4.1 Tujuan
1. Mengetahui tungku yang digunakan pada proses peleburan
2. Mengetahui bahan yang digunakan pada proses peleburan
3. Mengetahui proses penuangan
4. Mengatahui fungsi mengangkat slag dan dross
5. Mengetahui proses peleburan
38
BAB II PERANCANGAN POLA DAN SISTEM SALURAN TUANG
(FITRA FERNANDA_2613201032_KELOMPOK 6)
ada kalanya digunakan pula plaster, lempung, keramik atau bahan tahan api
lainnya.
Proses pembentukan benda kerja dengan metoda penuangan logam cair
kedalam cetakan pasir (sand casting), secara sederhana cetakan pasir ini dapat
diartikan sebagai rongga hasil pembentukan dengan cara mengikis berbagai
bentuk benda pada bongkahan dari pasir yang kemudian rongga tersebut diisi
dengan logam yang telah dicairkan melalui pemanasan (molten metals).[1]
a. Kuningan
Kuningan adalah logam yang merupakan campuran dari tembaga (Cu) dan
seng (Zn). Tembaga merupakan komponen utama dari kuningan, dan kuningan
biasanya diklasifikasikan sebagai paduan tembaga. Warna kuningan bervariasi
dari coklat kemerahan gelap hingga ke cahaya kuning keperakan tergantung pada
jumlah kadar seng.
b. Evaporative (lost foam casting)
Proses pengecoran dengan menggunakan metode evaporative (lost foam
casting) tidak seperti pengecoran dengan menggunakan cetakan pasir lainnya,
pada proses ini pasir kering digunakan sebagai cetakan yang terbuat dari
polystyrene foam PS). Proses pengecoran dengan menggunakan metode
evaporative mempunyai tahapan seperti gambar sebagai berikut:
1. Pembuatan pola dari polystyrene foam (PS) atau styrofoam sesuai dengan
bentuk benda yang akan dicor.
2. Pembuatan pola cetakan dapat dilakukan dengan menggunakan cetakan
injeksi (infection moldel) atau dengan memotong lembaran styrofoam
dengan menggunakan pemotong listrik.
3. Memasukan pola kedalam kotak pengecoran dan pasir diisi kemudian
dipadukan. Penuangan cairan logam kedalam pola melalui saluran masuk
dan kemudian logam didinginkan.
Pengecoran dengan metode (evaporative lost foam casting) mempunyai
keunggulan sebagai berikut, fleksibel dalam pembuatan pola, pola dapat diubah
dengan cepat jika ada kesalahan pembuatan, dan biaya yang dikeluarkan lebih
kecil.
A. Pembekuan
1. Pembekuan logam
Kalau cairan logam murni perlahan-lahan di dinginkan, maka pembekuan
terjadi, permulaan pembekuan terjadi pertumbuhan inti-inti kristal, kemudian
kristal-kristal tumbuh sekeliling ini tersebut, dan inti lain yang timbul pada saat
yang sama.
Pembekuan (solidification) selama pengecoran mengalami 3 (tiga) jenis
penyusutan yaitu: liquid contraction, solidification contraction dan solid
contraction. Liquid contraction adalah penyusutan yang terjadi pada logam cair
jika logam cair didinginkan dari temperatur tuang menuju temperatur pembekuan
(solidification temperature). Solidification contraction adalah penyusutan yang
terjadi selama logam cair melalui phasa pembekuan (perubahan phasa cair
menjadi phasa padat). Solid contraction adalah penyusutan yang terjadi selama
periode solid metal didinginkan dari temperatur pembekuan menuju temperatur
ruang.
Liquid contraction dan solidification contraction dapat ditangani dengan
merancang sistem riser yang baik dan tepat. Kekosongan (void) yang ditimbulkan
oleh dua jenis penyusutan tersebut diisi cairan logam yang disuplai dari riser.
Sedangkan solid contraction dapat diatasi dengan membuat dimensi pola lebih
besar daripada dimensi produk cor untuk mengkompensasi penyusutan yang
terjadi. Solid contraction bila tidak dikontrol dengan baik menyebabkan produk
cor melengkung atau mengalami cacat hot tear disamping kesalahan dimensi
produk cor.
