Anda di halaman 1dari 13

BAB II

KONSEP MEDIK
A. PENGERTIAN
Trauma adalah adalah cedera, baik fisik atau psikis (Dorland, 1998) ,trauma
esofagus adalah benda baik tajam atau tumpul, atau makanan yang tesangkut dan
tejepit di esophagus karena tertelan. Baik secara sengaja maupun tidak sengaja.
Trauma Esofagus adalah Trauma yang mengenai Esofagus yang disebabkan
oleh Peradangan Esofagus. Dimana kita ketahui Esofagus adalah selang
muskuler,dilapisi mukus yang membawa makanan dari mulut ke lambung. Esofagus
berawal di dasar faring dan berakhir kira-kira 4 cm dibawah diagfragma.
B.

ETIOLOGI
Refluk dari lambung ke Esofagus yang dapat disebabkan oleh tekanan intra

gastrik yang lebih tinggi dari tekanan Esofagus. Tekanan Esofagus seharusnya
minimal 3 mmHg. Bila kurang, maka akan terjadi refluk, Refluk ini akan
mempengaruhi:
1.
2.
3.

Kemampuan spincter bawah untuk menahan refluk.


Daya rangsang bahan refluk.
Kepekaan selaput lendir esophagus terhadap bahan refluk Akibatrangsangan

dari hasil refluk terhadap selaput lendir esophagus ini dapat menimbulkan peradangan
dan menimbulkan Esofagitis.
C.

PATOFISIOLOGI
Ketika benda asing masuk kedalam esophagus dapat membentuk suatu

peradangan pada esophagus dan menimbulkan suatu efek trauma pada esophagus
kemudian menimbulkan suatu edema yang menimbulkan rasa nyeri. Efek lebih lanjut
adalah terjadi penumpukan makanan, rasa penuh dileher dan kemudian dapat
mengganggu system pernapasan sebagai akibat trauma yang juga mempengaruhi
trachea, dimana trachea memiliki jarak yang dekat dengan esophagus.

D. MANIFESTASI KLINIK
Gejala-gejala yang dapat ditimbulkan yaitu sebagai berikut:
1. Pirosis (sensasi terbakar pada Esofagus), rasa panas yang terasa di belakang
sternum bawah dan menjalar ke atas dank e atas epigastrium. Timbul setelah makan
banyak, lebih nyeri lagi bila membungkukkan badan. Berbaring atau mengejang.
Nyeri berkurang saat berdiri atau sesudah minum antacid.
2. Pneumonitis/fibrosis paru. Dikarenakan hasil refluk teraspirasi saat klien tidur.
E.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Tes Bernstein, memberikan cairan NaCL melalui saluran yang dimasukkan lewat
hidung menuju Esofagus. Apabilah nyeri/heart burn, berarti positif. Saat antacid
dimasukkan melalui selang, maka nyeri akan hilang kembali.
2. Esofagoskopi, Hiperemi beserta luka-luka kecil akan terlihat.
3. Riwayat pasien membantu dalam mendapatkan diagnosis akurat. Tes diagnostik
dapat mengcakup 12 sampai 36 jam pemantauan PH Esofagus untuk mengevaluasi
derajat refluks asam; tes lain dapat meliputi Endoskopi atau menelan Barium.
F. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan dimulai dengan penyuluhan pasien untuk menhindari beberapa
factor:
Menghindari factor yang menurunkan tekanan stingfer Esofagus atau
menyebabkan iritasi Esofagus.
Pasien di Instruksikan untuk makan diet rendah lemak, tinggi serat.
Menghindari kafein, tembakau, dan pepermin.
Memberi makan dengan jumlah sedikit tapi sering dan tidak makan lagi 2-3 jam
sebelum tidur.
Posisi kapala ditinggikan 60 cm saat tidur karena bila hanya menggunakan
bantal saja justru dapat menyebabkan tekanan intragaster meningkat dan
menyebabkan refluk.
Mengurangi berat badan bagi yang obesitas untuk mengurangi tekanan
Bethanecol, meningkat tekanan SEB dan mempercepat pengosongan lambung.

Metoklopramid, meningkatkan tekanan SEB.


Simetidin,antagonis reseptor H2 mengurangi produksi asam lambung.
Mengurangi pekerjaan yang perlu mengangkat beban yang berat untuk
mengurangi tekanan intra gaster.

BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Data focus meliputi:

B.

