Diajukan Kepada :
Pembimbing : dr. Udin
Disusun Oleh :
Fiska Rahmawati
H2A010017
Kepaniteraan Klinik
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
RSUD Dr.ADHYATMA, MPH
2015
LAPORAN KASUS
DIARE, KEJANG DEMAM SEDERHANA
Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik
Stase Ilmu Kesehatan Anak
RSUD Dr.ADHYATMA, MPH
Disusun Oleh:
Amalia Isnaini
H2A010003
Pembimbing Klinik
Ilmu Kesehatan Anak
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang Maha Pengasih dan
Maha Penyayang atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga dapat
menyelesaikan Laporan Kasus ini, yang diajukan untuk memenuhi tugas dan
melengkapi syarat mengikuti ujian kepaniteraan klinik Stase Ilmu Kesehatan
Anak
Laporan Kasus ini berjudul Diare, Kejang Demam Sederhana. Dengan
selesainya laporan kasus ini, perkenankanlah penulis menyampaikan rasa terima
kasih kepada :
1. dr. Siti Moetmainah, Sp OG (K), MARS, selaku Dekan Fakultas
beserta jajaran di Prodi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Semarang
2. dr. Laily Babgei, SpA; dr.Galuh Ramaningrum, Sp.A; dan dr.Agus
Saptanto, Sp.A selaku koordinator sekaligus pembimbing Stase Ilmu
Kesehatan Anak
3. RSUD Dr.Adhyatma, MPH seluruh direksi dan karyawan
4. Semua pihak dan teman-teman lain yang tidak dapat disebutkan
namanya satu persatu.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari sempurna. Untuk
itu penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun
demi kesepurnaan laporan kasus ini. Semoga laporan kasus ini berguna bagi kita
semua.
Semarang, Agustus 2015
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit diare mordibilitasnya cenderung meningkat, dari hasil survey
DepKes RI - 2000 bahwa kasus diare di masyarakat sebesar 301 per 1000
penduduk, tahun 2003 sebesar 374 per 1000 penduduk, tahun 2006 sebesar
423 per 1000 penduduk. Hasil Riskesdas tahun 2007 diare masih sebagai
penyebab kematian nomor satu pada Balita.1
Komplikasi yang sering kali terjadi akibat diare adalah dehidrasi. 2 Jika
kemampuan untuk minum untuk mengkompensasi kehilangan cairan akibat
diare dan muntah terganggu maka dehidrasi akan terjadi. Kematian yang
terjadi akibat diare pada anak-anak terutama disebabkan karena kehilangan
cairan dari tubuh dalam jumlah yang besar.3
Kejang demam terjadi pada 2-4% anak berumur 6 bulan 5 tahun.
Kejang disertai demam pada bayi berumur kurang dari 1 bulan tidak termasuk
dalam kejang demam. Bila anak berumur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5
tahun mengalami kejang didahului demam, pikirkan kemungkinan lain
misalnya infeksi SSP, atau epilepsi yang kebetulan terjadi bersama demam.
Anak yang pernah mengalami kejang tanpa demam, kemudian kejang demam
kembali tidak termasuk dalam kejang demam.4
Kejang demam mengakibatkan kelainan neurologi terbanyak pada
anak. Insiden 10,5 % laki-laki dan 8,9 % wanita. Kejang pada anak belum
jelas dimungkinkan berhubungan dengan kematangan otak.5
CATATAN MEDIS
I.
IDENTITAS PASIEN
Nama anak
: An.
Umur
: 3 tahun 11 bulan
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
No RM
: 0209635
: 11 Januari 2016
Jaminan Kesehatan
: BPJS
Nama bapak
: Tn.S
Umur
: 44 tahun
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Wiraswasta
Alamat
Nama ibu
: Ny. T
Umur
: 39 tahun
Agama
: Islam
Pekerjaan
Alamat
II.
