Anda di halaman 1dari 54

1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Macam-macam Otot beserta Fungsinya

2.1.1. Wajah

Wajah merupakan aspek anterior kepala antara dahi dan dagu, dan antara
kedua telinga.Otot-otot wajah menggerakan kulit dan mengubah ekspresi wajah
untuk mengutarakan suasana hati. Otot-otot terbanyak melekat pada tulang atau
fascia dan menghasilkan efeknya dengan menarik kulit.

a. Otot-otot wajah:

1. Venter frontalis musculus occipito frontalis

Origo : galea apo neurotica


Insertio :kulit dahi
Fungsi : mengangkat kedua alis dan dahi

2. Musculus orbicularis oculi

Origo : margo medialis orbita, lig. Palpebralemediale, dan os


lacrimale
Insertio :kulit sekitar tepi orbita; tarsus
Fungsi: :menutup kelopak-kelopak mata

3. Musculus nasalis

Origo : bagian superior fossa canina maxillae


Insertio : tulang-tulang rawan hidung
Fungsi : menarik sayap (sisi) hidung ke arah septum nasi
2

4. Musculus orbicularis oris

Origo : beberapa serabut berasal di dekat bidang median maxilla


dan mandibular, serabut lain berasal dari
permukaan dalam kulit
Insertio : membran mukosa bibir
Fungsi : merapatkan dan memonyongkan bibir-bibir (misalnya,
sewaktu bersiul dan mengisap)

5. Musculus levator labii superioris

Origo : proc. Frontalis maxilla dan daerah infraorbital


Insertio : kulit bibir atas dan tulang rawan alar hidung
Fungsi : mengangkat bibir, melebarkan cuping hidung, dan
menaikkan sudut mulut

6. Platysma

Origo : fascia superficialis daerah deltoid dan pektoral


Insertio : mandibula, kulit pipi, sudut mulut, dan orbicularis oris
Fungsi : menarik mandibular ke bawah dan menegangkan kulit
wajah bawah dan leher

7. Musculus mentalis

Origo : fossa incisive mandibulae


Insertio : kulit dagu
Fungsi : mengangkat dan memonyongkan bibir bawah

8. Musculus Buccinator

Origo : mandibula, raphe pterygo mandibularis, dan proc.


Alveolaris maxillae dan proc. Alveolaris
mandibulae
Insertio : sudut Mulut
Fungsi : menekan pipi pada gigi-gigi geraham, dan dengan
demikian membantu sewaktu mengunyah;
menghembuskan udara dari cavitas oris seperti meniup alat musik
tiup orbita. Orbita (lekuk mata) adalah sebuah rongga
berbentuk limas dalam kerangka wajah; alas lima ini terletak
di sebelah anterior dan puncaknya di sebelah posterior.
3

b. Otot-otot Orbita

1. Musculus levator palpebrae superioris

Origo : ala minor ossis sphenoidalis dan supero-anterior terhadap


canalis opticus
Insertio : tarsus dankulit palpebral superior
Fungsi : mengangkat palpebra superior

2. Musculus rectus superior

Origo : anulustendineuscommunis
Insertio : sclera, tepat posterior terhadap cornea
Fungsi : elevasi, aduksi dan rotasi bulbus oculike medial; depresi,
aduksi dan rotasi bulbu oculike medial

3. Musculus rectus inferior

Origo : anulustendineuscommunis
Insertio : sclera, tepat posterior terhadap cornea
Fungsi : elevasi, aduksi dan rotasi bulbus oculi ke medial; depresi,
aduksi dan rotasi bulbu oculike medial

4. Musculus rectus lateralis

Origo : anulustendineuscommunis
Insertio : sclera, tepat posterior terhadap cornea
Fungsi : abduksibulbus oculi

5. Musculus rectus medialis

Origo : anulustendineuscommunis
Insertio : sclera, tepat posterior terhadap cornea
Fungsi : aduksibulbus oculi

6. Musculus obliquus superior

Origo : corpus ossis sphenoidalis


4

Insersio : tendonnya melalui cincin jaringan ikat atau trochlea, dan


mengubah arahnya, lalu melekat pada sclera di sebelah
dalam m. rectus superior
Fungsi : abduksi, depresi, dan rotasi bulbus oculi ke medial

7. Musculus obliquus inferior

Origo : bagian anterior dasar orbita


Insertio : sclera di sebelah dalam m. rectus lateralis
Fungsi : abduksi, elevasi, dan rotasi bulbus oculi ke lateral
Articulatio Temporo mandibularis. Articulation temporo
mandibularis adalah sendi synovial jenis engsel
termodifikasi. Permukaan artikular pada sendi ini adalah
condylus mandibulae, tuberculum articulare, dan fossa
`mandibularis.

c. Otot-otot yang Berperan pada ArticulatioTemporo mandibularis

1. Musculus temporalis

Origo : dasar fossa temporalis dan permukaan dalam fascia


temporalis
Insertio : ujung dan permukaan medial proc. Coronoideus dan tepi
anterior ramus mandibulae
Fungsi : mengangkat mandibula; mengatupkan kedua rahang;
serabut-serabut posterior menarik mandibula kebelakang
setelah protusi

2. Musculus masseter

Origo : tepi bawah dan permukaan medial arcus zygomaticus


Insertio : permukaan lateral ramus mandibulae dan proc.
Coronoideus
Fungsi : elevasi dan protrusi mandibula, dan dengan demikian
mengatupkan kedua rahang; serabut- serabut dalam menariknya
kebelakang (retrusi)

3. Musculus pterygoideus lateralis


5

Origo : caput superior:facies infra temporalis dan crista infra


temporalis ala major ossis sphenoidalis, caput inferior: facies
lateralis lamina lateralis processus pterygoidei
Insertio : collum mandibulae, discus articularis, capsula articulatio
temporo mandibularis
Fungsi : kontraksi bilateral: protrusi mandibular dan depresi dagu;
kontraksi sebelah dan bergantian, menyebabkan gerak
mandibula dari sisi ke sisi

4. Musculus pterygoideus medialis

Origo : caput profundum: facies medialis lamina lateralis


processus pterygoidei, Caput Superficiale:
tuber maxillare
Insertio : permukaan medial ramus mandibulae di bawah for.
Mandibulae
Fungsi : membantu elevasi mandibula untuk mengatupkan kedua
rahang; bersama membantu protrusi mandibula;
sendiri, protrusisisimandibula; bergantian, gerak menggiling

d. Cavitas Oris

Cavitas oris terdiri dari dua bagian: vestibulum oris dan mulut sejati.
Vestibulum oris adalah ruang sempit antara bibir, dan pipi di satu pihak dan gigi
serta gingiva di pihaklalin.
Vestibulumoris berhubungan dengan dunia luar melalui rimaoris.Mulut sejati
dibatasi ke lateral dan anterior oleh arcus alveloaris maxillaris dan mandibula yang
ditempati oleh gigi-gigi. Atap cavitas oris dibentuk oleh palatum. Ke posterior
cavitas oris beralih ke oropharynx (pharynx bagian oral).

e. Otot-otot Palatum Molle

Palatum membentuk atap mulut dan dasar cavitas nasi. Palatum terdiri dari
dua bagian: palatum durum (bagian dua per tiga anterior yang terdiri dari tulang)
dan palatummolle (bagian sepertiga posterior yang terdiri dari otot-otot dan
6

jaringan ikat). Otot-otot palatummolle (vellum palatinum) berasal dari dasar


cranium dan melintas turun ke palatum.

