DISUSUN OLEH:
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2015
jamu untuk keluarga, tetangga, kerabat, dan masyarakat sekitar yang sakit. Orang-orang yang
menerima jamu dari Nyonya Meneer pun mengaku puas dengan jamu buatannya.
Nyonya Meneer terus meramu berbagai macam rempah-rempah dan tanaman
berkhasiat lainnya. Khasiat dari jamu racikannya itu membuat semakin lama, semakin banyak
orang yang ingin mencicipi jamu Nyonya Meneer. Tidak tanggung-tanggung, mereka
meminta Nyonya Meneer sendiri lah yang mengantarkan jamunya itu. Namun, berhubung
Nyonya Meneer sendiri mulai sibuk dengan jamunya, ia memohon maaf karena tidak bisa
mengantarkan jamu. Nyonya Meneer pun akhirnya hanya menyelipkan fotonya pada
kemasan jamu buatannya sebagai ganti kehadirannya.
Perkembangan jamu Nyonya Meneer
Pada tahun 1919, suami dan keluarga yang sangat mendukung Nyonya Meneer dalam
meracik jamu, akhirnya mendirikan sebuah usaha bernama Jamu Cap Potret Nyonya
Meneer di Semarang. Dibantu oleh keempat anaknya, Nyonya Meneer pun terus
mengembangkan usahanya. Pada tahun 1940, salah satu anak dari Nyonya Meneer yang
bernama Nonnie memutuskan untuk pindah ke Jakarta untuk membuka gerai Nyonya Meneer
di Jalan Juanda, Pasar Baru, yang merupakan salah satu pusat kegiatan ekonomi. Dimulai dari
Jakarta, jamu yang muncul akibat keterbatasan dan keprihatinan ini pun semakin meluas ke
seluruh penjuru tanah air.
Tahun 1967, Nyonya Meneer pun menjabat sebagai Direktur Utama dari
perusahannya. Hans Ramana, salah satu anaknya, dipercayakan untuk bertanggung jawab
atas perusahaannya. Sedangkan ketiga anak lainnya, yaitu Lucy Saerang, Marie Kalalo, dan
Hans Pangemanan diangkat menjadi anggota dewan komisi perusahaan. Kala itu, model
manajemen perusahaan yang masih menggunakan pengelolaan yang sederhana dan
tradisional in masih mengikuti model yang diajarkan sang pendiri yang berorientasi pada
keuntungan besar.
Tahun 1970-an, Nyonya Meneer mulai merasakan persaingan dunia bisnis yang ketat.
Para rival Nyonya Meneer mulai menjual berbagai produk serupa dengan harga yang
berbeda-beda. Dua perusahaan yang sangat diwaspadai Nyonya Meneer waktu itu adalah PT
Sido Muncul dan PT Air Mancur. Tidak mungkin kita menghancurkan bisnis lawan, jadi
solusinya adalah membuat berbagai inovasi baru yang dapat menghasilkan barisan pelanggan
setia. Nyonya Meneer mulai melakukan diversifikasi produk. Ia menciptakan produk lain
seperti minyak pijat, pengharum badan, scrubb untuk mandi, bedak wajah, param, hingga
buste cream.
Perusahaan yang memang lebih berfokus pada produk wanita ini memiliki 254 merek
meliputi 120 macam produk berbentuk pil, kapsul, serbuk, dan cairan yang terbai ke dalam
tiga jenis, yaitu perawatan tubuh, kecantikan, dan penyembuhan. Seluruh produknya telah
dijual ke daerah-daerah di Indonesia. Melalui Nyonya Meneer dan Hans Ramana, perusahaan
yang kemudian dikenal sebagai PT Nyonya Meneer ini berkembang dengan sangat pesat.
Tersukses atau Family Business: A Case Study of Nyonya Meneer, One of Indonesias
Most Succesful Traditional Medicine Companies ini menceritakan seluruh sepak terjang
Nyonya Meneer. Berawal dari jamu untuk suaminya dan hingga sekarang produknya sudah
merambah ke berbagai belahan dunia.
Pada tahun 1984, didirikan Museum Jamu Nyona Meneer di Semarang. Museum
jamu pertama di Indonesia ini didirikan dengan tujuan sebagai cagar budaya dan pusat
informasi, pendidikan, promosi, serta media pelestarian warisan budaya tradisional. Ketika
Anda mengunjungi museum yang berdiri di tanah seluas 150 meter persegi ini, Anda dapat
melihat berbagai koleksi benda budaya tentang jamu, koleksi pribadi Nyonya Meneer, sejarah
pembuatan jamu, alat-alat tradisional, dan bothekan (tempat menyimpan resep asli ramuan
jamu). Selain gratis, pengunjung dapat menyaksikan pemutaran slide mengenai cara membuat
jamu yang benar dan dapat mencoba Jamu asli Nyonya Meneer.
Pada tahun 2006, PT Nyonya Meneer telah memperluas daerah pemasarannya hingga
ke Taiwan sebagai bagian ekspansi perusahaan ke pasar luar negeri setelah sebelumnya
berhasil berekspansi ke Malaysia, Brunei, Australia, Belanda, dan Amerika. Kini, perusahaan
yang telah dianggap sebagai ikon industri jamu dan kosmetik tradisional terbesar dan tertua
di Indonesia ini mulai memodernisasi pemasaran mereka. Anda bahkan dapat menemukan
Meneer Cafe di berbagai pusat perbelanjaan, termasuk di Jalan Hasanuddin, Solo.