Anda di halaman 1dari 34

PENGECORAN LOGAM

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas pada Mata Kuliah Proses Manufaktur

Dosen Pengampu :
Mochamad Saidiman, ST., MT.

Oleh :
Arras Albaith (21262011426)
Eva Nurjanah (21262011356)
Izmi Hannisya (21262011589)
Jajang Sukirman (21262011295)
Relay Situmorang (21262011129)

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


SEKOLAH TEKNOLOGI BANDUNG
2022/2023
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejarah pengecoran dimulai ketika orang mengetahui bagaimana mencairkan
logam dan bagaimana membuat cetakan. Hal itu terjadi kira-kira tahun 4000 SM,
sedangkan tahun yang lebih tepat tidak diketahui orang.
Awal penggunaan logam oleh orang ialah ketika orang membuat perhiasan dari
emas atau perak tempaan, dan kemudiaan membuat senjata atau mata bajak dengan
menempa tembaga. Hal ini dimungkinkan karena logam-logam tersebut terdapat di
alam dalam keadaan murni, sehingga orang dengan mudah dapat menempahnya.
Kemudiaan secara kebetulan orang menemukan tembaga mencair, selanjutnya
mengetahui cara untuk menuang logam cair ke dalam cetakan. Dengan demikian,
untuk pertama kalinya orang dapat membuat coran yang berbentuk rumit seperti
perhiasaan dan hiasan makam. Coran tersebut terbuat dari perunggu yaitu suatu
paduan tembaga, timah, dan timbal yang titik cairnya lebih rendah dari titik cair
tembaga.
Pengecoran perunggu pertama kali dilakukan di Mesopotamia kira-kira 3000
tahun SM. Teknik ini diteruskan ke Asia Tengah, Cina, dan India. Penerusan ke
cina kira-kira terjadi pada tahun 2000 SM, dan dalam zaman cina kuno semasa Yin
yaitu kira-kira 1500-1000 SM. Pada masa itu tangki-tangki besar yang halus dibuat
dengan jalan pengecoran. Selain itu teknik pengecoran Mesopotamia di teruskan
juga ke Eropa, sehingga pada tahun 1500-1400 SM barang-barang seperti mata
bajak, pedang, mata tombak, perhiasan, tangki, dan perhiasan makam dibuat di
Spanyol, Swiss, Jerman, Ustria, Norwegia, Denmark, Swedia, Inggris, dan Prancis.
Teknik pengecoran perunggu di India dan Cina diteruskan ke Jepang dan Asia
Tenggara, sehingga di Jepang banyak arca-arca Budha dibuat antara tahun 600 dan
800.
Penggunaan besi dimulai dengan dengan penempaan, sama halnya dengan
tembaga. Orang-orang Asiria dan Mesir mempergunakan perkakas besi dlam tahun
2800-2700 SM. Kemudian, di Cina pada tahun 800-700 SM ditemukan cara
membuat coran dari besi kasar yang mempunyai titi cair rendah dan mengandung
fosfor tinggi dengan mempergunakan tanur beralas datar.
Teknik produksi ini kemudian diteruskan ke negara-negara di sekitar Laut
Tengah. Di Yunani, 600 tahun SM, arca-arca raksasa Epaminondas atau Hercules,
berbagi senjata dan perkakas dibuat dengan jalan pengecoran. Di India pada zaman
itu pengecoran besi kasar dilakukan dan diekspor ke Mesir dan Eropa. Walaupun
demikian, pada abad ke 14 saja pengecoran besi kasar baru dilakukan secara besar-
besaran, yaitu ketika Jerman dan Italia meningkatkan tanur beralas datar yang
primitive menjadi tanur berbentuk silinder, dimana pencairan dilakukan dengan
jalan meletakkan bijih besi dan arang batu berselang-seling. Produk yang dihasilkan
pada waktu itu ialah meriam, peluru meriam, tungku, pipa, dan lain-lain.
Cara pengecoran pada waktu itu ialah menuangkan secara langsung logam cair
yang didapat dari bijih besi ke dalam cetakan, jadi tidak dengan jalan mencairkan
kembali besi kasar seperti cara kita sekarang.
Kokas ditemukan di inggris pada abad ke 18, yang kemudian diikhtiarkan agar
kokas dapat dipakai untuk mencairkan kembali besi kasar pada tanur kecil dalam
usaha membuat coran. Kemudian tanur yang serupa dengan tanur kupola yang ada
sekarang dibuat di Inggris, dan cara pencairan besi kasar yang dilakukan kira-kira
sama dengan cara yang dilakukan orang sekarang.
Walaupun sejak masa kuno baja dipakai dalam bentuk tempaan, namun
hanyalah sejak H. Bessemer atau W. Siemens sajalah telah diusahakan untuk
membuat baja dari besi kasar, dan coran baja diproduksi pada akhir pertengahan
abad 19.
Coran paduan aluminium dibuat pada akhir abad ke 19 setelah cara pemurnian
dengan elektrolisa ditemukan.
Seperti yang telah diketahui bahwa ketika pengecoran tembaga pertama kali
ditemukan di Mesopotamia, Logam cair dituangkan ke pasir, dan kemudian
ditemukan cara untuk menuang Logam cair kedalam rongga yg dibuat dalam batu.
Bahan batu tersebut adalah pasir, batu gamping atau serpentin yg mudah diolah,
juga tanah liat yang biasanya digunakan untuk menguatkan cetakan.
Pada mulanya benda tipis yg berbentuk sepeti Kapak atau Pedang dicor hanya
mepergunakan drag (cetakan bawah), tidak dengan kup (cetakan atas). Kemudian
keduanya baik drag maupun kup dipergunakan, dan selanjutnya ditemukan cara
untuk membuat coran berongga dengan mempergunakan inti yang dibuat dari tanah
lempung dan bubuk arang batu.
Selain cara mengukir batu atau membuat cetakan dari tanah, dikembangkan
juga cara cara membuat cetakan dengan pola kayu dan pola lilin. Pola lilin ditutup
oleh campuran tanah pasir dan tanah liat yg kemudian dipanaskan agar lilin mencair
dan terbuang, dan terbentuklah pola cetakan. Cara tersebut merupakan dasar dari
pengecoran pasir dan pengecoran lilin seperti cara yg dikenal sekarang.
Walaupun demikian, Teknik yg dipakai sekarang untuk membuat cetakan pasir
dengan pola kayu telah disempurnakan di eropa setelah abad ke- 18, demikian pula
dengan hal nya Teknik pencairan besi.

