Anda di halaman 1dari 18

MUSKULUS WAJAH

http://www.infofisioterapi.com/anatomi-otot-otot-wajah.html 1.depressor supercilii et orbicularis oculi


Venter occipitalis : Linea nuchalis suprema Insertio : Galea aponeurotica Fungsi : Menggerakkan kulit kepala, menciptakan kerut miring di dahi

2. M. Temporoparietalis Persarafan : Nervus facialis (VII) Origo : Kulit temporal, fascia temporalis Insertio : Galea aponeurotica Fungsi : Menggerakkan kulit kepala. 3. M. Auricularis anterior Persarafan : Nervus facialis (VII) Origo : Fascia te4mporalis Insertio : Spina helicis Fungsi : Menggerakkan daun telinga ke depan dan ke atas 4. M. Auricularis Superior Persarafan : Nervus facialis (VII) Origo : Galea aponeurotica Insertio : Bagian dorsocranial pangkal auricula Fungsi : Menggerakkan daun telinga ke belakang dan ke atas 5. M. Auricularis Posterior Persarafan : Nervus facialis (VII) Origo : Processus mastoideus, tendo M. sternokleimastoideus Insertio : Bagian dorsocranial pangkal auricula Fungsi : Menggerakkan daun telinga ke belakang 6. M. Orbicularis Oculi Persarafan : Nervus facialis (VII)

Origo : Pars orbitalis ars nasalis ossis frontalis, Proc. frontalis maxillae, Lig. Palpebrae mediale Pars Palpebralis : Lig. Palpebrale mediale, saccus lacrimalis Pars Lacrimalis : Crista lacrimalis posterior of the Os lacrimale, saccus lacrimalis. Insertio : Pars orbitalis : Lig. Palpebrale laterale, transisi menjadi suatu otot melingkar membentuk cincin di lateral. Pars palpebralis : Lig. palpebrale laterale Pars lacrimalis : Canaliculi lacrimalis, tepi-tepi kelopak mata. Fungsi : Menutup kelopak mata, menekan saccus lacrimalis, menggerakkan alis mata. 7. M. Depressor Supercilii Persarafan : Nervus facialis (VII) Origo : Pars nasalis ossis frontalis, punggung hidung. Insertio : Sepertiga medial kulit alis mata Fungsi : Menarik turun kulit dahi dan alis, menciptakan kerutan miring tepat di atas pangkal hidung. 8. M. Corrugator Supercilii Persarafan : Nervus facialis (VII) Origo : Pars nasalis ossis frontalis Insertio : Sepertiga medial (lateral) kulit alis mata, galea aponeurotica Fungsi : Menggerakan kulit dahi dan alis mata ke arah pangkal hidung, menciptakan kerut vertical tepat di atas pangkal hidung. 9. M. Procerus Persarafan : Nervus facialis (VII) Origo : Os nasale, Cartilago nasi lateralis Insertio : Kulit Glabella Fungsi : Menarik turun kulit dahi dan alis mata 10. M. nasalis Persarafan : Nervus facialis (VII) Origo : Pars alaris : Jugum alveolare dentis incisivi lateralis Pars transversa : Jugum alveolare dentis canini Insertio : Pars alaris : ala nasi, pinggir cuping hidung Pars transversa : Cartilago nasi lateralis, membran tendo dorsum nasi

Fungsi : Menggerakkan cupping hidung dan hidungnya sendiri Pars alaris : membuka lebar lebar cuping hidung Pars transversa : Mengecilkan lubang hidung 11. M. Depressor septi nasi Persarafan : Nervus facialis (VII) Origo : jugum alveolare dentis incisivi medialis Insertio : cartilago alaris major, cartilago septi nasi Fungsi : Menggerakkan cupping hidung dan hidungnya sendiri 12. M. Orbicularis Oris Persarafan : Nervus facialis (VII) Origo : Pars marginalis dan Pars labialis : sebelah lateral angulus oris Insertio : Kulit bibir Fungsi : Menutup bibir, sehingga juta menggerakkan cuping hidung, pipi dan juga kulit dagu 13. M. Buccinator Persarafan : Nervus facialis (VII) Origo : Bagian posterior Proc. alveolaris maxillae, Raphe pterygomandibularis, bagian posterior Proc. alveolaris mandibulae Insertio : Angulus oris, bibir atas dan bawah Fungsi : Menegangkan bibir, meningkatkan tekanan intraoral )ketika meniup dan mengunyah) 14. M. Levatoor labii superioris Persarafan : Nervus facialis (VII) Origo : Margo infraorbitalis dan bagian Zygomaticus maxilla di dekatnya; berasal dari massa otot M. Orbicularis oculi Insertio : Bibir atas Fungsi : Menarik bibir atas ke lateral dan atas 15. M. Depressor Labii inferioris Persarafan : Nervus facialis (VII) Origo : Basis mandibulae sebelah mendial foramen mentale Insertio : Bibir bawah, dagu, serabut dalam ke mukosa Fungsi : Menarik bibir bawah ke lateral dan bawah

