Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

Kulit ini bisa dibilang organ imunologis aktif terbesar pada tubuh. Fungsi yang paling
jelas dari kulit adalah sebagai pertahanan fisik yang memproteksi antara tubuh dan lingkungan,
mencegah jalur masuk dan keluar air dan elektrolit, mengurangi penetrasi oleh bahan kimia yang
merusak, menangkap penetrasi mikroorganisme dan antigen eksternal, dan menyerap radiasi dari
matahari. Kulit berperan penting dalam regulasi suhu tubuh dan dirancang untuk menanggapi
kekuatan mekanik.(1)
Sebagaimana sistem organ lain, diagnosis penyakit kulit melibatkan riwayat, pemeriksaan
dan kadang-kadang tes tambahan. Visibilitas kulit memungkinkan diagnosis instan dalam
beberapa kasus, atau setidaknya 'label diagnostik' untuk jenis proses penyakit yang
dipertimbangkan, menggunakan berbagai petunjuk visual yang meliputi tidak hanya morfologi
lesi individu, tetapi faktor-faktor lain seperti distribusi pada tubuh, warna, skala dan susunan lesi.
(1)

Berdasarkan efloresensi (ruam), penyakit kulit mulai dipelajari secara sistematis. Sampai
kini, pemikiran PLENCK (1776) masih dipakai sebagai dasar membuat diagnosis penyakit kulit
secara klinis, walaupun ditambah dengan segala kemajuan teknologi. Jadi untuk mempelajari
ilmu penyakit kulit mutlak diperlukan pengetahuan tentang ruam kulit atau morfologi atau ilmu
yang mempelajari lesi kulit.(2)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Menurut PRAKKEN (1966) lesi kulit dibagi menjadi dua, yaitu perubahan secara primer
atau yang disebut efloresensi (ruam) primer dan perubahan secara sekunder yang biasa disebut
efloresensi (ruam) sekunder. Erupsi yang terjadi pada kulit normal tanpa adanya erupsi
sebelumnya disebut lesi primer. Lesi primer merupakan yang timbul pertama kali, yang tidak
dipengaruhi trauma, manipulasi, regresi alamiah.Yang termasuk lesi primer adalah makula, di
mana satu-satunya perubahan adalah pada warna; papul, nodul dan tumor, yang elevasi; lecet,
kista dan pustul, yang mengandung serum, substansi keratin, pus, dll. Sedangkan lesi sekunder
merupakan akibat garukan / gosokan, lanjutan dari ruam primer, atau terbentuk akibat
perkembangan waktu.(2,3)
2.2 Lesi Primer
2.2.1 Makula
Makula merupakan kelainan kulit berbatas tegas berupa perubahan warna sematamata, misalnya melanoderma, leukoderma, purpura, petekie, dan ekimosis. Warna macula
bervariasi, mulai dari coklat, kuning, biru atau warna lainnya, tergantung pada substansi
yang terdeposit. Hal ini paling sering disebabkan oleh deposisi melanin, berikutnya
paling penyebab umum adalah deposisi hemosiderin, karotin, pigmen empedu, obatobatan atau zat asing lainnya (misalnya, logam, arang). Perubahan warna dari coklat ke
makula coklat kehitaman dengan peningkatan melanin pada epidermis lapisan basal, dan
berkisar dari abu-abu ke keunguan coklat di dermis papiler. Menjadi biru dengan
pengendapan pada lapisan kulit dalam.

(2,3)

Gambar 1. Makula depigmentasi, Vitiligo. (4)

2.2.2. Papul
Papul merupakan lesi solid dengan tinggi kurang dari 0,5 cm dengan proyeksi
yang lebih tinggi dibanding kulit sekitarnya. Papul ditandai dengan permukaan yang bisa
halus, terkikis, ulseratif, hiperkeratosis atau berkrusta. Ini mungkin disebabkan oleh
perubahan proliferasi atau inflamasi pada epidermis, atau akibat edema pada dermal.
Sessile, bertangkai, domeshaped, datar atasnya, kasar, halus, filiform, mammillated,
acuminate, dan umbilikasi merupakan beberapa bentuk umum dan permukaan papul.
Contoh klinisnya adalah liken planus. (1,3)