Nyeri pada saat menelan


Nyeri substernal
Perasaan penuh
Ketakutan dan ansietas
Penurunan berat badan
Napas busuk dan batuk
Suara serak dan batuk
Paralise diagfragma

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan disfagia atau susah
menelan.
2. Ketakutan/Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
3. Nyeri yang berhubungan dengan inflamasi Esofagus dan/atau nyeri ulu hati.
4. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka pada Esofagus.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan disfagia atau susah
menelan.
Tujuan : 1. Nafsu makan bertambah.
2. Nutrisi terpenuhi dengan adekuat.

Intervensi :
1.

Berikan makanan dalam jumlah sedikit namun sering.


R/ Porsi makan sedikit tapi sering dapat memenuhi nutrisi dan mencegah muntah.

2. Anjurkan klien untuk mengunyah makanan dengan baik dan makan dengan Perlahan.
R/ memudahkan makanan masuk kedalam Esofagus.
3. Berikan perawatan oral teratur, sering, termasuk minyak untuk bibir.
R/ Mencegah ketidaknyamanan karena mulut dan bibir pecah yang disbabkan oleh
pembatasan cairan dan selang.

4. Catat berat badan saat masuk dan bandingkan dengan saat berikutnya.
R/ Memberikan informasi tentang keadekuatan masukan diet/penentuan kebutuhan
nutrisi.
2. Ketakutan/Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
Tujuan : 1. Ansietas berkurang
2. Kecemasan teratasi
Intervensi :
1.

Awasi respon fisiologis mis, takipnea, palpitasi, pusing, sakit kepala, sensasi
kesemutan.
R/ Dapat menjadi indikatif derajat takut yang dialami pasien tetapi dapat juga
berhubungan dengan kondisi fisik/status syok.
2. Catat petunjuk perilaku contoh gelisah, mudah terangsang, kurang kontak mata,
perilaku melawan/menyerang.
R/ Indikator derajat takut yang dialami pasien mis.,pasien akan merasa tak terkontrol
terhadap situasi atau mencapai status panik.
3. Berikan informasi akurat, nyata tentang apa yang dilakukan, mis.,sensasi yang
diharapkan, prosedur biasa.
R/ Melibatkan pasien dalam rencana asuhan dan menurunkan ansietas yang tak perlu
tentang ketidaktahuan.
4. Berikan lingkungan tenang untuk istrahat.
R/ Memindahkan pasien dari stresor luar meningkatkan relaksasi, dapat
meningkatkan keterampilan koping.
5. Berikan kesempatan pada orang terdekat untuk mengepresikan perasaan/masalah.
Dorong orang terdekat untuk memperlihatkan perilaku nyata positif.
R/ Membantu orang terdekat menerima kecemasan/rasa takutnya sendiri yang dapat
dipindahkan ke pasien. Meningkatkan perilaku
dukungan yang dapat mempermudah penyembuhan.
3. Nyeri yang berhubungan dengan inflamasi Esofagus atau nyeri ulu hati.
Tujuan : 1. Nyeri hilang/terkontrol.
2. Klien merasa nyaman
Intervensi :

1. Catat keluhan nyeri,termasuk lokasi, lamanya, intensitas (skala 0-10).


R/ Nyeri tidak selalu ada tetapi bila ada harus dibandingkan dengan gejala nyeri
pasien sebelumnya dimana dapat membantu mendiagnosa etiologi pendarahan dan
terjadinya komplikasi.
2. Kaji ulang faktor yang meningkatkan atau menurunkan nyeri.
R/ Membantu dalam membuat diagnosa dan kebutuhan terapi.
3. Identifikasi dan batasi makanan yang menimbulkan ketidaknyamanan.
R/ Makanan khusus yang menyebabkan distres yang bermacam-macam antara
individu. Penelitian menunjukkan, merica berbahaya dan kopi (termasuk dekafein)
dan dapat menimbulkan dispepsia.
4. Bantu latihan rentang gerak aktif/pasif.
R/ Menurunkan kekakuan sendi, meminimalkan nyeri/ketidaknyamanan.

4. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka pada Esofagus


Tujuan : 1. Untuk mengurangi komplikasi.
Intervensi :
1. Auskultasi nadi apikal. Awasi kecepatan jantung/irama bila EKG kontinu ada.
R/ Perubahan distrimia dan iskemia dapat terjadi sebagai akibat hipotensi,hipoksia,
asidosis, ketidakseimbangan elektrolit, atau pendinginan dekat area jantung bila
lavase air dingin digunakan untuk mengontrol perdarahan.
2. Kaji kulit terhadap dingin, pucat, berkeringat, pengisian kapiler lambat, dan nadi
perifer lemah.
R/ Vasokontriksi adalah respon simpatis terhadap penurunan volume sirkulasi dan
dapat terjadi sebagai efek samping pemberian vasopresin.
3. Catat laporan nyeri abdomen, khususnya tiba-tiba, nyeri hebat atau nyeri menyebar
kebahu.
R/ Nyeri di sebabkan oleh ulkus gaster sering hilang setelah perdarahan akut karena
efek bufer darah. Nyeri berlanjut atau tiba-tiba dapat menunjukkan iskemia
sehubungan dengan terapi vasokontriksi.
4. Observasi kulit untuk pucat, kemerahan. Pijat dengan minyak. Ubah posisi dengan
sering.
R/ Gangguan pada sirkulasi perifer meningkatkan resiko kerusakan kulit.

D. EVALUASI
Hasil yang diharapkan :
1. Mempertahankan nutrisi yang adekuat.
a. Masukkan kalori dan cairan yang optimal
b. Berat badan dipertahankan
2. Kecemasan berkurang
a. Menunjukkan rileks dan laporan ansietas menurun sampai tingkat dapat
ditangani.
b. Menyatakan rentang perasaan yang tepat.
3. Melaporkan tak ada nyeri atau ketidaknyamanan setelah makan
a. Menyatakan nyeri hilang
b. Menunjukkan postur tubuh rileks dan mampu tidur/istirahat dengan tepat.
4. Mempertahankan/memperbaiki perfusi jaringan dengan bukti tanda vital stabil,
kulit hangat, nadi perifer teraba, GDA dalam batas normal, keluaran urine adekuat.

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Trauma Esofagus adalah Trauma dimana mukosa Esofagus mengalami
peradangan,dapat terjadi secara akut atau kronik. Dimana kita ketahui Esofagus
adalah selang muskuler,dilapisi mukus yang membawa makanan dari mulut ke
lambung. Esofagus berawal di dasar faring dan berakhir kira-kira 4 cm dibawah
diagfragma.
Gejala-gejala yang segera timbul adalah adinofagia berat, demam,keracunan
dan kemungkinan perforasi esophagus disertai infeksi mediastinum dan kematian.
Adapun keluhan Trauma Esofagitis peptik: rasa terbakar di dada, nyeri di ulu
hati, rasa mual. keluhan Trauma Esofagitis refluk basa pirosis, disfagia, adinofagia.
B. Saran
Melalui makalah ini diharapkan :
Para pembaca dan masyarakat mampu memahami dan mengerti tentang penyakit
Trauma Esofagus/Esofagitis ini.
Para tenaga kesehatan mampu memberikan usulan keperawatan kepada pasien
khususnya Trauma Esofagus secara profesional.
Disarankan agar masyarakat mampu menjaga kesehatan dengan menghindari
alasan yang bisa mengakibatkan Trauma Esofagus

DAFTAR PUSTAKA
Brunner dan Suddarth. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 Volume 2. 1999.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Doengoes, Marilyn E. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. 1993. Penerbit Buku
Kedokteran jakarta.
Inayah Iin, SKp. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Pencernaan Edisi I. Penerbit Salemba Medika, Keperawatan. Jakarta.
Sylvia A. Price. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses Penyakit. Volume I, Edisi 6.
Penerbit Buku kedokteran, EGC. Jakarta.
www. Internet Google

KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya
terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul TRAUMA ESIFAGUS. Kemudian shalawat beserta salam
kita sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW yang telah memberikan
pedoman hidup yakni al-quran dan sunnah untuk keselamatan umat di dunia.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah KMB di Akedemi
Keperawatan kota makassar. Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada kepada segenap pihak yang telah memberikan bimbingan
serta arahan selama penulisan makalah ini.
Akhirnya penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan
dalam penulisan makalah ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
BAB II KONSEP MEDIK
A.
B.
C.
D.
E.
F.

PENGERTIAN
ETIOLOGI
PATOFISIOLOGI
MANIFESTASI KLINIK
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
PENATALAKSANAAN

BAB III KONSEP KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN
B.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
D. EVALUASI
BAB IV PENUTUP

A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA

TUGAS

: MAKALAH KELOMPOK

MATA KULIAH

: KMB (SISTEM PENCERNAAN)

DOSEN

: A. ARNIYANTI,S.Kep,Ns,M.Kes
TRAUMA ESOFAGUS

KELAS

: II B
ULFA IRMAWATI K.
KRISTINA DONA

YAYASAN PENDIDIKAN MAKASSAR (YAPMA)


AKADEMI KEPERAWATAN MAKASSAR
2014

Anda mungkin juga menyukai