Anda di halaman 1dari 15

DRAFT MAKALAH

DARI HASIL PENELITIAN MANDIRI (2018) - Batuan Mafik dan Ultramafik di


Komplek Melange Lok Ulo, Karangsambung, Kebumen Jawa Tengah

TINJAUAN KETERDAPATAN BATUAN MAFIK DAN


ULTRAMAFIK SEBAGAI KOMPONEN “ASING” DALAM
KOMPLEKS MELANGE LUK-ULO – KARANGSAMBUNG
JAWA TENGAH

Johanes Hutabarat1)
1)
Laboratorium Geokimia dan Geotermal, FTG-UNPAD

Sari
Kompleks Melange Luk-Ulo merupakan kumpulan dari blok-blok batuan
sedimen, batuan beku dan batuan metamorfik yang tercampur secara tektonik
yang mana masing-masing blok-nya di batasasi oleh sesar. Batuan-batuan
tersebut biasanya sangat terekahkan (highly fractured) dan terhancurkan
(disrupted) serta dapat tercampur bersama-sama dalam skala lokal sehingga
dinamakan melange (Bahasa Perancis untuk "campuran" atau "bauran"). Blok-
blok batuan tersebut baik yang "selingkungan" (native) maupun "asing" (exotic)
berukuran kecil hingga beberapa ratus meter tertanam dalam masa-dasar
lempungan abu-abu atau hitam yang telah tergeruskan.
Blok-blok batuan beku berupa himpunan batuan mafik terdiri dari gabro,
diabas dan basal berstruktur bantal; dan ultramafik mencakup batuan harsburgit
terserpentinitkan, serpentinit, dan lersolit, secara umum tersingkap di bagian
selatan daerah Komplek Melange Luk-Ulo yang dimasukan kedalam Unit Blok-
blok Asing Dalam Melange oleh Asikin. Berdasarkan adanya hubungan genesis
atau ko-genesis masing-masing batuannya, maka himpunan batuan mafik dan
ultramafik ini dinamakan sebagai Ofiolit Karangsambung Utara.

Kata kunci : Batuan mafik-ultra mafik, melange Lok-Ulo, ofiolit

Pendahuluan
Melanges telah menjadi perhatian yang menarik dan kontroversial bagi
ahli geologi, sejak Greenly (1919) pertama kali memperkenalkan “autoclastic
mélange” (mélange atau "bancuh/percampuran" (“mixture”), Perancis, "é" yang
di beri tanda aksen tidak harus). Istilah 'melange' pertama kali di kemukan oleh
Greenly (1919) untuk menggambarkan unit batuan yang sangat terganggu di
Wales Utara (Kepulauan Anglesy). Setelah di perkenalkan kembali oleh Hsu
(1968), istilah melange telah diterapkan di seluruh dunia untuk menunjukkan
batuan bancuh (chaotic), bongkah dalam matriks (block-in-matrix). Ada ribuan
publikasi tentang berbagai aspek melange, kontribusi yang lebih banyak telah di
publikasikan pada campuran batuan lainya yang secara geologi kompleks dari
bongkah-bongkah batuan yang kompeten tertanam dalam batuan matriks (matrix
rocks) yang lebih lemah, seperti batuan sesar, lahar, dan batuan terlapukan. Secara
khusus, istilah melange telah digunakan untuk menunjukkan unit batuan yang
berhubungan dengan subduksi dari kerak samudera di wilayah sirkum-Pasifik,
seperti pantai barat Amerika Serikat, Selandia Baru, dan Jepang.
Sejak istilah melange di gunakan untuk wilayah sirkum-Mediterania,
istilah ini telah diterapkan untuk berbagai jenis batuan bancuh yang mengandung
berbagai ciri-ciri khusus (Camerlenghi dan Pini 2009 dan referensi di dalamnya),
yang di hasikan dari siklus yang berkepanjangan dari peretakan (rifting),
pengapungan (drifting), subduksi samudera (oceanic subduction), kolisi benua
(continental collision), dan deformasi intrakontinental (intracontinental
deformation); berbeda dari melange Pasifik yang hampir secara eksklusif
berhubungan dengan subduksi. Selain itu, istilah melange kerap kali mendampingi
atau pengganti untuk istilah yang lebih tradisional, seperti wildflysch, schistes a
blocs, agglomerates, argille scagliose, dan olistostromes (lihat Camerlenghi dan
Pini 2009 dan referensi di dalamnya). Sebagian besar dari semua istilah tersebut
menunjukkan bancuh, kebanyakan batuan blok dalam matriks, berhubungan
dengan asal sedimen, asal sedimen-tektonik yang kompleks, dan/atau lumpur
diapirisme (Hsu 1968, 1973, Abbate et al. 1970; Elter dan Trevisan 1973, Naylor
1981; Pini, 1999; Dela Pierre et al. 2007; Camerlenghi dan Pini 2009).
Daerah Karangsambung, atau lebih dikenal sebagai daerah Luh-Ulo, Jawa
Tengah yang meliputi daerah seluas kurang lebih 30 x 10 km2, yang juga
merupakan bagian dari wilayah sirkum Pasifik, di jumpai himpunan batuan
berumur Pra-Tersier yang di tafsirkan sebagai kompleks melange Lok Ulo
(Gambar 1), hasil penunjaman lempeng samudera Hindia ke bawah lempeng
benua Eurasia selama zaman Kapur Atas sampai Paleosen (Asikin, 1974).
Tujuan dari makalah ini adalah untuk menggambarkan secara singkat
litologi penyusun komponen dalam melange Kompleks Melange Luk-Ulo, yang
ditekankan pada komponen melenge batuan “asing” mafik dan ultramafik.

