Anda di halaman 1dari 65

DESAIN SEDERHANA DAN KARAKTERISTIK ANTENA

MICROSTRIP PATCH SIRKULAR UNTUK APLIKASI WLAN


BERDASARKAN PENGUKURAN PARAMETER S11

MAKALAH

BAYU PRATAMA (0806455124)


M. ICHSAN (0806331084)
NOVRI ICHSAN DWIYANRI (0706267894)
SYIFA AULIA (0806455465)

UNIVERSITAS INDONESIA
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM S1 REGULER
DEPOK
NOVEMBER 2010

Universitas Indonesia

DESAIN SEDERHANA DAN KARAKTERISTIK ANTENA


MICROSTRIP PATCH SIRKULAR UNTUK APLIKASI WLAN
BERDASARKAN PENGUKURAN PARAMETER S11

MAKALAH
Diajukan sebagai salah satu syarat kelulusan mata kuliah Antena dan Propagasi

BAYU PRATAMA (0806455124)


M. ICHSAN (0806331084)
NOVRI ICHSAN DWIYANRI (0706267894)
SYIFA AULIA (0806455465)

UNIVERSITAS INDONESIA
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO
KEKHUSUSAN TELEKOMUNIKASI
DEPOK
NOVEMBER 2010

Universitas Indonesia

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini. Penulisan makalah ini dilakukan
dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk kelulusan mata kuliah Antena dan
Propagasi untuk Program Studi S1 Reguler Teknik Elektro pada Fakultas Teknik
Universitas Indonesia. Adapun judul makalah ini adalah:
DESAIN SEDERHANA DAN KARAKTERISTIK ANTENA MICROSTRIP
PATCH SIRKULAR UNTUK APLIKASI WLAN BERDASARKAN
PENGUKURAN PARAMETER S11
Kami menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa
perkuliahan sampai penyusunan makalah ini, sangatlah sulit bagi kami untuk
menyelesaikan makalah ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada:
(1) Dr. Fitri Yuli Zulkifli S.T., M.Sc. , selaku dosen yang memberikan waktu, tenaga, dan
pikiran untuk mengarahkan dalam penyusunan makalah ini
(2) Para anggota Antenna Measurement Research Group (AMRG) yang telah mengajari
penggunaan software serta memberi masukan-masukan berharga dalam proses
perancangan dan pengukuran antena
(3) Para asisten Laboratorium Telekomumunikasi, yang telah bersedia membantu untuk
memahami dalam penyusunan makalah ini serta membantu dalam pengukuran antena
(4) Orang tua dan keluarga kami yang telah memberikan bantuan material dan moral
(5) Teman-teman yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini
Akhir kata, kami berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga makalah ini, membawa manfaat
bagi pengembangan ilmu.

Depok. Desember 2010


Penulis
ABSTRAK

Universitas Indonesia

Nama

1.
Bayu Pratama
2.
M. Ichsan
3.
Novri Ichsan Dwiyanri
4.
Syifa Aulia
Program Studi : S1 Reguler Teknik Elektro
Judul
: Desain Sederhana Antena Microstrip dengan Patch Sirkular
Makalah ini membahas tentang desain sederhana dari sebuah microstrip antenna dengan
menggunakan patch sirkular dan merealisasikannya, dimana teknik pembuatan awal
menggunakan simulasi dengan software Ansoft HFSS 11, yaitu untuk simulasi antena,
maka dibutuhkan penghitungan terlebih dahulu untuk mendapatkan spesifikasi antena
yang diinginkan. Frekuensi kerja yang diinginkan adalah antara 2,4 GHz-2,5 GHz, yang
aplikasinya digunakan untuk menangkap sinyal Wi-Fi. Untuk memenuhi frekuensi
tersebut, maka Return Loss yang terjadi harus berada di bawah -9.54 dB dalam rentang
frekuensi tersebut. Semakin rendah Return Loss yang didapat antenna, maka akan
semakin bagus sinyal yang dapat diterima oleh antena receiver.
Kata kunci:
Antena microstrip, patch sirkular, return loss
The focus of this study is about a simple design of microstrip antenna using circular patch
and make the real one. For the first step, researchers need to simulate the antenna design
using Ansoft HFSS 11 software. Therefore, researchers need to calculate first to get the
specification of antenna and modify it so it conforms to the antenna that researchers
specified before. The resonant frequency of this antenna is between 2.4 GHz-2.5 GHz. It
is a common use for people to get Wi-Fi networks. To get these frequencies work, the
Return Loss should be lower than -9.54 dB between them. The lower Return Loss, the
better signals that the receiver receives.
Key Words:
Circular patch, microstrip antenna, return loss

Universitas Indonesia

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Telekomunikasi adalah salah satu bidang yang memegang peranan penting di abad
ini. Dengan telekomunikasi orang bisa saling bertukar informasi satu dengan yang
lainnya. Seiring dengan perkembangan aktivitas manusia yang semakin mobile maka
dituntut pula suatu pola komunikasi yang mudah dilakukan dimana saja. Oleh karena itu,
muncul konsep teknologi komunikasi yang tidak lagi menggunakan media kabel dan
pengguna bisa bebas bergerak kemanapun. Sistem komunikasi ini disebut sistem
komunikasi mobile wireless, dimana digunakan propagasi gelombang elektromagnetik
(microwave) sebagai media transmisinya. Semakin bertambahnya popularitas sistem
nirkabel, pengembangan antena untuk sistem ini menjadi lebih penting. Hal ini
dikarenakan antena dianggap sebagai tulang punggung sistem nirkabel. (Young, 2003)
Antena sangatlah penting sebagai perangkat penyesuai (matching device) antara
sistem pemancar dengan udara bila antena berfungsi sebagai media radiasi gelombang
radio dan sebagai perangkat penyesuai dari udara ke sistem penerima.
Berbagai jenis antena telah banyak diciptakan dan dikembangkan untuk beragam
aplikasi seperti radar, telemetri, biomedik, radio bergerak, penginderaan jauh, dan
komunikasi satelit. Untuk dapat mendukung teknologi WLAN, antena ini harus
compatible, kecil, dan mampu bekerja pada pita frekuensi lebar (broadband). Antena
mikrostrip adalah sebuah kandidat yang mampu memberikan kebutuhan tersebut.
Antena mikrostrip merupakan salah satu jenis antena yang pengembangannya
dimulai sejak tahun 1970an dan hingga kini masih menjadi jenis antena yang terus
dikembangkan. Berbagai aplikasi komunikasi radio tidak luput dari penggunaan antena
ini. Hal yang menjadi alasan dalam pemilihan antena mikrostrip pada berbagai aplikasi

Universitas Indonesia

adalah bahannya yang sederhana dan murah tetapi mampu memberikan unjuk kerja
(performance) yang cukup baik.
Mikrostrip merupakan saluran transmisi yang bentuk fisiknya tidak berupa kabel
yang berupa lentur akan tetapi bersifat kaku. Jenis saluran transmisi ini umumnya
dipergunakan untuk bekerja pada daerah frekuensi gelombang mikro (GHz) dan
digunakan untuk menghubungkan piranti-piranti elektronika yang berjarak cukup dekat.
Pada proyek ini akan dibahas tentang perancangan antena mikrostrip patch sirkular untuk
aplikasi Wireless LAN. Parameter-parameter utama yang akan dianalisis adalah VSWR
(Voltage Standing Wave Ratio) dan pola radiasi.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan, yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan antena mikrostrip patch sirkular?
2. Bagaimanakah karakteristik antena yang diperlukan pada sistem WLAN?
3. Bagaimana merancang antena mikrostrip patch sirkular untuk aplikasi WLAN
yang bekerja pada frekuensi 2,4 GHz ?
4. Bagaimana pola radiasi yang terbentuk dari antena mikrostrip patch sirkular yang
digunakan untuk komunikasi Wireless Local Area Network (WLAN)?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah
1. Memenuhi persyaratan UAS mata kuliah Antena dan Propagasi
2. Merancang, membuat, mengukur, dan menganalisis antena mikrostrip patch
sirkular untuk aplikasi wireless LAN yang bekerja pada frekuensi 2,4 GHz pada
simulasi dan keadaan sebenarnya.
1.4 Batasan Masalah
Agar pembahasan lebih terarah, maka pembahasan dibatasi sebagai berikut:
1. Parameter yang dibahas adalah dimensi antena, VSWR, pola radiasi dan gain.
2. Perancangan dilakukan dengan menggunakan simulator Ansoft designer HFSS
versi 11.1

Universitas Indonesia

1.4 Manfaat Penulisan


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Mengetahui tentang cara mendesain antenna mikrostrip patch sirkular
2. Mengetahui hubungan jari-jari, feeding, dan ground plane terhadap parameter s11
1.6 Sistematika Penulisan
Penulisan proyek ini disajikan dengan sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan
penulisan, batasan masalah, metodologi penulisan, serta sistematika penulisan.
BAB II ANTENNA
Bab ini berisi penjelasan tentang antena mikrostrip secara umum dan penjelasan
tentang antena mikrostrip patch sirkular, serta f.
BAB III ANTENNA MICROSTRIP PATCH SIRKULAR
Bab ini menjelaskan secara spesifik mengenai antenna mikrostrip dengan
menggunakan patch sirkular serta teknik broadbandingnya.
BAB IV WIRELESS LOCAL AREA NETWORK
Bab ini menjelaskan tentang WLAN, spesifikasi-spesifikasi yang ada, dan teknik
transmisinya.
BAB IV PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP PATCH SIRKULAR
SERTA ANALISISNYA
Bab ini berisi tentang perancangan antena mikrostrip patch sirkular untuk aplikasi
wireless LAN dan hasil yang dicapai dari perancangan tersebut.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dan saran dari hasil pembahasan-pembahasan
sebelumnya