1.2 Membuat Coran

Untuk membuat coran, harus dilakukan proses seperti pencairan logam,


membuat cetakan, menuang, membongkar, dan membersihkan coran. Untuk
mencairkan logam digunakan bermacam macam tanur. Umumnya kupola atau tanur
induksi frekuensi rendah dipergunakan untuk besi cor, tanur busuk listrik atau tanur
induksi frekuensi tinggi dipergunakan untuk baja cor, dan tanur krus untuk paduan
tembaga atau coran paduan ringan, karena tanur tanur ini dapat memberikan logam
cair yg baik dan sangat ekonomis untuk logam logam tersebut.
Cetakan biasanya dibuat dengan jalan memadatkan pasir. Pasir yg dipakai bisa
pasir alam ataupun pasir buatan yang mengandung tanah lempung. Cetakan pasir
mudah dibuat dan harganya terjangkau. Bisa juga dicampurkan pengikat khusus
yang dapat memperkuat cetakan seperti resin fenol atau minyak pengering, akan
tetapi penggunaan pengikat khusus memerlukan biaya yang mahal, sehingga perlu
membertimbangkan bentuk, bahan, dan jumlah produk.
Selain dari cetakan pasir terdapat pula cetakan logam. Pada saat proses
penuangan, logam cair mengalir melalui pintu cetakan, sehingga bentuk pintu harus
dibuat agar tidak mengganggu aliran logam cair.
Macam – Macam Pengecoran:
1. Pengecoran cetak, merupakan suatu cara pengecoran yang dilakukan dengan
cara menekan logam cair kedalam cetakan logam dengan tekanan tinggi.
2. Pengecoran tekanan rendah, merupakan suatu cara pengecoran yang
dilakukan dengan cara memberikan tekanan yg sedikit lebih tinggi dari
tekanan atmosfer pada permukaan logam dalam tanur. Tekanan ini
mengakibatkan mengalirnya logam cair keatas melalui pipa kedalam cetakan
3. Pengecoran sentrifugal, merupakan suatu cara pengecoran yang dilakukan
dengan cara memutar cetakan dan menuangkan logam cair kedalamnya,
sehingga logam cair tertekan oleh gaya sentrifugal dan kemudian membeku

Setelah penuangan, coran dikeluarkan dari cetakan dan dibersihkan, kemudian


bagian bagian yang tidak perlu dibuang dari coran. Setelah itu coran diselesaikan
dibersihkan dengan disemprot mimis atau semacamnya agar memberikan rupa yang
bagus. Kemudian dilakukan pemeriksaan dengan penglihatan terhadap rupa dan
kerusakan, dan akhirnya dilakukan pemeriksaan dimensi. Selain itu, dilakukan pula
berbagai pemeriksaan metalurgi untuk mencari kerusakan dalam. Mudah tidaknya
pembuatan coran tergantung pada bentuk dan ukuran benda coran. Coran yang
tebalnya seragam, tipis, dan lebar, atau tuangan yang memerlukan inti tipis dan
panjang merupakan coran yang sangat sukar untuk dibuat.

