Identifikasi Resiko Keselamatan Pasien
Identifikasi Resiko Keselamatan Pasien
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Saat ini isu penting dan global dalam Pelayanan Kesehatan adalah
Keselamatan Pasien (Patient Safety). Isu ini praktis mulai dibicarakan kembali
pada tahun 2000-an, sejak laporan dan Institute of Medicine (IOM) yang
menerbitkan laporan: to err is human, building a safer health system. Laporan
itu mengemukakan penelitian di rumah sakit di Utah dan Colorado serta New
York. Di Utah dan Colorado ditemukan KTD (Adverse Event) sebesar 2.9%,
dimana 6.6% diantaranya meninggal. Sedangkan di New York KTD adalah
sebesar 3.7% dengan angka kematian 13.6%. Angka kematian akibat KTD
pada pasien rawat inap diseluruh Amerika yang berjumlah 33.6 juta pertahun
sberkisar 44.000 98.000 per tahun. Publikasi WHO pada tahun 2004,
mengumpulkan angka-angka penelitian rumah sakit di berbagai Negara :
Amerika, Inggis, Denmark dan AuStandardalia, ditemukan KTD dengan
rentan 3.2 16.6%. dengan data tersebut, berbagai Negara segera melakukan
penelitian dan mengembangan Sistem Keselamatan Pasien.Keselamatan
pasien adalah suatu disiplin baru dalam pelayanan kesehatan yang
mengutamakan pelaporan, analisis, dan pencegahan medical error yang sering
menimbulkan Kejadian Tak Diharapkan (KTD) dalam pelayanan kesehatan.
Frekuensi dan besarnya KTD tak diketahui secara pasti sampai era 1990-an,
ketika berbagai Negara melaporkan dalam jumlah yang mengejutkan pasien
cedera dan meninggal dunia akibat medical error. Menyadari akan dampak
error pelayanan kesehatan terhadap 1 dari 10 pasien di seluruh dunia maka
World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa perhatian terhadap
Keselamatan Pasien sebagai suatu endemis. Organisasi kesehatan dunia WHO
juga telah menegaskan pentingnya keselamatan dalam pelayanan kepada
pasien: Safety is a fundamental principle of patient care and a critical
component of quality management. (World Alliance for Patient Safety,
Forward Programme WHO, 2004), sehubungan dengan data KTD di Rumah
Sakit di berbagai negara menunjukan angka 3 16% yang tidak kecil.
Sejak berlakunya UU No. 8/1999 tentang Perlindungan Konsumen dan UU
No. 29 tentang Praktik Kedokteran, muncullah berbagai tuntutan hukum
kepada Dokter dan Rumah Sakit. Hal ini hanya dapat ditangkal apabila Rumah
Sakit menerapkan Sistem Keselamatan Pasien. Sehingga Perhimpunan Rumah
Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) membentuk Komite Keselamatan Pasien
Rumah Sakit (KKP-RS) pada tanggal 1 Juni 2005. Selanjutnya Gerakan
Keselamatan Pasien Rumah Sakit ini kemudian dicanangkan oleh Menteri
Kesehatan RI pada Seminar Nasional PERSI pada tanggal 21 Agustus 2005, di
Jakarta Convention Center Jakarta. KKP-RS telah menyusun Panduan Tujuh
Langkah Menuju Keselamatan Pasien bagi staf RS untuk mengimplementasikan Keselamatan Pasien di Rumah Sakit. Di samping itu pula KARS
(Komisi Akreditasi Rumah Sakit) Depkes telah menyusun Standard
Keselamatan Pasien Rumah Sakit yang akan menjadi salah satu Standard
Akreditasi Rumah Sakit. Pada tahun 2011 Kementerian Kesehatan RI
mengeluarkan Permenkes 1691 tahun 2011 tentang Keselamatan Pasien
Rumah Sakit sebagai pedoman bagi penerapan Keselamatan Pasien di rumah
sakit. Dalam permenkes 1691 tahun 2011 dinyatakan bahwa rumah sakit dan
tenaga kesehatan yang bekerja di rumah sakit wajib melaksanakan program
RSU. SARI MUTIARA MEDAN
DIREKTUR
KETUA
WKL KETUA
SEKRETARIS
ANGGOTA I
PENUNJANG MEDIK
& NON MEDIK
ANGGOTA II
1.PELAYANAN
MEDIS
2. INSTALASI
PELAYANAN
ANGGOTA II
PELAYANAN
KEPERAWATAN
F.
