Anda di halaman 1dari 3

Bela Negara atau Bela Republik:

Pendidikan Kewargaan
Kewajiban membela negara merupakan salah satu prinsip dalam konsep kewargaan
aktif (active citizenship), di mana bela negara menjadi tanggung jawab setiap warga
untuk bertindak bagi virtue kemaslahatan bersama, dan bukan semata-mata untuk
kepentingan individu warga. Dalam kaitan ini, menjadi sangat penting bagi setiap
warga untuk benar-benar menyadari dan memahami kewajiban untuk ikut serta
pembelaan negara. Jawaban atas beberapa pertanyaan mendasar seperti mengapa
warga memiliki tanggung jawab atas pertahanan (bela negara)? Bilamana tanggung
jawab tersebut dapat digunakan dan tunaikan oleh setiap warga? Apa akibatnya bila
warga mengabaikan tanggung jawab ini? Pada titik ini kita akan berbicara mengenai
pendidikan sebagai satu sarana untuk membentuk kesadaran tanggung jawab warga.
Sebelum lebih jauh, menarik untuk melihat bagaimana konsep bela negara dan
pendidikannya dipahami dan dilaksanakan. Pertama-tama bela negara dipahami
sebagai upaya mempertahankan negara dari serangan militer pihak luar. Kedua, akibat
dari pemahaman pertama, bela negara dan hal-hal yang terkait dengannya (termasuk
pendidikan bela negara) menjadi wilayah kerja militer. Ketiga, wujud dari peran
warga dalam upaya bela negara adalah keikutsertaan dalam wajib militer (komponen
cadangan).
Sebagai ilustrasi, bisa kita lihat apa yang dilakukan dalam Pendidikan Pendahuluan
Bela Negara (PPBN). Aktifitas ini dilaksanakan di bawah koordinasi TNI dan
Dephan. DEPO Pendidikan (Dodik) Bela Negara, tempat penyelenggaraan PPBN,
berdiri pada Juni 2003 di Desa Cikole, Kecamatan Lembang, Bandung. Idenya berasal
dari Panglima Kodam III Siliwangi Mayjen Iwan R. Sulanjana dan Gubernur Jawa
Barat ketika itu H. Nuriana. Tujuannya adalah memperkaya wawasan kebangsaan
masyarakat, khususnya generasi muda (KCM, 13/12/2004).
Syarat untuk mengikuti PPBN cukup mudah, yaitu berbadan sehat dan berusia
maksimal 50 tahun. Materi PPBN yang diberikan antara lain wawasan nusantara,
UUD1945, sistem pertahanan semesta, Pancasila, dan otonomi daerah. Adapun
praktik lapangan meliputi pelajaran baris-berbaris, peraturan penghormatan militer,
taktik regu, kegiatan alam bebas, dan ketahanan mars (KCM, 13/12/2004).
Selain Dodik PPBN, kegiatan ini juga pernah dilaksanakan oleh Universitas Siliwangi
(Unsil) Tasikmalaya. Bahkan PPBN menjadi kegiatan wajib setiap tahun bukan hanya
untuk mahasiswa tapi juga dosen dan karyawan. Peserta yang mengikuti kegiatan
PPBN tahun akademik 2005/2006, terdiri dari mahasiswa reguler 1.129 orang, dan
kelas karyawan 245 orang. Tujuan dari PPBN Unsil adalah agar mahasiswa memiliki
kesiapan melaksanakan bela negara, terkait dengan cinta tanah air (Pikiran Rakyat,
13/2/2006).