Landasan Teori
Pengertian Melange dan Batuan Beku Ultramafik
Ahli geologi Inggris, Edward Greenly (1861-1951) memperkenalkan
istilah 'melange', yang berarti 'campuran/bancuh' (‘mixture’) ke dalam bahasa
geologi pada tahun 1919 dalam laporan ilmiahnya (memoir) pada geologi
Anglesey (Wales utara) di Inggris Raya. Edward Greenly menciptakan istilah baru
ini untuk membedakan unit batuan campuran yang di bentuk oleh proses tektonik
dari wildflysch yang dibentuk oleh proses sedimen-gravitasi, yang sebagian besar
di deskripsikan di Pegunungan Alpen menurut Kaufmann (Kaufmann 1886).
'Mélange' selanjutnya digunakan oleh ahli geologi Inggris, E.B. Bailey untuk
menggambarkan percampuran tektonik sangat besar (very large tectonic mixtures)
di Turki (Bailey dan McCallien, 1950, Sengör dan Sakinҫ 2001), dan kemudian
secara independen di perkenalkan kembali dan di definisikan ulang pada tahun
1968 oleh Kenneth Jinghwa Hsu, untuk menggambarkan batuan kompleks
Fransiskan, California yang sering di bandingkan dengan batuan Torlesse.
Definisi menurut Hsu’s bahwa mélanges adalah tubuh batuan terdeformasi yang
terpetakan di cirikan oleh kungkungan campuran fragmen atau blok secara
tektonik, yang dapat berkisar hingga beberapa mil panjangnya, dalam matriks
berbutir halus yang tergerus secara menyeluruh/kuat (pervasively), dan umumnya
pelitik. Setiap melange mencakup bongkah asing (exotic) dan selingkungan
(native) serta matriks. Blok selingkungan adalah lapisan getas (brittle) terganggu
yang dulunya lapisan antara (interbedded) dengan matriks terdeformasi secara
lentur (ductilely). Blok asing adalah inklusi tektonik yang terlepas dari beberapa
satuan stratigrafi-batuan asing ke tubuh utama melange. Tubuh lapisan-lapisan
(strata) yang hancur (broken) tidak mengandung blok asing akan tetapi serupa
dengan melange, di definisikan sebagai "broken formation" (Hsu, 1968).
Olistostrome juga merupakan campuran tidak teratur (disordered), akan tetapi
kejadianntya disebabkan oleh longsoran bawah laut sedimen yang tidak
terkonsolidasi (submarine sliding of unconsolidated sediments).
Tubuh melange terletak di lebih dari 60 negara, umumnya dalam sistem
pegunungan modern dan purba (Medley, 1994). Tubuh melange yang terkenal
berada di Kompleks Fransiskan (Franciscan Complex) yang mencakup sekitar
sepertiga dari California Utara. Banyak ahli geologi telah menjelaskan berbagai
aspek melange Fransiskan, seperti Berkeland et al., (1972), Fox (1983), Cloos
(1990), Blake dan Jones (1974), Raymond (1984), Cowan (1985), dan Hsu (1985).
Melanges Fransiskan merupakan laboratorium lapangan yang luar biasa bagi ahli
geologi untuk mempelajari tektonik margin konvergen (convergent margin
tectonics). Melange Fransiskan serupa dengan melange di tempat lain di dunia
dalam hal kemunculan, sifat dan masalahnya yang ada secara global.
Batuan ultramafik telah mendapat banyak perhatian dalam beberapa tahun
terakhir, karena beberapa darinya dianggap mewakili sampel mantel yang
biasanya tidak dapat diakses. Batuan ultramafik dicirikan dengan kandungan
olivin magnesian (Mg2Si-O4) tinggi dan SiO2 yang rendah (kurang dari 45 wt.%)
dan ditemukan di
berbagai lingkungan batuan beku di seluruh dunia. Kebanyakan batuan ultramafik
mempunyai karakteristik baik sebagai batuan beku plutonik maupun batuan
metamorf, dan batuan yang ditemukan di kerak mencakup jenis batuan beku dan
metamorf, sedangkan yang dari mantel adalah batuan metamorf. Banyak batuan
ultramafik saat ini yang tersingkap di permukaan bumi hanya sedikit, dan sangat
terekristalisasi / terserpentinisasi selama emplacement tektonik atau pengangkatan.
Sebagian besar batuan ultramafik awalnya peridotit, terbentuk di mantel
atas, dan kemudian terubah menjadi serpentinit, secara sempurna ataupun
sebagian, oleh fluida kerak selama perjalanannya ke posisi tektoniknya saat ini.
Batuan ultramafik di bagian kerak bumi yang tampak, khas terdapat dalam tubuh
relatif kecil di jalur sempit orogen sedang hingga kuat. Singkapan batuan
ultramafik dapat menempati ratusan kilometer persegi atau kira-kira sekecil
sampel setangan yang tergabung ke dalam zona sesar.
Contoh umum batuan ultramafik adalah peridotites dan pyroxenites dari
kompleks alpine, berlapis; komatites dan basalt ultramafik dari sikuen Greenstone.
Batuan ultramafik, mulai dari komposisi dunit sampai harzburgit hingga lherzolite,
cenderung menunjukkan baik cumulate, tectonite (Raymond, 2002) maupun
penggantian tekstur (Kubo, 2002).
Batuan ultramafik (terutama peridotit dan serpentinit) terdistribusi di
seluruh dunia (Goff & Lackner 1998), yang paling sangat besar dan tersebar luas
adalah peridotites Alpine yang membentuk alas sikuen ofiolit, yaitu lemping
kerak samudera terangkat dan tererosi sepanjang zona subduksi sekarang dan
masa lalu, dan batas lempeng (Coleman 1977). Peridotit alas mewakili keratan
(slices) mantel atas Bumi yang terlepas yang tersingkap oleh proses tektonik
(Dickinson dkk. 1996). Karena peridotit alas terjadi sebagian besar di sepanjang
lempeng atas zona subduksi sekarang dan masa lalu, ofiolit ditemukan sebagai
jalur di sebagian besar dunia, mempunyai dimensi singkapan terputus-putus
maksimum 100 x 1000 km. Dilihat dalam skala singkapan ternyata batuan
ultramafik alas di sabuk ofiolit ditemukan sebagai pita-pita memanjang dan
fragmen-fragmen yang sejajar dengan struktur geologi regional. Proses tektonik
yang menjadikan ofiolit dan singkapan fragmen-fargmen memanjang mantel
peridotit atas sangatlah kompleks dan biasanya memerlukan waktu beberapa juta
tahun untuk mencapainya (Coleman 1977). Menggunakan teori tektonik lempeng,
proses ini relatif mudah untuk memvisualisasikan secara umum, tetapi boleh jadi
sulit untuk memvisualisasikan saat memeriksa tubuh ultramafik di lapangan.