Uraian Tugas
1. Ketua:
Memimpin pelaksanaan tugas komite keselamatan pasien rumah sakit.
Mengkordinasikan pelaksanaan tugas dengan unit terkait dalam
keselamatan pasien.
Menyusun kebijakan dan tata cara pelaporan kejadian tak diharapkan,
kejadian nyaris cedera dan kejadian sentinel.
Menyusun dan membuat program kerja komite keselamatan pasien
rumah sakit.
Menyusun dan membuat Standardd keselamatan pasien rumah sakit
Menyusun dan membuat langkah-langkah menuju keselamatan pasien
rumah sakit.
Menyusun langkah-langkah kegiatan komite keselamatan pasien rumah
sakit.
Melakukan pencatatan dan pelaporan insiden/Kejadian Nyaris Cedera
(KNC), Kejadian Tak Diharapkan (KTD) dan Kejadian Sentinel.
Monitoring dan Evaluasi pada unit-unit kerja di lingkungan rumah
sakit terkait dengan pelaksanaan keselamatan pasien di unit kerja.
Menyusun dan membuat laporan kegiatan Komite keselamatan Pasien
Rumah Sakit setiap bulan, triwulan, semester dan tahunan kepada
atasan.
2. Wakil Ketua:
Membantu tugas-tugas ketua terutama bila berhalangan hadir.
Melakukan kordinasi pelaksanaan tugas dengan unit kerja-unit kerja
yang ada dilingkungan rumah sakit.
Bersama ketua menyusun program komite keselamatan pasien rumah
sakit.
Bersama ketua melaksanakan tugas-tugas sesuai program yang telah
disusun.
3. Sekretaris:
Mengatur pelaksanaan adminiStandardasi komite keselamatan pasien
rumah sakit.
Menyusun dan membuat jadwal pertemuan komite keselamatan pasien
rumah sakit.
Mengatur pelaksanaan pertemuan komite keselamatan pasien rumah
sakit dengan anggota.
Membantu ketua dalam menyusun laporan pelaksanaan program
keselamatan pasien rumah sakit kepada atasan langsung setiap
bulan/triwulan/semester/tahunan.
4. Anggota:
Menyusun program keselamatan pasien di lingkungan unit kerja
masing-masing bidang.
Mencatat setiap kejadian/insiden yang terjadi pada pasien di unit
pelayanan pada formulir pencatatan dan pelaporan insiden (Insident
Report)
dan prasarana rumah sakit yang dapat membahayakan pasien seperti tempat
tidur yang tidak punya pelindung untuk pasien anak, dan pasien tidak sadarkan
diri, atau akibat dari lantai yang licin dsb.
Manajemen risiko adalah pendekatan proaktif untuk mengidentifikasi,
menilai dan menyusun prioritas risiko, dengan tujuan untuk menghilangkan
atau meminimalkan dampaknya. Manajemen risiko rumah sakit adalah
kegiatan berupa identifikasi dan evaluasi untuk mengurangi risiko cedera dan
kerugian pada pasien, karyawan rumah sakit, pengunjung dan organisasinya
sendiri (The Joint Commission on Accreditation of Healthcare
Organizations/JCAHO). Manajemen Risiko Terintegrasi adalah proses
identifikasi, penilaian, analisis dan pengelolaan semua risiko yang potensial
dan kejadian keselamatan pasien. Manajemen risiko terintegrasi diterapkan
terhadap semua jenis pelayanan dirumah sakit pada setiap level. Jika risiko
sudah dinilai dengan tepat, maka proses ini akan membantu rumah sakit,
pemilik dan para praktisi untuk menentukan prioritas dan perbaikan dalam
pengambilan keputusan untuk mencapai keseimbangan optimal antara risiko,
keuntungan dan biaya.
Dalam praktek, manajemen risiko terintegrasi berarti:
1) Menjamin bahwa rumah sakit menerapkan sistem yang sama untuk
mengelola semua fungsi-fungsi manajemen risikonya, seperti patient
safety, kesehatan dan keselamatan kerja, keluhan, tuntutan (litigasi)
klinik, litigasi karyawan, serta risiko keuangan dan lingkungan.