Gambar 2. Papul berwarna kulit dengan telangektasis. (4)

2.2.3

Plak
Plak adalah elevasi padat yang menyerupai dataran tinggi yang menempati luas
permukaan yang relatif besar dibandingkan dengan ketinggian kulit normal dan memiliki
diameter yang lebih besar dari 0,5 cm. Plak merupakan papul yang lebih lebar, atau papul
yang menyatu. Plak lebih lanjut ditandai dengan ukuran, bentuk, warna, dan perubahan
permukaan. Contoh klinisnya adalah psoriasis.(1,4)

Gambar 3,4. Plak psoriasis kronik yang meluas. (5)

2.2.4

Urtikaria
Urtikaria merupakan edema terlokalisir yang menghilang perlahan-lahan dalam
waktu singkat (biasanya dalam waktu beberapa jam, dan selalu dalam waktu 24 jam).
Urtikaria timbul menjadi merah muda dengan elevasi yang datar. Urtikaria ini disertai
dengan rasa gatal dan sembuh tanpa jaringan parut pada banyak kasus. Contoh kasus
kliniknya adalah Vaskulitis urtikarial. (2,4)

Gambar 5. Vaskulitis urtikarial.(5)

2.2.5

Nodul
Nodul merupakan lesi yang teraba padat, bulat atau elips, yang memiliki diameter
lebih besar dari 0,5 cm. Namun, ukuran ini tidak memiliki pertimbangan besar dalam
definisi nodul. Kedalaman dan / atau perabaan substantif, bukan diameter, membedakan
nodul dari papula besar atau plak. Berdasarkan komponen anatomi terutama yang terlibat,
ada lima jenis nodul utama: (1) epidermal, (2) epidermal-dermal, (3) dermal, (4) dermal4

subdermal, dan (5) subkutan. Beberapa fitur tambahan dari nodul yang membantu
diagnosis termasuk apakah itu hangat, keras, lembut, berfluktuasi, bergerak, tetap, atau
menyakitkan. Contoh klinis nodul adalah karsinoma sel basal nodular. (1)

Gambar 6. Karsinoma sel basal tipe nodular. (4)

2.2.6

Vesikel dan Bula


Vesikel adalah rongga berisi cairan atau elevasi lebih kecil dari atau sama dengan
0,5 cm, sedangkan bula (blister) lebih besar dari 0,5 cm. Cairan dalam rongga memberi
tekanan yang sama ke segala arah untuk menimbulkan bentuk bulat. Vesikel dan bula
timbul dari pembelahan pada berbagai tingkatan epidermis (intraepidermal) atau dermalepidermal (subepidermal). Bula mungkin terletak dangkal di epidermis, sehingga
dindingnya flaksid dan tipis, serta dapat pecah spontan atau akibat dari cedera ringan.
Setelah pecah, sisa-sisa dinding tipis mungkin tertinggal dan bersama-sama dengan
eksudat, dapat mengering untuk membentuk kerak tipis; atau dapat meninggalkan dasar
yang lembab, yang dilapisi oleh eksudat seropurulen atau purulen. Contoh klinisnya
adalah varicela, herpes zoster, dan herpes simpleks. (1,4)

Gambar 7. Vesikel dan bulla pada varicela. (5)

2.2.7

Pustula
Pustula merupakan rongga pada epidermis atau infundibulum yang mengandung
nanah. Eksudat purulen, terdiri leukosit dengan atau tanpa debris seluler, mungkin
mengandung bakteri atau mungkin steril. Pustula dapat bervariasi dalam ukuran dan,
dalam situasi tertentu, bisa bergabung untuk membentuk "danau" nanah. Ketika
berhubungan dengan folikel rambut, pustula mungkin muncul seperti kerucut dan
mengandung rambut di tengah. Contoh klinisnya adalah pioderma dangkal, dan
dermatosis pustular. (1)

Gambar 8. Subkorneal dermatosis pustular. Lesi annular dengan margin bersisik dan
pustula di sekitarnya. (5)

