Anda di halaman 1dari 25

Klasifikasi Gigi Tiruan Jembatan

Gigi tiruan jembatan terdiri dari tiga macam, yaitu:


1 Traditional Fixed Bridge
Jenis ini adalah jenis yang paling sering digunakan dan terdiri dari pontik yang
dihubungkan dengan mahkota porselen pada gigi- gigi tetangga atau implant
gigi. Pontic biasanya terbuat dari porselen-metal atau keramik. Pontic bersifat
2

permanen dan tidak bisa dipindahkan.


Gigi Tiruan Jembatan Resin Atau Marryland Bridges
Gigi tiruan ini digunakan untuk menggantikan gigi hilang dimana gigi tersebut
terdapat pada bagian depan dan pada gigi tetangga masih sehat atau tidak
terdapat tambalan yang besar. Gigi yang akan diganti terbuat dari porselen dan
terdapat sayap metal yang dapat direkatkan pada bagian belakang gigi agar tidak
kelihatan dari depan.

Gambar 21. Conventional Marryland-upper arch.1


3

Gigi Tiruan Jembatan Cantilever


Merupakan suatu prosthesis dimana gigi tiruan hanya didukung pada satu sisi
saja oleh satu atau lebih gigi abutment (penyangga).1

Gambar 22. Anterior Cantilever Bridge.1

Gambar 23. Posterior Cantilever Bridge.1

Gambar 24. Cantilever Bridge: Pandangan Oklusal.1


Sumber : Barclay, C.W; Walmsley, A.D. 1998. Fixed and Removable
Prosthodontics.Birmingham: Churcill Livingstone.

Komponen Gigi Tiruan Jembatan

Gigi tiruan jembatan terdiri dari dari beberapa komponen, yakni sebagai berikut.

Gambar 1. Komponen-komponen Gigi Tiruan.


1

Retainer

Merupakan bagian dari gigi tiruan jembatan yg menghubungkan gigi tiruan tersebut
dengan gigi penyangga. Fungsinya:
a

Memegang/menahan (to retain) supaya gigi tiruan tetap stabil di tempatnya.

Menyalurkan beban kunyah (dari gigi yang diganti) ke gigi penyangga.

Macam-macam retainer:
a

Extra Coronal Retainer


Yaitu retainer yang meliputi bagian luar mahkota gigi, dapat berupa:
1

Full Veneer Crown Retainer


Indikasi:

Tekanan kunyah normal/besar

Gigi-gigi penyangga yang pendek

Intermediate abutment pasca perawatan periodontal

Untuk gigi tiruan jembatan yang pendek maupun panjang


Keuntungan

Indikasi luas

Memberikan retensi dan resistensi yg terbaik

Memberikan efek splinting yg terbaik


Kerugian:

Jaringan gigi yg diasah lebih banyak


Estetis kurang optimal (terutama bila terbuat dari all metal)

Gambar 3. Extra Coronal Retainer


2

Partial Veneer Crown Retainer


Indikasi :

Gigi tiruan jembatan yang pendek

Tekanan kunyah ringan/normal

Bentuk dan besar gigi penyangga harus normal

Salah satu gigi penyangga miring

Gambar 4. Partial Veneer Crown Retainer


Keuntungan

Pengambilan jaringan gigi lebih sedikit

Estetis lebih baik daripada FVC retainer

Kerugian:

Indikasi terbatas

Kesejajaran preparasi antar gigi penyangga sulit

Kemampuan dalam hal retensi dan resistensi kurang

Pembuatannya sulit (dlm hal ketepatan).

Intra Coronal Retainer


Yaitu retainer yang meliputi bagian dalam mahkota gigi penyangga.

Bentuk:

Onlay

Inlay MO/DO/MOD

Indikasi:

Gigi tiruan jembatan yang pendek

Tekanan kunyah ringan atau normal

Gigi penyangga dengan karies kelas II yang besar

Gigi penyangga mempunyai bentuk/besar yang normal

Keuntungan:

Jaringan gigi yang diasah sedikit

Preparasi lebih mudah

Estetis cukup baik

Kerugian:

Indikasi terbatas

Kemampuan dlm hal retensi resistensi kurang

Mudah lepas/patah

Gambar 5. Intra Coronal Retainer Bentuk Onlay.


c

Dowel retainer
Adalah retainer yang meliputi saluran akar gigi, dengan sedikit atau tanpa jaringan
mahkota gigi dengan syarat tidak sebagai retainer yang berdiri sendiri.