16. M. Mentalis Persarafan : Nervus facialis (VII) Origo : Jugum Alveolare dentis incisivi lateralis bawah Insertio : kulit dagu Fungsi : Membentuk lekuk didagu, eversi bibir bawah (bersama dengan musculus orbicularis oris. 17. M. Transversus Menti Persarafan : Nervus facialis (VII) Origo : Cabang oblik dari M. mentalis Insertio : kulit dagu Fungsi : Menggerakkan kulit dagu 18. M. Depressor anguli oris Persarafan : Nervus facialis (VII) Origo : Basis mandibulae, tepat di bawah foramen mentale Insertio : Bibir bawah, pipi disebelah lateral sudut mulut, bibir atas Fungsi : Menarik sudut mulut ke bawah 19. M. Risorius Persarafan : Nervus facialis (VII) Origo : Fascia parotidea, Fascia messeterica Insertio : Bibir atas, sudut mulut Fungsi : Menarik sudut mulut ke lateral dan atas, membentuk lesung dipipi. 20. M. Levator Anguli Oris Persarafan : Nervus facialis (VII) Origo : Fossa canina maxillae insertio : sudut mulut Fungsi : Menarik sudut mulut ke arah medial dan atas 21. M. Zygomaticus Major Persarafan : Nervus facialis (VII) Origo : Os Zygomaticum di dekat sutura zygomaticotemporalis

insertio : bibir atas, sudut mulut Fungsi : Menarik sudut mulut ke arah lateral dan atas 22. M. Zygomaticus Minor Persarafan : Nervus facialis (VII) Origo : Os Zygomaticum di dekat sutura zygomaticomaxillaris insertio : bibir atas, sudut mulut Fungsi : Menggerakkan bibir, cuping hidung, pipi dan kulit dagu, memperdalam sulcus nasolabialis. 23. M. Levator labii superioris alaeque nasi Persarafan : Nervus facialis (VII) Origo : Proc. frontalis maxillae; berasal dari massa otot M. orbicularis oculi insertio : cuping hidung, sudut mulut, bibir atas, serabut dalam: bagian lateral dan posterior cuping hidung Fungsi : Menggerakkan bibir, alae nasi, pipi dan kulit dagu

NERVUS TRIGERMINAL
http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2010/07/10/apa-itu-neuralgia-trigeminal/

ANATOMI NERVUS TRIGEMINUS Nervus Trigeminus merupakan nervus cranialis yang terbesar dan melayani arcus branchialis pertama. Nervus ini mengandung seratserat branchiomotorik dan aferen somatik umum (yang terdiri atas komponen ekteroseptif dan komponen proprioseptif), dengan nuclei sebagai berikut :
a. Nucleus Motorius Nervi Trigemini Dari Nucleus ini keluar serat-serat branchiomotorik yang berjalan langsung ke arah ventrolateral menyilang serat-serat pedunculus cerebellaris medius (fibrae pontocerebellares) dan pada akhirnya akan melayani m. Masticatores melalui rami motori nervi mandibularis dan m. Tensor Veli Palatini serta m. Mylohyoideus. b. Nucleus Pontius, Nervi Trigemini dan Nucleus Spinalis Nervi Trigemini Kedua Nucleus ini menerima impuls-impuls eksteroseptif dari daerah muka dan daerah calvaria bagian ventral sampai vertex.

Di antara kedua nucleus di atas terdapat perbedaan fungsional yang penting : di dalam nucleus Pontius berakhir serat-serat aferan N. V yang relatif kasar, yang mengantarkan impuls-impuls rasa raba, sedangkan nucleus spinalis N. V terdiri atas sel-sel neuron kecil dan menerima serat-serat N. V yang halus yang mengantarkan impuls-impuls eksteroseptif nyeri dan suhu. FISIOLOGI NERVUS TRIGEMINUS Fungsi nervus Trigeminus dapat dinilai melalui pemeriksaan rasa suhu, nyeri dan raba pada daerah inervasi N. V (daerah muka dan bagian ventral calvaria), pemeriksaan refleks kornea, dan pemeriksaan fungsi otot-otot pengunyah. Fungsi otot pengunyah dapat diperiksa, misalnya dengan menyuruh penderita menutup kedua rahangnya dengan rapat, sehingga gigi-gigi pada rahang bawah menekan pada gigi-gigi rahang atas, sementara m. Masseter dan m. Temporalis dapat dipalpasi dengan mudah. Pada kerusakan unilateral neuron motor atas, mm. Masticatores tidak mngelami gangguan fungsi, oleh karena nucleus motorius N. V menerima fibrae corticonucleares dari kedua belah cortex cerebri. Sebagai tambahan terhadap fungsi cutaneus, cabang maxillaris dan mandibularis penting pada kedokteran gigi. Nervus maxillaris memberikan inervasi sensorik ke gigi maxillaris, palatum, dan gingiva. Cabang mandibularis memberikan persarafan sensorik ke gigi mandibularis, lidah, dan gingiva. Variasi nervus yang memberikan persarafan ke gigi diteruskan ke alveolaris, ke soket di mana gigi tersebut berasal nervus alveolaris superior ke gigi maxillaris berasal dari cabang maxillaris nervus trigeminus. Nervus alveolaris inferior ke gigi mandibularis berasal dari cabang mandibularis nervus trigeminus.

