Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN KASUS ILMU BEDAH

FAKULTAS KEDOKTERAN UIVERSITAS TARUMANAGARA


RS HUSADA
PERIODE 13 APRIL 2015 20 JUNI 2015

IDENTITAS PASIEN
Nama

: Tn. S

Umur

:43 th

Jenis Kelamin
Pekerjaan

: laki-laki
: petani

Alamat

: diketahui

Suku Bangsa

: Jawa

Agama

: Islam

Tanggal masuk RS Husada: 28 april 2015, pk 19:45

I.ANAMNESIS
Diambil dari: Autoanamnesis, tanggal 29 April 2015, pk 07:30
Keluhan utama: benjolan pada buah pelir kiri sejak 2 hari SMRS
Keluhan tambahan: nyeri pada benjolan, nyeri ulu hati, mual dan muntah.
Riwayat penyakit sekarang:
Pasien datang ke RS husada tanggal 28 april 2015, pk. 19:45
dengan keluhan muncul benjolan pada kantong pelir kiri sejak 2 hari
sebelum masuk rumah sakit. Pasien mengtakan bahwa 1 tahun sebelum
masuk rumah sakit, timbul benjolan pada lipat paha kiri. Benjolan tidak
nyeri

dan dirasakan kenyal. Benjolan timbul jika pasien mengejan dan

batuk, hilang jika pasien berbaring.

Kepanitraan Ilmu Bedah


Fakultas Kedokteran Univeritas Tarumanagara
Periode 13 April 2015 20 Juni 2015Page 1

6 bulan sebelum masuk rumah sakit, os mengeluh benjolan turun ke


buah pelir, tidak nyeri. Benjolan masih dapat hilang saat berbaring dan
muncul saat pasien batuk dan mengejan.
Pasien mengatakan 2 hari sebelum masuk rumah sakit,
pada buah pelir

semakin membesar , terasa nyeri

benjolan

dan tidak bisa

dikembalikan setelah pasien mengangkat 1 karung beras. Pasien juga


mengeluh nyeri pada ulu hati, mual dan muntah ( 2x). Buang air besar
sulit dan tidak bisa kentut . Buang air kecil normal dan lancar. Pasien
belum pernah berobat ke dokter sebelumnya dan mengaku hanya ke
tukang urut. Pasien mengaku mempunyai riwayat batuk lama.
Riwayat penyakit dahulu:
Riwayat keluhan serupa (-), DM (-), HT(-), Alergi (-), Asma (-).
Riwayat penyakit keluarga:
Riwayat keluhan serupa dengan pasien (-),DM (-), HT(-), Alergi (-), Asma
(-).

II.STATUS PRESENS (29 April 2015, pk 08:00)


Status Umum
KU
Kesadaran
TTV

: Tampak sakit sedang


: Compos mentis (GCS 15)
:TD: 130/80 mmHg
Nadi: 85 x/mnt
Nafas: 18 x/mnt
Suhu: 36,8 c

Kulit
anemis

: warna kulit kecoklatan, turgor baik, tidak ikterik, tidak

Kelenjar Limfe: tidak teraba ada pembesaran kelenjar limfe


Wajah

: raut wajah baik dan simetris

Kepanitraan Ilmu Bedah


Fakultas Kedokteran Univeritas Tarumanagara
Periode 13 April 2015 20 Juni 2015Page 2

Kepala
: bentuk dan ukuran normal, tidak teraba benjolan, tidak
ada kelainan kulit
kepala
Mata
: kedudukan bola mata normal, simetris, konjungtiva tidak
anemis, sklera tidak
ikterik, kedua pupil bulat, isokor, diamter 3 mm, refleks
cahaya +/+
Telinga

: bentuk dan ukuran normal, kedua liang telinga lapang

Hidung
: bentuk normal, tidak ada depresi tulang hidung, tidak ada
deviasi septum nasi
Mulut
: bibir tidak kering, tidak pucat, mukosa mulut tidak kering,
lidah tidak kotor,
mukosa merah mudah
Leher
: trakea letaknya di tengah, tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid, tidak ada
pembesaran KGB submandibula, servikal dan
supraklavikula.
Thorax

:cor:
I: pulsasi ictus cordis tidak tampak
P: pulsasi ictus cordis teraba di ICS IV MCLS
P: batas jantung kanan ICS V SL dextra
Batas jantung kiri ICS V MCL sinistra
A: BJ 1-2 Reguler, gallop (-), murmur (-)
Pulmo:
I: simetris saat diam dan bernafas, retraksi (-)
P: stem fremitus dex. Et sin. Ante. Et poste. Sama kuat
P: sonor di seluruh lapang paru, batas paru-paru hepar pada

