d.
Menambah pengalaman dan juga ilmu pengetahuan yang sangat
bermanfaat bagi siswa/i.
C.
LOKASI DAN WAKTU
1.
Lokasi
Study tour akan di selenggarakan di PT. divisi Satelit Jl. Raya Narogong
Km. 26,5 Bogor 16820 Jawa Barat.
2.
Waktu
Waktu pelaksanaan insya Allah akan diadakan pada:
a.
Hari
: Rabu
b.
Tanggal
: 13 April 2011
c.
Waktu
: 09.00 - selesai
D.
PESERTA
Peserta yang ikut dalam Study Tour ini adalah :
1.
Wali kelas V (lima)
: 1 orang
2.
Siswa/i kelas V (lima)
: 44 siswa/i
Seluruhnya berjumlah 45 orang. Data terlampir.
E.
PENUTUP
Sebagai kata penutup, saya ucapkan banyak-banyak terima kasih atas
perhatian Bapak/Ibu. Apabila ada kiranya syarat yang harus dipenuhi,
kami siap malampirkannya di kemudian hari. Maaf apabila ada kata-kata
yang salah. Sekian.
Bogor, 25 Maret
2011
Mengetahui
Kepala Sekolah SDN Rawailat
Seni S.Pd.
S.Pd.I.
Wali Kelas V
Mario Sigit Anggara
Kegiatan yang akan dilaksanakan ini bernama "Kunjungan Industri SMK Muhammadiyah 1
Ngawi 2014 serta mengambil tema "Membuka cakrawala berfikir untuk masa depan"
D. BENTUK KEGIATAN
Kegiatan Kunjungan industri ini terdiri dari 3 macam acara yaitu :
1. Kunjungan Industri
2. Study Tour
3. Membuat laporan hasil dari Kunjungan Industri
E. WAKTU DAN TEMPAT KEGIATAN
Kunjungan industri dilaksanakan pada :
Hari
: Rabu
Tanggal
: 5 Maret 2014
Tempat Kegiatan
: 1. PT. Sari Husada Klaten
2. Parangtritis
3. Malioboro
F. PESERTA
Kunjungan Industri SMK Muhammadiyah 1 Ngawi tahun 2014 ini diikuti oleh semua siswa
kelas XI sejumlah 107 peserta yang terdiri dari program keahlian Teknik Kendaraan Ringan,
Administrasi Perkantoran dan Akuntansi dan 13 guru pendamping.
G. PANITIA
Penanggung Jawab
Penasehat
Ketua panitia
Sekretaris
Bendahara
Seksi Humas
Seksi Konsumsi
:
:
:
:
:
Seksi Kesehatan
Seksi Dokumentasi
H. PENUTUP
Demikian proposal ini kami buat, semoga menjadi acuan dalam pelaksanaan dilapangan.
Ngawi, 06 Rabiul Awal 1435 H.
07 Januari
2014 M.
Sekretaris,
Ketua,
HARTOYO, S.Pd.I
NBM. 1110 563
Mengetahui,
Kepala SMK Muhammadiyah 1 Ngawi
1. Latar Belakang
Belut atau dalam bahasa Jepang dikenal dengan istilah unagi, merupakan salah
satu menu primadona yang dapat ditemukan di berbagai restoran dan hidangan
sehari-hari. Dengan tingkat konsumsi senilai 130.000 ton per tahun dan nilai
produksi dalam negeri sejumlah 24.000 ton (20%), ketergantungan terhadap
produksi impor baik dalam bentuk jadi maupun mentah (hidup) tidak dapat dihindari.
Tercatat Cina sebagai pengekspor terbesar dengan angka lebih dari 70%, disusul
Taiwan, Korea, Eropa, dan negara lainnya. Belut juga diketahui memiliki jumlah
protein yang lebih tinggi dan kalori yang lebih rendah dibandingkan dengan daging
sapi ataupun unggas, yang dapat diperoleh dengan harga yang lebih rendah di
Jepang. Belut juga terbukti kaya akan vitamin A, B12, dan E, serta kalsium dan
asam lemak tak jenuh yang baik untuk kesehatan.