http://kabarindonesia.com/berita.php?pil=3&dn=20080414210453 NUCLEUS-NUCLEUS N.TRIGEMINUS : Nucleus sensoris Messencephalic Nucleus Merupakan pita sel-sel unipolar yang terletak di samping akuaductus dan batas rostal dari ventrikel IV. Processus-processus peripernya memberi serabut-serabut sensori untuk muscle, spindless, sedangkan processus centralnya berjalan dalam tiga arah yaitu ke supratrigeminal nucleus, cerebellum dan, talangus kontralatral. Pontis Nucleus Menerima informasi taktil dari kulit wajah. Nucleus ini merupakan persamaan dari Nuc. Gracilis dan cuneatus di medulla dan terutama memproekksikan ke lemniscus tregminal kontralatral. Spinal nucleus

Terletak di sepanjang modulla oblongata dan dibagi dalam tiga bagian yaitu : pars oralis, pars intropolaris dan pars caudalis. Nucleus Motoris Nuc. Motoris nervus trigeminus yang terletak di tegmentum pontis, di sebelah ventromedial bracium konjunctivum. Serabut motoris keluar dari sisi lateral pons (patriominor) yang mengikuti cabang ketiga N.V. 3 Ganglion Trigeminal Ganglion semilunare Gasseri terletak dalam cavum trigminale, bagian durameter yang menutupi impressio trigminale, sebelah anterior pars petrosaos temoralis. Ganglion ini berbentuk bulan sabit dengan konveksitasnya menghadap ke depan lateral, permukaannya ditutupi oleh anyaman serabut saraf. Pars petrosa acatoris interna terdapat di sebelah depan medial dan dibatasi oleh lempeng tulang tipis. Di sebelah inferiornya terdapat radiks motoris n.petrosus major, apek pars petrosa os temporalis dan foramen lacerum. Ganglioan ini menerima serabut simpatis dari pleksus carotikus internus dan memberikan percabangan ke tentorum cerebelli. 3 Cabang-cabang N.trigminus berhubungan erat dengan empat ganglion parasimpatis di kepala, namun saraf ini tidak mengandung serabut parasimpatis. Ganglion Semilunare Gasseri mempunyai kemampuan untuk mengadakan modulasi impuls-impuls afferan. 3 N.trigminus muncul di fossa posterior, namun ganglionnya terletak di fossa media. Badan sel di ganglion Gasseri tersusun secara somatotropik dari medial ke lateral, sel-sel untuk N.V1 terletak di anteromedial, N.V3 di posterolateral, sedangkan N.V2 diantaranya. 3 Cabang-cabang N.Trigeminus : Nervus Opthalmicus Saraf ini merupakan cabang pertama bersifat sensoris yang pempersarafi bulbus, glandula lacrimalis, conjuntiva, mukasovakum nasi, kulit hidung, palpebra, dahi, kulit kepala. Membentang ke ventral didinding sinus lateral cavernosus dibawah n.okulamotorius dan troghlearis. Menerima serabut simpatis dari pleksus corotikus internus serta memberikan cabang romus tentorii/ meningeus. Sebelum memasuki fissura orbitaris. 3

Superior bercabang menjadi : 1. N.lakrimalis; cabang terkecil memasuki orbita melalui tepi lateral fissura orbitalis superior, membentang pada tepi atas m.rectus lateralis bersama-sama a.lakrimalis. Menerima r.zygomatikus n.maksilaris mengandung serabut sekretori untuk glandula lakrimalis. 2. N.frontalis; memasuki rongga orbita melalui bagian FOS terletak diatas otot dan membentang diantara m.levator palpebra superior dan peiosteum. Pada pertengahan orbita bercabang dua menjadi n.supratroclearis dan n.supraorbitalis. 3. N.nasosiliaris; masuk orbita melalui bagian medial FOS, menyilang n.optikus menuju dinding medial orbita dan selanjutnya sebagai n.ethmoidalis anterior, masuk kedalam cavum cranii melalui foremen ethmoidalis anterior, berjalan diatas lamina kribosa dan turun ke cavum nasi melalui celah disisi crista gali. N.nasosiliaris menerima r.komunikan ganglion siliaris dan mempercabangkan n.siliaris longus, n.infratrochlearis dan n.ethmoidalis posterior. 3 Nervus Maksilaris Dari ganglion trigeminal divisi ini berjalan kedepan pada dinding lateral sinus cavernosus dibawah N.VI, dan meninggalkan fossa crani melalui foramen rotundum dan memasuki bagian superior dari fossa pterygopalatina. Sesudah memutari sisi lateral processus orbitalis dari os platina, memasuki orbital melalui fissura orbitalis inferior. Berjalan kedepan pada sulcus infraorbitali pada orbital floor dan berubah nama menjadi n.infraobita. selanjutnya memasuki canalis dan keluar pada pipi melalui foramen infraorbitalis untuk mempersarafi kulit palpebra inferior, kulit sisi hidung dan pipi, bibir atas dan mucosa bibir atas dan pipi. 3 Cabang-cabang N.maksilaris : - Pada fossa crani media : cabang meningeal. - Pada fossa pterygopalatina : Cabang langsung : - Cabang keganglion pterygopalatina - N.zygomatikus - N.alveolaris superrior posterior

