Oleh:
B.1
YUDI SISWANTO
SEKRETARIS JAMALUDIN
KETUA
110.2008.265
110.2008.344
ANGGOTA
NURUL HIDAYAH
PUTRI HUMAIROH
FEBRI MUTIARANI
PRADEA RAMADHAN
AWANG WIBISONO
RADWIN
RILANDO
110.2008.184
110.2008.197
110.2008.310
110.2008.298
110.2008.276
110.2007.
110.2007.
SKENARIO 3
STEP 1
CLARIFY UNFAMILIAR TERMS
Caries dentis
Ekokardiografi
Endokarditis infeksiosa
Nodus Osler
Vegetasi
Istiqomah
STEP 2
DEFINE PROBLEMS
STEP 3
BRAINSTORM POSSIBLE EXPLANATIONS FOR THE PROBLEMS
1. Kelainan pada jantung sebelumnya yang mendapatkan faktor predisposisi (terkena
bakteri) akan menjadi endokarditis infeksiosa. Endokarditis infeksiosa ini dibagi
menjadi dua, yaitu akut dan subakut. Endokarditis infeksiosa akut merupakan
dampak dari invasi bakteri pada katup yang normal, sedangkan endokarditis
infeksiosa subakut merupakan invasi bakteri pada katup yang sudah abnormal.
2. Karena adanya respon antibodi humoral dan seluler terhadap infeksi
Streptococcus viridans dengan kerusakan jaringan jantung akibat kompleks imun.
3. Caries dentis merupakan kerusakan yang terjadi pada gigi. Jika makanan yang
dimakan mengandung kuman, maka kuman tersebut akan masuk melalui lubang
pada gigi; apalagi jika menggosok gigi dan berdarah, maka kuman tersebut
(Streptococcus viridans) akan masuk ke aliran darah dan menempel pada vegetasi
normal (hanya ada fibrin) pada katup jantung yang akan menyebabkan vegetasi
tersebut menjadi abnormal sehingga terjadilah endokarditis infeksiosa.
4. Karena adanya reaksi inflamasi terhadap bakteri yang ada pada katup jantung.
5. Bising sistolik derajat 2/6 merupakan derajat bising yang cukup keras.
6. LED meningkat dan leukositosis dengan dominasi neutrofil segmen (shift to the
right).
7. Vegetasi bakteri ini bisa saja terjadi selain di katup mitral. Namun, pada kasus ini
mungkin katup mitral telah abnormal sebelumnya.
8. Untuk mengetahui ada-tidaknya mikroorganisme pada kultur ini dan memastikan
jenis mikroorganismenya.
9. Ada, misalnya pada endokarditis infeksiosa akut, bakteri penyebabnya antara lain
Staphylococcus aureus, Pneumococcus, Enterococcus, dan lain sebagainya.
10. Pemberian antibiotik, pemberian antiinflamasi, operasi, dan pencegahan seperti
menggosok gigi dengan bersih dan tidak sembarangan menggunakan obat
intravena.
STEP 4
ARRANGE EXPLANATION INTO A TENTATIVE SOLUTION OR HYPOTHESIS
Kerusakan pada jantung sebelumnya dapat diinvasi oleh mikroorganisme yang masuk ke
sirkulasi darah dari caries dentis dan menyebabkan vegetasi pada katup jantung. Tanda
dan gejala yang dapat timbul akibat adanya mikroorganisme pada jantung ini adalah
demam terus menerus tanpa disertai gejala lainnya, bising sistolik derajat 2/6,
splenomegali, petekie pada kulit dan konjungtiva, dan nodus Osler. Untuk menegakkan
diagnosis pasti, selain dilakukannya pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium juga
diperlukan seperti pemeriksaan darah dan kultur darah. Setelah didapatkan hasil
pemeriksaan, baik fisik maupun penunjang, maka diagnosis yang didapat adalah
endokarditis infeksiosa. Terapi yang dapat diberikan antara lain adalah antibiotik dan
antiinflamasi.
STEP 5
DEFINE LEARNING OBJECTIVES
STEP 6
GATHERING INFORMATION AND INDIVIDUAL STUDY
STEP 7
dalam 12-24 jam yang diikuti dengan reaksi silang. Nyeri ini akan hilang
secara perlahan-lahan.
Karditis. Kadang-kadang karditis asimtomatik dan terdeteksi saat adanya
nyeri sendi. Karditis ini bisa hanya mengenai endokardium saja.
Endokarditis biasanya terdeteksi saat adanya bising jantung. Katup mitral
yang terbanyak dikenai dan dapat bersamaa dengan katup aorta. Katup
aorta sendiri jarang dikenai. Adanya regurgitasi mitral ditemukan dengan
bising sistolik yang menjalar ke aksila, dan kadang-kadang juga disertai
bising mid-sistolik (bising Carey Coombs). Miokarditis dapat bersamaan
dengan endokarditis sehingga terdapat kardiomegali atau gagal jantung.
Chorea Sydenham. Lebih sering didapat pada perempuan umur 8-12 tahun.
Gejala ini muncul selama 3-4 bulan dan dibawah kesadaran. Pergerakan
chorea atetoid terutama pada wajah, lidah, dan setengah kasus
mempunyai tanda-tanda reumatik yang jelas. Dapat juga ditemukan suatu
emosi yang labil di mana anak ini suka menyendiri dan kurang perhatian
terhadap lingkungan sekitarnya.
Eritema marginatum. Berlangsung berminggu-minggu hingga berbulanbulan, tidak nyeri, dan tidak gatal.
Nodus subkutanius. Besarnya antara 0,5-2 cm, bundar, terbatas, dan tidak
nyeri tekan.
Pada artritis sedang atau berat tanpa karditis atau tanpa kardiomegali,
salisilat diberikan 100 mg/kgBB/hari dengan maksimal 6 g/hari, dibagi dalam
3 dosis selama 2 minggu, kemudian dilanjutkan 75 mg/kgBB/hari selama 4-6
minggu kemudian.
Kortikosteroid diberikan pada pasien dengan karditis dan kardiomegali.
Obat terpilih adalah prednison dengan dosis awal 2 mg/kg/BB/hari terbagi
dalam 3 dosis dan dosis maksimal 80 mg/hari. Bila gawat, diberikan
metilprednisolon iv 10-40 mg diikuti prednison oral. Sesudah 2-3 minggu,
secara berkala pengobatan prednison dikurangi 5 mg setiap 2-3 hari. Secara
bersamaan, salisilat dimulai dengan 75 mg/kgBB/hari dan dilanjutkan selama
6 minggu sesudah prednison dihentikan. Tujuannya untuk menghindari efek
rebound atau streptokokus baru.
1.9 Prognosis
Demam reumatik tidak akan kambuh bila infeksi Streptokokus diatasi. Prognosis
sangat baik bila karditis sembuh pada saat permulaan serangan akut demam
reumatik akut. Selama 5 tahun pertama perjalanan penyakit, demam reumatik
dan penyakit jantung reumatik tidak membaik bila bising organik katup tidak
menghilang. Prognosis memburuk bila gejala karditisnya lebih berat; dan
ternyata demam reumatik akut dengan payah jantung akan sembuh 30% pada 5
tahun pertama dan 40% setelah 10 tahun.
1.10 Pencegahan
Pencegahan primer ditujukan langsung pada streptokokus grup A pada serangan
akut, dengan penggunaan obat Penisillin V 2 juta unit/hari selama 10 hari, atau
Eritromisin 40 mg/kgBB/hari selama 10 hari. Namun, pencegahan primer sangat
sukar dilaksanakan karena sangat banyaknya penduduk yang dicakup dan juga
adanya infeksi Streptokokus hemolitik grup A ini yang tidak memperlihatkan
gejala-gejala yang khas.
Sedangkan pencegahan sekunder bertujan untuk menghindari terjadinya
kekambuhan demam reumatik, maka digunakan pencegahan sekunder yang
antara lain dengan pemberian Penisillin G parentral, yang merupakan obat yang
paling baik di antara tiga obat pencegahan yang dicobakan (Sulfadiazin,
Penisillin G oral, dan suntikan benzatin penisillin G setiap bulan).
Pencegahan sekunder merupakan usaha untuk mencegah terjadinya infeksi
kuman streptokokus grup A pada pasien-pasien yang pernah menderita demam
reumatik atau penyakit jantung reumatik. Pencegahan ini dilakukan dalam
jangka yang lamayang memerlukan kesabaran, baik pasien, petugas
kesehatan, maupun doktermengingat demam reumatik dan penyakit jantung
reumatik menyebabkan cacat seumur hidup pada jantung.
Untuk menunjang keberhasilan pengendalian atau eradikasi demam
reumatik/penyakit jantung reumatik, pencegahan sekunder sangat bergantung
pada:
Cara pemberian obat.
Keyakinan dan ketaatan pasien dalam pencegahan sekunder ini.
Pendidikan orangtua (yang juga merupakan faktor penting akan ketaatan
pasien melakukan pencegahan ini).
Keadaan sosioekonomi pasien atau keluarganya.
12
intravena.
Faktor pencetus endokarditis infeksi adalah ekstrasi gigi atau tindakan lain pada
gigi dan mulut, kateterisasi saluran kemih, tindakan obstretrik ginekologik dan
radang saluran pernapasan.
2.2 patofisiologi
Kuman paling sering masuk melalui saluran napas bagian atas selain itu juga
melalui alat genital dan saluran pencernaan, serta pembuluh darah dan kulit.
Endokard yang rusak dengan permukaannya tidak rata mudah sekali terinfeksi
dan menimbulkan vegetasi yang terdiri atas trombosis dan fibrin. Vaskularisasi
jaringan tersebut biasanya tidak baik, sehingga memudahkan mikroorganisme
berkembang biak dan akibatnya akan menambah kerusakan katub dan endokard,
kuman yang sangat patogen dapat menyebabkan robeknya katub hingga terjadi
kebocoran. Infeksi dengan mudah meluas ke jaringan sekitarnya, menimbulkan
abses miokard atau aneurisme nekrotik. Bila infeksi mengenai korda tendinae
maka dapat terjadi ruptur yang mengakibatkan terjadinya kebocoran katub.
Pembentukan trombus yang mengandung kuman dan kemudian lepas dari
endokard merupakan gambaran yang khas pada endokarditis infeksi. Besarnya
emboli bermacam-macam. Emboli yang disebabkan jamur biasanya lebih besar,
umumnya menyumbat pembuluh darah yang besar pula. Tromboemboli yang
terinfeksi dapat teranggkut sampai di otak, limpa, ginjal, saluran cerna, jantung,
anggota gerak, kulit, dan paru. Bila emboli menyangkut di ginjal. akan
meyebabkan infark ginjal, glomerulonepritis. Bila emboli pada kulit akan
menimbulkan rasa sakit dan nyeri tekan.
2.3 Gejala-gejala
Sering penderita tidak mengetahui dengan jelas. Sejak kapan penyakitnya mulai
timbul , misalnya sesudah cabut gigi, mulai kapan demam, letih-lesu, keringat
malam banyak, nafsu makan berkurang, berat badan menurun, sakit sendi, sakit
dada, sakit perut, hematuria, buta mendadak, sakit pada ekstremitas (jari tangan
dan kaki), dan sakit pada kulit.
1. Gejala umum
Demam dapat berlangsung terus-menerus retermiten / intermiten atau tidak
teratur sama sekali. Suhu 38 - 40 C terjadi pada sore dan malam hari, kadang
disertai menggigil dan keringat banyak. Anemia ditemukan bila infeksi telah
berlangsung lama. pada sebagian penderita ditemukan pembesaran hati dan
limpha.
2. Gejala Emboli dan Vaskuler
Ptekia timbul pada mukosa tenggorok, muka dan kulit (bagian dada). umumya
sukar dibedakan dengan angioma. Ptekia di kulit akan berubah menjadi
kecoklatan dan kemudian hilang, ada juga yang berlanjut sampai pada masa
penyembuhan. Emboli yang timbul di bawah kuku jari tangan (splinter
hemorrhagic).
3. Gejala Jantung
Tanda-tanda kelainan jantung penting sekali untuk menentukan adanya kelainan
katub atau kelainan bawaan seperti stenosis mitral, insufficiency aorta, patent
14
penutupan katub mitral yang lebih dini menunjukkan adanya destrruktif katub
aorta dan merupakan indikasi untuk melakukan penggantian katub
Diagnosis
Diagnosis endokarditis infeksi dapat ditegakkan dengan sempurna bila
ditemukan kelainan katub, kelainan jantung bawaan, dengan murmur , fenomena
emboli, demam dan pembiakan darah yang positif. Diagnosis dapat ditegakkan
bila memenuhi kriteria diatas. Endokarditis paska bedah dapat diduga bilamana
terjadi panas, leukositosis dan anemia sesudah operasi kardiovaskuler atau
operasi pemasangan katub jantung prostetik
2.5 Pengobatan
Pemberian obat yang sesuai dengan uji resistensi dipakai obat yang diperkirakan
sensitif terhadap mikroorganisme yang diduga. Bila penyebabnya streptokokus
viridan yang sensitif terhadap penicillin G , diberikan dosis 2,4 - 6 juta unit per
hari selama 4 minggu, parenteral untuk dua minggu, kemudian dapat diberikan
parenteral / peroral penicillin V karena efek sirnegis dengan streptomicin, dapat
ditambah 0,5 gram tiap 12 jam untuk dua minggu . Kuman streptokokous fecalis
(post operasi obs-gin) relatif resisten terhadap penisilin sering kambuh dan resiko
emboli lebih besar oleh karena itu digunakan penisilin bersama dengan
gentamisin yang merupakan obat pilihan. Dengan dosis penisilin G 12 - 24 juta
unit/hari,dan gentamisin 3 - 5 mg/kgBB dibagi dalam 2 - 3 dosis. Ampisilin dapat
dipakai untuk pengganti penisilin G dengan dosis 6 - 12 gr/hari . Lama
pengobatan 4 minggu dan dianjurkan sampai 6 minggu. Bila kuman resisten
dapat dipakai sefalotin 1,5 gr tiap jam (IV) atau nafcilin 1,5 gr tiap 4 jam atau
oksasilin 12 gr/hari atau vankomisin 0,5 gram/6 jam, eritromisin 0,5 gr/8 jam
lama pemberian obat adalah 4 minggu. Untuk kuman gram negatif diberikan obat
golongan aminoglikosid : gentamisin 5 - 7 mg/kgBB per hari, gentamisin sering
dikombinsaikan dengan sefalotin, sefazolia 2 - 4 gr/hari , ampisilin dan
karbenisilin. Untuk penyebab jamur dipakai amfoterisin B 0,5 - 1,2 mg/kgB per
hari (IV) dan flucitosin 150 mg/Kg BB per hari peroral dapat dipakai sendiri atua
kombinasi. Infeksi yang terjadi katub prostetik tidak dapat diatasi oleh obat biasa,
biasanya memerlukan tindakan bedah. Selain pengobatan dengan antibiotik
penting sekali mengobati penyakit lain yang menyertai seperti : gagal Jantung .
Juga keseimbangan elektrolit, dan intake yang cukup
2.6 Pencegahan
Pemberian antibitika profilaksis sebelum tindakan bedah :
Cabut gigi yang menyebabkan perdarahan
Tonsilektomi
Tindakan bedah pada mukosa saluran nafas, pencernaan dan genital
Bronkoskopi
Skleroterapi pada varises esofagus
Operasi prostat
Kondisi jantung yang dihubungkan dengan endokarditis
1. Risiko tinggi :
Katup jantung buatan
Penyakit jantung kongenital sianotik
16
17
DAFTAR PUSTAKA
Dorland, W. A. Newman. 2006. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 29. Jakarta: EGC
Idrus, Alwi dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III Edisi IV. Jakarta: Pusat
Penerbitan IPD FKUI
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta: Media
Aesculapius FKUI
Robbins, Stanley L. 2007. Buku Ajar Patologi Robbins, Volume 2, Edisi 7. Jakarta: EGC
www.khabarislam.com
18