Anda di halaman 1dari 28

Nama : Mutia Shalihatunnisa

Prodi : Ilmu Keperawatan


TUGAS WEEK 2

PENGKAJIAN KASUS
A. Data
Demografi 1.
Biodata
a. Nama : Sdr. xxx
b. Usia/Tanggal Lahir : 17 tahun/ 24 April 2002
c. Jenis kelamin : Perempuan
d. Alamat & No Tlp : CVCVCV
e. Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
f. Status perkawinan : Belum
g. Agama : Islam
h. Pekerjaan : Pelajar
i. Diagnosa Medik : Appendisitis
j. No. Medical Record : 10361xxx
k. Tanggal Masuk RS : 21 Oktober 2019
l. Tanggal Pengkajian : 21 Oktober 2019
2. Penanggung jawab
a. Nama : Ny. R
b. Usia : 40 tahun
c. Jenis kelamin : Perempuan
d. Pekerjaan : PNS
e. Hubungan Dengan Pasien : Ibu
f. Alamat & No Tlp : xxxxx

B. Keluhan Utama
Klien mengatakan nyeri pada perut bagian kanan bawah sebelum dilakukan operasi.
C. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien datang ke RS tanggal 21 Oktober 2019 pukul 13.00. Pasien mengatakan mengalami
nyeri pada perut bagian kanan bawah sudah 2 minggu yang lalu. Pasien jarang makan nasi,
pasien lebih suka makan cilok, siomay, dll. Pasien berkeinginan untuk menurunkan berat
badannya namun pola makan pasien tidak terjaga. Pasien mengeluh nyeri pada perut bagian
kanan
bawah. Keadaan sekarang masih sama seperti sebelum masuk RS namun di RS akan
direncanakan tindakan operasi appendisitis. Pasien sudah mencoba untuk beristirahat dan tidak
berjalan-jalan namun nyerinya masih dirasakan. Nyeri terletak pada perut bagian kanan bawah,
terasa bertambah nyeri saat bergerak dan nyeri timbul sewaktu-waktu. Nyeri seperti ditusuk-
tusuk, dan saat ditekan juga terasa nyeri. Skala nyeri 6. Pasien akan operasi pada tanggal 22
Oktober 2019 pukul 13.00.
2. Usaha yang dilakukan untuk mengurangi keluhan
Pasien mengatakan untuk mengalihkan rasa nyeri yang dialami yaitu dengan bercerita dengan
orang lain dan tidak berjalan-jalan terlebih dahulu.
3. Kondisi saat
dikaji P :
Gerakan
Q : Rasanya seperti ditusuk-tusuk
R : Nyeri ada di perut bagian kanan bawah
S : Skala nyeri 6 (sebelum dilakukan operasi menggunakan numeric rating scale/NRS 0-10)
T : Nyeri berlangsung secara hilang timbul
4. Riwayat kesehatan masa lalu
Pasien tidak mempunyai riwayat DM dan HT, riwayat imunisasi lengkap, pasien tidak pernah
mengalami kecelakaan sebelumnya, pasien belum mempunyai riwayat operasi sebelumnya.
Pasien mengatakan tidak mempunyai alergi apapun.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Pasien tidak memiliki riwayat keluarga dengan DM, HT, dll.
D. Riwayat Psikososial
1. Kehidupan Sosial
 Hubungan pasien dengan keluarga dan temannya baik.
 Hubungan pasien dengan perawat dan pasien lain saat di RS baik.
 Pasien sering mengikuti kegiatan sosial di kampung misalnya perkumpulan pemuda, dll.
 Pasien merasa penyakitnya hanyalah ujian dari Allah.
 Pasien mengatakan lingkungan rumahnya kondusif
 Pasien tampak ramah dengan petugas rumah sakit dan orang lain.
E. Riwayat Spiritual
Pasien mengatakan beragama islam, pasien mengatakan masih bisa menjalankan ibadah sholat 5
waktu. Pasien mengatakan keluarga sangat percaya dengan berdoa akan mempermudah untuk
kesembuhanannya.
F. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum pasien
 Pasien tidak tampak memiliki tanda-tanda distress
 Penampilan pasien tampak rapi, bersih
 Pasien tampak tenang, bicara jelas
 Pasien berpakaian sesuai, bersih dan rapi
 BB: 65 Kg, TB: 157 cm, cara berjalan seimbang

2. Tanda-tanda vital

1) Suhu : 37,2o C
2) Nadi : 88 x/mnt
3) TD : 114/65 mmHg
4) RR : 20 x/mnt
: 6 (sebelum operasi menggunakan numeric rating scale/NRS 0-
5) Skala nyeri 10)

3. Sistem pernafasan
a. Hidung : Bentuk hidung simetris, tidak terdapat nyeri tekan, tidak terdapat sekret/polip,
penciuman baik, mukosa hidung lembab,dan tidak ada pernafasan cuping hidung.
b. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, tidak ada massa, dan tidak ada nyeri
tekan.
c. Dada : Bentuk dada simetris, tidak ada retraksi otot/dinding dada, sonor pada area paru,
suara paru vesikuler, dan tidak ada suara nafas tambahan.