Indikasi:
a

Gigi penyangga yang telah mengalami perawatan syaraf

Gigi tiruan pendek

Tekanan kunyah ringan

Gigi penyangga perlu perbaikan posisi/inklinasi

Keuntungan:

Estetis baik

Posisi dapat disesuaikan

Kerugian:
Sering terjadi fraktur akar

Gambar 6. Dowel Retainer.


2

Pontik

Merupakan bagian dari gigi tiruan jembatan yang menggantikan gigi asli yang hilang
dan berfungsi untuk mengembalikan:
Fungsi kunyah dan bicara
Estetis
Comfort (rasa nyaman)
Mempertahankan hubungan antar gigi tetangga mencegah migrasi / hubungan
dengan gigi lawan ektrusi
Berikut adalah klasifikasi pontik, antara lain:
a

Berdasarkan bahan
Berdasarkan bahan pembuatan pontik dapat diklasifikasikan atas:3
1 Pontik logam
Logam yang digunakan untuk membuat pontik pada umumnya terdiri dari alloy,
yang setara dengan alloy emas tipe III. Alloy ini memiliki kekuatan dan
kelenturan yang cukup sehingga tidak mudah menjadi patah atau berubah
bentuk (deformasi) akibat tekanan pengunyahan. Pontik logam biasanya dibuat
untuk daerah-daerah yang kurang mementingkan faktor estetis, namun lebih
2

mementingkan faktor fungsi dan kekuatan seperti pada jembatan posterior.


Pontik porselen
Pontik jenis ini merupakan pontik dengan kerangka dari logam sedangkan
seluruh permukaannya dilapisi dengan porselen. Pontik ini biasanya
diindikasikan untuk jembatan anterior dimana faktor estetis menjadi hal yang

utama. Pontik porselen mudah beradaptasi dengan gingival dan memberikan


nilai estetik yang baik untuk jangka waktu yang lama.
3 Pontik akrilik
Pontik akrilik adalah pontik yang dibuat dengan memakai bahan resin akrilik.
Dibandingkan dengan pontik lainnya, pontik akrilik lebih lunak dan tidak kaku
sehingga membutuhkan bahan logam untuk kerangkanya agar mampu menahan
daya kunyah / gigit. Pontik ini biasanya diindikasikan untuk jembatan anterior
4

dan berfungsi hanya sebagai bahan pelapis estetis saja.


Kombinasi Logam dan Porselen
Pontik ini merupakan kombinasi logam dan porselen dimana logam akan
memberikan kekuatan sedangkan porselen pada jenis pontik ini memberikan
estetis. Porselen pada bagian labial/bukal dapat dikombinasikan dengan logam
yang bertitik lebur tinggi (lebih tinggi dari temperature porselen). Tidak berubah
warna jika dikombinasikan dengan logam, sangat keras, kuat dan kaku dan
mempunyai pemuaian yang sama dengan porselen. Porselen ditempatkan pada
bagian labial/bukal dan daerah yang menghadap linggir, sedangkan logam
ditempatkan pada oklusal dan lingual. Pontik ini dapat digunakan pada jembatan

anterior maupun posterior.


Kombinasi Logam dan Akrilik
Pada kombinasi logam dan akrilik ini, akrilik hanya berfungsi sebagai bahan
estetika sedangkan logam yang memberi kekuatan dan dianggap lebih dapat
diterima oleh gingival sehingga permukaan lingual/palatal dan daerah yang
menghadap gusi dibuat dari logam sedangkan daerah labial/bukal dilapisi dengan
akrilik.

Berdasarkan hubungan dengan Jaringan Lunak


1 Pontik Sanitary
Pada pontik ini, dasar pontik tidak berkontak sama sekali dengan linggir alveolus
sehingga terdapat ruangan/jarak antara dasar pontik dengan linggir alveolus (1-3
mm), dan permukaan dasar pontik cembung dalam segala aspek. Tujuan
pembuatan dasar pontik ini adalah agar sisa-sisa makanan dapat dengan mudah
dibersihkan. Adanya bentuk pontik yang demikian mengakibatkan kekurangan

dalam hal estetis sehingga hanya diindikasikan untuk pontik posterior rahang
bawah.4