Cabang tidak langsung melalui gang lion pterygopalatina : - Cabang nasal - Cabang platina - Cabang pharyngeal Pada canalis infraorbitalis : - N.alveolaris superior media - N.alveolaris superior anterior Pada wajah: - Cabang palpebra - Cabang nasal - Cabang labia. 3 Nervus mandibularis Divisi ini merupakan divisi yang terbesar. Dibentuk pada fossa

infratempolar tepat dibawah foramen ovale oleh gabungan motor root N.V dengan sensory root V3. Nervus ini segera mempercabangkan dua cabang kecil : cabang meningea (n.spinosus) dan nervus untuk m.pterygoid media, kemudian terbagi dua menjadi divisi anterior dan posterior, dari divisi posterior keluar N.buccalis dan nervus untuk M.masetter, m.pterygoid lateral dan dua dee tempotal nervus. Nervus spinosus melewati foramen spinosus untuk mencapai dasar fossa crani media untuk mempersarafi durameter pada fossa anterior dan media serta membran mucosa cellulae mastoid. 3 Pemeriksaan fungsi Nervus Trigeminus 1. Pemeriksaan fungsi metorik 2. Pemeriksaan fungsi sensorik 3. Pemeriksaan refleks trigeminal yang ttd. ! Reflek cornea ! Reflek lakrimasi ! Reflek bersin / nasal bechterew ! Reflek jaw jerk Syndroma yangb berhubungan dengan Nervus Triggeminus 1. Trigeminal neuralgia

2. Syndroma charlin 3. Syndroma gradenigo 4. Syndroma bing-horton/ erythropsolopalgia. 3

Gambar : Nervus trigeminus dan percabangannya Fisiologi Nervus Trigeminus memiliki fungsi motor somatik, proprioseptik, dan sensory cutaneus. Saraf ini memberikan inervasi motorik ke muskulus mastikator, motorik muskulus telinga tengah, muskulus juga
2,3

palatinus,

dan

otot

kerongkongan. Sebagai tambahan, proprioseptif berhubungan dengan fungsi somatic. Nervus trigeminus memberikan rangsangan proprioseptik ke sendi temporomandibular. Kerusakan pada nervus trigeminus akan menyebabkan kesulitan mengunyah.

Nervus trigeminus memiliki fungsi sensorik umum yang terbesar dari seluruh nervus cranialis dan satu-satunya saraf kranial yang termasuk dalam inervasi sensory cutaneus. Seluruh saraf cutaneus lainnya berasal dari saraf spinal. Trigeminal berarti kembar tiga dan distribusi ketiga cabang nervus ini di wajah dibagi atas tiga area. Ketiga cabang tersebut adalah ophtahlmicus, maxillaries, dan mandibularis yang berasal langsung dari ganglion trigeminus. Ia memberikan pelayanan dengan fungsi yang sama sebagai ganglia dorsalis dari nervus spinalis.
2,3

Sebagai tambahan terhadap fungsi cutaneus, cabang maxillaris dan mandibularis penting pada kedokteran gigi. Nervus maxillaris memberikan inervasi sensorik ke gigi maxillaris, palatum, dan gingiva. Cabang mandibularis

memberikan persarafan sensorik ke gigi mandibularis, lidah, dan gingiva.. Variasi nervus yang memberikan persarafan ke gigi diteruskan ke alveolaris, ke soket di mana gigi tersebut berasal nervus alveolaris superior ke gigi maxillaris berasal dari cabang maxillaris nervus trigeminus. Nervus alveolaris inferior ke gigi mandibularis berasal dari cabang mandibularis nervus trigeminus.
3

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1961/1/bedah-iskandar%20japardi62.pdf

