ASEP FERDIANSYAH
ABSTRAK
Kata kunci: analisis curah hujan, data NOAA, indeks RAOB, radiosonde dan RAOB
ABSTRACT
Keywords: data of NOAA, radiosonde, rainfall analysis, RAOB, and RAOB index
ASEP FERDIANSYAH
Skripsi
sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sains
pada Mayor Meteorologi Terapan
Departemen Geofisika dan Meteorologi
LEMBAR PENGESAHAN
Judul : Potensi Parameter Keluaran RAOB (Rawinsonde Observation Programs)
sebagai Indikator Kunci dalam Analisis Curah Hujan
Nama : Asep Ferdiansyah
NRP : G24080027
Disetujui oleh,
Pembimbing
Diketahui oleh,
Ketua Departemen Geofisika dan Meteorologi
Tanggal Lulus:
KATA PENGANTAR
Segala puji kepada Allah SWT yang telah memberikan hidayah kepada penulis dalam
melaksanakan penelitian dan menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul Potensi Parameter
Keluaran RAOB (Rawinsonde Observation Programs) sebagai Indikator Kunci dalam Analisis
Curah Hujan. Penelitian ini berlangsung sejak Maret 2012 sampai dengan Mei 2012.
Terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah turut peran serta dalam
penyusunan karya ilmiah ini, terutama kepada:
1. Ibu Ana Turyanti, S.Si, M.T selaku pembimbing tugas akhir dan Dr. Ir. Sobri Effendi,
M.Si selaku pembimbing akademik penulis.
2. Prof Dr Ir Ahmad Bey selaku kepala Laboratorium Meteorologi dan Pencemaran Udara
yang telah memberikan ide dan saran dalam penelitian.
3. Keluarga Besar Departemen Geofisika dan Meteorologi IPB, staf dan seluruh dosen,
sahabat GFM 44, dan 45 terutama Taufik Yuliawan, Iput Pradiko, Faiz Rohman Fajary
dan Andi Syahid Muttaqin yang telah memberikan dukungan penuh kepada penulis.
4. Keluarga penulis atas doa, motivasi, nasehat, dan dukungan moril yang selalu diberikan
kepada penulis; almarhum ayah Drs. Sudirman, ibu Liberty, kakak Arif Suherman, dan
adik Anita Rizky Puteri.
Semoga semua bantuan yang diberikan kepada penulis, mendapatkan balasan dari Allah
SWT, dan semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Penulis menerima kritik dan saran konstruktif untuk perbaikan dan penyempurnaan karya ilmiah
ini dikemudian hari.
Bogor,
Oktober 2012
Asep Ferdiansyah
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bengkulu pada tanggal 11 September 1990, merupakan anak kedua
dari tiga bersaudara, putra dari Bapak Drs. Sudirman (alm) dan Ibu Liberty.
Tahun 2008 penulis lulus dari SMA N 4 Bengkulu dan pada tahun yang sama penulis
melanjutkan kuliah ke Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur USMI. Penulis diterima di
Program Studi Geofisika dan Meteorologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Selama masa perkuliahan penulis pernah menjadi Kepala Departemen Budidaya, Olahraga dan
Seni (BOS) Badan Eksekutif Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama, Staf di Departemen
Informasi dan Komunikasi HIMAGRETO dan Penanggung Jawab Divisi Kegiatan Khusus cabang
Bogor Himpunan Mahasiswa Meteorologi Indonesia (HMMI).
vii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ....................................................................................................................
viii
viii
ix
I.
PENDAHULUAN ...........................................................................................................
1.1 Latar Belakang ...........................................................................................................
1.2 Tujuan Penelitian .......................................................................................................
1
1
1
II.
1
1
2
2
3
3
3
3
4
4
4
4
4
4
5
5
5
6
6
6
III.
METODOLOGI...............................................................................................................
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................................................
3.2 Data dan Peralatan .....................................................................................................
3.3 Metode Penelitian ......................................................................................................
3.3.1
Penentuan Indikator untuk Menduga Kejadian Hujan Sangat Lebat dan
Ringan ..........................................................................................................
3.3.2
Analisis Curah Hujan ...................................................................................
7
7
7
7
IV.
7
8
10
10
V.
25
25
25
VI.
26
VII.
LAMPIRAN ....................................................................................................................
