniket untuk mencegah terjadinya periode
iskemia yang berkepanjangan dan operator juga dapat memperkirakan derajat dari sirkulasi
lokal yang akan didekompresi. Setiap yang berpotensi mambatasi ruang termasuk kulit
dibuka di sepanjang daerah kompartemen, semua kelompok otot harus lunak pada palpasi
setelah prosedur selesai. Debridemen otot harus seminimal mungkin selama operasi
dekompresi kecuali terdapat otot yang telah nekrosis ( 1 ).

IV.2. Fasciotomi untuk sindrom kompartemen akut :


Teknik Tarlow

Fakultas Kedokteran TRISAKTI


Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Bedah
RSAL Dr.MINTOHARDJO
26

SINDROMA KOMPARTEMEN

Incisi lateral dibuat mulai dari distal garis intertrocanterik sampai ke epikondilus
lateral. Dieksisi subkutaneus digunakan untuk mengekspos daerah iliotibial dan dibuat insisi
lurus sejajar dengan insisi kulit sepanjang fascia iliotibial.
Perlahan lahan dibuka sampai vastus lateralis dan septum intermuskular terlihat, perdarahan
ditangani bila ada. Insisi 1 5 cm dibuat pada septum intermuskular lateral perpanjangan ke
proksimal dan distal. Setelah kompartemen anterior dan posterior terbuka, tekanan
kompartemen medial diukur. Jika meningkat dibuat insisi setengah medial untuk
membebaskan kompartemen adductor ( 1 ).

Facsiotomi kompartemen tungkai bawah :


Fibulektomi :
Prosedur radikal dan jarang dilakukan dan jika ada, termasuk indikasi pada
sindrom kompartemen akut. Insisi tunggal dapat digunakan untuk jaringan lunak pada
ekstremitas. Teknik insisi ganda lebih aman dan efektif ( 1 ).
Fasciotomi insisi tunggal ( darvey, Rorabeck dan Fowler ) :
Dibuat insisi lateral, longitudinal pada garis fibula, sepanjang mulai dari distal
caput fibula sampai 3 4 cm proksimal malleolus lateralis. Kulit dibuka pada bagian
anterior dan jangan sampai melukai nervus peroneal superficial. Dibuat fasciotomi
longitudinal pada kompartemen anterior dan lateral. Berikutnya kulit dibuka ke
bagian posterior dan dilakukan fasciotomi kompartemen posterior superficial. Batas
antara kompartemen superficial dan lateral dan interval ini diperluas ke atas dengan
memotong soleus dari fibula. Otot dan pembuluh darah peroneal ditarik ke belakang,
Fakultas Kedokteran TRISAKTI
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Bedah
RSAL Dr.MINTOHARDJO
27

SINDROMA KOMPARTEMEN

kemudian diidentifikasi fascia otot tibialis posterior ke fibula dan dilakukan insisi
secara longitudinal ( 1 ).
Insisi sepanjang 20 25 cm dibuat pada kompartemen anterior, setengah
antara fibula dan caput tibia. Diseksi subkutaneus digunakan untuk mengekspos fascia
kompartemen. Insisi transversal dibuat pada septum intermuskular lateral dan
identifikasi nervus peroneal superficial pada bagian posterior septum. Buka
kompartemen anterior kearah proksimal dan distal pada garis tibialis anterior.
Kemudian dilakukan fasciotomi pada kompartemen lateral ke arah proksimal dan
distal pada garis tubulus fibula ( 1 ).
Insisi kedua dibuat secara longitudinal 1 cm dibelakang garis posterior tibia.
Digunakan diseksi subkutaneus yang luas untuk mengidentifikasi fascia. Dibuat insisi
transversal untuk mengidentifikasi septum antara kompartemen posterior profunda
dan superficial. Kemudian dibuka fascia gastrocsoleus sepanjang kompartemen.
Dibuat insisi lain pada otot fleksor digitorum longus dan dibebaskan seluruh
kompartemen otot tibialis posterior. Jika terjadi peningkatan tekanan pada
kompartemen ini segera dibuka ( 1 ).

