Referat Aku
Referat Aku
PENDAHULUAN
Berbagai penyakit kulit yang manifestasi kliniknya ditandai terutama oleh adanya vesikel
dan bula, antara lain adalah penyakit yang dermatitis vesikobulosa kronik, yang termasuk
golongan ini ialah :1
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Pemfigus
Pemfigoid Bulosa
Dermatitis Herpetiformis
Chronic Bullous Disease of childhood
Pemfigoid Sikatrisial
Pemfigoid Gestationis
Di dalam referat ini kita akan membahas satu persatu penyakit ini secara sistematis, baik
BAB II
ANATOMI DAN FISIOLOGI KULIT
1
A. Anatomi kulit
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan
hidup manusia. Kulit merupakan organ yang essensial dan vital serta merupakan cermin
kesehatan dan kehidupan.1
Pembagian kulit secara garis besar terdiri dari 3 lapisan utama, yaitu:1
1. Lapisan epidermis atau kutikel
a. Stratum korneum (lapisan tanduk); terdiri dari sel-sel gepeng mati, tak berinti
dan protoplasma menjadi keratin
b. Stratum lusidum; terdiri dari sel-sel gepeng mati, tak berinti dan protoplasma
menjadi protein eleidin
c. Stratum granulosum (lapisan keratohialin); sel-sel gepeng berbutir kasa dan
berinti
d. Stratum spinosum; sel- sel yang mengalami mitosis, terdapat sel langerhans
e. Stratum basale; sel-sel yang mengalami mitosis, berfungsi reproduktif dan
mengandung melanosit
: kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis atau mekanis
: kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna lagi atau sisa
metabolism dalam tubuh berupa NaCl, Urea, asam urat dan ammonia.
4. Persepsi
6. Pembentukan pigmen
BAB III
DERMATOSIS VESIKOBULOSA KRONIK
A. PEMFIGUS
Definisi
Istilah Pemfigus, berasal dari kata pemphix (Yunani) yang berarti lepuh atau gelembung,
merupakan kelompok penyakit berbula kronik, menyerang kulit dan membrane mukosa yang
secara histologik ditandai dengan bula intraepidermal, dimana akibat dari autoantibodi yang
secara langsung menyerang permukaan keratinosit yang mengakibatkan hilangnya adhesi antara
keratinosit melalui proses yang disebut akantolisis. Dan secara imunopatologik ditemukan
antibody terhadap komponen desmosom pada permukaan keratinosit jenis IgG, baik terikat
maupun yang bebas di dalam sirkulasi darah.1
Pemfigus dapat terjadi pada semua usia namun yang paling sering adalah usia
pertengahan. Secara garis besar bentuk pemfigus dibagi menjadi 4 bentuk, yaitu pemfigus
vulgaris, pemfigus eritematous, pemfigus foliaseus, dan pemfigus vegetans.2
Menurut letak dan celah pemfigus di bagi menjadi 2 yaitu1,2
1. Di suprabasal ialah pemfigus vulgaris dan variannya pemfigus vegetans
2. Di stratum granulosum ialah pemfigus eritematous dan variannya pemfigus foliaseus.
Semua penyakit tersebut memberikan gejala yang khas, yaitu.1,2
1. Pembentukan bula yang kendur pada kulit yang terlihat normal dan mudah pecah.
2. Pada penekanan, bula tersebut meluas (tanda Nikolski positif).
3. Akantolisis selalu positif.
4. Adanya antibody tipe IgG terhadap antigen interselular di epidermis yang dapat
ditemukan di dalam serum, meupun terikat di epidermis.
1. Pemfigus Vulgaris
5
A. Epidemiologi
Pemfigus Vulgaris merupakan bentuk yang tersering dijumpai (80% semua
kasus). Penyakit ini tersebar diseluruh dunia dan dapat mengenai semua bangsa dan ras.
Frekuensinya pada kedua jenis kelamin sama. Umumnya mengenai umur pertengahan
(dekade ke-4 dan ke-5) tetapi dapat juga mengenai semua umur, termasuk anak. 1,3
B. Etiopatogenesis
Pemfigus ialah penyakit autoimun, karena pada serum penderita ditemukan
autoantibody, juga dapat disebabkan oleh obat (drug induced pemphigus), misalnya Dpenisilamin dan kaptopril. Pemfigus yang diinduksi obat dapat berbentuk pemfigus
foliaseus(termasuk pemfigus eritematous) atau pemfigus vulgaris. Pemfigus foeliaseus
lebih
sering
timbul
dibandingkan
dengan
pemfigus
vulgaris.