2. Pembekuan paduan
Jika logam yang terdiri dari dua unsur atau lebih di dinginkan dalam
keadaan cair, maka butir- butir kristalnya akan berbeda dengan butir-butir kristal
logam murni. Apabila suatu paduan terdiri dari komponen A dan komponen B
membeku, maka sukar di dapat susunan butir kristal A dan kristal B tetapi
umumnya di dapat butir-butir kristal campuran dari A dan B.
3. Pembekuan coran
Pembekuan coran dimulai dari bagian yang bersentuhan dengan cetakan
yaitu ketika panas dari logam cair diambil oleh cetakan sehingga bagian logam
yang bersentuhan dengan cetakan itu mendingin sampai keadaan beku. Dengan
demikian maka struktur paduan dapat terdiri dari tiga macam larutan padat,
senyawa antar logam, dan logam murni sehingga kenaikan komposisi paduan
menyebabkan bertambahnya macam kristal dan struktur.
B. Fluiditas
Fluiditas adalah kemampuan suatu logam cair untuk mengalir masuk
kedalam cetakan sebelum membeku. Faktor-faktor yang mempengaruhi fluiditas
yaitu :
1. Temperatur penuangan
2. Komposisi logam (mempengaruhi panas lebur dari logam)
3. Viskositas logam cair.
4. Panas yang diserap oleh lingkungan sekitarnya
Untuk mengukur fluiditas digunakan cetakan spiral.
C. Hubungan pembekuan dengan mampu alir
Faktor lain yang mempengaruhi besaran mampu alir adalah komposisi
paduan. Logam cair yang memiliki mampu alir yang tinggi adalah logam murni
dan paduan komposisi eutektik. Paduan yang dibentuk dari larutan padat, dan
memiliki range pembekuan yang besar memiliki mampu alir yang jelek. Terjadi
pembekuan yang berbeda yaitu daerah komposisi logam cair murni dan paduan
komposisi eutektik mempunyai pembekuan yang disebut mampu alir paduan
dengan jarak pembekuan pendek (fluidity of short freezing range alloy).
D. Mampu alir paduan dengan jarak pembekuan pendek
Logam cair murni atau komposisi eutektik masuk kedalam saluran,
pembekuan akan dimulai dari dinding saluran dan terus bergerak sampai kedua
sisi kolumnarnya bertemu rapat sehingga mengakibatkan cairan logam berhenti.[2]
E. Pembekuan Terarah (Directional Solidification)
Masing-masing area pada produk cor memiliki laju pendinginan yang
berbeda. Hal ini disebabkan adanya variasi luas penampang, perbedaan laju
pelepasan panas, dan sebagian area yang cenderung membeku lebih cepat
dibandingkan area lainnya. Gejala ini bila tidak ditangani dengan baik akan
menimbulkan kekosongan atau shrinkage akibat solidification contraction.
Solidification contraction biasanya terjadi pada bagian produk cor yang
kesimpulan
Gambar 4.1 Skema Proses Pembekuan dan Peleburan Logam
Gambar 4.2 Gambar Proses Pembuatan Parting Line Dan Proses Assembling
Pada praktikum kali ini pada saat pemberian pasir pada ceakan cetakan yang
dibuat terjadinya pelepasan oleh karena kurangnya rapat pada saat pembuatan
cetakan hal tersebut bisa menyebabkan coran keluar dari gating system dan
mengenai kayu.
4.7 Kesimpulan
1. Tungku yang digunakan adalah tungku krusible
2. Bahan yang digunakan adalah alumunium
3. Pada saat proses penuangan itu harus cepat dan konstan serta tenang supaya
logam cair tidak melebar ke pasir
4. Fungsi dari pengangkatan pada slag dan dross adalah untuk mendapatkan
hasil yang baik dan untuk mendapatkan kemurnian yang diinginkan. Pada
saat pemasukan flux,flux diaduk sampai merata hal ini disebabkan karena
untuk mengangkat pengotoran pada logam cair yang ada di bawah tungku,
5. Proses peleburan adalah proses mencairkan dimana ingot aluminium pada
temperature titik leburnya yang dipanaskan pada tungku krusibel.