Fakultas Kedokteran TRISAKTI


Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Bedah
RSAL Dr.MINTOHARDJO
28

SINDROMA KOMPARTEMEN

Fakultas Kedokteran TRISAKTI


Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Bedah
RSAL Dr.MINTOHARDJO
29

SINDROMA KOMPARTEMEN

Fasciotomi pada lengan bawah :


Pendekatan Volar ( Henry )

Dekompresi kompartemen fleksor volar profunda dan superficial dapat


dilakukan dengan insisi tunggal. Insisi kulit dimulai dari proksimal ke fossa antecubiti
sampai ke palmar pada daerah tunnel carpal. Tekanan kompartemen dapat diukur
selama operasi untuk mengkonfirmasi dekompresi, tidak ada penggunaan torniket.
Insisi kulit mulai dari medial ke tendon bicep bersebelahan dengan siku kemudian ke
sisi radial tangan dan diperpanjangan ke arah distal sepanjang brachioradialis

Fakultas Kedokteran TRISAKTI


Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Bedah
RSAL Dr.MINTOHARDJO
30

SINDROMA KOMPARTEMEN

dilanjutkan ke palmar. Kemudian kompartemen fleksor superficial di insisi mulai titik


1 atau 2 cm diatas siku ke arah bawah sampai pergelangan tangan ( 1 ).
Kemudian nervus radialis diidentifikasi dibawah brachioradialis, keduanya
kemudian ditarik ke arah radial. Kemudian fleksor carpi radialis dan arteri radialis
ditarik ke sisi ulnar yang akan mengekspos fleksor digitorum profundus, fleksor
pollicis longus, pronatus quadratus dan pronator teres. Karena sindrom kompartemen
biasanya melibatkan kompartemen fleksor profunda harus dilakukan dekompresi
fascia disekitar otot tersebut untuk memastikan bahwa dekompresi yang adekuat telah
dilakukan ( 1 ).
Pendekatan Volar Ulnar
Pendekatan volar ulnar dilakukan dengan cara yang sama dengan pendekatan
Henry. Lengan disupinasikan dan insisi mulai dari medial bagian atas tendon bicep
melewati lipatan siku terus ke bawah melewati garis ulnar lengan bawah dan sampai
ke carpal tunnel sepanjang lipatan thenar.
Fascia superficial pada fleksor carpi ulnaris di insisi ke atas sampai ke aponeurosis
siku dan ke carpal tunnel ke arah distal. Kemudian dicari batas antara fleksor carpi
ulnaris dan fleksor digitorum sublimis. Pada dasar fleksor digitorum sublimis terdapat
arteri dan nervus ulnaris yang harus dicari dan dilindungi. Fascia pada kompartemen
fleksor profunda kemudian di insisi ( 1 ).
Pendekatan Dorsal
Setelah kompartemen superficial dan fleksor profunda lengan bawah
didekompresi, harus diputuskan apakah perlu dilakukan fasciotomi dorsal
( ekstensor ). Hal ini lebih baik ditentukan dengan pengukuran tekanan kompartemen
intraoperatif setelah dilakukan fasciotomi kompartemen fleksor. Jika terjadi
Fakultas Kedokteran TRISAKTI
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Bedah
RSAL Dr.MINTOHARDJO
31

SINDROMA KOMPARTEMEN

peningkatan tekanan pada kompartemen dorsal yang terus meningkat, fasciotomi


harus dilakukan dengan posisi lengan bawah pronasi. Insisi lurus dari epikondilus
lateral sampai garis tengah pergelangan tangan, batas antara ekstensor carpi radialis
brevis dan ekstensor digitorum komunis di identifikasi kemudian dilakukan
fasciotomi ( 1 ).

Fakultas Kedokteran TRISAKTI


Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Bedah
RSAL Dr.MINTOHARDJO
32

SINDROMA KOMPARTEMEN

Fakultas Kedokteran TRISAKTI


Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Bedah
RSAL Dr.MINTOHARDJO
33

SINDROMA KOMPARTEMEN

IV.3. Fasciotomi untuk sindroma kompartemen kronik :


Fasciotomi insisi tunggal : Teknik Fronek
Dibuat sebuah insisi 5 cm pada pertengahan fibula dan kaput tibia atau melalui
defek fascia jika terdapat hernia muskuler pada daerah keluarnya nervus peroneal.
Nervus peroneal segera dicari dan dilewatkan fasciotom ke kompartemen anterior
pada garis otot tibialis anterior. Pada kompartemen lateral, fasciotom diarahkan ke
posterior nervus peroneal superficial pada garis fibular. Tutup kulit dengan cara biasa
dan pasang pembalut steril ( 1 ).

