Anda di halaman 1dari 6

1. M.

Occipitofrontalis
(Bersama, M. Occipitofrontalis dan M. temporoparietalis disebut sebagai M. epicranius)

Persarafan : Nervus facialis (VII)


Origo :

Venter frontalis : kulit alis mata dan glabella, membentuk sebuah lapisan otot bersama
Mm. Procerus, corrugator supercilii, depressor supercilii et orbicularis oculi

Venter occipitalis : Linea nuchalis suprema

Insertio : Galea aponeurotica


Fungsi : Menggerakkan kulit kepala, menciptakan kerut miring di dahi
2. M. Temporoparietalis
Persarafan : Nervus facialis (VII)

Origo : Kulit temporal, fascia temporalis


Insertio : Galea aponeurotica
Fungsi : Menggerakkan kulit kepala.
3. M. Auricularis anterior
Persarafan : Nervus facialis (VII)

Origo : Fascia te4mporalis


Insertio : Spina helicis
Fungsi : Menggerakkan daun telinga ke depan dan ke atas
4. M. Auricularis Superior
Persarafan : Nervus facialis (VII)

Origo : Galea aponeurotica


Insertio : Bagian dorsocranial pangkal auricula
Fungsi : Menggerakkan daun telinga ke belakang dan ke atas
5. M. Auricularis Posterior
Persarafan : Nervus facialis (VII)

Origo : Processus mastoideus, tendo M. sternokleimastoideus


Insertio : Bagian dorsocranial pangkal auricula
Fungsi : Menggerakkan daun telinga ke belakang

6. M. Orbicularis Oculi

Persarafan : Nervus facialis (VII)


Origo : Pars orbitalis
ars nasalis ossis frontalis, Proc. frontalis maxillae, Lig. Palpebrae mediale
Pars Palpebralis : Lig. Palpebrale mediale, saccus lacrimalis
Pars Lacrimalis : Crista lacrimalis posterior of the Os lacrimale, saccus lacrimalis.
Insertio : Pars orbitalis : Lig. Palpebrale laterale, transisi menjadi suatu otot melingkar membentuk cincin di
lateral.
Pars palpebralis : Lig. palpebrale laterale
Pars lacrimalis : Canaliculi lacrimalis, tepi-tepi kelopak mata.
Fungsi : Menutup kelopak mata, menekan saccus lacrimalis, menggerakkan alis mata.
7. M. Depressor Supercilii

Persarafan : Nervus facialis (VII)


Origo : Pars nasalis ossis frontalis, punggung hidung.
Insertio : Sepertiga medial kulit alis mata
Fungsi : Menarik turun kulit dahi dan alis, menciptakan kerutan miring tepat di atas pangkal hidung.
8. M. Corrugator Supercilii
Persarafan : Nervus facialis (VII)
Origo : Pars nasalis ossis frontalis
Insertio : Sepertiga medial (lateral) kulit alis mata, galea aponeurotica
Fungsi : Menggerakan kulit dahi dan alis mata ke arah pangkal hidung, menciptakan kerut vertical tepat di atas
pangkal hidung.
9. M. Procerus
Persarafan : Nervus facialis (VII)
Origo : Os nasale, Cartilago nasi lateralis
Insertio : Kulit Glabella
Fungsi : Menarik turun kulit dahi dan alis mata
10. M. nasalis

Persarafan : Nervus facialis (VII)


Origo : Pars alaris : Jugum alveolare dentis incisivi lateralis
Pars transversa : Jugum alveolare dentis canini

