DiajukanKepada :
Pembimbing : dr. Achirudin Timora
DisusunOleh :
Fiska Rahmawati
H2A010017
Stase Komprehensif
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
RS PKU MUHAMMADIYAH SEMARANG
Periode 04 Januari 27 Februari 2015
BAB I
PENDAHULUAN
Pada tahun 2004, Institut Nasional Inggris mendefinisikan penyakit
paru obstruktif kronik (PPOK) ditandai dengan obstruksi aliran udara. Obstruksi
aliran udara biasanya progresif, tidak sepenuhnya reversibel dan tidak berubah
tajam selama beberapa bulan. Penyakit ini didominasi disebabkan oleh
merokok. Istilah PPOK yang lebih disukai untuk obstruksi aliran udara
terkait dengan penyakit kronis bronkitis dan emfisema. Ini terkait erat tetapi tidak
identik dengan, PPOK. Meskipun asma dikaitkan dengan obstruksi aliran
udara biasanya dianggap sebagai entitas klinis terpisah. Beberapa pasien
dengan asma kronis juga mengembangkan obstruksi aliran udara yang relatif
tetap (konsekuensi dari saluran napas renovasi) dan sering dibedakan dari
PPOK. Karena prevalensi tinggi asma dan PPOK, kondisi ini hidup
berdampingan pada banyak pasien, menciptakan ketidakpastian diagnostik.
Kondisi lainnya juga berhubungan dengan obstruksi aliran udara yang buruk
reversibel termasuk cystic fibrosis,
Meskipun
diagnosis
diferensial
BAB II
STATUS PASIEN
I.
II.
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. H
Usia
: 55 tahun
Alamat
: Pringsewu 5/2 Ngadirejo
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Buruh Tani
Status
: Menikah
Pendidikan Terakhir
: SD
No. CM
: 0209540
Tanggal masuk
: 08 Januari 2016
ANAMNESE
Anamnese dilakukan secara autoanamnese pada tanggal 09 Januari
2016 pukul 12.00WIB di bangsal Marwah.
Keluhan Utama
: Sesak Nafas
Riwayat Penyakit Sekarang :
Seorang laki-laki berusia 55 tahun datang dengan rujukan dari
puskesmas dengan keluhan sesak nafas, sesak nafas sering terjadi dan
kumat-kumatan, sesak terakhir terjadi 1 minggu yang lalu dan semakin
lama semakin berat, sesak semakin berat jika pasien melakukan aktifitas
dan berkurang jika istirahat. Dalam 1 bulan terakhir ini, sesak dirasakan
oleh pasien sudah 3x kumat. Namun, sekarang sesak nafas penderita mulai
berkurang, penderita sudah bisa bicara perkalimat, tidak seperti pada awal
masuk RS, yang terengah-engah ketika berbicara.Pasien juga merasa dada
terasa berat jika untuk bernafas. Riwayat batuk lama diakui pasien, batuk
berdahak namun jumlahnya sedikit dan sulit dikeluarkan, jika dapat keluar
dahak berwarna kuning kehijauan, pasien mengaku batuk sering
kambuhan-kambuhan, batuk darah disangkal, keringat pada malam hari
disangkal. Pasien tidak pilek dan tidak demam.
Keluhan jantung berdebar-debar, sering pingsan, dan kepala pusing
disangkal.Pandangan kabur disangkal, nyeri kepala disangkal,, mual dan
muntah disangkal, BAK normal seperti biasa, BAB normal seperti biasa.
Belum diberi obat apapun.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat sejak 5 tahun yang lalu pasien sering sakit batuk dan sering
kambuh-kambuhan, batuk tidak berdahak, dan ketika batuk pasien
IV.
Sistem genitourinaria
Ekstremitas Atas
Ekstremitas Bawah
Sistem neuropsikiatri
Sistem Integumentum
badan lemas(-)
: Sering kencing (-), nyeri saat kencing (-),
keluar darah (-),sulit memulai kencing (-),
warna kencing kuning jernih.
:Luka (-), kesemutan (-), bengkak (-), sakit
sendi (-).