Fasciotomi insisi ganda : Teknik Rorebeck


Dibuat 2 insisi pada tungkai bawah 1 cm dibelakang garis posteromedial tibia.
Kemudian dicari vena saphenus pada insisi proksimal dan tarik ke anterior bersama
dengan saraf, masuk dan dibuka kompartemen superficial kemudian fascia profunda
di insisi. Kompartemen profunda diekspos termasuk otot digitorum longus dan tibialis
posterior dengan merobek sambungan soleus. Kumparan neurovaskuler dan tendo
tibialis posterior kemudian di insisi ke proksimal dan distal fascia pada tendon
tersebut. Tibialis posterior adalah kunci dekompresi kompartemen posterior dan
biasanya berkontraksi ke proksimal antara fleksor hallucis longus, lebarkan batas
antaranya

untuk memeriksa kontraksinya. Tutup luka diatas drain untuk

meminimalkan pembentukan hematom ( 1 ).

Perawatan pasca operasi :


Fakultas Kedokteran TRISAKTI
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Bedah
RSAL Dr.MINTOHARDJO
34

SINDROMA KOMPARTEMEN

Luka harus dibiarkan terbuka selama 5 hari kalau terdapat nekrosis otot dapat
dilakukan debridemen, kalau jaringan itu sehat luka dapat dijahit ( tanpa tegangan ) atau
dilakukan pencangkokan kulit atau dibiarkan sembuh dengan intensi sekunder ( 1 ).

IV.4. Komplikasi sindroma kompartemen :

Kontraktur Volkmann
Merupakan deformitas pada tangan, jari dan pergelangan tangan karena
adanya trauma pada lengan bawah. Kira kira 1 - 10% dari semua khasus sindrom
kompartemen berkembang menjadi kontraktur volkmann. Disebabkan oleh iskemia
yang biasanya disebabkan oleh peningkatan tekanan ( sindrom kompartemen ).
Iskemia berat yang berlangsung selama 6 8 jam dapat menyebabkan kematian otot
dan nervus yang kemudian menyebabkan infark otot dan kematian serat otot,
kemudian otot digantikan oleh jaringan ikat ( 1 ).

Sindroma Crush
Merupakan suatu keadaan klinis yang disebabkan kerusakan otot yang jika
tidak ditangani akan terjadi kegagalan ginjal dan jantung

. Hal ini dapat terjadi

( 2 )

dikarenakan adanya infark otot pada massa di sejumlah kompartemen akibat


gangguan perfusi otot, iskemia dan pelepasan mioglobulin ( 7 ).

IV.5. Diagnosis banding :

Fakultas Kedokteran TRISAKTI


Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Bedah
RSAL Dr.MINTOHARDJO
35

SINDROMA KOMPARTEMEN

Diagnosis yang paling sering membingungkan dan sangat sulit dibedakan dengan
sindrom kompartemen adalah oklusi arteri dan kerusakan saraf primer dengan beberapa ciri
yang sama ditemukan pada masing masingnya ( 9 ).

Claudikasio Intermitten
Merupakan nyeri otot atau kelemahan otot pada tungkai bawah karena latihan
dan berkurang dengan istirahat, biasanya nyeri berhenti 2 5 menit setelah
beraktivitas. Hal ini disebabkan oleh adanya oklusi atau obstruksi pada arteri bagian
proksimal yang tidak disertai peningkatan tekanan intrakompartemen ( 1 ).

Trombosis Vena Dalam


Merupakan kelainan pembuluh darah vena akibat tersumbatnya vena yang
letaknya dalam sehingga terjadi bendungan. Nyeri lokal secara tiba tiba disertai
edema, eritem dan homans sign merupakan gejala khas penyakit ini ( 8 ).