Gambar 7. Pontik Sanitary


2

Pontik Ridge Lap


Bagian labial/bukal dari dasar pontik berkontak dengan linggir alveolus
sedangkan bagian palatal menjauhi linggir ataupun sedikit menyentuh mukosa
dari linggir. Hal ini mengakibatkan estetis pada bagian labial/bukal lebih baik,
dan mudah dibersihkan pada bagian palatal. Walaupun demikian menurut
beberapa hasil penelitian, sisa makanan masih mudah masuk ke bawah dasar
pontik dan sulit untuk dibersihkan. Pontik jenis ini biasanya diindikasikan untuk
jembatan anterior dan posterior.4

Gambar 8. Pontik Ridge Lap


3

Pontik Conical Root


Pontik conical root biasanya diindikasikan untuk jembatan imediat yang
dibuatkan atas permintaan pasien yang sangat mengutamakan estetis dalam
kegiatan sehari-hari. Pontik ini dibuat dengan cara bagian dasar pontik masuk ke
dalam soket gigi yang baru dicabut kira-kira 2 mm. pontik ini dipasang segera
setelah dilakukannya pencabutan dan pada pembuatan ini tidak menggunakan
restorasi provisional.4

Gambar 9. Pontik Conical Root.


3

Konektor (Connector)
Merupakan bagian dari gigi tiruan jembatan yang menghubungkan pontik dengan

retainer, pontik dengan pontik atau retainer dengan retainer sehingga menyatukan bagianbagian tersebut untuk dapat berfungsi sebagai splinting dan penyalur beban kunyah.
Terdapat 2 macam konektor, yakni:
1. Rigid connector
2. Non Rigid Connnector
4

Penyangga (Abutment)

Sesuai dgn jumlah, letak dan fungsinya dikenal istilah:


1

Single abutment hanya mempergunakan satu gigi penyangga

Double abutment bila memakai dua gigi penyangga

Multiple abutment bila memakai lebih dari dua gigi penyangga

Terminal abutment

Intermediate/pier abutment

Splinted abutment

Double splinted

Gambar 10. Contoh Gambar Double Abutment dan Terminal Abutment.

Gambar 11. Contoh Gambar Intermediet/ Pier Abutment


Sumber :
Tylman SD. Construction of Pontics For Fixed Partial Dentures: Indications, Types,
and Materials. In Theory and Practice of Crown and Fixed Partial Prosthodontics.
6th ed. Saint Louis: CV Mosby 1970: 26, 165, 650-81.

Syarat Gigi Penyangga

1
2

Harus merupakan gigi yang vital


Apabila telah dirawat endodontik dan tidak ada gejala yang dibuktikan secara radiografi

3
4

bahwa obturasi saluran akar hermetis maka dapat dijadikan sebagai gigi penyangga.
Harus memiliki struktur mahkota gigi
Apabila tidak ada lagi mahkota, struktur dapat dibantu dengan dowel core atau pin

retainer amalgam atau pasak resin komposit.


Gigi yang sudah dirawat dengan pulp capping, sebaiknya di PSA saja baru dibuat jadi

6
7
8

gigi penyangga
Jaringan pendukung gigi haru seht dan bebas dari inflamasi\
Gigi penyangga tidak mengalami mobiliti
Akar gigi harus memiliki syarat sebagai berikut :
a. Crown root ratio
2:3 atau minimal 1:1
b. Konfigurasi akar
Lebar labiolingual>mesiodistal (lonjong) lebih baik
Akar konvergen, berfungsi dan berberntuk konus tidak baik
c. Area ligamen periodontal
Permukaan gigi luas lebih baik perlekatannya dengan ligamen periodontal

Sumber: Shilinburg, HTJ; Hobo, S; Whitsett; Jacobi R; Brackett SE. Fundamental of Fixed
Prosthodontics 3rd Ed. Chicago:Quintessence. 2003.p.89-92.

Prinsip Preparasi Gigi Penyangga


Untuk memperoleh suatu desain preparasi yang baik, preparasi harus mengikuti 5
prinsip dasar yang saling berkaitan oleh karena kelimanya memiliki kepentingan utama
yang sama. Prinsip dasar tersebut adalah:
1
2
3
4
5

Pemeliharaan struktur gigi


Bentuk retensi dan resistensi
Daya tahan dari restorasi
Integritas tepi restorasi
Pemeliharaan jaringan periodonsium