2.2.8

Kista
Kista merupakan rongga dienkapsulasi atau kantung dilapisi dengan epitel yang
berisi materi cairan atau setengah padat (sel dan produk sel seperti keratin). Kista
berbentuk bulat atau oval merupakan hasil dari kecenderungan isi yang menyebar merata
di semua arah. Tergantung pada sifat dari isi, kista mungkin keras, pucat, atau
berfluktuasi. Contoh klinisnya adalah hidradenoma kistik. (1)

Gambar 9. Hidradenoma kistik solid. (6)

2.3 Lesi Sekunder


2.3.1 Skuama
Skuama merupakan lapisan stratum korneum yang terlepas dari kulit. Skuama
dapat halus seperti taburan tepung, maupun lapisan tebal dan luas seperti lembaran kertas.
Dapat dibedakan, misalnya pitiriasiformis (halus), psoriasiformis (berlapis-lapis),
iktiosiformis (seperti ikan), kutikular (tipis), lamelar (berlapis), membranosa, atau
eksfoliativa (lembaran-lembaran), dan keratotik (terdiri dari zat tanduk). (2)
2.3.2

Krusta
Krusta merupakan cairan (serum, darah, atau eksudat purulen) yang mengering

pada permukaan kulit. Warna kerak kuning-coklat ketika terbentuk dari sekresi serosa
kering; kekuningan-hijau keruh terbentuk dari sekresi purulen; dan kemerahan hitam
ketika terbentuk dari sekresi hemoragik. Contoh klinisnya adalah impetigo. (1,7)

Gambar 10. Impetigo krustosa. (5)

2.3.3

Erosi
Erosi merupakan kelainan kulit yang disebabkan kehilangan jaringan yang tidak

melampaui stratum basal, hilangnya semua atau bagian dari epidermis saja, seperti dalam
impetigo atau herpes zoster/simpleks setelah vesikel pecah dan menyebabkan
erosi.Contoh lain bila kulit digaruk sampai stratum spinosum akan keluar cairan sereus
dari bekas garukan. (2,4)
2.3.4

Ulkus
Ulkus merupakan defek dimana epidermis dan setidaknya atas (papiler) dermis

telah hancur. Penerobosan dermis kerusakan struktur adneksa menghambat reepitelisasi,


dan menyembuhkan cacat dengan jaringan parut. Batas ulkus mungkin tergulung, rusak,
punched out, bergerigi, atau anguler. Dasarnya mungkin bersih, atau nekrotik. Discharge
mungkin purulen, granular, atau berbau busuk. Kulit di sekitarnya merah, ungu,
berpigmen, sklerotik, atau infark. Contoh klinisnya adalah pioderma gangrenosum. (1)

Gambar. Pioderma gangrenosum dengan artropati seronegatif berat. (5)

2.3.5

Sikatriks
Sikatriks, terdiri atas jaringan tak utuh, relief kulit tidak normal, permukaan kulit

licin dan tidak terdapat adneksa kulit. Sikatriks dapat atrofik, kulit mencekung, dan dapat
hipertrofik, yang secara klinis terlihat menonjol karena kelebihan jaringan ikat. (1)

DAFTAR PUSTAKA

1.

Birlea SA, Spritz RA, Norris DA. Skin Lesion. Fitzpatricks Dermatology in General

2.

Med. 8th ed: McGrawHill Medical. 2012.


Djuanda A, Kosasi, A., Wiryadi, B. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. 6th ed. Jakarta:

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2011.


3. Shimizu H. Skin Lesion. Shimizus Textbook of Dermatology. Department of
Dermatology Hokkaido UNIV.
4. James WD, Berger TD, Elston DM. Andrews Disease of the Skin: Clinical
Dermatology. 10th ed: Elsevier inc.2008.

5. Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffiths C. Rooks Textbook of Dermatology. 8th ed:


Wiley-Blackwell. 2010.
6. Wolf K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA. Fitzpatricks Dermatology in General
Med. 7th ed: McGrawHill Medical.
7. Hess CT. Identifying Primary and Secondary Lesions. Advances in Skin & Wound
Care & Vol. 25 No. 7. Lippincott Williams & Wilkins: 2010.

Anda mungkin juga menyukai