ICS V MCL
dextra
A: vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/Abdomen

: I: flat, scar(-), striae(-)


A: bising usus (+) meningkat.
P: timpani di seluruh kuadran abdomen, nyeri ketok CVA (-)

Kepanitraan Ilmu Bedah


Fakultas Kedokteran Univeritas Tarumanagara
Periode 13 April 2015 20 Juni 2015Page 3

P: supel, H/L tidak teraba, nyeri tekan (+) di epigastirum, nyeri


lepas (-),
massa (-)
Ekstremitas

: akral teraba hangat, edema (-), deformitas (-)

Genitalia

: lihat status lokalis bedah

Anus

: tidak tampak kelainan

III.STATUS LOKALIS BEDAH


Regio Scrotalis: I: tampak benjolan dengan bentuk agak bulat dengan
ukuran 7x 5 x 3 cm
di daerah skrotum sinistra, berwarna seperti warna
kulit di sekitarnya,
tidak tampak pelebaran vena, hipermis (-), Skrotum
dekstra dalam batas
normal
P : teraba massa di skrotum sinistra dengan ukuran 7x
5 x 3 cm ,
permukaan rata, nyeri tekan (+), massa teraba lunak,
testis +/+.
Auskultasi dan Perkusi tidak dilakukan
Uji transiluminasi (-/-)
IV.PEMERIKSAAN PENUNJANG ( 29 April 2015)
Hb
Ht
Leukosit
Trombosit
MCV
MCH
MCHC
Eritrosit

HEMATOLOGI
13,4
40
14,7
273
87
30
35
4,54

g/dL
%
103/uL
Ribu/Ul
fL
Pg/mL
g/dL
Juta/uL

Kepanitraan Ilmu Bedah


Fakultas Kedokteran Univeritas Tarumanagara
Periode 13 April 2015 20 Juni 2015Page 4

13,2 17,3
40 52
3,8 10,6
150 450
80 100
28 33
32 36
4,60 6,20

PT
APTT
GDS
Ureum
Creatinin
Egfr
Kalium
Natrium
Klorida

HEMOSTASIS
9,8
34,0
KIMIA KLINIK
109
32
0,66
131,7
4,3
146
102

detik
detik

9,0-12,1
31,0-47,0

mg/dL
mg/dL
mg/dL
mL/min/1.73
m2
mmol/L
mmol/L
mmol/L

70 200
19 49
0,9 1,3

3,5 5,0
136 146
98 109

RONTGEN THORAX
KESAN: kedua diafragma baik, tidak tampak effusi pleura
Cor tidak tampak kelainan
Pulmo: Fibrokalsifikasi ringan proses lama di kedua paru atas
Trachea di tengah, tidak tampak deviasi

V.RESUME:
Anamnesis:
Pasien datang dengan keluhan muncul benjolan pada kantong pelir
kiri sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien mengtakan bahwa 1
tahun sebelum masuk rumah sakit, timbul benjolan pada lipat paha kiri.
Benjolan tidak nyeri

dan dirasakan kenyal. Benjolan timbul jika pasien

mengejan dan batuk, hilang jika pasien berbaring. 6 bulan sebelum masuk
rumah sakit, pasien mengeluh benjolan turun ke buah pelir, tidak nyeri.
Benjolan masih dapat hilang saat berbaring dan muncul saat pasien batuk
dan mengejan. Sekarang, benjolan pada buah pelir semakin membesar ,
Kepanitraan Ilmu Bedah
Fakultas Kedokteran Univeritas Tarumanagara
Periode 13 April 2015 20 Juni 2015Page 5

terasa nyeri dan tidak bisa dikembalikan setelah pasien mengangkat 1


karung beras. Pasien juga mengeluh nyeri pada ulu hati, mual dan muntah
( 2x). Buang air besar sulit dan tidak bisa kentut. Pasien juga mengaku
mempunyai riwayat batuk lama. Pasien seorang petani.
Pemeriksaan fisik:
Terdapat massa pada skrotum sinitra dengan bentuk agak bulat
dengan ukuran 7x 5 x 3 cm , berwarna seperti warna kulit di
sekitarnya, tidak tampak pelebaran vena, hipermis (-). permukaan licin,
nyeri tekan (+), massa teraba lunak, testis +/+.
Pemeriksaan transluminasi (-)
Pemeriksaan penunjang:
Laboratorium: -leukositosis
RO Thorax: Pulmo: Fibrokalsifikasi ringan proses lama di kedua paru atas

