Anda di halaman 1dari 9

Deteksi Reservoar Gas Menggunakan Analisis AVO

dan Inversi
Sumirah 1, Budi Eka Nurcahya 2, Endro Hartanto 3
1

Pusat Teknologi Sumberdaya Alam (PTISDA) BPPT


Gedung 1 BPPT Lantai 20, Jl. M.H. Thamrin No. 8
Jakarta Pusat, INDONESIA 10340
Email: sumirah.said@gmail.com
2

Program Studi Geofisika UGM


Bulaksumur, Yogyakarta 55281

Pertamina EP Cirebon
Jl. Patra Raya Klayan, Cirebon 45151, Jawa Barat
3

Abstrak
Metode inversi AVO dan inversi amplitudo digunakan untuk mengidentifikasi hidrokarbon dan
memetakan penyebaran reservoar gas. Inversi AVO dilakukan untuk mendapatkan intercept dan
gradien, selanjutnya inversi amplitudo dilakukan untuk mendapatkan dan . Analisis crossplot
dilakukan antara intercept dengan gradien untuk mengetahui kelas pasirgas, dan dengan untuk
mengetahui keberadaan litologi pasir dan pasir yang mengandung hidrokarbon. Ekstraksi nilai dan
sepanjang horizon reservoar dilakukan untuk memetakkan penyebaran reservoar yang
mengandung gas. Hasil analisis map slice horizon mampu memprediksi penyebaran reservoar gas
secara lateral dan penyebarannya dapat dibagi menjadi 5 zona potensial.
Kata kunci: Amplitude Variation with Offset, amplitudo, reservoar, inverse, pasirgas.

Abstract
Methods AVO inversion and amplitude inversion is used to identify and map the distribution of
hydrocarbon gas reservoir. AVO inversion is done for determining intercept and gradient, moreover
amplitude inversion is done for determining and . A crossplot analysis is applied between
intercept and gradient to define gas sands class, and between and to define sands lithology
existence and sands contained hydrocarbon. Extraction of and along reservoir horizon is
applied for gas contained reservoir distribution mapping. Result of slice horizon map analysis can
predict laterally gas reservoir distribution and these can be divided into 5 potential zones.
Keyw ords: Amplitude Variation with Offset, amplitude, reservoir, inversion, gas sand.

1. Pendahuluan
Metode seismik refleksi dapat memberikan gambaran struktur geologi dan perlapisan
batuan bawah permukaan dengan cukup detail dan akurat, termasuk reservoar yang
mengisinya. Hidrokarbon umumnya menempati batuan berpori dengan nilai
porositas yang cukup besar. Dari sudut seismik eksplorasi, kenaikan porositas secara
lokal menyebabkan pantulan yang kuat terhadap gelombang seismik, gejala ini
disebut bright spot, dan dikenal sejak tahun 1976 sebagai indikasi adanya akumulasi gas
dibawah permukaan yang terlihat oleh data seismik. Namun demikian, dalam
kenyataannya tidak semua bright spot mengandung gas, banyak kondisi-kondisi bawah
permukaan yang lain dapat memberikan efek bright spot, misal sisipan tipis batubara,
batuan berpori atau rekah-rekah, lapisan garam, konglomerat, turbidit, ataupun efek
tuning dari lapisan tipis. Ini berarti bahwa konsep bright spot bukanlah merupakan
indikator langsung hidrokarbon yang dapat dijadikan jaminan (Munadi,1993).

144

Ostrander (1984) memunculkan konsep baru yang dianggap lebih manjur


daripada bright spot dalam mengidentifikasi akumulasi hidrokarbon (gas) dibawah
permukaan tanah. Konsep seismik eksplorasi ini disebut AVO (Amplitude Variation
with Offset). Analisis AVO juga telah berhasil digunakan pada data seismik 3D (Lee et
al., 1998 dan Castagna et al., 1998).
Selain analisis AVO, metode pengolahan data yang gencar digunakan adalah
teknik inversi, yaitu teknik pembuatan simulasi model bumi dari respon bumi yang
terekam oleh alat. Melalui model ini diharapkan reservoar dapat dikarakterisasi
dengan lebih baik. Goodway et al. (1997) memperkenalkan teknik inversi baru
menggunakan parameter , dan . Pada beberapa penelitian metode inversi ini
telah terbukti mengkarakterisasi reservoar dengan baik terutama dalam hal litologi
dan kandungan fluida reservoar.
2. Lokasi Penelitian
Daerah yang menjadi objek penelitian adalah lapangan MERAH yang merupakan
salah satu lapangan PERTAMINA yang berada di Cekungan Jawa Barat Utara
(gambar 1). Reservoar gas berada pada lapisan F, formasi Cibulakan Atas. Formasi ini
terdiri dari perselingan antara serpih dengan batupasir dan batugamping.
Batugamping pada satuan ini umumnya merupakan batugamping klastik serta
batugamping terumbu yang berkembang secara setempat-setempat. Batugamping
terumbu ini dikenal sebagai Mid Main Carbonate (MMC).

