FRAKTUR TERBUKA
DISLOKASI ANKLE DEXTRA
Disusun Oleh :
Fiska Rahmawati (H2A010017)
Pebimbing:
Dr. Rudiansyah Harahap, Sp.OT
DEPARTEMEN ILMU BEDAH
FK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
RSUD TUGUREJO SEMARANG
2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan
petunjuknya penyusun dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul Fraktur
Terbuka Ankle Dextra ini tepat pada waktunya.
Laporan kasus ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas kepaniteraan klinik
di bagian ilmu penyakit bedah RSUD Tugurejo Semarang. Pada kesempatan ini
penyusun mengucapkan terima kasih kepada dr. Rudiansyah Harahap, Sp.OT, selaku
dokter pembimbing dalam kepniteraan klinik ini dan rekan-rekan koass yang ikut
memeberikan bantuan dan semangat secara moril.
Penyusun menyadari bahwa laporan kasus ini masih terdapat kekurangan dan
kesalahan, oleh karena itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran dari
semua pihak. Semoga laporan kasus
pengetahuan dalam bidang ilmu penyakit bedah khususnya dan bidang kedokteran
pada umumnya.
Jakarta, 20 Agustus 2015
Penyusun
LEMBAR PENGESAHAN
Jakarta, Mei
2013.
BAB 1
LAPORAN KASUS
I.
II.
Identitas pasien
No rekam medik
: 482244
Tanggal masuk RS
: 14 Agustus 2015
Nama
: Ny. S
Umur
: 64 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Pekerjaan
Alamat
Agama
: Islam
Status perkawinan
: Sudah menikah
Anamnesis
Anamnesa dilakukan di bangsal Anggrek tanggal 15 Agustus 2015 pukul 12.00
WIB.
Keluhan Utama :
Nyeri hebat pada kaki kanan
Keluhan tambahan : Tidak bisa berjalan akibat nyeri serta perdarahan hebat
dari kaki kanan.
Riwayat Penyakit Sekarang (RPS) :
Pasien mengaku jatuh dari tangga rumah sejak satu hari yang lalu.
Awalnya pasien jatuh dari anak tangga dirumah, pasien kesleo pada kaki kanan.
Pergelangan kaki kanan terbentur anak tangga sehingga mengalami perdarahan
hebat. Pasien melihat kaki kanannya berdarah sempat pingsan sebelum dibawa
ke rumah sakit. Nyeri pada kaki kanan (+), perdarahan (+), lemas (+), mual (+),
muntah (-), pusing (+), keluar darah dari lubang hidung (-), keluar darah dari
lubang telinga (-), dan riwayat dipijat (-). Karena ketakutan anak pasien
membawa pasien ke RSUD Ungaran, karena di RS tersebut belum ada spesialis
orthopedi pasien dirujuk ke RSUD Tugurejo Semarang.
Riwayat Penyakit Dahulu (RPD) :
Riwayat sakit sama (-)
Riwayat pasien DM (-)
Riwayat hipertensi (+)
Riwayat asma (-)
Riwayat penyakit jantung (-).
Riwayat Penyakit Keluarga (RPK) :
Riwayat DM (+)
Riwayat Hipertensi (+)
Riwayat Asma (-)
Riwayat penyakit jantung (-)
Riwayat Pribadi dan Sosial Ekonomi (RSE) :
Pasien hanya seorang ibu rumah tangga, tinggal bersama kedua anaknya beserta
ketiga cucunya di rumah. Biaya pengobatan ditanggung oleh BPJS.
III.
Pemeriksaan fisik
Keadan umum : tampak sakit sedang
Berat badan
:68 kg
Tinggi badan
:154 cm
Kesadaran
: Compos mentis
Vital sign
Status general
Nadi
: 108x/menit
Pernafasan
: 24x/menit
Suhu
: 36,7 C
Kepala
Normochepali
Tidak tampak adanya deformitas
Mata
Hidung
Bagian luar
Septum
Mukosa hidung
Cavum nasi
Telinga
Daun telinga
: normal
Tofi
Lieng telinga
Membrana timpani
Nyeri tekan mastoid
Serumen
Sekret
: tidak ditemukan
: lapang
: tidak diperiksa
: tidak nyeri tekan
: tidak diperiksa
: tidak diperiksa
Bibir
Gigi geligi
Palatum
Lidah
Tonsil
Faring
Leher
Thorax
Paru-Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
whezing -/
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
sinistra, ICS 5
: Batas atas
: ICS 2 linea parasternalis
sinistra
Batas kanan
Batas kiri
IV.
midclavicularis sinistra
Auskultasi
: S1 S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi
:tidak membuncit, frog like appearance (-)
Perkusi
: timpani pada seluruh lapang abdomen
Palpasi
: supel, massa (-), nyeri tekan (-).