2. Tujuan Studi Banding
Dalam rangka memperoleh informasi yang mendetail tentang peluang ekspor belut
dari Indonesia ke Jepang, KBRI Tokyo yang diwakili oleh Atase Perindustrian, Badan
Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), dan Working Group for Technology Transfer
(WGTT) mengadakan studi banding ke Industri Kecil dan Menengah (IKM) di bidang
pengolahan hasil perikanan khususnya industri belut di Kota Hamamatsu, Prefektur
Shizuoka pada 28 Januari 2009.Secara lebih spesifik, manfaat yang diharapkan dari
kunjungan ini adalah terkumpulnya informasi dari tangan pertama, yaitu dari pemilik
atau karyawan IKM yang berupa:
1. Struktur dan jaringan produksi, pemasaran, serta relasi bisnis produk belut di
Jepang pada umumnya dan Hamamatsu yang merupakan sentra industri belut pada
khususnya;
2. Peranan dan fasilitasi perdagangan, khususnya dalam hal prosedur ekspor dari
Indonesia;
3. Potensi kerjasama perdagangan dan/atau investasi;
4. Modernisasi peralatan industri
3. Pelaksanaan Studi Banding
Kunjungan dilakukan terhadap empat industri belut yang mencakup perusahaan
dengan pengolahan secara tradisional (Daiwa Eel Co., Ltd. dan Unagi no Gotoh
Corporation) dan secara modern (Koperasi Unagi Yougyou dan Shunkado Co., Ltd.),
serta pertemuan ramah tamah dengan Walikota Hamamatsu, Yasutomo Suzuki.
4. Hasil dan Analisa Studi Banding
Hasil dan analisa kunjungan terhadap empat industri dapat dijabarkan sebagai
berikut:
Gb 1. Tempat
Pembesaran Belut Gb 2. Pengairan Secara Terus-menerusMenggunakan Green
House untuk Menghilangkan Bau Amis
b. Unagi no Gotoh [2]
Berbeda dengan perusahaan sebelumnya, lokasi perusahaan ini berada di dekat
Danau Hamanako dan Samudera Pasifik, sehingga kualitas air, kandungan garam,
dan mineral-mineral lainnya sangat tepat untuk pembiakan belut. Tidak
mengherankan apabila perusahaan mampu bertahan lebih dari 100 tahun karena
dukungan lingkungan usaha yang cukup baik dan kemampuan menghasilkan belut
yang berkualitas. Proses pembesaran benih belut sama dengan Daiwa Eel, yaitu
dengan menggunakan green house. Produk belut dari Unagi no Gotoh adalah unagi
shirayaki (belut bakar warna putih) yang menggunakan saus asin tidak berwarna
(Gb 4). Hasil akhir pengolahan berupa belut berwarna putih kecokelatan. Pemasaran
menggunakan sistem pesanan dan direct selling, sehingga jumlah produksi
mengalami fluktuasi setiap harinya. Pesanan bukan hanya dari pihak
supermarket/restoran, melainkan juga konsumen individu. Pengiriman dilakukan
sendiri dengan mobil bak terbuka maupun melalui jasa kurir yang biayanya
dibebankan kepada konsumen. Sedangkan pada sistem direct selling, penjualan
lebih difokuskan pada konsumen individu. Dengan membuka dua gerai di lokasi
pabrik dan supermarket, dan penjualan dengan internet, Unagi no Gotoh bisa
menjangkau konsumen di seluruh Jepang.
