Gigi tiruan jembatan terdiri dari dari beberapa komponen, yakni sebagai berikut.
Retainer
Merupakan bagian dari gigi tiruan jembatan yg menghubungkan gigi tiruan tersebut
dengan gigi penyangga. Fungsinya:
a
Macam-macam retainer:
a
Indikasi luas
Kerugian:
Indikasi terbatas
Bentuk:
Onlay
Inlay MO/DO/MOD
Indikasi:
Keuntungan:
Kerugian:
Indikasi terbatas
Mudah lepas/patah
Dowel retainer
Adalah retainer yang meliputi saluran akar gigi, dengan sedikit atau tanpa jaringan
mahkota gigi dengan syarat tidak sebagai retainer yang berdiri sendiri.
Indikasi:
a
Keuntungan:
Estetis baik
Kerugian:
Sering terjadi fraktur akar
Pontik
Merupakan bagian dari gigi tiruan jembatan yang menggantikan gigi asli yang hilang
dan berfungsi untuk mengembalikan:
Fungsi kunyah dan bicara
Estetis
Comfort (rasa nyaman)
Mempertahankan hubungan antar gigi tetangga mencegah migrasi / hubungan
dengan gigi lawan ektrusi
Berikut adalah klasifikasi pontik, antara lain:
a
Berdasarkan bahan
Berdasarkan bahan pembuatan pontik dapat diklasifikasikan atas:3
1 Pontik logam
Logam yang digunakan untuk membuat pontik pada umumnya terdiri dari alloy,
yang setara dengan alloy emas tipe III. Alloy ini memiliki kekuatan dan
kelenturan yang cukup sehingga tidak mudah menjadi patah atau berubah
bentuk (deformasi) akibat tekanan pengunyahan. Pontik logam biasanya dibuat
untuk daerah-daerah yang kurang mementingkan faktor estetis, namun lebih
2
dalam hal estetis sehingga hanya diindikasikan untuk pontik posterior rahang
bawah.4
Konektor (Connector)
Merupakan bagian dari gigi tiruan jembatan yang menghubungkan pontik dengan
retainer, pontik dengan pontik atau retainer dengan retainer sehingga menyatukan bagianbagian tersebut untuk dapat berfungsi sebagai splinting dan penyalur beban kunyah.
Terdapat 2 macam konektor, yakni:
1. Rigid connector
2. Non Rigid Connnector
4
Penyangga (Abutment)
Terminal abutment
Intermediate/pier abutment
Splinted abutment
Double splinted
1
2
3
4
bahwa obturasi saluran akar hermetis maka dapat dijadikan sebagai gigi penyangga.
Harus memiliki struktur mahkota gigi
Apabila tidak ada lagi mahkota, struktur dapat dibantu dengan dowel core atau pin
6
7
8
gigi penyangga
Jaringan pendukung gigi haru seht dan bebas dari inflamasi\
Gigi penyangga tidak mengalami mobiliti
Akar gigi harus memiliki syarat sebagai berikut :
a. Crown root ratio
2:3 atau minimal 1:1
b. Konfigurasi akar
Lebar labiolingual>mesiodistal (lonjong) lebih baik
Akar konvergen, berfungsi dan berberntuk konus tidak baik
c. Area ligamen periodontal
Permukaan gigi luas lebih baik perlekatannya dengan ligamen periodontal
Sumber: Shilinburg, HTJ; Hobo, S; Whitsett; Jacobi R; Brackett SE. Fundamental of Fixed
Prosthodontics 3rd Ed. Chicago:Quintessence. 2003.p.89-92.
Pengambilan jaringan gigi yang terlalu banyak pada saat preparasi akan
menghasilkan bentuk yang terlalu runcing atau terlalu pendek sehingga memberi akibat
yang kurang baik terhadap retensi maupun resistensi dari restorasi, dan mencederai pulpa.
Untuk maksud tersebut maka perlu penguasaan aspek anatomi gigi dalam preparasi gigi.