Auskultasi
: Bising usus (+)
Ekstremitas atas
Regio kanan
: akral hangat, tidak terdapat oedem
Regio kiri
: akral hangat, tidak terdapat oedem
Ekstremitas Bawah
Lihat status lokalis
Status Lokalis
Regio
: Ankle Dextra
Look
: a) Skin
Feel
b)Shape
c)Position
: malposisi (+)
: a) Skin
: kalor (+)
b)Soft Tissue
tekan(+)
c)Bone
d)Pulse
krepitasi (+)
: a) Aktif
b)Pasif
c) Power
V.
Pemeriksaan Penunjang
Tanggal periksa: 17 Agustus 2015
Hematologi
- Hb
: 8,50 g/dl (L)
- Eritrosit
: 2,74 juta/mm3 (L)
- Ht
: 25% (L)
- Leukosit
: 10300/l
- Trombosit
: 230.000/dl
- GDS
: 128 mg/dL
- SGOT
: 14 U/L
- SGPT
: 18 U/L
- Ureum
: 50.0 mg/dL
- Kreatinin
: 1.25 mg/dL (H)
- Kalium
: 4.40 mmol/L
- Natrium
: 137 mmol/L
- Chlorida
: 103 mmol/L
- Albumin
: 3.3 g/dL
- Globulin
: 2.5 g/dL (L)
- Bilirubin Total
: 0.24 mg/dL
Pemeriksaan Radiologi
Tanggal: 14 Agustus 2015
VI.
Diagnosa kerja
Fraktur terbuka ankle dextra grade III B
VII.
Diagnosa Banding
Tidak ada
VIII.
Resume
Seorang pasien wanita berusia 64 tahun datang ke IGD RSUD
Tugurejo Semarang dengan keluhan nyeri hebat pada kaki kanan sejak satu hari
10
yang lalu. Pasien mengaku jatuh dari tangga rumah sejak satu hari yang lalu.
Awalnya pasien jatuh dari anak tangga dirumah, pasien kesleo pada kaki kanan.
Pergelangan kaki kanan terbentur anak tangga sehingga mengalami perdarahan
hebat. Pasien melihat kaki kanannya berdarah sempat pingsan sebelum dibawa
ke rumah sakit. Nyeri pada kaki kanan (+), perdarahan (+), lemas (+), mual (+),
muntah (-), pusing (+), keluar darah dari lubang hidung (-), keluar darah dari
lubang telinga (-), dan riwayat dipijat (-). Karena ketakutan anak pasien
membawa pasien ke RSUD Ungaran, karena di RS tersebut belum ada spesialis
orthopedi pasien dirujuk ke RSUD Tugurejo Semarang. Riwayat penyakit
dahulu hipertensi (+), riwayat penyakit keluarga hipertensi (+), riwayat DM (+).
Pasien seorang ibu rumah tangga tinggal bersama kedua anak dan ketiga
cucunnya dan biaya pengobatan ditanggung oleh BPJS.
Pemeriksaan fisik ditemukan tekanan darah : 180/100 mmHg, nadi :
108x/menit, pernafasan : 24x/menit, suhu : 36,7 C. Inspeksi terdapat luka
terbuka dengan ukuran 10 cm x 3 cm dengan dasar tulang, oedem (+),
deformitas (+), malposisi (+). Palpasi nyeri tekan (+) di maleolus medial dan
lateral, kalor (+), krepitasi (+), teraba denyutan a.dorsalis pedis dextra, teraba
denyutan a.tibialis posterior, gerakan terbatas karena nyeri. Pemeriksaan
penunjang darah ditemukan Hb : 8,50 g/dl (L), eritrosit : 2,74 juta/mm3 (L),
Kreatinin: 1.25 mg/dL (H), dan Globulin : 2.5 g/dL (L).
IX.
Penatalaksanaan
Pengobatan pre-operatif (umum)
Bed rest
Infus RL 8 tetes per menit
Ceftriaxone 2 x 1 gram
Ranitidin 2 x 1 amp
Ketorolac 3 x 1 amp
Amlodipine 1 x 10 mg
Puasa 6 jam sebelum operasi
11
Pengobatan Lokal
ORIF ankle
Drainase
Edukasi
X.