Universitas Indonesia

BAB II
ANTENNA
2.1

Pengertian Antenna
Pada sistem komunikasi radio diperlukan adanya antena sebagai pelepas energi

elektromagnetik ke udara atau ruang bebas, atau sebaliknya sebagai penerima energi itu
dari ruang bebas. Antena merupakan salah satu faktor penunjang yang sangat penting
dalam sistem komunikasi manusia sehari-hari. Antena banyak dapat kita jumpai dalam
peralatan elektronik seperti pada radio, antena televisi, antena parabola dalam TV kabel,
telepon seluler dan sebagainya.
Antena adalah suatu alat yang mengubah gelombang terbimbing dari saluran
transmisi menjadi gelombang bebas di udara, dan sebaliknya. Saluran transmisi adalah
alat yang berfungsi sebagai penghantar atau penyalur energi gelombang elektromagnetik.
Atau secara ilmiah dapat dikatakan pula, antena merupakan media yang dapat merubah
besaran listrik dari saluran transmisi menjadi suatu gelombang elektromagnetik (GEM)
untuk diradiasikan ke udara bebas. Sebaliknya, antena juga menangkap gelombang
elektromagnetik (GEM) dari udara bebas untuk dijadikan listrik kembali melalui saluran
transmisi.
Definisi antena menurut IEEE Standart Definition of Term for Antennas (IEEE
Std 145 - 1983) adalah suatu alat untuk meradiasikan atau menerima gelombang radio.
Selain sebagai alat untuk mengirim atau menerima energi, antena juga digunakan untuk
mengoptimalkan energi radiasi pada arah tertentu dan menekan pada arah yang lain. Hal
ini kemudian menyebabkan antenna memiliki berbagai bentuk dan desain yang
bemacam-macam untuk memenuhi kebutuhan ini. Bentuk dan desain antena yang
diharapkan adalah antena yang mempunyai gain yang tinggi, efisiensi tinggi, bandwidth
yang lebar, bobot yang ringan dan biaya yang murah.

Universitas Indonesia

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan fungsi antena adalah sebagai


berikut:
1. Perangkat penyesuai (Matching Device)
Alat untuk mengubah sifat-sifat karakteristik gelombang elektromagnetik di
saluran transmisi dan di ruang propagasi.
2. Perangkat pengarah (Directional Device)
Alat untuk mengarahkan energi sumber elektromagnetik ke arah tertentu atau
sebaliknya sehingga arah pancar atau arah penerimaannya bisa disesuaikan
dengan tepat.
Suatu sumber yang dihubungkan dengan saluran transmisi yang tak berhingga
menimbulkan standing wave yang uniform sepanjang saluran. Jika saluran dihubung
singkat maka akan muncul standing wave yang disebabkan adanya interferensi
gelombang datang dengan gelombang yang dipantulkan. Jika pada gelombang datang
memiliki besar yang sama dengan gelombang yang pantulan, maka akan terjadi
gelombang berdiri murni. Konsentrasi-konsentrasi energi pada gelombang berdiri ini
berosilasi dari energi listrik seluruhnya ke energi magnet total dua kali setiap periode
gelombang itu.
Gambar di bawah memperlihatkan sumber atau pemancar yang dihubungkan
dengan saluran transmisi AB ke antena. Jika saluran transmisi disesuaikan dengan
impedansi antena, maka hanya ada gelombang berjalan ke arah B saja. Pada A ada
saluran transmisi yang dihubungkan singkat dan merupakan resonator. Di daerah antena
energi diteruskan ke ruang bebas sehingga daerah ini merupakan transisi antara
gelombang terbimbing dengan gelombang bebas.

Universitas Indonesia

Gambar 1. Antena sebagai peralatan transmisi

2.2

Daerah Kerja Antenna


Daerah kerja antena adalah suatu batasan dari sebuah karakteristik gelombang

elektromagnetika yang dipancarkan oleh antena. Pembagian daerah dibuat untuk


mempermudah pengamatan struktur medan di masing-masing daerah antena tersebut.
Gambar di bawah ini menjelaskan tentang daerah-daerah di sekitar antenna.

Universitas Indonesia

Gambar 2. Daerah medan antena

Ruang-ruang di sekitar antena dibagi ke dalam 3 daerah, yaitu :


1. Daerah medan dekat reaktif
Daerah ini didefenisikan sebagai bagian dari daerah medan dekat di sekitar
antena, di mana daerah reaktif lebih dominan. Apabila adalah panjang
gelombang dan D adalah dimensi terluar antena, untuk kebanyakan antena batas
terluar daerah ini adalah:
R 0.62

D3

2. Daerah medan dekat radiasi


Daerah ini didefenisikan sebagai daerah medan antena antara medan dekat
reaktif dan daerah medan jauh di mana medan radiasi dominan dan distribusi

Universitas Indonesia

medan bergantung pada jarak dari antena. Daerah ini sering juga disebut daerah
Fresnel dimana:
0.62

D3
D2
R2

3. Daerah medan jauh


Daerah medan jauh merupakan daerah antena di mana distribusi medan
tidak lagi bergantung kepada jarak dari antena. Di daerah ini, komponen medan
transversal dan distribusi angular tidak bergantung pada jarak radial di mana
pengukuran dibuat. Semua spesifikasi diperoleh dari pengukuran yang dilakukan
di daerah ini, dengan syarat:
R2

D2

2.3 Parameter Antena


2.3.1

Pola Radiasi
Pola radiasi (radiation pattern) suatu antena adalah pernyataan grafis

yang menggambarkan sifat radiasi suatu antena pada medan jauh sebagai fungsi
arah. Pola radiasi dapat disebut sebagai pola medan (field pattern) apabila yang
digambarkan adalah kuat medan dan disebut pola daya (power pattern) apabila
yang digambarkan poynting vektor. Untuk dapat menggambarkan pola radiasi ini,
terlebih dahulu harus ditemukan vector potensial
Dalam koordinat bola, medan listrik E dan medan magnet H telah
diketahui, keduanya memiliki komponen vetor dan Sedangkan poynting
vector-nya dalam koordinat ini hanya mempunyai komponen radial saja. Besarnya
komponen radial dari poynting vektor ini adalah:
E

Pr
Dengan

Universitas Indonesia

|E|
Dimana:

= E0 2 E 2

(resultan dari magnitude medan listrik)

: komponen medan listrik

: komponen medan listrik

: impedansi intrinsik ruang bebas (377 ).

Untuk menyatakan pola radiasi secara grafis, pola tersebut dapat


digambarkan dalam bentuk absolut atau dalam bentuk relatif. Maksud bentuk
relatif adalah bentuk pola yang sudah dinormalisasikan, yaitu setiap harga dari
pola radiasi tersebut telah dibandingkan dengan harga maksimumnya. Sehingga
pola radiasi medan, apabila dinyatakan didalam pola yang ternormalisasi akan
mempunyai bentuk:
F(, ) =

P ,
E , max

Karena poynting vektor hanya mempunyai komponen radiasi yang


sebenarnya berbanding lurus dengan kuadrat magnitudo kuat medannya, maka
untuk pola daya apabila dinyatakan dalam pola ternormalisasi, tidak lain sama
dengan kuadrat dari pola medan yang sudah dinormalisasikan itu.
P(, ) = | F(, )|2
Seringkali juga pola radiasi suatu antena digambarkan dengan satuan
decibel (dB). Intensitas medan dalam decibel didefinisikan sebagai :
F(, ) dB = 20 log | F(, ) |
(dB)
Sedangkan untuk pola dayanya didalam decibel adalah :
P(, ) dB = 10 log P(, ) = 20 log | F(, ) |
Jadi didalam decibel, pola daya sama dengan pola medannya. Semua pola
radiasi yang dibicarakan di atas adalah pola radiasi untuk kondisi medan jauh.
Sedangkan pengukuran pola radiasi, faktor jarak adalah faktor yang amat penting
guna memperoleh hasil pengukuran yang baik dan teliti. Semakin jauh jarak

Universitas Indonesia

pengukuran pola radiasi yang digunakan tentu semakin baik hasil yang akan
diperoleh. Namun untuk melakukan pengukuran pola radiasi pada jarak yang
benar-benar tak terhingga adalah suatu hal yang tak mungkin. Untuk keperluan
pengukuran ini, ada suatu daerah di mana medan yang diradiasikan oleh antena
sudah dapat dianggap sebagai tempat medan jauh apabila jarak antara sumber
radiasi dengan antena yang diukur memenuhi ketentuan berikut :
r

>

2D 2

(1.12)

r >> D dan r .>>


dimana:
r
D

: jarak pengukuran
: dimensi antena yang terpanjang
: panjang gelombang yang dipancarkan sumber.
Pola radiasi sebuah antena didefinisikan sebagai gambaran grafis dari

sifat-sifat pancaran antena sebagai fungsi dari koordinat ruang. Pada koordinat
bola, sebuah titik radiasi merupakan fungsi dari r,T,dan F , seperti terlihat pada
gambar berikut ini.

Gambar 3. Sebuah titik radiasi pada koordinat bola

Adapun pola radiasi antena dibedakan menjadi 3 yaitu:


a. Isotropis

Universitas Indonesia

Isotropis adalah arah pancaran antena ke berbagai arah dengan energi


sama besar pada seluruh bidang. Pola radiasi antena isotropis dalam tiga
dimensi bentuk pola radiasinya seperti bola. Antena isotropis ini
merupakan jenis antena ideal dan secara teoritis dijadikan sebagai
referensi

dalam pengukuran antena

lain namun

tidak

mungkin

direalisasikan karena dalam hal ini antena sebagai titik. Pola radiasi
isotropis terdapat pada gambar 4.

Gambar 4. Pola radiasi isotropis

b. Unidireksional
Unidireksional adalah arah pancaran antena ke satu arah. Antena dengan
pola radiasi unidireksional sering digunakan pada komunikasi point to
point.

Gambar 5. Pola radiasi unidireksional

c. Omnidireksional

Universitas Indonesia

Omnidireksional adalah arah pancaran antena ke berbagai arah dengan


energi pada satu bidang sama besar. Pola radiasi antena omnidireksional
terdapat pada gambar 6.

Gambar 6. Pola radiasi omnidireksional

Parameter pola radiasi terdiri dari main lobe, side lobe, HPBW (Half
Power Beamwidth), FNBW (First Null Beamwidth), SLL (Side Lobe Level) dan
FBR (Front to Back Ratio). Definisi dari istilah istilah pada parameter pola
radiasi, sebagai berikut:
a.