Kekuatan dasar dari retensi adalah terletak pada dua permukaan aksial yang
berlawanan, yang berimplikasi pada kelancipan atau taper-nya hasil preparasi. Ada 4 faktor
yang harus diperhatikan pada waktu melakukan preparasi gigi yang mempengaruhi retensi,
yaitu derajat kemiringan, luasnya daerah permukaan lapisan semen, daerah yang mengalami
gesekan, dan kekasaran permukaan preparasi.
Permukaan preparasi hendaknya jangan terlalu halus dipoles karena daya adesi dari semen
gigi tergantung terutama pada kekasaran permukaan yang akan bersatu dengannya. Makin
kasar permukaan, daya adesi semen gigi dapat berfungsi makin baik.
pemautnya, yang menyatu dengan bagian oklusal pemaut. Dengan demikian, gigi
terlindungi dari karies, iritasi, serta fraktur.
4 Preparasi permukaan bukal atau labial dan lingual
Pengurangan permukaan bukal menggunakan bur intan berbentuk silinder.
Preparasi permukaan bukal bertujuan untuk memperoleh ruangan yang cukup untuk
logam pemaut yang memberi kekuatan pada pemaut dan supaya beban kunyah dapat
5
6
a
b
c
d
e
disamaratakan.
Pembulatan sudut preparasi bidang aksial
Pembentukan tepi servikal.
Batas servikal harus rapi dan jelas batasnya untuk memudahkan pembuatan
pola malamnya nanti. Ada beberapa bentuk servikal:
Tepi demarkasi (feater edge)
Tepi pisau (knife edge)
Tepi lereng (bevel)
Tepi bahu liku (chamfer)
Tepi bahu (shoulder)
gigi, karena tiap kali dilepas dan dipasang kembali di dalam mulut.
Dapat mempunyai efek splint yang melindungi gigi terhadap stress.
Menyebarkan tekanan fungsi ke seluruh gigi sehingga menguntungkan jaringan
pendukungnya.
Namun, gigi tiruan juga memiliki beberapa kerugian dalam pemakaiannya, yakni:
Kerusakan gigi dan pulpa
Dalam preparasi gigi penyangga untuk gigi tiruan sebagian yang tepat
mungkin diperlukan pengambilan jaringan gigi yang sehat. Kerusakan ini meskipun
diindikasikan namun sebaiknya tidak diabaikan. Masalahnya tidak terlalu serius jika
gigi yang digunakan untuk mendukung jembatan yang telah direstorasi atau
dimahkotai.
Karies sekunder
Gigi tiruan jembatan dapat membawa resiko kebocoran mikro dan
karies.Resiko ini secara signifikan meningkat pada pasien dengan insidensi karies
yang tinggi.
Sumber :
Smith,Bernard G N;Howe, Leslie C. 2007. Planning and Making Crown and
Bridges, 4th ed. New York: Informa Healthcare.
1
2
3
4
5
6
a Persyaratan preparasi5
Kemiringan dinding-dinding aksial
Preparasi dinding aksial yang saling sejajar terhadap poros gigi sulit untuk
menentukan arah pemasangan. Disamping itu, semen juga sulit keluar dari tepi
retainer sehingga jembatan tidak bisa duduk sempurna pada tempatnya. Untuk
itu, dibuat kemiringan yang sedikit konus ke arah oklusal. Craige (1978)
mengatakan bahwa kemiringan dinding aksial optimal berkisar 10-15 derajat.
Sementara menurut Martanto (1981), menyatakan bahwa kemiringan maksimum
dinding aksial preparasi 7 derajat. Sedangkan Prayitno HR (1991) memandang
kemiiringan dinding aksial preparasi 5-6 derajat sebagai kemiringan yang paling
ideal. Kemiringan yang lebih kecil sulit diperoleh karena dapat menyebabkan
daerah gerong yang tidak terlihat dan menyebabkan retainer tidak merapat ke
permukaan gigi. Retensi sangat berkurang jika derajat kemiringan dinding aksial
preparasi meningkat.
