Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN UJIAN KASUS

HERNIA SKROTALIS SINISTRA IRREPONIBLE DENGAN


ASMA BRONKIAL DAN HHD

__________________________________________

Disusun oleh:
Novika Sherly
07120110088

Penguji:
dr. Edwin, SpB

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH


RUMKITAL MARINIR CILANDAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
PERIODE 14 MARET 2016 20 MEI 2016

I.

Identitas
a. Pasien

Novika Sherly
Nama
: Tn. H
Usia
: 55 tahun
Tempat, Tgl lahir : Jakarta, 9/3/1961
Agama
: Islam
Kebangsaan
: Indonesia
Pendidikan terakhir
: SMP
Alamat
: Cilandak
Pekerjaan
: Buruh
No. RM
: 36.74.44
Tgl. Masuk RS
: 30 Maret 2016

II.

Anamnesis
Didapatkan keterangan dari pasien (autoanamnesis) pada tanggal 30 Maret
2016, Pukul 10.00
a. Keluhan utama
Pasien datang ke Rumah Sakit Marinir Cilandak benjolan di
buah zakar sebelah kiri yang membesar sejak 6 bulan terakhir.
b. Keluhan tambahan
Pasien mengeluhkan adanya rasa nyeri pada benjolan di buah
zakar sebelah kiri.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poli Bedah Rumah Sakit Marinir Cilandak pada
tanggal 30 Maret 2016 dengan keluhan ada benjolan di buah zakar kiri
sejak kurang lebih 6 bulan sebelum masuk rumah sakit. Benjolan
berbentuk bulat, dengan permukaan yang rata dan warna sama seperti
warna kulit sekitarnya. Ukuran benjolan kira-kira berdiameter 7
cm. Permukaan benjolan rata dengan konsistensi lunak. Benjolan
dapat digerakkan, tetapi tidak dapat masuk kembali. Menurut
pengakuan pasien, ukuran benjolan dapat berubah-ubah, terutama
ketika pasien sedang batuk atau mengedan, maka benjolan akan keluar
Hernia Skrotalis Sinistra Irreponible dengan Asma Bronkial
dan HHD

Novika Sherly
dan semakin membesar dari ukuran sebelumnya dan apabila pasien
sedang berbaring, maka ukuran benjolan akan mengecil. Pasien tidak
pernah mengalami trauma pada daerah buah zakar, lipat paha maupun
perut sebelumnya. Pasien mengaku sebelumnya telah berobat di
puskesmas, tetapi benjolan tidak menghilang.
Disamping itu, pasien mengaku sulit buang air besar sejak 1
minggu sebelum masuk rumah sakit. Selain itu, pasien mengaku feses
terasa keras sehingga harus mengedan, tetapi keluhan sulit buang air
besar tidak berlangsung lama. Pasien mengaku sekarang sudah tidak
mengalami kesulitan buang air besar.
Pasien menyangkal adanya keluhan lainnya, seperti demam,
pusing, mual, muntah dan penurunan berat badan yang signifikan.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengaku tidak pernah mengalami sakit seperti ini
sebelumnya. Pasien juga tidak pernah dirawat di rumah sakit karena
penyakit apapun ataupun menjalani operasi apapun.
Pasien mengaku bahwa pasien tidak mempunyai riwayat
diabetes mellitus. Pasien mengaku memiliki riwayat hipertensi tidak
terkontrol dan asma tidak terkontrol. Pasien mengaku tidak
mempunyai riwayat alergi apapun.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga pasien tidak ada yang mempunyai keluhan seperti
ini. Tidak ada riwayat hernia, hipertensi, diabetes mellitus. Pasien
tinggal bersama keluarga dan kedua anaknya.
f. Riwayat Kebiasaan
Pasien memiliki kebiasaan merorok setiap hari sekitar 1
bungkus perhari sejak pasien masih muda namun sudah berhenti sejak
Hernia Skrotalis Sinistra Irreponible dengan Asma Bronkial
dan HHD

Novika Sherly
5 tahun yang lalu. Selain itu pasien mengaku tidak mengkonsumsi
minum-minuman keras

ataupun obat-obatan terlarang. Pasien

mengaku sering mengangkat beban berat, seperti galon dan karung


berisi beras hampir setiap hari
g. Riwayat Pribadi dan Sosial Ekonomi
Pasien adalah seorang buruh, akan tetapi pasien sudah tidak
bekerja sejak 6 bulan terakhir.