Metode Penelitian
Metoda yang digunakan dalam penelitian ini mencakup :
1. Studi pustaka, dilakukan terhadap berbagai literatur tentang melange dan hasil
penelitian geologi sebelumnnya baik yang dipublikasikan maupun yang tidak
dipulikasikan oleh institusi pemerintah dan perguruan tinggi.
2. Melakukan peninjaunan lapangan pada lokasi singkapan komplek melange
Luk-Ulo, Karangsambung, terutama pada lokasi-lokasi yang telah ditetapkan
sebagai Kawasan Cagar Alam Geologi dan lokasi-lokasi yang biasa dijadikan
kunjungan lapangan bagi mahasiswa berbagai perguruan tinggi.
3. Menggabungkan semua data yang didapat untuk mencoba membuat suatu
tafsiran yang umum.
Tatanan Geologi Umum Geologi Daerah Karangsambung (Luh-Ulo)
Daerah Karangsambung memiliki luas sekitar 30 x 10 km2 dan merupakan
bagian Pegunungan Serayu Selatan yang telah mengalami pengerosian paling
dalam, di tempat mana tersingkap batuan Pra-Tersier. Karangsambung adalah
salah satu dari tiga daerah di Jawa, dimana singkapan batuan Pra-Tersier berada.
Dua daerah lainnya adalah Ciletuh di Jawa Barat dan Bayat (Pegunungan Jiwo) di
Jawa Tengah .
Kerangka geologi daerah Karangsambung dicirikan oleh tatanan struktur
dan stratigrafi yang kompleks. Di daerah tersebut berbagai jenis litologi , fasies,
dan umur batuan berselingan dan berubah dengan cepat. Sejak pertama kali diteliti,
sejumlah hipotesis dan spekulasi telah dikemukakan oleh para geologiwan
Belanda (a.l. Harloff, 1933) untuk menjelaskan tatanan geologi yang kompleks
tersebut. Model evolusi tektonik Jawa Tengah terbaru yang didasarkan pada Teori
Tektonik Global (Asikin, 1974) menunjukkan bahwa kompleks berbagai satuan
batuan yang ada di daerah Karangsambung merupakan kumpulan melange
tektonik dan sedimenter. Kompleks melange itu ditafsirkan sebagai produk
konvergensi Lempeng India-Australia dengan Lempeng Asia yang berlangsung
sejak Akhir Kapur hingga Paleosen (55 juta tahun y.l). Proses pencampuran dan
deformasi kumpulan bancuh (melange) itu diperkirakan merupakan suatu
konsekuensi dari subduksi yang kemudian diikuti oleh penggerusan Lempeng
India-Australia di bawah Lempeng Asia (Asikin, 1991).
Bagian utara dari daerah Karangsambung merupakan daerah yang
sebagian besar dialasi oleh melange tektonik, sedangkan daerah sebelah selatan
umumnya dialasi oleh melange sedimenter dan turbidit. Kedua bagian daerah
tersebut dipisahkan oleh suatu zona sesar. Kumpulan batuan di sebelah utara zona
sesar tersusun oleh litologi yang sangat bervarasi serta tidak memiliki pola
stratigrafi dan struktur koheren termasuk ke dalam Kompleks Melange Luh-Ulo
yang berumur Akhir Kapur hingga Paleosen. Bagian selatan daerah
Karangsambung dialasi oleh melange sedimenter, olistostrom Karangsambung
dan Totogan, yang ditutupi secara tidak selaras oleh Formasi Waturanda dan
Formasi Totogan yang merupakan turbidit vulkaniklastik dan klastik. Batuan-
batuan tersebut diendapkan dalam suatu taji melange akrasioner (Asikin, 1991).
Di daerah Karangsambung dapat dikenal paling tidak dua himpunan sesar
utama: Pertama, sistem yang berarah baratlaut-tenggaran; Kedua, sistem yang
berarah hampir utara-selatan. Sistem sesar yang pertama dipandang merupakan
jejak-jejak atau sisa-sisa sesar naik di dalam suatu zona imbrikasi dari baji
akrasioner yang terjadi selama proses penujaman lempeng berlangsung,
sedangkan sistem yang kedua dipandang merupakan produk tegasan kompresi
utara-sel atan yang terjadi kemudian. Tegasan utara-selatan itu juga merupakan
penyebab terbentuknya lipatan-lipatan yang berarah barat-timur (Asikin, 1991).
Hasil Pembahasan dan Diskusi