1.3 Bahan-Bahan Pengecoran


1. Besi cor
Besi cor adalah paduan besi yang mengandung karbon, silisium, mangan,
fosfor, dan belerang. Besi cor digolongkan menjadi enam macam, yaitu besi cor
kelabu, besi cor kelas tinggi, besi cor kelabu paduan, besi cor bergranat bulat,
besi cor mampu tempa, dan besi cor cil.
2. Baja cor
Baja cor digolongkan ke dalam baja karbon dan baja paduan. Coran baja karbon
adalah paduan besi karbon dan digolongkan menjadi tiga macam, yaitu baja
karbon rendah (C < 0,20%), baja karbon menengah (0,20 – 0,50% C), dan baja
karbon tinggi (C > 0,50%). Kadar karbon yang rendah menyebabkan kekuatan
rendah, perpanjangan yang tinggi, dan harga bentur serta mampu las yang baik.
Baja cor mempunyai struktur yang buruk dan sifat yang getas apabila tidak
diadakan perlakuan panas; dengan pelunakan atau atau penormalan maka baja
cor menjadi ulet dan strukturnya menjadi halus. Titik cairnya kira-kira 15000C,
mampu cornya lebih buruk dibandingkan dengan besi cor, tetapi baja cor dapat
dipergunakan baik sekali sebagai bahan untuk bagian-bagian mesin, sebab
kekuatannya yang tinggi dan harganya yang rendah.
Baja cor paduan adalah baja cor yang ditambah unsur-unsur paduan. Salah satu
atau beberapa dari unsur-unsur paduan seperti mangan, khrom, molibden atau
nikel dibubuhkan untuk memberikan sifat-sifat khusus dari baja paduan
tersebut, seperti sifat ketahanan asam dan korosi. Contoh baja cor adalah baja
cor tahan karat dan baja cor tahan panas.
3. Coran paduan tembaga
Macam-macam coran paduan tembaga adalah perunggu, kuningan, kuningan
kekuatan tinggi, perunggu aluminium, dan sebagainya.
Perunggu adalah paduan antara tembaga dan timah dan perunggu yang biasa
dipakai mengandung kurang lebih 15% timah. Titik cairnya kira-kira 1000
derajat Celcius, jadi titik cairnya lebih rendah dari titik cair paduan besi, dan
mampu cor nya sangat baik sama halnya dengan besi cor. Sifat-sifat ketahanan
korosi dan ketahanan aus sangat baik sehingga bahan ini dapat dipakai untuk
bagian-bagian mesin. Harganya 5 sampai 10 kali lebih mahal dibandingkan
dengan besi cor kelabu, sehingga bahan ini hanya dipakai untuk bagian khusus
dimana diperlukan sifat-sifat yang luar biasa. Perunggu digolongkan ke dalam
dua macam, yaitu perunggu fosfor yang sifat ketahanan aus nya diperbaiki oleh
penambahan fosfor dan perunggu timbal yang cocok untuk logam bantalan
dengan menambahkan timbal. Kuningan adalah Paduan antara tembaga dan
seng dan Kuningan tegangan tinggi adalah paduan yang mengandung tembaga,
aluminium, besi, mangan, nikel, dan sebagainya, adanya unsur-unsur tersebut
dimaksudkan untuk memperbaiki sifat-sifat mekanisnya.
4. Coran paduan ringan
Coran paduan ringan, Merupakan coran paduan aluminium, coran paduan
magnesium, dan sebagainya. Aluminium murni mempunyai sifat mampu cor
dan sifat mekanis yang jelek. Oleh karena itu dipergunakan paduan aluminium
karena sifat-sifat mekanisnya akan Diperbaiki dengan menambahkan tembaga,
Silisium, magnesium, mangan, nikel, dan sebagainya. coran paduan aluminium
adalah Coran yang ringan dan merupakan penghantar panas yang sangat baik.
5. Coran paduan lainnya
Paduan seng yang mengandung sedikit aluminium dipergunakan untuk
pengecoran cetak. Logam monel adalah paduan nikel yang mengandung
tembaga dan demikian pula hasteloy yang mengandung molibden, khrom, dan
silikon.
Paduan timbal adalah paduan antara timbal, tembaga, dan timah. Logam
bantalan adalah paduan dari timbal, tembaga, dan stibium. Di samping itu,
dipakai juga paduan timah, tembaga, dan stibium.

1.4 Penggunaan Coran


1. Jumlah produksi coran
Jumlah notase produksi coran di dunia lebih dari 80 juta ton (1970). Produksi
dari besi cor kelabu lebih besar dari produksi lainnya, yaitu kira-kira 80% dalam
berat. Produksi baja cor kira-kira 15%, dan produksi coran bukan besi hanya 2-
3%. Negara yang memproduksi coran dalam jumlah banyak adalah Amerika
Serikat, Uni Soviet, Jepang, Jerman Barat, Inggris, Prancis, Italia, dan India.
2. Sifat-sifat yang diperlukan dan bahan yang cocok untuk coran
3. Penggunaan berbagai bahan dari coran

II. PENELAAHAN DASAR MENGENAI PENGECORAN


2.1 Sifat-Sifat Logam Cair
1. Perbedaan logam cair dan air
Logam cair adalah cairan seperti air tetapi berbeda dari air dalam beberapa hal.
Pertama, kecairan logam sangat tergantung pada temperature. Logam cair akan
mencair seluruhnya pada temperature tinggi.
Kedua, berat jenis logam cair lebih besar daripada berat jenis air. Berat jenis air
adalah 1, sedangkan besi cor 6,8-7,0; paduan aluminium 2,2-2,3; dan paduan
timah 6,6-6,8. Dikarenakan berat jenis logam jauh lebih besar daripada air, maka
alirannya pun akan sangat berbeda. Aliran logam mempunyai kelembaman dan
gaya tumbuk yang besar.
Ketiga, air menyebabkan permukaan dinding wadah menjadi basah, sedangkan
logam cair tidak. Oleh karena itu, apabila logam cair mengalir di atas permukaan
cetakan pasir, ia tidak meresap ke dalam pasir asalkan jarak antara partikel-
partikel pasir cukup kecil.
2. Kekentalan logam cair
Aliran logam cair dipengaruhi terutama oleh kekentalan logam cair dan
kekasaran permukaan cetakan. Sedangkan kekentalan tergantung pada
temperature, dimana kekentalan menjadi lebih rendah ketika temperaturnya
tinggi, dan kekentalan menjadi lebih tinggi ketika temperaturnya rendah.
Apabila logam didinginkan sehingga terbentuk inti-inti kristal, maka kekentalan
bertambah sangat cepat, tergantung pada jumlah inti-intinya. Apabila inti-inti
kristal kurang dari 20% dalam volume, kekentalan akan bertambah berbanding
lurus dengan jumlah inti kristal. Sedangkan apabila inti-inti lebih dari 30%,
harga kekentalan sangat melonjak, melebihi 10kali harga asal. Oleh karena itu,
logam yang mempunyai kekentalan tinggi sukar mengalir atau bahkan bisa
sampai kehilangan mampu alirnya. Dalam hal ini, kekentalan logam tergantung
pada jenis logam yang digunakannya.
3. Aliran logam cair