4. Sistem kardiovaskuler
 Conjungtiva tidak anemia, bibir tidak sianosis, capillary refil < 3 detik, arteri carotis teraba,
tidak ada nyeri tekan vena jugularis, terdengar suara redup pada area jantung, bunyi pekak
pada jantung, pada saat auskultasi irama reguler terdengar suara lup-dup.

5. Sistem pencernaan
 Sklera tidak ikterus, mukosa bibir lembab, bentuk mulut simetris, mampu menelan dengan
baik, gigi bersih dan rapi, lidah bersih, tidak ada somatis, meringis menahan sakit.
 Gaster : Perut kembung, peristaltik usus 18x/menit
 Adomen : Terdapat nyeri tekan pada perut bagian kanan bawah, mengalami distensi
 Anus : Tidak ada tanda-tanda peradangan, kebersihan cukup, mampu mengontrol BAB.
6. Indra

 Mata :Bentuk simetris, pupil isokor, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik,
pergerakan mata terkoordinasi, reflek terhadap cahaya (+), penggunaan alat bantu (-)

 Hidung : Bersih, tidak ada polip, tidak ada secret di dalam hidung, tidak memakan oksigen,
penciuman normal, tidak terasa perih di hidung, tidak mengalami trauma hidung/mimisan.

 Telinga : Bentuk simetris antara kiri dan kanan, bersih, tidak terdapat nyeri tekan, tidak
mengalami operasi telingaa, dan pendengaran baik.

7. Sistem saraf
a. Fungsi cerebral

 Status mental : bicara normal, orientasi (waktu, orang, situasi, tempat) sesuai, perhatian
baik, bahasa baik.
 Kesadaran GCS E4V5M6, composmentis
b. Fungsi kranial
 I. Olfaktorius/penciuman : dapat mengenali aroma bau dengan tepat.
 II. Opticus/penglihatan : membaca dengan jelas, melihat benda dengan jelas.
 III.Okulomotorius/kontriksi dan dilatasi pupil : arah pandang luas, reaksi pupil (+)
 IV. Trokhlear/gerakan bola mata ke atas ke bawah : tatapan lurus, ke atas ke bawah (+)

 V. Trigeminal/sensori kulit wajah, pergerakan otot rahang : reflek kornea (+), nyeri pada
wajah, mampu mengatupkan gigi.
 VI. Abdusen/gerakan bola mata menyamping : tatapan (+), melihat kesamping kanan kiri
(+)

 VII. Facial/ekspresi wajah dan pengecapan : tersenyum (+), mengencangkan wajah (+),
menggembungkan pipi (+), menaikkan dan menurunkan alis mata (+), bentuk simetris.
 VIII. Auditorius/pendengaran : kata-kata jelas didengar, mampu mengulangi kalimat.

 IX. Glosofaringeal/pengecapan, kemampuan menelan, gerakan lidah : mampu merasakan


(manis, asam, asin, pedas), mampu menggerakan lidahnya
 X. Vagus/sensasi faring, gerakan pita suara : suara keras, mengucap dengan baik.

 XI. Asesorius/gerakan kepala dan bahu : mampu mengangkat bahu, memalingkan kepala
dengan ditahan.
 XII. Hipoglosal/posisi lidah : mampu menjulurkan lidah dan menggerakan ke berbagai
sisi.
c. Fungsi motorik

 Gaya berjalan normal, tingkah laku normal, tubuh simetri, ekstrmitas simetri, tidak ada
keluumpuhan badan dan anggota gerak.
 Mengangkat kedua tangan pada sendi bahu (+), fleksi ekstensi (+), mengepal dan
membuka jari tangan (+), gerakan jari kaki (+)
 Besar otot normal, tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan, tidak ada atropi.
d. Fungsi sensori

 Mampu merasa rangsangan di kulit, mampu merasakan getaran, mampu membedakan


panas dan dingin
e. Fungsi cerebellum
 Koordinasi tubuh dan keseimbangan tubuh (+)
 Koordinasi indera dan keseimbangan indera (+)
f. Refleks
 Reflek ektremitas atas, bawah, dan superficial (+)
g. Iritasi meningen
 Kaku kuduk (-), parase (-), plegi (-), kejang (-)
8. Sistem muskuloskeletal
a. Kepala : Normal
b. Vertebra : Normal
c. Pelvis : Normal
d. Lutut : Normal
Kaki :
e. Normal
f. Bahu : Normal
g. Tangan : Normal
h. Kekuatan otot
5 5
5 5