:Luka (-), gemetar (-), ujung jari dingin (-),
kesemutan di kaki (-), sakit sendi (-),
bengkak (+)
: Kejang (-), gelisah (+),mengigau (-), emosi
tidak stabil (-)
: Kulit kuning (-), pucat (-), gatal (-)
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 09 Januari 2016 pukul
12.00WIB di bangsal Marwah.
1. KEADAAN UMUM
Keadaan umum : Tampak sesak
Kesadaran
:Compos mentis
2. TANDA VITAL
- Tekanan darah : 150/100 mmHg
- Nadi
: 93 kali/menit (reguler, isi dan tegangan cukup)
- Respiratory rate: 30 kali/menit
- Suhu
: 37oC (axiller)
3. STATUS GIZI
- Berat badan : 45 kg
- Tinggi badan : 165 cm
- IMT
: 16,5 kg/m2 (underweight)
4. STATUS GENERALIS
a. Kepala
Kesan mesosefal
b. Mata
Konjungtiva palpebra anemis (-/-), pupil isokor(3mm/3mm), reflek
pupil direk (+/+), reflek pupil indirek (+/+), Sklera ikterik (-/-)
c. Hidung
Napas cuping hidung (-/-), epistaksis (-/-)
d. Mulut
Bibir kering (-), sianosis (-), gusi berdarah (-), pulse lip breathing
(+)
e. Telinga
Darah (-/-),
nyeri
pendengaran(-/-).
tekan
mastoid
(-/-),
gangguan
fungsi
f. Leher
Simetris, trachea di tengah, pembesaran KGB (-), tiroid (Normal),
nyeri tekan (-), Peningkatan JVP (-)
g. Thorax
Pulmo
Dextra
Sinistra
Pulmo Depan
Inspeksi
Palpasi
Diameter
Diameter
Lateral<Antero posterior. Lateral<Antero
Hemithorax
Simetris posterior.
Statis Dinamis.
Hemithorax
Simetris
Statis Dinamis.
Otot-otot bantu nafas (+)
Otot-otot bantu nafas
(+)
Stem fremitus normal
Stem fremitus menurun
Nyeri tekan (-).
Nyeri tekan (-).
Pelebaran SIC (+).
Pelebaran SIC (+)
Perkusi
Palpasi
paru
Suara
dasar
paru
vesikuler (+), wheezing
(-), ronki (-)
paru
Suara
dasar
paru
vesikuler (+), wheezing
(-), ronki (-)
Perkusi
Auskultasi
: Ictus cordistampak
: Ictus cordis teraba pada SIC VI linea midclavicula
sinistra, kuat angkat
Pulsus parasternal (-)
Sternal lift (-)
Pulsus epigastrium (-)
Thrill (-)
Perkusi:
Batas atas jantung
: ICS II linea parasternal sinistra
Pinggang jantung : ICS III linea parasternal sinistra
Batas kiri bawah jantung: ICS V 1 cm linea mid clavicula
sinistra
Batas kanan bawah jantung: ICS V linea sternalis dextra
Kesan jantung: konfigurasi jantung dalam batas normal
Auskultasi
: Bunyi jantung I & II murni, bising jantung (-),
gallop (-), pericardial friction rub (-).
h. Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
i. Ekstremitas
Akral dingin
Oedem
Sianosis
Superior
-/-/-/-
Inferior
-/+/+
-/-
Capillary Refill
V.