ANAMNESE
Anamnese dilakukan secara alloanamnesis pada nenek Pasien
tanggal 12 januari 2016 jam 09.00 WIB. Di Bangsal Multazam PKU
Muhammadiyah Temanggung
a. Keluhan Utama
b. Riwayat Penyakit Sekarang
: kejang
:
Frekuensi
1 kali
3 kali
3 kali
4 kali
1 kali
Umur
2 bulan
2,4,6 bulan
0,1,6 bulan
0,2,4,6 bulan
9 bulan
Keterangan
Dilakukan di Bidan
Lengkap
Lengkap
Lengkap
Lengkap
Lengkap
Jumlah
Frekuensi
0 4 bulan
ASI saja
Semau anak
Semau
anak
4 12 bulan
ASI
Pisang
Bubur promina
Semau anak
1
1 takar Selalu
habis
3-4
sdm
diencerkan 80 cc
air matang
Selalu habis
Semau
anak
1 kali/hari
2
kali/
hari
Semau anak
3-4
sdm
diencerkan 80 cc
air matang
selalu habis
1 piring kecil
Selalu habis
Semau
anak
4-5 kali/
hari
13
bulan
24
ASI
Susu formula
Nasi
tim,
wortel,bayam,lauk
(pisang, pepaya)
sayur
buah
3-4 kali/
hari
2kali /hari
25 bulan
36 bulan
Nasi
tim
atau
nasi
dilembekkan/lunak,
sayur
wortel,bayam,sop, opor, lauk
+ buah (pisang, pepaya,
mangga)
Semau anak
1 piring kecil
Selalu habis
Semau
anak
2-3kali
/hari
37
bulan
sampai
sekarang
Nasi,
sayur
bermacammacam, lauk + buah
Semau anak
1 piring selalu
habis
Semau
anak
3 kali/hari
3-6 bulan
6-9 bulan
9-12 bulan
Perkembangan
Motorik Kasar : mengakat kepala
Motorik Halus : menggerakan kepala
Bahasa : mengoceh
Sosial : tersenyum pada ibu
Motorik Kasar : telungkup
Motorik Halus : mengangkat kepala
Bahasa : mengeluarkan suara bila senang
Sosial : tersenyum saat bermain
Motorik Kasar : duduk
Motorik Halus : memungut kelerang
Bahasa : bersuara tanpa arti
Sosial : ciluk ba
Motorik Kasar : berdiri dengan berpegangan
Motorik Halus : masukan benda kemulut
12 bulan
sekarang
Kesan
Pertumbuhan :
Pertambahan BB dan PB tiap bulan tidak ingat hanya sesuai garis hijau di
KMS
III.
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 5 Agustus 2015
1. Keadaan Umum
: tampak tenang
2. Kesadaran
: Compos mentis
3. GPCS
: E4M6V5
4. Status Gizi
BB
: 11,7 kg
PB
: 85 cm
Z Skore
BB/PB
4. Auskultasi
Suara dasar
Suara tambahan
Dextra
Sinistra
Lateral >Antero
posterior
Simetris
Simetris
Lateral >Antero
posterior
Simetris
Simetris
Dextra = sinistra
(-)
Normal
Dextra = sinistra
(-)
Normal
Sonor diseluruh
lapang paru
Sonor di seluruh
lapang paru
Vesikuler
Wheezing(-),
ronki (-/-)
Vesikuler
Wheezing(-),
ronki (-/-)
10
Belakang
1. Inspeksi
Bentuk dada
Hemitorak
2. Palpasi
Stem fremitus
Pelebaran ICS
Dextra = sinistra
(-)
Dextra = sinistra
(-)
3. Perkusi
Suara
paru
Sonor di seluruh
lapang paru
Sonor di seluruh
lapang paru
Vesikuler
Wheezing(-), ronki (-)
Vesikuler
Wheezing(-), ronki (-)
lapang
4. Auskultasi
Suara dasar
Suara tambahan
Tampak anterior paru
SD : vesikuler
SD : vesikuler
Cor
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Batas atas
pinggang jantung
kiri bawah
konfigurasi jantung
Auskultasi : reguler
Suara jantung murni: SI,SII (normal) reguler.
Suara jantung tambahan gallop (-), murmur (-) SIII (-),
SIV (-)
h) Abdomen
Inspeksi
Perkusi
Palpasi
Akral dingin
Oedem
Sianosis
Capilary refill
IV.
Superior
-/-/-/<2/ <2
Inferior
-/-/-/<2/ <2
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laboratorium
Darah Rutin tanggal 11 Januari 2016
Pemeriksaan
Leukosit
Eritrosit
Hb
Hematokrit
MCV
MCH
MCHC
Trombosit
RDW
Eosinofil absolut
Hasil
H 25,27
4,96
12,50
37,30
75,20
25,20
33,50
344
H 15,00
L 0,03
12
Satuan
ribu/ul
juta/ul
g/dl
%
Fl
Pg
g/Dl
10^3/ul
10^3/ul
Rujukan
6.0-17.5
3,6-5, 2
10,7-13,1
35-43
74 102
23 31
28 32
217-497
11.5-14.5
0,045 0,44
Basofil absolut
Netrofil absolut
Limfosit absolut
Monosit absolut
Eosinofil
Basofil
Neutrofil
Limfosit
Monosit
0,01
H 19,68
2,52
H 3,03
L 0,10
0,00
H 77,90
L 10,00
L 12,00
Sero-imun (serum) B:
Salmonella typhii
Titer O
Titer H
Negatif
Negatif
10^3/ul
10^3/ul
10^3/ul
10^3/ul
%
%
%
%
%
0 0,2
1,8 8
0,9 5,2
0,16 1
24
01
50 -70
20 - 70
1 11
Negatif
Negatif
Pemeriksaan
Sudan III
Makroskopis feses
Warna
Konsistensi
Lendir
Darah
Mikroskopis feses
Telur cacing
Amoeba
Eritosit
Leukosit
V.
