MATA KULIAH
ILMU BIOMEDIK DASAR
Dosen Pengampu :
Heru Ginanjar, M.Kep., Ns.
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
Paper ini kami susun dengan lengkap dan detail, sehingga orang yang masih awam
dapat memahami mengenai informasi yang berkaitan dengan Jaringan Otot dan
Jaringan Syaraf. Kami juga menyampaikan ucapan terimakasih kepada seluruh pihak
yang telah berkontribusi dalam penyelesaian makalah ini.
Kami juga menyadari bahwa kami masih memiliki banyak kekurangan dalam
penyusunan paper ini. Kami memohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam
penulisan kata, sehingga kelompok kami membuka serta menerima kritik dan saran
bagi seluruh pembaca.
Tim Penyusun
Jaringan Otot dan Jaringan Syaraf
B. Kelopak mata
6. M. orbicularis oculi
Bagian origo:
a) Pars orbitalis: pars nasalis (os. Frontale), proc. Frontalis maxillac, os.
Lacrimale, lig. Pelpebrale mediale, saccus lacrimalis.
b) Pars palpebralis: lig. Palpebrale mediale, saccus lacrimalis. Pars
lacrimalis: crista lacrimalis posterior (os. Lacrimale)
C. Bagian insersio :
Mengelilingi arditus orbitae seperti sfinkter.
a) Pars orbitalis: lig. Pelpebrale laterale, di sampingnya peralihan menjadi
simpul otot berbentuk cincin.
b) Pars palpebralis: lig. Palpebrale laterale
c) Pars lacrimalis: lubang air mata, tepi kelopak mata.
Fungsi: menutup kelopak mata; menekan kantung air mata, pergerakan
alis mata.
7. M. depresor supercilii
Bagian origo: pars nasalis os frontale, pembelahan pars orbitalis M.
orbicularis oculi.
Bagian insersio: sepertiga medial dahi dan alis mata.
Fungsi: menurunkan kulit mata dan alis mata.
8. M. corrugator supercilii
Bagian origo: pars nasalis (os frontale)
Bagian insersio: sepertiga tengah kulit alis mata. Galea aponeurotica.
Fungsi: menurunkan kulit mata dan alis mata.
9. M. procerus
Bagian origo: os nasale, cartilago nasi lateralis.
Bagian insersio: kulit glabella
Fungsi: menurunkan kulit mata dan alis mata.
D. Otot-otot hidung
10. M. nasalis
Bagian origo:
a) Pars alaris: jugum alveolare gigi seri lateral
b) Pars transversa: jugum alveolae gigi taring
Bagian insersio:
a) Pars alaris: cuping hidung, tepi lubang hidung
b) Pars transversa: cartilago nasi lateralis. Lempeng tendo di atas
punggung hidung.
Fungsi: pergerakan cuping hidung dan hidung
11. M. depressor septi nasi
Bagian origo: jugum alvelare gigi seri medial.
Bagian insersio: cartilago alaris major, cartilago septi nasi.
Fungsi: penggerak cuping hidung dan hidung.
E. Otot-otot mulut
12. M. orbicularis oris
Bagian origo: Pars marginalis dan pars labialis: sebelah lateral Angulus
oris.
Bagian insersio: bagian utama bibir
Fungsi: pergerakan bibir, cuping hidung, pipi dan kulit dagu.
13. M. buccinator
Bagian origo: Bagian belakang proc. Alveolaris maxillae, raphe
ptyerigomandibularis, bagian belakang proc. Alveolaris mandibulae.
Bagian insersio: angulus oris, bibir atas dan bawah; membentuk dasar pipi.
Fungsi: sangat diperlukan sebagai sinergi untuk meningkatkan tekanan
dalam rongga mulut, misalnya pada saat meniup atau mengunyah.
14. M. depressor labiti inferioris
Bagian origo: basis mandibulae medial di bawah foramen mentale
Bagian insersio: bibir bawah, tonjolan dagu; serabut dalam ke selaput
lendir.
Fungsi: pergerakan bibir, cuping hidung, pipi dan kulit dagu.
15. M. levator labii superioris
Bagian origo: margo infraorbitalis dan bagian tepi proc. Zygomaticus
maxillae; berasal dari otot M. orbicularis oculi.
Bagian insersio: bibir atas
Fungsi: pergerakan bibir, cuping hidung, pipi dan kulit dagu.
