Anda di halaman 1dari 5

ARTIKEL KEWIRAUSAHAAN

KISAH KESUKSESAN NYONYA MENEER

DISUSUN OLEH:

LOLY SUBHIATY IDRUS


F1F1 12 077
KELAS B

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2015

Kisah Perjalanan Bisnis Nyonya Meneer


Nyonya Meneer, wanita keturunan Tionghoa yang lahir di Sidoarjo lahir pada tahun
1895 Lauw Ping Nio. Nama Meneer ini sendiri ia ambil dari nama beras menir, yaitu sisa
butir halus penumbukan padi. Menurut sejarah, ibunya dulu mengidam beras menir ini hingga
terus memakannya hingga ia lahir. Karena pengaruh ejaan Belanda, nama Menir pun
berubah menjadi Meneer.

Awal mula meracik jamu


Nyonya Meneer lahir di Sidoarjo, Jawa Timur, pada tahun 1985. Wanita keturunan
Tionghoa ini menikah dengan seorang pria Surabaya bernama Ong Bian Wan. Di awal tahun
1900-an, rakyat Indonesia sedang berada di bawah pemerintahan kolonial Belanda sehingga
kehidupan rakyat Indonesia sangatlah memprihatinkan. Suami Nyonya Meneer yang menjadi
korban kekejaman kolonial Belanda pun jatuh sakit dan tidak sembuh-sembuh dalam waktu
yang cukup lama. Melihat hal ini, Nyonya Meneer tidak tinggal diam. Ia mulai meracik jamu
yang ternyata mujarab. Kondisi suaminya pun pulih seiring dengan berjalannya waktu.
Kesembuhan suaminya itu menjadi motivasi tersendiri bagi Nyonya Meneer untuk
terus belajar dan mempraktikan ilmu dan pengetahuannya mengenai cara meracik jamu.
Nyonya Meneer yang dikenal atas keramahannya ini tidak sungkan-sungkan untuk meracikan

jamu untuk keluarga, tetangga, kerabat, dan masyarakat sekitar yang sakit. Orang-orang yang
menerima jamu dari Nyonya Meneer pun mengaku puas dengan jamu buatannya.
Nyonya Meneer terus meramu berbagai macam rempah-rempah dan tanaman
berkhasiat lainnya. Khasiat dari jamu racikannya itu membuat semakin lama, semakin banyak
orang yang ingin mencicipi jamu Nyonya Meneer. Tidak tanggung-tanggung, mereka
meminta Nyonya Meneer sendiri lah yang mengantarkan jamunya itu. Namun, berhubung
Nyonya Meneer sendiri mulai sibuk dengan jamunya, ia memohon maaf karena tidak bisa
mengantarkan jamu. Nyonya Meneer pun akhirnya hanya menyelipkan fotonya pada
kemasan jamu buatannya sebagai ganti kehadirannya.
Perkembangan jamu Nyonya Meneer
Pada tahun 1919, suami dan keluarga yang sangat mendukung Nyonya Meneer dalam
meracik jamu, akhirnya mendirikan sebuah usaha bernama Jamu Cap Potret Nyonya
Meneer di Semarang. Dibantu oleh keempat anaknya, Nyonya Meneer pun terus
mengembangkan usahanya. Pada tahun 1940, salah satu anak dari Nyonya Meneer yang
bernama Nonnie memutuskan untuk pindah ke Jakarta untuk membuka gerai Nyonya Meneer
di Jalan Juanda, Pasar Baru, yang merupakan salah satu pusat kegiatan ekonomi. Dimulai dari
Jakarta, jamu yang muncul akibat keterbatasan dan keprihatinan ini pun semakin meluas ke
seluruh penjuru tanah air.
Tahun 1967, Nyonya Meneer pun menjabat sebagai Direktur Utama dari
perusahannya. Hans Ramana, salah satu anaknya, dipercayakan untuk bertanggung jawab
atas perusahaannya. Sedangkan ketiga anak lainnya, yaitu Lucy Saerang, Marie Kalalo, dan
Hans Pangemanan diangkat menjadi anggota dewan komisi perusahaan. Kala itu, model
manajemen perusahaan yang masih menggunakan pengelolaan yang sederhana dan
tradisional in masih mengikuti model yang diajarkan sang pendiri yang berorientasi pada
keuntungan besar.
Tahun 1970-an, Nyonya Meneer mulai merasakan persaingan dunia bisnis yang ketat.
Para rival Nyonya Meneer mulai menjual berbagai produk serupa dengan harga yang
berbeda-beda. Dua perusahaan yang sangat diwaspadai Nyonya Meneer waktu itu adalah PT
Sido Muncul dan PT Air Mancur. Tidak mungkin kita menghancurkan bisnis lawan, jadi
solusinya adalah membuat berbagai inovasi baru yang dapat menghasilkan barisan pelanggan
setia. Nyonya Meneer mulai melakukan diversifikasi produk. Ia menciptakan produk lain