Hasil
Negatif
Nilai Normal
Negatif
Kuning kehijauan
Lembek cair
Negatif
Negatif
Kuning
Lembek
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
1-2
10-15
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
RESUME
An. F (1 bulan) datang dengan keluhan diare sejak 2 hari ini, BAB
cair >7x, cair gelas, keluar nyemprot (+) berwarna kuning terdapat
ampas (+), tidak ada lendir, tampak kehausan dan rewel, muntah sebanyak
3x kali, isi air dan susu. Demam (+) muncul setelah diare. 1 hari
setelahnya pasien mengalami demam tinggi kemudian disertai dengan
kejang sebanyak 1x, kejang 5 menit seluruh tubuh kelojotan dan mata
mbelalak ke atas, sebelum dan sesudah kejang menangis, saat kejang tidak
menangis.
13
VI.
DAFTAR MASALAH
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan
Penunjang
10. leukositosis
2. BAB nyemprot
4. Muntah 3x
meningkat, hipertimpani
5. Demam 1 hari
6. Kejang 1x 5 menit
seluruh tubuh kelojotan
dan mata mbelalak ke
atas, sebelum dan sesudah
kejang
menangis,
saat
DAFTAR MASALAH
masalah aktif
1,2,3,4,5,7,8,9,10 diare akut dehidrasi
ringan sedang
5,6
14
Masalah pasif
-
Diagnosis Banding
1) Diare
2) Kejang
Diagnosis Kerja
Diagnosis Klinis
ringan sedang
Kejang demam sederhana
Diagnosis Gizi
: Gizi baik
15
Infus Rl 16 tpm
Inj Ondancentron 2 x 1 mg
Diazepam 3x 1mg
PO :
Ip Mx :
Ip Ex :
-
air mata,
bibir
IX.
PROGNOSIS
Quo ad Vitam
: dubia ad bonam
Quo ad Sanam
: dubia ad bonam
X. PROGRESS NOTE
Tanggal
4-8-2015
Subject
BAB cair >7x
Object
RR: 30x/menit
gelas belimbing,
HR: 130x/menit
warna kuning,
T : 38,5 C
Assesment
DADRS
Kejang
Demam
Sederhana
Plan
Infus Rl 16 tpm
Inj Opimox 3 x 400 mg
Inj Ondancentron 2 x 1 mg
Diazepam 3x 1mg
1x 5 menit (+),
sebelum dan
sesudah kejang
menangis, saat
kejang tidak
menangis, tidak ada
kelumpuhan pasca
kejang, anak
tampak kehausan
dan rewel.
17
5 -8-2015
DADRS
Infus Rl 16 tpm
Inj Opimox 3 x 400 mg
berwarna
kuning T : 36,5 0C
Inj Ondancentron 2 x 1 mg
kehijauan,
keluar
+),
bising
usus
meningkat,turgor
kulit lambat
hipertimpani
leukositosis
(25,27 ribu /ul)
6 -8-2015
RR: 28x/menit
kuning , keluar
HR: 120x/menit
T : 36,5 0C
Inj Ondancentron 2 x 1 mg
DADRS
Infus Rl 16 tpm
kejang (-)
7-8-2015
RR: 28 x/menit
warna kuning ,
HR: 120x/menit
T : 36,5 0C
18
Pasien pulang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DIARE AKUT
A. DEFINISI
Diare adalah perubahan frekuensi buang air besar yang lebih sering
dan dengan konsistensi yang lebih emcer dari biasanya. 2
B. KLASIFIKASI
a.
Menurut lamanya
Diare akut
Diare akut adalah buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24 jam dengan
konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 1 minggu.1
Diare persisten
Diare persisten adalah diare akut dengan atau tanpa disertai darah dan
berlanjut sampai 14 hari atau lebih.
b.
Menurut etiologinya
Diare cair
19
Diare berdarah
c.
Menurut patofisiologinya
Diare osmotic
Diare sekretorik 2
C. ETIOLOGI
1. Faktor infeksi
Infeksi pada saluran pencernaan merupakan penyebab utama diare pada
anak. Jenis-jenis infeksi yang umumnya menyerang antara lain:
a. Infeksi enteral
parasit
oleh
cacing
(Ascaris
lumbricoides,
trichuris,
oxyuris,
Infeksi parenteral
Yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan seperti OMA,
tonsilofaringitis, bronchopneumonia, dll. Terutama pada anak < 2 tahun
2. Faktor malabsorpsi
a. Malabsorbsi karbohidrat
Disakarida (intoleransi laktosa, maltose, dan sukrosa), monosakarida
(intoleransi glukosa, fruktosa, galaktosa). Yang sering pada bayi dan anak
ialah intoleransi laktosa.
b. Malabsorbsi lemak
c. Malabsorbsi protein
3. Faktor makanan
Makanan yang mengakibatkan diare adalah makanan yang tercemar, basi,
beracun, terlalu banyak lemak, mentah (sayuran) dan kurang matang.
