Anda di halaman 1dari 6

1.

Kita mengenal adanya metoda Empirisme dan Rasionalisme, juga pemikiran yang bersifat
asumtif dan/atau hipotetik. Bagaimanakah pendapat anda jika hal-hal tersebut tadi diterapkan
untuk :
a. Memahami segala aspek yang berkaitan dengan proses-proses alam (natural process)
meliputi geologi (proses-proses geodinamika) dan perkembangan kehidupan?
b. Landasan konsep berfikir dalam eksplorasi geologi?
Jawab
a. Sebelumnya kita harus memahami terlebih dahulu definisi dua metode tersebut.
Metode Rasionalisme adalah metode yang berdasarkan intuisi atau rasionalitas dari teori yang
sebelumnya telah muncul, menggunakan pendekatan deduksi untuk menjelaskan fenomena alam
mendasarkan pada penalaran logis dengan mengadakan asumsi-asumi atau konsep dari pustaka yang
ada, yang lebih bersifat scholastic dan pelakunya disebut scholar.
Metode Empirisme adalah metode yang berdasarkan observasi/pengamatan lapangan terhadap
fenomena alam atau eksperimen laboratorium, dan penjelasannya menggunakan pendekatan induksi dari
hasil pengamatan lebih mengutamakan pengamatan alami dan eksperimen dan pelakunya disebut
scientist.
Untuk memahami segala aspek yang berkaitan dengan proses-proses alam dan perkembangan
kehidupan, pada dasarnya kita harus menggunakan kedua pendekatan tersebut karena dengan
menggunakan keduanya bisa saling mengisi dan mendukung pada penarikan kesimpulan yang tepat.
Misalnya, ketika kita ingin menganalisis suatu singkapan, sebaiknya terlebih dahulu kita menggunakan
kedua pendekatan rasionalisme dan empirisme, yaitu dengan mengkaji daerah tersebut berdasarkan
literature dan temuan-temuan yang telah ada mengenai daerah tersebut baik itu mengenai litologi,
stratigrafi, struktur dll (pendekatan rasionalisme) dan setelah mempelajari literature kemudian melakukan
pengamatan dan observasi di lapangan. Kedua metode tersebut akan saling mendukung untuk
pengambilan kesimpulan yang lebih tepat.
b. Landasan konsep berfikir dalam eksplorasi geologi
Makna dari konsep eksplorasi itu sendiri adalah sebuah pemikiran sistematis untuk menentukan obyek
dari eksplorasi dan menganalisis obyek tersebut berada di lingkungan yang seperti apa yang biasanya
ditemukan, dan apa petunjuk untuk mengetahuinya.
Untuk melakukan eksplorasi geologi, pada dasarnya sebaiknya menggunakan juga kedua pendekatan
metoda tersebut (rasionalisme dan empirisme) contohnya adalah apabila kita ingin melakukan
eksplorasi pencarian suatu bahan mineral yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi, sebaiknya kita
menggunakan kedua pendekatan rasionalisme dan empirisme, yaitu dengan menentukan jenis mineral
yang akan dicari, dan mencari informasi lingkungan yang seperti apa mineral tersebut biasanya
ditemukan serta mencari informasi petunjuk untuk mendapatkannya, kemudian berdasarkan literature
dan temuan-temuan yang telah ada tersebut langkah berikutnya adalah melakukan pengamatan dan
observasi di lapangan serta mengambil sampel untuk tes laboratorium (pendekatan empirisme). Kedua