III.

Pemeriksaan Fisik
Dilakukan pada tanggal 30 Maret 2016, Pukul 12.00 WIB, Poli Bedah
Keadaan umum

: tampak sakit sedang

Kesadaran

: kompos mentis

Tanda-tanda vital
Hernia Skrotalis Sinistra Irreponible dengan Asma Bronkial
dan HHD

Novika Sherly
Tekanan darah

: 160/100 mmHg

Nadi

: 80x / menit

Laju pernapasan

: 19x / menit

Suhu tubuh

: 37.3C

Data Antopometri
Tinggi badan : 165 cm
Berat badan

: 55 kg

BMI

: 20.22 (Normal)

a. Status Generalisata

Kepala : normosefali, rambut hitam tidak mudah dicabut, wajah edema


(-), tidak terdapat benjolan ataupun luka.

Mata : konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil bulat isokor,
refleks cahaya langsung (+/+), refleks cahaya tidak langsung (+/+), gerak
bola mata terkonjugasi ke segala arah

Telinga

: deformitas (-/-), nyeri tekan (-/-). serumen (-/-)

Hidung

: simetris, septum di tengah, sekret (-/-), epistaksis (-/-),

tidak ada pernafasan cuping hidung

Mulut & Tenggorokan


o Bibir

: kering, simetris, tidak pucat

o Gigi

: utuh, tidak ada karies

Hernia Skrotalis Sinistra Irreponible dengan Asma Bronkial


dan HHD

Novika Sherly
o Lidah : normal, tidak kotor, tidak ada deviasi, pergerakan baik,
tidak ada tremor, mukosa mulut basah

o Palatum: normal, tidak ada celah langit-langit


o Tonsil : T1/T1, kripta tidak melebar, hiperemis (-/-)
o Faring : arkus simetris,uvula ditengah, hiperemis (-)
Leher

: bentuk normal, simetris, tidak ada massa, tidak

teraba perbesaran KGB

Toraks
o Paru
Inspeksi

: bentuk normal, tidak ada retraksi dinding dada,

pergerakan pernapasan normal, tidak ada bagian yang tertinggal,


simetris dalam keadaan statis dan dinamis.

Palpasi

: tidak teraba massa, taktil fremitus tidak melemah

maupun mengeras, taktil fremitus kanan = kiri

Perkusi

: sonor pada kedua lapangan paru

Auskultasi

: suara napas vesikuler, rhonki (-/-), wheezing (-/-)

o Jantung
Inspeksi

: iktus kordis tak tampak

Perkusi

: tidak dilakukan

Auskultasi

: S1,S2 reguler, murmur (-), gallop (-)

Hernia Skrotalis Sinistra Irreponible dengan Asma Bronkial


dan HHD

Novika Sherly
Abdomen
o Inspeksi

: kontur datar, massa (-), diskolorasi (-)

o Auskultasi

: bunyi bising usus (+) normal

o Palpasi : nyeri tekan epigastrium (-)


o Perkusi : timpani
Arogenital
o Genitalia : (dibahas pada status lokalis)
o Anus

: lubang intak, tidak tampak massa yang keluar dari anus

Ekstrimitas : akral hangat, piting edema pada kedua tungkai bahwah,


tidak sianosis, capillary refill time < 2 detik.
b. Status Lokalis
Regio
: skrotum sinistra
Inspeksi
: terdapat massa dengan bentuk agak bulat dengan ukuran
7 cm x 5 cm x 3 cm di daerah skrotum sinistra, berwarna seperti

warna kulit di sekitarnya dan tidak terdapat tanda-tanda radang.


Palpasi
: teraba massa di daerah skrotum sinistra dengan ukuran
7 cm x 5 cm x 3 cm, permukaan rata, terdapat nyeri tekan (+), massa

IV.

teraba lunak, fluktuasi (-), testis tidak teraba.