1. Musculus levatorvelipalatini

Perlekatan superior : cartilago tuba auditoria (auditiva) dan pars petrosa


(ossis temporalis)
Perlekatan inferior : aponeurosispalatina
Fungsi : mengangkat palatummolle (vellum palatinum)
sewaktu menelan dan menguap

2. Musculus tensor velipalatini

Perlekatan superior : fossa scaphoideapada lamina medialis pterygoidei,


spinaossis sphenoidalis, dan cartilago tuba auditoria
(auditiva)
Perlekatan inferior
: aponeurosis palatina
Fungsi : menegangkan palatummolle dan membuka ostium
pharyngeum tubae auditoriae sewaktu
menelan dan menguap

3. Musculuspalatoglossus

Perlekatan superior : aponeurosis palatina


Perlekatan inferior : sisi lingua
Fungsi : mengangkat bagian posterior lingua dan menarik
palatummolle ke lingua

4. Musculus palatopharyngeus

Perlekatan superior : palatum durum dan aponeurosis palatine


Perlekatan inferior : dinding lateral pharynx
Fungsi : menegangkan palatummolle dan menarik dinding
pharynx ke atas, depan, dan medial sewaktu menelan

5. Musculus uvulae

Perlekatan superior : spina nasal posterior dan aponeurosis palatina


Perlekatan inferior : membran mukosa uvula
7

Fungsi : memendekkan uvula dan mengangkatnya

f. Otot-otot Lingua

Lingua adalah organ berotot yang dapat bergerak-gerak dan bentuknya


dapat berubah. Fungsi lingua berhubungan dengan mengunyah, mengecap,
menelan, pengucapan (artikulasi), dan pembersihan mulut, tetapi fungsi utamanya
adalah mendorong makanan ke dalam pharynx sewaktu menelan dan mengucapkan
kata-kata sewaktu berbicara.

A). Otot-otot ekstirnsik :

1. Musculus genioglossus

Origo : bagian atas spina mandibulae


Insertio : dorsum linguae dan corpus ossishyoidei
Fungsi : menarik-turun lingua; bagian posterior menjulurkan lingua
keluar

2. Musculus hyoglossus

Origo : corpus ossishyoidei dan cornumajusossishyoidei


Insertio : sisi dan aspek inferior lingua
Fungsi : menarik lingua turun dan kebelakang

3. Musculusstyloglossus

Origo : proc. Styloideusdanlig. Stylohyoideum


Insertio : sisi dan aspek inferior lingua
Fungsi : menarik lingua ke belakang dan mengangkatnya untuk
membentuk alur guna menelan

4. Musculus palatoglossus

Origo : aponeurosis palatine pada palatummolle


Insertio : sisi lingua
Fungsi : mengangkat bagian posterior lingua
8

B). Otot-otot instrinsik


Terbatas pada lingua dan tidak melekat pada tulang.

1. Musculus longitudinalis superior


Fungsi : retraksi dan melebarkan lidah, mengangkat ujung lidah,
menurunkan ujung lidah, apex linguae

2. Musculus longitudinalis inferior


Fungsi : retraksi dan melebarkan lidah, mengangkat ujung lidah,
menurunkan ujung lidah, apex linguae

3. Musculus transversus linguae


Fungsi : untuk menyempitkan lidah, memanjangkan lidah bersama-
sama dengan musculusverticalis linguae

4. Musculus verticalis linguae


Fungsi : untuk melebarkan lidah
9

2.2 Macam-Macam Saraf beserta Fungsinya

Gambar 2. 1. Macam- macam Saraf beserta Fungsinya


10

Terdapat 12 saraf yang berada di kranial beserta fungsinya :

2.2.1. Saraf Olfactory


Saraf olfactory adalah saraf cranial I. Saraf olfactory muncul dari
sel – sel reseptor saraf di dalam membran mukosa olfactory yang ter lerak
di rongga hidung bagian atas di cranial conchae superior (snell, 2002).
Saraf ini berfungsi dalam penciuman bau.

Kolom Asal mula saraf Tempat Rangku Komentar


fungsiona terakhir saraf man
l
SVA Serabut berasal Serat Serabut Tumor pada
(sensorik dari sel – sel sekunder SVA lobus
) neurosensorik dari berlanjut (sensori penciuman
epitel olfaktory. sinaps di k) dapat
Serabut pertama daerah berperan mempengaru
berpindah melalui penciuman : terhadap hi sistem
lubang struktur  Daera pencium penciuman.
pipihke sinaps h an
pada serabut penciu
sekunder dalam man
Lateral
olfaktory bulb.
 Inti
Serat ini terus anterio
posterior sebagai r
saluran olfaktory penciu
yang mengusung man
serat ke daerah  Daera
penciuman. h
penciu
man
tengah
 Daera
h
medial
penciu
man
Tabel 2. 1. Saraf Olfactory
11

2.2.2. Saraf Optik


Saraf optik adalah saraf cranial II. Saraf ini mempunyai peran
dalam mata.
Kolom Asal Tempat terakhir rangkuman Komentar
fungsiona mula saraf
l saraf
SSA Bermula Akson ganglion Serabut Lesi pada
(sensorik) di retina darisaraf optik SSA saraf optik
dengan yang bertemu di (sensorik) utama
reseptor incomplete berperan menimbulka
rods dan crossing di optic terhadap n kebutaan.
cones chiasm dimana: penglihata Lesi pada
yang  Serabut n chiasm optik
sinaps nasal utama
sel retina menimbulka
bipolar decussate n bitemporal
ke sisi
yang hemianopsia.
yang
mana berlawana Lesi pada
sinaps n optik tract
dengan  Serabut utama
sel temporal menimbulka
ganglion retina tetap n
. di sisi homonymous
ipsilateral
hemianopsia.
Membentuk jalur
optik yang
berakhir pada
lateral geniculate
nucleus.
Serabut dari lateral
geniculate
berpindah ke
sinaps di occipital
lobe.
Tabel 2. 2. Saraf Optik
12

2.2.3. Saraf Okulomotor


Saraf okulomotor adalah saraf cranial III. Saraf okulomotor
muncul dari permukaan anterior mesenchepalon. Saraf ini melintas
kedepan di antara arteria cerebri posterior dan arteria cerebella superior.
Selanjutnya, berjalan ke dalam fossa crania media di dinding lateral sinus
cavernosus. Disini, saraf okulomotor terbagi menjadi ramus superior dan
inferior yang memasuki rongga orbita melalui fisura orbitalis superior.
Saraf okulomotor mempersarafi otot – otot ekstrinsik mata yaitu,
M. Levator palbebrae superioris, M. Rectus medialis, M. Rektus inferior,
dan M. Obliquus inferior. Saraf ini juga mempersarafi otot – otot intrinsik
mata yaitu M. Constriktor papillae iris dan M. Ciliaris (snell,2002).
Saraf okulomotorius bersifat motorik murni dan berfungsi
mengangkat kelopak mata atas, menggerakan bola mata (ke atas, bawah,
dan medial), kontriksi pupil, dan akomodasi mata (snell,2002).