20
PATOFISIOLOGI
Virus infeksi sel-sel ujung villus usus halus rusak diganti
enterosit baru fungsi absorbsi terganggu tekanan osmotik meningkat
makanan cairan yang tidak terserap menjadikan respon untuk usus
hiperperistaltik diare osmotik dan malabsorbsi.
Bakteri infeksi bersifat invasif kerusakan sel epitel mukosa
terjadi mikroabses dan ulkus superfisial hiperperistaltik usus darah
merah dan sel darah putih pada tinja.
Bakteri infeksi non invasif toksin menghambat fungsi sel epitel
usus absorbsi natrium menurun dan klorida meningkat pada villi usus
halus sekresi air dan elektrolit diare.
Ada 2 prinsip mekanisme terjadinya diare cair, yaitu sekeretorik dan
osmotik. Meskipun dapat melalui kedua mekanisme tersebut, diare sekretorik
lebih sering ditemukan pada infeksi saluran cerna. begitu pula kedua
mekanisme tersebut dapat terjadi bersamaan pada satu anak.
1. Diare osmotik
Mukosa usus halus adalah epitel berpori, yang dapat dilalui oleh air dan
elektrolit dengan cepat untuk mempertahankan tekanan osmotik antara lumen
usus dengan cairan ekstrasel. Adanya bahan yang tidak diserap, menyebabkan
bahan intraluminal pada usus halus bagian proksimal tersebut bersifat
hipertoni dan menyebabkan hiperosmolaritas. Akibat perbedaan tekanan
osmose antara lumen usus dan darah maka pada segmen usus jejunum yang
bersifat permeable, air akan mengalir kearah jejunum, sehingga akan banyak
terkumpul air dalam lumen usus. Na akan mengikuti masuk ke dalam lumen,
dengan demikian akan terkumpul cairan intraluminal yang besar dengan kadar
21
Na normal. Sebagian kecil cairan ini akan dibawa kembali, akan tetapi lainya
akan tetap tinggal di lumen oleh karena ada bahan yang tidak dapat diserap
seperti Mg, glukosa, sucrose, lactose, maltose di segmen ileum dan melebihi
kemampuan absorbs kolon, sehinga terjadi diare. Bahan-bahan seperti
karbohidrat dan jus buah, atau bahan yang mengandung sorbitol dalam jumlah
berlebihan akan memberikan dampak yang sama.
2. Diare Sekretorik
Diare sekretorik disebabkan oleh sekresi air dan elektrolit ke dalam usus
halus yang terjadi akibat gangguan absorbs natrium oleh vilus saluran cerna,
sedangkan sekresi klorida tetap berlangsung atau meningkat. Keadaan ini
menyebabkan air dan elektrolit keluar dari tubuh sebagai tinja cair. Diare
sekretorik ditemukan diare yang disebabkan oleh infeksi bakteri akbat
rangsangan pada mukosa usus halus oleh toksin E.coli atau V. cholera.01.
Osmolaritas tinja diare sekretorik isoosmolar terhadap plasma. beda
osmotik dapat dihitung dengan mengukur kadar elektrolit tinja. Karena
Natrium ( Na+) dan kalium (K+) merupakan kation utama dalam tinja,
osmolalitas diperkirakan dengan mengalikan jumlah kadar Na + dan K+ dalam
tinja dengan angka 2. Jika diasumsikan osmolalitas tinja konstan 290 mOsm/L
pada tinja diare, maka perbedaan osmotic 290-2 (Na++K+). Pada diare
osmotik, tinja mempunyai kadar Na+ rendah (<50 mEq/L)dan beda
osmotiknya bertambah besar (>160 mOsm/L). Pada diare sekretorik tinja
diare mempunyai kadar Na tinggi (>90 mEq/L), dan perbedaan osmotiknua
kurang dari 20 mOsm/L.
Volume tinja
Puasa
Na+ tinja
Reduksi
pH tinja
Dikenal
Osmotik
<200 ml/hari
Diare berhenti
<70 mEq/L
(+)
<5
bahan-bahan
yang
Sekretorik
>200 ml/hari
Diare berlanjut
>70 mEq/L
(-)
>6
menstimulasi
sekresi
lumen
yaitu
E. DIAGNOSIS
1.