2) Jika dipertimbangkan untuk melakukan perbaikan, modernisasi dan
clinical governance, manajemen risiko menjadi komponen kunci
untuk setiap desain proyek tersebut.
3) Menyatukan semua sumber informasi yang berkaitan dengan risiko dan
keselamatan, contoh: data reaktif seperti insiden patient safety,
tuntutan litigasi klinis, keluhan, dan insiden kesehatan dan keselamatan
kerja, data proaktif seperti hasil dari penilaian risiko; menggunakan
pendekatan yang konsisten untuk pelatihan, manajemen, analisis dan
investigasi dari semua risiko yang potensial dan kejadian aktual.
4) Menggunakan pendekatan yang konsisten dan menyatukan semua
penilaian risiko dari semua jenis risiko di rumah sakit pada setiap level.
5) Memadukan semua risiko ke dalam program penilaian risiko dan risk
register
6) Menggunakan informasi yang diperoleh melalui penilaian risiko dan
insiden untuk menyusun kegiatan mendatang dan perencanaan
Standardategik.
Identifikasi risiko adalah usaha mengidentifikasi situasi yang dapat
menyebabkan cedera, tuntutan atau kerugian secara finansial. Identifikasi akan
membantu langkah-langkah yang akan diambil manajemen terhadap risiko
tersebut.
InStandardument:
1. Laporan Kejadian-Kejadian(KTD+KNC+Kejadian Sentinel+dan lain-lain)
2. Review Rekam Medik (Penyaringan Kejadian untuk memeriksa dan
mencari penyimpangan-penyimpangan pada praktik dan prosedur)
3. Pengaduan (Complaint) pelanggan
4. Survey/Self Assesment, dan lain-lain
10
4.
5.
Kriteria:
5.1. Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan pasien.
5.2. Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan
program meminimalkan insiden.
5.3. Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen dari
rumah sakit terintegrasi dan berpartisipasi dalam program keselamatan
pasien.
5.4. Tersedia prosedur cepat-tanggap terhadap insiden, termasuk asuhan
kepada pasien yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain
dan penyampaian informasi yang benar dan jelas untuk keperluan
analisis.
5.5. Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan
insiden termasuk penyediaan informasi yang benar dan jelas tentang
Analisis Akar Masalah Kejadian Nyaris Cedera (Near miss) dan
Kejadian Sentinel pada saat program keselamatan pasien mulai
dilaksanakan.
5.6. Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden, misalnya
menangani Kejadian Sentinel (Sentinel Event) atau kegiatan proaktif
untuk memperkecil risiko, termasuk mekanisme untuk mendukung staf
dalam kaitan dengan Kejadian Sentinel.
5.7. Terdapat kolaboratoriumorasi dan komunikasi terbuka secara sukarela
antar unit dan antar pengelola pelayanan di dalam rumah sakit dengan
pendekatan antar disiplin.
5.8. Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan dalam
kegiatan perbaikan kinerja rumah sakit dan perbaikan keselamatan
pasien, termasuk evaluasi berkala terhadap kecukupan sumber daya
tersebut.
5.9. Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi menggunakan
kriteria objektif untuk mengevaluasi efektivitas perbaikan kinerja rumah
sakit dan keselamatan pasien, termasuk rencana tindak lanjut dan
implementasinya.
Standard VI. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
Standard:
1.
Rumah sakit memiliki proses pendidikan, pelatihan dan orientasi untuk
setiap jabatan mencakup keterkaitan jabatan dengan keselamatan pasien
secara jelas.
2.
Rumah sakit menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang
berkelanjutan untuk meningkatkan dan memelihara kompetensi staf serta
mendukung pendekatan interdisipliner dalam pelayanan pasien.
Kriteria:
11
6.1. Setiap rumah sakit harus memiliki program pendidikan, pelatihan dan
orientasi bagi staf baru yang memuat topik keselamatan pasien sesuai
dengan tugasnya masing-masing.
6.2. Setiap rumah sakit harus mengintegrasikan topik keselamatan pasien
dalam setiap kegiatan in-service training dan memberi pedoman yang
jelas tentang pelaporan insiden.