VI.DIAGNOSIS KERJA:
Hernia scrotalis sinistra inkarserata

VII.DIAGNOSIS BANDING:
Hidrokel
Varikokel
Torsio testis
VIII.PENGOBATAN:
Operatif: Herniorafi ( herniotomi dan hernioplasti)
XI.PROGNOSIS:
Ad vitam

: dubia ad bonam

Ad functionam: dubia ad bonam


Ad sanationam: dubia ad bonam

Kepanitraan Ilmu Bedah


Fakultas Kedokteran Univeritas Tarumanagara
Periode 13 April 2015 20 Juni 2015Page 6

ANALISA KASUS

Pasien ini didiagnosis hernia scrotalis sinistra incarserata berdasarkan


anamnesis, pemeriksaan fisisk, dan pemeriksaan penunjang.
Dari anamnesis didapatkan bahwa muncul benjolan pada lipat paha
kiri yang dapat hilang timbul sejak 1 tahun SMRS. Timbul bila batuk dan
mengejan, hilang bila berbaring. Benjolan tidak nyeri. Menunjukkan bahwa
1 tahun lalu pasien mengalami hernia inguinalis lateralis kemudian 6
bulan kemudian isi kantong hernia turun ke scrotum, benjolannya hilang
timbul. Timbul bila batuk dan mengejan, hilang bila berbaring. Benjolan
tidak nyeri.

(hernia scrotalis sinistra reponibel). Namun 2 hari sebelum

masuk rumah sakit benjolan tersebut semakin membesar dan tidak hilang
saat berbaring ataupun diurut setelah mengangkat 1 karung beras.
Benjolan terasa nyeri. Pasien juga mengeluh nyeri pada ulu hati, mual
serta muntah, BAB sulit dan tidak kentut. Hal ini sesuai dengan teori dari
hernia scrotalis incarserata, isi kantong hernia tidak dapat direposisi
kembali disertai gangguan pasase.

Pasien mempunyai riwayat batuk

Kepanitraan Ilmu Bedah


Fakultas Kedokteran Univeritas Tarumanagara
Periode 13 April 2015 20 Juni 2015Page 7

lama

serta

pekejaan

sebagai

seorang

petani

merupakan

faktor

predisposisi terjadinya hernia.


Dari pemeriksaan fisik abdomen didapatkan bising usus meningkat
yang disebkan oleh gangguan pasase. Selain itu didapatkan nyeri tekan
pada epigastrium merupakan nyeri viseral karena regangan pada
mesenterium sewaktu segmen usus halus masuk ke dalam kantong
hernia. Pemeriksaan status lokalis bedah: Terdapat massa pada skrotum
sinitra dengan bentuk agak bulat dengan ukuran 7x 5 x 3 cm

berwarna seperti warna kulit di sekitarnya, tidak tampak pelebaran vena,


hipermis (-). permukaan licin, nyeri tekan (+), massa teraba lunak, testis
+/+.Pemeriksaan transluminasi (-)
Dari pemeriksaan penunjang laboratorium didapatkan leukositosis
dan pemeriksaan foto thorax didapakan Fibrokalsifikasi ringan proses lama
di kedua paru atas yang menandakan sebelumnya pasien pernah
menderita TB.
Diagnosis bandingnya adalah hidrokel, varikokel dan torsio testis.
Hidrokel disingkirkan karena hasil pemeriksaan transiluminasi negatif
serta testis teraba. Varikokel disingkirkan karena pasien ini merasa nyeri
sedangkan pada varikokel tidak nyeri. Torsio testis disingkirkan karena
pada torsio testis scrotum terlihat kemerahan sedangkan pada pasien ini
scrotum berwarna seperti warna kulit.
Tatalaksana pada pasien ini adalah hernioraphy yang terdiri dari
herniotomi dan hernioplasti. Pada herniotomi dilakukan pembebasan
kantong hernia sampai ke lehernya. Kantong dibuka dan isi hernia
dibebaskan, kemudian direposisi, kantong hernia dijahit setinggi-tinggi
mungkin lalu dipotong. Pada hernioplasti dilakukan tindakan memperkecil
anulus inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang kanalis
inguinalis. Bila terjadi residif berulang diperlukan pemakaian bahan
sintesis misalnya prolene mesh.