Kolom Asal mula Tempat rangkuman Komentar


fungsion saraf terakhir
al saraf
GSE Bermula di Innervates Serabut Lesi pada saraf
inti the GSE okulomotor
okulomotor superior berperan mengakibatkan
rectus, untuk diplopia,strabism
inferior inervasi us lateral, ptosis,
rectus, sebagian dan mydriasis.
medial besar
rectus, ekstraokula
inferior r otot mata
oblique,
dan
levator
palpebrae
superior
mm.
GVE Saraf Innervates Serabut Serabut GVE
parasimpati the GVE menggunakan 1
k sphincter berperan ganglion :
preganglioni pupillaeda untuk  Ciliary
c dimulai n ciliary menyediaka
pada inti mm. n innervasi
parasimpati
13

Edinger- k ke otot
Westphal mata
intrinsik.
Tabel 2. 3. Saraf Occulumotor

2.2.4. Saraf Trochelear


Saraf trochelear merupakan satu – satunya saraf cranial yang keluar
melalui dorsal batang otak. Saraf ini mempersarafi M. Obliquus superior
(untuk menggerakan mata ke arah bawah dalam dan abduksi sedikit).
Paralisa otot ini akan menampilkan deviasi mata ke atas sedikit ke dalam
yang tampak jelas bila melirik ke bawah dan ke dalam (satyanegara, 1998).

Kolom Asal mula Tempat rangkuman Komentar


fungsional saraf terakhir
saraf
GSE Bermula di Innervates Serabut Saraf
inti the superior GSE trochelear
trochlear oblique m. berperan keluar
untuk daribrainstem
innervasi 1 dorsal.
otot Lesi pada
extraocular trochlear n.
pada mata : Mengakibatkan
the superior diplopia.
oblique Di trochlear n.
Lesi mata
adducted dan
elevated.
Tabel 2. 4. Saraf Trochlear

2.2.5. Saraf Trigeminal


Saraf trigeminal merupakan saraf cranial yang berisi serabut –
serabut sensorik dan motorik. Saraf ini merupakan saraf sensorik untuk
sebagian besar kepala dan saraf motorik untuk beberapa otot, termasuk otot
– otot pengunyah.
14

Kolom Asal mula Tempat terakhir saraf rangkuman Komentar


fungsion saraf
al
GSA Serabut Rasa sakit dan suhu, dan Serabut GSA Memberikan
afferent sentuhan ringan serabut berperan persarafan
dimulai pada berakhir di inti spinal dari untuk sensoris
berbagai V. menyediakan melalui 3
reseptor sentuhan yang bersifat persarafan divisi :
(nosiseptor, membedakan serabut sensorik ke  Opht
mechanocept berakhir pada inti sensorik bagian utama halm
or, utama pada V. dari kepala. ic
propriocepto Saraf Propriocepsi Serabut GSA  Maxi
lary
r) dari kulit memiliki badan sel di inti memanfaatka
 Man
danjaringan mesencephalic pada V n lemniskus dibul
dalam kepala trigeminothala ar
mic untuk Badan sel
membawa saraf untuk
implus serat utama
sensorik terletak di
ganglion
mereka untuk
trigeminal.
kesadaran.
SVE Bermula di Innervasi otot pada Serabut SVE
inti motor mastikasi (pengunyahan) : berperan
pada  Masseter untuk
trigeminal  Temporalis innervasi otot
 Medial pterygoid pada
 Lateral pterygoid pharyngeal
Innervasi juga pada : arch pertama.
 Mylohyoid
 Anterior
digastripus
 Tensor tympani
 Tensor veli
palatini.
Tabel 2. 5. Saraf Trigeminal

2.2.6. Saraf Abducens


Saraf abducens adalah saraf motorik kecil yang mempersarafi M. Rectus
lateralis bola mata.
15

Kolom Asal mula Tempat rangkuman Komentar


fungsional saraf terakhir
saraf
GSE Bermula di Innervasi Serabut Lesi pada saraf
inti lateral GSE abducens
abducens rectus m. berperan mengakibatkan
untuk diplopia dan
innervasi 1 medial
otot strabismus.
extraokular
pada mata :
lateral
rectus
Tabel 2. 6. Saraf Abducens

2.3 Macam-macam Pembuluh Darah beserta Fungsinya

2.3.1. Aliran Darah Arterial Otak


Otak menerima darah yang dipompakan dari jantung melalui arkus aorta

yang mempunyai 3 cabang, yaitu arteri brakhiosefalik (arteri innominata), arteri

karotis komunis kiri dan arteri subklavia kiri. Arteri brakhiosefalik dan arteri karotis

komunis kiri berasal dari bagian kanan arkus aorta. Arteri brakhiosefalik

selanjutnya bercabang dalam arteri karotis komunis kanan dan arteri subklavia

kanan. Arterikarotis komunis kiri dan kanan masing-masing bercabang menjadi

arteri karotis interna dan eksterna.


16

Gambar 2. 2. ALiran Darah ke Otak (pandangan inferior)

Arteri Asal Distribusi

A. carotis interna A. carotis communis Memberikan cabang ke dinding

pada batas superior sinus cavernosus, glandula

cartilago thyroidea pituitaria dan ganglion

trigeminale; menyediakan suplai

utama ke otak
17

A. cerebri anterior A. carotis interna Hemispherium cerebri, kecuali

untuk lobus occipitalis

A. communicans A. cerebri anterior Circulus arteriosus cerebri

anterior (Willis)