Pengambilan jaringan gigi yang terlalu banyak pada saat preparasi akan
menghasilkan bentuk yang terlalu runcing atau terlalu pendek sehingga memberi akibat
yang kurang baik terhadap retensi maupun resistensi dari restorasi, dan mencederai pulpa.
Untuk maksud tersebut maka perlu penguasaan aspek anatomi gigi dalam preparasi gigi.
Kekuatan dasar dari retensi adalah terletak pada dua permukaan aksial yang
berlawanan, yang berimplikasi pada kelancipan atau taper-nya hasil preparasi. Ada 4 faktor
yang harus diperhatikan pada waktu melakukan preparasi gigi yang mempengaruhi retensi,
yaitu derajat kemiringan, luasnya daerah permukaan lapisan semen, daerah yang mengalami
gesekan, dan kekasaran permukaan preparasi.
Permukaan preparasi hendaknya jangan terlalu halus dipoles karena daya adesi dari semen
gigi tergantung terutama pada kekasaran permukaan yang akan bersatu dengannya. Makin
kasar permukaan, daya adesi semen gigi dapat berfungsi makin baik.

Tahap-tahap preparasi gigi penyangga


1
Pembuatan galur
Untuk gigi anterior, galur proksimal dapat dibuat dengan baik bila gigi
bagian labiopalatal cukup tebal. Galur berguna untuk mencegah pergeseran ke
lingual atau labial dan berguna untuk mendapatkan ketebalan preparasi di daerah
tersebut. Galur pada gigi anterior dapat dibuat dengan bur intan berbentuk
silinder.
2

Preparasi bagian proksimal


Tujuannya untuk membuat bidang mesial dan distal preparasi sesuai dengan
arah pasang jembatannya. Selain itu untuk mengurangi kecembungan permukaan
proksimal yang menghalangi pemasangan jembatan. Preparasi bagian proksimal
dilakukan dengan menggunakan bur intan berbentuk kerucut. Pengurangan bagian

proksimal membentuk konus dengan kemiringan 5-100.


3 Preparasi permukaan insisal atau oklusal
Pengurangan permukaan oklusal harus disesuaikan dengan bentuk tonjolnya.
Preparasi permukaan oklusal unruk memberi tempat logam bagian oklusal

pemautnya, yang menyatu dengan bagian oklusal pemaut. Dengan demikian, gigi
terlindungi dari karies, iritasi, serta fraktur.
4 Preparasi permukaan bukal atau labial dan lingual
Pengurangan permukaan bukal menggunakan bur intan berbentuk silinder.
Preparasi permukaan bukal bertujuan untuk memperoleh ruangan yang cukup untuk
logam pemaut yang memberi kekuatan pada pemaut dan supaya beban kunyah dapat
5
6

a
b
c
d
e

disamaratakan.
Pembulatan sudut preparasi bidang aksial
Pembentukan tepi servikal.
Batas servikal harus rapi dan jelas batasnya untuk memudahkan pembuatan
pola malamnya nanti. Ada beberapa bentuk servikal:
Tepi demarkasi (feater edge)
Tepi pisau (knife edge)
Tepi lereng (bevel)
Tepi bahu liku (chamfer)
Tepi bahu (shoulder)

Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan GTJ


Keuntungan dari pemakaian gigi tiruan jembatan adalah sebagai berikut.
1 Karena dilekatkan pada gigi asli maka tidak mudah terlepas atau tertelan.
2 Dirasakan sebagai gigi sendiri oleh pasien.
3 Tidak mempunyai klamer yang dapat menyebabkan keausan pada permukaan email
4
5

gigi, karena tiap kali dilepas dan dipasang kembali di dalam mulut.
Dapat mempunyai efek splint yang melindungi gigi terhadap stress.
Menyebarkan tekanan fungsi ke seluruh gigi sehingga menguntungkan jaringan
pendukungnya.

Namun, gigi tiruan juga memiliki beberapa kerugian dalam pemakaiannya, yakni:
Kerusakan gigi dan pulpa
Dalam preparasi gigi penyangga untuk gigi tiruan sebagian yang tepat
mungkin diperlukan pengambilan jaringan gigi yang sehat. Kerusakan ini meskipun
diindikasikan namun sebaiknya tidak diabaikan. Masalahnya tidak terlalu serius jika
gigi yang digunakan untuk mendukung jembatan yang telah direstorasi atau
dimahkotai.