Major lobe

Major lobe disebut juga main lobe didefinisikan sebagai radiation lobe
yang berisi arah radiasi maksimum. Major lobe merupakan daerah
pancaran terbesar sehingga dapat menentukan arah radiasi dan mempunyai
daya yang besar.
b. Side lobe
Side lobes terdiri dari :
1. first side lobe yaitu minor lobe yang posisinya paling
dekat dengan main lobe.
2. second side lobe yaitu minor lobe yang posisinya
setelah first side lobe.

Universitas Indonesia

3. Back lobe yaitu minor lobe yang posisinya berlawanan


dengan main lobe.
c. Half Power Beamwidth ( HPBW)
Half Power Beamwidth adalah daerah sudut yang dibatasi oleh titik-titik
daya atau -3 dB atau 0.707 dari medan maksimum pada lobe utama.
d. First Null Beamwidth (FNBW)
First Null Beamwidth adalah besar sudut bidang diantara dua arah pada
main lobe yang intensitas radiasinya nol.
e. Side Lobe Level (SLL)
Side Lobe Level adalah perbandingan antara first lobe dan main lobe. Side
Lobe Level menyatakan besar dari side lobe.
f. Front to Back Ratio (FBR)
Front to Back Ratio adalah perbandingan antara main lobe terhadap back
lobe.

Universitas Indonesia

Gambar 7. Parameter pola radiasi

Dalam memancarkan daya, antena memiliki sifat radiasi sebagai berikut :


a. Broadside: suatu pancaran daya yang arah main beam berada
pada posisi tegak lurus terhadap bidang yang berisi element
antena.
b. Endfire: suatu pancaran daya yang arah main beam berada pada
posisi sejajar terhadap bidang yang berisi elemen antena.
c. Intermediate: pancaran daya yang arah main beam pada posisi
tegak lurus ataupun sejajar tapi mengarah pada sudut tertentu.
Sifat-sifat radiasi antena terlihat pada gambar 8.

Universitas Indonesia

Gambar 8. Pola radiasi Antena (a). broadside, (b). endfire, (c). Intermediate

2.3.2

Polarisasi
Polarisasi adalah

gambaran

orientasi medan

listrik dalam arah

propagasinya. Polarisasi dapat juga diartikan sebagai bentuk pergerakan medan


listrik terhadap waktu. Bentuk dari polarisasi dapat dapat dibagi menjadi tiga
yaitu:
a. Polarisasi linier yaitu jika medan listrik pada arah y dan AR(axial ratio) = ~. AR

adalah rasio antara sumbu mayor dan sumbu minor. Polarisasi linier bisa
horizontal dan vertikal. Polarisasi ini bersesuaian dengan pemasangan antena, jika
antena dipasang vertikal maka polarisasi antena linier vertikal dan jika antena
dipasang horizontal maka polarisasi antena linier horizontal. Polarisasi linier
dapat dilihat pada gambar 9.

Gambar 9. Polarisasi linier (a). arah vertikal (b). arah horizontal(a). broadside, (b).
endfire, (c). Intermediate

Universitas Indonesia

b. Polarisasi lingkaran yaitu jika sumbu mayor sama dengan sumbu minor dan AR
(axial ratio) = 1. Pada polarisasi lingkaran besarnya medan listrik sama dan
berputar dalam lintasan berbentuk lingkaran.
a. Polarisasi elips sama dengan polarisasi lingkaran, tetapi polarisasi elips

memiliki AR = E2/E1 dan berputar dalam lintasan berbentuk elips seperti


yang terlihat pada gambar 10.

Gambar 10.Polarisasi elips

2.3.3

Gain
Salah satu parameter penting untuk mengukur kualitas antena adalah

gain[2]. Gain sebuah antena didefinisikan sebagai perbandingan rapat daya


maksimum suatu antena terhadap rapat daya maksimum dari antena referensi
dengan daya masuk

sama besar[7]. Contoh pengukuran gain terdapat pada

gambar 11.

Gambar 11.Pengukuran gain dengan perbandingan

Universitas Indonesia

2.3.4

Return Loss
Return loss merupakan besaran daya pantul (faktor refleksi) yang

disebabkan oleh tidak sesuainya beban dengan saluran transmisi dalam dB.
Besarnya return loss sangat tergantung faktor refleksi yaitu perbandingan antara
tegangan yang dipantulkan dengan tegangan yang datang dari sumber.
Nilai dari return loss yang baik adalah di bawah -9,54 dB, nilai ini
diperoleh untuk nilai VSWR 2 sehingga dapat dikatakan nilai gelombang yang
direfleksikan tidak terlalu besar dibandingkan dengan gelombang yang dikirimkan
atau dengan kata lain, saluran transmisi sudah matching. Nilai parameter ini
menjadi salah satu acuan untuk melihat apakah antena sudah dapat bekerja pada
frekuensi yang diharapkan atau tidak.
2.3.5

VSWR
VSWR adalah perbandingan antara amplitudo gelombang berdiri

(standing wave) maksimum (|V|max) dengan minimum (|V|min). Pada saluran


transmisi ada dua komponen gelombang tegangan, yaitu tegangan yang
dikirimkan (V0+) dan tegangan yang direfleksikan (V0-). Perbandingan antara
tegangan yang direfleksikan dengan yang dikirimkan disebut sebagai koefisien
refleksi tegangan (), yaitu

VSWR

V0

V0

ZL Z0
ZL Z0

di mana ZL adalah impedansi beban (load) dan Z0 adalah impedansi


saluran lossless.
Koefisien refleksi tegangan () memiliki nilai kompleks, yang
merepresentasikan besarnya magnitudo dan fasa dari refleksi. Untuk beberapa
kasus yang sederhana, ketika bagian imajiner dari adalah nol, maka :

Universitas Indonesia

= - 1: refleksi negatif maksimum, ketika saluran terhubung singkat


= 0: tidak ada refleksi, ketika saluran dalam keadaan perfect matched
= 1: refleksi positif maksimum, ketika saluran dalam rangkaian terbuka.
Rumus untuk mencari nilai VSWR adalah
s

V max
V min

1
1

Kondisi yang paling baik adalah ketika VSWR bernilai 1 (S=1) yang
berarti tidak ada refleksi ketika saluran dalam keadaan matching sempurna.
Namun kondisi ini pada praktiknya sulit untuk didapatkan. Oleh karena itu, nilai
standar VSWR yang diijinkan untuk fabrikasi antena adalah VSWR2.
2.3.6

Bandwidth
Bandwidth suatu antena didefenisikan sebagai rentang frekuensi di mana

kinerja antena yang berhubungan dengan beberapa karakteristik (seperti


impedansi masukan, polarisasi, beamwidth, gain, efisiensi, VSWR, return loss)
memenuhi spesifikasi standar. Bandwith dapat dicari dengan rumus berikut ini:
f f1
BW 2
x100%
fc
Dimana :
f2 : frekuensi tertinggi
f1 : frekuensi terendah
fc : frekuensi tengah
Ada beberapa jenis bandwidth di antaranya :
a. Impedance bandwidth,
yaitu rentang frekuensi di mana patch antena berada pada keadaan matching dengan
saluran pencatu. Hal ini terjadi karena impedansi dari elemen antena bervariasi
nilainya tergantung dari nilai frekuensi. Nilai matching ini dapat dilihat dari return
loss dan VSWR. Nilai return loss dan VSWR yang masih dianggap baik adalah
kurang dari -9,54 dB.
b. Pattern bandwidth,

Universitas Indonesia

yaitu rentang frekuensi di mana bandwidth, sidelobe, atau gain, yang bervariasi
menurut frekuensi memenuhi nilai tertentu. Nilai tersebut harus ditentukan pada awal
perancangan antena agar nilai bandwidth dapat dicari.
c. Polarization atau axial ratio bandwidth
adalah rentang frekuensi di mana polarisasi (linier atau melingkar) masih terjadi.
Nilai axial ratio untuk polarisasi melingkar adalah kurang dari 3 dB.

2.3.7

Directivity
Keterarahan dari sebuah antena dapat didefenisikan sebagai perbandingan

(rasio) intensitas radiasi sebuah antena pada arah tertentu dengan intensitas radiasi
rata-rata pada semua arah. Intensitas radiasi rata-rata sama dengan jumlah daya
yang diradiasikan oleh antena dibagi dengan 4. Jika arah tidak ditentukan, arah
intensitas radiasi maksimum merupakan arah yang dimaksud. Keterarahan ini
dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut ini:
D

U
4U

Uo
Prad

Dan jika arah ini tidak ditentukan, keterarahan terjadi pada intensitas radiasi
maksimum yang didapat dengan rumus :
Dmax D0

U max 4U max

U0
Prad

Keterangan:
D = keterarahan
D0 = keterarahan maksimum
U = intensitas radiasi maksimum
Umax = intensitas radiasi maksimum
U0 = intensitas radiasi pada sumber isotropic
Prad = daya total radiasi
2.3.8

Frekuensi Resonansi

Universitas Indonesia

Frekuensi resonansi sebuah antena dapat diartikan sebagai frekuensi kerja


antena di mana pada frekuensi tersebut seluruh daya dipancarkan secara
maksimal. Pada umumnya frekuensi resonansi menjadi acuan menjadi frekuensi
kerja antena.
2.3.9

Impedansi
Impedansi masukan adalah perbandingan (rasio) antara tegangan dan arus.