Insertio : Pars alaris : ala nasi, pinggir cuping hidung


Pars transversa : Cartilago nasi lateralis, membran tendo dorsum nasi
Fungsi : Menggerakkan cupping hidung dan hidungnya sendiri
Pars alaris : membuka lebar lebar cuping hidung
Pars transversa : Mengecilkan lubang hidung
11. M. Depressor septi nasi
Persarafan : Nervus facialis (VII)
Origo : jugum alveolare dentis incisivi medialis
Insertio : cartilago alaris major, cartilago septi nasi
Fungsi : Menggerakkan cupping hidung dan hidungnya sendiri
12. M. Orbicularis Oris
Persarafan : Nervus facialis (VII)
Origo : Pars marginalis dan Pars labialis : sebelah lateral angulus oris
Insertio : Kulit bibir
Fungsi : Menutup bibir, sehingga juta menggerakkan cuping hidung, pipi dan juga kulit dagu
13. M. Buccinator
Persarafan : Nervus facialis (VII)
Origo : Bagian posterior Proc. alveolaris maxillae, Raphe pterygomandibularis, bagian posterior Proc.
alveolaris mandibulae
Insertio : Angulus oris, bibir atas dan bawah
Fungsi : Menegangkan bibir, meningkatkan tekanan intraoral )ketika meniup dan mengunyah)
14. M. Levatoor labii superioris
Persarafan : Nervus facialis (VII)
Origo : Margo infraorbitalis dan bagian Zygomaticus maxilla di dekatnya; berasal dari massa otot M. Orbicularis
oculi
Insertio : Bibir atas
Fungsi : Menarik bibir atas ke lateral dan atas
15. M. Depressor Labii inferioris
Persarafan : Nervus facialis (VII)
Origo : Basis mandibulae sebelah mendial foramen mentale
Insertio : Bibir bawah, dagu, serabut dalam ke mukosa
Fungsi : Menarik bibir bawah ke lateral dan bawah
16. M. Mentalis
Persarafan : Nervus facialis (VII)
Origo : Jugum Alveolare dentis incisivi lateralis bawah
Insertio : kulit dagu
Fungsi : Membentuk lekuk didagu, eversi bibir bawah (bersama dengan musculus orbicularis oris.
17. M. Transversus Menti
Persarafan : Nervus facialis (VII)
Origo : Cabang oblik dari M. mentalis
Insertio : kulit dagu
Fungsi : Menggerakkan kulit dagu
18. M. Depressor anguli oris
Persarafan : Nervus facialis (VII)
Origo : Basis mandibulae, tepat di bawah foramen mentale
Insertio : Bibir bawah, pipi disebelah lateral sudut mulut, bibir atas
Fungsi : Menarik sudut mulut ke bawah
19. M. Risorius
Persarafan : Nervus facialis (VII)
Origo : Fascia parotidea, Fascia messeterica
Insertio : Bibir atas, sudut mulut
Fungsi : Menarik sudut mulut ke lateral dan atas, membentuk lesung dipipi.
20. M. Levator Anguli Oris
Persarafan : Nervus facialis (VII)
Origo : Fossa canina maxillae
insertio : sudut mulut
Fungsi : Menarik sudut mulut ke arah medial dan atas
21. M. Zygomaticus Major
Persarafan : Nervus facialis (VII)

Origo : Os Zygomaticum di dekat sutura zygomaticotemporalis


insertio : bibir atas, sudut mulut
Fungsi : Menarik sudut mulut ke arah lateral dan atas
22. M. Zygomaticus Minor
Persarafan : Nervus facialis (VII)
Origo : Os Zygomaticum di dekat sutura zygomaticomaxillaris
insertio : bibir atas, sudut mulut
Fungsi : Menggerakkan bibir, cuping hidung, pipi dan kulit dagu, memperdalam sulcus nasolabialis.
23. M. Levator labii superioris alaeque nasi
Persarafan : Nervus facialis (VII)
Origo : Proc. frontalis maxillae; berasal dari massa otot M. orbicularis oculi
insertio : cuping hidung, sudut mulut, bibir atas, serabut dalam: bagian lateral dan posterior cuping hidung
Fungsi : Menggerakkan bibir, alae nasi, pipi dan kulit dagu
- See more at: http://www.fisioterapi.web.id/2011/03/anatomi-otot-otot-wajah.html#sthash.kY3iJXZ5.dpuf