RESUME
Seorang laki-laki berusia 55 tahun datang dengan rujukan dari
puskesmas dengan keluhan sesak nafas, sesak nafas sering terjadi dan
kumat-kumatan, sesak terakhir terjadi 1 minggu yang lalu dan semakin
lama semakin berat, sesak semakin berat dan tidak berkurang dengan
istirahat. Dalam 1 bulan terakhir ini, sesak dirasakan oleh pasien sudah 3x
kumat. Pasien juga merasa dada terasa berat jika untuk bernafas. Riwayat
batuk lama diakui pasien, batuk berdahak namun jumlahnya sedikit, dahak
berwarna kuning kehijauan, pasien mengaku batuk sering kambuhankambuhan.Riwayat sejak 5 tahun yang lalu pasien sering sakit batuk dan
sering kambuh-kambuhan, batuk tidak berdahak, dan ketika batuk pasien
sering merasa sesak. Riwayat tekanan darah tinggi sejak 3 tahun dan tidak
terkontrol.Riwayat rawat inap di RS 1 tahun yang lalu dengan keluhan
yang sama. Pasien memiliki kebiasaan merokok rata-rata dalam satu hari
habis 1-2 pack rokok. Pasien jarang berolahraga dan memiliki kebiasaan
makan-makanan yang berlemak.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sesak,
tekanan darah 150/100 mmHg, RR : 30x/menit suhu badan 37 C (Axiller),
Status Gizi Underweight (IMT : 16,5 kg/m), pulse lip breathing (+),
pulmo : inspeksi diameter anteroposterior>lateral, stem fremitus menurun
pulmo sinistra, perkusi redup seluruh lapang pulmo dextra et sinistra, ronki
(+) pulmo dextra et sinistra, wheezing (+) pulmo dextra, oedem
VI.
ekstremitas inferior.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Darah Rutin
Pemeriksaan
Leukosit
Eritrosit
Hasil
H 16,7
4,79
Satuan
ribu/ul
juta/ul
Rujukan
3,5-10.0
3,5-5, 5
Hb
Hematokrit
MCV
MCH
MCHC
Trombosit
RDW
Granulosit
Limfosit
B. X-Foto Thorax
12,40
35,90
75,00
26,00
34,60
287
15,80
H 14,8
0,70
g/dl
%
Fl
Pg
g/Dl
10^3/ul
%
%
12,0-18,0
35-55,0
75 100
25 35
31 38
150-400
11-16
1,2 8,0
0,5 - 5,0
Kesan :
1. Gambaran
efusi
VII.
DAFTAR MASALAH
VIII. Anamnesis:
1.
2.
3.
IX.
Pemeriksaan Fisik:
keadaan umum tampak sesak
Tekanan darah: 150/100
mmHg
RR : 30x/menit
Suhu badan 37 C (Axiller)
Status Gizi Underweight
(IMT : 16,5 kg/m)
pulse lip breathing (+)
pulmo : inspeksi diameter
anteroposterior>lateral
Inspeksi : otot-otot bantu
4.
5.
6.
7.
8.
9.
nafas (+)
Pelebaran SIC (+)
Stem fremitus
menurun
pulmo sinistra
perkusi redup seluruh lapang
pulmo dextra et sinistra
ronki (+) pulmo dextra et
sinistra
wheezing (+) pulmo dextra
Oedem ekstremitas inferior.
X.
XI.
XII.
XIII.
XIV.
XV. Masalahaktif
1. 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,1 1.
2.
6,17,18,19,20,21, 22,23 PPOK
2. 6, 8, 9, 11, 22Hipertensi grade II 3.
4.
XVI. Masalahpasif
Kebiasaan merokok
Jarang berolahraga
Suka
makan
makanan
berlemak
Hipertensi tidak terkontrol
XVII.
XVIII. INITIAL PLAN
1. Inisial Plan PPOK
XIX. Ip Dx : PPOK
XX.
S:XXI.
O : Spirometri, Analisa Gas Darah
XXII. Ip Tx :
XXIII. Medikamentosa:
- O2 3-5 LPM
- Nebulizer
- IV Line RL 20tpm
- Inj Ceftriaxone 2 x 1 gram
- Ambroksol Syr 3 x I C
- Metil Prednisolon 2 x 4 mg
XXIV. Non Medikamentosa
- Fisioterapi
XXV.
Chest physical therapy:
breathing control
deep breathing
latihan batuk
chest expansion exercise
postural drainage
XXVI. Ip Mx :
Tanda vital
Keluhan Klinis
XXVII.
XXVIII.
Ip Ex :
rendah (BBLR).
Komplikasi bisa ke organ lain yaitu otak, mata, ginjal, pembuluh
darah.
Usahakan
BB
ideal,
pembatasan
intake
pengendaliantekanandarah,pengendalianKencingmanis,
merokok
XXIX.