A. cerebri Lanjutan dari A. carotis Sebagian besar permukaan lateral

medialis interna distal ke A. hemispherium cerebri

cerebri anterior

A. vertebralis A. subclavia Meninges cranial dan cerebellum

A. basilaris Dibentuk oleh Batang otak, cerebellum, dan

penyatuan arteria cerebrum

vertebralis

A. cerebri Regio terminalis A. Aspek inferior hemispherium

posterior basilaris cerebri dan lobus occipitalis

A. A. cerebri posterior Tractus optius, pedunculus

communicans cerebri, capsula interna, dan

posterior thalamus

Tabel 2. 7. Pembuluh Arteri menuju ke otak


18

2.3.2. Vaskularisasi Superfisial Wajah dan Kulit Kepala

a. Arteri Superfisial Kulit Kepala

Gambar 2. 3. Arteri pada Kulit Wajah


19

Arteri Asal Perjalanan Distribusi

Arteri Berjalan di superior dari Kulit dan


Cabang
supratrochlea incisura supratrochlearis musculi
terminal arteria
ris capitis
ophtalmica,
Arteri Berjalan di superior dari Otot, kulit
cabang arteria
supraorbitalis foramen supraorbitale dahi, dan kulit
carotis interna
kepala

Arteri Cabang Naik di anterior telinga ke Musculi faciei

temporalis terminal lebih regio temporalis dan berakhir dan kulit regio

superficialis kecil pada di kulit kepala frontalis dan

arteria carotis temporalis

externa

Arteri Berjalan di posterior, di Kulit kepala di

auricularis sebelah dalam glandula posterior

posterior parotidea, di sepanjang auricula dan

processus styloideus di antara auricular

Arteri carotis processus mastoideus dan

externa telinga

Arteri Berjalan di medial venter Kulit kepala di

occipitalis posterior M. Digastricus dan belakang

processus mastoideus; kepala, sejauh

vertex.
20

menyertai nervus occipitalis di

regio occiptal.

Tabel 2. 8. Arteri pada Kulit Wajah

Gambar 2. 4. Arteri pada Wajah dan Kulit Kepala


21
22

b. Arteri Superfisial Wajah

Arteri Asal Perjalanan Distribusi

A. facialis A. carotis externa Naik di sebelah dalam Menyuplai otot

glandula ekpresi wajah

submandibularis; melilit dan wajah

di sekitar batas inferior

mandibula dan masuk

wajah

A. labialis Berjalan di medial pada Bibir atas dan ala

superior bibir atas nasi (samping)


A. facialis dekat
dan septum nasi.
angulus oris
A. labialis Berjalan di medial pada Bibir bawah

inferior bibir bawah

A. nasalis Arteria facialis Berjalan ke ala nasi Kulit pada ala

lateralis ketika naik di dan dorsum nasi

sepanjang hidung

A. angularis Cabang terminal Berjalan ke angulus Bagian superior

arteria facialis ocouli medialis (canthus) pipi dan

palpebra inferior

A. Cabang terminal Naik di anterior telinga Musculi faciei

temporalis lebih kecil pada ke regio temporalis dan dan kulit regio

superficialis berakhir di kulit kepala


23

arteria carotis frontalis dan

externa temporalis

A. Arteria temporalis Menyilang wajah di Glandula dan

transversa superficialis di superfisial M. Maseter ductus

faciei dalam glandula dan di inferior arcus parotideus, otot

parotidea zygomaticus dan kulit wajah

Tabel 2. 9. Arteri Superficial Wajah

c. Vena pada wajah dan kulit kepala


24

Gambar 2. 5. Vena pada Wajah dan Kulit Kepala

Area yang
Vena Asal Perjalanan Terminasi
Didrainase

V. Mulai dari Turun dekat garis Vena

Supratrochlearis plexus tengah dahi ke radix angularis Pars anterior

venosus pada nasi, tempatnya pada radix kulit kepala

dahi dan kulit bergabung dengan nasi dan dahi

kepala, vena supraorbitalis


25

melaluinya

vena

berhubungan

dengan

ramus

frontalis vena

temporalis

superficialis,

pasangan

kontralateral

nya, dan vena

supraorbitalis

V. Mulai dari Berjalan ke medical

Supraorbitalis dahi melalui di superior orbita;

anastomosis bergabung dengan

dengan vena

tributary supratrochlearis ;

frontal vena suatu cabang

temporalis berjalan melalui

superficialis incisura

supraorbitalis dan

bergabung dengan
26

vena ophthalmica

superior

V. Temporalis Mulai dari Tributari frontal dan Bergabung

Superficialis plexus vena parietal menyatu di dengan

yang tersebar anterior auricular; vena

luas pada sisi menyilang radix maxillaris Samping kulit

kulit kepala temporalis arcus di posterior kepala; aspek

dan di zygomaticus untuk collum superficial

sepanjang berjalan dari region mandibulae musculus

arcus temporalis dan untuk temporalis; dan

zygomaticus masuk substansi membentuk telinga luar

glandula parotidea vena

retromandi

bularis

V. Facialis Lanjutan Turun di sepanjang Vena Kulit kepala

vena batas lateral orbita, jugularis anterior dan

angularis menerima vena internal dahi; palpebra;

melewati palpebralis inferior berlawanan hidung externa;

margo dan nasalis externa; atau di pipi anterior;

orbitalis kemudian berjalan inferior bibir; dagu; dan

inferior secara oblik setinggi os glandula

melewati wajah hyoideum submandibulari

untuk menyilang s
27

pinggir inferior

mandibula;

menerima

komunikasi dari

vena

retromandibularis

(setelahnya,

kadang-kadang

disebut vena facialis

communis)

V. Angularis Mulai pada Turun secara oblik Menjadi Pars anterior

radix nasi di sepanjang radix vena kulit kepala

dengan dan ala nasi ke facialis dan dahi;

penyatuan margo orbitalis pada margo palpebra

vena inferior orbitalis superior dan

supratrochlea inferior inferior dan

ris dan cunjunctiva;

supraorbitalis dapat

menerima

drainase dari

sinus

cavernosus
28

V. Profunda Plexus Berjalan ke anterior Masuk

faciei venosus pada maxilla di aspek


Fossa
pterygoideus superior M. posterior
infratemporalis
buccinator dam di vena
(sebagian besar
sebelah dalam facialis
area disuplai
masseter, keluar di
oleh arteria
medial batas
maxillaris)
anterior masseter ke

wajah

V. Terbentuk di Berjalan di posterior Menyatu

Retromandibula anterior dan sebelah dalam dengan

ris telinga ramus mandibulae vena

melalui melalui subtansi auricularis Glandula

penyatuan glandula parotidea; posterior parotidea dan

vena berhubungan pada untuk musculus

temporalis ujung inferior membentuk masseter

superficialis dengan vena facialis vena

dan jugularis

maxillaris externa

Tabel 2. 10. Pembuluh Vena pada Wajah dan Kulit Kepala

d. Arteria Maxillaris
29

Gambar 2. 6. Arteria Maxillari


30

Bagian Perjalanan Ramus Distribusi

Bagian Proksimal A. auricularis Memperdarahi

ertama (posterior) M. profunda meatus acusticus

(mandibular) Pterygoidea externus, membrana

laterale; tympani externa, dan

berjalan articulario

horizontal, di temporomandibularis

sebelah dalam

(medial) collum

processus

condylaris

mandibulae dan

di lateral

ligamentum

stylomandibular

A. tympanica Memperdarahi aspej

anterior interna embrana

tympani

A. meningea media Masuk cavitas cranii

melalui foramen

spinosum untuk

memperdarahi
31

periosteum, tulang,

sumsum tulang

merah, dura mater

dinding lateral dan

calvaria

neurocranium,

ganglion trigeminale,

N. Facialis dan

ganglion

geniculatum, cavitas

tympani, dan M.

