Anda di halaman 1dari 37

PRESENTASI KASUS

Rumah Sakit Umum Siloam

FATMAWATI
07120110091
Identitas Pasien
Nama : Nn. S
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 15 tahun
Nomor Rekam Medis : RSUS-00-61-19-xx
Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 10
May 1999
Alamat : Sukaman
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Status pernikahan : sudah menikah
Anamnesis
Autoanamnesis
Hari dan Tanggal : Selasa 14 Oktober
2014
Pukul : 10.00
Tempat : Bangsal Bedah Rumah Sakit
Umum Siloam
Tanggal Pasien Masuk Rumah sakit :
13Oktober 2014
Keluhan Utama : Benjolan di
leher kiri sejak 7 bulan yang lalu
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan benjolan di leher kiri
sejak 7 bulan yang lalu. Menurut pasien benjolan
dirasakan semakin membesar .
Benjolan mulanya tidak berwarna (warna kulit)
namun menjadi kemerahan dan lalu pecah menjadi
bekas luka.
Menurut pasien benjolan tersebut awalnya keras dan
tidak nyeri, beberapa bulan kemudian benjolan
menjadi kemerahan, lebih lunak dan nyeri saat di
tekan.
Kemudian benjolan tersebut pecah mengeluarkan
nanah. Nanah yang keluar berwarna kuning dan
terdapat sedikit darah.
Pasien mengaku mulanya ada 3 benjolan dilehernya
Riwayat Penyakit Sekarang

Keluhan tambahan yang dirasakn pasien


yaitu demam.
Pasien mengaku demam yang mucul sejak 6
bulan yang lalu, menurut pasien demamnya
tidak tinggi (hanya sumeng-sumeng saja),
dan demam tidak memiliki pola tertentu, dan
demam yang dirasakan hilang timbul.
Pasien mengaku mengalami keringat malam
7 bulan terakhir yang hilang timbul .
Pasien juga mengaku bahwa ia sering
mengeluarkan dahak yang berwarna putih
keuningan, namun tanpa disertai darah.
Pasien menyangkal adanya batuk.
Pasien menyangkal adanya sesak nafas.
Pasien menyagkal riwayat penyakit lainnya
(flu, sakit tenggorokan)
Pasien menyangkal adanya keluhan sulit
atau sakit menelan.
Pasien menyangkal adanya riwayat
berpergian sebelumnya.
Pasien menyangkal adanya penurunan
berat badan.
Pasien menyangkal adanya mual mupun
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien tidak pernah memiliki sakit yang sama
sebelumnya.
Tidak memiliki riwayat dirawat di rumah sakit.
Tidak memiliki riwayat oprasi.
Pasien sebelumnya pernah berobat ke klinik
namun pasien tidak dapat menjelaskan
penyakitnya.
Riwayat Alergi :
Pasien tidak memiliki riwayat alergi terhadap
makanan maupun obat-obatan.
Riwayat Imunisasi
Riwayat imunisasi tidak diketahui dengan jelas
Riwayat Penyakit Keluarga :
Keluarga dirumah pasien tidak pernah mengalami
keluhan yang serupa dengan pasien.
Ayah dan ibu pasien tidak memiliki riwayat
penyakit apapun.

Riwayat Kebiasaan:
Tidak merokok
Tidak mengkonsumsi alkohol
Tidak mengkonsumsi obat-obatan
Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien tinggal dalam 1 rumah bersama


keduaorangtuanya, dua kakanya, dan suaminya.
Menurut pasien, rumahnya mendapat
pencahayaan cukup (4 jendela 1 pintu)
Pasien mengaku tidak mengetahui tetangga atau
sekitar lingkungan pasien memiliki penyakit yang
sama seperti pasien ataupun yang menderita
batuk lama.
FIFE
Feeling : Pasien merasa sangat tidak nyaman
dan sangat ingin mengetahui sakitnya.
Insight : Pasien tidak mengetahui jenis
penyakitnya .
Fear : Pasien takut apabila benjolan
bertamabah banyak.
Expectation : Pasien ingin cepat sembuh dan
benjolannya tidak timbul lagi.
Pemeriksaan Fisik
Status Generalis:
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Kompos Mentis
Tanda-Tanda Vital :
Tekanan darah : 110 / 70 mmHg
Nadi : 76 x/menit
Laju Pernafasan: 16x/menit
Suhu : 36,40 C
Data Antropometri
Tinggi badan : 150 cm
Berat badan : 58 kg
BMI : 25.7 kg/m2 (Gizi cukup)
Kulit : Ikterik (-), turgor normal.
Kepala :
Bentuk dan ukuran : Normosefali, deformitas (-)
Rambut&Kulit kepala : Warna hitam, distribusi merata, tidak mudah
dicabut, lesi (-)
Mata