Komplek Melange Luk-Ulo


Litologi
Himpunan batuan berumur Pra-ersier yang tesingkap di daerah
Karangsambung, Kebumen, Jawa Tengah, yang kemungkinannya merupakan
formasi batuan tertua di Pulau Jawa, telah diusulkan oleh Asikin (1974) sebagai
satuan tektono-stratigrafi (Gambar 1) yang diberi nama Kompleks Melange Luk-
Ulo. Kompleks melange ini merupakan suatu campuran batuan sedimen, batuan
beku, dan batuan metamorf yang terkumpulkan dan tergeruskan akibat gaya
tektonik. Studi rinci dari Kompleks Melange Luk-Ulo di daerah Karangsambung
telah dibuat oleh Asikin (1974), dan Prasetyadi (2005). Asikin (1974) membagi
Kompleks Melange Luk-Ulo menjadi tiga unit, yaitu : unit melange Jatisamit, unit
melange Seboro dan blok-blok asing dalam melange.
Kompleks Melange Luk-Ulo merupakan kumpulan dari blok-blok batuan
sedimen, batuan beku dan batuan metamorfik yang tercampur secara tektonik
yang mana masing-masing blok-nya di batasasi oleh sesar (Wakita, 2002).
Batuan-batuan ini biasanya sangat terekahkan (highly fractured) dan terhancurkan
(disrupted) serta dapat tercampur bersama-sama dalam skala lokal sehingga
dinamakan melange (Bahasa Perancis untuk "campuran" atau "bauran"). Blok-
blok batuan tersebut baik yang "selingkungan" (native) maupun "asing" (exotic)
berukuran kecil hingga beberapa ratus meter tertanam dalam masa-dasar
lempungan abu-abu atau hitam yang telah tergeruskan (Asikin, 1974, 1994).
Blok-blok batuan sedimen terutama tersingkap di bagian selatan daerah
Komplek Melange Luk Ulo yang termasuk kedalam unit Melange Jatisamit
(Asikin, 1974). Batuannya terdiri dari perselingan batuan pelitik dan batupasir
serta batupasir greywacke dan meta-greywacke (Asikin, 1974); atau perlapisan
batulempung silikaan dan batupasir terdeformasi yang masih memperlihatkan
sebagian perlapisan aslinya yang disebut sebagai broken formation oleh
Harsolumakso dkk. (1995). Batuan sedimen lainnya, terdapat hanya di beberapa
tempat, berupa sedimen pelagos yang terdiri dari rijang berselingan dengan
batugamping merah-jingga.
Blok-blok batuan beku berupa himpunan batuan mafis terdiri dari gabro,
diabas dan basal berstruktur bantal; dan ultramafis mencakup batuan harsburgit
terserpentinitkan, serpentinit, dan lersolit, secara umum tersingkap di bagian
selatan daerah Komplek Melange Luk-Ulo yang dimasukan kedalam Unit Blok-
blok Asing Dalam Melange oleh Asikin (1974). Berdasarkan adanya hubungan
genesis atau ko genesis masing-masing batuannya, maka himpunan batuan mafis
dan ultramafis ini oleh Suparka (1988) dinamakan sebagai Ofiolit
Karangsambung Utara.
Gambar 1. Unit melange Jatisamit; unit melange Seboro dan Blok asing dalam
melange