9. Sistem intergumen
 Rambut : penyebaran merata, bau (-), rontok (-), warna hitam

 Kulit : lesi (-), jaringan parut (-), warna kulit sawo matang, luka bakar (-), tekstur halus,
turgor kulit baik, nyeri tekan (-), terdapat luka post operasi appendiktomi ± 5 cm.
 Kuku : warna merah muda, bentuk normal, kebersihan kuku (+)

10. Sistem endokrin

 Hiperpegmentasi/hipopegmentasi (-), wajah normal, kuku dan rambut tidak mengalami


hiperpegmentasi, ukuran tubuh proporsional, spasme karpal (-)
 Kulit kasar/kering (-), pembesaran kelenjar tiroid (-), percepatan pertumbuhan (-), gajala
kretinisme/gigantisme (-), eksresi urin normal, suhu tubuh seimbang, keringat berlebih (-),
leher kaku (-)

11. Sistem perkemihan

 BAK 4-5x/hari, warna kuning, tidak nyeri, dysuria/hematuria (-), riwayat ISK (-), selama
sakit pasien dipasang cateter urin.

 Distensi kandung kemih (-), edema palpebra (-), edema anasarka (-), penyakit hubungan
seksual (-)

12. Sistem reproduksi


 Lesi (-), eritema (-), keputihan (-), peradangan (-)

13. Sistem immun

 Tidak mempunyai alergi (debu, binatang, cuaca, dll), riwayat imunisasi lengkap, belum
pernah melakukan transfusi darah.

G. Aktivitas Sehari-
Hari 1. Nutrisi
KETERAN
GAN DI RUMAH DI RS
Selera makan Menurun Menurun

Frekuensi makan Makan 2 x sehari, Makan 3 x sehari

Volume makan ¼ - ½ porsi habis ¼ - ½ porsi habis


Makanan pantangan - -
Pembatasan pola makan - Makanan pedas
Cara makan Melalui oral Melalui oral
Ritual sebelum makan Berdoa Berdoa
2. Cairan
KETERANGAN DI RUMAH DI RS
Jenis minuman atau yang Air putih, teh, jus Air putih, teh, kacang
dikonsumsi dalam 24 jam hijau
Frekuensi & volume minum atau 5-6 gelas setiap hari 4-5 gelas setiap hari
cairan

Kebutuhan cairan dalam 24 jam Tercukupi Tercukupi


3. Eliminasi
KETERANGAN DI RUMAH DI RS
BAB : kamar mandi BAB : kamar mandi
Tempat pembuangan
BAK : kamar mandi BAK : kamar mandi
BAB : 2x sehari, pagi,
BAB : 2x sehari, pagi, tidak
Frekuensi, kapan, teratur teratur pasti
BAK : 7 x sehari BAK : 5-8 x sehari
BAB : lembek terkadang BAB : lembek terkadang
Konsistensi keras keras
BAK : kuning jernih BAK : kuning jernih
Kesulitan dan cara
- -
menanganinya
Obat-obat untuk -
-
memperlancar BAB & BAK

4. Istirahat tidur
KETERANGAN DI RUMAH DI RS
Apakah cepat tertidur Cepat Tidak
Tidur siang : 1-2 jam Tidur siang : 1-2 jam
Jam tidur siang atau malam
Tidur malam : 6-7 jam Tidur malam : 6-7 jam
Bila tidak dapat tidur apa yang Bermain HP Bermain HP
dilakukan
Apakah tidur secara rutin Tidak Tidak

5. Olahraga
Pasien berolahraga setiap minggu sekali di sekolah.
6. Rokok/alkohol dan obat-obatan
Pasien tidak merokok, minum alkohol dan minum obat-obatan
7. Personal hygiene
Mandi sehari 2x dilakukan secara mandiri. Rutin mencuci rambut, mengunting kuku dan
mengosok gigi.
8. Aktivitas/mobilitas fisik
Pasien tidak menggunakan alat bantu jalan. Aktivitas sehari-hari pasien yaitu sebagai pelajar.
9. Rekreasi
Pasien mengatakan jika ada waktu luang sering dimanfaatkan untuk rekreasi bersama
keluarganya atau temannya.
H. TES
DIAGNOSTIK
1.
Laboratorium
Interpretasi
No Tanggal Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Hasil
1. 17-10-19 APTT 29,5 25 – 40 Normal
PPT 12,7 11 – 15 Normal
HB 13,59 11 – 17 Normal
Leukosit 11,38* 4–11 Tinggi
Eosinofil 1,24 0–3 Normal
Basofil 0,06 0–1 Normal
Segmen 73,66* 40 – 70 Tinggi
Limfosit 19,87* 20 – 40 Rendah
Monosit 5,16 2–8 Normal
Hematokrit 40,00 32 – 52 Normal
Thrombosit 383,6 150 – 450 Normal
Antal Eritrosi 4,45 3,5 - 5,5 Normal
Ureum 26,80 10–40 Normal
Kreatinin 0,67* 0,9 - 1,3 Rendah
GDS 88* 80 – 120 Tinggi
HBS AG Non reaktif Non reaktif
HIV Screening Non reaktif Non reaktif
I. TERAPI OBAT