Kepanitraan Ilmu Bedah


Fakultas Kedokteran Univeritas Tarumanagara
Periode 13 April 2015 20 Juni 2015Page 8

TINJAUAN PUSTAKA
HERNIA
Definisi
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui
defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia
abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan
muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas 3 hal : cincin,
kantong dan isi hernia.1,2
Klasifikasi

Kepanitraan Ilmu Bedah


Fakultas Kedokteran Univeritas Tarumanagara
Periode 13 April 2015 20 Juni 2015Page 9

Berdasarkan terjadinya, hernia terbagi atas hernia kongenital dan


akuisita. Menurut letaknya bisa disebut hernia inguinal, umbilical, femoral,
insisional (sering) dan hernia epigastrik, gluteal, lumbal, obturator
(jarang).1,3
Dari sifatnya dikenal hernia reponibel dan ireponibel. Reponibel bila
isi kantung bisa direposisi kembali bila berbaring atau didorong dengan
tangan. Sedangkan bila tidak bisa direposisi disebut ireponibel. Biasanya
hernia ireponibel disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritoneum
kantong hernia, yang disebut hernia akreta. Tidak ada keluhan nyeri atau
tanda sumbatan usus.1
Bila terjadi gangguan pada pasase usus yang terjepit hernia yang
ireponibel, maka disebut hernia inkarserata. Sementara bila hernia
tersebut mengakibatkan gangguan vaskularisasi maka disebut hernia
strangulata.1
Berikut adalah pembagian hernia yang terjadi secara congenital dan
didapat (acquired) :
1. Kongenital
Kanalis inguinalis normal pada fetus :
Pada bulan ke-8 kehamilan terjadi desensus testis, yaitu masuknya testis
dari abdomen ke scrotum melalui canalis inguinalis, sehingga terjadi
penarikan

peritoneum

ke

daerah

scrotum,

dan

terjadi

penonjolan

(prosesus vaginalis peritonei). Pada bayi yang sudah lahir akan mengalami
obliterasi sehingga isi perut tidak dapat masuk melalui kanal. Karena
testis kiri turun lebih dulu dari pada kanan, maka kanalis inguinalis kanan
lebih sering terbuka. Pada keadaan normal, kanalis inguinalis menutup
pada usia 2 tahun. Bila prosesus terbuka terus ( tidak mengalami oblitrasi)
menyebabkan terjadinya hernia inguinalis lateralis kongenital.
2. Acquired / didapat
Disebabkan oleh :
-Adanya prosesuss vaginalis yang terbuka

Kepanitraan Ilmu Bedah


Fakultas Kedokteran Univeritas Tarumanagara
Periode 13 April 2015 20 Juni 2015Page 10

-Adanya annulus inguinalis inetrnus yang cukup lebar sehingga dapat


dilalui kantong dan isi hernia
- Dapat juga disebabkan oleh peninggian tekanan intraabdomen yang
kronik (batuk kronik, hipertrofi prostat, konstipasi, ascites) yang akan
mendorong isi hernia ke annulus inguinalis internus
-Kelemahan dinding otot perut yang disebabkan oleh usia, atau kerusakan
n. illioinguinalis dan n. illiofemoralis setelah appendiktomi
B. Hernia Inguinalis
Anatomi Regio Inguinalis

Gb.1 Dinding Abdomen

Kananlis inguinalis dibatasi di kraniolateral oleh anulus inguinalis internus


yang merupakan bagian terbuka dari fascia transfersalis dan aponeurosis
m. Transfersus abdominis. Di medial bawah, di atas tuberkulum pubikum
dibatasi oleh anulus inguinalis eksternus, merupakan bagian terbuka dari
m. Oblikus eksernus. Atapnya adalah m. Oblikus eksternus, dandasarnya
ligamentum inguinale. Kanal ini berisi funiculus spermaticus pada laki
laki dan ligamentum rotundum pada perempuan.

Kepanitraan Ilmu Bedah


Fakultas Kedokteran Univeritas Tarumanagara
Periode 13 April 2015 20 Juni 2015Page 11

Gbr 2. Kanalis Inguinalis


Hernia inguinalis indirek disebut juga hernia inguinalis lateralis,
karena keluar melalui annulus inguinalis internus yang terletak lateral dari
pembuluh epigastrika inferior, kemudian hernia masuk ke dalam kanalis
inguinalis dan bila cukup panjang keluar di annulus inguinalis eksternus.
Jika berlanjut, tonjolan akan sampai ke skrotum dan disebut hernia
skrotalis. Kantong hernia terletak di dalam m. kremaster, anteromedial
terhadap vas deferens dan struktur lain dalam funiculus spermaticus.1
Sementara itu hernia inguinalis direk atau disebut juga medial
menonjol langsung ke depan melalui trigonum hasselbach. Daerah yang
dibatasi ligamentum inguinal di inferior, a/v. epigastrika inferior di lateral
dan tepi otot rektus di bagian medial. Dasar segitiga hasselbach ini
dibentuk oleh fascial transversal yang diperkuat oleh aponeurosis m.
Tranversus abdominis yang kadang kadang tidak sempurna, sehingga
potensial untuk menjadi lemah. Karena hernia medialis ini tidak melalui
kanalis medialis umumnya tidak mengalami strangulasi karena cincinnya
cendrung loggar.1