Gambar 3. Kolom Stratigraphic Komplek Melange Lok Ulo (modifikasi dari


Wakita, 2000).
Studi rinci dari Himpunan batuan mafis-ultramafis ini telah dilakukan oleh
Suparka (1988). Di dalam pembahasannya Suparka menyebutkan bahwa
himpunan batuan mafis-ultramafis (ofiolit) tersingkap dengan baik di Sungai
Pakuruhan, Curugdawa, Medana, Lokidang dan Parakansubah, disebelah utara
desa Karangsambung dengan pola penyebarannya berarah timurlaut-baratdaya
serta memperlihatkan kontak tektonik dengan satuan batuan di sekitarnya. Batuan
ultramafis terutama terdiri dari harsburgit terserpentinkan dan serpentinit yang
sebagaian besar telah terubah cukup kuat dan umumnya terkoyakkan cukup kuat,
ditandai oleh warna hijau kehitaman-mengkilat akibat penggerusan/milonitisasi
yang sangat kuat sehingga menghasilkan antara lain mineral serpentinit
dengan/tanpa klorit; pada beberapa tempat batuan ultramafis juga dijumpai berupa
bongkah-bongkah atau boudin yang memperlihatkan orientasi tertentu (umumnya
berarah timurlaut-baratdaya) sebagai akibat deformasi yang kuat tersebut. Batuan
mafisnya terdiri dari gabro, diabas dan basalt. Gabro kebanyakan terdiri dari gabro
masif; gabro berlapis hanya dijumpai pada beberapa lokasi yang berasosiasi
dengan batuan ultramafis. Diabas merupakan retas yang memotong komplek
gabro masif. Basalt merupakan anggota kompleks ofiolit yang terbanyak, ditandai
oleh singkapan berwarna hitam, kadang-kadang agak kehijauan atau kemerahan
dan memperlihatkan struktur bantal. Hampir semua batuan yang tercakup di
dalam komplek ofiolit memperlihatkan kontak sesar dan gejala deformasi yang
kuat.
Selanjutnya penulis yang sama, di dalam pembahasannya menyimpulkan
bahwa Ofiolit Karangsambung Utara tergolong jenis ofiolit terpisah-pisah
(dismembered ophiolite) dan telah mengalami proses malihan dari fasies zeolit,
sekis hijau dan amfibolit serta berafinitas toleit yang merupakan bagian dari
punggung tengah samudera berumur Kapur Akhir. Di dalam komplek ofiolit ini
kadang-kadang dijumpai bongkah-bongkah batuan sedimen (batulempung,
batupasir ataupun batugamping-rijang merah, konglomerat) dan batuan metamorf
(meta kuarsit, marmer, sekis mika, sekis amfibol, sekis glaukofan).
Blok-blok batuan metamorf sebagain besar tersingkap di bagian utara
daerah Komplek Melange Luk Ulo dan dimasukkan kedalam unit Melange Seboro
(Asikin, 1974). Batuan metamorfnya terdiri dari mulai dari yang berderajat rendah
sampai sedang seperti filit, sekis kristalin, dan marmer sampai yang berderajat
tinggi seperti eklogit dan sekis biru (sekis glaukofan).
Batuan metamorf derajat-rendah filit tersingkap dengan baik di Sungai
Luh-Ulo, G. Sipako, Desa Trenggulun, nampak berwarna kelabu hingga abu-abu,
kelabu tua, berfoliasi dengan banyak pecahan kwarsa (Tjia, 1966); berjenis filit
grafitan (graffitic phyllite), berfoliasi planar, setempat-setempat memperlihatkan
lipatan mikro, juga memperlihatkan adanya efek gerusan yang sangat kuat
(milonitisasi) (Asikin, 1974, 1994). Sekis terutama tersingkap di daerah selatan
Kali Sapi, Kali Bermali, dan Desa Lamuk, berjenis sekis kuarsa-muskovit dan
sekis silimanit; sedangkan sekis yang tersingkap di Kali Brengkok dan Kali
Loning yang umumnya berjenis sekis kuarsa-muskovit mengandung garnet
(Prasetyadi, 2005). Marmer merupakan bagian kecil dari komponen melange yang
tersingkap di Gunung Pencil, Desa Totogon, secara megaskopis berwarna putih-
putih kemerahan, abu-abu terang, kehijauan dan abu-abu (Asikin, 1974, 1994).
Dalam beberapa marmer, terbentuk dari batugamping pasiran, perlapisan
terawetkan sebagai lapisan butiran bulat magnetit atau ilmenit; sedangkan lainnya,
marmer dan sekis merupakan antarlapisan, menunjukkan bahwa material asalnya
selipan batugamping dan batupasir (Ketner, et al., 1976). Batuan metamorf
derajat-tinggi dijumpai sebagai berangkal di Kali Muncar, Desa Seboro, terdiri
dari eklogit, sekis glaukofan dan serpentinit (Asikin, 1974, 1994; Prasetyadi,
2005). Adanya berangkal-berangkal batuan metamorf ini menunjukkan bahwa
asalnya sebagai bongkah tektonik kecil didalam serpentinit tergerus sepanjang
zona sesar yang terdiri dari batuan sekis glaukofan, amfibolit garnet, eklogit
lawsonite dan batuan sekis jadeit-kwarsa-glaukofan (Miyazaki et al., 1998).