Nama obat Dosis Indikasi Kontra indikasi Efek samping


Infus RL 20 tpm Digunakan untuk penambah cairan dan Alergi terhadap sodium, tidak boleh Nyeri dada, detak jantung tidak
elektrolit tubuh untuk mengembalikan diberikan bersamaan dengan normal, turunnya tekanan
keseimbangannya dan juga untuk ceftriaxone. darah, kesulitan bernafas, baruk,
mengurangi keasaman. bersin-bersin, ruam kulit, gatal
pada kulit, sakit kepala.
Cefotaxim inj 3 x 1gr Digunakan untuk penatalaksanaan Pada pasien dengan riwayat alergi, Diare berair/berdarah, ruam,
infeksi saluran pernafasan bawah, dan abnormalitas darah atau memar, kesemutan, mati rasa,
infeksi genitourinari, infeksi ginekologi, hipersensitifitas pada penicillin. nyeri, otot lemah, detak jantung
infeksi kulit, infeksi intra abdomen, tidak teratur, demam, menggigil,
infeksi pada tulang/sendi, dan infeksi sakit pada tubuh, gejala flu,
pada saraf pusat. mudah memar
Ketorolac 3x1 ampul Pasien yang akan atau setelah menjalani Nyeri ringan atau nyeri jangka Sakit perut, mual muntah, diare,
(30mg) prosedur medis/operasi. panjang. konstipasi, kembung, pusing,
sakit kepala, berkeringat,
mengantuk, dan telinga
berdenging
J. Pengkajian Resiko Decubitus : Skala Norton

No Data Nilai Antara Score


1. Kondisi fisik umum
1. Baik (4)
2. Lumayan (3) 1-4 4
3. Buruk (2)
4. Sangat buruk (1)
2. Kesadaran
1. Composmentis (4)
2. Apatis (3) 1-4 4
3. Konfus/spoor (2)
4. Stupor/koma (1)
3. Aktivitas
1. Ambulan (4)
2. Ambulan dengan bantuan (3) 1-4 4
3. Hanya duduk (2)
4. Tiduran (1)
4. Mobilitas
1. Bergerak bebas (4)
2. Sedikit terbatas (3) 1-4 3
3. Sangat terbatas (2)
4. Tidak bisa bergerak (1)
5. Inkontinensia
1. Tidak ada (4)
2. Kadang kadang (3) 1-4 4
3. Sering inkontinensia urine (2)
4. Inkntinensia alvi dan urine (1)
19
TOTAL
Kriteria Penilaian Hasil:
Skor >14 : Resiko kecil
Skor 12-13 : Resiko Sedang
Skor <12 : Resiko 50x lebih besar decubitus
Skor <14: resiko tinggi terjadi decubitus
HASIL : Pasien memiliki risiko kecil terjadi
decubitus
K. Pengkajian Resiko Jatuh

No Parameter Kriteria Nilai Keterangan


1. Riwayat jatuh Tidak ada 0 0
Kurang dari 3 bulan 25
2. Kondisi kesehatan Satu diagnosa 0 0
Lebih dari satu diagnosa penyakit 15
3. Bantuan Ambulasi Bed rest/butuh bantuan perawat 0 0
Kruk, Tongkat, Walker
Berpegangan pada benda sekitar 15
30
4. Terapi iv/ Tidak terpasang infus 0 20
antikoagulan Terapi intravena terus menerus : 20
terpasang infus
5. Gaya Normal, bed rest, immobile 0 0
berjalan/berpindah Lemah (tidak bertenaga) 10
Gangguan/tidak normal (pincang) 20
6. Status Mental Orientasi dengan kemampuan sendiri 0 0
Keterbatasan daya ingat
15
Total 20
Keterangan :
1. TR: Tidak Resiko (0-24)
2. RR: Risiko Rendah (25-44)
3. RT: Risiko Tinggi (≥45)
HASIL : Pasien tidak berisiko jatuh
Format Asuhan Keperawatan

Analisa Data

No Data Masalah Etiologi


.
1. DS : Nyeri akut Agens cedera fisik
- Pasien mengatakan
“Mengalami nyeri pada perut
bagian kanan bawah sudah 2
minggu yang lalu.”
- Pasien mengeluh “Nyeri pada
perut bagian kanan bawah.”
- Pasien mengatakan “Nyeri
seperti ditusuk-tusuk, dan saat
ditekan juga terasa nyeri.”
- P : Gerakan
- Q : Rasanya seperti ditusuk-
tusuk
- R : Nyeri ada di perut bagian
kanan bawah
- S : Skala nyeri 6 (sebelum
dilakukan operasi
menggunakan numeric rating
scale/NRS 0-10)
- T : Nyeri berlangsung secara
hilang timbul
- selera makan menurun

DO :
- Suhu: 37,2o C, Nadi: 88 x/mnt,
TD: 114/65 mmHg, RR: 20
x/mnt
- Terdapat nyeri tekan pada perut
bagian kanan bawah,
mengalami distensi

2. DS : Disfungsi motilitas Infeksi


- Pasien jarang makan nasi, gastrointestinal
pasien lebih suka makan cilok,
siomay, dll.
- Pasien berkeinginan untuk
menurunkan berat badannya
namun pola makan pasien tidak
terjaga.
- Pasien mengeluh “Nyeri pada
perut bagian kanan bawah.”