Posisi mata: Kedua mata simetris terletak di tengah


Konjungtiva : Normal
Sklera : Normal, ikterik (-/-)
Hidung :

simetris, septum di tengah, tidak ada deviasi, sekret -/-, rinorhea -/-.
Telinga :
Simetris, tidak ditemukan serumen maupun sekret.
Mulut dan Tenggorokan

Bibir : Tidak kering, Sianosis (-)


Tonsil : Normal
Faring : Normal
Thorax :
Paru :
- Inspeksi : Pernafasan simetris, massa (-), lesi (-), tidak ada
retraksi, tidak ada perubahan warna.
- Palpasi : Tactile vocal fremitus kedua lapang paru sama.
- Perkusi : Sonor di kedua lapang paru.
- Auskultasi : Suara nafas bilateral vesikular, ronchi (-/-),
wheezing (-/-).

Jantung :
- Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
- Palpasi : ictus cordis tidak teraba
- Perkusi : batas jantung normal
- Auskultasi : S1 dan S2 regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
- Inspeksi : Bentuk datar, striae (-), rash (-), pelebaran
vena (-)
- Auskultasi : bising usus normal 16 kali per menit .
- Palpasi : massa (-), nyeri tekan (-), hepatomegaly (-),
splenomegaly (-).
- Perkusi : Timpani pada seluruh regio abdomen, asites
(-).
Status Lokalis
Leher :
Terdapat 3 lesi/ abses pada leher kiri.

Lesi berbentuk linear dan eritem dengan


pingg
1 benjolan pada leher kiri :

Diameter 2 cm, konsistensi cenderung


keras, permukaan rata, berbatas tegas,
mudah digerakan.
RESUME
Pasien datang dengan keluhan benjolan yang
membesar selama 7 bulan pada leher kiri. Awalnya
muncul benjolan yang tidak berwarna, keras, dan
dapat digerakan. Beberapa bulan kemudian
benjolan melunak kemudian pecah dan
mengeluarkan nanah berwarna kuning dengan
sedikit darah. Pasien memiliki riwayat keringat
malam dan demam yang hilang timbul sejak 6
bulan yang lalu. Pasien juga mengeluarkan dahak
berwarna kuning. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan 3 lesi pada leher kiri dengan bentuk lesi
linear, dan berwarna merah kebiruan. Selain itu
juga ditemukan 1 benjolan pada regio leher kiri
dengan diameter +- 2 cm, konsistensi keras,
berbatas tegas, dapat digerakkan.
Diagnosis Kerja
Abses Colli Sinistra suspek skrofuloderma
Bedasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik
didapatkan :
Benjolan sejak 7 bulan yang lalu yang mulanya
konsistensi keras menjadi lunak, kemerahan, dan
pecah mengeluarkan nanah berwarna kuning
Keringat malam
Demam
Dahak berwarna kuning
Pada pemeriksaan leher didapati 1 benjolan pada
leher kanan dengan konsistensi keras, mudah
dipindahkan.
Terdapat 3 lesi dengan bentuk linear pada leher
kanan dengan lesi berwarna merah kebiruan.
Diagnosis Banding
Diagnosis banding benjolan pada leher

Soliter Soliter
Smooth Non-tender
Non-tender immobile
Mobile
Diagnosis Banding
1. Mycobacterium Avium intracellulare lymphadenitis
- Biasanya terjadi pada anak usia 1-4 tahun atau pasien dewasa
yang mengalami immunodefisiensi.
- Gejala klinis menyerupai infeksi tuberkulosis.
- Pembesaran KGB cervical unilateral (submaxillary, submandiblar,
parotid, post. auricular)
2. M.Scrofulaceum infection
3. Hidradenitis suppurativa
- cenderung menetap bertahun-tahun diselingi dengan
kekambuhan.
- Nyeri
- Bentuk lesi biasanya bulat
- Abses dengan luka hipertrofi dan supurasi kelenjar apokrin.
- Lokasi utama axilla dan selangkangan
4. Aktinomikosis servikofasial
- Biasanya pasien datang karena
adanya fistula pada daerah
kepala dan leher, disertai
adanya edema,
pembengkakan, pembentukan
abses. Keluhan lain : demam,
gatal dan trismus.
- Biasa terjadi karena infeksi
pada gigi (kebersihan ronnga
mulut yang buruk) dan trauma
mulut.
- Tidak ada penyebaran melalui
kelenjar limfe.
VI. Pemeriksaan Penunjang
Hematology