Pemeriksaan
meningkatkan kekuatan mekanik epitel gepeng berlapis yang terdapat pada kulit dan
mukosa.2,4
Tanda utama pada PV adalah dengan mencari autoantibody IgG pada permukaan
keratinosit. Hal ini merupakan fungsi patogenik primer dalam mengurangi perlekatan
antara sel-sel keratinosit yang menyebabkan terbentuknya bula-bula, erosi dan ulser yang
merupakan gambaran pada penyakit PV. 3,4,5
Autoantibodi patologik yang menyebabkan terjadinya PV adalah autoantibodi
yang melawan desmoglein 1 dan desmoglein 3, yang mana hal ini menyebabkan
terjadinya pembentukan bula. Pemeriksaan mikroskopi imunoelektron dapat menentukan
lokasi antigen pada desmosom untuk kedua PV dan pemifigus Foliaseus, yang lebih
sering pada perlekatan sel-sel pada epitel bertanduk. 3,4
eritematosa dan generalisata. Tanda Nikolski positif disebabkan oleh adanya akantolisis.
Cara mengetahui tanda tersebut ada dua yaitu dengan menekan dan menggeser kulit
diantara dua bula dan kulit tersebut akan terkelupas atau dengan menekan bula, maka
bula akan meluas karena cairan yang di dalamnya mengalami tekanan.1,4
Pruritus tidaklah lazim pada pemfigus, tetapi penderita sering mengeluh nyeri
pada kulit yang terkelupas. Epitelisasi terjadi setelah penyembuhan dengan meninggalkan
hipopigmentasi atau hiperpigmentasi dan biasanya tanpa jaringan parut.
D. Histopatologi
Pada gambaran histopatologik didapatkan bula Intraepidermal suprabasal dan selsel epitel yang mengalami akantolisis pada dasar bula yang menyebabkan percobaan
Tzanck positif. Percobaan ini berguna untuk menentukan adanya sel-sel akantolitik, tetapi
bukan diagnostik pasti untuk penyakit pemfigus. Pada pemeriksaan dengan menggunakan
mikroskop elektron dapat diketahui bahwa permulaan perubahan patologik ialah
perlunakan segmen interselular. Juga dapat dilihat perusakan desmosom dan tonofilamen
sebagai peristiwa sekunder.1
E. Imunologi
Pada tes imunofloresensi langsung didapatkan antibodi interselular tipe IgG dan
C3. Pada tes imunofloresensi tidak langsuog didapatkan (antibodi pemfigus tipe IgG). Tes
yang pertama lebih terpercaya daripada tes kedua, karena telah menjadi positif pada
permulaan penyakit, sering sebelum tes kedua menjadi positif, dan tetap positif pada
waktu yang lama meskipun penyakitnya telah membaik.4,5,6
Antibodi pemfigus ini sangat spesifik untuk pemfigus. Kadar titernya umumnya
sejajar dengan beratnya penyakit dan akan menurun dan menghilang dengan pengobatan
kortikosteroid.1,3
F. Diagnosis
Penurunan dosis pada saat telah terjadi perbaikan tidak seperti yang
diharapkan.
11
Pada pemberian terapi dengan dosis optimal, tetapi pasien masih merasakan
gejala-gejala ringan dari penyakit ini. Maka perawatan luka yang baik adalah sangat
penting karena ia dapat memicu penyembuhan bula dan erosi. Pasien disarankan
mengurangi aktivitas agar resiko cedera pada kulit dan lapisan mukosa pada fase aktif
penyakit ini dapat berkurang. Aktivitas-aktivitas yang patut dikurangi adalah olahraga
makan dan minum yang dapat mengiritasi rongga mulut (makanan pedas, asam, keras,
dan renyah).4
I. Prognosis
Sebelum kortikosteroid digunakan, maka kematian terjadi pada 50% penderita
dalam tahun pertama. Sebab kematian ialah sepsis, kakeksia, dan ketidakseimbangan
elektrolit. Pengobatan dengan kortikosteroid membuat prognosisnya lebih baik.1
2. Pemfigus Eritematosa
A. Gejala Klinis
Keadaan umum penderita baik. Lesi mula-mula sedikit dan dapat berlangsung
berbulan-bulan, sering disertai remisi. Lesi kadang-kadang terdapat di mukosa. Kelainan
kulit berupa bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan skuama dan krusta di muka
menyerupai kupu-kupu sehingga mirip lupus eritematosus dan dermatitis seboroika.