Gambar 1. Peta lokasi penelitian (Pertamina, 2003)


3. Analisis AVO
Analisis AVO bertumpu pada perubahan amplitudo sinyal terpantul terhadap jarak
dari sumber gelombang ke geophone penerima. Dalam hal ini semakin besar jarak
antara sumber ke penerima (offset) semakin besar pula sudut datangnya (gambar 2).
Pengamatan amplitudo terhadap offset dapat diamati pada setiap titik pantul
yang sama (CDP, Common Depth Point) dengan asumsi setiap energi dari sumber
diterima oleh receiver dengan offset tertentu. Karakteristik AVO ditentukan oleh
koefisien refleksi sudut datang normal (RNI) dan kontras rasio Poisson () pada
reflektornya (Ostrander, 1984). Koefisien refleksi dan transmisi yang terjadi pada
bidang batas adalah gelombang P datang, gelombang P refleksi, gelombang P
transmisi, gelombang S refleksi, dan gelombang S transmisi (gambar 3).

145

Gambar 2. Hubungan antara offset dengan sudut datang () dan sinyal datang yang
terekam dalam titik reflektor yang sama (Chiburis et al., 1993)

Gelombang datang
(gelombang P)

Gelombang refleksi
(gelombang S)
Gelombang refleksi
(gelombang P)
1

Medium 1
Vp1, Vs1, 1
Medium 2
Vp2, Vs2, 2

1
1

Bidang batas
2
2

Gelombang transmisi
(gelombang P)
Gelombang transmisi
(gelombang S)

Gambar 3. Refleksi dan transmisi gelombang P untuk sudut datang tidak sama
dengan nol (Yilmaz, 2001)
Lintasan gelombang tersebut mengikuti hukum Snell, yaitu:

dengan 1 : Sudut datang gelombang P,


2 : Sudut transmisi gelombang P,
2 : Sudut transmisi gelombang S,

1 : Sudut refleksi gelombang P,


1 : Sudut refleksi gelombang S,
p : Parameter gelombang,

146

Vp1 : Kecepatan gelombang P pada medium pertama,


Vp2 : Kecepatan gelombang P pada medium kedua,
Vs1 : Kecepatan gelombang S pada medium pertama,
Vs2 : Kecepatan gelombang S pada medium kedua.
Zoeppritz (1919) telah menghubungkan parameter-parameter yang berupa
amplitudo refleksi dan transmisi sebagai fungsi dari sudut datang, Vp, Vs, dan
dari fenomena perambatan gelombang untuk sudut datang tidak sama dengan nol
menjadi matriks sebagai berikut:

dengan

RPP : koefisien refleksi gelombang P


: sudut refleksi gelombang P
RPS : koefisien refleksi gelombang S
2 : sudut transmisi gelombang P
TPP : koefisien transmisi gelombang P 1 : sudut refleksi gelombang S
TPS : koefisien transmisi gelombang S 2 : sudut transmisi gelombang S
Vp : kecepatan gelombang P
: densitas
Vs : kecepatan gelombang S
1,2 : indeks medium lapisan 1 dan 2

Penyelesaian dari persamaan matriks diatas dikenal sebagai persamaan


Zoeppritz yang menghasilkan koefisien refleksi dan transmisi pada satu bidang batas
sebagai fungsi sudut datang bila yang datang adalah gelombang P.
Dari persamaan Zoeppritz tersebut, Shuey (1985) menyusun kembali
persamaan berdasarkan sudut datang, didapatkan dua macam atribut (gambar 4):
dengan A : reflektivitas normal incidence = intercept,
B : gradien antara koefisien refleksi terhadap sudut datang.

Gambar 4. Aplikasi persamaan Shuey (1985), intercept adalah perpotongan garis


dengan koefisien refleksi, dan kemiringannya adalah gradien (Burianyk, 2000)
Dari crosplot intercept dengan gradien bisa didapatkan kelas pasirgas.
Rutherford dan Williams (1989) mempublikasikan klasifikasi anomali AVO yang
membagi anomali AVO (berdasarkan kandungan minyak dan gas) menjadi tiga kelas
yaitu: kelas I, (high impedance contrast sands); kelas II, (near-zone impedance contrast sands);

147

dan kelas III, (low impedance contrast sands). Tahun 1998 Castagna et al.
memperkenalkan sandstone kelas IV setelah ia melakukan crossplot AVO berdasarkan
klasifikasi Rutherford dan Williams (gambar 5).