Apabila logam cair mengalir melalui rongga sebuah cetakan, ia tidak mengikuti
keadaan cair sempurna. Apabila temperature logam jauh di atas titik cair, maka
lapisan beku tidak akan cepat tumbuh pada permukaan dinding cetakan.
Sedangkan apabila temperature logam dekat dengan titik cairnya, maka lapisan
beku akan cepat tumbuh pada permukaan dinding dan jalan aliran menjadi
sempit, sehingga dalam hal ini kemampuan mampu-alir dari logam cair akan
menurun.
4. Tegangan permukaan logam cair
Pada permukaan bebas dari setiap cairan, bekerja suatu gaya untuk membuat
permukaan menjadi kecil, seperti halnya yang terjadi pada membran karet. Gaya
tersebut disebut tegangan permukaan dari logam yang bekerja per satuan luas,
dan besarnya lebih besar daripada tegangan permukaan air.

2.2 Pembekuan Logam


1. Pembekuan logam murni
Apabila cairan logam murni perlahan-lahan didinginkan, maka pembekuan
terjadi pada temperature yang konstan. Temperature ini disebut titik beku,
dimana tiap jenis logam mempunyai titik beku yang berbeda-beda.

2. Pembekuan paduan
Apabila logam yang terdiri dari 2 unsur atau lebih didinginkan dari keadaan cair,
maka butir-butir kristalnya akan berbeda dengan butir-butir kristal logam murni.
Kenaikan komposisi paduan akan menyebabkan bertambahnya macam kristal
dan struktur. Dalam ilmu logam, paduan merupakan susunan dari beberapa fasa,
yaitu larutan padat, senyawa antar logam, dan logam murni. Contohnya besi cor
yang mempunyai komponen utama besi, karbon, dan silisium, fasa-fasa yang
terlihat adalah larutan padat terutama terdiri dari besi (dimana semua
silisiumdan sebagian dari karbon larut dalam besi), senyawa antar logam Fe 3 C
(sementit), dan grafit murni.
3. Pembekuan coran
Pembekuan coran dimulai dari bagian logam yang bersentuhan dengan cetakan,
yaitu ketika panas dari logam cair diambil oleh cetakan sehingga bagian logam
yang bersentuhan dengan cetakan itu mendingin sampai titik beku, dan
kemudian inti-inti kristal tumbuh. Bagian dalam dari coran mendingin lebih
lambat daripada bagian luar, sehingga kristal-kristal tumbuh dari inti asal
mengarah ke bagian dalam coran, dan butir-butir kristal tersebut berbentuk
Panjang-panjang seperti kolom, yang disebut struktur kolom. Struktur ini
muncul dengan jelas apabila gradien temperature yang besar terjadi pada
permukaan coran besar, contohnya pada pengecoran dengan cetakan logam.
Sebaliknya, pengecoran dengan cetakan pasir menyebabkan gradien
temperature yang kecil dan membentuk struktur kolom yang tidak jelas. Bagian
tengah coran mempunyai gradien temperature yang kecil sehingga merupakan
susunan dari butir-butir kristal segi banyak dengan orientasi yang sembarang.

2.3 Diagram Keseimbangan Paduan


2.4 Bentuk dan Ukuran Coran
Bentuk standar dan ukuran coran

Ketelitian dan ukuran coran

III. POLA
Pola yang dipergunakan untuk pembuatan coran dapat dibedakan menjadi pola
logam dan pola kayu (termasuk pola plastik). Pola logam dipergunakan agar dapat
menjaga ketelitian ukuran benda coran terutama dalam masa produksi, sehingga unsur
pola bisa lebih lama dan produkstivitasnya lebih tinggi. Bahan dari pola logam bisa
bermacam-macam sesuai dengan penggunaannya. Logam tahan panas seperti besi cor,
baja cor, dan paduan tembaga cocok untuk pola pada pembuatan cetakan kulit,
sedangkan paduan ringan yang mudah diolah dan dipilih untuk pola dipergunakan
dalam masa produksi dimana pembuatan cetakan dilakukan dengan tangan. Pola kayu
dibuat dari kayu, dan umumnya digunakan untuk cetakan pasir.
Factor penting untuk menetapkan macam pola adalah proses pembuatan cetakan
dimana pola tersebut dipakai, dan lebih penting lagi untuk mempertimbangkan
ekonomi yang sesuai dengan jumlah dari biaya pembuatan cetakan dan biaya
pembuatan pola.

3.1 Gambar untuk Pengecoran


Hal pertama yang harus dilakukan pada pembuatan pola adalah mengubah
gambar perencanaan menjadi gamabr untuk pengecoran. Dalam hal ini
dipertimbangkan bagaimana cara membuat coran yang baik, cara menurunkan
biaya pembuatan cetakan, cara membuat pola yang mudah, cara menstabilkan inti-
inti, dan cara mempermudah pembongkaran cetakan, serta kemudian menetapkan
arah kup, drag, posisi permukaan pisah, bagian yang dibuat oleh cetakan utama, dan
bagian yang dibuat oleh inti. Setelah itu menetapkan tambahan penyusutan,
tambahan untuk penyelesaian dengan mesin, dan kemiringan pola. Setelah itu,
dibuat gambar untuk pengecoran yang kemudian diserahkan kepada pembuat pola.

3.2 Macam Pola


1. Pola pejal, yaitu pola yang bentuknya hampir serupa dengan bentuk coran.
2. Pola pelat pasangan, yaitu pelat yang pada kedua ditempelkan pola. Pola ini
cocok untuk masa produksi dari coran kecil. Pola ini bisa dibuat dari logam
ataupun plastik.