Impedansi input suatu antena adalah impedansi pada terminalnya. Impedansi


input akan dipengaruhi oleh antena-antena lain atau obyek-obyek yang dekat
dengannya. Impedansi masukan ini bervariasi untuk nilai posisi tertentu.
1 e j 2 z
j 2 z
1 e

Z in Z 0

dimana Zin merupakan perbandingan antara jumlah tegangan (tegangan masuk


dan tegangan refleksi (V)) terhadap jumlah arus (I) pada setiap titik z pada
saluran, berbeda dengan karakteristik impedansi saluran (Z0) yang berhubungan
dengan tegangan dan arus pada setiap gelombang.
Pada saluran transmisi, nilai z diganti dengan nilai, sehingga persamaan di
atas menjadi:
Z l cos l jZ 0 sin l

Z 0 cos l jZ l sin l

Z in (l ) Z 0

Universitas Indonesia

BAB III
ANTENNA MIKROSTRIP PATCH SIRKULAR
3.1 Antenna Microstrip
Antenna mikrostrip adalah suatu konduktor metal yang menempel diatas ground
plane yang diantaranya terdapat bahan dielektrik. Antena mikrostrip merupakan antena
yang memiliki massa ringan, mudah untuk difabrikasi, dengan sifatnya yang konformal
sehingga dapat ditempatkan pada hampir semua jenis permukaan dan ukurannya kecil
dibandingkan dengan antena jenis lain, karena sifat yang dimilikinya, antena mikrostrip
sangat sesuai dengan kebutuhan saat ini sehingga dapat diintegrasikan dengan peralatan
telekomunikasi lain yang berukuran kecil, akan tetapi antenna mikrostrip juga memiliki
beberapa kekurangan yaitu: bandwidth yang sempit, gain dan directivity yang kecil, serta
efisiensi rendah.

Gambar 12. Antenna mikrostrip

Bentuk konduktor bisa bermacam-macam tetapi yang pada umumnya digunakan


berbentuk empat persegi panjang dan lingkaran karena bisa lebih mudah dianalisis

Universitas Indonesia

Gambar 13. Macam-macam bentuk patch antena

Gambar 14. Struktur antenna mikrostrip

Gambar di atas menunjukkan struktur dari sebuah antena mikrostrip . Secara umum,
antena mikrostrip terdiri atas 3 bagian, yaitu patch, substrat, dan ground plane. Patch terletak
di atas substrat, sementara ground plane terletak pada bagian paling bawah. mikrostrip yang
sering dibuat, misalnya segi empat, segi tiga, lingkaran, dan lain-lain. Patch berfungsi
sebagai pemancar (radiator). Patch dan saluran pencatu biasanya terletak di atas substrat.
Tebal patch dibuat sangat tipis (t = ketebalan patch). Substrat terbuat dari bahan-bahan
dielektrik. Substrat biasanya mempunyai tinggi (h) antara 0,003 0 0,050. Pada umumnya,

patch terbuat dari logam konduktor seperti tembaga atau emas dan mempunyai bentuk
yang bermacam-macam. Bentuk patch antena Antena mikrostrip dibuat dengan
menggunakan sebuah substrat yang mempunyai tiga buah lapisan struktur dari substrat.
Lapisan-lapisan tersebut adalah:

Universitas Indonesia

a. Trace
Trace ini yang disebut juga patch, merupakan lapisan teratas dari substrat, lapisan
ini biasanya terbuat dari konduktor. Pada lapisan ini akan dibentuk menjadi suatu
bentuk tertentu untuk mendapatkan suatu pola radiasi seperti yang diinginkan.
b. Dielektrik
Bagian tengah dari substrat, pada lapisan ini digunakan bahan dielektrik.
c. Groundplane
Lapisan paling bawah dari substrat, yang pola-pola dalam lapisan mikrostrip yang
utama biasa disebut patch., yang memiliki bentuk geometris sederhana, seperti
lingkaran, persegi panjang, segitiga atau bentuk lain berfungsi sebagai reflektor
yang memantulkan sinyal yang tidak diinginkan.
Antena mikrostrip mempunyai nilai radiasi yang paling kuat terutama pada daerah
pinggiran di antara tepi patch. Untuk performa antena yang baik, biasanya substrat dibuat
tebal dengan konstanta dielektrik yang rendah. Hal ini akan menghasilkan efisiensi dan
radiasi yang lebih baik serta bandwidth yang lebih lebar, namun akan menambah ukuran dari
antena itu sendiri. Oleh sebab itu, kejelian dalam menetapkan spesifikasi, ukuran, dan
performa akan menghasilkan antena mikrostrip yang mempunyai ukuran yang kompak
dengan performa yang masih dalam batas toleransi.

Antena mikrostrip mempunyai kelebihan dan kekurangan, diantaranya:


Kelebihan antena mikrostrip:
Mempunyai penampang yang tipis
Massa yang ringan
Mudah dalam pembuatannya
Dapat di integrasikan langsung

Universitas Indonesia

Dapat dibuat untuk dual atau triple frekuensi


Kekurangan antena mikrostrip:
Bandwidth yang sempit
Kecilnya alat mengakibatkan perlu ketelitian yang tinggi dalam perancangan

3.2 Mikrostrip Circular Patch


Antena mikrostrip dengan patch sirkular akan memilki performa yang sama dengan
antena mikrostrip patch segi empat. Pada aplikasi tertentu, seperti array, patch sirkular ini
akan menghasilkan keuntungan dibandingkan dengan patch yang lainnya. Antena mikrostrip
dengan patch sirkular ini lebih mudah dimodifikasi untuk menghasilkan jarak nilai
impedansi, pola radiasi, dan frekuensi kerja. Untuk menganalisis antena mikrostrip patch
sirkular ini banyak metode yang telah digunakan, termasuk diantaranya dengan menggunakan

Universitas Indonesia

model rongga (cavity model), model matching dengan admitansi tepi, model saluran transmisi
umum, persamaan pendekatan integral, dan FDTD. Untuk lebih memahami antena mikrostrip
patch sirkular ini dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 15. Struktur antenna mikrostrip dengan patch sirkular

Gambar 16. Struktur antenna mikrostrip dengan patch sirkular tampak atas

3.3

Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan dalam Merancang Microstrip Circular

Patch

Universitas Indonesia

Di dalam merancang antena mikrostrip patch sirkular ada beberapa pertimbangan


yang harus di perhatikan, yaitu:

3.3.1

Pemilihan substrat dan jari-jari patch

Pertimbangan memilih substrat untuk antenna mikrostrip patch sirkular sama


seperti antena mikrostrip patch persegi panjang, yaitu dimulai dengan memilih bahan
dielektrik yang cocok dengan menyesuaikan tingkat ketebalan h dan rugi-rugi garis
singgung. Semakin tebal substrat, di samping secara mekanik akan lebih kuat, akan
meningkatkan daya radiasi, mengurangi rugi-rugi konduktor, dan memperbaiki impedansi
bandwidth. Bagaimanapun hal ini juga akan meningkatkan berat, rugi-rugi dielektrik,
rugi-rugi gelombang permukaan, dan radiasi yang tidak berhubungan dari penyulang
pemeriksa. Konstanta substrat dielektrik r memiliki fungsi yang sama seperti ketebalan
substrat. Nilai r yang rendah akan meningkatkan daerah tepi dari keliling patch
meradiasikan daya. Oleh karena itu substrat dengan nilai r 2.5 lebih baik kecuali jika
diinginkan ukuran patch yang lebih kecil. Meningkatnya ketebalan substrat akan
memiliki dampak yang sama ketika menurunya nilai r dari karakteristik antena.
Rugi-rugi garis singgung yang tinggi akan meningkatkan rugi-rugi dielektrik dan oleh
karena itu hal ini akan menurunkan efisiensi antena. Bahan yang biasa digunakan sebagai
substrat diantaranya adalah honeycomb r =1.707 , duroid r =2.32, quartz r =3.8 dan

alumina r =10.
Jadi substrat yang digunakan haruslah memiliki konstanta dielektrik yang rendah. Hal
ini bertujuan agar diperoleh efisiensi radiasi yang lebih tinggi. Selain itu substrat yang
semakin tebal akan meningkatkan impedansi bandwidth.
Metalisasi patch dengan jari-jari a ditentukan oleh kondisi resonansi, yaitu

l n k 0 a r 0 . Untuk orde yang paling rendah (n = 1) berlaku :

Universitas Indonesia

k a
0

r 1.81 atau a

1.81
k0 r

Karena karena faktor area pinggir pada tepi patch konduktor , patch yang secara fisik
memiliki jari-jari a akan memiliki jari-jari efektif sebesar ae dimana ae > a. Oleh karena itu
persamaan 1.1 di atas dapat ditulis menjadi :
ae

1.81
k0 r

Hubungan antara a dan ae ditunjukkan oleh persamaan:

2h a

ae a 1
1.7726
ln
a r 2h

1/ 2

Didalam perancangan antena, nilai dari ae yang diinginkan pada frekuensi kerja fr
didapatkan dengan menggunakan persamaan [2] :
ae

3.3.2

1.81
k0 r

8.794 x10 9
fr r

Pola radiasi

Berbagai macam model matematika telah dianjurkan untuk memprediksikan


karakteristik radiasi dari radiator antena mikrostrip patch sirkular. Ungkapan mengenai
daerah jauh diperoleh dengan menggunakan model rongga yang sederhana dan memenuhi
syarat untuk tujuan praktis. Pola radiasinya dapat digambarkan dengan menggunakan
persamaan :

a.

Beamwidth

Universitas Indonesia

Beamwidth untuk komponen bidang yang teradiasi dapat diukur dari pola
radiasinya. Beamwidth untuk E akan semakin berkurang nilainya untuk r >1, sedangkan
nilainya akan bertambah untuk = 1 sebagaimana dengan bertambahnya nilai h/a.
Kejadian ini merupakan hasil dari peranan yang dimainkan oleh permukaan gelombang
untuk nilai r >1.
b.