Komplikasi
Dini
XI.
Fisioterapi
Kontrol ke dokter Spesialis Tulang
kompartemen
Lanjut : malunion, delayed union ,non union, kekakuan sendi
Prognosis
Ad vitam
Ad sanationam
Ad fungsionam
: ad bonam
: ad bonam
: ad bonam
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. ANATOMI PERGELANGAN KAKI
Sendi pergelangan kaki dibentuk oleh tiga tulang: fibula, tibia dan talus.
Bentuk Dua yang pertama sebuah kubah yang cocok di bagian atas ketiga.
Memungkinkan terutama mengubah gerakan maju dan mundur, yang fleksi dan
ekstensi gerakan kaki. Dalam arah lateral, batas maleolus lateral dan medial maleolus,
yang merupakan dua pelengkap tulang yang terus fibula dan tibia di kedua sisi,
mencegah gerakan penuh pergeseran lateral yang tetapi memungkinkan awal. 1,2 Talus
bersandar pada kalkaneus untuk membentuk agak datar bersama, tanpa banyak
gerakan. Sendi subtalar merupakan sumber konflik dan mendukung transmisi daya
dari berat badan dan gerakan halus stabilitas kaki. Ketika tulang rawan memburuk ini
13
Gambar 1. Sendi Pergelangan kaki atau articulation talocruralis (Ankle Joint). Gambar dikutip
dari : Moore KL, Agur AMR, Dalley AF. Chapter 5. Lower Limbs. In: Moore KL, Agur AMR, Dalley
AF. Essential Clinical Anatomy 4th edition. Lippincott Williams & Willkins. P 317-405.
II.1
14
yang menempel antara medial malleolus dan keempat lokasi, antara lain talus,
calcaneus, dan navicular (bagian tibionavicular, tibiocalcaneal, anterior dan posterior
tibiotalar)4,5,6 Secara umum ligamen-ligamen lateral berfungsi untuk menahan stress
inversi dan rotasi interna, sedangkan ligamen deltoid berfungsi untuk melawan stress
eversi dan rotasi eksterna (lebih jarang cedera). Kekuatan ligamen lateral tidak sekuat
ligamen medial, oleh karena itundaerah lateral merupakan daerah cedera yang paling
umum terjadi.
Gambar 2. Sendi pergelangan kaki atau articulatio talocruralis (Ankle Joint) dan
ligamennya. Gambar dikutip dari : Moore KL, Agur AMR, Dalley AF. Chapter 5. Lower Limbs. In :
Moore KL, Agur AMR, Dalley AF. Assential Clinical Anatomy. 4 th edition. Lippincott Williams &
Wilkins. P.317-405.
15
Gambar 3. Syndesmosis dari ankle joint. Gambar dikutip dari : Marsh JL, Saltzman CL.
Chapter 53. Ankle Fracture. In : Rock-wood & Greens Fracture in Adults. 6 th Edition. Lippincott
Williams & Wilkins, 2006. P. 2148-247
16
mencegah adduksi pada posisi netrla dan posisi dorsofleksi. Kekuatan CFL secara
kasar 2-3,5 kali lipat dibandingkan ATFL.7 Selain itu, karena CFL terbentang dari
lateral ankle joint sampai subtalar joint, ligamen ini berkontribusi terhadap stabilitas
untuk sendi ankle dan subtalar. Posterior talofibular (PTFL) merupakan ligamen yang
paling kuat ketika dorsofleksi dan berfungsi membatasi posterior talar displacement
dalam mortise dan rotasi eksterna dari talus. Apabila terdapat disrupsi pada ATFL dan
CFL, PTFL berfungsi membatasi rotasi interna dan adduksi pergelangan kaki ketika
dorsofleksi.6,7
Sendi memerlukan ikatan yang menjaga kohesi tulang yang membentuk,
mencegah perpindahan nya, dislokasi dan memungkinkan gerakan tangan lainnya
spesifik Anda. Deskripsi dari semua ligamen pergelangan kaki dan kaki akan bidang
yang sangat khusus karena jumlah dan kompleksitas. Kami menyebutkan yang paling
penting: Kapsul sendi di sekitar sendi, menciptakan ruang tertutup, dan membantu
menstabilkan ligamen dalam misinya.5,6
1. Ligamen lateral yang eksternal. Mulai dari ujung maleolus lateral, ligamentum
agunan lateral dibagi menjadi tiga angsuran (talar posterior peroneal, fibula
kalkanealis dan fibula talar atas), penahan di lereng dan kalkaneus
bertanggung jawab untuk memegang pergelangan kaki lateral. Jika mereka
melanggar (biasanya yang paling terkena dampak pada prinsipnya fibula talar
atas), cepat menghasilkan pembengkakan besar yang harus membalikkan
sesegera mungkin dengan menerapkan dingin (misalnya, melalui gurita
dengan neoprene). Cryotherapy (aplikasi dingin untuk tujuan terapeutik)
adalah ukuran paling sederhana dan paling efektif terhadap peradangan,
sehingga dengan pergelangan kaki (keseleo) memutar tidak pernah harus
kehilangan aplikasi dingin. Ligamentum yang menderita terkilir agunan lateral
yang kemudian berpihak pada gerakan memutar pergelangan re-investasi kaki.