28
15
21
22
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Skala kandungan embun (moisture content) berdasarkan nilai TPW .................................
12 Koefisien korelasi (r) antara curah hujan Sangat Lebat dengan berbagai indeks
RAOB. ............................................................................................................................
10
13 Model regresi dan nilai R-Sq curah hujan sangat lebat ......................................................
12
14 Koefisien korelasi (r) antara curah hujan Ringan dengan berbagai indeks RAOB ......
13
14
16 Kisaran indeks output RAOB 3 jam sebelum kejadian hujan ringan, dan hujan sangat
lebat. ...................................................................................................................................
15
17 Kisaran indeks output RAOB 6 jam sebelum kejadian hujan ringan dan hujan sangat
lebat ....................................................................................................................................
17
18 Nilai median indeks output RAOB untuk 3 jam dan 6 jam sebelum kejadian hujan
sangat lebat dan ringan .......................................................................................................
20
21
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Karakteristik stabilitas atmosfer non lokal untuk berbagai profil suhu potensial virtual ....
2 Diagram alir penentuan indikator curah hujan (a), kisaran dan median dari indeks
keluaran RAOB (b), lapisan tidak stabil dan unsur-unsur cuaca tiap mandatory level (c).
3 Kondisi stabilitas atmosfer dari nilai Ri, s dan v saat 3 UTC untuk hujan sangat lebat...
23
4 Kondisi stabilitas atmosfer dari nilai Ri, dan s saat 3 UTC untuk hujan ringan .................
23
5 Kondisi stabilitas atmosfer dari nilai v saat 3 UTC untuk hujan ringan ..........................
24
6 Kondisi stabilitas atmosfer dari nilai Ri, s dan v saat 3 UTC untuk tidak hujan .............
24
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Tabulasi data parameter cuaca, ketinggian stabilitas atmosfer lokal dan non lokal untuk
kejadian tidak hujan ............................................................................................................
28
2 Tabulasi data parameter cuaca, ketinggian stabilitas atmosfer lokal dan non lokal untuk
kejadian hujan sangat lebat .................................................................................................
30
3 Tabulasi data parameter cuaca, ketinggian stabilitas atmosfer lokal dan non lokal untuk
kejadian hujan ringan..........................................................................................................
32
4 Contoh profil vertikal komponen stabilitas atmosfer lokal dan non lokal untuk curah
hujan sangat lebat ...............................................................................................................
34
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 RAOB
(Rawinsonde
Observation
Programs)
RAOB adalah perangkat lunak yang
digunakan untuk menganalisis kondisi
atmosfer atas. Input data yang digunakan
RAOB adalah data dari radiosonde.
Radiosonde merupakan salah satu peralatan
meteorologi berbentuk kotak kecil dilengkapi
dengan alat ukur unsur cuaca dan pemancar
sinyal radio. Radiosonde dapat mengetahui
distribusi suhu, tekanan, dan kelembaban
secara vertikal sampai ketinggian 30 km.
Radiosonde akan menghasilkan data
unsur-unsur meteorologis untuk tiap-tiap
Kandungan Embun
< 12.7
12.7 - 31.8
31.8 - 45.0
45.0 - 50.8
> 50.8
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
T 500 =
T p 500 =
= 500 500
keterangan:
T 500 , T 700 , T 850
=
Td 700 ,
Td 850
=
Tabel 2
Kecepatan maksimum
naiknya parsel udara
Biasa
Kuat
Sangat kuat
Ekstrim
Kondisi Atmosfer
<44
44-50
51-52
53-56
>56
BAB III
METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret
sampai dengan Mei tahun 2012, lokasi analisis
dan
pengolahan
data
bertempat
di
Laboratorium Meteorologi dan Pencemaran
Atmosfer
Departemen
Geofisika
dan
Meteorologi IPB.
3.2 Data dan Peralatan
Data yang digunakan dalam penelitian ini
berupa:
1. Data radiosonde.
Data tersebut diambil dari situs
http://ready.arl.noaa.gov/READYamet.p
hp.
Peralatan yang digunakan dalam
penelitian ini berupa seperangkat alat
komputer dengan software RAOB
(Rawinsonde Observation Programs),
MINITAB 14 dan Microsoft Excel.
2. Data curah hujan tiap jam untuk daerah
studi kasus.