Jika sebuah gigi dipreparasi, dapat berbahaya terhadap pulpa meskipun


pendinginan bur telah dilakukan.2 Ada beberapa perlakuan tambahan terhadap pulpa
saat gigi dipreparasi untuk jembatan. Beberapa desain preparasi untuk dua atau lebih
gigi yang dibuat paralel terhadap satu sama lainnya dan jika giginya berbeda tipis
dengan kesejajaran posisi, usaha untuk preparasi paralel bisa melibatkan pengurangan
lebih banyak dalam satu bagian gigi daripada jika preparasi tersebut untuk mahkota
dan sangat membahayakan pulpa.
Dengan insiden karies yang terjadi pada banyak negara dan pendekatan yang
konservatif terhadap restorasi kedokteran gigi, situasi meningkat lebih lazim dalam
hal gigi penjangkar untuk jembatan yang tidak direstorasi atau yang hanya sedikit
direstorasi.
b

Karies sekunder
Gigi tiruan jembatan dapat membawa resiko kebocoran mikro dan
karies.Resiko ini secara signifikan meningkat pada pasien dengan insidensi karies
yang tinggi.
Sumber :
Smith,Bernard G N;Howe, Leslie C. 2007. Planning and Making Crown and
Bridges, 4th ed. New York: Informa Healthcare.

Indikasi dan Kontraindikasi GTJ

1
2
3
4
5
6

Indikasi pembuatan gigi tiruan jembatan adalah sebagai berikut.


Kehilangan satu atau lebih gigi geligi asli
Gigitan dalam (deep bite)
Gigi penyangga memerlukan restorasi
Diastema abnormal, besarnya ruangan protesa kurang dari normal
Gigi penyangga memerlukan penanggulangan berupa stabilisasi atau splint
Terdapat diastema pasca perawatan.
Kontraindikasi untuk embuatan gigi tiruan jembatan adalah:
- OH yg tdk terpelihara
- Physical handicap
- Indeks karies yg tinggi
- Cross-bite, malposisi, progeni
- Migrasi atau ekstrusi yg parah

Tahap Perawatan GTJ


Tahap-tahap Pembuatan
Pembuatan gigi tiruan jembatan ini terdiri dari beberapa bagian, yaitu sebagai
berikut.5
1 Preparasi
Preparasi merupakan suatu tindakan pengerindaan atau pengasahan gigi
untuk tujuan menyediakan tempat bagi bahan restorasi mahkota tiruan atau sebagian
pegangan gigi tiruan jembatan.5
Tujuan preparasi:5
Menghilangkan daerah gerong
Memberi tempat bagi bahan retainer atau mahkota
Menyesuaikan sumbu mahkota
Memungkinkan pembentukan retainer sesuai bentuk anatomi
Membangun bentuk retensi
Menghilangkan jaringan yang lapuk oleh karies jika ada
1

a Persyaratan preparasi5
Kemiringan dinding-dinding aksial
Preparasi dinding aksial yang saling sejajar terhadap poros gigi sulit untuk
menentukan arah pemasangan. Disamping itu, semen juga sulit keluar dari tepi
retainer sehingga jembatan tidak bisa duduk sempurna pada tempatnya. Untuk
itu, dibuat kemiringan yang sedikit konus ke arah oklusal. Craige (1978)
mengatakan bahwa kemiringan dinding aksial optimal berkisar 10-15 derajat.
Sementara menurut Martanto (1981), menyatakan bahwa kemiringan maksimum
dinding aksial preparasi 7 derajat. Sedangkan Prayitno HR (1991) memandang
kemiiringan dinding aksial preparasi 5-6 derajat sebagai kemiringan yang paling
ideal. Kemiringan yang lebih kecil sulit diperoleh karena dapat menyebabkan
daerah gerong yang tidak terlihat dan menyebabkan retainer tidak merapat ke
permukaan gigi. Retensi sangat berkurang jika derajat kemiringan dinding aksial
preparasi meningkat.

Kegagalan pembuatan jembatan akibat hilangnya retensi sering terjadi bila


kemiringan dinding aksial preparasi melebihi 30 derajat. Preparasi gigi yang
terlalu konus mengakibatkan terlalu banyak jaringan gigi yang dibuang sehingga
dapat menyebabkan terganggunya vitalitas pulpa seperti hipersensitifitas,
pulpitis, dan bahkan nekrose pulpa. Kebanyakan literatur mengatakan
kemiringan dinding aksial preparasi berkisar 5-7 derajat, namun kenyataaannya
sulit dlicapai karena faktor keterbatasan secara intra oral.
2