Kepanitraan Ilmu Bedah


Fakultas Kedokteran Univeritas Tarumanagara
Periode 13 April 2015 20 Juni 2015Page 12

Gbr 3. Bagian dalam regio inguinal


Etiologi
Hernia inguinalis dapat terjadi akibat anomali kongenital atau sebab lain
yang didapat (missal akibat insisi). Hernia dapat dijumpai pada setiap
usia. Lebih banyak pada lelaki dibanding perempuan. Hal ini mungkin
karena annulus inguinalis eksternus pada pria lebih besar dibanding
wanita. Selain itu juga karena perjalanan embriologisnya dimana testis
pada pria turun dari rongga abdomen melalui kanalis inguinalis. Seringkali
kanalis tidak menutup sempurna setelahnya. Berbagai faktor penyebab
berperan pada pembentukan pintu masuk hernia pada annulus internus
yang cukup lebar sehingga bisa dimasuki oleh kantong dan isi hernia.
Selain itu diperlukan juga faktor yang bisa mendorong isi hernia melalui
pintu yang sudah terbuka cukup lebar itu.1,3
Ada tiga mekanisme yang seharusna bisa mencegah terjadinya hernia
inguinalis, yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring, adanya struktur
m. Oblikus internus yang menutup anulus internus ketika berkontraksi,
dan fascia transversa yang menutup trigonum hasselach yang umumnya
hampir tidak berotot. Gangguan pada mekanisme ini bisa menyebabkan
terjadinya hernia.1
Faktor yang dipandang berperan kausal adalah adanya prosesus
vaginalis yang terbuka, peninggian tekanan intra abdomen lebih lanjut,

Kepanitraan Ilmu Bedah


Fakultas Kedokteran Univeritas Tarumanagara
Periode 13 April 2015 20 Juni 2015Page 13

dan

kelemahan

otot

dinding

perut

karena

usia.

Akibatnya

isi

intraabdomen keluar melalui celah tersebut.1,3


Tekanan intraabdomen yang tinggi secara kronik seperti batuk kronik,
mengedan saat miksi atau defekasi (missal karena hipertrofi prostat atau
konstipasi), ascites, obesitas atau mengangkat beban berat sering
mendahului hernia inguinalis.1,4
Patofisiologi
Pada keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi
annulus intenus turut kendur. Pada keadaan ini tekanan intraabdomen
tidak tinggi dan kanalis inguinalis berjalan lebih vertical. Sebaliknya jika
otot

dinding

perut

berkontraksi,

kanalis

inguinalis

berjalan

lebih

transversal dan annulus inguinalis tertutup sehingga mencegah masuknya


usus ke dalam kanalis inguinalis.
Tetapi dalam keadaan prosesus vaginalis yang terbuka, peninggian
tekanan di dalam rongga perut dan kelemahan otot dinding perut karena
usia dapat membentuk pintu masuk hernia pada annulus internus yang
cukup lebar. Sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia. Di
samping itu diperlukan pula factor yang dapat mendorong isi hernia
melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar tersebut.

1,5

Bila cincin hernia sempit, kurang elastic atau lebih kaku maka akan terjadi
jepitan yang menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada
permulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi oedem organ atau
struktur di dalam hernia dan transudasi ke dalam kantong hernia.
Timbulnya oedem menyebabkan jepitan pada cincin hernia makin
bertambah sehingga akhirnya peredaran darah jaringan terganggu. Isi
hernia menjadi nekrosis dan kantong hernia akan berisi transudat berupa
cairan serosanguinus.