17
2. Deltoid ligamen. Sebaliknya, ligamentum ini dari ujung medial dan malleolar
memegang bagian dalam pergelangan kaki.
3. Sindesmal ligamen, syndesmosis atau ligamen tibiofibular. Ikat bagian distal
tibia dan fibula untuk menahan mereka bersama-sama dalam peran yang telah
melompat permukaan artikular atas kubah talus. Kerusakan menimbulkan
banyak masalah. Dibutuhkan waktu lama untuk menyembuhkan dan dapat
meninggalkan gejala sisa permanen rasa sakit dan ketidakstabilan yang
memerlukan intervensi bedah. Ligamentum menghubungkan dua tulang di
jarak anteroposterior dari serikat mereka, tidak hanya di bagian depan
pergelangan kaki. Jadi, ketika istirahat, Anda dapat meninggalkan tergantung
pinggiran ke dalam sendi dan nyeri di bagian belakang pergelangan kaki.
4. Di bagian belakang pergelangan kaki juga ada jaringan ligamen yang
menghubungkan tibia dan fibula (tibiofibular posterior), tibia dan talus. Perlu
dicatat ligamentum transversal yang terluka oleh yang sama syndesmosis
mekanisme, yang dapat dianggap ekstensi kemudian.
II.2
dan kaki. Meskipun mereka berada di kaki, pergelangan kaki olahraga menarik traksi
tulang mereka sisipan dan kaki. Mereka mendapatkan gerakan dorsofleksi, inversi
fleksi plantar, dan eversi kaki.4,5,6
1. Otot-otot intrinsik jari-jari kaki berada di kaki yang sama, mendapatkan
gerakan jari: fleksi, ekstensi, penculikan dan adduksi.
18
2. Plantar fleksor. Apakah yang menarik kaki kembali. Oleh karena itu terletak di
bagian belakang kaki di betis. Mereka adalah soleus dan gastrocnemius pada
tendon Achilles, yang umum untuk keduanya.
3. Fleksor punggung adalah mereka yang mengangkat ke atas kaki dan terletak
di bagian depan kaki. Mereka adalah tibialis anterior, Tertius peroneus dan
ekstensor digitorum.
4. Investor di kaki. Tibialis anterior dimasukkan ke metatarsal pertama dan baji
pertama.
5. Evertors kaki. Para longus peroneus dan peroneus brevis dimasukkan ke
dalam baji pertama dan dasar metatarsal pertama sedangkan peroneal anterior
dimasukkan ke dalam basis keempat dan kelima.
6.
Fascia
19
III.1
Definisi
Fraktur (patah tulang) pada ujung distal fibula dan tibia merupakan istilah
yang digunakan untuk menyatakan fraktur pergelangan kaki (ankle fracture). Fraktur
20
ini biasanya disebabkan oleh terpuntirnya tubuh ketika kaki sedang bertumpu di tanah
atau akibat salah langkah yang menyebabkan tekanan yang berlebihan (overstressing)
pada sendi pergelangan kaki.4,7 Fraktur yang parah dapat terjadi pada dislokasi
pergelangan kaki. Fraktur ankle itu sendiri yang dimaksudkan adalah fraktur pada
maleolus lateralis (fibula) dan/atau maleolus medialis. Pergelangan kaki merupakan
sendi yang kompleks dan penopang badan dimana talus duduk dan dilindungi oleh
maleolus lateralis dan medialis yang diikat dengan ligament. Dahulu, fraktur sekitar
pergelangan kaki disebut sebagai fraktur Pott. Fraktur pada pergelangan kaki sering
terjadi pada penderita yang mengalami kecelakaan (kecelakaan lalu lintas atau jatuh).
