Occipitofrontalis
(Bersama, M. Occipitofrontalis dan M. temporoparietalis disebut sebagai M. epicranius)
Venter frontalis : kulit alis mata dan glabella, membentuk sebuah lapisan otot bersama
Mm. Procerus, corrugator supercilii, depressor supercilii et orbicularis oculi
6. M. Orbicularis Oculi
1.
Nervus Olfaktorius (N I) Kerusakan saraf ini menyebabkan hilangnya penciuman (anosmia),
atau berkurangnya penciuman (hiposmia). Penderita anosmia kadang-kadang tidak menyadari bahwa
penciumannya terganggu, mereka mengeluh bahwa mereka tidak dapat lagi menikmati lezatnya
makanan. Biasanya kerusakan saraf ini disebabkan oleh kelainan disekitarnya. Bulbus olfaktorius dan
traktus olfaktorius dapat terganggu oleh tumor disekitarnya, misalnya meningioma. Tumor didasar
lobus frontal dapat menekan traktus olfaktorius. Tumor di alur olfaktorius atau di pinggir tulang
sfenoid, terutama meningioma, dapat menyebabkan Sindrom Foster Kennedy, yaitu ditandai oleh :
a.
Anosmia ipsilateral, karena tekanan langsung pada bulbus atau traktus olfaktorius. b.
Atrofi
optik ipsilateral, disebabkan oleh jejas pada saraf optik ipsilateral. c.
Sembab papil (papiledema)
kontralateral, karena peningkatan tekanan intracranial akibat tumor (lesi membutuhkan ruang).
Penyebab gangguan menghidu yang sering dijumpai : a.
Penyakit inflamasi akut atau kronis di
hidung perokok berat. b.
Trauma Kepala Mungkin disebabkan oleh robeknya filamen olfaktorius,
tidak jarang tempat yang terpukul di oksipital. Penyebab gangguan menghidu yang jarang dijumpai :
a.
Tumor intakranial yang menekan bulbus atau traktus olfaktorius. b.
Inflamasi selaput otak
yang kronik, misalnya oleh sifilis. 2.
Nervus Optikus (N II) Keluhan yang berhubungan dengan
gangguan nervus II adalah : ketajaman penglihatan berkurang, lapangan pandang (kampus
penglihatan) berkurang, ada bercak di dalam lapangan pandang yang tidak dapat dilihat (stokoma),
fotofobi yaitu mata mudah menjadi silau, takut akan cahaya dapat dijumpai pada penderita meningitis.
a.
Ketajaman penglihatan Bila terdapat gangguan ketajaman penglihatan (penurunan visus) perlu
diselidiki apakah gangguan ketajaman penglihatan ini disebabkan oleh kelainan oftalmologik (bukan
saraf), misalnya : kelainan kornea, uveitis, katarak, dan kelainan refraksi. b.
Lapangan pandang
Macam-macam kelainan bentuk lapangan pandang, misalnya : hemianopsia (heteronim) bitemporal
atau binasal yang disebabkan oleh lesi di khiasma optik, hemianopsia hormonim (kanan atau kiri)
yang disebabkan oleh lesi di traktus optik dan anopsia kuadran yang disebabkan oleh lesi di radiasi
optik atau korteks optik. Selain itu, perlu diperiksa apakah terdapat skotoma, yaitu bercak atau bidang
didalam kampus yang tidak dapat dilihat. Untuk memeriksa adanya skotoma dapat digunakan
kampimeter. Tempat serta ukuran skotoma dapat bermacam-macam. Skotoma yang terdapat di pusat
penglihatan (disebut juga skotoma sentral) disebabkan oleh gangguan di macula. Skotoma dapat pula
disebabkan oleh kelainan optik, bukan oleh kelainan saraf, misalnya : kelainan di media dan retina
mata. c.
Sembab papil Papil adalah tempat serabut nervus II memasuki mata. Sembab papil
dapat disebabkan oleh radang aktif atau oleh bendungan. 3.
Nervus Okulomotorius (N III)
Gangguan total pada N III, ditandai oleh : a.
Muskulus levator palpebrae lumpuh, mengakibatkan
ptosis. b.
Paralisis otot m. rektus superior, m. rektus internus, m. rektus inferior, dan m. oblikus
inferior. c.
Kelumpuhan saraf parasimpatis, yang menyebabkan pupil midriasis yang tidak
bereaksi terhadap cahaya dan konfergensi. Gangguan sebagian N III Pada parese N III yang
disebabkan oleh tekanan, maka yang terutama terkena adalah bagian pinggir dari N III yang
mengandung serabut saraf parasimpatis, maka terjadi gangguan pada reaksi pupil. Pada parese N II
yang disebabkan oleh gangguan aliran darah, bagian serabut N III yang terutama terkena adalah
yang letaknya ditengah, sehingga reaksi pupil tidak terganggu. 4.
Nervus Trokhlearis (N IV)
Kelumpuhan N IV tersendiri jarang dijumpai. Penyebab kelumpuhan N IV yang paling sering ialah
trauma, dan dapat juga pada dijumpai pada diabetes mellitus, namun tidak sesering parese N III. N IV
dapat mengalami lesi didalam orbita, dipuncak orbita, atau si sinus kavernosus. Kelumpuhan N IV
menyebabkan terjadinya diplopia (melihat ganda, melihat kembar) bila mata dilirikkan kea rah ini.
Penderitanya juga mengalami kesukaran bila naik atau turun tangga dan membaca buku karena