Ketebalan preparasi
Jaringan gigi hendaklah diambil seperlunya karena dalam melakukan
preparasi kita harus mengambil jaringan gigi seminimal mungkin. Ketebalan
preparasi berbeda sesuai dengan kebutuhan dan bahan yang digunakan sebagai
retainer maka ketebalan pengambilan jaringan gigi berkisar antara 1-1,5 mm
sedangkan jika menggunakan logam porselen pengambilan jaringan gigi berkisar
antara 1,5 2 mm.
Pengambilan jaringan gigi yang terlaluy berlebihan dapat menyebakan
terganggu vitalitas pulpa seperti hipersensitivitas pulpa, pulpitis, dan nekrosis
pulpa. Pengamnbilan jaringan yang terlalu sedikit dapat mengurangin retensi
Pencetakan
Sebelum pencetakan dilakukan, keadaan geligi dan jaringan lunak sekitarnya perlu
dicek, apakah semua dalam keadaan sehat dan bebas dari radang. Terdapat berbagai
macam bahan cetakan, seperti: hidrokoloid, rubber base, polysulfide rubber base,
silicon rubber base, dan polyeter rubber base.
3
bahan stone gips keras atau logam atau plastik. Menurut hubungan dengan model kerja
die dibagi menjadi solitair die dan removable die.5
4
Yang diartikan dengan pola lilin atau wax-pattern ialah: suatu model dari retainer atau
restorasi yang dibuat dari lilin yang kemudian direproduksi menjadi logam atau akrilik.5
-
Mendapatkan retainer atau restorasi yang tepat, pas dan mempunyai adaptasi yang
sempurna dengan preparasi.
Memperoleh bentuk anatomi.
Menghasilkan suatu coran (casting) yang merupakan reproduksi yang tepat (bentuk
dan ukuran) dari pola lilin itu.
Mencapai hubungan yang tepat dengan gigi sebelahnya dan gigi lawan.
-
Langsung (direct).
Tidak langsung (indirect).
Langsung - tidak langsung (direct indirect).
-
Lilin pola
Lilin pola sebagai model di kedokteran gigi mempunyai sifat sanggup dibentuk
dalam seadaan plastis pada suhu antara cair dan kaku.5
Ada 2 macam tipe lilin pola yang biasa dipakai :5
-
Untuk cara langsung dipilih type 1 yang mempunyai sifat menjadi sangat plastis
pada suhu sedikit lebih tinggi di atas suhu mulut, sehingga dapat memasuki sela-sela
preparasi.
Untuk pola-pola indirect sebaiknya dipakai type II yang membeku keras pada suhu
kamar.
formulanya yaitu suatu bubuk kaca dan asam ionomer yang mengandung gugus karboksil.
Semen ini juga disebut sebagai semen polialkenoat. 15
Penggunaan semen ionomer kaca telah meluas antara lain sebagai bahan perekat,
bahan base, bahan restoratif untuk restorasi konservatif kelas I dan II, membangun badan
inti, dan sebagai penutup pit dan fisura. 15
Ada tiga jenis semen ionomer kaca berdasarkan formulanya dan potensi
penggunaannya. Tipe I untuk bahan perekat, Tipe II untuk bahan restorasi, dan tipe III untuk
basis. Juga ada semen ionomer kaca yang pengerasannya dilakukan oleh sinar. Jenis ini juga
disebut sebagai semen ionomer kaca modifikasi resin sebab melibatkan resin yang
dikeraskan sinar dalam formulanya. 15
Karena sifatnya yang melekat secara kimiawi dengan jaringan keras gigi dan
melepaskan fluoride dalam jangka waktu yang cukup lama, penggunaan semen ionomer
kaca menjadi semakin luas. Keuntungan adanya fluor di dalamnya membuat semen ionomer
kaca sangat cocok untuk restorasi pada gigi sulung di anterior terutama untuk bagian
proksimal. Akan tetapi tidak dianjurkan untuk restorasi pada gigi molar sulung. 16
Semen ionomer kaca pertama kali diperkenalkan sebagai bahan pelapik, dan tidak
lama kemudian, bahan-bahan ini digunakan sebagai luting agent. 17
Selain itu, semen ionomer kaca yang tersedia sebagai luting agent dirumuskan
sebagai bahan semen ionomer kaca tradisional, dan sebagai resin-versi modifikasi.
