Anda di halaman 1dari 33

Dasar pengecoran logam

Kelompok 2
Wanda Saputra
Yoes Firman

Sejarah pengecoran
Mencairkan logam
coran dibuat dari logam yang di cairkan, di tuang
kedalam cetakan, kemudian dibiarkan mendingin dan
membeku. sejarah pengecoran dimulai ketika orang
mengetahui bagaimana mencairkan logam dan
bagaimana membuat cetakan. Hal itu terjadi kira kira
tahun 4.000 sebelum masehi, sedangkan tahun yang
lebih tepat tidak diketahui orang.
Awal penggunaan logam oleh orang ialah ketika orang
membuat perhiasan dari emas dan perak tempaan, dan
kemudian membuat senjata atau mata bajak dengan
menempa, hal itu dimungkinkan karena logam terdapat
di alam dalam keadaan murni, sehingga dengan mudah
orang menempanya.

Pengecoran perunggu di lakukan pertama di


Mesopotamia kira kira 3.000 tahun sebelum
masehi, teknik ini diteruskan ke asia tengah,
India dan cina. Penerusan ke cina kira kira
2.000 tahun sebelum masehi, dan dalam
zaman cina kuno semasa yin, yaitu kira kira
tahun 1.500 1.000 tahun sebelum masehi.
Pada masa itu tangki tangki besar yang halus
buatannya dibuat dengan jalan pegecoran.

Teknik pengecoran perunggu di india dan cina diteruskan ke


jepang dan asia tenggara, sehingga di jepang banyak arca arca
Budha dibuat antara tahun 600 dan 800.
penggunaan besi dimulai dengan penempaan, sama halnya
dengan tembaga. orang orang Asria dan Mesir Mempergunakan
perkakas besi dalam tahun 2.800 2.700 sebelum masehi.
Kemudian, di cina dalam tahun 800 700 sebelum masehi,
ditemukan cara membuat coran dari besi kasar yang mempunyai
titik cair rendah dan mengandung fosfor tinggi dengan
mempergunakan tanur beralas datar.

Sementara itu teknik pengecoran Mesopotamia diteruskan


juga ke eropa, dan dalam tahun 1.500 1.000 tahun sebelum
masehi, barang barang seperti mata bajak, pedang, mata
tombak, perhiasan, tangki, dan perhiasan makam dibuat di
spanyol, swis, jerman, ustria, norwegia, Denmark, swedia,
inggris dan prancis. Teknik produksi ini kemudian diteruskan
ke Negara Negara disekitar laut tengah. Di yunani, 600 tahun
sebelum masehi, arca arca raksasa Epaminodas atau
Hercules, berbagai senjata, dan perkakas dibuat dengan jalan
pengecoran.

Di india di zaman itu, pengecoran besi kasar dilakukan dan


diekspor ke mesir dan eropa. Walaupun demikian baru abad
ke 14 saja pegecoran besi kasar dilakukan secara besar
besaran, yaitu ketika jerman dan itali meningkatkan tanur
yang bealas datar yang primitip itu menjadi tanur tiup yang
berbentuk silinder, dimana pencairan dilakukan dengan jalan
meletakkan bijih besi dan arang batu berselan seling.
Produk produk yang dihasilkan pada waktu itu ialah:
meriam, tungku, pipa dan lain lain.

Cara pengecoran pada zaman itu ialah menuangkan secara


langsung logam cair yang didapat dari bijih besi, kedalam
cetakan, jadi tidak dengan jalan mencairkan kembali besi
kasar seperti kita sekarang.
Walaupun sejak masa kuno baja dipakai dalam bentuk
tempaan, namun hanyalah sejak H. Bessemer atau W.
Siemens sajalah telah diusahakan untuk membuat baja dari
besi kasar, dan coran baja produksi pada akhir pertengahan
abad 19.
Coran paduan aluminium dibuat pada akhir abad 19 setelah
cara pemurnian dengan elektrolisa ditemukan.

Cetakan
Telah dikatakan bahwa ketika pengecoran tembaga pertama
kali ditemukan di mesopotamia, logam cair dituang ke dalam
pasir, kemudian seperti halnya cara baru, di cara akal untuk
menuang logam cair ke dalam rongga kedalam batu. Bahan
batu tersebut adalah pasir, batu gamping atau serpetin yang
mau diolah, kadang dipergunakan tanah liat untuk
menguatkan.
Dan selanjutnya dicari cara agar mebuat coran berongga
dengan mempergunakan inti dibuat dari tanah lempung,
bubuk arang batu.