1.
Nervus Olfaktorius (N I) Kerusakan saraf ini menyebabkan hilangnya penciuman (anosmia),
atau berkurangnya penciuman (hiposmia). Penderita anosmia kadang-kadang tidak menyadari bahwa
penciumannya terganggu, mereka mengeluh bahwa mereka tidak dapat lagi menikmati lezatnya
makanan. Biasanya kerusakan saraf ini disebabkan oleh kelainan disekitarnya. Bulbus olfaktorius dan
traktus olfaktorius dapat terganggu oleh tumor disekitarnya, misalnya meningioma. Tumor didasar
lobus frontal dapat menekan traktus olfaktorius. Tumor di alur olfaktorius atau di pinggir tulang
sfenoid, terutama meningioma, dapat menyebabkan Sindrom Foster Kennedy, yaitu ditandai oleh :
a.
Anosmia ipsilateral, karena tekanan langsung pada bulbus atau traktus olfaktorius. b.
Atrofi
optik ipsilateral, disebabkan oleh jejas pada saraf optik ipsilateral. c.
Sembab papil (papiledema)
kontralateral, karena peningkatan tekanan intracranial akibat tumor (lesi membutuhkan ruang).
Penyebab gangguan menghidu yang sering dijumpai : a.
Penyakit inflamasi akut atau kronis di
hidung perokok berat. b.
Trauma Kepala Mungkin disebabkan oleh robeknya filamen olfaktorius,
tidak jarang tempat yang terpukul di oksipital. Penyebab gangguan menghidu yang jarang dijumpai :
a.
Tumor intakranial yang menekan bulbus atau traktus olfaktorius. b.
Inflamasi selaput otak
yang kronik, misalnya oleh sifilis. 2.
Nervus Optikus (N II) Keluhan yang berhubungan dengan
gangguan nervus II adalah : ketajaman penglihatan berkurang, lapangan pandang (kampus
penglihatan) berkurang, ada bercak di dalam lapangan pandang yang tidak dapat dilihat (stokoma),
fotofobi yaitu mata mudah menjadi silau, takut akan cahaya dapat dijumpai pada penderita meningitis.
a.
Ketajaman penglihatan Bila terdapat gangguan ketajaman penglihatan (penurunan visus) perlu
diselidiki apakah gangguan ketajaman penglihatan ini disebabkan oleh kelainan oftalmologik (bukan
saraf), misalnya : kelainan kornea, uveitis, katarak, dan kelainan refraksi. b.
Lapangan pandang
Macam-macam kelainan bentuk lapangan pandang, misalnya : hemianopsia (heteronim) bitemporal
atau binasal yang disebabkan oleh lesi di khiasma optik, hemianopsia hormonim (kanan atau kiri)
yang disebabkan oleh lesi di traktus optik dan anopsia kuadran yang disebabkan oleh lesi di radiasi
optik atau korteks optik. Selain itu, perlu diperiksa apakah terdapat skotoma, yaitu bercak atau bidang
didalam kampus yang tidak dapat dilihat. Untuk memeriksa adanya skotoma dapat digunakan
kampimeter. Tempat serta ukuran skotoma dapat bermacam-macam. Skotoma yang terdapat di pusat
penglihatan (disebut juga skotoma sentral) disebabkan oleh gangguan di macula. Skotoma dapat pula
disebabkan oleh kelainan optik, bukan oleh kelainan saraf, misalnya : kelainan di media dan retina
mata. c.
Sembab papil Papil adalah tempat serabut nervus II memasuki mata. Sembab papil
dapat disebabkan oleh radang aktif atau oleh bendungan. 3.
Nervus Okulomotorius (N III)
Gangguan total pada N III, ditandai oleh : a.
Muskulus levator palpebrae lumpuh, mengakibatkan
ptosis. b.
Paralisis otot m. rektus superior, m. rektus internus, m. rektus inferior, dan m. oblikus
inferior. c.
Kelumpuhan saraf parasimpatis, yang menyebabkan pupil midriasis yang tidak
bereaksi terhadap cahaya dan konfergensi. Gangguan sebagian N III Pada parese N III yang
disebabkan oleh tekanan, maka yang terutama terkena adalah bagian pinggir dari N III yang
mengandung serabut saraf parasimpatis, maka terjadi gangguan pada reaksi pupil. Pada parese N II
yang disebabkan oleh gangguan aliran darah, bagian serabut N III yang terutama terkena adalah
yang letaknya ditengah, sehingga reaksi pupil tidak terganggu. 4.
Nervus Trokhlearis (N IV)
Kelumpuhan N IV tersendiri jarang dijumpai. Penyebab kelumpuhan N IV yang paling sering ialah
trauma, dan dapat juga pada dijumpai pada diabetes mellitus, namun tidak sesering parese N III. N IV
dapat mengalami lesi didalam orbita, dipuncak orbita, atau si sinus kavernosus. Kelumpuhan N IV
menyebabkan terjadinya diplopia (melihat ganda, melihat kembar) bila mata dilirikkan kea rah ini.
Penderitanya juga mengalami kesukaran bila naik atau turun tangga dan membaca buku karena

harus melirik kebawah. 5.


Nervus Abdusen (N VI) Kelumpuhan lesi N VI Lesi N VI melumpuhkan
otot rektus lateralis, jadi melirik kearah luar (lateral, temporal) terganggu pada mata yang terlibat,
yang mengakibatkan diplopia horizontal. Bila pasien melihat lurus ke depan, posisi mata yang terlibat
sedikit mengalami aduksi, disebabkan oleh aksi yang berlebihan dari otot rektus medialis yang tidak
terganggu. Penyebab gangguan N VI a.
Vaskuler (infark, arteritis, anerisma) b.
Trauma (fraktur
os petrosum) c.
Tekanan intra kranial tinggi d.
Mastoiditis e.
Meningitis f.
Sarkoidosis
g.
Glioma di pons Kelumpuhan otot mata multiple Kelumpuhan ini dapat juga disebabkan oleh
miastenia gravis, disamping parese otot penggerak bola mata dapat juga dijumpai ptosis. 6.
Nervus Trigeminus (N V) Keluhan yang terjadi sebagai akibat gangguan nervus V adalah : hipertesi
atau anastesi dimuka, parastesi, rasa nyeri yang kadang-kadang dapat hebat sekali dan datang
dalam bentuk serangan (tic douloureux), gangguan mengunyah, dan mulut tidak dapat dibuka lebar
(trismus). Trismus disebabkan oleh spasme tonik otot-otot mengunyah, misalnya pada tetanus. Bila
terdapat gangguan sensibilitas yang menyeluruh pada setengah wajah, menunjukkan adanya lesi di
ganglion Gasseri atau di akar serabut sensori sebelum memasuki pons. Bila gangguan sensibilitas di
wajah merupakan bagian dari hemihipestesia (hipestesia setengah badan), maka lesi berada pada
hubungan supranuklir, dari thalamus ke korteks sensori post sentralis. Bila rasa raba saja yang
terganggu, menunjukkan adanya lesi di nucleus induk somatosensorik di pons. Bila rasa nyeri dan
rasa suhu yang terganggu, menunjukkan adanya lesi di traktus desendens (serabut yang menuju
nucleus spinal) nervus V. (Sumber : Buku Neurologi Klinik, Prof.Dr.dr. S.M. Lumbantobing)
Copy the BEST Traders and Make Money : http://bit.ly/fxzulu

Anda mungkin juga menyukai