Kepanitraan Ilmu Bedah


Fakultas Kedokteran Univeritas Tarumanagara
Periode 13 April 2015 20 Juni 2015Page 14

Gejala Klinis
Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi
hernia. Pada hernia reponibel keluhan satu-satunya adalah adanya
benjolan di lipat paha yang muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin, atau
mengedan, dan menghilang waktu berbaring. Keluhan nyeri jarang
dijumpai, bila ada biasanya dirasakan di daerah epigastrium atau para
umbilical berupa nyeri visceral karena regangan pada mesenterium
sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam kantong hernia. Nyeri
yang disertai mual atau muntah, afflatus dan tidak BAB baru timbul kalau
terjadi inkarserasi karena ileus atau strangulasi karena nekrosis atau
gangren. 1
Diagnosis
Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi
hernia. Pada hernia reponibel keluhan satu-satunya adalah adanya
benjolan di lipat paha yang muncul waktu berdiri, batuk, bersin,
mengangkat

benda

berat

atau

mengedan,

dan

menghilang

saat

berbaring. Pasien sering mengatakan sebagai turun berok, burut atau


kelingsir. Keluhan nyeri jarang dijumpai; kalau ada biasanya dirasakan di
daerah epigastrium atau paraumbilikal berupa nyeri visceral karena
regangan pada mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk ke
dalam kantong. Nyeri yang disertai mual dan muntah baru muncul kalau
terjadi inkarserata karena ileus atau strangulasi karena nekrosis.1,2,4
Pada inspeksi, saat pasien diminta mengedan dalam posisi berdiri
dapat dilihat hernia inguinalis lateralis muncul sebagai penonjolan di regio
inguinalis yang berjalan dari lateral atas ke medial bawah. Perlu
diperhatikan keadaan asimetri pada kedua sisi lipat paha, skrotum atau
labia dalam posisi berdiri dan berbaring. Pasien lalu diminta mengedan
atau batuk sehingga adanya benjolan yang asimetri dapat dilihat.
Pada

palpasi,

dilakukan

saat

ada

benjolan

hernia,

1,2

diraba

konsistensinya, dan dicoba mendorong apakah dapat direposisi. Bila


hernia dapat direposisi, waktu jari masih berada di annulus internus,
Kepanitraan Ilmu Bedah
Fakultas Kedokteran Univeritas Tarumanagara
Periode 13 April 2015 20 Juni 2015Page 15

pasien diminta mengedan, kalau ujung jari menyentuh hernia berarti


hernia inguinalis lateral, sementara jika bagian sisi jari yang menyentuh,
berarti hernia inguinalis medialis. Kantong hernia yang kosong kadang
dapat diraba pada funikulus spermatikus sebagai gesekan dari dua lapis
kantong yang memberikan sensasi gesekan dua kain sutera. Disebut
tanda sarung tangan sutera. Kalau kantong hernia bernisi organ, pada
palpasi mungkin teraba usus, omentum (seperti karet) atau ovarium.1,2
Diagnosis

pasti

hernia

umumnya

sudah

bisa

dilakukan

dengan

pemeriksaan klinis yang teliti.2


Berdasarkan anatomi, hernia dapat dibagi menjadi :
1. Hernia inguinalis medialis (direk)
Disebut direk karena menonjol langsung ke depan melalui trigonum
hasselbach. Disebut medialis karena tidak keluar melalui kanlis inguinalis
dan tidak ke scrotum.
Tipe ini hampir selalu disebabkan oleh faktor peninggian tekanan
intraabdomen kronik dan kelemahan otot dinding di trigonum hasselbach.
Oleh karena itu hernia ini umumnya bilateral. Hernia inguinalis medialis
memiliki leher yang lebar, sulit direposisi dengan penekanan jari tangan.
Jarang bahkan hampir tidak pernah terjadi inkarserata dan strangulata
(hanya 0.3% mengalami komplikasi). Lebih sering pada pria usia tua.1,3
Hernia direk tidak dikontrol oleh tekanan pada annulus internus, secara
khas mengakibatkan benjolan kedepan, tidak turun ke skrotum.3
2. Hernia inguinalis lateralis
Tipe ini disebut juga indirek karena keluar melalui dua pintu yaitu
annulus dan kanalis inguinalis. Tidak seperti hernia medialis yang
langsung menonjol di trigonum hasselbach. Tonjolan pada tipe lateralis
biasanya lonjong, sementara tipe medialis biasanya bulat. Hernia indirek
ini bisa dimasukkan dengan tekanan jari di sekitar annulus eksternus (bila
tidak ada inkarserata), mungkin seperti leher yang sempit. Banyak terjadi
pada usia muda. 3% kasus mengalami komplikasi strangulata.1,3
Hernia indirek dikontrol oleh tekanan annulus internus sehingga seringkali
turun ke dalam skrotum.3
Kepanitraan Ilmu Bedah
Fakultas Kedokteran Univeritas Tarumanagara
Periode 13 April 2015 20 Juni 2015Page 16