Selain mengukir batu atau membuat cetakan dari tanah, di


kembangkan juga cara cara membuat cetakan dengan pola
lilin dan kayu . pola lilin ditutup oleh campuran tanah pasir
dan tanah liat yang kemudian dipanaskan agar lilin mencair
dan terbuang, maka terbentuklah rongga cetakan. Cara
tersebut merupakan dasar dari pengecoran pasir dan lilin
seperti cara yang kita sekarang, dan dikatakan bahwa cara itu
dikembangkan lama sekali, kira kira 2.000 tahun sebelum
masehi atau lebih.
Walaupun demikian teknik yang dipakai sekarang untuk
membuat cetakan pasir dengan pola kayu telah
disempurnakan di eropa setelah abad ke 18, demikian juga
halnya dengan teknik pencairan besi.

Definisi Pengecoran
Proses pengecoran logam (casting) adalah salah satu teknik
pembuatan produk dimana logam dicairkan dalam tungku
peleburan kemudian dituangkan ke dalam rongga cetakan yang
serupa dengan bentuk asli dari produk cor yang akan dibuat.
Sebagai suatu proses manufaktur yang menggunakan logam cair
dan cetakan, pengecoran digunakan untuk menghasilkan bentuk
asli produk jadi. Dalam proses pengecoran, ada empat faktor
yang berpengaruh atau merupakan ciri dari proses pengecoran,
yaitu :
1. Adanya aliran logam cair ke dalam rongga cetak.
2. Terjadi perpindahan panas selama pembekuan
dan pendinginan dari logam dalam cetakan.
3. Pengaruh material cetakan.
4. Pembekuan logam dari kondisi cair.

Keuntungan penggunaan coran


1.
2.
3.
4.
5.

Dapat mencetak bentuk kompleks, baik bentuk bagian


luar maupun bentuk bagian dalam;
Beberapa proses dapat membuat bagian (part) dalam
bentuk jaringan;
Dapat mencetak produk yang sangat besar, lebih berat
dari 100 ton;
Dapat digunakan untuk berbagai macam logam;
Beberapa metode pencetakan sangat sesuai untuk
keperluan produksi massal.

Pembekuan (solidification)
Pembekuan (solidifikasi) adalah transformasi logam cair kembali
ke bentuk padatnya. Bagi mayoritas bahan-bahan logam,
pembekuan adalah langkah awal dalam manufaktur dan
pembekuan juga merupakan sebuah proses dasar dalam
beberapa teknik penyambungan.
a. Logam murni
Kita dapat mengamati pembekuan logam murni dengan
memasukkan sebuah termokopel ke dalam larutan cair atau
leburan yang diisikan ke dalam sebuah krus (crucible) dan merekam
perubahan suhu dari waktu ke waktu.
Jika tidak ada panas yang diberikan, larutan cair lambat laun akan
mendingin dengan melepaskan kalor sensible atau energy internal
hingga pada suhu Tm bodi Kristal terkecil, inti (nuclei), terbentuk
pada beberapa titik dalam larutan cair.

Dalam kondisi cair, dengan jarak acak, atom-atom yang


terganggu akan menempati banyak ruang, akibatnya volume
spesifik (volume per satuan massa) menjadi besar. Selama
pendinginan larutan cair, rangsangan termal mejadi melemah,
dan volume spesifik berangsur turun sampai titik cair tercapai.
Atom-atom menempati lokasi kisi-kisi yang jaraknya lebih
dekat dan volume spesifik turun secara substansial;
penyusutan selama pembekuan (solidification shrinkage)
umumnya 2,5-6,5%. Ini berarti jika suatu coran akan dihasilkan
bebas dari cacat-cacat rongga, maka harus ada tambahan
larutan cair yang mengganti penyusutan selama pembekuan.
Biasanya logam menyusut sekitar 1% setiap ada penurunan
suhu sebesar 10000C.