Hubungannya dengan lupus eritematosus juga terlihat pada pemeriksaan imunofloresensi
langsung. Pada tes tersebut didapati antibodi di interseluler dan juga di membrana basalis.
Selain di muka, lesi juga terdapat di tempat-tempat tersebut selain kelainan yang telah
disebutkan juga terdapat bula yang kendur. Penyakit ini dapat berubah menjadi pemfigus
vulgaris atau foliaseus.6
menjalar simetrik dan mengenai seluruh tubuh setelah beberapa bulan. Yang khas ialah
terdapatnya eritema yang menyeluruh disertai banyak skuama yang kasar, sedangkan bula
yang berdinding kendur hanya sedikit, agak berbau. Lesi di mulut jarang terdapat.7
14
15
2. Epidemiologi
Sebagian besar pasien dengan Pemfigoid Bulosa berumur lebih dari 60 tahun . Meskipun
demikian, Pemfigoid Bulosa jarang terjadi pada anak-anak, dan laporan di sekitar awal tahun
1970 (ketika penggunaan immunofluoresensi untuk diagnosis menjadi lebih luas) adalah tidak
akurat karena kemungkinan besar data tersebut memasukkan anak-anak dengan penanda IgA,
daripada IgG, di zona membran basal. Tidak ada predileksi etnis, ras, atau jenis kelamin yang
memiliki kecenderungan terkena penyakit Pemfigoid Bulosa. Insiden Pemfigoid Bulosa
diperkirakan 7 per juta per tahun di Prancis dan Jerman.6
3. Etiologi
17
PB adalah contoh dari penyakit yang dimediasi imun yang dikaitkan dengan respon
humoral dan seluler yang ditandai oleh dua self-antigen: antigenPB 180 (PB180, PBAG2 atau
tipe kolagen XVII) dan antigen PB 230 (PB230atau PBAG1.1,4
Etiologi PB adalah autoimun, tetapi penyebab yang menginduksi produksi autoantibodi
pada Pemfigoid Bulosa masih belum diketahui. Dalam Pemfigoid Bulosa, sistem kekebalan
menghasilkan antibodi terhadap membran basal kulit, lapisan tipis dari serat menghubungkan
lapisan luar kulit (dermis) dan lapisan berikutnya dari kulit (epidermis). Antibodi ini memicu
aktivitas inflamasi yang menyebabkan kerusakan pada struktur kulit dan rasa gatal pada kulit.4,5
4. Patogenesis
Pemfigoid Bulosa adalah contoh penyakit autoimun dengan respon imunseluler dan
humoral yang bersatu menyerang antigen pada membran basal.
Antigen P.B. merupakan protein yang terdapat pada hemidesmosom sel basal, diproduksi
oleh sel basal dan merupakan bagian B.M.Z. (basal membrane zone) epitel gepeng berlapis.
Fungsi hemidesmosom ialah melekatkan sel-sel basal dengan membrana basalis, strukturnya
berbeda dengan desmosom. 5,6
Terdapat 2 jenis antigen P.B. ialah yang dengan berat molekul 230 kD disebut PBAgl
(P.B. /Antigen 1) atau PB230 dan 180 kD dinamakan PBAg2 atau PB180. PB230 lebih banyak
ditemukan daripada PB180.7
Terbentuknya bula akibat komplemen yang teraktivasi melalui jalur klasik dan alternatif
kemudian akan dikeluarkan enzim yang merusak jaringan sehingga terjadi pemisahan epidermis
dan dermis.7
Autoantibodi pada PB terutama IgG1, kadang-kadang IgA yang menyertai IgG. Isotipe
IgG yang utama ialah IgG1 dan IgG4, yang melekat pada kompelemen hanya IgG1. Hampir 70%
penderita mempunyai autoantibodi terhadap B.M.Z dalam serum dengan kadar yang sesuai
dengan keaktivasi penyakit..7
Studi ultrastruktural memperlihatkan pembentukan awal bula pada pemfigus bulosa
terjadi dalam lamina lucida, di antara membrane basalis dan lamina densa. Terbentuknya bula
pada tempat tersebut disebabkan hilangnya daya tarikan filament dan hemidesmosom.