Anamnesis
Perlu ditanyakan hal-hal sebagai berikut :
Lama diare berlangsung, frekuensi diare sehari, warna dan konsistens tinja,
lendir dan darah dalam tinja
Muntah, rasa haus, rewel, anak lemah, kesadaran menurun, buang air kecil
terakhir, demam, sesak, kejang, kembung
Rotavirus
Shigella
Salmonella
ETEC
EIEC
Kolera
Gejala klinis :
Masa Tunas
17-72 jam
24-48 jam
6-72 jam
6-72 jam
6-72 jam
48-72 jam
Panas
++
++
++
Mual, muntah
Sering
Jarang
Sering
Sering
Nyeri perut
Tenesmus
Tenesmus,
Tenesmus,kolik
Tenesmus,
Kramp
Nyeri kepala
kramp
kramp
lamanya sakit
5-7 hari
3-7 hari
2-3 hari
3 hari
>7hari
variasi
23
Sifat tinja:
Volume
Sedang
Sedikit
Sedikit
Banyak
Sedikit
Banyak
Frekuensi
5-10x/hari
>10x/hari
Sering
Sering
Sering
Terus menerus
Konsistensi
Cair
Lembek
Lembek
Cair
Lembek
Cair
Darah
Kadang
Bau
Langu
Busuk
Amis khas
Warna
Kuning hijau
Merah-hijau
Kehijauan
Tak berwarna
Merah-hijau
Seperti
Leukosit
beras
Lain-lain
Anorexia
Kejang+
Sepsis +
Meteorismus
Infeksi
sistemik+
air
2. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum, kesadaran, tanda vital
Tanda utama
Keadaan umum gelisah/ cengeng atau lemah/letargi/koma, rasa haus,
turgor kulit abdomen menurun
Tanda tambahan
Ubun ubun besar, kelopak mata, air mata, mukosa bibir, mulut, dan lidah
Berat badan
Tanda gangguan keseimbangan asam dan basa dan elektrolit seperti
nafas cepat dan dalam (asidosis metabolic), kembung (hipokalemia),
kejang (hipo/hipernatremia.
Derajat dehidrasi1
Dehidrasi ringan
Tanpa dehidrasi
Symptom
Kesadaran
Mata
Cubitan kulit
Minum
BB
Tidak ada tanda dan
10% BB
Normal, lelah, gelisah,
irritable
Sedikit cekung
Kembali lambat
mengelompokkan ke
dalam dehidrasi berat
Haus
24
Dehidrasi berat
kehilangan cairan >10%
BB
Apatis, letargi, tidak sadar
Sangat cekung
Kembali>2detik
Malas/ tidak bisa minum
cucian
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut pada umumnya
tidak diperkukan, hanya pada keadaan tertentu mungkin diperlukan
misalnya penyebab dasarnya tidak diketahui atau ada sebab-sebab lain
selain diare akut atau pada penderita dengan dehidrasi berat. Contoh:
pemeriksaan darah lengkap, kultur urine dan tinja pada sepsis atau infeksi
saluran kemih. Pemeriksaan laboratorium yang kadang-kadang diperlukan
pada diare akut:1
darah : darah lengkap, serum elketrolit, analisa gas darah, glukosa darah,
kultur dan tes kepekaan terhadap antibiotika
urine: urine lengkap, kultur dan test kepekaan terhadap antibiotika
tinja:
a. Pemeriksaan makroskopik
Pemeriksaan makroskopik tinja perlu dilakukan pada semua
penderita dengan diare meskipun pemeriksaan labotarium tidak dilakukan.
Tinja yang watery dan tanpa mucus atau darah biasanya disebabkan oleh
enteroksin virus, protozoa, atau disebabkan oleh infeksi diluar saluran
gastrointestinal. Tinja yanga mengandung darah atau mucus bisa
disebabkan infeksi bakteri yang menghasilkan sitotoksin bakteri
enteronvasif yang menyebabkan peradangan mukosa atau parasit usus
seperti : E. hystolitica, B.coli , T.trichiura. Apabila terdapat darah biasanya
bercampur dalam tinja kecuali pada infeksi dengan E.hystolitica darah
sering terdapat pada permukaan tinja dan pada infeksi dengan Salmonella,
Giardia, Cryptosporidium dan Strongyloides.
Pemeriksaan makroskopik mencakup warna tinja, konsistesi tinja,
bau tinja, adanya lendir, adanya darah, adanya busa. Warna tinja tidak
terlalu banyak berkolerasi dengan penyebab diare. Warna hijau tua
berhubungan dengan adnya warna empedu akibat garam empedu yang
dikonjugasi oleh bakteri anaerob pada keadaan bacterial overgrowth.