Bidang gerak sendi pergelangan kaki hanya terbatas pada 1 bidang yaitu untuk
pergerakan dorsofleksi dan plantar fleksi. Maka mudah dimengerti bila terjadi
gerakan-gerakan di luar bidang tersebut, dapat menyebabkan fraktur atau fraktur
dislokasi pada daerah pergelangan kaki. Bagian-bagian yang sering menimbulkan
fraktur dan fraktur dislokasi yaitu gaya abduksi, adduksi, endorotasi atau
eksorotasi.5,6,7
III.2
Epidemiologi
Insidens sering terjadi pada :
1. Fraktur pergelangan kaki menduduki posisi kedua sebagai fraktur yang sering
ditemukan.
2. Fraktur pada anak-anak pada umunya melibatkan lempeng pertumbuhan.
3. Fraktur pada remaja (Fraktur Tillaux) memiliki pola khusus karena penutupan
parsial pada lempeng pertumbuhan.
4. Angka kejadian fraktur ini lebih tinggi pada kelompok dewasa muda.
III.3
Mekanisme Cedera
Mekanisme cedera pada fraktur malleolus pada pergelangan kaki umumnya
meliputi gerakan rotasi atau memutar pada sendi, termasuk low-energy akibat terjatuh
karena tersandung dengan gaya memutar atau high-energy akibat kecelakaan lalu
lintas atau terjatuh dari ketinggian.8 Pola fraktur ditentukan oleh dua hal, antara lain
21
posisi dari kaki dan arah gaya pada saat terjadi cedera (deforming force). Beberapa
gerakan dari sendi pergelangan kaki yang harus diketahui sebelum mempelajari
mekanisme cedera, anta lain dorsofleksi dan plantarfleksi, abduksi (bagian distal
menjauhi plana medial) dan adduksi (bagian distal mendekati plana medial), inversi
(bagian hindfoot menghadap ke medial) dan eversi (bagian hindfoot menghadap ke
lateral), terakhir supinasi (kombinasi dari plantar fleksi, inversi, dan adduksi) dan
pronasi (kombinasi dorsofleksi, eversi, dan abduksi).9,10 Posisi kaki dapat berupa
supinasi atau pronasi (posisi supinasi menyebabkan ligamen kontralateral lateral
tegang dan sebaliknya posisi pronasi mengakibatkan ligamen kontralateral medial
tegang), sedangkan arah gaya berupa transversal yaitu adduksi dan abduksi, atau
rotasi lateral.4,8
III.4
Klasifikasi
Lauge-Hansen (1950) mengklasifikasikan menurut patogenesis terjadinya
pergeseran dari fraktur, yang merupakan pedoman penting untuk tindakan pengobatan
atau manipulasi yang dilakukan.
Klasifikasi yang sering dipakai adalah klasifikasi dari DanisWeber yang
berdasarkan pada level fraktur fibula. Klasifikasi lainnya adalah dari AO serta LaugeHansen yang berdasarkan patogenesanya. Klasifikasi Danis Weber adalah sebagai
berikut :
1.
Weber type A
Fraktur fibula dibawah tibiofibular syndesmosis yang disebabkan adduksi atau
Weber type B
Fraktur oblique dari fibula yang menuju ke garis syndesmosis. Disebabkan
cedera dengan pedis external rotasi syndesmosisnya intak tapi biasanya struktur
dibagikan medial ruptur juga.
22
3.
Weber type C
Fibulanya patah diatas syndesmosis disebut C1 bila 1/3 distal dan C2 bila
lebih tinggi lagi. Disebabkan abduksi saja atau kombinasi abduksi dan external
rotasi. Syndsmosis & membrana interosseus robek juga.
Gambar 4. Klasifikasi Danis-Weber. Gambar dikutip dari : Whittle AP, Chapter 51.
Fractures of the Lower Extremily. In : Canale ST, Beaty JH. Campbells Operative Orthopaedics.
Eleventh Edition. Volume 3. Mosby, El Sevier. P. 3085-237.
klasifikasi
Danis-Weber
yaitu
tipe A
23
Gambar 5. Tipe dan Subtipe dari klasifikasi AO/ATO. Gambar dikutip dari : Whittle AP.