Langkah awal dalam pembentukan bula adalah pengikatan antibody terhadap antigen
Pemfigoid Bulosa. Fiksasi IgG pada membran basal mengaktifkan jalur klasik komplemen.
18
Aktifasi komplemen menyebabkan kemotaksis leukosit serta degranulasi sel mast. Produkproduk sel menyebabkan kemotaksis dari eosinofil melalui mediator seperti faktor kemotaktik
eosinofil anafilaksis. Akhirnya, leukosit dan protease sel mast mengakibatkan pemisahan
epidermis kulit. Sebagai contoh, eosinofil, sel inflamasi dominan di membran basal pada lesi
Pemfigoid Bulosa, menghasilkan gelatinase yang memotong kolagen ekstraselular dari PBAG2,
yang mungkin berkontribusi terhadap pembentukan bula
5. Diagnosa
1. Gambaran Klinis
Fase Non Bulosa
Manifestasi kulit PB bisa polimorfik. Dalam fase prodromal penyakit non-bulosa,
tanda dan gejala sering tidak spesifik, dengan rasa gatal ringan sampai parah atau dalam
hubungannya dengan eksema, papul dan atau urtikaria, ekskoriasi yang dapat bertahan
selama beberapa minggu atau bulan. Gejala non-spesifik ini bisa ditetapkan sebagai satusatunya tanda-tanda penyakit.
Fase Bulosa
Tahap bulosa dari PB ditandai oleh perkembangan vesikel dan bula pada kulit
normal ataupun eritematosa yang tampak bersama-sama dengan urtikaria dan infiltrat
papul dan plak yang kadang-kadang membentuk pola melingkar. Bula tampak tegang,
diameter 1 4 cm, berisi cairan bening, dan dapat bertahan selama beberapa hari,
meninggalkan area erosi dan berkrusta. Lesi seringkali memiliki pola distribusi simetris,
dan dominan pada aspek lentur anggota badan dan tungkai bawah, termasuk perut.
Perubahan post inflamasi memberi gambaran hiper- dan hipopigmentasi serta, yang lebih
jarang, miliar. Keterlibatan mukosa mulut diamati pada 10-30% pasien. Daerah mukosa
hidung mata, faring, esofagus dan daerah anogenital lebih jarang terpengaruh. Pada
sekitar 50% pasien, didapatkan eosinofilia darah perifer.
Perjalanan penyakit biasanya ringan dan keadaan umum penderita baik. Penyakit
PB dapat sembuh spontan (self-limited disease) atau timbul lagi secara sporadik, dapat
generalisata atau tetap setempat sampai beberapa tahun. Rasa gatal kadang dijumpai,
walaupun jarang ada. Tanda Nikolsky tidak dijumpai karena tidak ada proses akantolisis.
19
Kebanyakan bula ruptur dalam waktu 1 minggu, tidak seperti pemfigus vulgaris, ia tidak
menyebar dan sembuh dengan cepat.4
Lesi kulit
Eritem, papul atau tipe lesi urtikaria mungkin mendahului pembentukan bula.
Bula besar, tegang, oval atau bulat; mungkin timbul dalam kulit normal atau yang
eritema dan mengandung cairan serosa atau hemoragik. Erupsi dapat bersifat lokal
maupun generalisata, biasanya tersebar tapi juga berkelompok dalam pola serpiginosa
dan arciform.3
Tempat Predileksi
Aksila; paha bagian medial, perut, fleksor lengan bawah, tungkai bawah.3
20
Kelainan yang dini pada Pemfigoid Bulosa yaitu terbentuknya celah di perbatasan
dermal-epidermal, bula terletak di subepidermal, sel infiltrat yang utama adalah eosinophil.8
7. Imunologi
Pada pemeriksaan imunofluoresensi terdapat endapan IgG dan C3 tersusun seperti pita di
B.M.Z. (Basement Membrane Zone). 1
Pewarnaan Immunofluorescence langsung (IF) menunjukkan IgG dan biasanya juga C3,
deposit dalam lesi dan paralesional kulit dan substansi intraseluler dari epidermis.4
8. Diagnosis banding
Penyakit ini dibedakan dengan 21pemfigus vulgaris dan dermatitis herpetiformis.