Efek dari ukuran substrat dan ground plane yang terbatas


Karakteristik antena digambarkan sangat jauh untuk mengasumsikan ukuran yang
tidak terbatas dari substrat dan ground plane. Dalam prakteknya ukuran dari keduanya
terbatas dan akan mempengaruhi karakteristik yang telah dianjurkan untuk tingkat
ketebalan dari substrat. Kishk dan Shafai telah mempelajari efek dari ukuran yang
terbatas ini terhadap daerah radiasi dan amplitudo eksitasi untuk berbagai macam mode.
Bhattacharyya telah menentukan efek dari ukuran yang tetap ini terhadap impedansi
input, pola radiasi, efisiensi dan gain.
Radiasi didekat arah broadside yang utama ditentukan oleh patch. Ukuran dari
substrat dan ground plane yang terbatas akan mempengaruhi radiasi didekat arah end-fire,
dan khususnya daerah di belakang antena. Hal ini menunjukkan bahwa pola radiasi dari
berbagai macam mode tersebut secara sederhananya dapat dikendalikan oleh ukuran
ground plane.
3.3.3

Efisiensi radiasi

Efisiensi radiasi diartikan sebagai perbandingan daya yang teradiasi terhadap daya
input, Pada antena mikrostrip patch sirkular efisiensi akan meningkatkan ketebalan
substrat dan akan menurunkan konstanta dielektrik.
3.3.4

Lokasi titik pencatu (feed point)

Setelah memilih jari-jari dari patch untuk substrat yang telah diberikan, langkah
selanjutnya adalah menentukan feed point/titik pencatu (0,0) dimana dalam hal ini
harus ada kecocokan antara impedansi input dari patch dan impedansi generator. Karena

Universitas Indonesia

disini tidak ada nilai lebih dari axis patch antena mikrostrip, maka axis yang melewati
titik pencatu (feed point) ditandai dengan 0=0. Selanjutnya nilai 0 dari dapat dipilih
untuk mengubah-ubah input antena.
w

3.77 xh
z0 r

3.4 Teknik Broadband


Dalam

meningkatkan

bandwidth

dan

mekanisme

pengurangan

ukuran

yang

meningkatkan kinerja dari patch antenna microstrip maka menggunakan substrat yang
tipis (sekitar 0.01 0). Dengan meningkatnya kebutuhan dalam komunikasi mobile dan
munculnya banyak sistem, maka penting untuk merancang antena broadband untuk
mencakup rentang frekuensi yang luas. Desain yang efisien bergantung pada besar
kecilnya ukuran lebar band dari antenna tersebut, untuk aplikasi nirkabel baru-baru ini,
merupakan tantangan besar. Microstrip patch antenna telah menemukan aplikasi yang
luas dalam sistem komunikasi nirkabel karena mereka memiliki keuntungan seperti
fabrikasi yang murah dan sederhana dan kemudahan integrasi dengan jaringan. Namun,
mikrostrip antena patch konvensional memiliki bandwith yang sempit, biasanya 5%
bandwidth dikaitkan dengan pusat frekuensi. Hal ini menumbulkan tantangan bagi para
desainer untuk memenuhi teknik broadband.
Ada banyak sekali metode dalam meningkatkan bandwidth antenna, termasuk dengan
cara meningkatkan ketebalan dari substrat, menggunakan substrat yang memiliki
koefisien dielektrik rendah, juga mengunaakan berbagai pencocokan impedansi dan juga
menggunakan resonator ganda dan antenna geometri slot. Namun, bandwidth dan ukuran
dari antenna umumnya saling bertentangan sifat, diantaranya dari salah satu karakteristik
yang menyebabkan degradasi ke yang lainnya.
Baru-baru ini telah ditemukan cara meningkatkan bandwidth pada antenna. A novel
single layer wide-band rectangular patch antenna dengan memiliki bandwidth dan
impedansi yang dicapai lebih besar 20%. Dengan memanfaatkan shorting pins atau
shorting walls.

Universitas Indonesia

Sebuah teknik baru untuk meningkatkan bandwidth patch antena mikrostrip berhasil
dirancang dalam penelitian. Teknik untuk mikrostrip broadbanding, pengurangan ukuran,
dan pengurangan crosspolarization diterapkan dengan peningkatan yang signifikan dalam
desain dengan menggunakan diusulkan berbentuk patch desain slotted, terbalik patch,
dan-probe feeding L.
Karakteristik wideband antena adalah dicapai dengan menggunakan probe feeding
berbentuk-L teknik, penggunaan slot seri (H-berbentuk) dan penggunaan sepasang slot
paralel (E-berbentuk) menyebabkan ukuran reduksi patch. Radiasi performa yang lebih
baik dicapai oleh embedding slot paralel ke patch (E-berbentuk), sedangkan penggunaan
patch

terbalik

meningkatkan

keuntungan

dari

antena.

Komposit

pengaruh

mengintegrasikan teknik ini menawarkan low profile, broadband, gain yang tinggi, dan
antena kompak yang cocok untuk aplikasi elemen array.
Teknik lain untuk meningkatkan bandwidth adalah dengan menggunakan saluran pencatu
mikrostrip berbentuk garpu (array). Modelnya seperti garpu yang ditambahkan batang
penyesuaian pada saluran masukan. Dalam perancangannya, antena mikrostrip didesain
dengan menggunakan slot tunggal, dua slot, empat slot, dan delapan slot. Antena
mikrostrip dengan delapan slot memiliki bandwidth yang paling lebar. Hal ini disebabkan
efek kopling yang ada pada antena paling besar, yaitu efek dimana saluran mikrostrip
memberikan imbas gelombang elektromagnetik menuju slot melalui substrat. Efek
kopling disini berperan sebagai transformer ideal.
3.5 Ansoft HFSS Vs. 11
Dalam proyek akhir antenna ini, untuk mensimulasikan antena yang akan dibuat
yakni dengan menggunakan simulator Ansoft HFSS 11.0. dimana pada HFSS, model
geometri secara otomatis dibagi kedalam sejumlah besar tetrahedron. HFSS adalah
simulator gelombang elektromagnetik penuh dengan performa yang baik untuk
pemodelan benda 3 dimensi yang memiliki volume yang berubah-ubah. HFSS ini

Universitas Indonesia

menyatukan proses simulasi, visualisasi, dan proses pemodelan kedalam suatu bentuk
yang mudah untuk dipelajari.
HFSS adalah simulator interaktif yang elemen dasar mesh-nya adalah tetrahedron.
Hal ini membuat kita dapat menyelesaikan persoalan yang berhubungan dengan bentuk
geometri 3 dimensi yang berubah-ubah khususnya yang memilki bentuk dan kurva yang
kompleks.
HFSS adalah kependekan dari High Frequency Structure Simulator. Ansoft
merupakan software pelopor yang menggunakan Finite Element Method(FEM) untuk
simulasi elektromagnetik dengan mengembangkan serta menerapkan teknologi seperti
tangential vector finite elements, adaptive meshing, dan Adaptive Lanczos-Pade Sweep
(ALPS). Adapun tampilan dari HFSS dapat dilihat pada gambar 17.

.
Gambar 17. Tampilan awal HFSS Ansoft 11.1

Universitas Indonesia

BAB IV
WIRELESS LOCAL AREA NETWORK
4.1 Wireless
Teknologi komunikasi wireless adalah suatu operasi komunikasi tanpa menggunakan
suatu media yang terlindung atau terbungkus seperti menggunakan media udara sebagai jalur
komunikasi untuk mengirimkan sinyal pada setiap tujuannya. Sistem wireless menggunakan
suatu gelombang radio atau gelombang elektromagnetik sebagai jalur komunikasinya.
Pada awalnya teknologi wireless ini berasal dari penemuan telegraf yang diciptakan
pada tahun 1895, dan terus berkembang sehingga akhirnya saat ini telah banyak terjadi
kemajuan di bidang telekomunikasi, contohnya radio, televisi, telepon selular, komunikasi
satelit, dan lain lain. Selain itu masih terdapat beberapa model device yang menggunakan
teknologi wireless, yaitu peralatan komputer tanpa kabel seperti keyboard dan mouse
wireless, remote control, global positioning system (GPS), dan wireless LAN.

4.2 Local Area Network (LAN)


Inovasi di dalam teknologi telekomunikasi berkembang dengan cepat dan selaras
dengan perkembangan karakteristik masyarakat modern yang memiliki mobilitas tinggi,
mencari pelayanan yang fleksibel, mudah dan memuaskan serta mengejar efisiensi di
segala aspek. Perkembangan karakteristik masyarakat yang seperti ini membuat rekan
industri menawarkan jaringan Local Area Network (LAN).
Local Area Network (LAN) adalah sejumlah komputer yang saling dihubungkan
bersama di dalam satu area tertentu yang tidak begitu luas, seperti di dalam satu kantor
atau gedung.
Jaringan

komputer

adalah

sekelompok

komputer

otonom

yang

saling

berhubungan antara satu dengan yang lainnya menggunakan protokol komunikasi melalui
media komunikasi sehingga dapat berbagi informasi, program - program, penggunaan

Universitas Indonesia

bersama perangkat keras seperti printer, hard disk, dan sebagainya. Selain itu jaringan
komputer bisa diartikan sebagai kumpulan sejumlah terminal komunikasi yang berbeda di
berbagai lokasi yang terdiri dari lebih satu komputer yang saling berhubungan.
Jaringan komputer local digunakan untuk menghubungkan simpul yang berada di
daerah yang tidak terlalu jauh dengan radius 100m - 200m, tergantung jenis kabel
penghubung yang digunakan. Kecepatan transfer data pada jaringan local ini sudah relatif
tinggi yaitu antara 1 - 100 Mbps atau sekitar 125.000 - 125.500.000 karakter per detik
sehingga sudah dapat mendukung distribusi data grafis.
Teknologi jaringan local berkembang dengan pesat dewasa ini sehingga secara
umum jaringan dapat dikelompokkan dalam beberapa kategori berdasarkan kecepatan
transmisi datanya, yaitu:

Jaringan komputer berkecepatan rendah


Kecepatan transmisi data pada jaringan ini lebih kecil dari 1 Mbps, biasanya

diterapkan untuk percobaan di laboratorium. Contoh jaringan ini adalah Apple talk
yang dikembangkan oleh Apple Co.

Jaringan komputer berkecepatan sedang


Kecepatan transmisi data pada jaringan ini berkisar antara 1 - 20 Mbps dan

biasanya diterapkan untuk lingkungan perkantoran dengan skala kecil sampai


menengah. Adapun contoh teknologi jaringan ini adalah Ethernet berkecepatan 10
Mbps yang dikembangkan oleh Xeras.

Jaringan komputer berkecepatan tinggi


Kecepatan transmisi data pada jaringan ini lebih dari 20 Mbps. Biasanya

diterapkan untuk lingkungan perkantoran dengan skala besar yang menempati gedung
bertingkat atau kawasan. Di samping itu data yang ditransmisikan tidak hanya berupa

Universitas Indonesia

teks melainkan juga data grafis. Adapun teknologi jaringan komputer local untuk
kategori ini adalah ATM dan Fast Ethernet.