DO :
- Perut kembung, peristaltik usus
18x/menit
- Terdapat luka post operasi
appendiktomi ± 5 cm
- Leukosit : 11,38
- Segmen : 73,66
- Kreatinin : 0,67
- GDS : 88
- Limfosit : 19,87
- Terpasang infus rl 20tpm
- Cefotaxim inj 3x1gr
- Ketorolac 3x1 ampul (30mg)

Prioritas diagnosa keperawatan :


1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera fisik
2. Disfungsi motilitas gastrointestinal berhubungan dengan infeksi

Rencana asuhan keperawatan

No Diagnosa Tujuan Rencana Tindakan Rasional


. Keperawatan (NOC) (NIC)
1. Nyeri akut Tingkat nyeri Pemberian analgetik 1. Agar sesuai
berhubungan 1. Nyeri 1. Tentukan ketika
dengan agens yang lokasi, memberikan
cedera fisik dilaporka karakteritik, intervensi
m dari kualitas dan selanjutnya
skala 2 ke keparahan nyeri 2. Menerapkan 6
skala 4 sebelum benar
2. Panjangn mengobati 3. Untuk
ya pasien memaksimalka
episode 2. Cek perintah n pemberian
nyeri dari pengobatan obat
skala 2 ke meliputi obat, 4. Agar pasien
skala 4 dosis, dan mampu
3. Eskpresi frekuensi obat mengetahui dan
nyeri analgesic yang terlibat
wajah dari diresepkan langsung dalam
skala 3 ke 3. Cek adanya perawatan
skala 5 riwayat alergi 5. Mengetahui
4. Tekanan obat perubahan yang
darah dari 4. Evaluasi terjadi
skala 2 ke kemampuan 6. Meningkatkan
skala 4 pasien untuk kenyamanan
5. Kehilanga berperan serta sekitar agar
n nafsu dalam nyeri berkurang
makan pemilihan 7. Berguna untuk
dari skala analgesik, rute, pengalihan
3 ke skala dan dosis dan nyeri
5 keterlibatan 8. Untuk
pasien sesuai mengetahui
kebutuhan apakah
5. Monitor tanda analgesik
vital sebelum tersebut
dan setelah memberi efek
memberikan samping
analgesik ditubuhnya atau
6. Berikan tidak
kebutuhan 9. Kolaborasi
kenyamanan apabila terdapat
dan aktifitas berubahan
lain yang dapat pemberian obat
membantu 10. Untuk
relaksasi untuk mengetahui
memfasilitasi pengalaman
penurunan nyeri pada
nyeri pasien
7. Susun harapan 11. Untuk
yang positif memonitor
mengenai perubahan
keefektifan nyeri
analgesik untuk 12. Memberikan
mengoptimalka informasi
n respon pasien mengenai nyeri
8. Dokumentasika 13. Untuk
n respon mengendalikan
terhadap faktor
analgesik dan lingkungan
adanya efek yang dapat
samping mempengaruhi
9. Kolaborasikan respon pasien
dengan dokter terhadap
apakah obat, ketidaknyaman
dosis, rute an
pemberian, atau 14. Agar mengerti
perubahan faktor-faktor
interval yang dapat
dibutuhkan, mencetuskan
buat atau
rekomendasi meingkatkan
khusus nyeri
berdasarkan 15. untuk
prinsip memfasilitasi
analgesic penurunan
nyeri
Manajemen nyeri 16. agar skala atau
1. Gunakan tingkat nyeri
strategi berkurang
komunikasi
terapeutik
untuk
mengetahui
pengalaman
nyeri dan
sampaikan
penerimaan
pasien terhadap
nyeri
2. Gunakan
metode
penilaian yang
sesuai dengan
tahapan
perkembangan
yang
memungkinkan
untuk
memonitor
perubahan
nyeri dan akan
dapat
membantu
mengidentifika
si faktor
pencetus aktual
dan potensial
3. Berikan
informasi
mengenai nyeri
seperti
penyebab nyeri,
berapa lama
nyeri akan
dirasakan, dan
antisipasi dari
ketidaknyaman
an akibat
prosedur
4. Kendalikan
faktor
lingkungan
yang dapat
mempengaruhi
respon pasien
terhadap
ketidaknyaman
an
5. Kurangi atau
eliminasi
faktor-faktor
yang dapat
mencetuskan
atau
meingkatkan
nyeri
6. Pilih dan
implementasika
n tindakan yang
beragam untuk
memfasilitasi
penurunan
nyeri sesuai
dengan
kebutuhan
7. Ajarkan
prinsip-prinsip
manajemen
nyeri (misalnya
relaksasi atau
distraksi dan
sebagainya)
2. Disfungsi Fungsi Manajemen saluran 1. Untuk
motilitas gastrointestinal cerna mengetahui
gastrointestin 1. Nafsu 1. Monitor bising berapa nilai
al makan usus bising usus
berhubungan dari skala 2. Lapor 2. Apakah terjadi
dengan 3 ke skala peningkatakan peningkatan
infeksi 5 frekuensi dana bising usus
2. Bising tau bising usus 3. Apakah terjadi
usus dari bernada tinggi pengurangan
skala 2 ke 3. Lapor bising usus
skala 4 berkurangnya 4. Agar pasien
3. Glukosa bising usus mengetahui
darah dari 4. Ajarkan pasien makanan yang
skala 3 ke mengenai dapat
skala 5 makanan- mendukung
4. Nyeri makanan keteraturan
perut dari tertentu yang aktivitas usus
skala 2 ke membantu 5. Agar pasien
skala 4 mendukung mengerti sebab
keteraturan terjadinya perut
aktivitas usus kembung yang
dapat terjadi
Pengurangan perut 6. Supaya
kembung terhindar
1. Jelaskan masuknya
kepada pasien udara berlebih
bagaimana ke saluran
terjadi perut cerna
kembung dan 7. Agar tidak
cara terjadi perut
menguranginya kembung
2. Ajarkan pasien 8. Agar
untuk mengetahui
menghindari tanda-tanda
situasi yang terjadinya perut
menyebabkan kembung
masuknya 9. Untuk
udara mengetahui
berlebihan ke perubahan yang
saluran cerna terjadi pada
seperti TTV
mengunyak 10. Supaya pasien
permen karet, menerapkan
minum- pola hidup
minuman sehat
bersoda, makan
dengan cepat,
menyedot air
dengan
sedotan,
mengunyah
dengan mulut
terbuka atau
berbicara ketika
mulut sedang
penuh
3. Ajarkan pasien
untuk
menghindari
makanan yang
tidak
menyebabkan
perut kembung
4. Monitor rasa
kembung,
distensi
abdomen, kram
perut, dan
terbentuknya
gas berlebih
disaluran cerna
mulai dari
mulut sampai
anus
5. Monitor tanda-
tanda vital
6. Anjurkan
pasien untuk
melakukan
olahraga yang
adekuat