Data curah hujan yang digunakan pada
wilayah di Jawa Tengah dan Daerah
Istimewa Yogyakarta yang memiliki tipe
hujan monsun. Data curah hujan tiap jam
ini digunakan untuk memastikan waktu
terjadinya hujan pada suatu wilayah,
( )2
=
1
4.
5.
6.
7.
2 ( )2 ()2
3.3.2
Analisis Curah Hujan
1. Penentuan kisaran dan nilai median
untuk tiap indeks. Tahapannya dapat
dilihat pada Gambar 2(b).
2. Penentuan stabilitas atmosfer
a. Nilai
unsur-unsur
cuaca
tiap
mandatory level.
b. Menentukan nilai parameter stabilitas
termal (s) dan Ri, dengan persamaan
berikut:
s=
Ri =
()2 ()2
(Arya 1999)
keterangan:
Tv
: Suhu virtual (K)
g
: gravitasi (ms-2)
1000
keterangan:
P
: Tekanan (mb)
Rd/Cp : 0.286
c. Membuat profil vertikal nilai s, Ri
dan nilai suhu potensial virtual
d. Penentuan lapisan tidak stabil.
Tahapannya dapat dilihat pada
Gambar 2(c).
Data curah
hujan tiap jam
Data sounding 3
jam dan 6 jam
sebelum kejadian
(b)
Korelasi antara Indeks keluaran
RAOB dengan Curah Hujan untuk
mengetahui indikator Curah Hujan
Stabilitas
Atmosfer Lokal
Stabilitas Atmosfer
Non Lokal
(c)
(a)
Gambar 2 Diagram alir penentuan indikator curah hujan (a), kisaran dan median dari indeks
keluaran RAOB (b), lapisan tidak stabil dan unsur-unsur cuaca tiap mandatory level
(c)
10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada penelitian pendugaan prediktor untuk
analisis curah hujan ini, kondisi cuaca yang
diduga prediktornya ialah curah hujan dengan
intensitas sangat lebat (curah hujan lebih besar
dari 100 mm selama 24 jam). Indeks-indeks
yang digunakan sebagai prediktor curah hujan
dengan intensitas sangat lebat merupakan
output dari perangkat lunak RAOB.
Penggunaan indeks tersebut karena setiap
indeks menggambarkan adanya pengaruh
konveksi dan menduga terjadinya badai. Dua
faktor tersebut sangat terkait dengan adanya
kejadian hujan konvektif (Soriano et al.
2001). Pada wilayah Indonesia, kejadian hujan
dengan intensitas sangat lebat sering terjadi
Tabel 12 Koefisien korelasi (r) antara curah hujan Sangat Lebat dengan berbagai indeks
RAOB
6 jam
3 jam
Indeks
sebelum kejadian
sebelum kejadian
VGP-Vorticity Generation Parameter (ms-2)
0.61
-0.02
CAPE Total (Jkg-1)
0.5
0.11
0.49
0.07
0.44
0.1
Td - Surface Dewpoint ( C)
0.4
0.17
0.34
0.17
0.31
0.29
-Delta Theta-e ( C)
0.2
0.08
0.19
0.34
-1
SI - Showalter Index
0.12
0.09
-1
0.11
0.2
-1
0.11
0.08
0.08
0.08
TI - Thompson Index
0.07
-0.19
0.02
0.14
-0.02
0.02
-0.03
-0.1
SWEAT Index
-0.07
0.14
VT - Vertical Totals
-0.08
-0.23
S-Index
-0.09
-0.17
Boyden Index
-0.11
-0.21
-0.11
0.03
850 mb Dewpoint ( C)
-0.17
-0.12
K-Index
-0.17
-0.2
JI - Jefferson Index
-0.18
-0.31
-1
KO-Index
0
11
Tabel 12 Lanjutan
6 jam
sebelum kejadian
-0.19
3 jam
sebelum kejadian
-0.36
-0.22
0.06
CT - Cross Totals
-0.23
-0.4
-0.33
-0.37
TQ-Index
-0.44
-0.55
-0.47
-0.04
-0.53
-0.05
Indeks
TT - Total Totals
-1
LI - Lifted Index
0
Cap Strength ( C)
Indeks RAOB yang memiliki nilai
koefisien korelasi tinggi dengan 3 jam
sebelum kejadian hujan sangat lebat adalah
indeks TQ (-0.55), sedangkan indeks yang
memiliki korelasi tinggi untuk 6 jam sebelum
kejadian hujan adalah CAPE Total (0.50),
Cap Strength (-0.53), dan Vorticity
Generation Parameter (0.61) (Tabel 12).