Gambar 5. Kelas-kelas AVO dan Crossplot AVO (Simm et al., 2000)


4. Inversi
Pada tahun 1997 Goodway et al. memperlihatkan bahwa parameter lame dan
memiliki hubungan dengan impedansi gelombang P (Ip) dan impedansi gelombang S
(Is) yang dapat dinyatakan dengan persamaan berikut:

Gray dan Andersen (2001) menyatakan bahwa rigiditas () atau modulus geser
didefinisikan sebagai resistensi batuan terhadap sebuah strain yang mengakibatkan
perubahan bentuk tanpa merubah volume total dari batuan tersebut. Rigiditas
digunakan untuk membedakan kualitas lapisan pasir karena secara umum tidak
dipengaruhi oleh fluida reservoar. Sedangkan modulus Lame () yang berkaitan erat
dengan inkompresibilitas mengandung informasi lebih banyak mengenai kandungan
fluida batuan. Inkompresibilitas juga disebut sebagai modulus Bulk yaitu resistensi
batuan terhadap perubahan volume yang disebabkan oleh perubahan tekanan dan
merupakan kebalikan dari kompresibilitas.
Konsep inkompresibilitas dan rigiditas ditunjukkan dengan dan .
Coal

Low Incompressibility

5.Gas Sand
Shale
Wet Sand
6.Carbonat

Coal
Shale
Sand
Carbonat

Least Rigid
Most Rigid

High Incompressibility

Gambar 6. Inkompresibilitas dan rigiditas beberapa tipe batuan (Royle, 1999)


7. Hasil dan Pembahasan
Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah time migrated CRP gather dan data log.
Data diproses menggunakan software Probe dan Vanguard dari Paradigm. Pemilihan
daerah prospek dengan membandingkan data analisis petrofisik data log yang
menunjukkan adanya reservoir dengan penampang seismic yang melintasi sumur
tersebut. Setelah mendapatkan daerah prospek yaitu lapisan F dengan formasi
Cibulakan Atas dengan litologi batupasir, maka dicek dengan grafik respon AVO

148

apakah benar pada daerah tersebut menunjukkan adanya perubahan fase dan
bertambahnya sudut datang. Pada gambar 7 menunjukkan adanya indikasi gas
berdasarkan grafik respon AVO yaitu pasirgas kelas IIp.

Gambar 7. Amplitudo/Angle plot pada CRP gather sekitar sumur B lapisan reservoar
F pada twt 1581 ms, berdasarkan klasifikasi Simm (2000) reservoar pasirgas ini
termasuk kelas IIp
Sebelum diolah, data seismik time migrated CRP gather dihilangkan dari noise
yang tidak dikehendaki, selanjutnya dilakukan analisis AVO untuk mendapatkan
intercept, gradient, reflektivitas dan reflektivitas . Selanjutnya reflektivitas
dan reflektivitas diinversi untuk mendapatkan dan .
Crossplot dilakukan pada penampang atribut intercept pada sumbu x terhadap
atribut gradien pada sumbu y. Gambar 8 menunjukkan crossplot antara intercept pada
sumbu x terhadap gradien pada sumbu y pada sumur C. Terlihat pada zona kurva biru
lapisan reservoar F mengindikasikan pasirgas kelas IIp (warna pink) yang terletak
pada twt 1570-1578 ms.
Parameter menunjukkan inkompresibilitas batuan yang merupakan
indikator fluida pengisi pori. menunjukkan rigiditas batuan yang merupakan
indikator litologi. Hidrokarbon diindikasikan dengan nilai yang rendah yang
berarti merupakan zona porous dan nilai yang tinggi yang berarti rigid atau solid.
Crossplot dilakukan antara pada sumbu x dan pada sumbu y. Pada crossplot
(gambar 9 kiri) terlihat bahwa dan datanya bernilai positif atau terletak pada
kuadran I dan tidak membentuk suatu pola trend tersendiri, sehingga dari crossplot bisa
langsung mem-block daerah anomali (warna pink dalam elips). Pada sumur C (gambar
9 kanan) anomali terdapat pada lapisan reservoar F dan F1, mulai twt 1570-1590 ms
yang merupakan reservoar batupasir. Lapisan reservoar ini merupakan formasi
Cibulakan Atas yang merupakan reservoar batupasir yang terletak dibawah batuan
serpih.
Pada gambar 10 menunjukkan map dan pada lapisan reservoar F. Pada
map terlihat bahwa terdapat sebaran litologi batu pasir berada di Baratlaut. Akan
tetapi ditinjau dari nilai inkompresibilitas yang ditunjukkan dengan harga yang relatif
rendah (biru) dibawah 12 GPA gr/cc dapat diindentifikasi bahwa sand yang berisi
anomali hidrokarbon (biru tua) tergambar dengan jelas dan sumur A, B, C dan D
termasuk dalam daerah anomali. Sedangkan pada map terlihat bahwa sekitar
sumur A, B, C, dan D dengan harga yang relatif tinggi (hijau sampai merah) diatas 30
GPA gr/cc mengindikasikan nilai rigiditas tinggi sebagai daerah penyebaran batupasir,
sedangkan sumur E bernilai rendah (biru).