Auskultasi : BU (+)

Pemeriksaan Penunjang

1. Laboratorium

: 30 Maret 2016

Hernia Skrotalis Sinistra Irreponible dengan Asma Bronkial


dan HHD

Novika Sherly
HEMATOLOGI
Hemoglobin (Hb)
14
12 16 gr/dl
Hematokrit (Ht)
44
37 54%
Leukosit
9,5
5 rb 10 rb/ul
Trombosit
176 rb 150 rb 400 rb/ul
Masa pembekuan (CT)
4.5
2 6 menit
Masa pendarahan (BT)
3
1 3 menit
KIMIA DARAH
Glukosa Sewaktu
93
<200 mg/dl
2. EKG

: Sinus rhytm (normal)

ST segmen normal

Rate : 300/4 = 75

QRS wave normal

LVH (+)

P wave normal

RVH (-)

3. Foto Rontgen AP :

Kesan : dalam
batas normal

V.

Resume
Pasien pria, Tn.H, 55 tahun datang dengan keluhan ada benjolan di
buah zakar sebelah kiri sejak kurang lebih 6 bulan sebelum masuk
rumah sakit. Benjolan berbentuk bulat, dengan permukaan yang rata
dan warna sama seperti warna kulit sekitarnya. Ukuran benjolan kirakira berdiameter 7 cm. Permukaan benjolan rata dengan konsistensi
lunak. Benjolan dapat digerakkan, tetapi tidak dapat dimasukkan.
Menurut pengakuan pasien, ukuran benjolan berubah-ubah, terutama
jika pasien sedang batuk atau mengedan, maka benjolan akan keluar
dan semakin membesar dari ukuran sebelumnya dan bila pasien sedang

Hernia Skrotalis Sinistra Irreponible dengan Asma Bronkial


dan HHD

Novika Sherly
berbaring, maka ukuran benjolan mengecil. Pasien juga merasakan
nyeri di bagian benjolan tersebut. Sejak 1 minggu sebelum masuk
rumah sakit pasien mengeluhkan terkadang sulit buang air besar dan
terasa keras sehingga harus mengedan, tetapi keluhan sulit BAB
tersebut tidak berlangsung lama. Pasien memiliki riwayat darah
hiperetensi dan asma tidak terkontrol.
Pada pemeriksaan fisik, didapatkan massa dengan bentuk agak bulat
dengan ukuran 7 cm x 5 cm x 3 cm di daerah skrotum sinistra,
berwarna seperti warna kulit di sekitarnya dan tidak terdapat tandatanda radang, permukaan rata, terdapat nyeri tekan (+), massa teraba
lunak, fluktuasi (-), testis tidak teraba. Pada pemeriksaan penunjang
EKG, didapatkan adanya LVH (+).

VI.

Diagnosis Kerja & Dianosis Banding

Hernia Skrotalis Sinistra Ireponibel + HHD + Asma Bronkial


Hidrocele + HHD + Asma Bronkial

VII. Penatalaksanaan

Rencana Diagnosis
- Spirometri
- Echocardiography
Rencana Terapi
o Non-Medikamentosa :
Persiapan operasi hernioplasty
Konsul anestesi, spesialis internis dan spesialis jantung
Puasa 6 jam pre-operasi
o Medikamentosa : tidak diberikan

VIII. Prognosis
Ad vitam
: ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
Ad sanationam

: ad bonam

Hernia Skrotalis Sinistra Irreponible dengan Asma Bronkial


dan HHD

Novika Sherly

IX.

Follow Up
31 Maret 2016
S : Sesak (+) batuk (+)
O : TD : 180/100 mmHg
N : 88x / menit
RR : 28x / menit
T : 36.8
Thoraks : I = pernafasan simetris, statis dan dinamis
P = sonor pada kedua lapang paru
P = taktil vocal fremitus +/+
A = VBS +/+ Rh +/+ Wh +/+
S1 S2 reguler
A : Hernia Skrotalis Sinistra Irreponible + Asma Bronkial + Hipertensi
Grade II
P : Pro op Hernioraphy

2 April 2016, Pukul 13.00


Laporan Operasi:
1. Pasien tidur terlentang dengan spinal anesthesia
2. Dilakukan tindakan asepsis dan antisepsis
3. Insisi linear 1 jari diatas symphysis 10 cm
4. Fascia diinsisi, aponeurosis MOE dibuka
Hernia Skrotalis Sinistra Irreponible dengan Asma Bronkial
dan HHD

10

Novika Sherly
5.
6.
7.
8.
9.