Tensor tympani

A. meningea Masuk cavitas cranii

accessorius melalui foramen

ovale; distribusinya

terutama

ekstrakranial kr otot-

otot fossa

infratemporalis, os

sphenoidale, N.

Mandibularis, dan

ganglion oticum
32

A. alveolaris Turun masuk canalis

inferior mandibularis

mandibulae melalui

foramen

mandibularis;

memperdarahi

mandibula, gigi

mandibular, dagu,

mylohyoideum

Bagian kedua Berdekatan A.masseterica Menyilang incisura

(pterygoidea) (superfisial atau mandibularis,

profunda) memperdarahi

dengan M. articulatio

Pterygoidea temporomandibularis

laterale; baik dan M. masseter

secara oblik di

anterosuperior,

di medial

musculus

temporalis

A. temporalis Arteri interior dan

profunda posterior naik di

antara M. Temporalis
33

dan os fossa

temporalis, yang

terutama

memperdarahi otot

R. pterygoideus Jumlah dan asal

iregular;

memperdarahi M.

pterygoideus

A. buccalis Berjalan di

anteroinferior dengan

N. Buccalis untuk

memperdarahi lemak

buccal, M. Buccinator

dan mukosa oral

buccal

Bagian ketiga Di sebelah distal A. alveolaris Turun pada

(pterygopalat (anteromedial) superior posterior permukaan

ina) M. Pterygoidea infratemporalis

laterale, berjalan maxilla dengan

di antara caput cabang menyilang

pterygoidea canalis alveolaris

laterale dan untuk memperdarahi

molar maxillar dan


34

melalui fissura gigi premolar,

pterygopalatina gingiva sekitar, dan

selaput lendir sinus

maxillaries

A. infraorbitalis Menyilang fissura

orbitalis inferior,

sulcus infraorbitalis,

canalis, dan foramen,

memperdarahi M.

Obliquus inferior dan

rectus, saccus

lacrimalis, caninus

maxilla dan gigi

incisor, selaput lendir

sinus maxillaris dan

kulit regio

infraorbitalitas wajah

A. canalis Berjalan di posterior

pterygoidei melalui canalis

pterygoideus;

memperdarahi

mukosa pharynx atas,


35

tuba auditiva, dan

cavitas tympani

R. pharyngeus Berjalan melalui

canalis

palatovaginalis untuk

memperdarahi

mukosa bagian atas

nasal, nasopharynx,

sinus udara

sphenoidal, dan tuba

auditiva

A. palatina Turun melalui cnalis

descendens palatinus, terbagi

menjadi A. Palatina

major dan minor ke

mukosa dan kelenjar

palatum durum dan

molle

A. sphenopalatina Cabang terminal A.

Maxillaris, menyilang

foramen

sphenopalatina untuk

memperdarahi
36

dinding dan septum

cavitas nasi; sinus

frontalis, sinus

ethmoidalis, dan

sinus maxillaris serta

palatum paling depan

Tabel 2. 11. Arteria Maxillaris


37

2.4 Proses Pembentukan Tulang dan Histologinya

2.4. 1. TULANG
Serupa dengan tulang rawan, tulang juga merupakan bentuk khusus jaringan ikat
dan terdiri dari sel, serat, dan matriks ekstraselular. Karena pengendapan mineral dalam
matriks, tulang mengalami kalsifikasi. Akibatnya, tulang menjadi keras dan dapat menahan
beban lebih besar disbandingkan dengan tulang rawan, berfungsi sebagai kerangka tubuh
yang kaku, dan memberikan tempat perlekatan bagi otot dan organ.
Tulang juga melindungi otak di dalam tengkorak, jantung, dan paru di dalam
toraks, dan organ urinarium dan reproduksi di antara tulang-tulang pelvis. Selain itu, tulang
berfungsi dalam hemopoiesis (pembentukan sel darah), dan sebagai tempat penyimpanan
(reservoir) kalsium, fosfat, dan mineral lainnya. Hampir seluruh (99%) kalsium tubuh
disimpan di dalam tulang, dan kebutuhan harian tubuh akan kalsium berasal dari tulang.

2.4. 2. PEMBENTUKAN TULANG


Pertumbuhan tulang dimulai di dalam embrio melalui dua proses: osifikasi
endokondral (assification endochondralis) dan osifikasi intramembranosa (ossification
demalis). Meskipun di hasilkan melalui dua proses yang berbeda, tulang memiliki struktur
histologic yang sama. Berikut adalah proses pembentukan tulang:
a. OSIFIKASI ENDOKLORAL

Proses pembentukan tulang yang terjadi dimana sel-sel mesenkim berdiferensiasi


lebih dulu menjadi kartilago (jaringan rawan) lalu berubah menjadi jaringan tulang, misal
proses pembentukan tulang panjang, ruas tulang belakang, dan pelvis. Proses osifikasi ini
bertanggungjawab pada pembentukan sebagian besar tulang manusia. Pada proses ini sel-
sel tulang (osteoblas) aktif membelah dan muncul di bagian tengah dari tulang rawan yang
disbeut center osifikasi. Osteoblas selanjutnya berubah menjadi osteosit, sel-sel tulang
dewasa ini tertanam dengan kuat pada mtariks tulang.

Sel-sel osteoblas juga menempati jaringan pengikat yang ada di sekeliling rongga.
Sel-sel tulang ini mengelilingi saluran haversi yang berisi pembuluh darah kapiler arteri,
vena, dan serabut saraf membentuk satu sistem yang disebut sistem havers. Pembuluh
darah sistem havers mengangkut zat fosfor dan kalsium menuju matriks sehingga matriks
tulang menjadi keras. Kekerasan tulang diperoleh dari kekompakan sel-sel penyusun
tulang.
38

Apabila matriks tulang berongga, maka akan membentuk tulang spons, contohnya
tulang pipih. Sedangkan, jika matriks tulang menjadi padat dan rapat, maka akan terbentuk
tulang keras atau tulang kompak, contohnya tulang pipa.

Tulang pipa berbentuk tabung dengan kedua ujung membulat. Sebagian besar
terdiri atas tulang kompakta dan sedikit tulang spongiosa serta sumsum tulang pada bagian
dalamnya. Rongga sumsum tulang dan rongga tulang spongiosa mengandung sumsum
tulang kuning (terdiri atas sel lemak) dan sumsum tulang merah (tempat pembentukan sel
darah merah).