NERVUS FACIALIS Dr. ISKANDAR JAPARDI Bagian Bedah Fakulats Kedokteran Universitas sumatera utara Pendahuluan Nervus facialis sebenarnya terdiri dari serabut motorik, tetapi dalam perjalananya ke tepi nervuls intermedius menggabungkan padanya. Nervus intermedius tersusun oleh serabut sekretomotorik untuk glandula salivatorius dan serabut yang menghantarkan impuls pengecap dari 2/3 bagian deran lidah. Nervus facialis merupakan saraf cranial yang mempersarafi otot ekspressi wajah dan menerima sensorik dari lidah, dalam perjalanannya bekerja sama dengan nervus karnialis yang lain, karena itu dimasukkan ke dalam mix cranial nerve. Anatomi Nervus Pacialis mempunyai empat buah inti yaitu : Nukleus Facialis untuk saraf Somatomotoris Nukleus Salivatorius Superior untuk saraf Viseromotoris Nukleus Solitarius Untuk saraf Viserosensoris NukleuS Sensoris Trigeminus untuk saraf Somatosensoris Inti moturik Nervus Facialis terletak pada bagian ventolateral tegmentum Pons bagian bawah. Dari sini berjalan kebelakang dan mengelilingi inti N VI dan membentuk genu internal nervus facialis, kemudian berjalan ke bagian-lateral batas kaudal pons pada sudut ponto serebelar. Saraf Inter Medius terletak pada bagian diantara N VII dan N VIII. Serabut motorik saraf Facialis bersama-sama dengan saraf intermedius dan saraf vestibulokoklearis memasuki meatus akustikus internus untuk meneruskan perjalanannya didalam os petrosus (kanalis facialis). Nernus Facialis keluar dari os petrosus kembali dan tiba dikavum timpani. Kemudian turun dan sedikit membelok kebelakang dan keluar dari tulang tengkorak melalui foramen stilomatoideus. Pada waktu ia turun ke bawah dan membelok ke belakang kavum timpani di situ ia tergabung dengan ganglion genikulatum. Ganglion tersebut merupakan set induk dari serabut penghantar impuls pengecap, yang dinamakan korda timpani. juluran sel-sel tersebut yang menuju ke batang otak adalah nervus intennedius, disamping itu ganglion tersebut memberikan cabang-cabang kepada ganglion lain yang menghantarkan impuls sekretomotorik. Os petrosus yang mengandung nervus fasialis dinamakan akuaduktus fallopii atau kanalis facialis. Disitu nervus facialis memberikan. Cabang untuk muskulus stapedius dan lebih jauh sedikit ia menerima serabut-serabut korda timpani. Melalui kanaliskulus anterior ia keluar dari tulang tengkorak dan tiba di bawah muskulus pterigoideus eksternus, korda timpani menggabungkan diri pada nervus lingualis yang merupakan cabang dari nevus mandibularis.

Sebagai saraf motorik nervus facialis keluar dari foramen stilomastoideus memberikan Cabang yakni nervus auricularis posterior dan kemudian memberikan cabang ke otot stilomastoideus sebelum masuk ke glandula Parotis. Di dalam glatldula parotis nervus facialis dibagi atas lima jalur percabangannya yakni temporal, servical, bukal, zygomatic dan marginal mandibularis. Jaras parasimpatis (General Viceral Efferant) dari intinya di nucleus salivatorius superior setelah mengikuti jaras N VII berjalan melalui Greater petrosal nerve dan chorda Tympatni. Greater petrosal nerve berjalan ke ganglion pterygopalatina berganti neuron lalu mempersarafi glandula lakrimal, nasal dan palatal. Chorda tympani berjalan melalui nervus lingualis berganti neuron mempersarafi glandula sublingual dan glatldula submandibular. Jaras Special Afferent ( Taste) : dari intinya nukeus solitarius berjalan melalui nervus intennedius ke : Greater petrosal Nerve melalui nervus palatina mempersarafi taste dari palatum. Chorda Tympani melalui nervus lingualis mempersarafi taste 2/3 bagian depan lidah 2004 Digitized by USU digital library 1 . Jaras General Somatik different : Nukleus spinalis traktus trigeminal menerima impuls melalui nervus intermedius dari MAE dan kulit sekitar telinga. Korteks serebri akan memberikan persaratan bilateral pada nucleus N VII yang mengontrol otot dahi, tetapi hanya mernberi persarafan kontra lateral pada otot wajah bagian bawah. Sehingga pada lesi LMN akan menimbulkan paralysis otot wajah ipsilateral bagian atas bawah, sedangkan pada lesi LMN akan menimbulkan kelemahan otot wajah sisi kontta lateral. Pada kerusakan sebab apapun di jaras kortikobulbar atau bagian bawah korteks motorik primer, otot wajah muka sisi kontralateral akan memperlihatkan kelumpuhan jenis UMN. Ini berarti otot wajah bagian bawah lebih jelas lumpuh dari pada bagian atasnya, sudut mulut sisi yang lumpuh tampak lebih rendah. Jika kedua sudut mulut disuruh diangkat maka sudut mulut yang sehat saja yang dapat terangkat. Lesi LMN : bisa terletak di pons, disudut serebelo pontin, di os petrusus, cavum tympani di foramen stilemastoideus dan pada cabang-cabang tepi nervus facialis. Lesi di pon yang terletak disekitar ini nervus abducens bisa merusak akar nevus facialis, inti nervus abducens dan fasikulus longitudinalis medialis. Karena itu paralysis facialis LMN tersebut akan disertai kelumpuhan rektus lateris atau gerakan melirik ke arah lesi, Proses patologi di sekitar meatus akuatikus intemus akan melibatkan nervus facialis dan akustikus sehingga paralysis facialis LMN akan timbul berbarengan dengan tuli perseptif ipsilateral dan ageusia ( tidak bisa rnengecap dengan 2/3 bagian depan lidah). 2004 Digitized by USU digital library 22004 Digitized by USU digital library 3