Funiculus diisolasi, kantong hernia dibuka, dibebaskan


Herniotomy
Hernioplasty dengan mesh
Pendarahan dirawat, disinfektan
Dinding ditutup lapis demi lapis

10. Luka dijahit, dibersihkan dan ditutup kasa steril

3 April 2016, Pukul 16.00


S

: Nyeri pada bekas jahitan, flatus (+)

: TD : 130/90 mmHg N : 88x / menit


RR : 18x / menit

S : 36.0C

o Status generalis :
Mata : Conjunctiva Anemis (-/-), Sclera Icteric (-/-)
THT / Leher : dbn
Dada : gerak simetris
Pulmo : vesikuler (+/+),rhonchi (-/-), wheezing (-/-)
Cor : S1, S2 reguler, gallop (-), murmur (-)
Abd : Bising usus (+), timpani, supel, nyeri tekan (-)
Ext : hangat, CRT <2 secs, edema (-)
o Status lokalis : luka bekas jahitan tertutup perban,
tidak tampak rembesan
A

: Post Hernioraphy H1

: - Pasien tidak boleh duduk sampai 24 jam post op


- Makan minum menunggu bising usus (+)
- Infus Ringer Lactate 20 tetes per menit
- Injeksi Ceftriaxone 2x1
- Injeksi Ketorolac 30 mg, 3x1
- Injeksi Ranitidin 2x1

Hernia Skrotalis Sinistra Irreponible dengan Asma Bronkial


dan HHD

11

Novika Sherly

PEMBAHASAN

Penalaran Diagnosis :
Pada kasus ini diperlukan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang teliti agar
dapat ditegakkan diagnosis dengan tepat. Dimulai dengan dari anamnesis,
harus dipastikan benjolan yang pasien keluhkan merupakan massa seperti
tumor atau memang hernia. Untuk itu kita harus mengetahui dahulu definisi
hernia, hernia didefiniskan sebagai penonjolan abnormal organ intra
abdominal melalui suatu defek bawaan atau yang di dapat. Bila organ intra
abdominal yang masih terbungkus peritoneum parietal keluar dari rongga
abdomen dan tampak pada permukaan tubuh maka disebut hernia eksternal.
Sedangkan hernia internal adalah penonjolan organ intra abdominal melalui
fossa atau lobang yang ada di dalam rongga abdnomen. Maka dari itu, perlu
ditanyakan pasien apakah benjolan tersebut hilang timbul, membesar dan
Hernia Skrotalis Sinistra Irreponible dengan Asma Bronkial
dan HHD

12

Novika Sherly
mengecil yang mungkin menggambarkan hernia, atau apakah itu sebuah
benjolan dimana tidak pernah mengecil, namun ukuran terus seperti itu atau
hanya membesar seperti tumor.
Penegakan diagnosis hernia skrotalis irreponible sinistra didapatkan
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik seperti inspeksi, palpasi, auskultasi
serta pemeriksaan penunjang terhadap pasien yang diperlukan maupun
tindakan operasi.
Berdasarkan autoanamnesis dari Tn. H datang dengan keluhan ada
benjolan di buah zakar sebelah kiri sejak kurang lebih 6 bulan sebelum masuk
rumah sakit. Benjolan berbentuk bulat, dengan permukaan yang rata dan
warna sama seperti warna kulit sekitarnya. Ukuran benjolan kira-kira
berdiameter 7 cm. Permukaan benjolan rata dengan konsistensi lunak.
Benjolan dapat digerakkan. Menurut pasien, ukuran benjolan berubah-ubah,
jika pasien sedang batuk atau mengedan, maka benjolan akan keluar dan
semakin membesar dari ukuran sebelumnya, dan bila pasien sedang berbaring,
maka ukuran benjolan mengecil. Pasien tidak pernah mengalami trauma pada
daerah buah zakar, lipat paha maupun perut sebelumnya.
Perlu ditanyakan juga gejala-gejala lain yang dapat mengarahkan ke
diagnosis. Menurut gejalanya, hernia dapat dibedakan antara reponibel,
ireponibel, inkarserata, strangulata. Hernia reponibel adalah suatu hernia
dengan isi hernia yang bisa keluar masuk dari rongga abdomen ke kantong
hernia dan sebaliknya, sedangkan pada hernia ireponible, isi hernia tidak bisa
masuk atau dimasukkan ke dalam rongga abdomen. Hernia inkarserata adalah
hernia ireponibel ditambah jepitan usus sehingga memberikan tanda-tanda
ileus obstruktivus. Dan hernia strangulate adalah hernia ireponibel ditambah
dengan tanda-tanda gangguan sirkulasi lokal daerah hernia karena ada iskemi
atau nekrosis dari isi hernia, disini benjolan akan terasa sakit, tegang, edema
atau bahkan tanda infeksi.
Jika pada pasien ditemukan gejala-gejala tersebut, diagnosis dapat hampir
dipastikan menuju ke arah hernia. Pada pasien ini, hernia ireponibel karena
benjolan dirasakan terdapat diluar rongga abdomen dan sejak 1 minggu
sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh benjolan sudah tidak dapat
masuk kembali. Ini menandakan bahwa hernia pasien bersifat irreponible
dimana tidak dapat dimasukkan kembali ke rongga peritoneum, namun belum
Hernia Skrotalis Sinistra Irreponible dengan Asma Bronkial
dan HHD