Chapter 51. Fractures of the Lower Extremity. In : Canale ST, Beaty JH. Campbells Operative
Orthopaedics. Eleventh Edition. Volume 3. Mosby, El Sevier. P. 3085-237.
24
malleolus medial dan fraktur oblik spiral pada fibula yang letaknya relatif tinggi dari
sendi pergelangan kaki (gambar 6).11
25
26
27
Pada kompresi vertikal dapat terjadi fraktur tibia distal bagian depan disertai
dengan dislokasi talus ke depan atau terjadi fraktur komunitif disertai dengan robekan
diastasis.
Satu hal yang penting yang dapat selalu ditarik dari dasar pembagian ini
adalah kita dapat mengenal mekanismenya dari trauma dan kemudian setelah melihat
penemuan radiologik , menghubungkan trauma yang terdapat pada ligamenligamennya. Mengenai trauma inversi juga telah dilakukan penyelidikan-penyelidikan
eksperimentil dan memang dapat dihasilkan secara eksperimentil tapi suatu trauma
inversi hampir tidak pernah akan ditemukan dalam kehidupan sehari- hari. Perlu
ditekankan kembali bahwa sprain , robekan ligamen serta patah tulang pada sendi
talocrural adalah suatu kesatuan etiologi. Kekuatan-kekuatan indirek yang sama,
tergantung dari kedudukan kaki pada saat itu serta arah rotasi sendi talocrural/yang
bekerja pada setiap jenis trauma.
Pada gambar di atas, kaki dalam keadaan netral atau dorsifleksi. Bila trauma
menimbulkan rotasi eksternal yang hebat maka ligamentum tibiofibular anterior akan
28
teregang. Bila rotasi terjadi terus menerus maka kerusakan ligamentum deltoid dapat
terjadi.
29
Pada gambar di atas, fraktur maleolus lateralis yang terjadi bila trauma
menimbulkan rotasi eksterna dan abduksi yang hebat memutar os talus dan
mendorong meleolus lateral ke posterior Bila trauma cukup kuat ruptur dari
ligamentum dcltoid anterior (tibiotalar dan tibio navicular) serta ligamentum
tibiofibular anterior dapat tcrjadi.
III.6
Diagnosa Klinis
Diagnosa pasti menge nai trauma pada sendi talocrural tidak dapat didasarkan
secara radiologik saja, karena pemeriksaan ini hanya akan memberikan keterangan
yang sedikit sekali mengenai kerusakan pada ligamenta. Diagnosa pada sendi
talocrural membutuhkan palpasi secara metodik oleh karena kebanyakan struktur
yang penting berada langsung dibawah permukaan kulit. Lakukanlah palpasi pertama
pada daerah yang paling tidak memberikan rasa nyeri, dan singkirkan kemungkinan
adanya kerusakan dengan tidak terdapatnya nyeri tekan setempat serta tidak adanya
pernbengkakan pada daerah tersebut. Misalnya kedua malleoli dapat diraba, dan
bilamana tidak memberi rasa nyeri pada penekanan maka kemungkinan fraktur pada
kedua nya kecil sekali. Ligamenta yang mudah diperiksa antara lain adalah :7,8,9
1.
ligamen lateral.
2.
Ligamen tibiofibular inferior. Bilamana ligamenta ini tidak nyeri pada
perabaan dan dapat ditegangkan tanpa memberi rasa sakit, kemungkinan kerusakan
adalah kecil.
Pada setiap pemeriksaan, lingkup gerak sendi harus diperiksa secara teliti. Batasan
dari gerak atau adanya rasa nyeri harus diperhatikan. Untuk mengetahui stabilitas
sendi talocrural perlu hubungan talus dengan kedua tangkai garpu malleolar
diperiksa. Penting pula diingat bahwa nyeri daerah ini mungkin juga disebabkan oleh
karena terdapatnya fraktur pada os calcaneus atau pada basis os metatarsal ke lima.4,5,8
30
Airway
timbulnya pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar
ronchi /aspirasi.
Circulation
: Tekanan darah dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi
pada tahap lanjut, takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia,
kulit dan membran mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut.
2.
Pengkajian sekunder
Aktivitas/istiraha
Keterbatasan mobilitas.
Sirkulasi
:
(kadang
terlihat
sebagai
respon
pada bagian yang terkena, dan masa hematoma pada sisi cedera.