Ketebalan preparasi
Jaringan gigi hendaklah diambil seperlunya karena dalam melakukan
preparasi kita harus mengambil jaringan gigi seminimal mungkin. Ketebalan
preparasi berbeda sesuai dengan kebutuhan dan bahan yang digunakan sebagai
retainer maka ketebalan pengambilan jaringan gigi berkisar antara 1-1,5 mm
sedangkan jika menggunakan logam porselen pengambilan jaringan gigi berkisar
antara 1,5 2 mm.
Pengambilan jaringan gigi yang terlaluy berlebihan dapat menyebakan
terganggu vitalitas pulpa seperti hipersensitivitas pulpa, pulpitis, dan nekrosis
pulpa. Pengamnbilan jaringan yang terlalu sedikit dapat mengurangin retensi

retainer sehingga menyebabkan perubahan bentuk akibat daya kunyah.


Kesejajaran preparasi
Preparsi harus membentuk arah pemasangan dan pelepasan yang sama antara
satu gigi penyangga dengan gigi penyangga lainnya. Arah pemasangan harus
dipilih yang paling sedikit mengorbankan jaringan keras gigi, tetapi dapat

menyebabkan jembatan duduk sempurna pada tempatnya.


Preparasi mengikuti anatomi giigi
Preparasi ynag tidak mengikuti anatomi gigi dapat membahayakan vitalitas
pulpa juga dapat mengurangi retensi retainer gigi tiruan jembatan tersebut.
Preparasi pada oklusal harus disesuaikan dengan morfologi oklusal. Apabila
preparsai tidak mengukuti morfologi gigi maka pulpa dapat terkena sehingga

menimbulkan reaksi negatif pada pulpa.


Pembulatan sudut-sudut preparasi

Preparasi yang dilakukan akan menciptakan sudut-sudut yang merupakan


pertemuan dua bidang preparasi. Sudut-sudut ini harus dibulatkan karena sudut
yang tajam dapat menimbulkan tegangan atau stress pada restorasi dan sulit
dalam pemasangan jembatan.
2

Pencetakan
Sebelum pencetakan dilakukan, keadaan geligi dan jaringan lunak sekitarnya perlu

dicek, apakah semua dalam keadaan sehat dan bebas dari radang. Terdapat berbagai
macam bahan cetakan, seperti: hidrokoloid, rubber base, polysulfide rubber base,
silicon rubber base, dan polyeter rubber base.
3

Pembuatan die/model kerja


Die adalah reproduksi positif dari gigi yang telah dipreparasi dan yang dibuat dari

bahan stone gips keras atau logam atau plastik. Menurut hubungan dengan model kerja
die dibagi menjadi solitair die dan removable die.5
4

Pembuatan Pola Lilin

Yang diartikan dengan pola lilin atau wax-pattern ialah: suatu model dari retainer atau
restorasi yang dibuat dari lilin yang kemudian direproduksi menjadi logam atau akrilik.5
-

Tujuan pembuatan pola lilin :5

Mendapatkan retainer atau restorasi yang tepat, pas dan mempunyai adaptasi yang
sempurna dengan preparasi.
Memperoleh bentuk anatomi.
Menghasilkan suatu coran (casting) yang merupakan reproduksi yang tepat (bentuk
dan ukuran) dari pola lilin itu.
Mencapai hubungan yang tepat dengan gigi sebelahnya dan gigi lawan.
-

Membuat pola lilin dapat dengan cara :5

Langsung (direct).
Tidak langsung (indirect).
Langsung - tidak langsung (direct indirect).
-

Lilin pola

Lilin pola sebagai model di kedokteran gigi mempunyai sifat sanggup dibentuk
dalam seadaan plastis pada suhu antara cair dan kaku.5
Ada 2 macam tipe lilin pola yang biasa dipakai :5
-

Untuk cara langsung dipilih type 1 yang mempunyai sifat menjadi sangat plastis
pada suhu sedikit lebih tinggi di atas suhu mulut, sehingga dapat memasuki sela-sela

preparasi.
Untuk pola-pola indirect sebaiknya dipakai type II yang membeku keras pada suhu
kamar.