13

Novika Sherly
mancapai inkarserata karena tidak ditemukan nya tanda-tanda ileus obstruktif
seperti bising usus menurun ataupun gangguan buang air besar.
Selain gejala, faktor-faktor resiko harus ditanyakan karena hal ini dapat
membantu meyakinkan penegakkan diagnosis. Faktor-faktor resiko pada
hernia adalah mengejan dengan berlebihan saat sedang melakukan buang air
besar, selalu mengangkat beban yang berat, adanya cairan yang ada di dalam
perut, obesitas atau kelebihan berat badan, batuk dan juga bersin yang terlalu
keras. Pada pasien ini ditemukan faktor-faktor resiko seperti kebiasaan
mengedan, mengangkat beban berat, riwayat batuk terus menerus.
Tn. H mengaku memiliki kebiasaan mengangkat beban berat, seperti galon
dan karung berisi beras hampir setiap hari.
Setelah anamnesis, pemeriksaan fisik dapat dilakukan untuk membantu
menegakkan diagnosis yang sudah didapat dari anamnesis. Pemeriksaan fisik
generalis dari kepala hingga kaki tetap harus dilakukan untuk memastikan
kondisi pasien juga jika harus dilakukan operasi. Selain itu, pemeriksaan
bising usus harus dilakukan untuk membantu melihat pasase usus sehingga
dapat meyakinkan jenis hernia. Selain itu, dari pemeriksaan fisik dapat dilihat
lokasi hernia.

Pada pemeriksaan fisik status lokalis juga ditemukan bahwa massa dengan
bentuk agak bulat dengan ukuran 7 cm x 5 cm x 3 cm di daerah skrotum
sinistra, berwarna seperti warna kulit di sekitarnya dan tidak terdapat tandatanda radang, permukaan rata, terdapat nyeri tekan (+), massa teraba lunak,
fluktuasi (-), testis tidak teraba.
Maka dari itu, dari anamnesis sampai pemeriksaan fisik dapat disimpulkan
bahwa hernia merupakan hernia skrotalis sinistra irreponible.
Hernia Skrotalis Sinistra Irreponible dengan Asma Bronkial
dan HHD

14

Novika Sherly

Namun, pada pasien ini ditemukan beberapa gejala seperti sesak nafas,
terdengar bunyi mengi dan batuk yang tidak dapat dijelaskan melalui penyakit
hernia sehingga menimbulkan pertanyaan adanya penyakit kedua pada pasien
ini. Dari anamnesis riwayat penyakit dahulu, yaitu pasien memiliki riwayat
asma tidak terkontrol sejak beberapa tahun yang lalu dan keluhan sesak nafas
yang dikeluhkan oleh pasien, serta pemeriksaan fisik yang ditemukan yaitu
adanya wheezing pada kedua lapang paru. Maka dari itu, dapat disimpulkan
pasien sedang terserang asma bronkial.
Selain itu, pada anamnesis, pasien mengaku memiliki riwayat hipertensi
tidak terkontrol sejak kurang lebih 2 tahun yang lalu dan saat dilakukan
pemeriksaan penunjang yaitu EKG untuk pemeriksaan standard pre-op
ditemukan adanya left ventricle hypertrophy (LVH). Penemuan ini
mendukung diagnosis HHD (Hypertensive Heart Disease) pada pasien ini.