Pemfigus vulgaris (PV), adalah sebuah penyakit autoimun yang serius,dengan bulla, dapat
bersifat akut ataupun kronis pada kulit dan membrane mukosa yang sering berakibat fatal kecuali
diterapi dengan agen imunosupresif. Pada pemfigus vulgaris, keadaan umumnya buruk, dinding
bula kendur, generalisata, letak bula intraepidermal, sering menyerang mukosa mulut dan
terdapat IgG di stratum spinosum.9
Pada dermatitis herpetiformis, sangat gatal, ruam yang utama ialah vesikel berkelompok,
terdapat IgA tersusun granular. 1,3
9. Pengobatan
Pengobatan penyakit ini adalah dengan kortikosteroid. Dosis prednison 40-60 mg sehari.
Jika telah tampak perbaikan dosis diturunkan perlahan-lahan. Sebagian besar kasus dapat
disembuhkan dengan kortikosteroid saja. 1,6
Jika dengan kortikosteroid belum tampak perbaikan dapat dipertimbangkan pemberian
sitostatik yang dikombinasikan dengan kortikosteroid. Cara dan dosis pemberian sitostatik sama
dengan pengobatan pemfigus. 1,8
Obat lain yang dapat digunakan ialah DDS dengan dosis 200-300 mg sehari, seperti pada
pengobatan dermatitis herpetiformis, bila sel infiltratnya lebih banyak neutrofil.
10. Prognosis
Kematian jarang dibandingkan dengan 21acrum21hi vulgaris, dapat terjadi remisi
spontan.1
21
C. DERMATITIS HERPETIFORMIS
1. Definisi
Dermatitis herpetiformis (D.H) adalah penyakit menahun dan residif, ruam bersifat
polimorfik terutama berupa vesikel, tersusun berkelompok dan simetrik serta disertai rasa sangat
gatal.
Empat temuan yang digunakan untuk mendukung diagnosis DH adalah papulovesikel
pruritus atau papula ekskoriasi pada permukaan ekstensor, infiltrasi netrofil pada papilla dermis
disertai formasi vesikel pada epidermal-dermal junction, deposisi granular IgA pada papilla
dermis pada kulit normal di sekitar lesi, respon kulit tetapi bukan penyakit kulit akibat terapi
Dapson.1
2. Epidemiologi
Dermatitis herpetiformis biasanya terjadi pada penduduk Eropa Utara. Jarang terjadi pada
penduduk Afrika-Amerika dan Asia. Berdasarkan studi di Finlandia (1978), tingkat prevalensi
DH adalah 10,4/100.000 orang dan insidensi per tahun adalah 1,3/100.000 orang. Onset penyakit
ini terjadi sekitar umur 40 tahun, tapi dapat terjadi pada umur 2-90 tahun. Anak-anak dan remaja
jarang mendapat penyakit ini. DH lebih sering terjadi pada pria dibandingkan wanita. Rasio pria :
wanita adalah 2:1. Pada anak-anak lebih sering terjadi pada anak perempuan dibandingkan lakilaki. Dari 1979 sampai 1996, insidensi familial DH di Finlandia dipelajari secara prospektif. DH
didiagnosis pada 1018 pasien dan 10,5% pada satu atau lebih keturunan pertama.1
3.
Etiologi
Etiologinya belum diketahui pasti. Di antara penderita DH, 77%-87% memiliki antigen
HLA B8 dan 90% memiliki antigen HLA DW3. Antigen permukaan ini ditandai oleh gen yang
terikat dekat gen respon imun sehingga terdapat peningkatan respon imun terhadap berbagai
antigen termasuk self. DH merupakan akibat dari respon imun yang terlalu aktif terhadap
antigen yang ada secara alamiah.Petanda HLA ini dihubungkan dengan penyakit autoimun yang
yang lain dan merupakan petanda seorang pasien dengan respon imun berlebih terhadap
beberapa antigen dan dapat menjelaskan kompleks imun yang terjadi secara perlahan.5
Gluten, merupakan protein yang terdapat pada gandum, seperti sereal, memprovokasi
terjadinya DH. Iodin oral juga memperberat penyakit ini.3
4. Patogenesis
Pada D.H. tidak ditemukan antibodi IgA terhadap papil dermis yang bersirkulasi dalam
22
serum. Komplemen diaktifkan melalui jalur alternatif. Fraksi aktif C5a bersifat kemotaktik
terhadap neutrofil.