KEPUSTAKAAN De Jong's, The Neurologic Examinition -The facial Nerve 5 th ed, page: 181 200 Netter F.H : The Ciba Collection of Medical Collection, vol 1, Nervous Systems, Part II, Neurologic and Neuromusculer Disorders, Ciba Geigy, USA,1986, page: 102 104 Duus, Peter, Topical Diagnosis In Neurology, Georg Thieme Verlag Stutt, Ed II 1989, page: 107 112 Sami, M, Draft, W, Surgery Of Skull Base, Springer Verlag 1989, page: 81 -83 2004 Digitized by USU digital library 4

ANATOMI NERVUS FASIALIS


http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/cdk_059_tanaman_obat_%28ii%29.PDF

N. fasialis bersifat somato-motorik, visero-motorik dan somato-sensorik. Intl it fasialis terletak pada batang otak, menerima impuls dari girus presentralis korteks motorik homolateral untuk otot-otot wajah bagian atas dan kontralateral untuk otot-otot wajah bagian bawah (gambar 1). Serabut n. fasialis meninggalkan batang otak bersama n. oktavus dan n. intermedius masuk ke dalam os petrosum melalui meatus akustikus internus, tiba di kavum timpani untuk bergabung dengan ggl. genikulatum sebagai induk sel pengecap 2/3 bagian depan lidah. Dari ganglion ini, n. fasialis memberi cabangnya ke ggl. otikum dan ggl. pterigopalatinum yang menghantarkan impuls sekreto-motorik untuk kelenjar salivarius dan kelenjar lakrimalis (Gambar 2). N. fasialis keluar dari tengkorak melalui foramen stilomastoideum memberikan cabangnya untuk mempersarafi otot-otot wajah mulai dari m. frontalis sampai dengan m. platisma(4,9).

BELLS PALSY
PENDAHULUAN Bell's Palsy (BP) ialah suatu kelumpuhan akut n. fasialis perifer yang tidak diketahui sebabnya. Sir Charles Bell (1821) adalah orang yang pertama meneliti beberapa penderita dengan wajah asimetrik, sejak itu semua kelumpuhan n. fasialis perifer yang tidak diketahui sebabnya disebut Bell's palsy(1,2). Pengamatan klinik, pemeriksaan neurologik, laboratorium dan patologi anatomi menunjukkan bahwa BP bukan penyakit tersendiri tetapi berhubungan erat dengan banyak faktor dan sering merupakan gejala penyakit lain(3). Penyakit ini lebih sering ditemukan pada usia dewasa, jarang pada anak di bawah umur 2 tahun. Biasanya didahului oleh infeksi saluran napas bagian atas yang erat hubungannya dengan cuaca dingin(1,4). Diagnosis BP dapat ditegakkan dengan adanya kelumpuhan n. fasialis perifer diikuti pemeriksaan untuk menyingkirkan penyebab lain kelumpuhan n. fasialis perifer. INSIDENS Prevalensi BP di beberapa negara cukup tinggi. Di Inggris dan Amerika berturut-turut 22,4 dan 22,8 penderita per 100,000 penduduk per tahun (dikutip dari 5). Di Belanda (1987) 1 penderita per 5000 orang dewasa & 1 penderita per 20,000 anak per tahun(6). BP pada orang dewasa lebih banyak dijumpai pada pria, sedangkan pada anak tidak terdauat perbedaan yang menyolok antara kedua jenis kelamin(1,6). ETIOLOGI(2) Kausa kelumpuhan n. fasialis perifer sampai sekarang belum diketahui secara pasti. Umumnya dapat dikelompokkan sbb. I) Kongenital 1. anomali kongenital (sindroma Moebius) 2. trauma lahir (fraktur tengkorak, perdarahan intrakranial .dll.) II) Didapat 1. trauma 2. penyakit tulang tengkorak (osteomielitis) 3. proses intrakranial (tumor, radang, perdarahan dll.) 4. proses di leher yang menekan daerah prosesus stilomastoi deus) 5. infeksi tempat lain (otitis media, herpes zoster dll.) 6. sindroma paralisis n. fasialis familial Faktor-faktor yang diduga berperan menyebabkan BP antara lain : sesudah bepergian jauh dengan kendaraan, tidur di tempat terbuka, tidur di lantai, hipertensi, stres, hiperkolesterolemi, diabetes mellitus, penyakit vaskuler, gangguan imunologik dan faktor genetik(1,8). PATOGENESIS DAN PATOLOGI Hingga kini belum ada pesesuaian pendapat. Teori yang dianut saat ini yaitu teori vaskuler. Pada BP terjadi iskemi primer n. fasialis yang disebabkan oleh vasodilatasi pembuluh darah yang terletak antara n. fasialis dan dinding kanalis fasialis. Sebab vasodilatasi ini bermacam-macam, antara lain : infeksi virus, proses imunologik dll. Iskemi primer yang terjadi menyebabkan gangguan mikrosirkulasi intraneural yang menimbulkan iskemi sekunder dengan akibat gangguan fungsi n. fasialis(5,6). Terjepitnya n. fasialis di daerah foramen stilomastoideus pada BP bersifat akut oleh karena foramen stilomastoideus merupakan Neuron Lesion bangunan tulang keras(9). Perubahan patologik yang ditemukan pada n. fasialis sbb. :