Jaringan komputer berkecepatan sangat tinggi

Kecepatan transmisi data pada jaringan ini mencapai 1 Gbps. Teknologi ini digunakan
untuk mendukung transmisi data di lingkungan perkantoran berskala besar dan data
yang ditransmisikan meliputi data grafis, audio, dan video. Adapun teknologi untuk
kategori ini adalah Gigabit, ethernet, yang kompatibel dengan teknologi Ethernet dan
Fast Ethernet.
4.3 Wireless Local Area Network (WLAN)
Wireless Local Area Network (WLAN) merupakan salah satu aplikasi
pengembangan dari wireless yang digunakan untuk komunikasi data. Sesuai dengan
namanya, wireless yang artinya tanpa kabel, WLAN adalah jaringan lokal yang meliputi
daerah satu gedung, satu kantor, satu wilayah, dan sebagainya, yang tidak menggunakan
kabel.
Sistem koneksi WLAN adalah dengan menggunakan gelombang elektromagnetik
untuk mengirim dan menerima data lewat media udara. Dengan komunikasi jaringan
yang

menggunakan

media

tanpa

kabel,

maka

diharapkan

WLAN

dapat

meminimalisasikan kebutuhan untuk komunikasi menggunakan kabel, walaupun


penggunaan kabel masih tetap ada dalam mendukung aplikasi WLAN.
Penggunaan WLAN tidak akan mengurangi keuntungan yang telah diperoleh dari
aplikasi yang lebih tradisional yaitu LAN dengan menggunakan kabel. Hanya saja pada
WLAN ini, cara melihat suatu jaringan LAN harus didefinisikan kembali. Konektivitas
antar para pengguna tidak lagi mempengaruhi pada saat penginstalasian.
Local Area tidak lagi terbatas diukur dengan menggunakan satuan kaki atau
meter, tetapi mil atau kilometer. Infrastrukturnya tidak lagi harus ditanam di bawah tanah

Universitas Indonesia

atau berada di balik dinding. Kini infrastrukturnya bias berpindah pindah dan berubah
sesuai dengan kecepatan atau pertumbuhan perusahaan. Selain itu, WLAN sendiri
mengkombinasikan hubungan antar data dengan penggunaan yang aktif bergerak, dan
melalui konfigurasi yang sederhana maka WLAN dapat berpindah pindah sesuai
dengan kebutuhan pengguna.
WLAN sama seperti sebuah kartu Ethernet yang tidak menggunakan kabel
sebagai media penyambungnya, dimana pengguna berhubungan dengan server melalui
modem radio. Salah satu bentuk modem radio yaitu PC card yang digunakan untuk
laptop.
Dengan adanya WLAN ini, maka biaya pengeluaran yang digunakan untuk
membuat suatu infrastruktur jaringan dapat ditekan menjadi lebih rendah dan mendukung
suatu aplikasi jaringan mobile yang menawarkan berbagai keuntungan dalam hal efisiensi
proses, akurasi, dan biaya pengeluaran.
4.4 Arsitektur WLAN 802.11
Arsitektur adalah salah satu faktor pendukung suksesnya sebuah jaringan WLAN.
Dengan menggunakan arsitektur yang tepat, maka akan diperoleh stabilitas dan kinerja
yang terbaik dari jaringan tersebut. Arsitektur jaringan WLAN 802.11 terdiri dari
beberapa komponen yang dibutuhkan dalam menjalankan sebuah aplikasi yaitu Network
Interface Card (NIC), Wireless Access Point (AP), Independent Basic Service Set (IBSS),
Basic Service Set (BSS), Extended Service Set (ESS), dan Distribution System (DS).
4.5 Standar WLAN 802.11
Seiring dengan perkembangan yang semakin pesat, beberapa pabrikan RF
wireless mempunyai metode berbeda dalam mengembangkan frekuensi, skema encoding,
jenis antena, dan protokol jaringan wireless. Banyaknya variasi jenis tentu saja tidak
menguntungkan bagi para pengguna. Untuk itu pada jaringan wireless ditetapkan
standarisasi peralatan wireless yang disebut standarisasi IEEE 802.11. Dengan

Universitas Indonesia

berkembangnya waktu, implementasi dari standar ini semakin populer dan meluas.
Penambahan ekstensi di belakang 802.11 dipergunakan untuk mengenali beberapa
perbaikan dan tambahan fitur dari standar yang telah ditentukan oleh 802.11. Dari sekian
banyak standar, ada empat jenis standar yang sering digunakan dan paling dikenal yaitu
standar awal 802.11, 802.11a, 802.11b, dan 802.11g. Tabel 3.1 menunjukkan standar
standar WLAN 802.11.

4.6.1 Standar Awal 802.11


Standar ini merupakan standar awal untuk WLAN yang diperkenalkan pada tahun
1997 oleh IEEE. Standar ini beroperasi pada layer fisik yang menggunakan teknologi
penyebaran spektrum Frequency Hopping Spread Spectrum (FHSS) dan Direct Sequence
Spread Spectrum (DSSS) yang beroperasi pada pita 2,4 GHz dan data rate hingga 2

Universitas Indonesia

Mbps. Karena versi ini hanya mempunyai data rate maksimum 2 Mbps, versi ini tidak
banyal dipergunakan pada WLAN indoor.
802.11 merupakan standar dasar WLAN yang mendukung transmisi data 1 Mbps
hingga 2 Mbps. 802.11a merupakan standar High Speed WLAN untuk 5 GHz band yang
mendukung hingga 54 Mbps. 802.11b merupakan standar WLAN untuk 2,4 GHz band
yang mendukung hingga 11 Mbps atau disebut Wi-Fi. 802.11e merupakan perbaikan dari
QoS (Quality of Service) pada semua interface radio IEEE WLAN. 802.11f
mendefinisikan komunikasi inter-access point untuk memfasilitasi beberapa vendor yang
mendistribusikan WLAN. 802.11g menetapkan teknik modulasi tambahan untuk 2,4 GHz
band, yang dimaksudkan untuk menyediakan kecepatan hingga 54 Mbps. 802.11h
mendefinisikan pengaturan spektrum 5 GHz band yang digunakan di Eropa dan Asia
Pasifik. 802.11i menyediakan keamanan yang lebih baik. Penentuan alamat dimana
terdapat kelemahan keamanan pada protokol autentifikasi dan enkripsi. 802.11j
merupakan penambahan pengalamatan pada channel 4,9 GHz hingga 5 GHz untuk
standar 802.11a di Jepang.
4.6.2 Standar 802.11a
Pada tahun 1999, IEEE mengeluarkan standar 802.11a yang beroperasi pada pita
5 GHz. Standar ini menggunakan skema modulasi yang disebut Orthogonal Frequency
Division Multiplexing (OFDM) dengan kecepatan transmisi data mencapai 54 Mbps.
Keuntungan utama dari standar ini adalah kapasitasnya yang cukup tinggi yang
menjadikan standar ini sebagai pilihan yang tepat untuk mendukung aplikasi yang
membutuhkan performa tinggi, seperti streaming video. Kekurangan dari standar ini
adalah terbatasnya cakupan area pancarnya karena menggunakan pita frekuensi 5 GHz.
Pita ini hanya dapat mencakup area tidak lebih dari 50 meter pada berbagai fasilitas.
Akibatnya standar ini memerlukan AP yang lebih banyak.
4.6.3 Standar 802.11b

Universitas Indonesia

Pada tahun yang sama ketika IEEE mengeluarkan standar 802.11a, IEEE juga
mengeluarkan standar 802.11b, tepatnya pada bulan Juli 1999. Standar ini beroperasi
pada frekuensi radio dengan bandwidth 97 MHz (frekuensi 2,4 GHz - 2,497 GHz).
Standar ini menggunakan metode modulasi DSSS dengan kecepatan transmisi datanya
mencapai 11 Mbps. Keuntungan utama dari standar 802.11b adalah range yang relatif
panjang hingga 100 meter pada fasilitas di dalam gedung. Range ini sangat efektif
dipergunakan untuk mengembangkan LAN secara wireless dibandingkan dengan standar
sebelumnya.
Kerugian dari standar ini adalah terbatasnya penggunaan kanal pada pita frekuensi
2,4 GHz. Standar ini hanya menggunakan tiga buah kanal bila dibandingkan dengan
standar 802.11 yang menggunakan 11 kanal untuk melakukan konfigurasi AP.
Pembatasan ini membuat dukungan standar 802.11b terhadap performa aplikasi
menengah seperti e-mail atau web surfing menjadi lebih baik. Kerugian lain dari standar
ini adalah terdapatnya kemungkinan interferensi RF dengan peralatan radio yang lain
yang dapat mengurangi performa dari standar.
4.6.4 Standar 802.11g
Standar 802.11g dikeluarkan oleh IEEE pada bulan Juni 2003. Standar ini
beroperasi pada frekuensi yang sama seperti pada standar 802.11b yaitu pada pita 2,4
GHz hingga 2,497 GHz. Tetapi standar ini menggunakan teknik modulasi OFDM yang
digunakan pada standar 802.11a. Kombinasi dari fitur ini menghasilkan infrastruktur
yang lebih cepat, lebih murah, serta koneksi yang lebih luas.
Keunggulan dari standar ini adalah memiliki kompatibilitas dengan standar
802.11b, dimana kita hanya perlu meng-upgrade AP pada jaringan 802.11b ke standar
802.11g. Tetapi peralatan pada standar 802.11b tidak memahami transmisi pada peralatan
802.11g karena perbedaan teknik modulasi pada kedua standar. Sehingga saat peralatan
jaringan 802.11b digunakan pada lingkungan standar 802.11g terdapat berbagai
keterbatasan. Kerugian lainnya dari standar ini adalah adanya interferensi RF karena