Sebagai antigen mungkin ialah gluten, dan masuknya antigen mungkin di usus halus, sel
efektornya ialah neutrofil. Selain gluten juga yodium dapat mempengaruhi timbulnya remisi dan
eksaserbasi. Tentang hubungan kelainan di usus halus dan kelainan kulit belum jelas diketahui
5. Gejala klinis
D.H. mengenai anak dan dewasa. Perbandingan pria dan wanita 3:2, terbanyak pada umur
dekade ketiga. Mulainya penyakit biasanya perlahan-lahan, perjalanannya kronik dan residif
Biasaya berlangsung seumur hidup, remisi sponta terjadi pada 10 15% kasus.
Keadaan umum penderita baik. Keluhannya sangat gatal. Tempat predileksinya ialah di
punggung, daerah sacrum, bokong, daerah ekstensor di lengan atas, sekitar siku, dan lutut. Ruam
berupa eritema, papulovesikel, dan vesikel/bula yang berkelompok dan sistemik.
Kelainan yang utama ialah vesikel, oleh karena itu disebut herpetiformis yang berarti
seperti herpes zoster Vesikel-vesikel tersebut dapat tersusun arsinar atau sirsinar. Dinding vesikel
atau bula tegang.
Kelainan intestinal
Pada lebih dari 90% kasus D.H didapati spectrum histopatologik yang menunjukan
enteropati sensitive terhadap gluten pada jejunum dan ileum. Kelainan yang didapat bervariasi
dari infitrat mononuclear ( limfosit dan sel plasma) di lamina propia dengan atrofi vili yang
minimal hingga sel-sel epitel mukosa usus halus yang mendatar. Sejumlah 1/3 kasus disertai
steatore. Dengan diet bebas gluten kelainan tersebut akan membaik.
7. Histopatologi
Terdapat kumpulan neutrofil di papil dermal yang membentuk mikroabses neutrofilik.
Kemudian terbentuk edema papilar, celah subepidermal, dan vesikel multiokular dan
subepidermal. Terdapat pula eosinofil pada infiltrat dermal, juga di cairan vesikel.1
24
P.B. berbeda dengan D.H. karena ruam yang utama ialah bula, tak begitu gatal, dan pada
pemeriksaan imunofluoresensi terdapat IgG tersusun seperti pita di subepidermal.
C.B.D.C. terdapat pada anak, kelainan utama ialah bula, tak begitu gatal, eritema tidak
selalu ada, dan dapat berkelompok atau tidak. Terdapat IgA yang linear.8,9
9. Pengobatan
Terapi yang utama pada pasien DH adalah dengan diet bebas gluten. Ini melibatkan
penghapusan gandum dan makanan yang terbuat dari biji-bijian dari diet pasien DH. Mungkin
diperlukan dua atau lebih tahun untuk deposit IgA bawah kulit untuk benar-benar jelas.1,5
Diet gluten-free (GF) adalah komitmen seumur hidup dan tidak boleh dimulai sebelum
ada
diagnosis
pasti
DH.
Memulai
diet
tanpa
pemeriksaan
lengkap
tidak
disarankan dan kemudian membuat diagnosis sulit. Tes untuk mengkonfirmasi DH bisa negatif
jika seseorang berada di diet GF untuk jangka waktu tertentu. Untuk diagnosis yang valid, gluten
perlu dikonsumsi kembali oleh pasien selama beberapa minggu sebelum pemeriksaan lengkap.