3. Pola pelat kup dan drag, yaitu dua pelat yang dilekatkan pada pola kayu, logam,
ataupun plastik. Kedua pelat dijamin oleh pena-pena agar bagian atas dan bawah
dari coran menjadi cocok. Pola semacam ini dipakai untuk meningkatkan
produksi.

4. Pola cetakan sapuan, yaitu pola cetakan untuk coran slinder atau bentuk benda
putar. Alat ini dibuat dari pelat dengan sebuah penggeret dan pemutar pada
tengahnya. Pembuatan cetakan dilakukan dengan memutar penggeret di
sekeliling pemutar.
5. Pola penggeret dengan penuntun, yaitu pola yang dipergunakan untuk pipa lurus
atau pipa lengkung yang penampangnya tidak berubah. Penuntun dibuat dari
kayu, dan pembuatan cetakan dilakukan dengan menggerakkan penggeret
sepanjang penuntun.

6. Pola penggeret berputar dengan rangka cetak, yaitu jenis pola yang dapat
ditukar secara konsentris karena kedua ujung dari penggeret mempunyai poros.
Pembuatan cetakan dilakukan dengan mengayunkan penggeret di sekeliling
porosnya.

7. Pola kerangka, yaitu pola yang cocok untuk bentuk dengan lengkungan yang
berbeda-beda, akan tetapi lama pembuatan cetakannya menjadi bertambah,
sehingga hanya dipakai untuk produksi yang terbatas.
3.3 Bahan-Bahan Pola
1. Kayu
Kayu yang dipakai untuk pola adalah kayu saru, aras, pinus, magoni, jati, dan
lain-lain. Pemilihan kayu dilakukan berdasarkan macam dan ukuran pola,
jumlah produksi, lamanya dipakai, kadar air pada kayu, dan suhu udara luar.
2. Resin sintesis
Resin epoksi merupakan resin yang paling banyak dipakai karena mempunyai
sifat penyusutan yang kecil pada waktu mengeras, tahan aus yang tinggi, dan
memberikan pengaruh yang lebih baik dengan menambah pengencer. Resin
epoksi digunakan untuk coran yang kecil-kecil dari satu masa produksi. Contoh
penggunaan resin epoksi adalah kekerasan pola meningkat dengan
mencampurkan bubuk besi atau aluminium, dan menumpukkan serat gelas
dalam bentuk lapisan untuk meningkatkan ketahanan pola.
3. Bahan untuk pola logam
Bahan yang lazim digunakan untuk pola logam adalah besi cor. Biasanya
dipakai besi cor kelabu karena sangat tahan aus, tahan panas (untuk pembuatan
cetakan kulit), dan tidak mahal. Aluminium adalah unsur yang sering dipakai
untuk pelat pola atau pola untuk mesin pembuat cetakan karena ringan dan
mudah diolah. Baja khusus dipakai untuk pena atau pegas sebagai bagian dari
pola yang memerlukan keuletan.

3.4 Pembuatan Pola


Setelah penentuan macam pola, maka gambarnya dibuat, kemudian pola dibuat
dengan berbagai mesin dan perkakas yang telah disediakan sesuai ketentuan.

3.5 Pemeriksaan dari Pola


1. Pengertian gambar dari referensi pola
Perincian dari gambar, yaitu bahan coran, jumlah produksi, macam pola,
tambahan penyusutan, tambahan penyelesaian mesin, tambahan pembetulan,
permukaan pisah, bentuk telapak inti, dan tahanan tekanan hidrolis atau
perlakuan panas harus bisa dimengerti dengan baik.
2. Pemeriksaan dengan penglihatan
Pemeriksaan dengan penglihatan dilakukan mulai dari pola sampai ke kotak
inti. Rencana, pandangan muka, dan pandangan samping dari gambar
diletakkan di samping pola pada arah yang sama, kemudian dicek dengan
memutar dan membandingkannya. Pengecekan dilakukan mulai dari garis
tengah untuk bagian-bagian utama, kemudian dari kiri ke kanan, dan yang
terakhir dari atas ke bawah.
3. Pemeriksaan ukuran
Setelah mempersiapkan mistar susut, pengukur permukaan, jangka ukur, dan
alat pengukur umum lainnya yang diperlukan untuk pemeriksaan, maka
pemeriksaan ukuran dilakukan. Sebagai hasil dari pemeriksaan, kesalahan yang
ditemukan dicatat pada daftar pemeriksaan (daftar pengontrolan kualitas).

IV. RENCANA PENGECORAN


Untuk membuat cetakan, dibutuhkan saluran turun yang mengalirkan cairan
logam ke dalam rongga cetakan, penambah yang memberi cairan logam pada saat
logam membeku dan menyusut. Besar dan bentuknya ditentukan oleh ukuran, tebalnya
irisan dan macam logam dari coran. Selanjutnya diperlukan penentuan keadaan-
keadaan penuangan seperti temperature penuangan dan laju penuangan. Karena kualitas
coran tergantung pada saluran turun, penambah, keadaan penuangan, dan yang lainnya,
maka penentuannya memerlukan pertimbangan yang teliti.