Proses osifikasi pada tulang pipa terjadi dalam beberapa tahap, yaitu:

1) Penulangan diawali dari tulang rawan yang banyak mengandung


osteoblas. Bagian yang paling banyak mengandung osteoblas adalah
epifisis dan diafisis.
2) Terjadi perkembangan pusat osifikasi primer yang disertai dengan
perluasan bone collar.
3) Pada bagian sentral tulang terjadi perombakan sel-sel tulang
(reabsorpsi tulang) sehingga pembuluh darah mulai masuk dan
terbentuk rongga sumsum tulang.
4) Pembentukan pusat osifikasi sekunder muncul pada setiap epifisis.
Osifikasi sekunder ini menyebabkan pemanjangan tulang.

Gambar
Tabel 2.
a 1.7.Osifikasi
Osifikasi Endokronal
39

b. OSIFIKASI INTRAMEMBRANOSA

2.4. 3. HISTOLOGI TULANG


a. FUNGSI TULANG
o Support (dukungan) : tulang menyediakan kerangka kerja
untuk lampiran dari otot dan jaringan lain
o Memberi bentuk tubuh, menahan, dan menegakkan tubuh
o Perlindungan : Bones tengkorak dan tulang rusuk melindungi
ofgan dalam dari benturan.
o Movement : memungkinkan gerakan tubuh, bertindak sebagai
tuas dan titik penempelan lampiran otot
o Penyimpanan mineral : didalam tulang, tersimban 99%
kalsium dari tubuh, 85% fosfor, dan terdapat jaringan adiposa
yg berada pada sumsum kuning
o Sum-sum merah tulang membentuk sel-sel darah

b. JARINGAN PADA TULANG


a.) JENIS JARINGAN PADA TULANG
 Jaringan Tulang Primer :
o Jaringan ini berperan dalam proses pembentukan dan penyembuhan
tulang. jaringan primer atau jaringan pertama ini, tulangnya bersifat muda
atau sementara, yang nantinya akan digantikan oleh jaringan sekunder. jaringan
40

primer ini bentuknya seperti anyaman atau disebut dengan woven bone, yang
tersusun dari :
o serat kolagen yang tidak teratur pada osteoid
o sedikitnya kandungan garam mineral, sehingga mudah ditembuh oleh
sinar X
o jumlah osteositnya lebih banyak jika dibandingkan dengan jaringan tulang
sekunder

 Jaringan Tulang Sekunder :


Dikenal juga sebagai lamellar bone karena jaringan tulang sekunder
terdiri dari ikatan paralel kolagen yang tersusun dalam lembaran-lembaran
lamella. Ciri khasnya : serabut-serabut kolagen yang tersusun dalam
lamellae(lapisan) setebal 3-7μm yang sejajar satu sama lain dan melingkari
konsentris saluran di tengah yang dinamakan Canalis Haversi. Dalam Canalis
Haversi ini berjalan pembuluh darah, serabut saraf dan diisi oleh jaringan
pengikat longgar. Keseluruhan struktur konsentris ini dinamai Systema Haversi
atau osteon.Sel-sel tulang yang dinamakan osteosit berada di antara lamellae atau
kadang-kadang di dalam lamella. Di dalam setiap lamella, serabut-serabut
kolagen berjalan sejajar secara spiral meliliti sumbu osteon, tetapi serabut-
serabut kolagen yang berada dalam lamellae di dekatnya arahnya menyilang.
b.) MACAM JARINGAN PADA TULANG
o Jaringan tulang keras
o Jaringan Fibrosa Kartilago
o Jaringan vaskuler
o Jaringan limfe
o Jaringan lemak (adiposa)
o Jaringan Saraf
41

b. KOMPONEN JARINGAN PADA TULANG


a) Sel

o Osteoblast

Sel pembentuk tulang, dapat ditemukan di periosteum dan endosteum.

Selnya berbentuk kuboid atau silindris basal. sel ini juga mensintesis jar kolagen

dan komponen organik matriks.

o Osteosit

Sel utama dalam jaringan tulang. Pada sediaan gosok terlihat bahwa

bentuk osteosit yang gepeng mempunyai tonjolan-tonjolan yang bercabang-

cabang. Bentuk ini dapat diduga dari bentuk lacuna yang ditempati oleh osteosit

bersama tonjolan-tonjolannya dalam canaliculi. osteosit berperan dalam

membawa nutrisi yang dibawa oleh darah ke bagian tulang dan membawa keluar

limbah.

o Osteoklas :

Merupakan sel penghancur tulang atau pengganti tulang lama. Sel ini

dapat ditemukan di endosteum

o Osteoprogenitor :

Sel Mesenchimal primitve yang menghasilkan osteoblast selama

pertumbuhan tulang dan osteosit pada permukaan dalam jaringan tulang

 Substansi dasar

 Komponen fibriler
42

c.) STRUKTUR TULANG DAN FUNGSINYA

Gambar 2. 8. Struktur Tulang

1. Poriosteum : Lapisan pertama pembungkus tulang, berupa

selaput tipis, tempat merekatnya otot rangka. berperan

pula dalam memberikan nutrisi pada tulang dan

respirasi tulang yang rusak

2. Tulang kompak : Bagian keras dan padat. Berfungsi untuk

melindungi sum-sum tulang pada bagian posro (diafisis)

dari tulang dan memberikan kekuatan pada bagian tulang

yang berongga. Pada bagaian ini juga terdapat

pembuluh darah yang berfungsi mengantarkan darah

yang kaya akan oksigen dan nutrisi ke sel-sel tulang.

selain itu juga terdapat saraf saraf pada tulang.


43

3. Rongga Medula : Rongga yang terdapat dalam poros (diafisis) yang

mengandung sum-sum tulang kuning

4. Tulang Spongiosis : biasa juga disebut dengan kanselus atau trabekuler.

Bagian ini terbentuk dari potongan-potongan kecil

dan memiliki banyak rongga. menyimpan sum-sum

tulang merah yang dapat membentuk sel darah.

biasanya bagian ini terdapat pada tulang tengkorak,

dada, pinggul atau pelvis, dan selangka atau

klavikula.

5. Tulang Rawan : Terdapat pada bagian ujung tulang yang merupakan bagian

dari jaringan ikat fibrosa. Memiliki struktur yang lebih

lembut, namun lebih kuat dari kebanyakan jarinagn lainnya.

2.4.4. Mikroskopis tulang

Jika melihat tulang secara mikroskopis atau dengan menggunakan

mikroskop, terdapat banyak bagian atau struktur tulang yang lebih terperinci, yaitu

1. Kanalikuli : saluran kecil atau lorong yang dilalui nutrisi ke osteosit

dan mengeluarkan produk limbah

2. Lamella : lapisan konsntris matriks yang terdiri dari garam mineral

dan serat kolagen. Garam mineral ini yang membuat tulang

menjadi keras, serat kolagen yang membuat tulang menjadi kuat.