Implementasi dan evaluasi

Hari/ Jam Diagnose Implementasi Evaluasi (SOAP)


Tangga keperawatan
l
Senin, 08.00 Nyeri akut 1. Menentukan lokasi, Subyektif
6 April WIB berhubungan karakteritik, kualitas - Pasien
2020 dengan agens dan keparahan nyeri mengatakan
cedera fisik sebelum mengobati “Nyeri hilang
pasien timbul dengan
2. Mengecek perintah skala 5.”
pengobatan meliputi
obat, dosis, dan Obyektif
frekuensi obat - Suhu: 37,2o C,
analgesic yang Nadi: 88 x/mnt,
diresepkan TD: 114/65
3. Mengecek adanya mmHg, RR: 20
riwayat alergi obat x/mnt
4. Mengevaluasi - Terdapat nyeri
kemampuan pasien tekan pada perut
untuk berperan serta bagian kanan
dalam pemilihan bawah
analgesik, rute, dan - Mengalami
dosis dan distensi
keterlibatan pasien - Terdapat luka
sesuai kebutuhan post operasi
5. Memonitor tanda appendiktomi ±
vital sebelum dan 5 cm
setelah memberikan
analgesik Assessment
6. Memberikan - Nyeri akut
kebutuhan belum teratasi
kenyamanan dan
aktifitas lain yang Planning
dapat membantu Lanjutkan intervensi :
relaksasi untuk - Monitor TTV
memfasilitasi - Kaji tingkat
penurunan nyeri nyeri
7. Menyusun harapan - Manajemen
yang positif nyeri
mengenai keefektifan
analgesik untuk
mengoptimalkan
respon pasien
8. Mendokumentasikan
respon terhadap
analgesik dan adanya Mutia Shalihatunnisa
efek samping
9. Mengkolaborasikan
dengan dokter
apakah obat, dosis,
rute pemberian, atau
perubahan interval
dibutuhkan, buat
rekomendasi khusus
berdasarkan prinsip
analgesik
10. Memberikan
informasi mengenai
nyeri seperti
penyebab nyeri,
berapa lama nyeri
akan dirasakan, dan
antisipasi dari
ketidaknyamanan
akibat prosedur
11. Mengendalikan
faktor lingkungan
yang dapat
mempengaruhi
respon pasien
terhadap
ketidaknyamanan
12. Kurangi atau
eliminasi faktor-
faktor yang dapat
mencetuskan atau
meingkatkan nyeri
13. Mengajarkan prinsip-
prinsip manajemen
nyeri (misalnya
relaksasi atau
distraksi dan
sebagainya)
Senin, 12.00 Disfungsi 1. Memonitor bising Subyektif
6 April WIB motilitas usus - Pasien
2020 gastrointestinal 2. Melapor mengatakan
berhubungan peningkatakan “Tidak begitu
dengan infeksi frekuensi dana tau suka makan nasi,
bising usus bernada lebih suka
tinggi ngemil.”
3. Melapor
berkurangnya bising Obyektif
usus - Perut kembung,
4. Mengajarkan pasien peristaltik usus
mengenai makanan- 18x/menit
makanan tertentu - Terdapat luka
yang membantu post operasi
mendukung appendiktomi ±
keteraturan aktivitas 5 cm
usus - Leukosit :
5. Menjelaskan kepada 11,38
pasien bagaimana - Segmen :
terjadi perut 73,66
kembung dan cara - Kreatinin :
menguranginya 0,67
6. Mengajarkan pasien - GDS :
untuk menghindari 88
situasi yang - Limfosit :
menyebabkan 19,87
masuknya udara - Terpasang infus
berlebihan ke saluran rl 20tpm
cerna seperti - Cefotaxim inj
mengunyak permen 3x1gr