Bahan Sementasi GTJ


SEMEN LUTING GLASS IONOMER
Semen ionomer kaca atau nama generik dari sekelompok bahan yang menggunakan
bubuk kaca silikat dan larutan asam poliakrilat. Bahan ini mendapatkan namanya dari

formulanya yaitu suatu bubuk kaca dan asam ionomer yang mengandung gugus karboksil.
Semen ini juga disebut sebagai semen polialkenoat. 15
Penggunaan semen ionomer kaca telah meluas antara lain sebagai bahan perekat,
bahan base, bahan restoratif untuk restorasi konservatif kelas I dan II, membangun badan
inti, dan sebagai penutup pit dan fisura. 15
Ada tiga jenis semen ionomer kaca berdasarkan formulanya dan potensi
penggunaannya. Tipe I untuk bahan perekat, Tipe II untuk bahan restorasi, dan tipe III untuk
basis. Juga ada semen ionomer kaca yang pengerasannya dilakukan oleh sinar. Jenis ini juga
disebut sebagai semen ionomer kaca modifikasi resin sebab melibatkan resin yang
dikeraskan sinar dalam formulanya. 15
Karena sifatnya yang melekat secara kimiawi dengan jaringan keras gigi dan
melepaskan fluoride dalam jangka waktu yang cukup lama, penggunaan semen ionomer
kaca menjadi semakin luas. Keuntungan adanya fluor di dalamnya membuat semen ionomer
kaca sangat cocok untuk restorasi pada gigi sulung di anterior terutama untuk bagian
proksimal. Akan tetapi tidak dianjurkan untuk restorasi pada gigi molar sulung. 16

Keuntungan penggunaan semen ionomer kaca 16


Perlekatan yang bagus dengan struktur gigi
Retensi cukup tinggi
Mampu melepaskan fluoride
Biokompatibel
Preparasi minimal dan waktu kerja yang singkat.
Kekurangan semen ionomer kaca 15,16
Lebih rentan terhadap keausan dibanding komposit
Mudah larut dalam saliva
Kasar
Sensitif terhadap air pada saat setting time.
Kurang estetis dibandingkan komposit

Semen ionomer kaca pertama kali diperkenalkan sebagai bahan pelapik, dan tidak
lama kemudian, bahan-bahan ini digunakan sebagai luting agent. 17
Selain itu, semen ionomer kaca yang tersedia sebagai luting agent dirumuskan
sebagai bahan semen ionomer kaca tradisional, dan sebagai resin-versi modifikasi.
Formulasi ini banyak digunakan oleh dokter dalam beberapa tahun terakhir, baik karena
sifat fisik, dan karena kemudahan penggunaan dalam hal sifat penanganan.
ZINC PHOSPHATE CEMENT
Luting agent tradisional ini terus menjadi populer untuk restorasi tuang. Luting
agent ini memiliki kekuatan yang memadai pada ketebalan sekitar 25 m, berada dalam
batas toleransi yang diperlukan untuk membuat restorasi tuang, dan waktu kerja yang
normal. 14
Kelebihan bahan ini dapat dengan mudah dihilangkan. Efek toksik dari zink fosfat
atau lebih khususnya asam fosforik telah banyak dilaporkan. Namun, keberhasilan
penggunaan bahan ini pada pulpa secara klinis dapat diterima selama masih dalam batas
normal dan preparasi tidak terlalu dekat dengan dasar kavitas (pulpa). 14

BAHAN SEMEN LUTING LAIN


Bahan luting yang ideal memiliki waktu kerja / setting yang panjang, perlekatan
yang baik antara stuktur gigi dengan permukaan restorasi, tidak bersifat toxic terhadap
pulpa, dan memiliki kekuatan yang adekuat. 14
Beberapa bahan semen lain yang dapat digunakan sebagai luting adalah : 14
1

Zinc Polycarboxylate Cement


Semen ini merupakan salah satu semen yang baru dan memebrikan bukti perlekatan
yang baik pada komponen kalsium dari strukutur gigi. Walaupun agak sulit
dimanipulasi, semen ini memiliki potensi untuk adesi klinis ke ion-ion kalsium pada
email dan dentin. 20

Resin-modified Glass Ionomer Cement


Diantara semen luting

yang popular, Resin-modified Glass Ionomer Cement

memiliki solubilitas yang rendah, adesi, dan mikroleakage yang rendah. Bahan ini
menjadi popular karena keuntungan yang didapatkan yaitu berkurangnya sensitifitas
setelah sementasi. 14
3

Composite Resin
Semen ini hanya digunakan pada kasus-kasus tertentu karena pengerutan waktu
pengerasan yang besar, kecenderungan mengiritasi pulpa, kecenderungan terjadi
kebocoran mikro, dan karakteristik manipulasi yang jelek. 20