4.1 Sistem Saluran


Sistem saluran adalah jalan masuk bagi cairan logam yang dituangkan ke dalam
rongga cetakan. Tiap bagian diberi nama, mulai dari cawan tuang, saluran turun,
serta pengalir dan saluran masuk.
1. Sistem saluran untuk coran besi

2. Sistem saluran coran baja


Sistem saluran yang memakai bahan tahan panas seperti baja, bumbung samot
atau pipa tanah bertujuan untuk mencegah terkikisnya butir-butir pasir pada
permukaan saluran yang bisa terbawa masuk ke dalam rongga cetakan.
3. Sistem saluran untuk coran bukan besi
Paduan bukan besi cenderung untuk menyebabkan terjadinya terak, kristal
kasar, dan segregasi karena sifat-sifatnya. Oleh karena itu, dalam pembuatan
sistem saluran perlu mempertimbangkan sifat-sifat paduan dan memakai sistem
saluran yang cocok. Jenis dasar dari sistem saluran untuk paduan bukan besi
adalah saluran penambah, saluran bawah, saluran pensil, saluran cabang, dan
sebagainya.

4.2 Penambah
Penambah digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu penambah samping dan penambah
atas. Penambah samping dipasang di samping coran dan langsung dihubungkan
dengan saluran turun dan pengalir. Penambah samping sangat efektif dipakai untuk
coran ukuran kecil dan menengah. Penambah atas dipasang di atas coran yang
biasanya berbentuk silinder atau mempunyai ukuran yang besar.
Penambah yang terbuka ke udara luar disebut penambah terbuka, sedangkan
penambah yang dekat pada bagian atasnya (biasanya berbentuk setengah bola)
disebut penambah buta.
1. Penambah untuk coran besi
Penyusutan besi cor dalam pembekuan lebih kecil daripada penyusutan baja cor
dan paduan bukan besi. Peranan penambah disini ialah memberikan logam cair
ke bagian yang menyusut karena pembekuan untuk mencegah terbentuknya
rongga-rongga penyusutan, demikian juga untuk meniadakan pasir yang
terbawa, terak, dan gas-gas dari coran.

2. Penambah untuk coran baja


Baja cor mempunyai titik cair yang tinggi dan koefisien penyusutan yang sangat
besar, disamping itu pembekuannya terjadi dalam waktu yang pendek.
Penambah untuk baja cor harus besar, dan dipasang di atas saluran masuk pada
tempat yang tertinggi dari coran dan di atas bagian yang paling tebal dari coran,
selanjutnya pada pembongkarannya harus mudah dipisah. Bentuk yang biasa
dipakai adalah bentuk silinder.

3. Penambah untuk coran bukan besi


Coran bukan besi umumnya mempunyai penyusutan besar pada waktu
pembekuan. Oleh karena itu, logam cair harus diisikan ke dalam rongga-rongga
di antara butir-butir kristal pada waktu pembekuan. Paduan tembaga yang
mengandung logam dengan titik beku yang bermacam-macam sukar untuk
ditentukan sistem pengisiannya.
4.3 Cil
Cil adalah benda (terutama logam) yang diletakkan di bagian cetakan untuk
mendinginkan coran secara cepat yang terdiri dari cil luar, cetakan logam, dan cil
dalam.
1. Cil untuk coran besi
Karena coran besi mempunyai rongga penyusutan yang kurang dibandingkan
dengan baja cor dan bukan besi, maka cil tidak banyak dipakai untuk besi cor,
tetapi cil banyak digunakan untuk besi cor liat. Cil untuk coran besi berfungsi
untuk mencegah rongga penyusutan setempat dengan mempercepat pembekuan
dan pendinginan dari bagian yang tebal sehingga bagian yang tebal membeku
pada waktu yang sama dengan yang tipis. Kekurangan cil dapat menyebabkan
cacat seperti deformasi, retak dan juga rongga penyusutan.
2. Cil untuk coran baja
Guna utama dari cil pada coran baja ialah untuk membuat bagian yang tidak
dapat diisi logam cair dari penambah.
3. Cil untuk coran bukan besi
Penentuan cil untuk coran bukan besi harus diperhatikan sesuai dengan
macamnya.

V. CETAKAN PASIR DAN PASIR CETAK


Cetakan pasir merupakan cetakan yang paling sering dipakai. Beberapa cetakan
mengandung tanah lempung sebagai pengikatnya, sedangkan yang lainnya
mengandung pengikat khusus.

5.1 Pembuatan Cetakan dengan Tangan


Pembuatan cetakan dengan tangan dilakukan jika jumlah produksinya kecil.
1. Pembuatan dengan cetakan kup dan drag yang umum

2. Pembuatan dengan cetakan tanah liat


Pembuatan cetakan tanah liat biasanya dipakai untuk produksi coran yang
hanya satu atau berukuran besar. Cara ini dipakai untuk membuat cetakan pipa
lengkung, drum putar, pengering untuk produksi kertas, atau rotor turbin.
5.2 Pembuatan Cetakan Secara Mekanik
Pembuatan cetakan secara mekanik efisien untuk produksi masal karena dapat
menjamin produksi cetakan yang baik.
1. Pembuatan cetakan dengan mesin guncang

2. Pembuatan cetakan dengan mesin pendesak


3. Pembuatan cetakan dengan mesin guncang-desak

5.3 Pembuatan Inti


Inti adalah suatu bentuk dari pasir yang dipasang pada rongga cetakan untuk
mencegah pengisian logam pada bagian yang seharusnya berbentuk lubang atau
berbentuk rongga dalam suatu coran.
1. Pembuatan inti dengan tangan
Pembuatan inti kotak
2. Pembuatan inti dengan mesin
Untuk pembuatan inti dengan mesin digunakan peniup inti.