Fraktur Stress
Merupakan kelainan tulang yang diakibatkan adanya stress yang kecil dan
berulang ulang pada daerah tulang yang menopang berat badan. Ditandai dengan
gejala klinis nyeri lokal pada waktu pergerakan serta nyeri tekan setempat bila
beraktivitas, kadang terjadi pembengkakan ( 9 ).

Sindroma Jepitan Saraf ( Entrapment Neuropathies )


Merupakan gangguan saraf perifer oleh karena keadaan / posisi yang abnormal atau
gangguan vaskularisasi yang menyebabkan iskemia pada saraf ( 9 ).

Fakultas Kedokteran TRISAKTI


Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Bedah
RSAL Dr.MINTOHARDJO
36

SINDROMA KOMPARTEMEN

IV.6. Prognosis :
Sindroma kompartemen akut cenderung memiliki hasil akhir yang jelek, toleransi otot
untuk terjadinya iskemia adalah 4 jam. Kerusakan irreversible terjadi bila lebih dari 8 jam.
Jika diagnosa terlambat dapat menyebabkan trauma syaraf dan hilangnya fungsi otot.
Walaupun fasciotomi dilakukan dengan cepat dan awal, hampir 20% pasien mengalami
defisit motorik dan sensorik yang persisten ( 9 ).

Fakultas Kedokteran TRISAKTI


Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Bedah
RSAL Dr.MINTOHARDJO
37

SINDROMA KOMPARTEMEN

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1. Kesimpulan :
Sindroma kompartemen adalah suatu kondisi dimana terjadinya akumulasi cairan
bertekanan tinggi pada ruang fascia yang tertutup ( kompertemen ), sehingga mengurangi
perfusi kapiler dibawah batas kebutuhan untuk viabilitas jaringan. Sindroma kompartemen
terbagi menjadi dua tipe yaitu sindroma kompartemen akut dan sindroma kompartemen
kronik.

Sindroma kompartemen terjadi melalui tiga mekanisme yaitu adanya peningkatan


akumulasi cairan dalam ruang kompartemen, menyempitnya ruang kompartemen dan tekanan
dari luar yang menghambat pengembangan volume kompartemen.

Fakultas Kedokteran TRISAKTI


Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Bedah
RSAL Dr.MINTOHARDJO
38

SINDROMA KOMPARTEMEN

Prinsip terapi dari sindroma kompartemen adalah mengurangi defisit fungsi


neurologis dengan lebih dulu mengembalikan aliran darah lokal yang biasanya dilakukan
dengan tindakan bedah dekompresi.

Sindroma kompartemen ditegakkan diagnosisnya melalui gejala serta tanda 6Ps


serta pengukuran tekanan intrakompartemen secara langsung. Dimana 6Ps yaitu pain,
pallor, parasthesia, paresis, pink color, dan pulselesness. Penanganan sindroma kompartemen
meliputi terapi medikal atau non operatif dan terapi pembedahan atau operatif melalui
fasciotomi.

V.2. Saran :
Paramedis hendaknya mampu menegakkan diagnosis sindroma kompartemen secara
tepat.
Paramedis diharapkan mengetahui bahaya dari komplikasi dari adanya sindroma
kompartemen.
Paramedis diharapkan dapat mengambil keputusan untuk segera menindak lanjuti
dimana seseorang di diagnosa menderita sindroma kompartemen.

Fakultas Kedokteran TRISAKTI


Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Bedah
RSAL Dr.MINTOHARDJO
39

SINDROMA KOMPARTEMEN

DAFTAR PUSTAKA
1. CIBA
Fakultas Kedokteran TRISAKTI
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Bedah
RSAL Dr.MINTOHARDJO
40

SINDROMA KOMPARTEMEN

2. http://www.uwhealth.org/sportsmedecine/compartmentsy
ndrome/11474
3. ATLS
4. Panduan Praktis Ilmu Penyakit Dalam.
5. Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi.

Fakultas Kedokteran TRISAKTI


Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Bedah
RSAL Dr.MINTOHARDJO
41

Anda mungkin juga menyukai