2. Initial Plan Hipertensi grade II
XXX. Ip Dx : Hipertensi grade II
XXXI.
S:XXXII.
O : EKG
XXXIII.
Ip Tx :
XXXIV.
Medikamentosa:
- Captopril 25 mg sublingual3x1
XXXV.
garam,
berhenti
XXXVI.
-
Nonmedikamentosa :
Mengurangi asupan garam ke dalam tubuh. Harus memperhatikan
XXXVII.
Ip Mx :
a. Tekanan darah
b. Gejala Klinis
c. Komplikasi kerusakan target organ
XXXVIII.
Ip Ex :
intake
garam,
pengendaliantekanandarah,
berhenti
merokok
d. Edukasipadapasiendengantekanandarahtinggiharusmengkonsumsiobats
eumurhidup
agar
dalamjangkapanjang
XXXIX.
XL.
XLI.
XLII.
XLIII.
XLIV.
XLV.
XLVI.
XLVII.
XLVIII.
tidakterjadikerusakan
organ
target
XLIX.
L.
LI.
LII.
LIII.
LIV.
LV.
LVI.
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
LIX.
paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran udara di saluran napas yang
bersifat progressif nonreversibel atau reversibel parsial. PPOK ditandai
dengan adanya emfisema dan bronkitis kronis.2 Sedangkan menurut Global
Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD, 2013), PPOK
adalah penyakit paru yang dapat dicegah dan diobati, ditandai dengan
limitasi aliran udara yang persisten dan progresif, akibat respons inflamasi
kronik pada jalan
Epidemiologi
LX.
Etiologi
LXII.
menyebutkan
bahwa
kebiasaan
merokok
kerusakan
jaringan.
Secara
signifikan,
PPOK
menyebabkan
emfisema.Penelitian
Erikson
tahun
1963
menyatakan bahwa defisiensi AAT diwariskan secara autosomalkodominan dan keadaan ini menyebabkan emfisema. Defisensi AAT
disebabkan karena mutasi pada gen AAT.6
5. Sindroma Imunodefisiensi
LXX. Infeksi Human immunodeficiency virus (HIV) merupakan
faktor resiko untuk PPOK, bahkan setelah mengontrol variabel
pengganggu seperti merokok, obat IV, ras dan usia. Pada pasien
defisiensi autoimun dan infeksi Pneumocystis carinii terjadi kerusakan
paru yang kortikal dan apikal.6
6. Gangguan Jaringan Ikat
LXXI.
Cutis laxa adalah gangguan elastin yang digambarkan
terutama dengan penuaan prematur. Penyakit ini biasanya kongenital
dengan bermacam bentuk penurunan (mis. dominan, resesif).
Emfisema prekoks dihubungkan dengan cutis laxa sejak dari periode
neonatus atau bayi. Patogenesis penyakit ini karena defek sintesis
elastin atau tropoelastin. Sindrom Marfan yaitu penyakit autosomal
dominan kolagen tipe I, ditemukan sekitar 10% pasiennya mengalami
abnormalitas paru, termasuk emfisema. 6
D.
Patogenesis
LXXII.
PPOK
dapat
terjadi
karena
berbagai
mekanisme
kerusakan
jaringan
dan
emfisema
terjadi
karena
mutasi paling umum dan mutasi ini menggangu sekresi protein dari
hepatosit. Hasilnya ditandai dengan penuruan level penghambat serin
protease di sirkulasi. Dilaporkan bahwa PiZ-1 AT cenderung
mengalami polimerisasi yang dapat menghambat sekresi hepatik,
menggangu inhibisi elastase netrofil dan menyebabkan inflamasi.
9
penting
dalam
patogensis
PPOK.
Level
serum
menggangu
vasodilatasi
dan
kerusakan
jaringan.
Oksidan
tersebut
dapat
E.
Patofisiologi
LXXXII. Gejala-gejala yang ditimbulkan oleh PPOK merupakan
konsekuensi dari mekanisme patofisiologi PPOK, diantaranya adalah:
1. Pembatasan Aliran udara dan Udara yang Terjebak
LXXXIII.