5.4 Lapisan Cetakan


1. Lapisan cetakan untuk cetakan pasir basah
Untuk pelapis cetakan pasir basah digunakan grafit, bubuk mika, atau talek
yang murni. Bahan tersebut ditaburkan atau dicatkan dengan kuas pada
permukaan cetakan basah.
2. Lapisan cetakan untuk cetakan pasir kering
Untuk pelapis cetakan pasir kering digunakan bubuk grafit (dengan komposisi
yang bergantung pada temperatur penuangan). Bahan tersebut disemprotkan
atau dicatkan pada permukaan cetakan sebelum dilakukan pengeringan.

5.5 Perlengkapan Cetakan


1. Penyangga
Penyangga dibuat dari logam yang dipergunakan untuk menyangga inti. Bentuk
dan ukuran penyangga yang akan digunakan harus disesuaikan dengan keadaan
coran, dan sebaiknya bahan yang digunakan sama dengan bahan coran.
Bentuk dan macam penyangga
2. Mandrel
Mandrel adalah kerangka yang diletakkan dalam inti atau cetakan untuk
mencegah patahnya inti. Penggunaan yang salah dari mandrel dapat
mempengaruhi efisiensi pembuatan cetakan dan operasi pembongkaran
selanjutnya, juga dapat menyebabkan cacat pada coran.
3. Pemberat
Dalam penuangan logam cair ke dalam cetakan, kup mengalami daya apung
karena logam cair. Oleh karena itu, perlu diletakkan pemberat di atas kup untuk
mencegah terapungnya kup.

5.6 Pasir Cetak


1. Syarat bagi pasir cetak
 Mempunyai sifat mampu bentuk, sehingga mudah dalam pembuatan
cetakan dengan kekuatan yang cocok
 Mempunyai permeabilitas yang cocok
 Mempunyai distribusi besarbutir yang cocok
 Tahan terhadap temperatur logam yang dituang

2. Macam Pasir cetak


Pasir cetak yang biasanya digunakan adalah pasir gunung, pasir pantai, pasir
sungai dan pasir silikayang disediakan oleh alam. Beberapa dari mereka
dipakai begitu saja dan yang lain dipakai setelah dipecah menjadi butir-butir
dengan ukuran yang cocok.
3. Susunan pasir cetak
4. Sifat - sifat pasir cetak
 Pasir dengan pengikat lempung yang kadar airnya ditambah akan
menyebabkan kekuatan dan permeabilitas yang menurun
 Sifat cetakan bisa berubah selama antara pembuatan cetakan dan
penuangan, atau bisa disebut sifat penguatan oleh udara
 Pasir dengan pengikat lempung yang dikeringkan mempunyai
permeabilitas dan kekuatan yang meningkat lebih besar dibandingkan
dengan keadaan basah
 Mempunyai kekuatan panas, pemuaian panas, dan perubahan bentuk panas
yang bergantung pada jenis pasir yang digunakan
 Harus mempunyai sifat ambruk yang baik
5. Diagram aliran dari pengolahan pasir

6. Pengujian pasir cetak


1. Pengujian kadar air
2. Pengujian permeabilitas
3. Pengujian kekuatan
4. Pengujian tanah lempung
5. Pengujian distribusi besar butir
VI. CETAKAN PASIR DENGAN PENGIKAT KHUSUS
Cetakan pasir basah dengan pengikat lempung memiliki harga yang ekonomis,
akan tetapi kekuatannya rendah, sehingga tidak bisa dipakai untuk cetakan benda tipis
dan untuk inti. Pasir pada permukaan cetakan basah seringkali terkikis oleh aliran
logam cair, sehingga untuk menghindari cacat tersebut dipakai cetakan kering sebagai
pengganti cetakan basah, akan tetapi dibutuhkan waktu yang lama untuk
mengeringkannya. Maka dicari cara untuk mempergunakan cetakan yang dapat
mengering dalam waktu yang singkat, dan pengikat yang mempunyai sifat tersebut.
Cetakan yang memakai pengikat tertentu tersebut dinamakan cetakan dengan pengikat
khusus, yang terdiri dari cetakan kulit, cetakan CO2, cetakan mengeras sendiri, cetakan
pasir cair mengeras sendiri, cetakan kotak panas, dan cetakan kotak dingin.

3.1 Pelapis cetakan


Cetakan dengan pengikat khusus harus memakai pelapis yang cocok sesuai dengan
nomor kehalusan butir dari pasir, bahan, tebal, bentuk coran, dan jenis pengikat.
Pelapis cetakan yang biasa dipakai adalah grafit kerak, grafit tanah, lempung tanah
api, bata tahan api kelas tinggi, methanol mutu tinggi, resin fenol, bunga zircon,
dan terpenten.

VII. PELEBURAN DAN PENUANGAN BESI COR


6.1 Peleburan besi cor dalam kupola biasa
Kupola dipergunakan secara luas dalam peleburan besi cor karena memiliki
kelebihan sebagai berikut:
 Konstruksi sederhana dan operasinya mudah
 Memberikan kemungkinan peleburan kontinu
 Memungkinkan untuk mendapat laju peleburan yang besar tiap jamnya
 Biaya untuk alat-alat dan peleburannya rendah
 Memungkinkan pengontrolan komposisi kimia dalam daerah luas
1. Konstruksi kupola

2. Operasi kupola
 Permulaan dari tiupan: setelah bahan-bahan dimasukkan sampai mencapai
bagian bawah pintu pengisian, logam dipanaskan mula-mula tanpa tiupan.
Setelah pemanasan mula, tiupan udara dimulai.
 Pencairan dan pengeluaran: dalam proses pengeluaran terak dari depan dan
dari muka, pengeluaran besi dilakukan secara kontinu. Terak dari dalam
kupola mengalir keluar bersama logam cair tetapi sudah dalam keadaan
terpisah.
 Akhir dari waktu operasi: menjelang waktu akhir operasi, tekanan udara
turun sehingga katup udara perlu diturunkan agar volume udara tiup tetap.