Komponen Melange : batuan “asing” Serpentinit


Serpentinit merukan salah satu komponen “asing” melange yang tidak umum
dalam Melange Luk-Ulo. Di beberapa tempat serpentinit terdapat sebagai blok
terisolasi, kecil dan di tempat lain dijumpai sebagai blok berukuran besar.
Singkapan yang paling luas dari serpetinit berada di pinggir jalan yang menuju
Kampung Seboro, pada sisi barat jalan, dekat Desa Pucangan sekitar 10 km
baratlaut UPT Karangsambung. Singkapannya membentuk morfologi perbukitan
rendah yang memanjang ke arah barat-timur. Secara megaskopis serpentinit
berwarna hijau sampai kehitaman, terasa sangat licin dan memiliki kilau lilin;
pada beberapa batuan yang berwarna hijau tua tampak seolah-olah seperti dipoles.

Singkapan serpentinit umumnya nampak terbreksikan secara kuat, sehingga


singkapannya terlihat sebagai bongkah-bongkah dengan bentuk menyudut dan
membaji didalam masa dasar batuan yang sama yang juga tergeruskan dengan
kuat; terkekarkan dengan kuat, dengan bidang-bidang kekar yang licin
mengindikasikan adanya efek gerusan. Serpentinit ini berdasarkan hasil analisis
petrografi merupakan hasil ubahan dari batuan beku peridotit (lersolit atau
harsburgit) (Suparka, 1988); dan telah dikenai dua fase metamorfisma yaitu: fasa
metamorfisma pertama disebabkan oleh kontak dengan lingkungan laut selama
pembentukannya, sedangkan fasa metamorfisma kedua berkaitan dengan
penujaman dan penganjakkan (Asikin, 1974; 1994).

Peridotit, batuan ultramafis, adalah batuan paling melimpah di litosfer.


Penampang melintang khas dari litosfer samudera menunjukkan peridotit ada di
bagaian bawah yang mengalasi kumulat transisi ke gabro, retas saluran basalt
bantal, dan rijang atau batugamping (Gambar 2). Gabro dan basalt terbentuk
sebagai respon atas peleburan sepihak dari peridotit selama divergensi pada
pematang samudera. Peridotit terdiri dari lebih dari 40% olivin dan dapat
mengandung piroksen-orto, piroksen-klino, dan spinel dan/atau garnet (Best dan
Christensen, 2001). Tiga jenis utama dari peridotit berdasarkan komposisi modal
olivin dan piroksen adalah dunit, harzburgit, dan lherzolit (Gambar 3).

Gambar 2. Penampang melintang bagian ofiolit seperti yang didefinisikan oleh


Penrose field conference (Anonymous, 1972; Best dan Christiansen,
2001; Moores, 2002). Penampang melintang tebalnya sekitar 5 km.

Gambar 3. Kalsifikasi peridotit IUGS terdiri dari olivin, piroksen-orto, dan


piroksen-klino (Le Maitre, 1989).
Dimana litosfer samudera mendingin dan kemudian tenggelam di zona subduksi
di bawah lempeng yang kurang padat, peridotit tersubduksi mencapai kedalaman
di mana terkena tekanan tinggi dan suhu. Proses subduksi dan divergen
merupakan siklus di mana batuan mantel terkena perbedaan tekanan dan suhu, dan
sebagian meleleh. Namun, siklus ini sering terganggu oleh kolisi yang terjadi pada
batas lempeng konvergen, selama peridotit dapat/mungkin terobduksi ke atas
kerak yang ringan (Gambar 4). Fragmen dari litosfer samudera terobduksi disebut
ofiolit dan banyak contoh tersingkap pada batas lempeng konvergen saat ini dan
purba (Cox et al., 1984; Moores, 2002; Spaggiari et al., 2004). Jarang, intrusi
ultramafik membawa batuan mantel ke litosfer (Karson et al., 1983; Reiners et al.,
1996). Hidrasi peridotit membuat serpentinit, batuan dengan sifat reologi dan fisik
yang berbeda. Pemekaran tengah samudera dan obduksi memfasilitasi pertemuan
peridotit dan air.