Inflamasi luas, fibrosis dan eksudat lumen pada saluran
pernapasan kecil berhubungan dengan penurunan FEV1 dan rasio
FEV1/FVC, dan mungkin dengan percepatan penurunan FEV1
(karakteristik PPOK), obstruksi saluran napas ini akan menjebak udara
hipertensi
pulmonal
pada
PPOK
termasuk
11
sama dengan yang terjadi pada saluran napas. Emfisema dan hilangnya
aliran
udara
dan
khususnya
ManifestasiKlinis
LXXXIX.Gejala dari PPOK adalah seperti susah bernafas, batuk
kronis dan terbentuknya sputum kronis, episode yang buruk atau eksaserbasi
sering muncul. Salah satu gejala yang paling umum dari PPOK adalah sesak
napas (dyspnea). Orang dengan PPOK umumnya menggambarkan ini
sebagai:. "Saya merasa kehabisan napas," atau "Saya tidak bisa
mendapatkan cukup udara ".12
XC.
Orang dengan PPOK biasanya pertama sadar mengalami
dyspnea pada saat melakukan olahraga berat ketika tuntutan pada paru-paru
yang terbesar. Selama bertahun-tahun, dyspnea cenderung untuk bertambah
parah secara bertahap sehingga dapat terjadi pada aktivitas yang lebih
ringan, aktivitas sehari-hari seperti pekerjaan rumah tangga. Pada tahap
lanjutan dari PPOK, dyspnea dapat menjadi begitu burukyang terjadi selama
istirahat dan selalu muncul.12
XCI.
Orang dengan PPOK kadang-kadang mengalami gagal
pernafasan. Ketika ini terjadi, sianosis, perubahan warna kebiruan pada bibir
yang disebabkan oleh kekurangan oksigen dalam darah, bisa terjadi.
Kelebihan karbon dioksida dalam darah dapat menyebabkan sakit kepala,
mengantuk atau kedutan (asterixis). Salah satu komplikasi dari PPOK parah
adalah cor pulmonale, kejang pada jantung karena pekerjaan tambahan yang
diperlukan oleh jantung untuk memompa darah melalui paru-paru yang
terkena dampak.4 Gejala cor pulmonale adalah edema perifer, dilihat sebagai
pembengkakan pada pergelangan kaki, dan dyspnea.12
G.
Diagnosis
XCII.
persisten. Saat onset, gejala ini terjadi saat aktivitas (naik tangga,
mendaki bukit, dll) dan dapat dihindari dengan perubahan perilaku
yang tepat (mis. menggunakan elevator). Bagaimanapun, selama
penyakit berkembang, dispnea bahkan akan muncul dalam
aktivitas ringan atau istirahat.
11
masalah utama pasien dengan PPOK gejala berat dan sangat berat.
Sinkop batuk terjadi karena peningkatan cepat dari tekanan
intratorakal selama serangan jangka panjang batuk. Batuk yang parah
ini juga bisa menyebabkan fraktur kosta yang biasanya asimptomatis.
Tanda-tanda kor-pulmonale juga menunjukkan keadaan penyakit
yang buruk. Selain itu, mungkin pasien akan mengalami gejala
depresi atau gangguan kecemasan.1
2. Pemeriksaan Fisik
C.
Pemeriksaan fisik pasien PPOK yang masih dini biasanya
tidak menunjukkan kelainan.
muncullah beberapa tanda dan gejala yang makin lama akan makin
khas menjadi gejala PPOK. PPOK memberikan tanda berupa gangguan
baik pada sistem pernapasan maupun sistemik.
a. Tanda Pernapasan
CI.
CIII.
CIV.
terdapat ronki dan atau mengi pada waktu bernapas biasa atau pada
ekspirasi paksa, ekspirasi memanjang, bunyi jantung terdengar jauh 2
b. Tanda Sistemik
CV.
dapat terjadi karena cor pulmonale atau selama inflasi yang parah.
CVI.
penunjang
yang
dapat
dipakai
dalam
CX.
b. Pemeriksaan faal paru dengan spirometri
CXI.
c. Pemeriksaan Radiologi
CXII.
kronis
berhubungan
dengan
peningkatan
11
tanda
bayangan
vaskular
hilus
menjadi
sering,
dengan
Derajat PPOK
CXVII.