6.2 Pencairan besi cor dengan tanur induksi frekuensi rendah


Kelebihan paling jelas dari peleburan dalam tanur induksi frekuensi rendah
dibandingkan dengan kupola dapat terlihat pada proses gerakan pengadukan dari
logam cair.
1. Macam dan konstruksi tanur industri frekuensi rendah
2. Operasi dari tanur induksi frekuensi rendah
Mekanisme peleburan dalam tanur induksi frekuensi rendah terjadi secara
langsung antara kokas dan logam cair. Hal ini akan memberikan kesempatan
untuk mengabsorbsi gas H2, N2, dan O2 yang terbawa dalam logam muatan.

6.3 Pemeriksaan dan Perlakuan Besi Cor Cair


1. Pemeriksaan bakal
 Pengujian cil
 Pemeriksaan gambar-gerak
 Analisa termal
 Pengukuran temperatur
2. Perlakuan logam cair
 Inokulasi, yaitu penambahan logam lain atau paduan ke dalam cairan besi
sebelum dituangkan
 Penambahan unsur paduan, biasanya ditambahkan sejumlah kecil Ni, Cr,
Cu, dan Mo
 Pengurangan belerang, bahan pengurang belerang yang sering dipakai yaitu
kalsium karbid (CaC2)

6.4 Penuangan Besi Cor


1. Ladel Penuang
Besi yang dialirkan dari tanur pelebur kemudian diterima oleh ladel untuk
selanjutnya dituangkan ke dalam cetakan.
2. Perhatian pada pekerjaan penuangan
 Pengeringan ladel yang tidak sempurna dapat mengakibatkan turunnya
temperature logam cair, oksidasi dari cairan, dan cacat pada coran
 Pembuangan terak
 Temperature penuangan yang terlalu rendah dapat menyebabkan waktu
pembekuan yang pendek, kecairan yang buruk, dan cacat pada coran
 Waktu penuangan logam harus dilakukan secara tenang dan cepat
3. Penuangan otomatik
Buruknya lingkungan kerja dalam penuangan yang disebabkan oleh panas,
debu, dan asap menyebabkan penuangan secara langsung yang sukar dilakukan
oleh manusia akhir-akhir ini mulai dikurangi. Oleh karena itu, penuangan
otomatis telah banyak dilakukan, terutama untuk pengecoran cetak dan
pengecoran dengan cetakan logam yang titik cairnya rendah.

VIII. PENGERJAAN AKHIR DAN PERLAKUAN PANAS DARI CORAN


8.1 Menyingkaran Pasir dari Rangka Cetak
1. Pemisahan coran dari cetakan
Proses ini berbeda-beda, tergantung pada macam dan cara pembuatan cetakan
yang digunakan
2. Alat-alat penyingkir pasir dan pembersih permukaan coran, yang terdiri dari
mesin pembongkar, mesin pemukul inti, dan semprotan air atau semprotan
mimis.

8.2 Penyelesaian
1. Penyingkiran saluran turun dan penambah yang dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut:
 Pematahan
 Pemotongan dengan gas
 Pemotongan dengan busur listrik
 Pemotongan secara mekanik
2. Penyelesaian
 Penggerindaan
 Pencungkilan dengan gas

8.3 Perbaikan pada Coran


1. Perbaikan dengan pengelasan
2. Perbaikan dengan cara mekanik seperti penyumbatan, penyesuaian pres dari
bumbung, dan penguncian logam
3. Perbaikan kebocoran air atau minya menggunakan larutan impregnasi
4. Cara cara lain untuk perbaikan seperti pengisian plastik dan penambalan
8.4 Perlakuan Panas untuk Coran
1. Perlakuan panas untuk besi cor

2. Perlakuan panas untuk baja cor

IX. PEMERIKSAAN DAN CACAT PADA CORAN


9.1 Tujuan dari Pemeriksaan Coran
1. Memeriksa kualitas
2. Penekanan biaya
3. Penyempurnaan Teknik

9.2 Pemeriksaan Rupa


Pemeriksaan ini dilakukan untuk meneliti cacat yang terjadi pada permukaan
produk baik secara rupa ataupun ukuran.

9.3 Pemeriksaan Cacat di Dalam


Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui rongga gas, lubang jarum, rongga
penyusutan, retakan, inklusi, dan sebagainya yang berada di dalam produk, yang
dilakukan dengan cara ketukan, supersonik, magnit, dan sinar radioaktif.
9.4 Pengujian Bahan
1. Pengujian kekerasan
2. Pengujian Tarik
3. Pengujian mekanik
4. Pengujian Analisa kimia
5. Pengujian struktur kristal

9.5 Macam Cacat Coran


1. Cacat pada coran besi
2. Cacat pada coran baja
 Rongga penyusutan, disebabkan oleh temperature pembekuan yang sanagt
sempit sehingga coran yang dibuat dengan pembekuan mengarah dari
bagian yang tipis terlebih dahulu kemudian ke bagian yang tebal.
Pencegahannya dapat dilakukan dengan lebih memperhatikan jumlah dan
posisi penambah yang digunakan.
 Inklusi pasir, disebabkan oleh pasir hasil erosi tercampur dalam coran
karena gerakan logam cair. Sehingga pencegahannya bisa dilakukan dengan
cara menggunakan pasir yang mempunyai angka pemuaian kecil.

Anda mungkin juga menyukai