6.3. Setiap rumah sakit harus menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama
kelompok (teamwork) guna mendukung pendekatan interdisipliner dan
kolaboratoriumoratif dalam rangka melayani pasien.
Standard VII. Komunikasi merupakan kunci bagi staff untuk mencapai
keselamatan pasien
Standard:
1. Rumah sakit merencanakan dan mendesain proses manajemen informasi
keselamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan
eksternal.
2. Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat.
Kriteria:
7.1. Perlu disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses
manajemen untuk memperoleh data dan informasi tentang hal-hal terkait
dengan keselamatan pasien.
7.2. Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi untuk
merevisi manajemen informasi yang ada.
III.Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit
Tujuh langkah keselamatan pasien rumah sakit merupakan panduan
yang komprehensif untuk menuju keselamatan pasien, sehingga tujuh langkah
tersebut secara menyeluruh harus dilaksanakan oleh setiap rumah sakit. Dalam
pelaksanaan, tujuh langkah tersebut tidak harus berurutan dan tidak harus
serentak. Pilih langkah-langkah yang paling Standardategis dan paling mudah
dilaksanakan di rumah sakit.bila langkah-langkah ini berhasil maka
kembangkan langkah-langkah yang belum dilaksanakan.Bila tujuh langkah ini
dilaksanakan dengan baik rumah sakit dapat menambah penggunaan metodemetode lainnya.
1. BANGUN KESADARAN AKAN NILAI KESELAMATAN PASIEN
12
Bangunlah komitmen dan fokus yang kuat dan jelas tentang keselamatan
pasien di rumah sakit.
Langkah penerapan :
A.
Untuk Rumah Sakit :
1) Pastikan ada anggota Direksi atau Pimpinan yang tanggung jawab
atas keselamatan pasien.
2) Identifikasi setiap bagian rumah sakit, orang-orang yang dapat
dilakukan untuk menjadi penggerakan dalam gerakan keselamatan
pasien
3) Prioritaskan keselamatan pasien dalam agenda rapat direksi/
pimpinan maupun rapat-rapat manajemen rumah sakit.
4) Masukan keselamatan pasien dalam semua program latihan staff
rumah sakit dan pastikan latihan ini diikuti dan diukur
efektivitasnya.
B.
Untuk Unit/ Tim :
1) Nominasikan penggerak dalam team sendiri untuk memimpin
gerakan keselamatan pasien.
2) Jelaskan kepada team relevansi dan pentingnya serta manfaat bagi
mereka dengan menjalankan gerakan keselamatan pasien.
3) Tumbuhkan sikap kesatria yang menghargai laporan insiden.
3. INTEGRASIKAN AKTIVITAS PENGELOLAAN RESIKO
Kembangkan sistem dan proses pengelolaan resiko serta lakukan
identifikasi dan assessmen hal yang potensial bermasalah.
Langka penerapan :
A. Untuk Rumah Sakit :
1) Telaah kembali Standarduktur dan proses yang ada dalam
manajemen resiko klinis dan non klinis, serta pastikan hal tersebut
mencakup dan terintegrasi dengan keselamatan pasien dan staff
2) Kembangkan indikator-indikator kerja bagi sistem pengelolaan
resiko yang dapat dimonitor oleh direksi/ pimpinan rumah sakit.
3) Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari sistem
laporan insiden dan assesmen dan assesmen resiko untuk dapat
secara proaktif meningkatkan kepedulian terhadap pasien rumah
sakit.
RSU. SARI MUTIARA MEDAN
13
14
6. BELAJAR
15
16
17
18
Jumlah kasus jatuh cukup bermakna sebagai penyebab cedera pasien rawat
inap. Dalam konteks populasi/masyarakat yang dilayani, pelayanan yang
diberikan, dan fasilitasnya, rumah sakit perlu mengevaluasi risiko pasien jatuh
dan mengambil tindakan untuk mengurangi risiko cedera bila sampai jatuh.
Evaluasi bisa termasuk riwayat jatuh, obat dan telaah terhadap konsumsi
alkohol, gaya jalan dan keseimbangan, serta alat bantu berjalan yang
digunakan oleh pasien. Program tersebut harus diterapkan di rumah sakit.