karet, minum- - Ketorolac 3x1
minuman bersoda, ampul (30mg)
makan dengan cepat,
menyedot air dengan Assessment
sedotan, mengunyah - Disfungsi
dengan mulut motilitas
terbuka atau gastrointestinal
berbicara ketika belum teratasi
mulut sedang penuh
7. Mengajarkan pasien Planning
untuk menghindari Lanjutkan intervensi
makanan yang tidak - Monitor bising
menyebabkan perut usus
kembung - Lapor
8. Memonitor rasa peningkatan
kembung, distensi ataupun
abdomen, kram penurunan bising
perut, dan usus
terbentuknya gas - Monitor rasa
berlebih disaluran kembung
cerna mulai dari - Ajarkan pasien
mulut sampai anus untuk
9. Memonitor tanda- menghindari
tanda vital makanan yang
10. Menganjurkan pasien menyebabkan
untuk melakukan perut kembung
olahraga yang
adekuat

Mutia Shalihatunnisa

Selasa, 10.00 Nyeri akut 1. Mengevaluasi Subyektif


7 April WIB berhubungan kemampuan pasien - Pasien
2020 dengan agens untuk berperan serta mengatakan
cedera fisik dalam pemilihan “Sudah
analgesik, rute, dan menerapkan
dosis dan relaksasi nafas
keterlibatan pasien dalam secara
sesuai kebutuhan mandiri ketika
2. Memonitor tanda nyeri timbul.”
vital sebelum dan
setelah memberikan Obyektif
analgesik - Suhu: 37,2o C,
3. Memberikan Nadi: 88 x/mnt,
kebutuhan TD: 120/75
kenyamanan dan mmHg, RR: 20
aktifitas lain yang x/mnt
dapat membantu - Terdapat nyeri
relaksasi untuk tekan pada perut
memfasilitasi bagian kanan
penurunan nyeri bawah
4. Mengendalikan - Wajah pasien
faktor lingkungan jauh lebih tenang
yang dapat ketika nyeri
mempengaruhi dating daripada
respon pasien sebelumnya
terhadap - Pasien mampu
ketidaknyamanan menerapkan
relaksasi secara
mandiri
Assessment
- Nyeri akut
belum teratasi

Planning
Lanjutkan intervensi
- Monitor TTV
- Kaji skala nyeri
- Manajemen
nyeri

Mutia Shalihatunnisa

Selasa, 13.00 Disfungsi 1. Memonitor bising Subyektif


7 April WIB motilitas usus - Pasien
2020 gastrointestinal 2. Melapor mengatakan
berhubungan peningkatakan “Perutnya sudah
dengan infeksi frekuensi dana tau agak enakan
bising usus bernada daripada
tinggi kemarin.”
3. Melapor
berkurangnya bising Obyektif
usus - Peristaltik usus
4. Mengevaluasi pasien 20x/menit
untuk cara - Terdapat luka
menghindari situasi post operasi
yang menyebabkan appendiktomi ±
masuknya udara 5 cm
berlebihan ke saluran - Terpasang infus
cerna rl 20tpm
5. Memonitor rasa
kembung, distensi Assesment
abdomen, kram - Disfungsi
perut, dan motilitas
terbentuknya gas gastrointestinal
berlebih disaluran belum teratasi
cerna mulai dari
mulut sampai anus Planning
6. Memonitor tanda- Lanjutkan intervensi
tanda vital - Monitor bising
7. Menganjurkan pasien usus
untuk melakukan - Lapor
olahraga yang peningkatan
adekuat ataupun
penurunan bising
usus
- Monitor rasa
kembung
Mutia
Shalihatunnisa