Neurosensori
: Kesemutan, deformitas, krepitasi, pemendekan, dan
kelemahan
Kenyamanan
31
Keamanan
pembengkakan lokal
Palpasi pada daerah yang terpengaruh dan menginspeksi tiap patahan pada
kulit atau tenting. Memeriksa pulsasi arteri dorsalis pedis dan tibia posterior dan
semua saraf sensoris maupun motoris pada kaki. Cedera inversi pada pergelangan
kaki dapat menyebabkan palsy nervus peroneus. Memeriksa ada tidaknya
pembengkakan yang parah dan kemungkinan terjadinya sindrom kompartemen pada
kaki.1,2,3,4
III.7
Pemeriksaan Radiologik
Pemeriksaan radiologik perlu dilakukan bilamana dicurigai adanya patah
tulang atau disangka adanya suatu robekan ligamen. Biasanya pemotretan dari dua
sudut, anteroposterior dan lateral sudah akan memberikan jawaban adanya hal-hal
tersebut. Pandangan oblique tidak banyak dapat menambah keterangan lain. Untuk
mendapatkan pandangan yang lebih baik mengenai permukaan sendi talocrural, suatu
pandangan anteroposterior dengan kaki dalam inversi dapat dilakukan. Suatu stress
X-ray dapat dibuat untuk melihat berapa luas robekan dari ligamen, hal ini terutama
berguna untuk ligamenta lateral. Diastasis sendi (syndesmosis) tibiofibular distal
penting sekali untuk dikenali. Tapi tidak ada suatu cara khusus untuk melihat luasnya
diastasis ini. Suatu fraktur fibula diatas permukaan sendi talocrural (dapat sampai
setinggi 1/3 proksimal fibula) secara tersendiri (tanpa fraktur tibia pada ketinggian
yang sama), selalu harus diperhatikan akan kemungkinan adanya suatu diastasis.
Diastasis juga jelas bila ada subluksasi talus menjauhi malleolus medialis. Tapi bila
tidak terdapat subluksasi ini, belum berarti tidak adanya suatu diastasis.
Pemeriksaan radiologi standar pada daerah pergelangan kaki, antara lain
menggunakan x-ray ankle anteroposterior, lateral, dan mortise (internal rotasi sekitar
15 agar dapat melihat ankle mortise dengan lebih jelas).2,4 Pemeriksaan ini digunakan
32
untuk menentukan alignment dan menyimpulkan tingkat stabilitas dari cedera yang
terjadi. Beberapa aspek yang harus dinilai untuk menentukan alignment (gambar 8),
antara lain subchondral bone line (menentukan ada-tiadanya pemendekan, rotasi, atau
displacement dari fibula), talocrural ankle sekitar 83 untuk menentukan adanya
pemendekan dari fibula, medial clear space menentukan adanya lateral shift dari
talus, dan syndesmotic widening <6 mm.4
Gambar 10. Aspek yang perlu dinilai untuk menentukan alignment yang normal pada ankle
joint. Gambar dikutip dari : Marsh JL, Saltzman CL. Chapter 53. Ankle Fracture. In : Rockwood &
Greens Fracture in Adults. 6th Edition. Lippincott Williams & Wilkins, 2006. P.2148-247.
III.8
Penatalaksanaan1,3,4,5,8
sebagai suatu robekan ligamen lateral yang partial . Bilamana fragmen lebih besar
maka lebih baik dilakukan immobilisasi dengan gips selama dua sampai tiga minggu,
33
setelah mana mobilisasi dilakukan tapi dengan Partial Weight Bearing, dan masih
melakukan proteksi dengan elastisch verband.
2.
dengan imobilisasi gips di bawah lutut selama 8 minggu. Bila hasil reposisi jelek,
harus dipikirkan kemungkinan terjadinya interposisi periosteum antara kedua
fragmen. Untuk hal ini harus dilakukan tindakan operasi, dipasang internal fiksasi
dengan pemasangan screw.
3.
Fraktur maleolus lateralis
Umumnya dengan melakukan reposisi tertutup hasilnya baik. Imobilisasi
dengan gips di bawah lutut selama 6 minggu. Fraktur maleolus lateralis disertai
dengan robeknya ligamen deltoid. Terjadinya fraktur maleolus lateralis dan dislokasi
tulang talus ke lateral. Hal ini dapat coba ditanggulangi dengan reposisi tertutup. Bila
hasil reposisi tertutup gagal, dilakukan tindakan open reduksi dengan pemasangan
internal fiksasi pada tulang fibula.