Universitas Indonesia

standar ini menggunakan frekuensi 2,4 GHz yang sarat dengan interferensi stasiun yang
dapat menyebabkan seluruh jaringan terganggu. Hal ini dapat diatasi dengan
menggunakan cincin (ring) ganda dengan salah satu cincin back-up seperti yang dipakai
pada jaringan ring berteknologi FDDI.
4.7 Teknik Transmisi WLAN
WLAN umumnya dikategorikan menurut teknik teknik transmisi yang
digunakan. Produk LAN yang ada pada saat ini memiliki teknik transmisi yang termasuk
ke dalam salah satu kategori berikut ini.
4.7.1 LAN Infrared (IR)
LAN infrared menggunakan sinyal infrared untuk mengirimkan data. Teknologi
ini sama seperti yang digunakan pada produk remote control untuk televisi dan VCR.
LAN infrared dapat diatur menggunakan konfigurasi point-to-point. Keuntungan LAN
infrared adalah mampu membawa bandwidth yang tinggi. Akan tetapi kelemahannya
ialah tidak dapat melewati benda padat.
4.7.2 LAN Spread Spectrum
Spread spectrum adalah teknik transmisi yang paling sering digunakan untuk
teknologi WLAN. Perkembangan spread spectrum diawali dari tipe pertama yaitu
frequency hopping spread spectrum (FHSS), dimana lewat teknik ini paket data akan
dipecah pecah dan dikirimkan menggunakan frekuensi yang berbeda beda. Satu
pecahan bersisian dengan lainnya, sehingga seluruh data dikirimkan dan diterima oleh
komputer yang dituju. Kecepatan sinyal frekuensi ini sangat tinggi. Dengan pemecahan
paket data, sistem ini memberikan keamanan yang dibutuhkan dalam satu jaringan.
Tipe selanjutnya dari spread spectrum disebut direct sequence spread spectrum (DSSS).
Sebuah metode dimana sebuah frekuensi radio dibagi menjadi tiga bagian yang sama dan
menyebarkan seluruh paket melalui salah satu bagian frekuensi ini. Metode ini paling
banyak digunakan. Frequency hopping spread spectrum (FHSS) menggunakan daya

Universitas Indonesia

yang lebih rendah daripada direct sequence spread spectrum (DSSS) dan biayanya pun
lebih murah.
4.8 Wireless Channel
Jaringan wireless menggunakan konsep yang sama dengan stasiun radio, dimana
saat ini terdapat dua alokasi frekuensi yang digunakan yaitu 2,4 GHz dan 5 GHz yang
bisa dianalogikan sebagai frekuensi radio AM dan FM. Frekuensi 2,4 GHz yang
digunakan oleh 802.11b/g juga dibagi menjadi channel channel seperti pembagian
frekuensi untuk stasiun radio.
Organisasi internasional ITU (International Telecomunication Union) yang
bermarkas di Genewa membaginya menjadi 14 channel namun setiap negara mempunyai
kebijakan tertentu terhadap channel ini. Amerika hanya mengijinkan penggunakan
channel 1-11, Eropa hanya menggunakan 1-13, sedangkan di Jepang diperbolehkan
menggunakan semua channel yang tersedia yaitu 1-14. Frekuensi channel dapat dilihat
pada Tabel 3.2.

Universitas Indonesia

BAB V
PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP PATCH SIRKULAR
SERTA ANALISISNYA

4.1 Umum
Pada proyek UAS ini akan dirancang sebuah antena mikrostrip patch sirkular
yang dapat digunakan pada sistem wireless LAN. Perancangan antena ini dilakukan
dengan menggunakan simulator antena Ansoft HFSS v11.1. Tahapan perancangan
dimulai dari pemilihan jenis substrat dan selanjutnya menghitung dimensi patch antena
serta lebar saluran pencatunya. Hasil dari perhtiungan tersebut kemudian disimulasikan
dengan simulator Ansoft HFSS v11.1.
Untuk mendapatkan rancangan antena yang optimal dilakukan beberapa
karakterisasi berupa perubahan panjang saluran pencatu dan perubahan dimensi patch.
Dengan melakukan beberapa iterasi selanjutnya diperoleh hasil rancangan yang lebih
optimal tersebut. Dengan simulator Ansoft HFSS v11.1, dapat diperoleh parameter
parameter antena yang dihasilkan berupa nilai VSWR, return loss, bandwidth dan pola
radiasinya.
4.2

Jenis Substrat yang digunakan


Dalam pemilihan jenis substrat sangat dibutuhkan pengetahuan tentang spesfikasi

umum dari susbtrat tersebut, kualitasnya, ketersediannya, dan yang tidak kalah penting
adalah harga atau biaya yang harus dikeluarkan untuk mendapatkannya, karena akan
mempengaruhi nilai jual ketika akan dipabrikasi secara massal untuk dipasarkan.
Spesifikasi substrat yang digunakan :

Jenis Substrat : Fiber (epoxy FR4)

Konstanta Dielektrik Relatif (r) : 4,4

Dielektrik Loss Tangent (tan ) : 0001

Universitas Indonesia


4.3

Ketebalan substrat : 1.6 mm


Perancangan dimensi patch antena
Antena yang akan dirancang pada proyek ini adalah antena mikrostrip patch

sirkular dengan frekuensi kerja 2.45 GHz. Untuk perancangan awal digunakan
perhitungan pada antena mikrostrip dengan patch berbentuk lingkaran seperti yang telah
dijelaskan di dalam Bab 2 yaitu pada point (2.5.1). Dari perhitungan tersebut yang
berdasarkan spesifikasi substrat yang akan digunakan diperoleh jari-jari patch adalah
1.695149576 mm.
4.4

Perancangan lebar saluran pencatu


Saluran pencatu yang digunakan pada perancangan ini diharapkan mempunyai

atau paling tidak mendekati impedansi masukan sebesar 50 . Untuk mendapatkan nilai
impedansi tersebut dilakukan pengaturan lebar dari saluran pencatu dilakukan pengaturan
lebar dari saluran pencatu dengan menggunakan persamaan(2.24).
Untuk nilai z0 = 50 , r = 4,882, dan h = 1.6 mm, maka dengan menggunakan
persamaan 2.24 maka didapatkan lebar saluran pencatu sebesar 3,11 mm.
4.5

Perancangan model antena mikrostrip patch sirkular


Dalam proyek ini, perancangan

antena mikrostrip patch sirkular dilakukan

melalui beberapa tahapan, yaitu dimulai dengan perancangan patch, perancangan saluran
pencatu(feeder), perancangan

groundplane, perancangan port saluran pencatu, dan

perancangan air box yang teradiasi.


Hasil akhir rancangan :

Universitas Indonesia

Gambar 24. Tampak atas

Gambar 25. Tampak samping

Universitas Indonesia

Setelah model antena selesai dibuat langkah selanjutnya adalah menjalankan


simulasinya. Untuk menjalankan simulasi ini langkah selanjutnya adalah klik menu
HFSS kemudian pilih analysis setup, lalu pilih add solution setup, maka akan muncul
solution setup window. Lalu isi nama setup-nya sesuai dengan spesifikasi dan batas-btas
yang diinginkan. Setelah itu langkah selanjutnya adalah klik menu HFSS lalu pilih
validation check. Tujuan dari validation check ini adalah untuk memeriksa apakah model
yang kita buat sudah layak dan benar untuk dijalankan. Jika model yang kita buat telah
layak dan benar untuk dijalankan maka akan muncul tanda check list berwarna hijau,
tetapi jika belum maka akan muncul tanda silang berwarna merah. Hal ini menandakan
bahwa ada error pada model yang kita buat. Untuk melihat pesan error gunakan message
manager yang ada di sudut kanan bawah. Ada beberapa hal yang diperiksa pada
validation check ini, yaitu : 3D model, Boundaries and Excitation, Mesh Operation,
Analysis Setup, Optimetrics, serta Radiation.
Jika ada salah satu dari keenam hal ini yang tidak terpenuhi (dalam hal ini ada
error) maka proses simulasi tidak dapat dilanjutkan. Setelah melewati validation check,
langkah selanjutnya adalah menganalisis model. Untuk menganalisis model ini caranya
adalah dengan menekan menu HFSS lalu pilih analyze. Proses menganalisis

ini

berlangsung sekitar 30 menit. Setelah proses analisis selesai maka dapat ditampilkan
grafik VSWR, pola radiasi, dan bandwidth serta return loss nya.
Hasil yang didapat dari simulasi yang pertama :

Universitas Indonesia

Gambar 26 XY Plot simulasi pertama dengan rentang 1GHz hingga 5 Ghz

Jika diperbesar disekitar 2.2 GHz 2.7 GHz :

Gambar 27 Plot XY dengan rentang 2.2 GHz - 2.7GHz

Hasil yang didapat dari simulasi yang pertama ini bukanlah merupakan hasil yang
optimum karena nilai koefisien pantul belum dibawah -10 dB sehingga antena tersebut
belum matching, serta frekuensi kerja nya pun belum sesuai dengan harapan. Untuk
mendapatkan hasil yang optimum dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :

Universitas Indonesia

1. Mengubah-ubah nilai panjang pencatu


Simulasi yang pertama dilakukan untuk nilai panjang pencatu sebesar 20 mm.
Kaena hasil pertama belum sesuai dengan kondisi yang diinginkan, maka penulis
mencoba mengubah-ubah panjang feeding yang digunakan. Panjang pencatuan diubahubah dengan kelipatan 2 mm dari 20mm sampai 30mm.hasil yang didapat :

Gambar 28 Perubahan panjang pencatuan dari 2mm hingga 20mm dengan


interval 2mm

Data diatas tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan baik pada koefisien
pantul maupun pada daerah frekuensi kerja.
Berikutnya dicoba memendekkan pencatuan dari 20mm menjadi 10mm dengan
kelipatan 2 mm. Hasilnya :

Universitas Indonesia

Gambar 29 Pemendekan pencatuan dari 20mm menjadi 10mm dengan


interval 2 mm

Dari grafik diatas terlihat perubahan yang cukup berarti yaitu koefisient pantul
yang semakin turun dan pergeseran frekuensi kerja yang semakin kecil
2. Mengubah-ubah nilai jari-jari patch
Langkah selanjutnya adalah mengubah-ubah nilai jari-jari patch. penulis mencoba
mengubah-ubah jari-jari patch yang digunakan. radius diubah-ubah dengan kelipatan
0.1mm dari 17mm sampai 18mm.hasil yang didapat :