Indeks TQ menyampaikan informasi
bahwa pada waktu dan tempat tertentu sedang
mengalami perkembangan badai. Nilai TQ >
17 menunjukkan perkembangan badai cukup
besar dengan angin yang kuat sehingga
dengan semakin kuatnya angin maka massa
uap air akan berpindah sehingga hujan yang
terjadi tidak terlalu tinggi, hal ini sesuai
dengan hubungan korelasi yang dihasilkan
bernilai negatif. Nilai korelasi CAPE Total
terhadap curah hujan dengan intensitas sangat
lebat bernilai positif yaitu 0.50. Hal ini sesuai
dengan penelitian Adams dan Enio (2008)
yang menunjukkan bahwa hubungan antara
nilai CAPE dengan curah hujan bernilai
positif untuk kriteria hujan monsun. Nilai
CAPE Total untuk 6 jam sebelum kejadian
hujan sangat lebat mencapai 1922 Jkg-1. Nilai
tersebut menunjukkan energi yang tersedia
bagi parsel udara untuk diangkat secara
vertikal (AWS 1990). Semakin tinggi nilai
CAPE Total maka awan yang terbentuk akan
memiliki ukuran yang tinggi karena
pergerakan massa udara ke atas akan semakin
cepat dan pembentukan butiran air akan cepat
terbentuk sehingga proses kondensasi akan
sangat cepat terjadi (Arnason dan Philip
1970).
Cap Strength merupakan lapisan inversi
yang dapat berfungsi sebagai penetrasi
konveksi yang terjadi (Stull 2000). Nilai
korelasi Cap Strength dengan curah hujan
sangat lebat bernilai negatif, yang berarti
bahwa semakin rendahnya nilai Cap Strength,
maka kemungkinan kejadian hujan yang
sangat lebat akan tinggi. Hujan sangat lebat
12
Tabel 13 Model regresi dan nilai R-Sq curah hujan sangat lebat
Kejadian
Model Regresi
3 Jam sebelum H = 262 15 TQ + 5.44 CAP 73 VGP 0.359 V2
hujan sangat lebat
+ 1.41 TT + 2.25 JI
6 Jam sebelum
hujan sangat lebat
R-Sq (%)
43.2
65.9
13
sehingga
luasan
wilayah
dengan
menggunakan data grid belum mewakili
kondisi atmosfer pada luasan wilayah
terjadinya hujan, maka perlu pengambilan
beberapa data sounding yang mungkin dapat
mewakili luasan wilayah dan kejadian
atmosfer sebenarnya.
Cara lain yang mungkin dapat digunakan
untuk mengantisipasi hal itu adalah asimilasi
data. Asimilasi data merupakan teknik
pencampuran data dari sumber berbeda
dengan
tujuan
untuk
memproduksi
seperangkat data baru yang konsisten dengan
keadaan atmosfer. Asimilasi data diperlukan
karena sebuah model terdiri dari sejumlah
persamaan matematika yang didefinisikan
untuk mewakili berbagai variabel melalui
proses tertentu. Asimilasi data membutuhkan
parameter seperti suhu permukaan. Data
tersebut akan digunakan sebagai input karena
Tabel 14 Koefisien korelasi (r) antara curah hujan Ringan dengan berbagai indeks RAOB
3 jam
6 jam
Indeks
sebelum kejadian
sebelum kejadian
K-Index
0.61
0.52
JI - Jefferson Index
0.53
0.48
0.5
0.39
TI - Thompson Index
0.44
0.43
S-Index