V.
19
20
VII.
21
22
23
24
TUJUAN
A. Tujuan Umum
Menurunnya insiden kejadian tidak diharapkan dan kejadian nyaris
cedera pasien (KTD dan KNC) dan meningkatnya mutu pelayanan dan
keselamatan pasien
B. Tujuan Khusus
1. Terlaksananya sistem pelaporan dan pencatatan insiden KTD dan
KNC.
2. Diketahui penyebab insiden KTD dan KNC pasien sampai pada
akar masalah
3. Didapatkannya pembelajaran untuk perbaikan asuhan kepada
pasien
II. SASARAN
Semua unit kerja di RSU Sari Mutiara Medan.
III. METODE PENGUMPULAN DATA
Data dikumpulkan melalui pencatatan yang dilakukan pada formulir
incident report yang ada pada tiap ruangan.
Pencatatan Incident report yang terdapat di RSU Sari Mutiara antara
lain:
- Ketidaklengkapan pengisian data Informed consent
- Kesalahan penulisan identitas pasien
- Sample tertukar / salah orang
- Sample rusak karena salah penyimpanan
- Salah obat dan salah orang
- Pasien Dekubitus
- Pasien Flebitis (infeksi jarum infus)
- Pasien jatuh dari tempat tidur
- Pasien terpeleset
- Infeksi luka operasi
- Kematian bayi dengan berat badan lahir 2500 Gram
- Kematian ibu karena eklamsia / pendarahan
- Tindakan bedah obstetri sectio caesaria
Cara Pelaksanaan Pencatatan Incident Report adalah sebagai berikut:
RSU. SARI MUTIARA MEDAN
25
26
= pasien laki-laki
Merah Muda
= pasien perempuan
Merah
= pasien dg alergi
Kuning
Putih
27
Komunikasi efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan yang
dipahami oleh resipien/penerima
akan mengurangi kesalahan, dan
menghasilkan peningkatan keselamatan pasien. Komunikasi dapat secara
elektronik, lisan, atau tertulis. Komunikasi yang paling mudah mengalami
kesalahan adalah perintah diberikan secara lisan dan yang diberikan melalui
telpon. Komunikasi lain yang mudah terjadi kesalahan adalah pelaporan
kembali hasil pemeriksaan klinis, seperti laboratorium klinis menelpon unit
pelayanan untuk melaporkan hasil pemeriksaan segera /cito.
Untuk itu setiap petugas wajib :
1.
2. Peri
Alfa
November
Bravo
O Oscar
Charlie
Delta
Q Quebec
Echo
Romeo
Foxtrot
Sierra
G Golf
Tango
H Hotel
Uniform
India
Victor
Juliet
W Whiskey
Papa
K Kilo
X ray
Lima
Yankee
M Mike
Zulu
b.
Komunikasi
tertulis
wajib
menggunakan
tulisan yang mudah
dibaca minimal oleh
3 orang.
ntah lisan dan yang
melalui
telepon
ataupun
hasil
pemeriksaan
dituliskan
secara
lengkap
oleh
penerima perintah
28
29
1.
2.
3.
4.