149

Gambar 8. Crossplot antara intercept (sumbu x) dan gradien (sumbu y) pada sumur C
(kiri) Hasil crossplot dengan anomali berada dibawah trend dan diluar
background (elips) dengan pembagian kelas batupasir gas berdasarkan
klasifikasi Rutherford dan William (1989), kelas I warna biru, kelas IIp
warna pink, kelas II warna merah, kelas III warna abu-abu dan kelas IV
warna hijau
(kanan) Anomali yang terlihat pada intercept dan gradien, lapisan F
menunjukkan anomali batupasir gas kelas IIp (warna pink)

Gambar 9. Crossplot antara (sumbu x) terhadap (sumbu y) pada sumur C, (kiri)


Hasil crossplot, dengan anomali warna pink, (kanan) Anomali (warna pink dalam elips)
pada lapisan F yang terlihat pada section dan

Gambar 10. Map dan pada lapisan reservoar F.

150

8. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dihasilkan kesimpulan sebagai berikut:
1. Dari hasil crosplot antara intercept dan gradient, berdasarkan klasifikasi
Rutherford dan William menunjukan adanya pasirgas kelas IIp pada lapisan F
formasi CIbulakan atas dengan formasi barupasir.
2. Hidrokarbon diindikasikan dengan nilai yang rendah yang berarti merupakan
zona porous dan nilai yang tinggi yang berarti rigid atau solid. Lapisan
pasirgas ditunjukkan dengan nilai yang rendah dan yang tinggi.
3. Analisis map slice mampu memprediksi penyebaran reservoir gas secara lateral.
Daftar Pustaka
Burianyk, M., 2000, Amplitude-vs-Offset and Seismic Rock Property Analysis: A Primer,
CSEG Recorder, 4-14.
Castagna, J.P., Swan, H.W., and Foster, D.J., 1998, Framework For AVO Gradient and
Intercept Interpretation, Geophysics, 63, 948-956.
Chiburis, E., Leaney, S., Skidmore, C., Frank, C., and McHugo, S., 1993, Hydrocarbon
Detection with AVO, Oilfield Review, Januari.
Goodway, B., Chen, T., and Downton, J., 1997, Improved AVO fluid detection and lithology
discrimination using Lame petrophysical parameters; "lr", "r", & "l/ fluid stack",
from P and S inversions, 1997 CSEG meeting abstracts, 148-151; 1997 SEG
meeting abstracts, 183-186; 1999 EAGE meeting abstracts, 6-51.
Gray, D., and Andersen, E., 2001, The aplication of AVO and inversion to the estimation of
rock properties, CSEG Recorder.
Lee, S.S., Wu, S.S.C., Hsu, C.H., Lin, J.Y., Yang, Y.L., Huang, C.S., and Jewng, L.D.,
1998, 3-D AVO Processing and Aplication, The Leading Edge 17, 693-696.
Munadi, Suprajitno, 1993, AVO dan Eksplorasi Gas, Lembaran publikasi LEMIGAS,
No.1, 1993, 3-13.
Ostrander W.J., 1984, Plane wave reflektion coefficients for gas sands at non-normal angles of
incidence, Geophysics 49, 1637-1648.
Royle, A., 1999, Glossary of AVO term, Geo-X Systems Ltd.
Rutherford, S., and Williams, R., 1989, Amplitude versus offset variation in gas sands,
Geophysics 54, 680-688.
Shuey, R.T., 1985, A simplification of the Zoeppritz equations, Geophysics 50, 609-614.
Simm, R., White, R., and Uden, R., 2000, The anatomy of AVO crossplots, The Leading
Edge.

151

Yilmaz, O., 2001, Seismic Data Analysis: Processing, Interpretation and Inversion, Society of
exploration Geophysics.
Zoeppritz, R., 1919. On the reflektion and propagation of seismic waves, Erdbebenwellen
VIIIB; Gottinger Nachrichten I, 66-68.

152

Anda mungkin juga menyukai