0.44
0.4
Cap Strength ( C)
0.43
0.22
KO-Index
0.42
0.37
0.39
0.42
TQ-Index
0.29
0.26
CT - Cross Totals
0.21
0.26
LI - Lifted Index
0.21
0.09
0.19
0.19
TT - Total Totals
-1
0.14
0.03
850 mb Dewpoint ( C)
0.14
0.29
VT - Vertical Totals
0.09
0.01
0.09
0.14
0.07
-0.02
SWEAT Index
-1
Surface Dewpoint ( C)
0.07
0.11
0.06
0.11
0.03
0.03
0.09
-0.01
-0.06
-0.05
-0.04
-0.17
-0.1
Boyden Index
EHI - Energy Helicity Index
LFC - Level of Free Convection (m, MSL)
-2
14
Tabel 14 Lanjutan
3 jam
sebelum kejadian
-0.19
6 jam
sebelum kejadian
-0.26
-0.2
-0.2
-0.26
-0.14
-0.28
-0.16
-0.28
-0.06
-0.28
-0.35
-0.41
-0.31
-Delta Theta-e ( C)
-0.45
-0.35
Indeks
SI - Showalter Index
500 mb Wind speed (ms-1)
-1
R-Sq (%)
49.7
33.8
15
Tabel 16 Kisaran indeks output RAOB 3 jam sebelum kejadian hujan ringan, dan hujan sangat
lebat
Curah Hujan Sangat Lebat Curah Hujan Ringan
Indeks
maksimum
minimum maksimum minimum
200 mb Wind speed (ms-1)
25.7
3.6
12.9
1.0
-1
13.9
0.5
9.8
2.6
-1
12.9
1.0
14.4
3.6
15.4
13.9
15.5
13
-4.6
-5.3
-4.9
-5.3
Boyden Index
97.3
96.2
96.6
95.8
-1
-1
3505
908
3521
780
Cross Totals
20.2
18.7
20.6
18.3
26.4
14.8
22.7
13.8
31
27
31
28
Jefferson Index
K-Index
35.6
29.7
35.8
31.7
KO-Index
-4.2
-14.9
-4.9
-12
946
912
973
901
Lifted Index
-1.6
-5.5
-2.9
-6
S-Index
38.2
27.4
37.3
32
Showalter Index
2.1
0.5
2.6
0.6
24.5
22.9
25.4
22.6
SWEAT Index
249.8
186.6
253
185.8
Thompson Index
41
33
42
36
TQ-Index
18
16
17
15
42.8
39.7
42.4
40.2
Vertical Totals
22.7
20.8
23
21.8
-1
Mvv (ms )
84
43
84
40
1.1
-0.8
0.9
-0.3
0.205
0.076
0.237
0.073
1517
1076
1553
722
830
255
803
320
EHI
0.8
1.4
0.1
130
-25
128
-21
697
124
458
161
-1
srH (Jkg )
-1
DCAPE (Jkg )
16
17
Tabel 17 Kisaran indeks output RAOB 6 jam sebelum kejadian hujan ringan dan hujan sangat
lebat
Curah Hujan Sangat Lebat
Curah Hujan Ringan
Indeks
maksimum
minimum
maksimum minimum
200 mb Wind speed (ms-1)
17.0
2.6
12.3
13.4
-1
850 mb Dewpoint ( C)
0
-1
12.3
1.0
1.5
9.8
3.6
2.1
14.4
3.1
15.8
13.8
15.8
12.8
-4.5
-5.4
-5
-5.4
97
95.7
96.6
95.6
1922
611
2758
216
Cross Totals
21.1
17.7
21.2
17.7
25.7
12.7
20.3
Delta Theta-e ( C)
Jefferson Index
32
27
32
27
K-Index
36.2
29.1
37.2
30.3
KO-Index
-3.6
-12.1
-3.2
-9.9
925
883
969
827
Lifted Index
-1.7
-3.5
-1.1
-4.9
S-Index
39.5
26.9
40.6
29.2
18
Tabel 17 Lanjutan
Curah Hujan Sangat Lebat
Indeks
Showalter Index
0
Surface Dewpoint ( C)
SWEAT Index
maksimum
minimum
maksimum
minimum
-0.3
3.3
-0.1
24
22.4
24.7
21.8
245.2
182.6
248.6
193.8
Thompson Index
40
32
41
33
TQ-Index
18
16
18
14
44
39.2
43.4
39.5
23.1
21.3
22.5
21.7
62
35
74
24
1.9
0.3
2.3
-0.2
0.134
0.041
0.198
0.04
Vertical Totals
Mvv (ms-1)
0
Cap Strength ( C)
-2
1571
1083
1832
799
752
91
686
204
EHI
0.3
0.8
138
-9
113
-4
834
158
422
108