1) Tidak ditemukan perubahan patologik kecuali udem 2) Terdapat demielinisasi atau degenerasi mielin. 3) Terdapat degenerasi akson 4) Seluruh jaringan saraf dan jaringan penunjang rusak Perubahan patologik ini bergantung kepada beratnya kompresi atau strangulasi terhadap n. fasialis(5). GEJALA KLINIK Manifestasi klinik BP khas dengan memperhatikan riwayat penyakit dan gejala kelumpuhan yang timbul. Pada anak 73% didahului infeksi saluran napas bagian atas yang erat hubungannya dengan cuaca dingin(1,4). Perasaan nyeri, pegal, linu dan rasa tidak enak pada telinga atau sekitamya sering merupakan gejala awal yang segera diikuti oleh gejala kelumpuhan otot wajah berupa : Dahi tidak dapat dikerutkan atau lipat dahi hanya terlihat pada sisi yang sehat. Kelopak mata tidak dapat menutupi bola mata pada sisi yang lumpuh (lagophthalmus). Gerakan bola mata pada sisi yang lumpuh lambat, disertai bola mata berputar ke atas bila memejamkan mata, fenomena ini disebut Bell's sign Sudut mulut tidak dapat diangkat, lipat nasolabialis mendatar pada sisi yang lumpuh dan mencong ke sisi yang sehat. Selain gejala-gejala diatas, dapat juga ditemukan gejala lain yang menyertai antara lain : gangguan fungsi pengecap, hiperakusis dan gangguan lakrimasi(1,4,7,8,9). DIAGNOSIS Umumnya diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinik adanya kelumpuhan n. fasialis perifer diikuti pemeriksaan untuk menyingkirkan penyebab lain dad kelumpuhan n. fasialis perifer(1,10,11). Beberapa pemeriksaan penunjang yang penting untuk menentukan letak lesi dan derajat kerusakan n. fasialis sbb.(2,3,6) : 1) Uji kepekaan saraf (nerve excitability test) Pemeriksaan ini membandingkan kontraksi otot-otot wajah kiri & kanan setelah diberi rangsang listrik. Perbedaan rang sang lebih 3,5 mA menunjukkan keadaan patologik dan jika lebih 20 mA menunjukkan kerusakan it fasialis ireversibel. 2) Uji konduksi saraf (nerve conduction test) Pemeriksaan untuk menentukan derajat denervasi dengan cara mengukur kecepatan hantaran listrik pada n. fasialis kiri dan kanan. 3) Elektromiografi Pemeriksaan yang menggambarkan masih berfungsi atau tidaknya otot-otot wajah. 4) Uji fungsi pengecap 2/3 bagian depan lidah Gilroy dan Meyer (1979) menganjurkan pemeriksaan fungsi pengecap dengan cara sederhana yaitu rasa manis (gula), rasa asant dan rasa pahit (pil kina). Elektrogustometri membandingkan reaksi antara sisi yang sehat dan yang sakit dengan stimulasi listrik pada 2/3 bagian depan lidah terhadap rasa kecap pahit atau metalik. Gangguan rasa kecap pada BP menunjukkan letak lesi n. fasialis setinggi khorda timpani atau proksimalnya. 5) Uji Schirmer Pemeriksaan ini menggunakan kertas filter khusus yang diletakkan di belakang kelopak mata bagian bawah kiri dan kanan. Penilaian berdasarkan atas rembesan air mata pada kertas filter; berkurang atau mengeringnya air mate menunjukkan lesi n. fasialis setinggi ggl. genikulatum DIAGNOSIS BANDING 1) Semua paralisis n. fasialis perifer yang bukan BP 2) Kelumpuhan n. fasialis sentral yang mudah dikenal; bila dahi dikerutkan tidak terlihat asimetri, karena otot-otot dahi mempunyai inervasi bilateral. PENATALAKSANAAN