30
Kriteria
60-70
> 70
Score
2
1
Tahun
Tahun
2 Status Mental
2
4
2
1-2 Kali
Berulang
2
3
4 Eliminasi
Pakai Kateter/ostomi
Kebutuhan eliminasi dibantu
Incontinensia/urgency
1
3
5
5 Gangguan penglihatan*
6 Mobilisasi
7 Obat beresiko
(lihat daftar dibawah)
1
Tidur berbaring di tempat tidur/duduk dikursi
Gaya berjalan melangkah lebar
Kehilangan keseimbangan bersiri/berjalan*
Penurunan koordinasi otot
Kesukaran berjalan, sempoyongan
Menggunakan alat bantu: kruk, walker
3
1
1
1
1
1
Menggunakan 1 obat
Mengunakan 2 atau lebih
1
2
31
8 Hospitalisasi
9 Menggunakan alat
IV line
Therapy anti embiolitik
2
2
1
1
43
Total Score
Daftar Obat Beresiko:
Alkohol
Psycotropica
Benzodiazepine
Antihyoertensi
Anti Kejang
Anti Histamin
Narcotic
Diuretik
Sedative
Hypoglicemic Agent
Keterangan: Pasien diobsrevasi selama 24 jam jika hasil score > 10 atau
yang diberi tanda bintang (*) pasien beresiko jatuh. Lakukan tindakan
pencegahan (Patient Safety)
Untuk pasien anak digunakan skala Humpty Dumpty dalam table berikut:
No
1
Parameter
Usia
Kriteria
< 3 Tahun
3-7 Tahun
7-13 Tahun
13 Tahun
Nilai
4
3
2
1
Jenis Kelamin
Laki-Laki
Perempuan
2
1
Diagnosis
Diagnosis Neurologi
Perubahan oksigenasi (diagnosis,
respiratorik, dehidrasi, anemia, anoreksia,
sindop, pusing dsb)
Gangguan perilaku/psikiatri
Diagnosis lainnya
Gangguan Kognitif
Tidan menyadari keterbatasan dirinya
Lupa akan adanya keterbatasan
Orientasi baik terhadap diri sendiri
Faktor Lingkungan
Riwayat jatuh/bayi diletakkan ditempat tidur
dewasa
Pasien menggunakan alat Bantu/bayi
diletakkan dalam tempat tidur bayi/perabot
rumah
Pasien diletakkan di tempat tidur
Area diluar rumah sakit
Pembedahan/Sedasi/Anastesi Dalam 24 Jam
Dalam 48 Jam
> 48 Jam atau tidak menjalani
pembedahan/sedasi/anestesi
32
4
3
2
1
3
2
1
4
3
2
1
3
2
1
Sko
Penggunaan Medikamentosa
33
3
2
1
Faktor
Deskripsi
Persepsi sensori
Kelembaban
Aktivitas
Mobilitas
Nutrisi
Pergeseran dan
pergerakan
1. Keterbatasan penuh
2. Sangat terbatas
3. Keterbatasan ringan
4. Tidak ada gangguan
1.
Selalu lembab
2.
Umumnya lembab
3.
Kadang-kadang lembab
4.
Jarang lembab
1.
Total di tempat tidur
2.
Dapat duduk
3.
Berjalan kadang-kadang
4.
Dapat berjalan
1. Tidak mampu bergerak sama
sekali
2. Sangat terbatas
3. Tidak ada masalah
4. Tanpa keterbatasan
1. Sangat buruk
2. Kurang mencukupi
3. Mencukupi
4. Sangat baik
1. Bermasalah
2. Potensial bermasalah
3. Keterbatasan ringan
Score
Jlh
34
4. Tanpa keterbatasan
Jumlah Score
Keterangan:
Score : 20-23 point: risiko rendah terjadi dekubitus
Score : 15-19 point: risiko sedang terjadi dekubitus
Score : 11-14 point: risiko tinggi terjadi dekubitus
Score : 6-10 point: risiko sangat tinggi terjadi dekubitus
35
DISETUJUI OLEH:
DIREKTUR
RUMAH SAKIT SARI MUTIARA MEDAN
DAFTAR PUSTAKA
1. Depkes RI. 2008, Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit
(Patient Safety), 2 edn, Bakti Husada, Jakarta.
2. _____. 2008, Pedoman Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien (IKP)
(Patient Safety Incident Report), 2 edn, Bakti Husada, Jakarta.
3. IOM, 2000. To Err Is Human: Building a Safer Health System
http://www.nap.edu/catalog/9728.html
4. ___, 2004. Patient Safety: Achieving a New Standardd for Care
http://www.nap.edu/catalog/10863.html
5. Kemkes RI. 2010. Pedoman Teknis Fasilitas Rumah Sakit Kelas B. Pusat
Sarana, Prasarana dan Peralatan Kesehatan, Sekretariat Jenderal,
KEMKES-RI
6. Manojlovich, M, et al 2007, Healthy Work Environment, Nurse-Phycisian
Communication, and Patients Outcomes, American Journal of Critical
Care vol. 16, pp. 536-43.
7. Millar, J, et al 2004, Selecting Indicators for Patient Safety at the Health
Systems Level in OECD Countries. DELSA/ELSA/WD/HTP, Paris,
OECD Health Technical Paper.
RSU. SARI MUTIARA MEDAN
36
37