44

3. Lakuna : ruang kecil diantara Lamella yang didalamnya

mengandung osteosit

4. Saluran Havers : didalam saluran ini terdapat pembuluh darah dan saraf.

5. Saluran Volkam : saluran yang menghubungkan 2 saluran havers

Gambar 2.4.4 1 Mikroskopis Tulang

Gambar 2. 9. Mikroskopis Tulang

2.1.PROSES PEMBENTUKAN KARTILAGO DAN HISTOLOGINYA

2.3.1. PENGERTIAN KARTILAGO


Tulang rawan atau kartlago adalah bentuk khusus jaringan ikat yang
berasal dari mesenkim. Mesenkim adalah jaringan yang berada di
mesoderm. Terdiri atas sel dan matriks ekstraselular yang terdiri dari
serat jaringan ikat dan substansia fundamental/dasar. Substansia
fundamental tersebut mengandung meliputi proteoglikan, glikoprotein
adhesif, dan glikosaminoglikan.
45

Tulang rawan bersifat non vaskular, artinya tidak memiliki


pembuluh darah. Kartilago mendapatkan asupan nutrisi dari hasil difusi
beberapa jaringan. Di samping itu, kartilago juga memiliki kemampuan
untuk tumbuh cepat sehingga merupakan kerangka sementara yag baik
untuk embrio yang kelak perlu menggantinya dengan jarigan tulang.
Setelah lahir pun kartilago diperlukan agar kerangka tulang dapat
memanjang, sehingga selama masih terdapat jaringan kartilago pada
tulang tersebut, individu masih dapat memanjang. Fungsi tulang rawan
:
1. Berfungsi sebagai penyokong
2. Berperan sebagai permukaan gesekan
Pada permukanan persendian, kartilago perlu dipertahankan
untuk mengatasi adanya pergesekan antar ujung-ujung
tulang.
3. Sebagai peredam
Saat kita melakukan loncatan, maka kartilago ini berfungsi
sebagai peredam agar tidak terjadinya tabrakan antar tulang.
4. Pertumbuhan dan perkembangan
Tulang rawan ini memungkinkan adanya penambahan panjang dan
pelebaran. Tulang rawan dapat tumbuh terus menerus sesuai dengan
asupan nutrisi.

2.3.2. HISTOGENESIS KARTILAGO


Histogenesis adalah proses pembentukan jaringan.
Khususnya disini merupakan proses pembentukan jaringan tulang
rawan. Cartilago dibentuk oleh jaringan mesenkim seperti halnya
jaringan pengikat lainnya. Semula dalam daerah pembentukan
cartilago, sel-sel jaringan mesenkhim terdapat dalam sstansi amorf
yang telah mengandung juga komponen berbentuk. Sel-sel tersebut
kemudian saling mendekat disertai dengan menghilangnya tonjolan-
tonjolannya sehingga sel-selnya berubah menjadi bulat bentuknya.
46

Batas sel menjadi kurang jelas dan inti-intinya tampak saling


berdekatan. Daerah perubahan ini dinamakan sentrum khondrifikasi
atau jaringan protokhondral.
Perubahan berikutnya dialami oleh sel-sel yang berdiferensiasi dan
membesar/memanjang diikuti saling menjauhi diri. Ada 2 cara
diferensiasi, yaitu :
1. Interstisial
Adanya mitosis atau pembelahan pada sel kondrosit yang
disertai pengendapan matriks baru di antara dan di
sekeliling sel yang membelah tersebut. Hal itu membuat
kartilago memiliki ruang baru untuk pembentukan
kondrosit baru sehingga dapat menambah ukuran tulang
rawan dari dalam.
2. Aposisial
Proses aposisional terjadi di daerah tepi tulang rawan.
Merupakan diferensiasi sel (kondroblas) di perikondrium
perifer menjadi sel tulang rawan baru yang selanjutnya
akan segera mensintesis matriks dan terjadi pertumbuhan
tulang rawan.

2.3.3. JENIS KARTILAGO


a. KARTILAGO HIALIN
Tulang rawan hialin merupakan jenis jaringan tulang rawan yang
paling banyak ditemukan. Pada embrio, tulang rawan hialin
berfungsi sebagai model kerangka bagi kebanyakan tulang. Seiring
sengan pertumbuhan, model tulang rawan secara bertahap diganti
dengan tulang melalui proses yang disebut osifikasi endokondral.
Pada orang dewasa, kebanyakan mode tulang rawan hialin telah
digaanti dengan tulang sejati, kecuali tulang rawan permukaan
sendi, ujung iga, hidung, laring, trakea, serta di bronki. Disini, tulang
rawan hialin menetap seumur hidup dan tidak mengalami
penulangan. Pada keadaan segar, kartilago hialin tampak putih
bening yang disebabkan oleh substansi interselulernya.
47

Gambar 2. 10. Kartilago Hialin

Struktur tulang rawan hialin meliputi :


1) Matriks terlihat homogen
2) Serabut kolagen banyak
Ini yang menyebabkan tulang rawan hialin lebih keras
daripada jenis lainnya.
3) Ada serabut elastis namun sedikit
4) Terdapat perikondrium

Perikondrium adalah selapis jaringan ikat padat, tidak


teratur, dan memiliki vaskularisasi. Vaskularisasi adalah
pembentukan pembuluh darah baru dalam jaringan yang diinduksi
melalui pembedahan.Distribusi tulang rawan hialin ini terdapat pada
kartilago artikularis atau permukaan sendi, saluran pernapasan,
seperti trakea, laring, hidung, dan bronkus, serta pada awal
kehidupan fetal atau pada embrio.

b. KARTILAGO FIBROSA
Fibriokartilago ditandai oleh adanya berkas-berkas serat kolagen
kasar yang padar dan tidak teratur dalam jumlah besar. Berbeda
dengan tulang rawan hialin dan elastis, fibriokartilago terdiri dari
48

lapisan matriks tulang rawan diselingi lapisan serat kolagen yang


berorientasi sesuai arah tegangan fungsional.

Gambar 2. 11. Kartilago Fibrosa

Struktur histologis tulang rawan fibrosa meliputi :


1) Serabut kolagen banyak dan kasar
Serabut kolagen tersusun sebagai anyaman yang padat.
Bahkan beberapa diantaranya membentuk berkas tebal
dan hampir mendesak substansi dasar yang homogen.
2) Tidak ada perikondrium di sekitar tulang rawannya
3) Terdapat serabut elastis namun tidak banyak

Distribusi fibriokartilago di tubuh terbatas dan ditemukan di


diskus intervertebralis (tulang belakang), ligamentum teresfemoris
(unung tulang femur), simfisis pubis pada tulang panggul, beberapa
sendi tertentu, serta sebagai tempat perlekatan beberapa tendo pada
tulang.

c. KARTILAGO ELASTIS
Serupa dengan tulang rawan hialin, namun memiliki lebih banyak
serat elastik (fibra elastica) bercabang di dalam matriksnya. Tulang
rawan elastik bersifat sangat lentur. Oleh karena itu, tulang rawan
49

elastis ini biasanya ditemukan pada daerah-daerah yang


membutuhkan fleksibilitas yang tinggi. Dalam keadaan segar,
tampak berwarna kekuning-kuningan dan kurang tembus cahaya
jika dibandingkan dengan kartilago hialim.