16. M. mentalis
Bagian origo: jugum alveolare gigi seri lateral bawah
Bagian insersio: kulit dagu
Fungsi: pergerakan bibir, cuping hidung, pipi dan kulit dagu.
17. M. transversus menti
Bagian origo: pembelahan melintang dari M. mentalis.
Bagian insersio: kulit tonjolan dagu.
Fungsi: pergerakan bibir, cuping hidung, pipi dan kulit dagu.
18. M. depressor anguli oris
Bagian origo: basis mandibulae di bawah foramen mentale.
Bagian insersio: bibir bawah, pipi sebelah lateral Angulus ori, bibir atas.
Fungsi: pergerakan bibir, cuping hidung, pipi dan kulit dagu.
19. M. risorius
Bagian origo: fascia parotideomasseterica
Bagian insersio: bibir atas, Angulus oris.
Fungsi: pergerakan bibir, cuping hidung, pipi dan kulit dagu.
20. M. levator angulus oris
Bagian origo: fossa canina maxillae Bagian insersio: Angulus oris
Fungsi: pergerakan bibir, cuping hidung, pipi dan kulit dagu.
21. M. zygomaticus major
Bagian origo: os zygomaticum dekat sutura zygomaticotemporalis
Bagian insersio: bibir atas, Angulus oris
Fungsi: pergerakan bibir, cuping hidung, pipi dan kulit dagu.
22. M. zygomaticus minor
Bagian origo: os zygomaticum dekat sutura zygomaticomaxillaris
Bagian insersio: bibir atas, Angulus oris Fungsi: pergerakan bibir, cuping
hidung, pipi dan kulit dagu.
23. M. levator labii superioris alaeque nasi Bagian origo: proc. Frontalis
maxilla; berasal dari massa otot M. orbicularis oculi
Bagian insersio: cuping hidung dan bibir atas; serabut dalam: lingkar
samping dan belakang lubang hidung.
Fungsi: pergerakan bibir, cuping hidung, pipi dan kulit dagu.
F. Leher
24. Platysma
Bagian origo: basis mandibulae, fascia perotidea
Bagian insersio: kulit di bawah clavicula, fascia pectoralis
Fungsi: meregangkan kulit leher.
Menurut Razi Siregar (2000: 148) otot abdominal meliputi rectus abdominis,
yang dapat menyebabkan tubuh untuk menekuk atau melentur, dan oblique
external, yang dapat membantu tubuh berputar dan melengkung ke arah 42
samping. Anatomi otot perut merupakan ilmu cara menguraikan tubuh manusia
dalam spesifikasi otot perut (abdomen) yang diangkat, dipelajari, dan diperiksa
dengan menggunakan mikroskop.
Terdapat empat otot yang menyusun pada dinding abdomen, terdiri atas :
1. Musculus Oblique External Abdominal Otot ini terbesar dan paling
superfisial dari tiga otot abdominal anterolateral. Otot ini berada di
belakang tulang rusuk bagian bawah dan melintas menuju panggul. Otot
ini berfungsi untuk menunjang pergerakan tulang belakang dan menjaga
kestabilan tulang belakang saat melakukan latihan yang membuat tubuh
menekuk ke samping (Hariawati Hartanto, 2013: 198).
2. Musculus Oblique Internal Abdominal Otot ini berfungsi menekan dan
menopang viscera abdominal, memfleksikan, dan merotasi batang tubuh
(Hariawati Hartanto, 2013: 199). Otot ini berada di bawah musculus
oblique external abdominal.
3. Musculus Transverse Abdominal Otot ini berada paling dalam di antara ke
tiga otot yang lain, transverse abdominal berperan dalam menstabilkan
punggung bagian bawah. Para ahli menyatakan bahwa saat melakukan
aktivitas seperti berjalan, berlari, dan sebagainya, otot ini adalah yang
pertama kali aktif bergerak.
4. Musculus Rectus Abdominal
Musculus rectus abdominal adalah suatu otot mirip ambin, lebar, dan
panjang. Otot ini merupakan otot vertikal utama pada dinding abdomen
anterior (Hariawati Hartanto, 43 2013: 204). Hariawati Hartanto (2013:
199) mengatakan, “fungsi utama memfleksikan tubuh (vertebra lumbalis)
dan menekan viscera abdominal, menstabilkan, dan mengontrol
kemiringan panggul (antilordosi).”