1) Istirahat terutama pada keadaan akut 2) Medikamentosa Prednison : pemberian sebaiknya selekas-lekasnya terutama pada kasus BP yang secara elektrik menunjukkan denervasi. Tujuannya untuk mengurangi udem dan mempercepat reinervasi. Dosis yang dianjurkan 3 mg/kg BB/hari sampai ada perbaikan, kemudian dosis diturunkan bertahap selama 2 minggu(2,5,6,11,12 ). 3) Fisioterapi Sering dikerjakan bersama-sama pemberian prednison, dapat dianjurkan pada stadium akut. Tujuan fisioterapi untuk mempertahankan tonus otot yang lumpuh. Cara yang sering digunakan yaitu : mengurut/massage otot wajah selama 5 menit pagi-sore atau dengan faradisasi(7). 4) Operasi Tindakan operatif umumnya tidak dianjurkan pada anakanak karena dapat menimbulkan komplikasi lokal maupun intrakranial( 7,12,13 ). Tindakan operatif dilakukan apabila : tidak terdapat penyembuhan spontan tidak terdapat perbaikan dengan pengobatan prednisone pada pemeriksaan elektrik terdapat denervasi total. Beberapa tindakan operatif yang dapat dikerjakan pada BP antara lain dekompresi n. fasialis yaitu membuka kanalis fasialis pars piramidalis mulai dari foramen stilomastoideum nerve graft operasi plastik untuk kosmetik (muscle sling, tarsoraphi). PROGNOSIS Sangat bergantung kepada derajat kerusakan n. fasialis. Pada anak prognosis umumnya baik oleh karena jarang terjadi denervasi total. Penyembuhan spontan terlihat beberapa hari setelah onset penyakit dan pada anak 90% akan mengalami penyembuhan tanpa gejala sisa(6). Jika dengan prednison dan fisioterapi selama 3 minggu belum mengalami penyembuhan, besar kemungkinan akan terjadi gejala sisa berupa kontraktur otot-otot wajah, sinkinesis, tikfasialis dan sindrom air mata buaya. RINGKASAN Bell's Palsy ialah kelumpuhan akut n. fasialis perifer yang tidak diketahui sebabnya dengan lokasi lesi pada kanalis fasialis. Penyakit ini lebih sering ditemukan pada usia dewasa dan jarang pada anak. Diagnosis dapat ditegakkan secara klinik setelah kausa yang jelas untuk lesi n. fasialis perifer disingkirkan. Terapi yang dianjurkan saat ini ialah pemberian prednison, fisioterapi dan kalau perlu operasi.
KEPUSTAKAAN 1. Menkes JH. Textbook of Child Neurology Philadelphia Lea and Febiger 2nd ed. 1980. pp 304 - 5. 2. Tumbelaka AR. Bell's Palsy pada anak. Buletin IDAI 1982. 2 : 11 - 4. 3. Thamrinsyam. Electro Diagnosa dini untuk penilaian prognosis Bell's Palsy. Makalah Kongres III PERHATI Surabaya 1981 4. Mahar Mardjono. NeurologiKiinik Dasar Cetakan ke-4 Jakarta; PT. Dian Rakyat 1978. 160 - 163. 5. Ahmad A, Tjahjadi P. Penggunaan Prednison pada pengobatan Bell's Palsy Naskah Kongres III PNPNCH Medan 1984. 6. Devries PP. Facialis Verlamming,Ned T Geneesk 1987; 131 : 721 - 4. 7. Adam GL, Bois JR. Fundamentals of Otolaryngology.5th ed Philadelphia London - Toronto, WB Saunders Co, 1978. pp 273 - 9. 8. Adour KK. Bell's Palsy: Dilemma of diabetes mellitus.Arch Otolaryngol 1974;99:114-7. 9. Thamrin H. Bell's Palsy dilihat sebagai Sindrom Kompresi Saraf dan Peranan Electro Diagnose.Makalah Kongres III PNPNCH Medan 1984. 10. Farmer TW. Pediatric Neurology 2nd ed 1975 Maryland: Harper and Row Publ Inc. pp 420 - 1. 11. Teguh AS. Frekwensi dan Prognosis Bell's Palsy Makalah Pertemuan ke-4 PNPNCH Semarang 1974. 12. Behrman RE, Vaughan VC. Nelson Textbook of Pediatrics 12th ed.Philadelphia - London - Toronto WB Saunders Co Tokyo Igak

Anda mungkin juga menyukai