Warna merah akibat adanya darah dalam tinja atau obat yang dapat
25
bila terdapat 5-10 leukosit per lapang pandang besar disebut (+)
bila terdapat 10-20 leukosit per lapang pandang besar disebut (++)
Adanya lemak dapat diperiksa dengan cara perwanaan tinja dengan sudan
III yang mengandung alcohol untuk mengeluarkan lemak agar dapat
diwarnai secara mikroskopis dengan pembesarn 40 kali dicari butiran
lemak dengan warna kuning atau jingga. Penilaian berdasarkan 3 kriteria:
(+) bila tampak sel lemak kecil dengan jumlah kurang dari 100
buah per lapang pandang atau sel lemak memenuhi 1/3 sampai
lapang pandang
(++) bila tampak sel lemak dnegan jumlah lebih 100 per lapang
pandang atau sel memenuhi lebih dari lapang pandang
(+++) bila didapatkan sel lemak memenuhi seluruh lapang
pandang.
F. TATALAKSANA
5 lintas diare
1)
Rehidrasi
Tanpa dehidrasi
Cairan rehidrasi oralit dengan menggunakan new oralit diberikan 5-10
ml/kgBB setiap diare cair atau berdasarkan usia yaitu
umur < 1tahun : 50-100 ml
27
: semaunya
Dapat diberikan cairan rumah tangga, ASI tetap diberikan. Pasien dapat
dirawat dirumah kecuali apabila terdapat komplikasi lain (tidak mau
minum, muntah terus menerus, diare frekuen dan profus)
Dehidrasi ringan sedang
-
: 200 ml/kgBB/hari
: 135 ml/kgBB/hari
Dehidrasi berat
Diberikan cairan rehidrasi parenteral dengan RL atau RA 100 ml/kgBB
dengan cara pemberian :
Masukkan cairan peroral bila pasien sudah mau dan dapat minum, dimulai
dengan 5 ml/kgBB selama proses hidrasi
2)
Zink
28
3)
Nutrisi
ASI dan makanan dengan menu yang sama saat anak sehat sesuai
umur tetap diberikan untuk mencegah kehilangan berat badan dan sebagai
pengganti nutrisi yan hilang. Adanya perbaikan nafsu makan menandakan
fase penyembuhan. Anak tidak boleh dipuasakan. Makanan diberikan
sedikit sedikit tapi sering ( 6 x / hari), rendah serat. Buah buahan
terutama pisang.
4)
Antibiotic
Antibiotic diberikan bila ada indikasi, misalnya disentri, atau diare
berdarah atau kolera. Pemberian antibiotic yang tidak rasional akan
mengganggu
keseimbangan
flora
usus.
Sehingga
dapat
Antiparasit
Metronidazol 50 mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis
5)
Edukasi
-
Imunisasi campak
G. KOMPLIKASI
1. Gangguan elektrolit
2. Demam
Demam sering terjadi pada infeksi shigella disentriae dan rotavirus. Pada
umunya demam akan timbul jika penyebab diare mengadakan invasi ke
dalam sel epitel usus. Demam juga dapat terjadi karena dehidrasi. Demam
yang timbul akibat dehidrasi pada umunya tidak tinggi dan akan menurun
setelah mendapat hidrasi yang cukup. Demam yang tinggi mungkin diikuti
kejang demam.
3. Edema/overhidrasi
Terjadi bila penderita mendapat cairan terlalu banyak. Tanda dan gejala
yang tampak biasnya edema kelopak mata, kejang-kejang dapat terjadi bila
ada edema otak. Edema paru-paru dapat terjadi pada penderita dehidrasi
berat yang diberi larutan garam faali.
4. Asidosis metabolik
30
Hipoglikemia
kejang demam
kejang demam.
Kejang demam kompleks Kejang demam dengan salah satu ciri berikut ini:
1) Kejang lama > 15 menit 2) Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau
31
kejang umum didahului kejang parsial 3) Berulang atau lebih dari 1 kali
dalam 24 jam
Menurut asal patologi dan neuronal, kejang dibagi 2 yaitu kejang epileptik
dan non epileptik. Kejang epileptik berasal dari saraf kortikal dan berkaitan
dengan perubahan EEG. Kejang non-epileptik berawal dari subkortikal dan
biasanya tidak terdapat kelainan pada EEG. Dirangsang oleh stimuli dan
dipengaruhi oleh kekangan dan perubahan posisi tubuh.5
Kejang lama adalah kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit atau
kejang berulang lebih dari 2 kali dan di antara bangkitan kejang anak tidak
sadar. Kejang lama terjadi pada 8% kejang demam. Kejang fokal adalah kejang
parsial satu sisi, atau kejang umum yang didahului kejang parsial. Kejang
berulang adalah kejang 2 kali atau lebih dalam 1 hari, di antara 2 bangkitan
kejang anak sadar. Kejang berulang terjadi pada 16% di antara anak yang
mengalami kejang demam.