seperti minyak pijat, pengharum badan, scrubb untuk mandi, bedak wajah, param, hingga
buste cream.
Perusahaan yang memang lebih berfokus pada produk wanita ini memiliki 254 merek
meliputi 120 macam produk berbentuk pil, kapsul, serbuk, dan cairan yang terbai ke dalam
tiga jenis, yaitu perawatan tubuh, kecantikan, dan penyembuhan. Seluruh produknya telah
dijual ke daerah-daerah di Indonesia. Melalui Nyonya Meneer dan Hans Ramana, perusahaan
yang kemudian dikenal sebagai PT Nyonya Meneer ini berkembang dengan sangat pesat.

Setelah Nyonya Meneer tiada


Pada tahun 1976, anak Nyonya Meneer yang bernama Hans meninggal dunia. Dua
tahun kemudian, Nyonya Meneer menyusul anaknya. Setelah Nyonya Meneer dan anaknya
meninggal, perjalanan perusahaan pun mulai goyah. Terjadi perseteruan diantara kelima cucu
pewaris tahta Nyonya Meneer yang yang melibatkan ratusan bahkan ribuan pekerjanya pada
tahun 1985. Masih berlanjut, pada tahun 1989 hingga 1994 terjadi konflik kedua yang
berakhir dengan pelepasan saham anggota keluarga pada tahun 1995. Kini, perusahaan
Nyonya Meneer sepenuhnya dipegang oleh salah satu cucu Nyonya Meneer yang bernama
Charles Saerang. Empat cucu Nyonya Meneer lainnya pun memutuskan untuk berpisah
setelah menerima bagian masing-masing.
Konflik internal yang terjadi di perusahaan milik Nyonya Meneer ini kemudian
dibukukan sebagai studi kasus. Versi bahasa Inggrisnya dipublikasikan oleh Equinox dan
digunakan sebagai studi kasus ilmu pemasaran dan manajemen di sejumlah universitas di
Amerika dan 11 negara lainnya. Penerbitan buku berjudul Bisnis Keluarga: Studi Kasus
Nyonya Meneer, Sebagai Salah Satu Perusahaan Obat Tradisional di Indonesia yang

Tersukses atau Family Business: A Case Study of Nyonya Meneer, One of Indonesias
Most Succesful Traditional Medicine Companies ini menceritakan seluruh sepak terjang
Nyonya Meneer. Berawal dari jamu untuk suaminya dan hingga sekarang produknya sudah
merambah ke berbagai belahan dunia.
Pada tahun 1984, didirikan Museum Jamu Nyona Meneer di Semarang. Museum
jamu pertama di Indonesia ini didirikan dengan tujuan sebagai cagar budaya dan pusat
informasi, pendidikan, promosi, serta media pelestarian warisan budaya tradisional. Ketika
Anda mengunjungi museum yang berdiri di tanah seluas 150 meter persegi ini, Anda dapat
melihat berbagai koleksi benda budaya tentang jamu, koleksi pribadi Nyonya Meneer, sejarah
pembuatan jamu, alat-alat tradisional, dan bothekan (tempat menyimpan resep asli ramuan
jamu). Selain gratis, pengunjung dapat menyaksikan pemutaran slide mengenai cara membuat
jamu yang benar dan dapat mencoba Jamu asli Nyonya Meneer.
Pada tahun 2006, PT Nyonya Meneer telah memperluas daerah pemasarannya hingga
ke Taiwan sebagai bagian ekspansi perusahaan ke pasar luar negeri setelah sebelumnya
berhasil berekspansi ke Malaysia, Brunei, Australia, Belanda, dan Amerika. Kini, perusahaan
yang telah dianggap sebagai ikon industri jamu dan kosmetik tradisional terbesar dan tertua
di Indonesia ini mulai memodernisasi pemasaran mereka. Anda bahkan dapat menemukan
Meneer Cafe di berbagai pusat perbelanjaan, termasuk di Jalan Hasanuddin, Solo.

Anda mungkin juga menyukai