Derajat
CXXIX.
I : PPOK CXXXI.
Ringan
Sedang
FEV1/FVC
<
0,70
CXXXII.
CXXXIII.
Karakteristik
II:
FEV1 80%
prediksi
PPOK CXXXIV.
FEV1/FVC
0,70
<
CXXXV.
CXXXVI.
III:
Berat
50% FEV1
80% prediksi
PPOK CXXXVII. FEV1/FVC
<
0,70
CXXXVIII. 30% FEV1
CXXXIX.
IV:
Sangat Berat
50% prediksi
PPOK CXL. FEV1/FVC < 0,70
CXLI.FEV1< 30% prediksi
atau
CXLII.
FEV1<
prediksi ditambah
50%
Gagal
nafas kronik
-
CXLIII.
Mild COPD atau PPOK ringan, pada tahap ini pasien mungkin belum
aktivitas.
Severe COPD atau PPOK berat, pemendekan nafas semakin buruk
pada tahap ini dan sering membatasi aktivitas harian pasien.
CXLIV.
CXLV.
CXLVI.
I.
Penatalaksanaan
CXLVII. Adapun tujuan dari penatalaksanaan PPOK ini adalah:2
-
Mengurangi gejala
Golongan antikolinergik
CLI.
digunakan
untuk
mengatasi
sesak,
CLIV. Dalam
bentuk
lepas
lambat
sebagai
pengobatan
akut.
Penggunaan
jangka
panjang
diperlukan
Lini I: amoksisilin
CLVIII.
Makrolid
CLIX.
CLX.
CLXI.
CLXII.
CLXIII.
d. Antioksidan
CLXIV.
CLXXIII.
Latihan fisik
Rehabilitasi psikososial
CLXXV.
CLXXVI.
CLXXVII.
Gejala eksaserbasi :
Sesak bertambah
Produksi sputum meningkat
Perubahan warna sputum
CLXXIX.
CLXXX.
CLXXXI.
CLXXXII.
infeksi saluran napas atas lebihdari 5 hari, demam tanpa sebab lain,
peningkatan
batuk,
peningkatan
mengi
atau
peningkatanfrekuensi
pernapasan > 20% baseline, atau frekuensi nadi > 20% baseline.
CLXXXIII.
CLXXXIV.
CLXXXV.
Primer :
(untuk eksaserbasi yang ringan) ataudi rumah sakit (untuk eksaserbasi sedang dan
berat). Penatalaksanaan eksaserbasi akut ringan dilakukan dirumah oleh penderita
yang telah diedukasidengan cara :
- Menambahkan dosis bronkodilator
atau
dengan
mengubah
bentuk
nebuliser
Menggunakan oksigen bila aktivitas dan selama tidur
Menambahkan mukolitik
Menambahkan ekspektoran
CLXXXIX.
dokter.
CXC.
CXCI.
CXCIII.
CXCIV.
3. Ruang rawat
CXCV.
4. Ruang ICU
CXCVIII.
Obat yang diperlukan pada eksaserbasi akut
Antibiotik
Peningkatan jumlah sputum
Sputum berubah menjadi purulen
Peningkatan sesak
CXCIX.
Pemilihan antibiotik disesuaikan dengan pola
kuman setempat dan komposisi kombinasiantibiotik yang mutakhir.
Pemberian antibiotik di rumah sakit sebaiknya per drip atauintravena,
sakit,
bronkodilator
diberikan
secara
intravena
dan
CCIV.
CCIX.
J.
Komplikasi
CCX.
1. Gagal napas
a. Gagal napas kronik
-
Hasil analisis gas darah Po2 < 60 mmHg dan Pco2 > 60 mmHg,
dan pH normal, penatalaksanaan :
Bronkodilator adekuat
Antioksidan
Demam
Kesadaran menurun
CCXI.
CCXII.
CCXIII.
2. Infeksi berulang
CCXIV.
Pada
pasien
PPOK
produksi
sputum
yang