DH adalah suatu penyakit keturunan autoimun sehingga konfirmasi DH akan membantu generasi
mendatang sadar akan risiko dalam keluarga.1,4
Obat pilihan untuk DH ialah preparat sulfon, yakni DDS (diaminodifenilsulfon). Pilihan
kedua yakni sulfapiridin.1
Dapsone
Dosis DDS 200-300 mg/hari. Dicoba dulu 200 mg/hari. Jika ada perbaikan akan
tampak dalam 3-4 hari. Bila belum ada perbaikan, dosis dapat dinaikkan. Efek
sampingnya ialah agranulositosis, anemia hemolitik, dan methemoglobinemia. Kecuali
itu juga neuritis perifer dan bersifat hepatotoksik. Dengan dosis 100 mg sehari
umumnya tidak ada efek samping. Yang harus diperiksa adalah kadar Hb, jumlah
leukosit, dan hitung jenis, sebelum pengobatan dan 2 minggu sekali. Jika klinis
menunjukkan tanda-tanda anemia atau sianosis segera dilakukan pemeriksaan
laboratorium. Jika terdapat defisiensi G6PD, maka merupakan kontraindikasi karena
dapat terjadi anemia hemolitik. Bila telah sembuh dosis diturunkan perlahan-lahan
setiap minggu hingga 50 mg sehari, kemudian 2 hari sekali, lalu menjadi seminggu
1x.1,3
Sulfapiridin
25
Sulfapiridin sukar didapat karena jarang diproduksi sebab efek toksiknya lebih banyak
dibandingkan dengan preparat sulfa yang lain. Obat tersebut kemungkinan akan
menyebabkan terjadinya nefrolithiasis karena sukar larut dalam air. Efek samping
hematologic seperti pada dapson, hanya lebih ringan. Khasiatnya kurang dibandingkan
dapson. Dosisnya antara 1-4 gram sehari.9
Diet bebas gluten
Diet ini harus dilakukan secara ketat, perbaikan pada kulit tampak setelah beberapa
minggu. Dengan diet ini penggunaan obat dapat ditiadakan atau dosisnya dapat
dikurangi. Kelainan intestinal juga mengalami perbaikan juga mengalami perbaikan,
sedangkan dengan obat-obat kelainan ini tidak akan mengalami perbaikan
10 Prognosis
Sebagian besar penderita akan mengalami D.H. yang kronis dan residif.
D. CHRONIC BULLOUS DISEASE OF CHILDHOOD
1 . Definisi
Selain pemfigoid bulosa dan dermatitis hepetiformis rupanya ada bentuk peralihan antara
keduanya yang disebut dermatosis linear IgA. Umumnya penyakit ini terdapat pada anak dan
disebut C.B.D.
C.B.D.C. ialah dermatosis autoimun yang biasanya mengenai anak usia kurang dari 5
tahun ditandai dengan adanya bula dan terdapatnya deposit IgA linear yang homogen pada
epidermal basement membrane.1,3
2. Etiologi
Belum diketahui pasti. Sebagai pencetus ialah infeksi dan antibiotik, yang sering ialah
penisilin.
3. Gejala klinis
Penyakit mulai pada usia sebelum sekolah, rata-rata berumur 4 tahun. Keadaan umum
tidak begitu gatal. Mulai penyakitnya mendadak dapat mengalami remisi dan eksaserbasi.
Kelainan kulit berupa vesikel atau bula, terutama bula, berdinding tegang di atas normal atau
eritematosa, cenderung bergerombol dan generalisata. Lesi tersebut sering tersusun anular
26
disebut cluster jewels configuration. Mukosa dapat dikenali. Umumnya tidak didapati enteropati
seperti pada dermatitis herpetiformis.4,5
E.
PEMFIGOID SIKATRISIAL
1. Definisi
Pemfigoid sikatrisial (P.S.) ialah dermatosis autoimun bulosa kronik yang terutama
ditandai oleh adanya bula yang menjadi sikatriks terutama dimukosa mulut dan konjungtiva.9,10
2. Epidemiologi
Penyakit ini jarang ditemukan.
27
3. Gejala klinis
Keadaan umum penderita baik. Berbeda lengan pemfigoid bulosa, P.S. jarang mengalami
remisi. Kelainan mukosa yang tersering ialah mulut (90%), disusul oleh konjungtiva (66%),
dapat juga di mukosa lain, misalnya hidung, farings, tarings, esofagus, dan genitalia. Permulaan
penyakit mengenai mukosa bukal dan gingiva, palatum mole dan durum biasanya juga terkena,
kadang-kadang lidah, uvula, tonsil, dan bibir ikut terserang. Bula umumnya tegang, lesi biasanya
terlihat sebagai erosi. Lesi di mulut jarang meng-ganggu penderita makan.9,10
Simtom okular meliputi rasa terbakar, air mata yang berlebihan, fotofobia, dan sekret
yang mukoid. Kelainan mata ini dapat diikuti simblefaron, dan berakhir dengan kebutaan
disebabkan oleh kekeruhan kornea akibat kekeringan, pembentukan jaringan parut oleh trikiasis,
atau vaskularisasi epitel kornea.