Pada

anak

sering

akibat

belum

menutupnya

peritoneum sebagai akibat proses penurunan testis.1

Kepanitraan Ilmu Bedah


Fakultas Kedokteran Univeritas Tarumanagara
Periode 13 April 2015 20 Juni 2015Page 17

prosesus

vaginalis

Tatalaksana
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi
dan pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi
hernia yang telah direposisi. Reposisi dilakukan secara bimanual. Tangan
kiri memegang isi hernia dan membentuk corong, tangan kanan
mendorongnya ke arah cincin hernia dengan sedikit tekanan perlahan
yang tetap sampai terjadi reposisi.1
Pada anak-anak reposisi spontan lebih sering terjadi dan gangguan
vitalitas lebih jarang disbanding orang dewasa. Hal ini disebabkan cincin
hernia yang lebih elastis pada anak-anak. Reposisi dilakukan dengan
menidurkan anak dengan pemberian sedative dan kompres es di atas
hernia. Bila usaha reposisi ini berhasil, anak disiapkan operasi hari
berikutnya. Bila tidak berhasil, operasi segera.1
Pemakaian penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang telah
direposisi dan tidak pernah menyembuhkan, sehingga harus dipakai
seumur hidup. Ini tidak dianjurkan karena merusak kulit dan tonus otot di
daerah yang tertekan sedangkan strangulasi tetap mengancam.1
Yang penting diperhatikan untuk memperoleh keberhasilan terapi
maka factor-faktor yang meningkatkan tekanan intra abdomen juga harus
dicari dan diperbaiki. Misalnya batuk kronis, prostat, tumor, ascites, dan
lain-lain). Dan defek yang ada direkonstruksi.2
Langkah operatif adalah pengobatan satu-satunya yang rasional.
Indikasi operasi sudah ada sejak diagnosa ditegakkan. Prinsip dasar
operasi terdiri dari herniotomi dan hernioplasti.1
Herniotomi

adalah

membebaskan

kantong

hernia

sampai

ke

lehernya, kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan,
kemudian direposisi. Kantong hernia dijahit ikat setinggi mungkin lalu
dipotong.1
Hernioplasti

ialah

melakukan

tindakan

memperkecil

annulus

inguinalis internus dan memperkuat dinding posterior kanalis inguinalis.


Hernioplasti lebih penting dalam mencegah terjadinya residif.

Kepanitraan Ilmu Bedah


Fakultas Kedokteran Univeritas Tarumanagara
Periode 13 April 2015 20 Juni 2015Page 18

Bassini

repair. Teknik

ini

mulai

diperkenalkan

pada

tahun

1889,

merupakan teknik yang simple dan cukup efektif. Prinsipnya adalah


approksimasi fascia tranversalis, otot tranversus abdominis dan otot
obliqus internus (ketiganya dinamai the bassini triple layer) dengan
ligamentum inguinal. Approksimasi dilakukan dengan menggunakan
jahitan interrupted. Teknik dapat digunakan pada hernia direk dan hernia
indirek.

SHOULDICE

REPAIR. Teknik

ini

dipopulerkan

di

Kanada,

merupakan

modifikasi dari Bassini repair. Pada tenik ini jahitan yang digunakan
adalah running

sutures/countinues. Jahitan

pertama

dimulai

dari

tuberculum pubicum kemudian ke lateral untuk aproksimasi otot obliqus


internus, otot tranversus abdominis dan fascia tranversalis (bassini triple
layers) dengan ligamentum inguinal. Jahitan diteruskan hingga ke arah
ring interna. Jahitan yang sama kemudian dilanjutkan dengan berbalik
arah, dari ring interna ke tuberculum pubicum. Jahitan kedua dilakukan
aproksimasi antara otot obliqus internus dengan ligamentum inguinal
dimulai dari tuberculum pubicum. Karena jahitan aproksimasi pada teknik
ini yang berlapis, kejadian rekurensi dari teknik ini jarang dilaporkan.

Kepanitraan Ilmu Bedah


Fakultas Kedokteran Univeritas Tarumanagara
Periode 13 April 2015 20 Juni 2015Page 19

McVay (Cooper Ligament) repair. Pada teknik ini terdapat dua komponen
penting; repair dan relaxing
approksimasi

fasia

incision. Repair

tranversalis

ke

dilakukan

ligamentum

Cooper.

dengan
Repair

menggunakan benang nonabsorbable, 2.0 atau 0. Repair dimulai dari


tuberculum pubicum dan berjalan ke arah lateral. Jahitan pertama
merupakan jahitan terpenting karena pada bagian tersebut sering terjadi
rekurensi. Langkah kedua adalah relaxing incision secara vertikal pada
fascia anterior musculus rectus. Teknik ini dapat digunakan untuk hernia
inguinalis dan femoralis.