Pendidikan Kewargaan dan Bela Negara

Memang ada aspek kemiliteran dalam aktivitas bela negara. Namun menyerahkan
tanggung jawab pendidikan bela negara hanya kepada militer akan menimbulkan
persoalan. Selain aspek kemiliteran, bela negara juga mengandung aspek tanggung
jawab dan kewajiban warga (civic duties). Dengan kata lain, dari sisi warga, bela
negara merupakan bagian dari politik kewargaan (citizenship) kita. Untuk melakukan
pendidikan politik kewargaan, militer bukanlah institusi yang tepat, karena bukan
semata-mata aspek kemiliteran yang ada dalam konsep bela negara, justru prinsip dan
nilai kewargaan yang menjadi pokok dari konsep bela negara. Karena itu pendidikan
kewargaan (civic education) menjadi penting untuk dilaksanakan secara intensif.
Di dalam civic education inilah tiga pertanyaan di awal tulisan ini akan dijawab.
Jawaban bagi pertanyaan pertama, terletak pada alasan mengapa kita berkumpul
dalam satu ikatan politik yang berbentuk republik.
Dalam republik, kemaslahatan umum atau bersama (common good) dan kebebasan
(dalam pengertian non-dominasi) adalah dua pilar utama. Untuk itu dibutuhkan
partisipasi aktif setiap warga (active citizenship) dalam memperjuangkan pencapaian
kemaslahatan umum dan menjaga kebebasan. Artinya, politik kewargaan ditujukan
terutama bagi kemaslahatan umum bukan semata-mata individu atau kelompok.
Di sinilah pentingnya pendidikan kewargaan terutama dalam menanamkan kesadaran
agar setiap warga berpartisipasi aktif dalam seluruh kehidupan bermasyarakat. Dalam
partisipasinya setiap warga harus memiliki civic virtue yaitu mendahulukan
kepentingan umum daripada kepentingan pribadi, memiliki sikap toleran dan
menghargai pluralitas, memiliki kepedulian, keberanian, keadaban (civility) dan
kejujuran (Bobbio, 2003: 36-37; dan Maynor: 2003, 180-182).
Persoalannya sekarang adalah bagaimana hubungan antara pendidikan kewargaan,
dan bela negara?
Dalam republik, negara adalah organisasi politik warga yang berfungsi untuk
menjamin dan menjaga seluruh partisipasi warga dapat dilaksanakan demi kebebasan
dan kemaslahatan umum. Apa yang disebut sebagai ancaman terhadap negara harus
kita lihat sebagai ancaman terhadap kebebasan (non-dominasi) dan kemaslahatan
umum. Untuk itulah, seperti yang dikatakan oleh Machiavelli, setiap warga harus
terlibat dalam mempertahankan negara untuk melindungi kemaslahatan umum,
dengan demikian melindungi kebebasan mereka. (Maynor: 29) Inilah yang disebut
sebagai patriotisme dalam republik modern, yaitu kerelaan berkorban untuk mencapai
dan melindungi kemaslahatan umum dan kebebasan. Tanpa kebebasan non-dominasi
dan kemaslahatan umum, tidak ada republik. Jadi, dengan mempertahankan kedua
pilar tersebut berarti juga mempertahankan keberadaan republik.
Uraian ini menjawab pertanyaan kedua dan ketiga sekaligus. Tanggung jawab dalam
bela negara digunakan ketika kebebasan dan kemaslahatan umum terancam, baik
ancaman dari luar maupun dari dalam. Jika warga mengabaikan hak dan
kewajibannya maka kebebasan dan kemaslahatan umum akan terancam. Dengan kata
lain segala macam pelibatan warga dalam aktivitas yang akan mengancam kebebasan
dan kemaslahatan umum harus ditolak, seperti wajib militer bagi perang yang
bertujuan mendominasi negara lain (misalnya pada perang Vietnam atau perang Irak).

Tugas dari pendidikan kewargaan adalah memberikan pemahaman, nilai-nilai dan


ketrampilan bagi setiap warga untuk terlibat dalam republik. Dalam kaitannya dengan
bela negara (republik) pendidikan kewargaan berkewajiban membentuk patriotisme
sehingga segala upaya melindungi kebebasan dan common good dapat dilakukan.
Setiap warga yang terlibat dalam aktivitas bela negara sadar betul akan alasan
keterlibatannya karena memiliki jawaban atas tiga pertanyaan mendasar di atas.
Bukan karena terpaksa atau karena perasaan nasionalisme yang right or wrong is my
country. Akan tetapi karena kecintaannya akan kebebasan dan tujuan kemaslahatan
semua warga.

Anda mungkin juga menyukai