Gambar 4. Model tektonik untuk penempatan serpentinit (Wakabayashi dan Dilek,


2003; Oakley et al., 2007). (a). Penempatan Tethyan atau kolisi, (b).
Penempatan Cordilleran atau akresi, (c). Penenpatan pematang-palung,
(d). Serpentinit seamounts dekat palung, (e). Detail dari (d)
menunjukkan penempatan diapir lumpur.
Serpentinisasi adalah proses di mana mineral-mineral ultramafis berubah menjadi
mineral serpentine. Serpentinit adalah batuan metamorf yang terbentuk dari
hidrasi peridotit, serta gabro, marmer, dan dolomit silikaan pada kondisi
metamorfik derajat-rendah (O'Hanley, 1996). Dalam protolith peridotit, olivin dan
piroksen terubah menjadi lizardit, krisotil, dan antigorit, yang merupakan mineral
pembentuk batuan serpentinit. Lizardit dan krisotil ditemukan di batuan sub-fasies
sekis hijau (O'Hanley, 1996). Sedangkan antigorit adalah mineral serpentin yang
hanya hadir dalam serpentinit fasies sekis hijau dan amfibolit (Evans, 1977),
lizardit dan antigorite hadir dalam serpentinit fasies sekis biru (O'Hanley, 1996).
Pada umumnya lizardite terbentuk pada suhu 50-300°C oleh hidrasi peridotit,
krisotil dalam urat dan penggantian terbentuk pada suhu 0-400°C, sedangkan
pembentukan antigorit oleh rekristalisasi dari peridotit dan hidrasi peridotit pada
suhu 250-600°C (Evans, 2004), (Gambar 5).

Gambar 5. Diagram PT untuk mineral serpentine (Evans, 2004). Daerah


berbayang menunjukkan ketidakpastian di lokasi reaksi. Liz =
lizardite, Tlc = bedak, Atg = antigorite, Brc = Brucite, Fo =
Forsterite.

Selama serpentinisasi air mengalir melalui retakan dan batas butiran yang
mempengaruhi bagian luar batuan kemudian berjalan menuju bagian dalam.
Serpentinisasi meningkatkan volume dari batuan yang terpengaruh (O'Hanley,
1992). Dalam banyak contoh, bagian tengah massa batuan yang terserpentinkan
sebagian, atau sama sekali tidak terserpentinkan, karena kurangnya air yang
mencapai ke bagian tengah massa batuan. Perbedaan serpentinisasi dan perubahan
parsial dalam volume dari bagian luar sampai ke bagian dalam massa batuan
menimbulkan pola inti (kernel pattern) di mana bagian inti kurang terserpentinkan
dan bagian tepinya diisi oleh urat-urat serpentin dan retakan (fracture) (Gambar 6)
(O'Hanley, 1992). Dengan demikian, perubahan ini membuat heterogenetitas yang
didefinisikan oleh derajat serpentinisasi yang berbeda-beda di seluruh batuan.

Gambar 6. Pola Kernel di mana inti dikelilingi oleh tepi yang lebih
terserpentinkan, urat-urat dan retakan yang dihasilkan oleh
serpentinisasi yang berbeda (dimodifikasi dari O'Hanley, 1992).
Pola garis-bersilang mewakili tepi terserpentinkan. Pola dengan
kotak hitam merupakan inti tak terserpentinkan. Pita-pita hitam
merupakan retakan.

