Anda di halaman 1dari 14

ETHICAL THEORIES

Individual Processes

(Adaptability and responsiveness)


Virtue ethics
Virtue ethics McIntyre
Ethical care - Gilligan

Ethical Learning and Growth


Individual growth Covey
and Senge
Communitarianism Etzioni
Ethical Egoism Rand

Principle

Policy

(Doing right)

(Doing Good)

Deontological ethics
Kantian Imperatives
Rights (hak)
Justice as Fairness - Rawls

Teleological Ethics
Utilitarianism Bentham and
Mill

Institutional Structure
(Fixity and Consistency)

Principle & Policy

Policy : kebijakan adalah suatu


pendekatan untuk mencapai suatu tujuan,
biasanya untuk perbaikan sesuatu yang
bersifat ekonomik, politik atau sosial.
Principle : suatu standar yang
diberlakukan bukan dengan tujuan
perbaikan, tetapi karena memenuhi
tuntutan keadilan/ hukum atau standar
moralitas.

Virtue ethics

Virtue Kebajikan adalah kualitas personal


yang membawa kebahagiaan hidup, hidup
yang baik dan mulia.
Menurut Plato yang disebut kebajikan adalah
wisdom, courage, self-control, dan justice.
Wisdom dari Gilligan dengan perspektif
female CARE : konsep care dalam arti
tidak hanya sampai pada kondisi kompromi
untuk menghindari konflik, tetapi sampai
pada kondisi yang membuka kemungkinan
terjadinya hubungan kerja di antara yang
mereka yang bertentangan pendapat.

Deontological ethics

Kant : prinsip-prinsip universal, tidak ada


perkecualian mis. berbohong adalah salah.
Konsep dari Kant : Categorical imperative
adalah suatu prinsip yang harus dipatuhi, tanpa
perkecualian.
Categorical imperative untuk organisasi
bisnis (Bowie, 1999) : (a) dalam market
interaction tidak dibenarkan eksploitasi,
merugikan dan menipu. (b) respek terhadap
humanity; usaha untuk meminimasikan
perlakuan terhadap orang yang dianggap hanya
sebagai means/ alat untuk mencapai tujuan.

Prima Facie Obligation

Categorical imperative dari Kant


memperoleh tantangan bila dihadapkan
pada persoalan yang membutuhkan
pendekatan lebih fleksibel tetapi tidak
melanggar batas-batas prinsip
prima facie obligation : suatu istilah
yang legal yang merujuk pada kejadian
yang dinyatakan cukup untuk dikatakan
benar.

Ethical Learning and


Growth

Kebijakan dalam sebuah organisasi


menggambarkan moralitas dari tindakantindakan yang hasilnya hanya dapat
dicapai secara tidak langsung.
Hasil akhir itu dapat dicapai melalui
dukungan terhadap terjadinya proses
belajar dalam organisasi yang
memungkinkan orang-orang sebagai
anggota organisasi secara individual
mampu memutuskan untuk dirinya sendiri
secara etikal (mengembangkan semangat
dan nilai-nilai pembelajaran).
Organisasi yang beretika learning and
growth (belajar dan bertumbuh kembang)
tidak dapat diciptakan melalui suatu
keputusan atau perintah.

Teleological ethics

Kebenaran (rightness) dan kebaikan


(goodness) dari suatu tindakan bukan
dinilai dari tindakan itu sendiri, tetapi dari
konsekuensinya.
Etika wacana (Discourse ethics) : right
and wrong ways of arguing about right
and wrong.
Utilitarianism : Suatu tindakan adalah
benar bila menciptakan kebahagiaan.
Maximizing profit maximizing happiness.

Berbagai sikap dalam


menghadapi isu etikal (1)

Ethical neutrality : merasa tidak ada yang


harus dilakukan tentang suatu isu yang
beredar (karena tidak mengerti)
Ethical awareness : mempunyai intuitive
knowledge tentang kewajiban yang patut
dilakukan / merasa tidak nyaman karena
menghadapi isu yang tidak sejalan
dengan nilai yang diyakini.
Ethical convention : berpegang pada
norma yang sudah ada, suatu kejadian
diselesaikan terbaik dengan menerapkan
norma-norma yang konvensional berjalan
sejak lama.
Ethical puzzle : sikap menghadapi isu
etikal sebagai teka-teki yang harus
dipecahkan melalui berbagai mekanisme
dan langkah

Berbagai sikap atau jarak


dalam menghadapi isu
etikal (2)
Ethical problem : sikap menghadapi isu yang

kompleks menyangkut berbagai pertentangan


nilai dan kepentingan dan sulit didapatkan
solusi yang optimum. Diperlukan wacana
discourse ethics.
Ethical dilemma : isu yang dilematis biasanya
isu sosial atau politis.
Ethical cynicism : keyakinan bahwa setiap
solusi hanya akan menguntungkan kepentingan
pribadi pihak yang terlibat, oleh karena itu
lebih baik bersikap membiarkan dan bersikap
sinis dari pada memikirkan perbaikan.
Ethical negotiation : sikap mencari
kemufakatan di antara perbedaan melalu i
voting, opinion polling, mencari konsensus, dan
bernegosiasi.

Pengaruh yang membentuk


sikap/jarak dalam
menghadapi isu etikal

Faktor kultural : pengaruh budaya


etikal dalam organisasi/ etos kerja
Faktor situasional : pengaruh
pekerjaan, posisi dalam organisasi.
Faktor psikologis : kekuatan ego,
ketergantungan pada orang lain, sifat,
locus of control.
Faktor kognitif : faktor tahap
perkembangan moral yang telah
dicapai (L. Kohlberg).

Referensi

Fisher, Colin and Allan Lovell, 2003,


Business Ethics and Values, Harlow,
England : Prentice Hall.

Anda mungkin juga menyukai