Organisasi Pengelola Wilayah Sungai Di Indonesia
Organisasi Pengelola Wilayah Sungai Di Indonesia
PENGELOLAAN DAS
Dosen Pengampu:
Prof.Dr. Ir. Mohammad Bisri, MS.
Oleh:
Meidiana Teja Hapsari
125060400111050
Kelas A
Jasa Tirta I
yurisdiksi
pemerintah
provinsi
sebanyak
57
organisasi
mencapai
kesesuaian
dalam
penerapannya.
(http://www.pu.go.id/m/main/view/9660)
Jasa Tirta I dan II
Pengolahan
air
minum
di
Jakarta
sangat
tergantung
pada
ketersedian air baku. Sekitar 90% tergantung pada Perum PJT II Jatiluhur.
Sisanya menggunakan air curah dari Sungai Cisadane di Kabupaten
Tangerang. Sebagai BUMN di bawah kendali Kementerian Pekerjaan Umum
(PU), Perum Jasa Tirta (PJT) II belum optimal menjadi pensuplai air baku ke
wilayah DKI Jakarta.
Kualitas dan debit air baku minimum tidak bisa dijaga oleh Perum
PJT II. Persoalan lain, air baku mengalir masuk ke wilayah DKI Jakarta
melalui Tarum Barat (Kali Malang) yang dalam perjalanannya ke Jakarta,
air juga diperlukan untuk irigasi sawah yang cukup besar apalagi di musim
kemarau, sehingga debit bermasalah. Di tahun 2015 kedua operator akan
mengalami defisit debit air sekitar 9.100 lps atau sekitar 9.1 m3/detik.
Siapapun operatornya, masalah ini tidak akan terpecahkan dalam 5 tahun
mendatang.
Air baku dalam perjalanannya ke wilayah DKI Jakarta juga tercampur
dengan air Sungai Bekasi yang sangat tercemar dan bau di Bendung
Bekasi, sehingga membuat pengolahan air minum di operator menjadi
sangat mahal. Pembuatan siphon yang dimulai pada tahun 2010 di
pertemuan Tarum Barat dengan Sungai Bekasi banyak kendalanya dan
hingga hari ini belum bisa optimal memisahkan air baku dari Tarum Barat
dengan air Sungai Bekasi yang tercemar.
Persoalan bertambah buruk ketika hujan, air baku akan dibuang ke
laut karena kalau tidak akan menggenangi wilayah Kabupaten Bekasi.
Otomatis meskipun musim penghujan, Jakarta akan tetap kekurangan air
baku. Selain itu faktor kebocoran yang disebabkan oleh pencurian air
melalui pipa utama oleh masyarakat, memodifikasi meter dan pencurian
melalui hidran yang diperuntukan bagi masyarakat berpenghasilan rendah
(MBR) oleh oknum tidak bertanggungjawab sangat tinggi, sehingga
merugikan
kedua
operator
dan
tentunya
konsumen.
(http://news.detik.com/kolom/2800495/nasib-air-minum-jakarta-pascagugatan-warga-negara)
Ditjen Sumber Daya Air, Kementerian Pekerjaan Umum.
Kalangan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Murung Raya
(MURA) kembali mempersoalkan kinerja Dinas Pekerjaan Umum (PU)
setempat. Pasalnya, kinerja lembaga pemerintah yang satu itu dinilai
belum optimal.
Johansyah, anggota DPRD Murung Raya dari Partai Persatuan
Pembangunan menilai, kinerja Dinas PU setempat masih belum memenuhi
harapan. Banyak proyek yang terancam mangkrak lantaran terlambat
dilaksanakan. Penyerapan anggaran dan realisasi kegiatan di lapangan
yang menjadi tanggung jawab institusi tersebut sejauh ini masih belum
memenuhi target.
kalangan
masyarakat.
(http://borneonews.co.id/berita/22049-dewan-nilai-kinerja-dinas-pu-belumoptimal)