Betis (Latin: sura) mengacu pada bagian posterior tungkai bawah. Dua otot
terbesar di wilayah ini termasuk gastrocnemius dan soleus. Gastrocnemius adalah
otot yang paling dangkal dan memiliki dua kepala, medial dan lateral. Kedua
kepala gastrocnemius bertemu dan membentuk otot perut yang menyatu. Kepala
lateral berasal dari permukaan lateral kondilus femoralis lateral dan kepala medial
dari aspek posterior non-artikular kondilus femoralis medial. Otot perut
gastrocnemius bergabung dengan otot soleus di bagian distal untuk membentuk
tendon kalkaneus (yaitu tendon achilles), yang berinsersi ke kalkaneus posterior.
1. Pektinus
a. Asal : ramus superior pubis
b. Insersi: garis pektineal femur
c. Tindakan: adduksi dan fleksi paha
d. Persarafan: saraf femoralis (L2-4)
2. Iliopsoas (Illiacus + Psoas)
a. Asal: Vertebra T12-L5 dan ilium
b. Insersi: trokanter minor femur
c. Tindakan: fleksi pinggul dan stabilisasi pinggul
d. Persarafan: saraf femoralis, psoas menerima persarafan dari rami anterior
L1-3
3. Sartorius
a. Asal: tulang iliaka anterior superior
b. Insersi: aspek medial tibia melalui pes anserinus
c. Tindakan: fleksi, abduksi, dan rotasi pinggul ke samping; fleksi lutut
d. Persarafan: saraf femoralis
1. Rektus femoris
a. Asal: tulang iliaka anterior inferior
b. Penyisipan: patela melalui tendon paha depan
c. Tindakan: ekstensi lutut
d. Persarafan: saraf femoralis
2. Vastus lateralis
a. Asal: trokanter mayor dan linea aspera
b. Penyisipan: patela melalui tendon paha depan
c. Tindakan: ekstensi lutut
d. Persarafan: saraf femoralis
3. Vastus medialis
a. Asal: garis intertrochanteric dan linea aspera
b. Penyisipan: patela melalui tendon paha depan
c. Tindakan: ekstensi lutut
d. Persarafan: saraf femoralis
4. Vastus intermedius
a. Asal: poros femur
b. Penyisipan: patela melalui tendon paha depan
c. Tindakan: ekstensi lutut
d. Persarafan: saraf femoralis
Bisep femoris
1. Kepala panjang
a. Asal: tuberositas iskia
b. Insersi: kepala fibula
c. Tindakan: ekstensi pinggul, fleksi lutut
d. Persarafan: saraf sciatic (bagian tibialis)
2. Kepala pendek
a. Asal: linea aspera
b. Insersi: kepala fibula
c. Tindakan: ekstensi pinggul, fleksi lutut
d. Persarafan: saraf sciatic (bagian fibular)
Otot Paha Medial
1. Adduktor longus
a. Asal: badan pubis
b. Sisipan: linea aspera
c. Tindakan: adduksi paha
d. Persarafan: saraf obturator (L2-4, divisi anterior)
2. Singkatan adduktor
a. Asal: badan dan ramus inferior pubis
b. Sisipan: garis pektineal
c. Tindakan: adduksi paha
d. Persarafan: saraf obturator (L2-4, divisi anterior)
Magnus adduktor
1. Bagian adduktor
a. Asal: ramus pubis inferior
b. Insersi: tuberositas gluteal, linea aspera, garis supracondylar medial
c. Tindakan: adduksi dan fleksi paha
d. Persarafan: saraf obturator (L2-4, divisi posterior)
2. Bagian hamstring
a. Asal: tuberositas iskia
b. Insersi: tuberkulum adduktor femur
c. Tindakan: adduksi dan ekstensi paha
d. Persarafan: saraf sciatic
3. Gracilis
a. Asal: badan dan ramus pubis inferior
b. Insersi: permukaan medial tibia melalui pes anserinus
c. Tindakan: adduksi paha, fleksi, dan rotasi medial tungkai
d. Persarafan: saraf obturator (L2-4, divisi anterior)
4. Obturator eksternus
a. Asal: tepi foramen obturator
b. Insersi: fossa trokanterika femur
c. Tindakan: rotasi paha ke samping
d. Persarafan: saraf obturator (L2-4, divisi posterior)
DAFTAR PUSTAKA