NRP : 2015310037 Mata Kuliah : Pancasila Dosen Pembimbing : Agus Wiryanti, M.I.Kom Surat Perintah 11 Maret Surat Perintah 11 Maret atau Super Super Semar adalah surat perintah yang ditanda tangani oleh Presiden Soekarno. pada masa pemerintahannya yaitu Orde Lama, kepada Soeharto yang saat itu menjabat sebagai Panglima Komando Operasi Keamanan dan Keterbiban (PangKomKamtib) untuk mengambil segala tindakan yang dianggap perlu dalam mengatasi situasi keamanan yang pada saat itu buruk. Lahirnya Super Semar ini berawal pada tanggal 11 maret 1966, pada saat itu Presiden Soekarno sedang menghadiri sidang pelantikan Kabinet Dwikora. Saat siding sedang berlangsung, salah satu pasukan pengawal presiden melaporkan pada Presiden Soekarno bahwa banyaknya pasukan liar atau pasukan tak dikenal diluar tempat siding. Setelah mendengar kabar itu, Soekarno memutuskan untuk meninggalkan rapat dan pulang ke Istana Bogor, bersama wakil perdana menteri I, II, dan III, yang diikitu lagi oleh tiga Perwira Tinggi Angkatan Darat yang diutus Soeharto untuk menitipkan pesan pada Soekarno, bahwa dirinya rela diberikan tanggung jawab untuk mengamankan NKRI. Pada malam harinya terjadi perbincangan antara ketiga Perwira Angkatan Darat tersebut dengan Soekarno mengenai situasi yang terjadi dan ketiga perwira tersebut menyatakan bahwa Soeharto mampu mengendalikan situasi yang sedang terjadi. Dalam pertemuan tersebut dilaporkan suasana sempat menegang, dan akhirnya Soekarno membuat surat perintah dan ditanda tanganinya dan keluarlah Super Semar tersebut. Berbekal Super Semar, soeharo muncul sebagai Pahlawan yang akan membasmi bahaya komunis di Indonesia. Kesimpulan, pada dasarnya super semar merupakan surat berisikan mandate dari Presiden Soekarno untuk Soeharto guna menertibkan keamanan dan kestabilan NKRI. Banyak spekulasi diluar sana mengenai isi super semar, beberapa mengatakan surat tersebut adalah surat pelimpahan kekuasaan, ada juga yang mengatakan hanya surat perintah. Mengenai bukti super semar terdapat beberapa versi juga, ada yang mengatakan bahwa bukti nyatanya dibakar, ada juga yang mengatakan disimpan di bank, ada juga yang mengatakan karena ditulis dengan kop surat Angkatan darat bukan dengan kop kepresidenan maka surat sengaja dihilangkan. Hingga saat ini, buktinya belum ditemukan, adapun bukti yang diterbitkan Markas Besar Angkatan Darat yang juga tertulis dalam buku buku sejarah.