Resin Adesif

Evaluasi jangka panjang dari bahan ini belum ada sehingga tidak dapat direkomendasikan
untuk digunakan secara rutin. Bahan ini dapat diindikasikan jika sebuah tambalan terlepas
karena kurangnya retensi. 14
Sumber :
14. Rosenstiel SF, Land MF, Fujimoto J. Contemporary fixed prosthodontics. 3 rd Ed. St. Louis :
Mosby; 2001. P. 205-12, 765-9
15. Anusavice KJ. Phillips science of dental materials. Ed.10. Philadelphia: W.B. Saunders
Company; 1996. P.274, 365, 449, 470-2
16. ._____. Glass ionomer. [serial on the internet]. 28 May 2009 [cited 2011 January 27].
Available from : http://shehae.blogspot.com/2009/05/glass-ionomer_28.html
20. Baum L, Phillips RW, Lund MR. Buku ajar ilmu konservasi gigi (textbook of operative
dentistry). 3rd Ed. Alih bahasa: Tarigan R. Jakarta : EGC; 1997

Evaluasi Kegagalan Perawatan


Adapun beberapa bentuk kegagalan dari pemakaian gigi tiruan jembatan yang dapat
ditemukan antara lain :

Intrusi gigi pendukung, perubahan yang terjadi dimana posisi gigi pendukung,

menjauhi bidang oklusal.


Karies gigi pendukung, umumnya disebabkan karena pinggiran restorasi rtetainer
yang terlampau panjan,kurang panjang atau tidak lengkap serta terbuka. Sebab lain,
yaitu terjadi kerusakan pada bahna mahkota retainer yang lepas, embrasure yang
terlalu sempit, pilihan tipe retainer yang salah, serta mahkota sementara yang

3
4
5

merusajk atau ,mendorong gingival terlalu lama.


Periodontitis jaringan pendukung
Konektor patah.
Penderita mengeluh akan adanya perasaan yang tidak enak. Hal yang dapat
menyebabkan gangguan ini adalah kontak prematur atau oklusi yang tidak sesuai,
bidang oklusi yang terlalu luas dan atau penimbunan sisa makanan antara pontik dan
retainer, tekanan yang berlebih pada gingiva. Daerah servikal yang sakit, shok termis

oleh karena pasien belum terbiasa.


Retainer atau jembatan lepas dari gigi penyangga. Adakalanya satu jembatan yang
lepas secara keseluruhan dapat disemen kembali setelah penyebab dari lepasnya
restorasi tersebut diketahui dan dihilangkan. Jika tidak semua retainer lepas maka
jembatan dikeluarkan dengan cara dirusak dan dibuatkan kembali jembatan yang

baru, jika sesuatu dan kondisi memungkinkan


Jembatan kehilangan dukungan, dapat terganggu oleh karena jembatan, luas
permukaan oklusal, bentuk embrasure, bentuk retainer, kurang gigi penyangga,

trauma pada periodontium dan teknik pencetakan.


Terjadi perubahan pada pulpa, dapat disebabkan oleh cara preparasi, preparasi yan g
tidak dilindungi dengan mahkota sementara, karies yang tersembunyi, rangsangan

dari semen serta terjadinya perforasi.


Jembatan patah. Dapat diakibatkan oleh hubungan oleh shoulder atau bahu yang

tidak baik, teknik pengecoran yang salah serta kelelahan bahan.


10 Kehilangan lapisan estetik
11 Sebab-sebab lain yang menyebabkan jembatan tidak berfungsi
Adapun usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah berbagai kegagalan
tersebut dapat berupa pemilihan jumlah dan distribusi gigi pendukung, aplikasi bahan
pelapis lunak, pemakaian stres absorbing elemen dan pemakaian konektor non rigid.

Perbedaan gerakan gigi dan implan dapat menyebabkan berbagai bentuk kegagalan
pemakaian gigi tiruan jembatan dukungazn gigi dan implan. Usaha yang paling penting
untuk diperhatikan dalam mencegah berbagai bentuk kegagalan tersebut adalah dengan
mencegah terjadinya tekanan berlebihan pada pendukung gigi tiruan jembatan yang
timbul akibat perbedaan pergerakan tersebut.
Sumber :
Tylman SD. Construction of Pontics For Fixed Partial Dentures: Indications, Types,
and Materials. In Theory and Practice of Crown and Fixed Partial Prosthodontics.
6th ed. Saint Louis: CV Mosby 1970: 26, 165, 650-81.

Anda mungkin juga menyukai