-1
srH (Jkg )
-1
DCAPE (Jkg )
19
20
Tabel 18 Nilai median indeks output RAOB untuk 3 jam dan 6 jam sebelum kejadian hujan sangat
lebat dan ringan
3 jam sebelum kejadian
6 jam sebelum kejadian
Indeks
Curah Hujan Curah Hujan Curah Hujan Curah Hujan
Sangat Lebat
Ringan
Sangat Lebat
Ringan
-1
200 mb Wind speed (ms )
17
14
18
15
500 mb Wind speed (ms-1)
12
11
13
16
18
14.8
14.4
14.4
15.1
-4.9
-5.2
-5
-5.2
Boyden Index
96.4
96.1
96.4
96.2
2135
2070
1223
927
Cross Totals
19.2
19.4
19.1
20.1
22.2
19.3
15.4
13.4
30
30
30
31
K-Index
34.1
34.2
34.6
35.1
KO-Index
-10.1
-9.3
-9.8
-6.2
-1
850 mb Dewpoint ( C)
0
-1
Delta Theta-e ( C)
Jefferson Index
-1
928
940
911
932
Lifted Index
-3.6
-4.2
-2.6
-2.4
S-Index
33.1
34.8
33.4
37.9
1.9
1.5
1.8
0.6
Surface Dewpoint ( C)
23.7
23.8
23.4
22.7
SWEAT Index
199
210.8
202.6
221.2
Thompson Index
37
37
37
37
TQ-Index
17
16
17
17
40.8
41.7
40.8
42.6
Vertical Totals
21.6
22
21.6
22.3
65
64
50
43
-0.2
0.2
0.8
VGP (ms )
0.125
0.141
0.087
0.112
1171
1095
1295
1196
586
517
363
358
EHI
0.1
0.2
0.1
19
34
30
460
289
384
248
Showalter Index
0
-1
Mvv (ms )
0
Cap Strength ( C)
-2
-1
srH (Jkg )
-1
DCAPE (Jkg )
21
Tabel 19 Nilai median indeks output RAOB untuk kejadian tidak hujan
Indeks
06 UTC
03 UTC
200 mb Wind speed (ms-1)
21
24
-1
8.5
-1
10.5
6.5
14.5
14.15
-5
-4.95
96.6
96.1
2620.5
2101.5
Cross Totals
19.15
18.65
24.6
24.3
29
27
K-Index
32.7
30.45
KO-Index
-12.1
-9.8
926.5
923.5
-4
-3.15
30.6
31.3
1.6
2.15
Surface Dewpoint ( C)
23.9
23.5
SWEAT Index
200.3
190.9
Thompson Index
37
34.5
TQ-Index
16
15
40.75
40.45
Vertical Totals
21.6
21.7
72.5
64.5
850 mb Dewpoint ( C)
0
-1
Delta Theta-e ( C)
Jefferson Index
Lifted Index
S-Index
Showalter Index
0
-1
Mvv (ms )
22
Tabel 19 Lanjutan
Indeks
0
Cap Strength ( C)
-2
06 UTC
03 UTC
-0.15
-0.15
0.19
0.122
1253
1346
743
789
EHI
0.1
8.5
465.5
570
-1
srH (Jkg )
-1
DCAPE (JKg )
Nilai indeks keluaran RAOB yang
dihasilkan untuk mengetahui kondisi atmosfer
saat tidak hujan menunjukkan kondisi yang
tidak stabil, hal ini ditunjukkan dari nilai LI
sebesar -3.15 pada 03 UTC (radiasi
maksimum) dan -4 pada 06 UTC. Nilai LI
menunjukkan bahwa terjadi kondisi yang
semakin tidak stabil dari 03 UTC menuju 06
UTC yang ditunjukkan dengan nilai LI yang
semakin kecil (Tabel 19). Hal tersebut terjadi
karena semakin tinggi posisi matahari
menyebabkan radiasi matahari yang sampai ke
permukaan bumi akan semakin tinggi
sehingga akan menghangatkan udara di
permukaan yang mengakibatkan suhu parsel
udara akan lebih tinggi dari suhu lingkungan,
dengan semakin tingginya suhu di permukaan
bumi akan mengakibatkan perbedaan suhu
permukaan dengan udara yang berada di
atasnya. Hal ini mengakibatkan terjadinya
perpindahan massa udara secara konveksi.