Formulasi ini banyak digunakan oleh dokter dalam beberapa tahun terakhir, baik karena
sifat fisik, dan karena kemudahan penggunaan dalam hal sifat penanganan.
ZINC PHOSPHATE CEMENT
Luting agent tradisional ini terus menjadi populer untuk restorasi tuang. Luting
agent ini memiliki kekuatan yang memadai pada ketebalan sekitar 25 m, berada dalam
batas toleransi yang diperlukan untuk membuat restorasi tuang, dan waktu kerja yang
normal. 14
Kelebihan bahan ini dapat dengan mudah dihilangkan. Efek toksik dari zink fosfat
atau lebih khususnya asam fosforik telah banyak dilaporkan. Namun, keberhasilan
penggunaan bahan ini pada pulpa secara klinis dapat diterima selama masih dalam batas
normal dan preparasi tidak terlalu dekat dengan dasar kavitas (pulpa). 14
memiliki solubilitas yang rendah, adesi, dan mikroleakage yang rendah. Bahan ini
menjadi popular karena keuntungan yang didapatkan yaitu berkurangnya sensitifitas
setelah sementasi. 14
3
Composite Resin
Semen ini hanya digunakan pada kasus-kasus tertentu karena pengerutan waktu
pengerasan yang besar, kecenderungan mengiritasi pulpa, kecenderungan terjadi
kebocoran mikro, dan karakteristik manipulasi yang jelek. 20
Resin Adesif
Evaluasi jangka panjang dari bahan ini belum ada sehingga tidak dapat direkomendasikan
untuk digunakan secara rutin. Bahan ini dapat diindikasikan jika sebuah tambalan terlepas
karena kurangnya retensi. 14
Sumber :
14. Rosenstiel SF, Land MF, Fujimoto J. Contemporary fixed prosthodontics. 3 rd Ed. St. Louis :
Mosby; 2001. P. 205-12, 765-9
15. Anusavice KJ. Phillips science of dental materials. Ed.10. Philadelphia: W.B. Saunders
Company; 1996. P.274, 365, 449, 470-2
16. ._____. Glass ionomer. [serial on the internet]. 28 May 2009 [cited 2011 January 27].
Available from : http://shehae.blogspot.com/2009/05/glass-ionomer_28.html
20. Baum L, Phillips RW, Lund MR. Buku ajar ilmu konservasi gigi (textbook of operative
dentistry). 3rd Ed. Alih bahasa: Tarigan R. Jakarta : EGC; 1997
Intrusi gigi pendukung, perubahan yang terjadi dimana posisi gigi pendukung,
3
4
5
Perbedaan gerakan gigi dan implan dapat menyebabkan berbagai bentuk kegagalan
pemakaian gigi tiruan jembatan dukungazn gigi dan implan. Usaha yang paling penting
untuk diperhatikan dalam mencegah berbagai bentuk kegagalan tersebut adalah dengan
mencegah terjadinya tekanan berlebihan pada pendukung gigi tiruan jembatan yang
timbul akibat perbedaan pergerakan tersebut.
Sumber :
Tylman SD. Construction of Pontics For Fixed Partial Dentures: Indications, Types,
and Materials. In Theory and Practice of Crown and Fixed Partial Prosthodontics.
6th ed. Saint Louis: CV Mosby 1970: 26, 165, 650-81.