RINGKASAN JURNAL

1. Mengendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien


terhadap ketidaknyamanan
Apendisitis merupakan peradangan pada apendiks yang berbahaya jika tidak
ditangani dengan segera di mana terjadi infeksi berat yang bisa menyebabkan
pecahnya lumen usus. Apendisitis merupakan masalah yang serius yang harus
dicegah sedini mungkin dan salah satu cara untuk menyembuhkan apendisitis
adalah dengan apendiktomi atau bedah mayor pada apendiks. Tindakan operasi
pada pasien apendisitis banyak menimbulkan dampak biopsikososial spiritual,
salah satunya gangguan tidur yang dapat disebabkan oleh beberapa faktor,
misalnya nyeri pada luka post operasi, lingkungan yang kurang nyaman,
kecemasan karena rasa nyeri post operasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan antara nyeri, kecemasan dan lingkungan dengan kualitas
tidur pasien post operasi apendisitis. Penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif menggunakan desain deskriptif korelasi dengan pendekatan Cross
sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang berjumlah 54
orang yang diambil dengan menggunakan teknik Consecutive sampling. Penelitian
ini menggunakan uji ChiSquare. Beberapa teori menyebutkan bahwa terdapat
pengaruh antara lingkungan dengan kualitas tidur, namun pada hasil penelitian
didapatkan bahwa tidak ada hubungan antara lingkungan dengan kualitas tidur
pasien post operasi apendisitis. Hal ini terjadi karena dalam penelitian ini tidak
hanya meneliti tentang hubungan lingkungan saja melainkan meneliti tentang
hubungan nyeri dan kecemasan dengan kualitas tidur, sehingga peneliti berasumsi
bahwa responden tidak terlalu mementingkan lingkungan.

Sumber :
Indri, U. V., Karim, D., & Elita, V. (2014). Hubungan Antara Nyeri, Kecemasan
dan Lingkungan dengan Kualitas Tidur pada Pasien Post Operasi
Apendisitis. Jurnal Keperawatan.

2. Mengevaluasi pasien untuk cara menghindari situasi yang menyebabkan


masuknya udara berlebihan ke saluran cerna
Dalam masa pemulihan, peristaltik usus pasien post appendiktomi belum aktif
kembali secara normal. Karena keadaan tersebut, pasien dianjurkan untuk tidak
makan dan minum terlebih dahulu selama beberapa waktu hingga aktifasi usus
kembali seperti semula. Hal tersebut sering dikeluhkan oleh pasien post operasi.
Selain itu operasi pada organ abdomen tidak terkecuali appendiktomi dapat
menyebabkan ileus paralitik. Kondisi ini dapat menghambat atau menghentikan
kerja dari usus, menimbulkan rasa nyeri, mual, distensi abdomen, serta semakin
lama pasien harus dirawat di rumah sakit. Oleh karena itu diperlukan tindakan
yang dapat mempercepat kembalinya peristaltik usus pasien. Salah satu intervensi
yang dapat dilakukan adalah dengan mengunyah permen karet. penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh mengunyah permen karet terhadap
peristaltik usus pasien post appendiktomi. Desain penelitian yang digunakan
adalah pre test and post test design. Jumlah populasi 47 orang. Teknik sampling
yang digunakan pada penelitian ini adalah total sampling. Instrumen pada
penelitian ini adalah lembar checklist yang berisi tentang frekuensi peristaltik usus
pasien. Berdasarkan penelitian yang dilakukan didapatkan hasil ada pengaruh
mengunyah permen karet terhadap peristaltik usus pasien post appendiktomi.
Sumber :
Damayanti, G. E., & Syara, A. M. (2018). Pengaruh Mengunyah Permen Karet
terhadap Peristaltik Usus Pasien Post Appendiktomi. Jurnal
Keperawatan.

Hal baru yang didapatkan dari hasil membaca penelitian/jurnal :

Dari beberapa jurnal yang sudah dibaca, menambah wawasan dan pengetahuan yang baru,
yang sebenarnya tidak kita sadari bahwa banyak hal mempengaruhi pada suatu permasalahan.
Dengan adanya membaca jurnal, maka dari itu saya merasa ilmunya bertambah dan menjadi
gemar membaca daripada sebelumnya. Karena isinya yang menarik serta menambah banyak
hal yang belum saya ketahui sebelumnya. Intervensi yang dilakukan secara teori terkadang
tidak didapatkan di Pratik, begitupula sebaliknya. Maka dari itu, dengan adanya membaca
jurnal atau penelitian sebelumnya, maka teori-teori yang belum kita dapatkan diperkuliahan
bias kita pelajari secara mandiri.

Anda mungkin juga menyukai