1. Kosasih A, Wisnu IM, Daili ES, Menaldi SL. Kusta. Dalam: Djuanda A,
Hamzah M, Aisah S, editor. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi ke-5.
Cetakan ke-2 (dengan perbaikan). Jakarta: Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2001. Hal 73-88
2. Odom R.B, James W.D, Berger T.G. Hansens disease (Leprosy). Dalam :
Adrews Disease of the skin, 9th ed. Philadelphia: W.B Saunder Co.;2002. Hal
430-44.
3. Dinas Kesehatan Jawa Tengah. Profil Kesehatan Propinsi Jawa tengah Tahun
2010.(On-line).
Diakses
dari
http://www.depkes.go.id/prov%20jateng
41
10. Tanasal, H. Perubahan titer IgM pada lepra subklinik paska terapi jangka
pendek dengan rifampisin dan klaritromisin. Semarang : Bagian Ilmu
Kesehatan Kulit dan Kelamin FK Undip. 2005.
11. World Health Organization. Classification. Dalam : A Guide to Leprosy
Control 2th Ed. Ganeva : WHO. 1998.
Dalam : In
18. Rees, RJW, et al. Experimental and clinical studies on rifampicin in treatment
of leprosy. British Medical Journal. 1970. Hal : 1 ; 89-92.
19. Ashourian N, Cohen PR. Systemic antibacterial agents. Dalam : Wolferton
SE. Comprehensive Dermatologic Drug Therapy 2th Ed. 2007. Hal ; 4 :58-64
.
20. Astuti, Rahayu, dkk. Metodologi Penelitian Jilid 2 Biostatika dan Manajemen
Data. Semarang : Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Semarang. 2012.
21. Sostroasmoro, S dan Sofyan ismail. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian.
Jakarta : Binarupa Aksara. 1995.
43
44