Penalaran Pemilihan Pemeriksaan penunjang :


Pada pemeriksaan penunjang dapat dilakukan beberapa test lagi yang
dapat membantu meyakinkan diagnosis.
Hernia Skrotalis Sinistra Irreponible dengan Asma Bronkial
dan HHD

15

Novika Sherly
Tes spirometri dapat dilakukan untuk melihat apakah diagnosis asma
bronkial

dapat

ditegakkan

dan

melakukan

echocardiography

untuk

menegakkan diagnosa HHD, sehingga dapat diberikan terapi yang tepat


terhadap pasien.
Penalaran Pemilihan Tatalaksana :
Pada pasien ini ada beberapa tatalaksana yang dapat dilakukan, yaitu
tatalaksana non medikamentosa ataupun medikamentosa. Selain itu juga ada
terapi konservatif dan juga terapi agresif seperti operasi. Operasi biasanya
merupakan tindakan yang diambil karena ditakutkan jika dibiarkan akan
timbul komplikasi-komplikasi hernia seperti inkarserata dan strangulasi.

Jenis operasi pada hernia pun ada beragam. Berbagai perbedaan


pandangan tiap operasi ini membuat 3 kelompok teknik operasi:
2.

Kelompok 1: Open Anterior Repair


Kelompok 1 operasi hernia (teknik Bassini, McVay dan Shouldice)
melibatkan pembukaan aponeurosis otot obliquus abdomins ekternus
dan

membebaskan

funikulus

spermatikus.

fascia

transversalis

kemudian dibuka, dilakukan inspeksi kanalis spinalis, celah direct dan


indirect. Kantung hernia biasanya diligasi dan dasar kanalis spinalis di
rekonstruksi.

Hernia Skrotalis Sinistra Irreponible dengan Asma Bronkial


dan HHD

16

Novika Sherly
Teknik Bassini
Komponen utama dari teknik bassini adalah

Membelah

dikanalis ingunalis hingga ke cincin ekternal


Memisahkan otot kremaster dengan cara reseksi untuk mencari

aponeurosis

otot

obliquus

abdominis

eksternus

hernia indirect sekaligus menginspeksi dasar dari kanalis inguinal

untuk mencari hernia direct.


Memisahkan bagian dasar atau dinding posterior kanalis inguinalis

(fascia transversalis)
Melakukan ligasi kantung hernia seproksimal mungkin
Rekonstuksi di dinding posterior dengan menjahit

fascia

tranfersalis, otot transversalis abdominis dan otot abdominis


internus ke ligamentum inguinalis lateral.

Teknik McVay
Teknik kelompok ini berbeda dalam pendekatan mereka dalam
rekontruksi, tetapi semuanya menggunakan jahitan permanen untuk
mengikat fascia disekitarnya dan memperbaiki dasar dari kanalis
inguinalis, kelemahannya yaitu tegangan yang tejadi akibat jahitan
tersebut, selain dapat menimbulkan nyeri juga dapat terjadi neckosis
otot yang akan menyebakan jahitan terlepas dan mengakibatkan
kekambuhan

Hernia Skrotalis Sinistra Irreponible dengan Asma Bronkial


dan HHD

17

Novika Sherly

3. Kelompok 2: Open Posterior Repair


Posterior repair (iliopubic tract repair dan teknik Nyhus) dilakukan
dengan membelah lapisan dinding abdomen superior hingga ke cincin
luar dan masuk ke properitoneal space. Diseksi kemudian diperdalam
kesemua bagian kanalis inguinalis. Perbedaan utama antara teknik ini
dan teknik open anterior adakah rekonrtuksi dilakukan dari bagian
dalam. Posterior repair sering digunakan pada hernia dengan
kekambuhan karena menghindari jaringan parut dari operasi
sebelumnya. Operasi ini biasanya dilakukan dengan anastesi regional
atau anastesi umum.
4. Kelompok 3: Tension-Free Repair With Mesh
Kelompok 3 operasi hernia (teknik Lichtenstein dan Rutkow)
menggunakan pendekatan awal yang sama degan teknik open anterior.
Akan tetapi tidak menjahit lapisan fascia untuk memperbaiki defek ,
tetapi menempatkan sebuah prostesis, mesh yang tidak diserap. Mesh
ini dapat memperbaiki defek hernia tanpa menimbulkan tegangan dan
ditempatkan disekitar fascia gambar 6. Hasil yang baik diperoleh
dengan teknik ini dan angka kekambuhan dilaporkan kurang dari 1
persen.

