Sulfolane paling banyak ditemukan pada ekstraksi aromatik dalam proses penyulingan
minyak dan pemisahan CO2 dari gas alam, biasa dikenal dengan gas sweetening process.
3.1.
Sulfolane adalah pelarut yang digunakan pada ekstraksi aromatik secara liquid-liquid, dimana
sulfolane berfungsi untuk melarutkan senyawa aromatik yaitu : benzen, toluen, dan xylen dari
aliran hidrokarbonnya. Sebenarnya pada proses ekstraksi aromatik dapat digunakan pelarut
lain selain sulfolane, sehingga dalam industri kimia untuk proses ekstraksi aromatik dengan
pelarut spesifik yaitu sulfolane dikenal sebagai Proses Ekstraksi Sulfolane.
Teknologi Ekstraksi Sulfolane dikembangkan oleh UOP Honeywell, LyondellBasell, dan
Sinopec Tech. Dimana UOP adalah pemegang paten terbesar. Sampai saat ini terdapat lebih
dari 150 paten didunia pada tahun 2010. Ektraksi Sulfolane dirancang untuk
diimplementasikan pada operasi penyulingan minyak pada perusaan minyak besar yang
bekerja sama dengan teknisi yang telah bersertifikat.
Pada proses ektraksi aromatik menggunaan sulfolane, feed yang digunakan berupa
hidrokarbon liquid kebanyakan mengandung nafta, distilat, kerosen dengan rentang C 6-C8.
Feed kemudian dicampur dengan sulfolane liquid. Sehingga sulfolane secara selektif dapat
melarutkan senyawa aromatik.
Sulfolane adalah pelarut yang lebih banyak dipilih pada proses ekstraksi aromatik karena
memiliki kecenderungan dan selektivitas yang tinggi terhadap senyawa aromatik. Selain itu
sulfolane juga memiliki kapasitas yang besar dalam hal penyerapan senyawa aromatik
dibandingkan pelarut lain. Proses ekstraksi aromatek dengan pelarut sulfolane cenderung
lebih ekonomis dibandingkan dengan menggunakan pelarut lain karena berbagai
kelebihannya, yaitu: selektivitas tinggi, kapasitas penyerapan besar, dan titik didih yang
rendah.
Setelah proses pencampuran antara feed dan sulfolane, selanjutnya berlangsung proses
distilasi ekstraktif. Pada proses ini senyawa non aromatik akan dipisahkan dari senyawa
aromatik dan pelarut. Setelah senyawa non aromatik terpisah dilanjutkan dengan proses
Aromatic Recovery Column di kolom ini terjadi pemisahan antara sulfolane dengan
senyawa aromatik yang terlarut pada proses sebelumnya. Kolom ini bekerja berdasarkan
perbedaan titik didih yang besar antara sulfolane dan senyawa aromatik. Sulfolane memiliki
titik didih yang sangat rendah yaitu 545o F sehingga tidak membutuhkan temperatur yang
terlalu tinggi untuk proses pemisahannya.
Pada sistem yang dikelola dengan baik proses ekstraksi sulfolane dapat melakukan
pemisahan dengan kemurnian senyawa aromatik yang sangat tinggi lebih dari 99% w.
Dengan senyawa aromatik yang terecover lebih dari 99%. Penggunaan sulfolane biasanya
sekitar 5-10 ppm untuk feed 10.000 BPD. Pada proses ini sulfolane akan direcovery kemabali
untuk meminimalisir laju kehilangan pelarut. Setelah senyawa aromatik dan non aromatik
dipisahkan. Sulfolane akan direcovery melalui proses regenarasi sehingga sulfolane dapat
digunakan kembali pada proses ektraksi aromatik.
3.1.2
Pada industri pengolahan gas, sulfolane merupakan salah satu komponen dari pelarut yang
digunakan untuk menghilangkan CO2, H2S, Karbonil Sulfida COS, mercaptans, dan sulfida
organik lainnya yang bersifat racun dan korosif. Gas alam yang mengandung senyawa
pengotor tersebut dikenal dengan acid gasses atau sour gasses. Proses menghilangkan
kontaminan tersebut pada pengolahan gas alam dikelan sebagai proses sulfonil.
Proses sulfonil dikembangkan ileh Shell Oil Company,
Produk sulfolane yang dipasarkan adalah anhydrous sulfolane dengan kadar air 3% - 5%.
Kandungan air pada sulfolane berfungsi agar sulfolane selalu berada dalam bentuk liquid
selama penyimpanan dan pendistribusian.
3.2.2 Penyimpanan dan Transportasi Sulfolane
Sulfolane sangat rentan terhadap suhu lingkungan sehingga pada saat penyimpanan harus
dilapisi dengan gas nitrogen pada suhu 30-40 oC. Suhu harus pada rentang tersebut karena
apabila dibawah 30oC sulfolane akan berubah menjadi padatan, sedangkan apabila diatas
40oC sulfolane akan terdegradasi dan mengalami perubahan warna.
Untuk pendistribusian, sulfolane didistribusikan dalam jumlah bulk dengan menggunakan
truk yang sudah diisi dengan gas nitrogen. Gas nitrogen pada truk berfungsi untuk menjada
suhu dan mengurangi degradasi sulfolane akibat paparan oksigen pada saat loading dan offloading.
3.2.3 Limbah Sulfolane
Penggunaan sulfolane sebagai pelarut di berbagai industri tidak menyebabkan limbah
sulfolane yang terlalu besar jumlahnya. Karena pelarut yang digunakan akan mengalami
regenarasi dan digunakan kembali, dimana proses tersebut berlangsung secara loop tertutup.
Tetapi meskipun sudah mengalami siklus recycle masih terdapat sebagian kecil dari sulfolane
yang hilang dari siklus. Biasanya disebabkan karena proses recovery yang tidak sempurna.
UOP memperkirakan bahwa pada proses ekstraksi sulfolane laju kehilangan sulfolane yang
terjadi adalah 5 ppm dari laju aliran feednya. Bukti lain menunjukan bahwa laju kehilangan
sulfolane dapat mengalami peningkatan bergantung pada tipe feed, qualitas feed, dan faktor
lainnya.
Kehilangan sulfolane biasa ditemui pada proses penyulingan produk akhir di industri yang
menghasilkan limbah cair. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Shell tahun 1982
konsentrasi sulfolane yang terdapat pada industri iimbah cair dan proses gas sekitar 10 ppm.
Konsentrasi sulfolane dalam limbah cair dapat ditangani dengan proses activated sludge
secara biotreaters. Dimana konsentrasi yang dapat ditangani bergantung pada fasilitas industri
yang dibangun, namun secara umum kurang dari 3000 ppm.
Konsentrasi sulfolane juga dapat ditemkan di tempat lain, misalnya air dalam tanah.
Masuknya sulfolane kedalam tanah berasal dari adanya sisa sulfolane dari proses ekstraksi
yang tidak terkeringkan. Sehingga sulfolane bukan mengalami regenerasi melainkan terbuang
besama air yang digunakan untuk membersihkan alat ekstraksi. Sulfolane dan air kemudian
dibuang dan fmasuk kedalam tanah.