Gambar 2. 12. Kartilago Elastis

Struktur tulang rawan elastis meliputi :


1) Matriks substansi dasarnya tertutup
2) Sel-selnya serupa dengan kondrosit kartilago hialin
berbentuk bundar dan bertempat dalam lakuna dengan
membentuk sel isogen.
3) Adanya serat elastis
Serat elastis ini tersebar dan halus bercabang di dalam
matriks. Serat inilah yang mengakibatkan kelenturan tulang
rawan.
4) Memiliki perikondrium
Di sekeliling tulang rawan elastis, terdapat jaringan ikat
tidak beraturan yaitu perikondrium.

Distribusi tulang rawan elastis ini terdapat di telinga bagian luar,


dinding tuba auditorius (tuba eustachi), epiglotis, dan sebagian
kerangka laring.
50

2.2.TULANG PEMBENTUK WAJAH

Gambar 2. 13. Tulang Pembentuk Wajah


51

2.3.1. Cranium
Cranium adalah skeleton kepala. Cranium membentuk dua bagian yaitu
neurocranium dan viscerocranium. Neurocranium (kubah cranium) adalah
pelindung bertulang pada otak dan lapisan membranosanya, meninges
cranial. Viscerocranium (skeleton facial) terdiri dari tulang-tulang wajah
yang terutama berkembang pada mesenkim arkus fariangel embrionik
(Moore dan Persaude, 2003). Viscerocranium membentuk bagian anterior
cranium dan terdiri dari tulang-tulang yang mengelilingi mulut (rahang
atas dan bawah), rongga hidung, dan sebagian besar orbita (kantong mat
atau rongga mata)

2.3.2. Aspek facial cranium


Fitur –fitu aspek frontal cranium (L. norma facialis atau
frontalis) yaitu os frontale dan kedua os zygomaticum, kedua orbita,
daerah hidung, maxilla, dan mandibula. Os frontale membentuk
skeleton dahi yang ke inferior berhubungan dengan os nasale dan os
zygomaticum. Titik temu antara os frontale dengan os nasale disebut
nasion. Pada margo supra orbitalis ossis frontalis terdapat sebuah
foramen supra orbitale (atau takik). Tepat diatas margo supra
orbitalis terdapat arcus superciliaris. Dalam kedua orbita terdapat
fissure orbitalis superior, fissure orbitalis inferior, dan canalis
opticus. Di sebelah bawah masing-masing orbita terdapat foramen
infra-orbitale pada maxilla.Kedua os zygomaticum membentuk
tonjolan-tonjolan pipi. Sebuah foramen zygomaticoficiale
menembus bagian lateral masing-masing tulang.
Di sebelah bawah os nasale terdapat apertura piriformis
(nasalis anterior) yang jorong. Melalui lubang ini dapat diamati
sekat hidung berupa tulang yang membagi rongga hidung menjadi
bagian kanan dan kiri. Pada dinding lateral maisng-masing bagian
rongga hidung terdapat Rahang atas dibentuk oleh kedua maxilla
yang bersatu; processus alveolaris tulang-tulang ini membentuk
ceruk-ceruk dan tulang penunjang bagi gigi-gigi maksilar. Processus
alveolaris mandibula menyediakan tempat bagi gigi-gigi
52

mandibular. Di sebelah bawah gigi geraham depan (dens


premolaris) kedua terdapat foramen mentale. Protuberantia mentalis
(dagu), yang membentuktonjolan dagu adalah sebuah lempeng
tulang berbentuk segitiga yang meninggi di bawah symphysis
mandibulae (mentalis), daerah persatua kedua belah kedua belah
tulang fetal. lempeng-lempeng tulang yang lengkung, yakni concha
nasalis.

2.3.TULANG PELINDUNG OTAK


Sebagaimana yang telah dijelaskan di learning issues nomer 6 tentang
tulang apa saja yang membentuk wajah (Viscerocranium), adapun tulang
yang melindungi otak. Tulang ini dinamakan Neurocranium. Tulang-tulang
pada neurocranium adalah sebagai berikut :
o PADA MIDLINE
o Os Frontal

o OsEthmoidal

o OsSphenoidal

o Os Occipital

o PADA BILATERLAL
o Os Parietal

o Os Temporal

Neurocranium dibagi menjadi 2 bagian, yaitu Skull Cap dan Basicranium.

Skull Cap (Calvaria) berbentuk cembung seperti kubah dan berfungsi

sebagai “atap” atau pelindung bagian luar pada otak. Calvaria ini adalah

jenis tulang yang berbentuk pipih.Bagian yang termasuk dalam calvaria

antara lain; Os frontal, Os Parietal, Os occipital.Sedangkan Basicranium

(Cranial base) berbentuk irregular bones atau bentuk tulang yang tidak
53

beraturan dan berfungsi sebagai “lantai” atau pelindung bagian dasar otak.

Bagian yang termasuk Basicranium antara lain; OsSpenoidal, Os Temporal,

OsEthmoidal.
DAFTAR PUSTAKA
G, Arthur C., H, Jhon E. 2006. Textbook of Medical Physiology. USA: Elsevier Saunders.
Guyton, Arthur C & John E. Hall.1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9.
Jakarta:EGC.
http://www.medicinesia.com/kedokteran-dasar/neurosains/mekanisme-impuls-saraf
/http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/psikologi_faal/bab5_anatomi_sistem_saraf_p
erifer.pdf
file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/196912052001121-
SETYO_WAHYU_WIBOWO/Sist_Syaraf_Tepi_[Compatibility_Mode].pdf

Jones, Mary, dkk. 2012. Cambridge International AS and A Level Biology Coursebook
Third Edition.England:Cambridge.

Snell, Richard S. 1997. Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran. Edisi ke-3.
Terjemahan Jan Tambayong. Jakarta: EGC.

http://blogs.unpad.ac.id/histologi/2010/07/18/8-susunan-saraf-tepi/

http://biologimediacentre.com/sistem-koordinasi-saraf-1/

https://books.google.co.id/books?id=lfzeG6ahJ7UC&pg=PA125&lpg=PA125&dq=saraf
+mandibularis&source=bl&ots=nyJfcIbm5R&sig=FiSyG5wDXD10Bxzt9DAeEf0v74U
&hl=en&sa=X&sqi=2&ved=0CGYQ6AEwCGoVChMIsumo0veQyAIVBY6OCh0JxAn
2#v=onepage&q=saraf%20mandibularis&f=false

Anda mungkin juga menyukai