4.
Fraktur maleolus lateralis dan medialis (Bimaleolus)
Terjadi fraktur maleolus lateralis dimana garis patahnya terletak di atas
permukaan sendi pergelangan kaki dan fraktur avulsi maleolus medialis. Hal ini dapat
dicoba dengan melakukan reposisi tertutup. Kalau hasilnya jelek, dilakukan tindakan
operasi reposisi terbuka dengan pemasangan internal fiksasi pada kedua maleolus.
2.
3.
Imobilisasi fraktur
Dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna atau interna
Mempertahankan dan mengembalikan fungsi
34
untuk
mengerangi
nyeri,
status
neurovaskuler
(misal:
Langkah Umum
Analgesik dan elevasi adalah terapi yang harus dilakukan.
Semua fraktur pergelangan kaki harus dipasangi splint dalam posisi
netral.
Fraktur fibula yang terisolasi atau fraktur malleolus media yang tak
yang sesuai.
Pasien yang mengalami fraktur terbuka harus dimasukan ke ruang
operasi untuk dilakukan irigasi, debridement, dan fiksasi dalam jangka
waktu 8 jam.
Pasien dilarang bertumpu pada pergelangan kaki yang mengalami
fraktur hingga tidak ada lagi nyeri dan tanda-tanda penyembuhan
5.
Aktivitas
35
6.
Perawatan
Penggosokan pada splint atau cast sebaiknya tidak dilakukan.
7.
Terapi khusus
Terapi Fisik
ROM pada sendi MTP dan, kemudian, pada pergelangan kaki dan
pertengahan kaki penting dilakukan untuk mencegah kontraktur dan mengurangi
parut jaringan lunak.
8.
Medikamentosa
Selain persoalan yang terdapat mengenai tindakan operatip pada fraktur yang
tidak stabil ada beberapa trauma pada sendi talocrural yang memang merupakan
indikasi untuk tindakan operatif, seperti :
tindakan operatip pada penderita, dimana harus dijelaskan bahwa tujuannya adalah
mendapatkan sendi yang sebaik mungkin dan kemauan penderita untuk melatih
setelah operasi akan memegang peranan terjadinya kekakuan atau tidak. Dengan
menekankan bahwa rehabilitasi setelah tindakan konservatip maupun operatip adalah
suatu keharusan, kiranya pengertian dasar mengenai trauma pada persendian
talocrural dalam karangan ini telah diuraikan.
36
Follow Up
10.
Disposisi
11.
Rujukan
Fraktur tidak stabil atau yang bergeser harus segera dirujuk ke dokter spesialis
ortopedi.
III.9
Prognosis
Pada umumnya fraktur pergelangan kaki dapat sembuh tanpa komplikasi dan
37
Malunion
Reduksi yang tidak komplit akan menyebabkan posisi persendian yang tidak
38
Fraktur (patah tulang) pada ujung distal fibula dan tibia merupakan istilah
yang digunakan untuk menyatakan fraktur pergelangan kaki (ankle fracture). Fraktur
ini biasanya disebabkan oleh terpuntirnya tubuh ketika kaki sedang bertumpu di tanah
atau akibat salah langkah yang menyebabkan tekanan yang berlebihan (overstressing)
pada sendi pergelangan kaki.
Klasifikasi yang sering dipakai adalah klasifikasi dari DanisWeber yang
berdasarkan pada level fraktur fibula. , Lauge Hansen dari Denmark berhasil
melakukan pembagian dari jenis-jenis trauma serta berdasarkan pembagian ini hampir
semua fraktur serta trauma dapat dibagi dalam 5 dasar mekanismenya, yaitu : trauma
supinasi / eversi, trauma pronasi / eversi, trauma supinasi / adduksi, trauma pronasi /
abduksi, dan trauma pronasi / dorsifleksi.
Sebaiknya tindakan operatip dilakukan secepatnya. Penting diingat bahwa
tindakan operatip pada penderita, dimana harus dijelaskan bahwa tujuannya adalah
mendapatkan sendi yang sebaik mungkin dan kemauan penderita untuk melatih
setelah operasi akan memegang peranan terjadinya kekakuan atau tidak. Dengan
menekankan bahwa rehabilitasi setelah tindakan konservatip maupun operatip adalah
suatu keharusan, kiranya pengertian dasar mengenai trauma pada persendian
talocrural dalam karangan ini telah diuraikan.
DAFTAR PUSTAKA
39
40
41