Proses pembentukan dan penempatan serpentinit telah dipelajari dalam


tatanan geologi yang berbeda (O'Hanley, 1996; Oakely et al., 2007).
Serpentinisasi dapat terjadi pada pematang samudera pemekaran-lambat dan
terutama di sepanjang pematang-sesar transform (Aumento dan Loubat, 1971;
Hébert et al., 1990; Charlou et al., 1998). Tubuh serpentinit umumnya dialih
tempatkan (emplaced) selama obduksi dari ofiolit dimana apungan litosfer
samudera tersesar naikan ke atas lempeng yang melindasnya (overriding)
(O'Hanley, 1996; Wakabayashi dan Dilek, 2003; Gambar 3a). Jika ofiolit itu
dialih tempatkan sebagai bagian dari melange, maka potongan litologi-litologi
yang berbeda dapat terpecah dan tergabung ke dalam massa yang terobduksi
(Gambar 3b, dan c).
Serpentinisasi juga dapat terjadi dalam xenolith peridotit dalam basalt,
dalam intrusi ultramafis, dan endapan kimberlite (O'Hanley, 1996; Stripp et al.,
2006). Dehidrasi lemping menunjam di bawah mukabusur dan air yang mengalir
melalui retakan dalam mukabusur yang meluas dapat terserpentinkan sebagian
baji mantel (mantel wedge) yang mengakibatkan diapirs lumpur (mud diapirs)
serpentinit (Oakley et al., 2007). Lumpur serpentinit dapat terbentuk dari reduksi
ukuran butir dari serpentinit massif selama pensesaran di bawah mukabusur.
Diapir lumpur serpentin telah dijelaskan dari mukabusur Palung Mariana (Fryer et
al., 1985; Gambar 3d, dan e). Selama diapirisme, serpentinit naik secara vertikal
karena perbedaan kerapatan antara serpentinit dan batuan di atasnya (Boillot et al.,
1980; Reston et al., 2001). Jika serpentinit tersingkap, maka rentan untuk pecah,
dan nendat (slump) menuruni lereng membentuk aliran rombakan yang
merupakan pembentuk kebanyakan klast serpentinit (Lockwood, 1971).
Serpentinit dalam kompleks melange Luk-Ulo di Karangsambung
merupakan blok batuan asing dari kerak samudera dan mantel (ofiolit) yang akresi
(acreted) ke tepian benua. Serpentinit ini berasal dari dasar ofiolit, yang
merupakan potongan dari kerak samudera (Hindia) yang berumur 81±4,06 –
85,03±4,25 jt (Suparka, 1988).

Kesimpulan
Batuan mafik-ultramafik di dalam kompleks melange Luk-Ulo di
Karangsambung
terdiri dari peridotit dan serpentinit, yang berasosiasi erat dengan gabro, basalt
berstruktur bantal dan batuan metamorf sekis.
Aktivitas hidrotermal di zona subduksi telah mengubah secara sempurna
mineralogi batuan kerak dalam dan mantel menjadi serpentinit, membuatnya jauh
lebih ringan dan lebih plastis.
Pensesaran yang ekstensif, dan mungkin, gerakan diapirik ke atas dari
batuan yang secara relatif ringan ini telah menyebabkan naiknya ke permukaan
bumi.

Daftar Pustaka
Asikin, S., Handoyo, A., Busana, H., and Gafoer, S., 1992. Geologic Map of
Kebumen Quadrangle Java. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi,
Bandung.

Asikin, S., 1974. Evolusi Geologi Jawa Tengan dan Sekitarnya, Ditinjau Dari Segi
Teori Tektonik Dunia Baru. Disertasi Doktor, Dept. Teknik Geologi, Fakultas
Teknologi Industri, ITB. tidak diterbitkan. 103 hal.

Hamilton, W. 1979. Tectonics of the Indonesian Region. United States Geological


Survey Professional Paper 1078, 345 pp.

Hehuwat, F. H. A. 1986. An overview of some Indonesian melange complexes: A


contribution to the geology of meÂlange. Memoir of the Geological Society of
China 7, 2-700.
Ketner K. B., Kastowo, Modjo, S. et al. 1976. Pre-Eocene rocks of Java,
Indonesia. Journal of Research US Geological Survey 4, 605-14.

Miyazaki, K., Zolkarnaen, I. Sopaheluwakal, J. & Wakita K. 1996. Pressure-


temperature conditions and retrograde paths of eclogites, garnet±glaucophane
rocks and schists from South Sulawesi, Indonesia. Journal of Metamorphic
Geology 14, 549-63.

Miyazaki, K., Zolkarnaen, I. Sopaheluwakal, J. & Wakita K. 1998. A


jadeite±quartz±glaucophane rock from Karangsambung, Central Java, Indonesia.
The Island Arc 7, 224-31.

Suparka, M. E. 1988. Study on petrology and geochemistry of North


Karangsambung Ophiolite, Luk Ulo, Central Java, Ph. D. thesis, Institute of
Technology in Bandung (in Indonesian with English abstract).

Tjia, H.D.,1966, Structural analysis of the pre Tertiary of the Luk Ulo area,
Central Java, Dis. Doktor, Dept.Teknik Geologi ITB (tidak diterbitkan).
Daftar Pustaka Karangsambung

van Bemmelen, R. W. 1949. The Geology of Indonesia. Government Printing


Office, The Hague.

Wakita, K., Munasri and Bambang, W. 1994b. Cretaceous radiolarians from the
Luk±Ulo Melange Complex in the Karangsambung area, Central Java, Indonesia.
Journal of Southeast Asian Earth Sciences 9, 29-43.

UCAPAN TERIMA KASIH


Ucapan terima kasih disampaikan kepada Pimpinan Fakultas Teknik Geologi
(FTG), Universitas Padjadjaran, khususnya Prof. Dr. Ildrem Safri, Ir., DEA.,
selaku Kepala Departemen Geologi Sains-FTG, yang telah memberikan
kesempatan melaksanakan penelitian kepada kami dengan dana Departemen
Geologi Sains FTG Unpad.

Anda mungkin juga menyukai