Oleh karena itu, semakin tinggi posisi
matahari akan menyebabkan proses konveksi
di atmosfer akan semakin tinggi, hal ini dapat
ditunjukkan dari nilai indeks K pada saat 03
UTC sebesar 30.45 dan meningkat pada 06
UTC sebesar 32.7. Selain dari nilai indeks K,
konveksi yang terjadi dapat dilihat dari nilai
CAPE Total.
Nilai CAPE Total untuk 03 UTC sebesar
2101.5 Jkg-1 dan meningkat pada 06 UTC
sebesar 2620.5 Jkg-1. Nilai CAPE Total yang
dihasilkan menunjukkan bahwa energi yang
dimiliki oleh parsel udara sangat tinggi
sehingga parsel udara akan memiliki
kecepatan updraft yang tinggi pula yaitu
mencapai 72.5 ms-1 pada 06 UTC. Walaupun
memiliki nilai CAPE Total yang tinggi dan
kondisi atmosfer yang tidak stabil tetapi tidak
menghasilkan adanya hujan. Hal ini dapat
terlihat dari nilai LCL yang dihasilkan, pada
kondisi tidak hujan yaitu mencapai 743 m
pada 06 UTC dan 789 m pada 03 UTC,
ketinggian LCL tersebut lebih tinggi dari
ketinggian LCL pada kondisi hujan sangat
23
Gambar 3 Kondisi stabilitas atmosfer dari nilai Ri, s dan v saat 3 UTC untuk hujan sangat lebat
Gambar 4 Kondisi stabilitas atmosfer dari nilai Ri, dan s saat 3 UTC untuk hujan ringan
24
Gambar 5 Kondisi stabilitas atmosfer dari nilai v saat 3 UTC untuk hujan ringan
Gambar 6 Kondisi stabilitas atmosfer dari nilai Ri, s dan v saat 3 UTC untuk tidak hujan
Parameter cuaca lain yang turut diamati
dalam penelitian ini adalah kelembaban relatif
pada 500 mb (rh5) karena memberikan
kontribusi yang besar terhadap proses
terjadinya hujan (Muttaqin 2011),
serta
parameter TPW dan mixing ratio untuk 3 jam
dan 6 jam sebelum kejadian hujan.
Kelembaban relatif pada 500 mb memberikan
perbedaan untuk kejadian hujan dan pada saat
tidak terjadinya hujan. Nilai rh5 pada kejadian
hujan lebih tinggi dari rh5 pada kondisi tidak
terjadi hujan karena dengan semakin kecil
kelembaban pada kondisi itu maka belum
dapat memastikan akan terjadinya hujan
sehingga dapat diketahui bahwa faktor
pendukung untuk terjadinya hujan adalah
kelembaban (George 1955). Kelembaban
sangat terkait dengan proses evaporasi yang
membawa suplai uap air dari permukaan
(Messmer et al. 1997) sehingga semakin
tinggi suplai air maka akan semakin tinggi
25
5.1 Kesimpulan
Indikator curah hujan sangat lebat
berdasarkan indeks yang berkorelasi tinggi
saat 3 jam sebelum hujan adalah indeks TQ (0.55) sedangkan indeks yang berkorelasi
tinggi pada 6 jam sebelum hujan yaitu Cap
Strength (-0.53), CAPE Total (0.50) dan
Vorticity Generation Parameter (0.61).
Persamaan yang dihasilkan untuk 3 jam
sebelum kejadian hujan sangat lebat belum
memuaskan dan persamaan yang dihasilkan
untuk menduga 6 jam sebelum kejadian hujan
sangat lebat cukup baik dengan koefisien
determinasi 65.9%.
26
DAFTAR PUSTAKA
Adams DK, Enio PS. 2008. CAPE and
convective events in the Southwest
during the North American Monsoon.
Monthly Weather Review 137:83-98
Ahrens CD. 2009. Meteorology Today. USA:
Brooks/Cole
[AWS] Air Weather Service. 1990. The skew
T, log P diagram in analysis and
forecasting. Scott Air Force Base: Air
Weather Service Technical Report
http://wwwdas.uwyo.edu/~geerts/atsc3032/skewT
[15 April 2012]
Arnason G, Philip SB. 1970. Growth of cloud
droplets by condensation: a problem in
computational stability. J of the
Atmospheric Sciences 28:72-77
Arya SP. 1999. Air Pollution Meteorology
and Dispersion. New York: Oxford
University Press
[BMKG] Badan Meteorologi Klimatologi dan
Geofisika. 2012. Pengertian dalam
buletin
curah
hujan.