Mukosa hidung dapat terkena dan dapat mengakibatkan obstruksi nasal. Jika farings
terkena, dapat terjadi pembentukan jaringan parut dan stenosis tarings. Esofagus jarang terkena,
pernah dilaporkan terjadinya adesi dan penyempitan yang memerlukan dilatasi. Lesi di vulva dan
penis biasanya berupa bula atau erosi, sehingga dapat mengganggu aktivitas seksual. Kelainan
kulit dapat ditemukan pada 10 -30% penderita, berupa bula tegang di daerah inguinal dan
ekstremitas, dapat pula generalisata. Jarang sekali timbul kelainan tanpa disertai lesi di membran
mukosa.10
5. Diagnosis banding
Pada permulaan perjalanan penyakit, P.S. dibedakan dengan pemfigus vulgaris, liken
planus oral, eritema multiforme, penyakit Behcet, dan ginggivitis deskuamativa. Bila terdapat
manifestasi alat lainnya, seperti kelainan mata, maka diagnosisnya tidak sulit. Pemeriksaan
imunofluoresensi dari lesi di mulut dapat menyokong diagnosis.1
6. Pengobatan
Hasil pengobatan penyakit ini kurang memuaskan. Kortikosteroid sistemik mungkin
merupakan obat terbaik, dengan prednison dosisnya 60 mg.Oleh karena terbentuk jaringan parut
dan sekuele lainnya, steroid sistemik untuk jangka waktu yang lama mungkin mempunyai alasan
yang tepat, meskipun ada efek sampingnya.Obat imunosupresif, termasuk metotreksat, siklofos-
28
famid, dan azatioprin pernah dicoba, hasiinya menguntungkan pada sebagian penderita, sedangkan pada sebagian penderita yang lain hanya memperiihatkan sedikit kemajuan.1
F. PEMFIGOID GESTATIONIS
1. Definisi
Pemfigoid getationis (P.G.), adalah dermatosis autoimun dengan ruam polimorf yang
berkelompok dan gatal, timbul pada masa kehamilan, dan masa pascapartus.1
2. Etiologi
Etiologinya ialah autoimun. Sering bergabung dengan penyakit autoimun yang lain,
misalnya penyakit Grave, vitiligo, dan alopesia areata.1,2
3 Epidemiologi
Hanya terdapat pada wanita pada masa subur. Insidensnya menurut Kolodny, 1 kasus per
10.000 kelahiran.
4 Gejala klinis
Gejala prodromal, kalau ada, berupa demam malese, mual, nyeri kepala, dan rasa panas
dingin silih berganti. Beberapa hari sebelum timbul erupsi dapat didahului dengan perasaan
sangat gatal seperti terbakar.1,3
Biasanya tertihat banyak papulo-vesikel yang sangat gatal dan berkelompok. Lesinya
polimorf terdiri atas eritema, edema, papul, dan bula tegang. Bentuk intermediate juga dapat
ditemukan, misalnya vesikel yang kecil, plakat mirip urtika, vesikel berkelompok, erosi. dan
krusta. Kasus yang berat menunjukkan semua unsur polimorf, tetapi terdapat pula kasus yang
ringan yang hanya terdiri atas beberapa papul eritematosa, plakat yang edematosa, disertai gatal
ringan.1
Tempat predileksi pada abdomen dan ekstremitas, termasuk telapak tangan dan kaki
dapat pula mengenai seluruh tubuh dan tidak si metrik. Selaput lendir jarang sekali terkena.
Erupsi sering disertai edema di muka dan tungkai. Kalau melepuh pecah, maka lesi akan menjadi
lebih merah ; dan terdapat ekskoriasi dan krusta. Sering pula diikuti radang oleh kuman. Jika lesi
sembuh akan meninggalkan hiperpigmentasi, tetapi kalau ekskoriasinya dalam akan
29
meninggalkan jaringan parut. Kuku kaki dan tangan akan mengalami lekukan melintang sesuai
waktu terjadinya eksaserbasi. Kadang-kadang didapati leukositosis dan eosinofilia sampai 50%.1
30
Jika penyakit timbul pada masa akhir kehamilan maka akan lama sembuh dan seringkali
timbul pada kehamilan berikutnya
DAFTAR PUSTAKA
1. Wiryadi, Benny E., Dermatosis Vesikobulosa., Dalam: Djuanda, Adhi. Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin. FK UI. Jakarta. 2005.
2. Hall JC, ed. sauers Manual of skin Disease. 8th edition. Lippincott Williams &
Wilkins.2000;232-36
3. Siregar. S.R. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. EGC. Jakarta. 2004; 204-08.
4. Wojnarowska F et al. Immunobulosa disease. Burn T et al, ed. Rookstextbook of
dermatology. 7th edition. Australia : Blackwell publication ; 2004;2033-91.
31
32