Solidifikasi logam paduan (alloy); logam paduan umumnya


membeku pada daerah temperatur tertentu, seperti
ditunjukkan dalam gambar dibawh ini:

b. Larutan Padat
Secara teknis logam yang paling penting bukanlah logam
murni, melainkan terdiri atas sejumlah unsur logam dan
non logam lainnya yang ditambahkan dengan sengaja
(unsur-unsur) paduan. Dalam kondisi yang baik, unsur
paduan dapat terdistribusi secara seragam dalam logam
dasar, membentuk sebuah larutan padat.
c. Sistem Euteknik
Suatu paduan yang memiliki komposisi tertentu (komposisi
eutektik) bila mengalami pendinginan sangat lambat, maka
pembekuan akan berlangsung pada temperatur konstan
(sama seperti logam murni).

Beberapa istilah penting dalam proses solidifikasi :


Shrinkage adalah penyusutan pada daerah tertentu yang
dapat menimbulkan cacat coran berupa rongga-rongga atau
retak.
Tahapan terjadinya rongga-rongga akibat penyusutan
(shrinkage cavity) ditunjukkan dalam gambar berikut ini.
(0) Level awal logam cair sesaat setelah dituangkan;
(1) Penyusutan yang terjadi selama pendinginan fase cair
(sebelum terjadi solidifikasi);
(2) Penyusutan yang terjadi pada saat perubahan fase cair ke
fase padat;
(3) Penyusutan yang terjadi selama pendinginan fase padat
sampai temperatur kamar.

Solidifikasi terarah :
Untuk mengurangi pengaruh shrinkage dapat dilakukan
dengan mengarahkan proses solidifikasi pada daerah
tertentu, dengan cara :
(a) Memasang riser (lihat gambar)
Riser (penambah) merupakan cadangan logam cair pada
cetakan yang berfungsi untuk mengimbangi penyusutan
(shrinkage) dalam pembekuan coran. Dengan memasang
riser, maka daerah yang mengalami solidifikasi awal berada
jauh dari sumber logam cair, sehingga shrinkage yang
mungkin terjadi berada pada riser itu sendiri.

Menurut hukum Chvorinov, riser harus diletakkan pada


bagian/daerah yang memiliki rasio volume terhadap luas
rendah, karena pada daerah tersebut akan mengalami
solidifikasi paling cepat. Dengan menambahkan riser pada
daerah tersebut, maka solidifikasi dapat diperlambat sehingga
cacat coran akibat terjadinya shrinkage pada benda cor dapat
dihindarkan.

(b) Memasang cil (chill)


Cil adalah benda (terutama logam) yang diletakkan pada bagian
cetakan untuk mencegah shrinkage dengan mempercepat
pendinginan dan pembekuan dari bagian yang mendapatkan
panas paling tinggi sehingga bagian tersebut akan membeku pada
waktu yang sama dengan bagian lainnya. Panas tertinggi dapat
terjadi pada bagian tebal atau pada bagian-bagian yang
mengalami konsentrasi aliran panas yang paling tinggi.
Dalam gambar (a) ditunjukkan contoh pemasangan cil pada
daerah yang mengalami konsentrasi panas tertinggi, sehingga
terjadinya cacat akibat shrinkage dapat dihindarkan, sedang
dalam gambar (b) dapat dilihat adanya cacat (rongga) akibat
pengecoran dilakukan tanpa pemasangan cil.

HEAT TRANSFER (Pemindahan panas)


Apabila material dipanaskan dengan laju pemanasan
tetap,terjadi perubahan kimia, seperti oksidasi dan
degradasi, dan/ atau perubahan fisika.
Dalam operasi pengecoran, logam harus dipanaskan sampai
temperatur tertentu di atas titik leburnya dan kemudian
dituangkan ke dalam rongga cetakan hingga menjadi beku.
Pemanasan logam :
Logam dipanaskan di dalam tungku peleburan hingga
mencapai temperatur lebur yang cukup untuk penuangan.
Energi panas yang dibutuhkan adalah jumlah dari :
panas untuk mencapai titik lebur (logam masih dalam
keadaan padat), panas untuk merubah dari padat menjadi
cair, panas untuk mencapai temperatur penuangan yang
diinginkan.