TENSION-FREE HERNIORRHAPHY/ LICHTENSTEIN. Teknik ini menggunakan


mesh prostetik untuk untuk mencegah terjadinya tension. Dapat dilakukan
dengan anastesi lokal. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa teknik ini
memberikan outcome yang lebih baik; pasien lebih cepat untuk kembali
Kepanitraan Ilmu Bedah
Fakultas Kedokteran Univeritas Tarumanagara
Periode 13 April 2015 20 Juni 2015Page 20

berkerja, nyeri pasca operasi yang lebih minimal, pasien lebih nyaman
dan rekurensi yang lebih minimal. Teknik ini dapat digunakan baik pada
hernia direk maupun hernia indirek.
Variasi teknik dengan menggunakan mesh telah berkembang hingga
menggunakan mesh plug, disamping mesh patch seperti tenik diatas.
Mesh plug digunakan untuk mengisi defek pada hernia. Mesh patch ini
dapat

dikombinasikan

dengan

mesh

plug,

dan

teknik

ini

cukup

berkembang saat ini. Teknik ini juga dapat digunakan pada kasus-kasus
hernia rekuren.

REPAIR DENGAN LAPAROSKOPI. Terdapat tiga teknik yang berkembang


untuk

repair

preperitoneal

hernia
(TAPP),

dengan

laparoskopi

intraperitoneal

onlay

yaitu;

transabdominal

mesh

(IPOM),

totally

ekstraperitoneal (TEP).
KOMPLIKASI
Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi
hernia. Isi hernia dapat tertahan dalam kantong hernia pada kasus
ireponibel; ini dapat terjadi kalau isi terlalu besar, atau terjadi perlekatan.
Dalam kasus ini tidak ada gejala klinis.1
Dapat pula terjadi isi hernia tercekik oleh cincin hernia sehingga
terjadi

srangulasi

yang

menimbulkan

gejala

Kepanitraan Ilmu Bedah


Fakultas Kedokteran Univeritas Tarumanagara
Periode 13 April 2015 20 Juni 2015Page 21

obstruksi

sederhana.

Sumbatan dapat terjadi parsial atau total seperti pada hernia richter. Bila
cincin hernia sempit, kurang elastis atau kaku, sering terjadi jepitan
parsial.1
Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi ke
jaringan isi hernia. Pada permulaan terjadi bendungan vena sehingga
terjadi oedem organ atau struktur di dalam hernia. Timbulnya oedem
mengakibatkan

jepitan

semakin

berambah

sehingga

suplai

darah

terhambat. Akibatnya jaringan isi akan nekrosis dan hernia akan berisi
cairn transudat serosanguis. Bila isi jaringan adalah usus, bisa terjadi
perforasi yang menimbulkan abses lokal, fistel, hingga peritonitis. 1
Gambaran klinis hernia inkarserata yang mengandung usus dimulai
dengan gangguan keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa. Bila
telah strangulasi, bisa terjadi toksik akibat gangrene dan gambaran
menjadi sangat serius. Penderita akan mengeluh nyeri hebat di empat
hernia dan akan menetap karena rangsang peritoneal.1
Pada pemeriksaan lokal ditemukan benjolan yang tidak dapat
dimasukkan kembali disertai nyeri tekan dan dapat ditemukan tanda
peritonitis atau abses lokal. Dalam hal ini hrnia strangulata merupakan
kegawatdaruratan dan butuh penanganan segera.1

Kepanitraan Ilmu Bedah


Fakultas Kedokteran Univeritas Tarumanagara
Periode 13 April 2015 20 Juni 2015Page 22

DAFTAR PUSTAKA
1. Sjamsuhidajat, R. dan de Jong, Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed.2. 2004. Jakarta : EGC
2. Mansjoer, Arif, dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Ed.3. 2000. Jakarta : Media
3.

Aesculapius FKUI
Grace, Pierce A. dan Borley, Neil R. At A Glance : Ilmu Bedah. Ed.3. 2006. Jakarta :

Erlangga Medical Series


4. Balentine, Jerry R. dan Stoppler, Melissa Conrad. Hernia. eMedicine Health. (Available
from http://www.emedicinehealth.com/hernia/article_em.htm)
5. She Warts, Seymour I, Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah, Alih Bahasa Laniyati Celal,
editor Linda Chandranata Jakarta, EGC, 2000, hal 509-515

Kepanitraan Ilmu Bedah


Fakultas Kedokteran Univeritas Tarumanagara
Periode 13 April 2015 20 Juni 2015Page 23

Anda mungkin juga menyukai