Gb 3. Unagi Kabayaki
Gb 4. Unagi Shirayaki
bisnis belut di daerahnya, dibentuklah koperasi yang saat ini beranggotakan empat
perusahaan. Meskipun sampai saat ini Hamamatsu masih berposisi sebagai basis
unagi di Jepang, produksinya kian menurun dari tahun ke tahun, dikarenakan
relokasi di luar negeri atau impor belut siap saji dan bermunculannya pabrik belut di
daerah-daerah Jepang lainnya. Berbeda dengan dua perusahaan sebelumnya,
koperasi ini menggunakan peralatan yang modern. Pembakarannya dilakukan di
atas conveyor dengan api dari bawah dan atas, sehingga proses pembalikan tidak
diperlukan. Terdapat dua kali proses pembakaran yang diseling dengan satu kali
proses pengukusan. Pengukusan ini bertujuan agar belut lebih kering. Waktu yang
diperlukan adalah tujuh menit pembakaran dan lima menit pengukusan. Belut yang
telah masak akan diolesi saus manis atau asin, lalu dikemas. Karena produksi yang
berskala besar, semua produk langsung dibekukan pada suhu -30 derajat
di conveyor dan langsung dikemas dalam kardus. Produk beku ini dapat tahan
selama satu tahun apabila diletakkan di dalam pendingin bersuhu di bawah -18
derajat atau dua tahun apabila diletakkan dalam vacuum pack beku. Ternyata,
hampir tidak ada bagian belut yang dibuang. Misalnya, bagian perut biasa digunakan
untuk sup dengan nama kimosoup atau bisa juga dibakar. Tahap-tahap pengolahan
belut digambarkan dalam bagan pada Gb 5 [3]. Perusahaan juga sangat menjaga
sanitasi pabrik. Setiap orang harus mengenakan seragam khusus (agar debu atau
kotoran lain tidak mudah melekat), penutup rambut, masker, sepatu bot, dan kaus
tangan yang telah disterilkan (Gb 6). Di dalam pabrik pun sirkulasi udara sangat
bagus dengan pembersihan terlebih dahulu terhadap udara yang akan masuk.
Apabila terdapat produk yang dikategorikan cacat, perusahaan akan mencacah belut
tersebut dan menjualnya dengan harga tertentu. Pada kesempatan makan siang,
Koperasi Unagi Yougyou menghidangkan menu unagi kabayaki dan kimosoup.
Direktur Utama Koperasi juga menjelaskan bahwa 30 tahun yang lalu mereka
pernah melakukan impor belut dari Indonesia. Namun, jenis belut di Indonesia
sedikit berbeda dengan Jepang ataupun negara Asia Timur lainnya sehingga kurang
dapat diterima oleh masyarakat. Sebenarnya peluang ekspor dari Indonesia masih
sangat terbuka apabila persyaratan importir dapat dipenuhi yang mencakup kualitas,
rasa, bentuk, ketepatan waktu, dan harga. Pihak Jepang sama sekali tidak
berkeberatan tentang alih teknologi dengan cara pengiriman tenaga ahli ke
Indonesia atau penerimaan trainee untuk magang dalam jangka waktu tertentu di
perusahaan belut. Harapannya, dari hubungan bisnis ini, hubungan baik antara
kedua negara dapat semakin ditingkatkan.
yang paling digemari. Hampir sama dengan kue pai lainnya, unagi pie terbuat dari
tepung terigu, telur, susu, gula, serbuk unagi, dll. Shunkado Co., Ltd. membuat
empat jenis pilihan rasa yaitu, standar, mentega, madu, dan sake (minuman
beralkohol Jepang). Shunkado selalu melakukan riset tentang berbagai
kemungkinan pengembangan produk dari segi pilihan rasa, kualitas, bentuk, dan
harga. Pemasaran produk menggunakan sistem direct selling. Produk-produk
Shunkado hanya bisa ditemukan di toko dan sekaligus pabriknya. Dengan sistem ini,
Shunkado tidak mengalami hambatan distribusi dan pemasaran yang cukup menyita
perhatian dan biaya. Studi banding di Shunkado dapat dilakukan oleh siapa saja,
bahkan tanpa reservasi. Para tamu akan diantar untuk melihat-lihat pabrik dan
mendapat penjelasan dari pemandu. Pembuatan pai masih mempertahankan cara
manual di tengah-tengah maraknya otomatisasi di dunia ini.
5. Kesimpulan dan Rekomendasi Tepat Guna
Mengingat ketergantungan terhadap produk luar negeri yang begitu besar dan daya
konsumsi masyarakat yang terus meningkat, peluang ekspor komoditas belut dari
Indonesia ke Jepang masih sangat terbuka lebar. Ekspor bisa dilakukan dengan
mengikuti tren yang ada ataupun memunculkan jenis pengolahan makanan yang
baru, yang dapat penulis sebutkan di antaranya adalah belut kering, keripik belut,
dan belut goreng. Laporan studi banding ini juga disampaikan dengan harapan
dapat dijadikan bahan referensi dalam penyusunan kebijakan di sektor terkait
dengan fokus pengembangan kerja sama investasi industri belut di dalam negeri.
6. Referensi