metode tersebut akan saling mendukung untuk eksplorasi geologi yang lebih akurat.. Seperti halnya yang
diungkapkan Koesoemadinata (1995), Exploration technology without exploration concept is blind,
exploration concept without exploration technology is lame. Eksplorasi dengan teknologi canggih hanya
akan membabi buta dan tidak efisien jika tidak disertai konsep dan pemahaman yang baik, dan begitu
juga konsep eksplorasi akan menjadi pincang dan lambat berkembang tanpa disertai pelaksanaan
eksplorasi yang baik dan ditunjang oleh teknologi.
2. a. Apakah dasar pemikiran dan hubungan antara pemikiran-pemikiran Steno, William
Smith, dan Soulavie tentang Strata dan perkembangan kehidupan, jelaskan
pendapat saudara.
b. Dengan berkembangnya Sekuen Stratigrafi, apakah konsep dari Steno, Smith, dan
Soulavie tersebut masih berlaku hingga saat ini? Jelaskan dan uraikan dengan
menggunakan contoh.
Jawab
a. Steno (1631-1687): adalah scientist yang menekankan kepentingan pengamatan perlapisan serta
urut-urutannya untuk menentukan waktu geologi, dan muncul dengan prinsip Steno (Hukum
Superposisi, Hukum Kontinuitas Lateral dan Hukum Asal Horizontal) yang menyebutkan bahwa jika
suatu lapisan batu belum terdeformasi, maka lapisan yang lebih bawah merupakan lapisan yg lebih
awal terbentuk dan memiliki umur yang lebih tua.
William Smith (1769-1839): Dia ditugaskan untuk mengukur kedudukan lapisan-lapisan batubara di
tambang terbuka di Somersetshire, dan mengamati bahwa lapisan batubara yang sama disertai oleh
fosil-fosil (kerang) yang sama dan mendapatkan kesimpulan bahwa strata batuan dapat dibedakan
berdasarkan fosilnya. Pengetahuannya untuk mengenali perlapisan batuan dengan kandungan
fosilnya bermanfaat untuk meramalkan jenis batuan yang akan di gali, dan memperkaya
pengetahuannya mengenai stratigrafi daerah tersebut.
J.L. Giraud-Soulavie (1752-1813): Dia mempelajari formasi gamping di pegunungan Vivarais di
Perancis Selatan dan menemukan bahwa dia menetapkan adanya aturan yang dianggapnya
universal dan dikenal sekarang dengan Law of Faunal Succession: Makin tua umur lapisan, maka
kumpulan fosil yang dikandungnya

makin tidak menyerupai fauna dan flora yang masih hidup

sekarang, atau makin muda umur lapisan batuan, maka fosil yang dikandungnya akan lebih banyak
mengandung species yang masih hidup sekarang.
Dasar dan hubungan dari ketiganya adalah menggunakan pendekatan Empirisme dimana
ketiganya melakukan pengamatan terlebih dahulu dan setelah observasi mendalam, kemudian
menyimpulkan hasil pengamatannya serta kesamaannya meneliti mengenai adanya perubahan
fenomena geologi seiring berjalannya waktu.
b. Dengan berkembangnya Sekuen Stratigrafi, konsep dari ketiganya masih berlaku. Pada dasarnya
Sistem/ klasifikasi stratigrafi ini berkembang dengan munculnya metoda seismic dalam penelitian

stratigrafi. Dasar dari sistim ini adalah assumsi bahwa terjadi "breaks" dalam rekaman stratigrafi
secara alamiah yang bersifat synchron pada semua penampang stratigrafi diseluruh dunia yang
disebabkan oleh turun-naiknya muka air laut eustatik global. Sekuen stratigrafi menunjukkan
bahwa terdapat urutan atau perulangan dari lapisan-lapisan berdasarkan adanya fenomena diatas.
Urutan atau perulangan tersebut masih mengikuti prinsip-prinsip yang dikemukakan oleh Steno,
Smith dan Soulavie. Konsep prinsip Steno yang mengemukakan Hukum Superposisi masih
digunakan dalam sekuen stratigrafi, begitu juga prinsip Smith dan Soulavie yang menekankan
tentang fosil. Dasarnya adalah chronostratigrafi dimana tiap layer lapisan mencerminkan perbedaan
layer waktu. Contohnya adalah adanya system deposit sedimen berdasarkan urutan naik-turunnya
muka laut yaitu Transgressive Systems Tract/TST (biasanya terdepositkan saat level muka air laut
meningkat), Highstand Systems Tract/HST (biasanya terdepositkan saat level muka air laut masih
tinggi setelah mengalami tinggi maksimum) dan Regressive Systems Tract (RST) dan Lowstand
Systems Tract (LST) yang terdepositkan saat muka air laut turun. Walaupun terdapat sekuens atau
perulangan akibat naik-turunnya air laut, tapi hukum superposisi, Strata can be distinguished by their
characteristic fossils dan Law of Faunal Succession masih tetap berlaku.