Universitas Indonesia

Gambar 30 Pengubahan jari jari patch dari radius 17mm hingga 18mm dengan
interval 0.1mm

Dengan demikian, semakin besar jari-jari, maka semakin kecil daerah frekuensi
kerja yang dihasilkan. Begitu pula sebaliknya.
Hasil disain pertama kali menunjukkan bahwa koefisient pantul harus lebih turun
dan frekuensi harus digeser ke kiri sedikit. Dari data-data hasil percobaan pengubahan
jari-jari dan panjang feeding tersebut, dapat disimpulkan bahwa jika penulis ingin
mendapatkan hasil yang optimum, maka penulis harus memendekkan feeding (koefisien
pantul turun). Namun ada dua masalah apabila hal ini dilakukan, yaitu daerah frekuensi
kerja akan semakin turun, hal ini dapat diatasi dengan memperkecil jari-jari (menaikkan
frekuens kerja). Masalah kedua adalah, apabila feeding terus dikurangi, akan sulit
dilakukan karena feeding pada awal disain hanya 20mm. Dari data terlihat penurunan
feeding sebesar 10mm mengakibatkan penurunan koefisien pantul 4dB (dari -2dB ke
-6dB) oleh karena itu, apabila ingin diturunkan sampai dibawah -10dB, setidak-tidaknya
feeding harus dikurangi sebesar 30mm, padahal feeding yang ada hanya 20mm. Oleh
karena itu cara ini mustahil dilakukan.
Setelah dianalisis, kesalahan penulis terdapat pada salahnya penentuan lebar
feeding. Sebelumnya, penulis menentukan lebar feeding dari lebar konektor yang
digunakan (sma), tetapi ternyata lebar feeding yang dibutuhkan oleh patch sirkular
berbeda dengan lebar konektor sma untuk impedansi yang sama dengan impedansi input
(50ohm).
Setelah dihitung dengan menggunakan rumus pada point 2.5.4 didapatkan nilai
lebar feeding w sebesar 0.55mm
Karena perbedaan lebar konektor dengan lebar feeding yang dibutuhkan, maka
bentuk feeding harus mengecil pada jarak tertentu (ditentukan dari iterasi).
Untuk menentukan acuan panjang feeding dekat konektor (lk) dan panjang
feeding dekat patch (lp) penulis menggunakan software antenamagus.

Universitas Indonesia

Dari antenamagus didapatkan nilai lk : 16.5mm dan lp : 10.8mm


Setelah didisain :

Gambar 31 desain akhir

Setelah itu, parameter yang diubah-ubah tetap sama yaitu jari-jari dan panjang
feeding. Perbedaannya adalah feeding yang dipakai menggunakan dua ukuran berbeda.
Setelah ketiga parameter tersebut diiterasi, didapatkan hasil optimum pada
lk:17.2mm lp:10.3mm dan jari-jari:17.2mm
Hasil plot parameter s11-nya:

Universitas Indonesia

Gambar 32 XY Plot parameter s11

Jika diperbesar:

G
Gambar 33 Perbesaran XY Plot parameter s11

Universitas Indonesia

VSWR:

Gambar 34 XY Plot dengan parameter VSWR

Pola radiasi:

Gambar 35 Pola Radiasi

Universitas Indonesia

4.6

Analisis Hasil Pengukuran Antena


Hasil pengukuran yang dilakukan adalah untuk mengetahui apakah antena
tersebut sudah sesuai dengan spesifikasi standar 802.11g. Pada gambar 13, grafik tersebut
merupakan grafik antara frekuensi dengan VSWR. Parameter untuk menentukan
kesesuaian antara frekuensi dengan VSWR adalah daerah dimana VSWR berada di antara
1 dan 2. Frekuensi yang diukur difokuskan antara 2 GHz 4 Ghz. Sebagai pembanding,
diambil 3 marker dari grafik tersebut yang ditandai dengan angka 1, 2, dan 3.
Hasil hasil pembacaan yang ada di sini adalah hasil pendekatan yang terbaca
pada Network Analyzer di ruang bebas. Pendekatan dilakukan karena pengaruh
sensitivitas yang tinggi terhadap gerakan sehingga besarnya selalu berubah-ubah. Pada
marker 1 (frekuensi 2.444GHz) didapatkan VSWR sebesar 2.0004, hal ini disebabkan
karena marker berada pada return loss -9.9997 dB. Sulitnya mengepaskan marker pada
-10 dB yang membuat nilai return loss ini sedikit tidak tepat. Pada marker 2, didapat
frekuensi 2.5 GHz dengan VSWR adalah 1.8990. VSWR ini sudah cukup baik karena
berada dibawah 2. Pada marker 3, VSWR tertinggi yang terjadi diambil dengan besar
sekitar 1.2639, dengan frekuensi 2.472 GHz (frekuensi tengah). Oleh karena itu total
bandwidthnya adalah sekitar 60 MHz.

Universitas Indonesia

Gambar 36 Grafik hasil pengukuran frekuensi vs VSWR

Selanjutnya adalah membandingkan antara frekuensi dengan Return Loss. Untuk


parameter ini digunakan batas dari Return Loss, yaitu berada di bawah -10 dB. Pada
gambar 14 juga diambil 3 buah sampel dengan frekuensi yang bersesuaian dengan
Gambar 13. Pada marker 1, yaitu pada frekuensi 2.444 GHz berasal dari Return Loss
dengan besar -9.8510 dB. Dapat terlihat bahwa frekuensi tersebut juga tidak memenuhi
standar, sesuai pada penjelasan gambar 36.

Universitas Indonesia

Gambar 37 Grafik hasil pengukuran frekuensi vs Return Loss di ruang bebas

Kemudian pada marker 2, yaitu pada frekuensi 2.5 GHz, yang berasal dari Return
Loss sebesar -10.137 dB. Frekuensi yang didapat tersebut juga telah memenuhi standar.
Selanjutnya pada marker 3, yaitu pada frekuensi 2.472 GHz yang berasal dari Return
Loss tertinggi, yaitu -18.313 dB.

Universitas Indonesia

Gambar 38 channel standar 802.11g

Gambar 38 adalah standar 802.g yang dipakai sebagai acuan agar sinyal dapat
bekerja. Standar tersebut menentukan frekuensi berada di antara 2.401 GHz -2.483 GHz,
dimana frekuensi tersebut dibagi menjadi 13 saluran. Pada antena yang dibuat, saluran
yang berhasil dicapai adalah saluran 8 hingga saluran 13.
Pada pengukuran di ruang hampa, seperti pada ruang bebas, diambil 3 sampel.
Pada marker 1,return loss yang diambil sebesar -9.96 dB,karena sulitnya mengepaskan
pada -10dB, sehingga didapat frekuensi sebesar 2.43420 GHz. Pada marker 2, diambil
Return Loss sekitar -10.416 dB, sehingga frekuensi yang didapat sebesar 2.49420 GHz.
Pada marker 3, Return Loss tertinggi diambil pada antena ini, yaitu sekitar -23.718 GHz,
dengan frekuensi yang didapat adalah 2.459 GHz. Bandwidthnya pun juga sekitar
60MHz.

Universitas Indonesia

Gambar 16. Grafik hasil pengukuran frekuensi vs Return Loss di ruang hampa

Untuk VSWR, Pada marker 1, VSWR yang diambil adalah 1.96. Pada marker 2,
VSWR yang diambil adalah 1.89. Pada marker 3, VSWR tertinggi yang diambil, yaitu
sekitar 1.2 GHz,

Universitas Indonesia

Gambar 17. Grafik hasil pengukuran frekuensi vs VSWR di ruang hampa

4.6.1

Analisa Perbandingan di Kedua Ruang (ruang bebas dan anechoic)


Perbedaan pergeseran frekuensi yang terjadi pada ruang bebas dan ruang hampa

adalah karena perbedaan intensitas medan yang ada pada kedua ruangan tersebut. Pada
ruang bebas, terdapat beragam gelombang elektromagnetik yang mengganggu sinyal
yang akan diterima oleh antena. Pada ruang hampa, efek medan jauh tersebut
dikurangkan seminimal mungkin sehingga kita dapat mengukur antena dalam kondisi
yang ideal. Perubahan nilai digital pada Network Analyzer juga mempengaruhi
keakuratan dari data yang ditulis, sehingga dilakukan pendekatan untuk mendapatkan
nilai tersebut.
Selain itu juga terjadi pergeseran frekuensi resonansi antara hasil simulasi dengan
pengukuran antena yang sebenarnya. Hal ini disebabkan adanya fringe effect yang terjadi

Universitas Indonesia

di sekitar patch akibat medan dekat yang dilepas ke sekitar substrat dan juga ke udara.
Faktor penyebabnya adalah saat terjadi perpindahan antara konduktor yang satu dengan
konduktor yang lainnya sehingga terjadi perubahan konstanta dielektrik efektif. Hal ini
menyebabkan bertambahnya dimensi patch secara elektris. Akibatnya, frekuensi yang
seharusnya bekerja pada frekuensi yang ditetapkan menjadi bergeser.

Universitas Indonesia

BAB V
KESIMPULAN
1. Semakin besar dimensi antena maka frekuensi kerja yang didapat semakin kecil
dan sebaliknya
2. Dari hasil pengukuran diperoleh VSWR tertinggi untuk frekuensi 2,472 GHz
sebesar 1,2639 dan Return Loss tertinggi sebesar -18.313 dB
3. Terdapat perbedaan antara antena simulasi dengan antena hasil pengukuran akibat
kondisi yang berbeda antara simulasi dengan kondisi sebenarnya
4. Pergeseran frekuensi yang terjadi adalah akibat adanya fringing effect, sehingga
dimensi patch secara elektris bertambah, dan mempengaruhi perhitungan.

Universitas Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

[1] Balanis, Constantine A, Antena Theory Analysis and Design second edition,
2005, Second Edition, Willey inc, hal. 752 772.
[2] Stutzman, Warren L dan Gary A. Thiele, Antenna Theory and Design, John Willey

Universitas Indonesia

Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai