Askep Abortus
Askep Abortus
PENDAHULUAN
sebelah mata. Oleh karena itu, pandangan yang ada di dalam masyarakat
tidak boleh sama dengan pandangan yang dimiliki oleh tenaga kesehatan,
dalam hal ini adalah perawat setelah membaca pokok bahasan ini.
Peran perawat dalam penanganan abortus dan mencegah terjadinya
abortus adalah dengan memberikan asuhan keperawatan yang tepat. Asuhan
keperawatan yang tepat untuk klien harus dilakukan untuk meminimalisir
terjadinya komplikasi serius yang dapat terjadi seiring dengan kejadian
abortus.
1.2.
Rumusan Masalah
a. Bagaimanakah asuhan keperawatan pada kehamilan patologis (aborsi)
dengan kasus pasien abortus imminen
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat melakukan dan menerapkan asuhan keperawatan
pada ibu dengan kejadian Abortus sesuai dengan konsep teori asuhan
keperawatan
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui dan memahami definisi abortus
2. Mengetahui dan memahami jenis jenis abortus beserta tanda dan
gejalanya.
3. Mengetahui dan memahami epidemiologi dari abortus
4. Mengetahui dan memahami etiologi dan web of causation abortus
5. Mengetahui dan memahami komplikasi dari abortus
6. Mengetahui dan memahami penatalaksanaan dari abortus
7. Mampu menyusun dan melaksanakan asuhan keperawatan pada
klien dengan abortus.
1.4. Manfaat
a. Mengetahui cara pemberian asuhan keperawatan pada kehamilan
patologis (aborsi) dengan kasus pasien abortus imminen dengan efektif
dan efisien.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Abortus adalah pengeluaran atau ekstraksi janin atau embrio yang
berbobot 500 gram atau kurang, dari ibunya yang kira kira berumur 20
sampai 22 minggu kehamilan (Moore, 2001).
Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Dimana
masa gestasi belum mencapai usia 22 minggu dan beratnya kurang dari
500gr (Liewollyn, 2002).
2.2. Epidemiologi
Frekuensi Abortus sukar ditentukan karena Abortus buatan banyak tidak
dilaporkan, kecuali apabila terjadi komplikasi. Abortus spontan kadangkadang hanya disertai gejala dan tanda ringan, sehingga pertolongan medik
tidak diperlukan dan kejadian ini dianggap sebagai terlambat haid.
Diperkirakan frekuensi Abortus spontan berkisar 10-15%. Frekuensi ini
dapat mencapai angka 50% bila diperhitungkan wanita yang hamil sangat
dini, terlambat haid beberapa hari, sehingga seorang wanita tidak
mengetahui kehamilannya. Di Indonesia, diperkirakan ada 5 juta kehamilan
per-tahun, dengan demikian setiap tahun 500.000-750.000 abortus spontan.
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) diperkirakan 4,2 juta Abortus
dilakukan setiap tahun di Asia Tenggara, dengan perincian :
1,3 juta dilakukan di Vietnam dan Singapura
antara 750.000 sampai 1,5 juta di Indonesia
antara 155.000 sampai 750.000 di Filipina
antara 300.000 sampai 900.000 di Thailand
Di perkotaan Abortus dilakukan 24-57% oleh dokter,16-28% oleh bidan/
perawat, 19-25% oleh dukun dan 18-24% dilakukan sendiri. Sedangkan di
pedesaan
Abortus
dilakukan
13-26%
oleh
dokter,
18-26%
oleh
pervagina
pada
paruh
pertama
kehamilan.
vagina,
pemeriksaan
kuantitatif
serial
kadar
secara
pasti,
mungkin
diperlukan
kuretase.
2. Abortus Insipiens
Abortus Insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada
kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri
yang meningkat tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus.
Gejala-gejala abortus insipiens adalah:
a) rasa mules lebih sering dan kuat
b) perdarahan lebih banyak dari abortus imminens.
c) Nyeri karena kontraksi rahim kuat yang dapat menyebabkan
pembukaan.
Pengeluaran hasil konsepsi dapat dilaksanakan dengan kuret
vakum atau dengan cunam ovum, disusul dengan kerokan.
Penanganan Abortus Insipiens meliputi :
1. Jika usia kehamilan kurang 16 minggu, lakukan evaluasi uterus
dengan aspirasi vakum manual.
Jika evaluasi tidak dapat dilakukan, maka segera lakukan :
a). Berikan ergomefiin 0,2 mg intramuskuler (dapat diulang
setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400 mcg per
oral (dapat diulang sesudah 4 jam bila perlu).
b). Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi
dari uterus.
2. Jika usia kehamilan lebih 16 minggu :
a). Tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu evaluasi sisa-sisa
hasil konsepsi.
b). Jika perlu, lakukan infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml
cairan intravena (garam fisiologik atau larutan ringer laktat
dengan kecepatan 40 tetes permenit untuk membantu ekspulsi
hasil konsepsi.
c). Pastikan untuk
tetap
memantau
kondisi ibu
setelah
penanganan
3. Abortus Inkompletus
Abortus Inkompletus merupakan pengeluaran sebagian hasil
konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa
tertinggal dalam uterus. Apabila plasenta (seluruhnya atau sebagian)
4. Abortus kompletus
Pada jenis abortus ini, semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan.
Pada penderita ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah
menutup, dan uterus sudah banyak mengecil. Diagnosis dapat
dipermudah apabila hasil konsepsi dapat diperiksa dan dapat
dinyatakan bahwa semuanya sudah keluar dengan lengkap.
Klien dengan abortus kompletus tidak memerlukan pengobatan
khusus, hanya apabila penderita anemia perlu diberikan tablet sulfas
ferrosus 600 mg perhari atau jika anemia berat maka perlu diberikan
transfusi darah.
b. Abortus provokatus (abortus yang sengaja dibuat)
Abortus provokatus adalah peristiwa menghentikan kehamilan
sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada umumnya dianggap
bayi belum dapat hidup diluar kandungan apabila kehamilan belum
mencapai umur 28 minggu, atau berat badan bayi belum 1000 gram,
walaupun terdapat kasus bahwa bayi dibawah 1000 gram dapat terus
hidup.
1. Missed abortion
Kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi janin yang
telah mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih. Etiologi
missed abortion tidak diketahui, tetapi diduga pengaruh hormone
progesterone. Pemakaian Hormone progesterone pada abortus
imminens mungkin juga dapat menyebabkan missed abortion.
Gejala missed abortion adalah :
a.
b.
c.
d.
e.
10
b.
c.
2 Infeksi kronis
a. Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua.
b. Tuberkulosis paru aktif.
11
seksual
yang
berlebihan
sewaktu
hamil,
sehingga
12
Patofisiologi
Patofisiologi abortus dimulai dari perdarahan pada desidua yang
menyebabkan necrose dari jaringan sekitarnya. Selanjutnya sebagian /
seluruh janin akan terlepas dari dinding rahim. Keadaan ini merupakan
benda asing bagi rahim, sehingga merangsang kontraksi rahim untuk terjadi
eksplusi seringkali fatus tak tampak dan ini disebut Bligrted Ovum.
Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti dengan
nerkrosis jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan
dianggap benda asing dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk
mengeluarkan benda asing tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis belum menembus
desidua secara dalam jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada
kehamilan 8 sampai 14 minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga
plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan.
Pada kehamilan lebih dari 14 minggu janin dikeluarkan terlebih dahulu
daripada plasenta hasil konsepsi keluar dalam bentuk seperti kantong kosong
amnion atau benda kecil yang tidak jelas bentuknya (blightes ovum),janin
13
lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau
fetus papiraseus.
2.6. Pemeriksaan ginekologi :
1.
Inspeksi Vulva
Perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi,
tercium bau busuk dari vulva.
2.
Inspekulo
Perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudah
tertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak
cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium.
3.
Colok vagina
Porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan
dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia
kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan
adneksa, cavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri.
2.7. Komplikasi
a. Perdarahan (haemorrogrie)
b. Perforasi
c. Infeksi dan tetanus
d. Payah ginjal akut
e. Syok, yang disebabkan oleh syok hemoreagrie (perdarahan yang banyak)
dan syok septik atau endoseptik (infeksi berat atau septis)
f. Pada missed abortion dengan retensi lama hasil konsepsi dapat terjadi
kelainan pembekuan darah
2.8. Pemeriksaan penunjang
a. Tes Kehamilan
Positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu setelah abortus
b. Pemeriksaaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih
hidup
c. Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion
14
1) Kuretose / dilatasi
Kurotase ( kerokan ) adalah cara menimbulkan hasil konsepsi memakai
alat kuretase (sendok kerokan) sebelum melakukan kuratase, penolong
harus melakukan pemeriksaan dalam untuk menentukan letak uterus,
keadaan serviks. Mengan isi uterus dengan mengerok isinya disebut
kuretase tajam sedangang mengosongkan uterus dengan vakum disebut
kuretase isap .
2) Aspirasi haid
Aspirasi rongga endometrium menggunakan sebuah kanula karman 5
atau 6 mm fleksibel dan tabung suntik, dalam 1 sampai 3 minggu
setelah keterlambatan haid disebut juga induksi haid, haid instan dan
mini abortus.
3) Laporotomi
Pada beberapa kasus, histerotomi atau histerektomi abdomen untuk
abortus lebih disukai daripada kuretase atau induksi medis. Apabila ada
penyakit yang cukup significanpada uterus, histerektomi mungkin
merupakan terpa ideal.
b) Teknik medis
1)
Oksitosin
2)
Prostaglandin
3)
Urea hiperosomik
4)
15
2.10.
WOC ABORTUS
Kelainan ovum
Gangguan sirkulasi
plasenta
Psikologis ibu
MK : Risti
infeksi
Lepasnya PD dan
plasenta ibu
ABORTUS
kecemasan
Hipovolemik
anemia
Prostaglandin
MK: anxietas
Dilatasi serviks
kelemahan
MK : Resiko syok
hemorrhagic
nyeri
MK : Gangguan
aktivitas
MK : Gangguan rasa
nyaman : nyeri
16
BAB 3
ANALISA KASUS
3.1 Kasus
Ny. R usia 20 tahun, sudah menikah dan hamil pertama usia 20 minggu.
Beberapa hari lalu Ny. R merasa kram di perut, nyeri dan tiba-tiba mengalami
perdarahan kemudian Tn. R melarikan Ny. R ke RS. Dr. Soetomo.
Sesampainya di RS, diagnosa Ny. R adalah abortus. Anamnesa Ny. R
menunjukkan suhu 39o, tekanan darah 60/40 mmHg, Nadi 50x/menit dan
lemah, Ny. R juga mengalami syok, dengan akral dingin, CRT > 2 detik. Dari
hasil laboratorium diketahui kadar Hb 5 gr/dL, leukosit 15.000.
3.2. Analisis Data
NO
DATA
1 S:-
ETIOLOGI
PROBLEM
Perdarahan
Resiko syok
O:
- suhu 39o, hb 5 gr/dl
hemorrhagic
hipovolemik
- Px mengeluarkan
banyak darah
syok
2 S : px merasa lemas
Perdarahan
O:
- nadi lemah (50
Gangguan
aktivitas
Anemia
x/menit), pasien
terlihat pucat
Kelemahan
Gangguan aktivitas
3 S : px mengeluh nyeri
Keguguran janin
di perut
Px merintih kesaki
Gangguan rasa
nyaman : nyeri
17
O:
P= aborsi
Prostaglandin
Q= severe pain
R= abdomen
Dilatasi serviks
S=(skala 8)
T=current
Nyeri
4 S:-
Keguguran janin
O : leukosit 15.000,
Suhu 39oC
Resiko Tinggi
infeksi
Lepasnya buah
kehamilan dari
implantasinya
Terputusnya pembuluh
darah ibu
Perdarahan
Resiko terjadi infeksi
5 S : px mengatakan
Keguguran janin
Cemas
Terganggunya psikologis
ibu
3.3.
18
19
b.
c.
d.
e.
Diagnosa
Tujuan
Intervensi
Rasional
Keperawatan
1.
Resiko syok
Tidak
Mandiri :
hemorrhagic
terjadi
1. Cek Airway,
Breathing, and
pertolongan
Circulation
pertama pada
volume
cairan,
1. Sebagai
keadaan syok
seimbang
2.Penderita
2. Mencegah
antara
dibaringkan dalam
gangguan perfusi
intake dan
posisi trendelenburg,
output baik
auto transfusi
jumlah
maupun
sedikit tinggi 30
kualitas
derajat
20
3. Pengeluaran
cairan pervaginal
sebagai akibat
abortus memiliki
karekteristik
bervariasi
4. Jumlah cairan
ditentukan dari
jumlah kebutuhan
harian ditambah
dengan jumlah
cairan yang hilang
pervaginal
Kolaborasi :
1. Berikan sejumlah
1. Tranfusi
cairan pengganti
mungkin
harian(NaCl 0.9%,
diperlukan pada
RL, Dekstran),
kondisi
perdarahan massif
darah
2. Evaluasi status
2. Penilaian dapat
hemodinamika
dilakukan secara
harian melalui
pemeriksaan fisik
3. Setelah kebebasan
3. untuk
mencegah atau
untuk meningkatkan
menanggulangi
oksigenasi dapat
asidosis
21
Gangguan
Klien dapat
Mandiri :
1. Mungkin klien
Aktivitas b.d
melakukan
1. pantau tingkat
tidak mengalami
kelemahan,
aktivitas
kemampuan klien
perubahan berarti,
penurunan
tanpa
untuk beraktivitas
tetapi perdarahan
sirkulasi
adanya
masif perlu
komplikasi
diwaspadai untuk
menccegah
kondisi klien lebih
buruk.
2. Monitor pengaruh
2. Aktivitas
aktivitas terhadap
merangsang
kondisi
peningkatan
uterus/kandungan
vaskularisasi dan
pulsasi organ
reproduksi
3. Mengistiratkan
memenuhi kebutuhan
klilen secara
aktivitas sehari-hari
optimal
4. Mengoptimalkan
melakukan tindakan
kondisi klien,
sesuai dengan
pada abortus
kemampuan / kondisi
imminens,
klien
istirahat mutlak
sangat diperlukan
22
5. Evaluasi
perkembangan
5. Menilai kondisi
umum klien
kemampuan klien
3
melakukan aktivitas
Mandiri :
nyaman :
beradaptasi
1. Monitor
1.Pengukuran nilai
Nyeri b.d
dengan
kondisi nyeri
Kerusakan
nyeri yang
yang dialami
dilakukan dengan
jaringan
dialami
klien
skala maupun
intrauteri
deskripsi
Edukasi:
1. Meningkatkan
1. Terangkan nyeri
melakukan guidance
dan penyebabnya
mengatasi nyeri
Kolaborasi :
1. Mengurangi onset
1. Kolaborasi
pemberian
dilakukan dengan
analgetika
pemberian analgetika
oral maupun sistemik
dalam spectrum
Resiko tinggi
Tidak
Mandiri :
luas/spesifik
1. Perubahan yang
Infeksi b.d
terjadi
1. Monitor
terjadi pada
perdarahan,
infeksi
kondisi
dishart dimonitor
kondisi vulva
selama
keluaran/dischart
setiap saat
lembab
perawatan
yang keluar;
dischart keluar.
perdarahan
jumlah, warna,
Adanya warna
dan bau
2. Lakukan
perawatan vulva
enak mungkin
merupakan tanda
23
infeksi
2. Inkubasi kuman
pada area genital
yang relatif cepat
dapat
menyebabkan
infeksi
Edukasi:
1. Infeksi dapat
1. 1. Terangkan pada
timbul akibat
klien pentingnya
kurangnya kebersihan
perawatan vulva
genital
selama masa
perdarahan
2. Berbagai manivestasi
2. 2. Terangkan pada
klien cara
tanda nonspesifik
mengidentifikasi
tanda infeksi
peningkatan rasa
nyeri mungkin
merupakan gejala
infeksi
3. 3. Anjurkan pada
3. 3. Pengertian pada
keluarga sangat
melakukan hubungan
senggama selama
kebaikan ibu;
masa perdarahan
senggama dalam
kondisi perdarahan
dapat memperburuk
kondisi system
reproduksi ibu dan
sekaligus
meningkatkan resiko
24
infeksi pada
pasanganyang lebih
luar
Kolaborasi:
1. Lakukan
1. Berbagai kuman
pemeriksaan biakan
dapat teridentifikasi
pada dischart
melalui dischart
Cemas b.d
Tidak
kurang
terjadi
1.
pengetahuan
kecemasan,
tingkat pengetahuan/
pengetahuan
peningkatan rasa
klien dan
keluarga terhadap
cemas
keluarga
penyakit.
terhadap
Mandiri :
Monitor
2. Monitor derajat
1.Ketidaktahuan
1. Kecemasan yang
penyakit
kecemasan yang
tinggi dapat
meningkat
dialami klien.
menyebabkan
penurunan
penialaian objektif
klien tentang
penyakit.
3. Bantu klien
2. Kelibatan klien
mengidentifikasi
penyebab
tindakan
kecemasan
keperawatan
merupakan
support yang
mungkin berguna
bagi klien dan
meningkatkan
kesadaran diri
klien.
4. Asistensi klien
3. Peningkatan nilai
25
menentukan
objektif terhadap
tujuan perawatan
masalah
bersama.
berkontibusi
menurunkan
Edukasi :
kecemasan.
1. Terangkan hal-hal
1. Konseling bagi
klien sangat
untuk meningkatkan
pengetahuan dan
membangun support
system keluarga;
untuk mengurangi
kecemasan klien dan
keluarga
26
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada kasus Ny. R dapat digolongkan pada abortus insipien. Hal ini dapat
dilihat dari gejala-gejala yang ada, diantaranya : usia kehamilan yang kurang
dari 20 minggu, adanya perdarahan selama beberapa hari, nyeri berat pada
perut.
Ny. R berusia 20 tahun tergolong dalam perempuan yang masih muda
dalam suatu kehidupan rumah tangga. Setelah mengalami pemeriksaan yang
lebih spesifik pada Ny. R di dapatkan data-data obyektif berupa suhu tubuh
diatas normal sebesar 39o, jumlah leukosit lebih dari 10.000, hipotensi, dan
nadi 50x/menit menunjukkan salah satu permasalahan Ny. R yaitu infeksi.
Permasalahan lainnya yaitu syok hipovolemik. Data yang mendukung
permasalahan ini
27
BAB V
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Ada beberapa kesimpulan yang kami temukan dalam melaksanakan
asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan kasus abortus yaitu:
1) Pemantauan secara teratur pada ibu hamil pertama (primigravidarum),
terutama pada trimester I kehamilan sangatlah penting. Mengingat ibu
primigravida cenderung mengalami gangguan dalam proses kehamilannya
seperti misalnya abortus dalam kehamilan yang akan sangat berpengaruh
terhadap psikologis ibu yang tentunya sangat berharap keselamatan
bayinya dapat dipertahankan.
2) Asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan abortus hendaknya dilakukan
secara komprehensif meliputi seluruh aspek bio psiko sosial dan
spiritual karena kenyamanan psikologis ibu sangat berpengaruh terhadap
kondisi janin yang dikandungnya.
3) Dalam masa kehamilan sebaiknya Ibu selalu melakukan konsultasi kepada
Saran
1) Sebagai seorang perawat hendaknya memberikan asuhan keperawatan
dengan baik dan benar sesuai dengan konsep teori keperawatan.
2) Penuhi asupan gizi dan nutrisi yang dibutuhkan pada masa kehamilan
karena nutrisi berperan penting dalm pembentukan dan perkembangan
janin.
3) Berikan edukasi yang benar tentang abortus kepada masyarakat, sehingga
bisa memperkecil angka terjadinya abortus.
28
DAFTAR PUSTAKA
W.A.
2007.
Abortus.
http://fkuii.org/tiki
download_wiki_attachment.php?attId=964&page=Wulan%20Asih
%20Normahendri. 23 September 2009 pada pukul 14.27
-------.2009.
Asuhan
Keperawatan
pada
Pasien
Abortus.
http://mediadankomputer.co.cc//?p=424 23 September 2009 pada pukul 14.30
29