3. a. Bagaimanakah hubungan antara creationism dengan pembentukan bumi dan bagaimanakah


pula dengan evolusi? Jelaskan dan uraikan.
b. Ada hubungan yang erat antara Evolusi Paeontologi Stratigrafi, jelaskan hubungan
tersebut?
Jawab

a. Faham creationism lahir dari kepercayaan orang zaman dahulu mengenai proses-proses alam
dikaitkan dengan mitos-mitos kepercayaan yang ada. Faham creationism terjadi juga pada
permulaan zaman rennaissance dimana pengaruh gereja sangat kuat, sehingga kecenderungannya
adalah mencocokkan teori terjadinya bumi dengan amanat yang tertera di dalam Kitab Injil agama
Kristen. Salah satu contoh adalah penggambaran bahwa gempa bumi merupakan keadaan ketika
kerbau yang menyangga Bumi pada tanduknya melakukan sebuah gerakan yang kemudian
menimbulkan guncangan pada Bumi. Faham creationism mengungkapkan bahwa proses-proses
alam dan penciptaan bumi merupakan hasil dari kejadian seketika (aktual).
Sedangkan faham evolusi menilai bahwa pembentukan bumi memiliki tahapan-tahapan tertentu dan
melalui proses waktu yang cukup lama (bertolak belakang dengan pandangan creationism), diawali
dari reaksi kimia dalam bentuk gas, dengan temperatur dan tekanan tinggi berubah menjadi
larutan/cair pijar dan ketika terjadi penurunan tekanan dan temperatur melalui proses pembekuan
berubah menjadi padat. Ilmu pengetahuan menunjukkan dating batuan tertua yang pernah ditemukan
di Bumi, terbentuk + 4,5 milyar tahun yang lalu sedangkan matahari dan tata surya kita telah berumur

+ 6 milyar tahun. Ada selang antara yang memberikan waktu bagi terbentuknya Bumi secara
bertahap (evolusi).
b. Evolusi paleontology - stratigrafi
Materi dari evolusi dapat dipelajari dari paleontology yang merupakan ilmu yang mempelajari
perkembangan kehidupan dari jaman purba. Sebaliknya, dengan memahami evolusi, dapat
menjelaskan perkembangan suatu organisme yang terekam dalam paleontologi.
Perkembangan suatu organisme yang terekam dalam paleontologi dapat seiring dengan proses
sedimentasi yang membentuk kerangka stratigrafi suatu wilayah dalam ruang dan waktu. Dengan
demikian maka proses evolusi juga dapat berkaitan dan menjelaskan perkembangan kerangka
stratigrafi suatu wilayah berdasarkan aspek kehidupannya (biostratigrafi). Hal ini karena
pembentukan fosil adalah seiring dengan pembentukkan batuan sedimen di sekitarnya, sehingga
penentuan umur perlapisan batuan akan lebih dapat dipercaya kebenarannya.

4. a. Uraikan dan jelaskan konsep dasar tentang model dan pemodelan (geologi) serta
aplikasinya untuk eksplorasi geologi (mineral,migas, dsb)
b. Ada beberapa factor yang mengontrol dan berpengaruh pada kebijakan pengembangan dan
pengelolaan Sumberdaya Energi dan Endapan Mineral yang berkaitan dengan kebijakan
global maupun regional.Uraikan dan jelaskan pendapat saudara.
Jawab
a. Definisi dari model itu sendiri yaitu representasi yang lebih simple dari kenyataan, atau representasi
ideal dari suatu kelompok, atau representasi ideal dari suatu system nyata agar mempermudah untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. Sehingga pemodelan adalah usaha untuk mempermudah
mencapai tujuan dengan membuat representasi yang lebih simple dari kenyataan.
Dalam konteks geologi, model menyediakan framework untuk mengorganisir atau mestrukturkan
studi tentang geologi. Contohnya adalah model Bouma/turbidite, model Allen/delta, model
Mississippi Delta, dll.
Aplikasi pemodelan untuk eksplorasi geologi diantaranya bisa berupa simulasi system petroleum,
forward modeling eksplorasi maupun inverse modeling dan masih banyak lagi.
b. Beberapa factor yang mengontrol dan berpengaruh adalah:

Faktor Geologi, dimana proses geologi akan sangat mengontrol kelimpahan sumberdaya alam
dan hal ini akan sangat berpengaruh pada kebijakan pengembangan dan pengelolaan Sumberdaya
Energi dan Endapan Mineral

Faktor Teknologi, dimana kemajuan teknologi sangat berpengaruh terhadap hasil maksimal yang
mungkin didapatkan dan keuntungan produksi yang dapat diraih sehingga tinggi-rendahnya teknologi

akan berpengaruh besar terhadap kebijakan pengembangan dan pengelolaan Sumberdaya Energi
dan Endapan Mineral

Faktor Ekonomi, melibatkan harga pasar yang berantung pada jumlah supply dan demand kasus
nyatanya adalah harga minyak yang semakin meningkat saat permintaan meningkat.

Faktor Politik : bergantung pada kebijakan baik itu undang-undang maupun kebijakan monopoli
ataupun embargo dari Negara global akan sangat berpengaruh terhadap kebijakan pengembangan
dan pengelolaan Sumberdaya Energi dan Endapan Mineral

5. Apakah yang saudara ketahui tentang elemen-elemen yang terdapat dalam gambar ini,
jelaskan pula keterkaitan dari masing-masing elemen tersebut.

Fakta adalah kenyataan yang terobservasi dan teramati, hipotesis adalah hasil usaha untuk
menjelaskan hubungan antara beberapa fakta yang teramati, sedangkan teori merupakan sebuah
penjelasan mengenai hubungan antara beberapa fenomena yang teramati dan telah terbukti
kebenarannya ataupun telah diakui secara luas.
Maksud dari bagan yang pertama adalah dari hasil kenyataan/fenomena yang terobservasi, dapat
diajukan satu beberapa hipotesis yang kemudian hipotesis tersebut diuji dan apabila telah terbukti
atau disepakati kebenarannya maka akan dapat dikatakan sebagai teori. Maksud bagan tersebut
juga menyatakan bahwa dari fakta, harus menghasilkan hipotesis terlebih dahulu, tidak bisa
langsung dibuat sebuah teori.

Hipodigma adalah hasil pengamatan atau fenomena yang keseluruhan atau holistik, sedangkan
paradigma merupakan tinjauan yang lebih spesifik terhadap sebagian dari keseluruhan. Sementara
itu interpretasi adalah suatu simpulan yang ditarik dari fenomena keseluruhan dengan mengunakan
asumsi-asumsi tertentu.
Bagan kedua mengungkapkan suatu interpretasi (simpulan) dapat ditarik dari keseluruhan fenomena
yang ada (hipodigma) kemudian dispesifikkan dengan menganalisis sebagian yang menjadi focus,
atau bisa juga interpretasi bisa langsung diambil dari hipodigma tanpa melewati paradigm terlebih
dahulu.
Pada bagan ketiga, fakta adalah fenomena/kenyataan yang teramati atau terobservasi, dan
deskripsi

adalah

hasil

suatu

usaha

untuk

menggambarkan

atau

menjelaskan

suatu

fenomena/kenyataan. Komparasi adalah suatu perbandingan antara sebuah nilai dengan nilai
lainnya, sedangkan teori merupakan sebuah penjelasan mengenai hubungan antara beberapa
fenomena yang teramati dan telah terbukti kebenarannya ataupun telah diakui secara luas
Bagan ketiga mengungkapkan bahwa dapat disimpulkan bahwa berdasarkan fenomena yang
teramati maka dapat disusun suatu deskripsi yang mencoba menggambarkan atau menjelaskan
fakta-fakta yang ada. Setelah itu dilakukan komparasi antara deskripsi yg telah disusun dengan
keseluruhan fenomena yg teramati, dan setelah diuji dapat digunakan sebagai teori.
Daftar Pustaka

Koesoemadinata, R.P.; Catatan Kuliah Geokonsep; Penerbit ITB; Bandung.


Slide Kuliah Mata kuliah Geokonsep 2008; Prof. Yahdi Zaim.

Anda mungkin juga menyukai