Hb 11.07 g/dl 11.70 -15.50


Ht 31.89 % 35%-47%
RBC 4.48 10^6 l 3.80-5.20
WBC 7.68 10^3 l 3.80-10.60
Platelet 498.80 150.00 -
440.00
MCV 71.25 fl 80-100
MCH 24.73 pg 26-34
MCHC 34.71 g/dl 32-36
Pemeriksaan Penunjang
USG
Kesan USG :
Regio cervical kiri : Pembesaran KGB dengan ukuran +/- 0.92 x
0.45 cm

Supraclavicula kanan : Tampak pembesaran KGB multipel


dengan ukuran +- 0.89 x 0.74 dan +- 0.91 x 0.99cm

Regio cervical kanan : Tampak pembesaran KGB multipel


dengan ukuran +/- 1.15 x 0.67 , +/- 1.1 x 0.56 cm dan +/- 0.64 x
0.34

Pada regio posterior cervical kanan : tampak lesi heterogen


dengan tepi irreguler berbatas tegas berukuran 3.71 x 1.84
dengan muara pada kutis dan subkutis di regio posterior cervical
kanan.

Tampak pula lesi pada regio submandibula sisi kanan dengan


estimasi ukuran +/- 1.69 x 1.18 x1.65 cm dengan muara pada
kutis dan subkutis di regio tersebut.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang lain yang dapat
dilakukan :
Tuberkulin / mantoux test
Foto thorax -> untuk mengetahui ada tidaknya
tuberkulosis paru .
Biopsi
Kultur jaringan
Diagnosis Kerja

Diagnosis kerja :
Abses colli suspek skrofuloderma
Pengkajian
Merupakan tuberkulosis ekstrapulmonal yaitu
uberkulosis subkutan yang kemudian
membentuk abses dingin dan juga kerusakan
sekunder terhadadap kulit dipermukaannya.
Lesi kulit awal nodus
berupa nodus
subkutan keras,
berbatas tegas,
mudah
digerakkan,tanpa
disertai infiltrasi.
Kemudian bertambah
besar dan melunak,
infiltrat mencair lalu
perforasi.
Luka lalu
mengeluarkan cairan
bening sampai
Neck Lymph Nodes Level

I. Submental dan
submandibular
nodes
II. Upper jugular
chain nodes
III. Middle jugular
chain nodes
IV. Lower jugular
chain nodes
V. Posterior triangle
nodes
VI. Anterior
compartment
nodes
Penatalaksanaan
Penatalaksaan yang dilakukan di rumah sakit
yaitu :

Insisi Drainase Abses colli sinistra + Biopsi (PA)


Tampon dan debridement

Medikamentosa yang telah diberikan


Cefotaxim
Ketorolax
Penatalaksanaan
Terapi Skrofuloderma:
Medikamentosa :
Topikal :
Pada bentuk ulkus : kalium Permanganas 1/5000
Sistemik
1) Tahap awal/ intensif (2 bulan pertama)
INH : 10 mg/kgBB/hari
Rifampisin : 15 mg/kgBB/hari
Etambutol : 20mg/kgBB/hari
Pirazinamid : 35 mg/kgBB/ hari

2) Tahap lanjut (4 bulan selanjutnya)

INH : 10 mg/kgBB/hari
Rifampisin : 15 mg/kgBB/hari
Prognosis
Ad vitam : Ad bonam
Ad sanam : Ad bonam
Ad Fungsionam : Ad bonam
Daftar Pustaka
Aafp.org, (2014). The Adult Neck Mass - American Family Physician. [online]
Available at: http://www.aafp.org/afp/2002/0901/p831.html [Accessed 18 Oct.
2014].

Editor, J. (2014). Cutaneous Tuberculosis: A Practical Case Report and Review for
the Dermatologist : JCAD | The Journal of Clinical and Aesthetic Dermatology.
[online] Jcadonline.com. Available at: http://www.jcadonline.com/cutaneous-
tuberculosis-a-practical-case-report-and-review-for-the-dermatologist/ [Accessed
21 Oct. 2014].

Forgione, P., Nunzi, E., Cavalchini, A., Clapasson, A., Piccirillo, F., Langella, M.,
Raimondo, U. and Vendemmia, S. (2004). [Scrofuloderma. a clinical case]. Minerva
pediatrica, 56(1), pp.119--122.

Souba, W. (2007). ACS surgery. New York, NY: WebMD Professional Pub.

Karthikeyan, P., Sekar, P., Sathyamoorthy, M. and Kumar, M. (n.d.). Scrofuloderma


in Disseminated Tuberculosis--A Rare Pediatric Case Report.

Anda mungkin juga menyukai