C. PATOFISIOLOGI 5,9
Untuk mempertahankan kinerja otak diperlukan adanya energi yang
didapatkan dari hasil metabolisme. Bahan yang dibutuhkan mutlak disini
adalah glukosa. Proses metabolisme ini juga membutuhkan oksigen yang
dihantar oleh paru-paru ke jantung kemudian ke otak. Sel syaraf, seperti sel
lainnya dikelilingi oleh suatu membrane yang permukaan dalamnya lipoid
sedangkan permukaan luarnya ionik. Dalam keadaan normal permeabilitas sel
terhadap ion kalium lebih tinggi dari ion natrium, sehingga kadar kalium dalam
sel tinggi sedangkan kadar natrium dalam sel rendah. Hal yang sebaliknya
berlaku di luar sel saraf. Untuk menjaga homeostasis ini diperlukan energi dan
bantuan enzim Na-K-ATPase.
Keseimbangan potensial membrane ini dapat diubah oleh adanya
perubahan konsentrasi ion di ruang ekstrasel, rangsangan yang datang
mendadak misalnya mekanis, kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya dan
adanya perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena adanya penyakit
atau pengaruh keturunan.
Pada keadaan demam dengan kenaikan suhu 1o C menyebabkan kenaikan
metabolisme basal 10-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat hingga
32
20%. Pada seorang anak yang berusia 3 tahun sirkulasi darah ke otak mencapai
65%, bandingkan dengan orang dewasa yang hanya mencapai 30%. Jadi
adanya kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan
dari membrane sel neuron dan dalam waktu singkat terjadi difusi ion natrium
dan kalium sehingga kesimbangannya tidak terjadi lagi.
Lepas muatan ini akan meluas ke seluruh sel maupun membran sel
sekitarnya
dengan
bantuan
neurotransmitter.
Tidak
semua
jenis
aktivitas
otot
dan
selanjutnya
diikuti
peningkatan
34
yang memiliki kondisi tersebut harus menerima pengobatan rumat. Selain itu
juga sulit sekali untuk melakukan anamnesis berapa lama demam sudah
berlangsung sebelum pasien mengalami kejang. Oleh karena itu, pembagian
kejang demam dibagi sebagai kejang demam yang membutuhkan terapi rumat
maupun yang tidak membutuhkan terapi rumat. Umumnya kejang demam
berlangsung singkat, berupa serangan klonik atau tonik-klonik bilateral.
Seringkali kejang berhenti dengan sendirinya. Setelah kejang berhenti, anak
langsung menangis.
Anamnesis
Anak yang mengalami kejang demam akan didahului dengan
serangan demam baik suhu tinggi maupun suhu yang tidak terlalu tinggi
yang dapat disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan atas, otitis media,
pneumonia, gastroenteritis dan infeksi saluran kemih. Pastikan tidak
adanya infeksi sistem saraf pusat untuk mengeliminasi kemungkinan
kejang oleh penyebab lain.1 Berikut ini hal-hal yang harus diperhatikan
untuk menganamnesis anak dengan kejang demam:
Usia anak berkisar 9-15 bulan
Adanya riwayat infeksi seperti infeksi saluran pernapasan atas,
otitis media, pneumonia, gastroenteritis maupun infeksi saluran
kemih.
Tidak ada infeksi sistem saraf pusat.
Adanya demam sebelum timbulnya kejang
Umumnya serangan kejang berlangsung 24 jam pertama sewaktu
demam.
Kemungkinan adanya pengaruh genetik, riwayat anggota keluarga
yang juga pernah mengalami kejang demam.
Pemeriksaan Fisik
Tidak ada pemeriksaan fisik yang spesifik pada kejang demam.
Umumnya dapat dilakukan pemeriksaan tanda tanda vital yaitu
36
tanda
rangsang
meningial
dapat
digunakan
untuk
kemungkinan
meningitis.
Risiko
terjadinya
meningitis
bakterialis adalah 0,6%-6,7%. Bila yakin bukan meningitis secara klinis tidak
38
epilepsi adalah:
Kelainan neurologis atau perkembangan yang jelas sebelum kejang
demam pertama.
Kejang demam kompleks
Riwayat epilepsi pada orang tua atau saudara kandung
39
I. KOMPLIKASI
Epilepsi
Anak yang menderita kejang demam berseiko lebih besar mengalami
epilepsi dibandingkan dengan yang tidak. Besarnya resiko ini dipengaruhi
banyak faktor, namun yang terpenting adalah kelainan status neurologik
sebelum kejang, timbulnya kejang demam yang kompleks dan riwayat
kejang afebris pada keluarga. Seorang anak normal yang mengalami
kejang demam memiliki resiko 2x lipat lebih besar dibandingkan populasi
kontrol.