Energi panas dapat ditunjukkan dengan persamaan berikut ini :


H = V {Cs (Tm To) + Hf + Cl (Tp Tm)}
dimana : H = jumlah panas yang dibutuhkan untuk mencapai
temperatur penuangan; Btu (J)
Cs
=
weight specific heat untuk logam
padat; Btu/lbm OF (J/g - OC)
Tm
=
temperatur lebur logam; OF (OC)

To

Hf
Cl

=
=

Tp
V

=
=
=

temperatur awal, biasanya


temperatur ruang; OF (OC)
panas fusi/lebur; Btu/lbm (J/g)
weight specific heat untuk
logam cair; Btu/lbm OF (J/g - OC)
temperatur penuangan; OF (OC)
volume logam yang dipanaskan; in3 (cm3)
densitas logam; lbm/in3 (g/cm3)

Pouring (Penuangan logam cair )


Setelah pemanasan, logam siap untuk dituangkan melalui
sistem saluran masuk ke dalam rongga cetakan. Hal ini
merupakan suatu tahapan yang keritis dalam proses
penuangan. Agar tahapan ini berhasil, logam cair harus
mengalir ke semua bagian dari rongga cetakan.
Pada tahap penuangan suhu perlu diatur yang terakhir
kalinya. Unsur-unsur paduan yang sangat mudah menguap
karena tekanannya uapnya yang tinggi akan hilang selama
peleburan, sehingga perlu dikenali. Unsur-unsur untuk
deoksidasi juga dapat ditambahkan. Pada umumnya,
tujuannya adalah untuk mempertahankan aliran logam bebas
dari turbulensi yang menyebabkan oksida dan terak.

Beberapa faktor yang berpengaruh dalam operasi


penuangan adalah :
(1) Temperatur penuangan (pouring temperatur) adalah
temperatur logam cair pada saat dituangkan ke dalam
cetakan. Hal penting yang perlu diperhatikan disini
adalah perbedaan temperatur antara temperatur
penuangan dengan temperatur pada saat logam cair
mulai membeku (titik lebur untuk logam murni dan
temperatur liquidus untuk logam paduan/alloy).
Perbedaan temperatur tersebut dikenal dengan istilah
superheat. Istilah superheat juga digunakan untuk
menyatakan jumlah panas yang harus dihilangkan dari
logam cair antara penuangan hingga pembekuan mulai
terjadi.

(2) Laju penuangan (pouring rate) adalah volume logam yang


dituangkan ke dalam cetakan dalam waktu tertentu.
Bila laju penuangan terlalu rendah maka logam akan menjadi
dingin dan membeku sebelum pengisian seluruh rongga cetak
selesai; dan sebaliknya bila laju penuangan terlalu tinggi maka
akan terjadi turbulensi.
(3) Turbulensi dalam aliran cairan adalah kecepatan aliran
cairan yang tidak menentu arah dan besar (magnitude)-nya.
Turbukensi harus dihindarkan karena :
1. Dapat mempercepat pembentukan oksida logam, yang
dapat mengganggu proses pembekuan sehingga kualitas
coran kurang baik;
2. Dapat menyebabkan terjadinya pengikisan pada cetakan
karena adanya benturan aliran logam cair, sehingga hasil
coran kurang baik.

Fluid flow ( zat alir)


Analisa dalam Proses Penuangan ; untuk menganalisa logam
cair yang mengalir melalui sistem saluran masuk menuju
cetakan digunakan teori Bernoilli.
Teori Bernoulli menyatakan bahwa jumlah energi pada dua
titik dalam cairan adalah sama.

P1 v
P2 v
h1 F1 h2 F2
2g
2g
2
1

2
2

Dimana :
h = ketinggian, cm (in)
P = tekanan pada cairan, N/cm2 (lb/in2)
= berat jenis, g/cm3 (lbm/in3)
v = kecepatan aliran, cm/sec (in/sec)
g = konstante percepatan gravitasi = 981 cm/sec2 (386 in/sec2)
F = kehilangan ketinggian akibat gesekan, cm (in).

Faktor-faktor yang mempengaruhi fluiditas :


temperatur penuangan,
komposisi logam (mempengaruhi panas lebur/heat of
fusion dari logam),
viskositas logam cair,
panas yang diserap oleh lingkungan disekitarnya.
Catatan : yang dimaksud dengan heat of fusion adalah jumlah
panas yang dibutuhkan untuk mengubah logam cair menjadi
padat.

Anda mungkin juga menyukai