Hernia Skrotalis Sinistra Irreponible dengan Asma Bronkial


dan HHD

18

Novika Sherly

Beberapa ahli bedah meragukan keamanan jangka panjang


penggunaan implant prosthesis, khususnya kemungkinan infeksi atau
penolakan. Akan tetapi pengalaman yang luas dengan mesh hernia
telah mulai menghilangkan anggapan ini, dan teknik ini terus
populer.Teknik ini dapat dilakukan dengan anastesi local, regional atau
general.
5. Kelompok 4: Laparoscopic
Operasi hernia Laparoscopic makin populer dalam beberapa tahun
terakhir,

tetapi juga

pengembangan

menimbulkan

teknik

ini,

kontroversi.

hernia

Pada

diperbaiki

awal
dengan

menempatkanpotongan mesh yang besar di region inguinal diatas


peritoneum. Teknik ini ditinggalkan karena potensi obstruksi usus
halus dan pembentuka fistel karena paparan usus terhadap mesh.
Saat ini kebanyakan teknik laparoscopic herniorrhaphies dilakukan
menggunakan salah satu pendekatan transabdominal preperitoneal
(TAPP) atau total extraperitoneal (TEP) . pendekatan TAPP dilakukan
dengan meletakkan trokar laparoscopic dalam cavum abdomendan
memperbaiki region inguinal dari dalam. Ini memungkinkan mesh
Hernia Skrotalis Sinistra Irreponible dengan Asma Bronkial
dan HHD

19

Novika Sherly
diletakkan dan kemudian ditutupi dengan peritoneum.sedangkan
pendekatan TAPP adalah prosedur laparoskopic langsung yang
mengharuskan

masuk

ke cavum

peritoneal

untuk

diseksi.

Konsekuensinya, usus atau pembuluh darah bisa cidera selama operasi.

Penalaran Pemilihan Prognosis :


Prognosis pada pasien ini adalah:

Ad vitam : ad bonam.
Penyakit hernia sendiri sebenarnya tidaklah menyebabkan kematian,
namun jika sudah menyebabkan komplikasi seperti hernia inkarserata atau
strangulate, tingkat mortalitas meningkat, sedangkan dengan operasi
emergensi, angka kematian pada laki-laki 5.4% dan pada wanita 17%, dan
menurun lebih lagi pada operasi elektif menjadi 0.67% pada laki-laki dan
0.85% pada wanita. Namun harus disadari, pada pasien ini hernia juga
disertai penyakit lain yaitu asma bronkial dan HHD dimana hal ini
mempengaruhi prognosis akhir. Namun jika hanya berbicara tentang
hernia, prognosis Ad vitam pasien masuk kategori bonam.

Ad functionam : dubia ad bonam


Tidak bisa dipungkiri, penyakit hernia jika dibiarkan dapat memberi
perkembangan ke jenis strangulate dan inguinalis dimana pada jenis ini
pasien akan mengeluh sangat sakit sehingga akan menganggu kegiatan
pasien sehari-hari sehingga pasien ga bisa berbuat maksimal. Namun
dengan tindakan pun tidak dapat dipungkiri sangat besar adanya keluhan
nyeri bekas operasi pada pasien. Dimana jika ada keluhan nyeri sudah
dipastikan pasti menganggu aktivitas pasien sehari-hari.

Ad sanationam : ad bonam
Kemungkinan pasien ini sembuh tanpa operasi sangat kecil karena jenis
hernia adalah ireponibel dimana hernia sudah keluar dari tempatnya dan
Hernia Skrotalis Sinistra Irreponible dengan Asma Bronkial
dan HHD

20

Novika Sherly
tidak bisa keluar masuk lagi. Hal ini menyebabkan butuhnya tindakan dan
kemungkinan akan sembuh setelah operasi sangat tinggi. Yang harus
ditakuti adalah kemungkinan rekuren penyakit ini yaitu hingga 10-15%
pada orang dewasa dan 1% pada anak-anak.

Hernia Skrotalis Sinistra Irreponible dengan Asma Bronkial


dan HHD

21

Anda mungkin juga menyukai