Apabila kejang pertamanya kompleks, atau bila anaknya abnormal,
resiko dapat meningkat hingga 5 kali lipat. Bila kedua faktor ada maka
resikonya menjadi 18 kali lipat dan insidensi epilepsi dapat mencapai 10%
dalam kelompok ini. Anak dengan serangan kejang demam fokal,
berkepanjangan, dan berulang dengan penyakit yang sama memiliki 50%
kemungkinan menderita epilepsi saat ia berusia 25 tahun.
Retardasi mental
Gangguan belajar dan perilaku, retardasi mental, defisit koordinasi dan
motorik dan status epileptikus pernah dilaporkan sebagai gejala sisa kejang
demam. Kejang yang berkepanjangan tampaknya merupakan faktor
pemicu timbulnya sekuele.4
J. PENCEGAHAN
Pengobatan jangka panjang dipertimbangkan pada kejang demam komplek
dengan faktor risiko dan diberikan selama 1 tahun. 5,6,9
1) Profilaksis intermiten, pada waktu demam
Obat antikonvulsan segera diberi begitu diketahui anak demam. Diazepam
oral atau rectum. (Dosis per oral 0,5 mg/kgBB/hr dibagi 3 dosis atau Dosis
per rectum 5 mg pada usia < 3 tahun; 10 mg pada usia > 3 tahun). Efek
smping: ataksia, mengantuk dan hipotoni
2) Profilaksis terus menerus, dengan obat antikonvulsan tiap hari
o Fenobarbital 4-5 mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis. efek samping: iritabel,
pemarah, agresif
o Asam valproat 15-40 mg/kgBB/hari , 1-2 dosis. efek samping :
hepatotosik.
40
anak kejang:
Tetap tenang dan tidak panik
Kendorkan pakaian yang ketat terutama disekitar leher
Bila tidak sadar posisikan anak terlentang dengan posisi miring, agar bisa
telah berhenti
Bawa ke dokter jika kejang telah berulang/ terjadi lebih dari lima menit
41
BAB IV
PEMBAHASAN
Diare akut adalah buang air besar lebih dari 3 kali perhari, disertai
perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang
berlangsung kurang dari 1 minggu. Pada diare menentukan derajat dehidrasi
dengan tanda berikut penurunan kesadaran atau letargi, mata cowong, kehausan
sampai dengan tidak bisa minum atau malas minum, cubitan kulit perut kembali
dengan sangat lambat ( 2 detik ). Diare akibat infeksi oleh mikroorganisme
patogen seperti bakteri, virus, jamur, dan parasit.
Sesuai rekomendasi WHO/UNICEF dan IDAI, sejak tahun 2008 DepKes
RI memperbaharui tatalaksana diare dengan LINTAS DIARE (Lima Langkah
Tuntaskan Diare) Rehidrasi, Dukungan nutrisi, Suplementasi Zinc, Antibiotik
Selektif dan Edukasi Orangtua
Pasien diare 1 hari SMRS, frekuensi BAB cair > 7 x/ hari, sehingga pasien
ini dapat digolongkan menjadi diare akut. tiap kali BAB gelas belimbing
berwarna kuning, keluar nyemprot (+). Tampak haus (+) dan rewel.
Dari pemerikasaan fisik ditemukan keadaan umum : baik, suhu : 38,5 oC
(aksiler), Nadi 130x/menit, irama regular, respiratory rate 30x/menit. Pada
abdomen didapatkan bising usus meningkat (+), hipertimpani (+), turgor sedikit
menurun (+). Dari pemeriksaan fisik dan anamnesis dapat ditentukan derajat
dehidrasi yaitu dehidrasi ringan sedang.
Tanpa dehidrasi
Symptom
Kesadaran
Dehidrasi ringan
Dehidrasi berat
kehilangan cairan
5% BB
Tidak ada tanda dan
10% BB
Normal, lelah, gelisah,
>10% BB
Apatis, letargi, tidak
irritable
Sedikit cekung
sadar
Sangat cekung
Mata
42
Cubitan kulit
Minum
Kembali lambat
Kembali>2detik
Haus
mengelompokkan ke
dalam dehidrasi berat
patogen.
S.thermophilus dan L
Sejumlah
mikroorganisme
acidophilus mempunyai
aktivitas
seperti L.Bulgarius,
laktase in
vivo dan
Ukur suhu, catat lama kejang dan suhunya Berikan diazepam rektal selama
kejang dan jangan berikan jika kejang telah berhenti Bawa ke dokter jika
kejang telah berulang/ terjadi lebih dari lima menit.
DAFTAR PUSTAKA
45
46