Buletin
Meteorologi Edisi 055 Juni 2012.
http://hangnadim.kepri.bmkg.go.id/bul
etin/jun12.pdf [15 April 2012]
Budiarti M, Muslim M, Ilhamsyah Y. 2012.
Studi indeks stabilitas udara terhadap
peramalan kejadian badai guntur di
wilayah
Stasiun
Meteorologi
Cengkareng Banten. Cengkareng:
Badan Meteorologi Klimatologi dan
Geofisika
Chen Ching Sen, Yi Leng Chen, Che Ling
Liu, Pay Liam Lin, Wan Chin Chen.
2007. Statistics of heavy rainfall
occurrences in Taiwan. J American
Meteorological Society 22:981-1002
Davies JM. 2004. Total CAPE, low-level
CAPE, and LFC in significant tornado
events with relatively high LCL
heights. Kansas: Wichita
http://www.wdtb.noaa.gov/resources
[15 April 2012]
Gao
27
28
Lampiran 1 Tabulasi data parameter cuaca, ketinggian stabilitas atmosfer lokal dan non lokal untuk kejadian tidak hujan
Waktu Kejadian
(UTC)/Lokasi
VV8
(m/s)
Ketinggian
Stabilitas Atmosfer
dengan v (m)
Ketinggian
Stabilitas Atmosfer
dengan Ri (m)
Ketinggian Stabilitas
Atmosfer dengan s
(m)
8.1
1.4
0.13-17.76
3.19
0.13-18.3
TPW
(mm)
VV5
(m/s)
VV7
(m/s)
00/Sleman
0.63
6.22
00/Sleman
0.68
11.9
00/Boyolali
0.71
10.79
8.2
3.82
0.13-17.8
86
82
91
00/Boyolali
0.65
11.02
9.12
3.28
0.13-17.81
85
83
80
RH5 (%)
RH8 (%)
89
31
79
88
51
84
00/Kunthi
0.57
10.23
8.83
2.49
770
ts 122, 310 s
ts 122, 310 s
0.12-17.39
81
62
68
00/Kunthi
0.63
6.24
8.07
1.34
0.12-17.78
89
38
78
00/Todanan
0.68
11.78
8.16
0.13-18.21
88
51
84
00/Todanan
0.67
12.27
9.81
2.89
0.07-18.13
91
67
86
00/Kulon Progo
0.67
10.59
8.13
0.63
0.09-18.15
91
42
84
Median
0.67
10.79
8.16
2.89
88
51
84
03/Sleman
0.65
12.5
10.4
6.8
1000
ts 191, 300 s
ts 191, 300 s
0.13-18.8
77
41
75
03/Sleman
0.69
15.8
10.8
7.53
1487
ts 191, 291 s
ts 191, 291 s
0.11-19.18
74
47
82
03/Boyolali
0.71
12.23
9.04
6.01
0.1-18.13
84
86
93
03/Boyolali
0.66
13.35
10.76
6.48
1015
ts 315, 543 s
ts 315, 543 s
0.11-18.13
74
73
81
03/Kunthi
0.56
10.37
10.41
3.6
1010
ts 311, 539 s
ts 311, 539 s
0.13-17.29
73
57
67
03/Kunthi
0.65
12.19
10.16
6.49
1004
ts 195, 304 s
ts 195, 304 s
0.13-18.69
77
39
74
03/Todanan
0.69
15.54
10.54
7.48
1491
ts 195, 295 s
ts 195, 295 s
0.11-19.06
74
47
82
03/Todanan
0.69
14.9
11.67
7.69
795
ts 75, 110 s
ts 75, 110 s
0.05-19.06
83
62
90
03/Kulon Progo
0.67
16.16
13.38
7.57
1045
ts 75, 119 s
ts 75, 119 s
0.09-19.16
73
41
82
Median
0.67
13.35
10.54
6.8
1012.5
74
47
82
Keterangan:
s adalah stabil; ts adalah tidak stabil
29
Lampiran 1 Lanjutan
Waktu
Kejadian
(UTC)/Lokasi
06/Sleman
Ketinggian
Stabilitas Atmosfer
dengan Ri (m)
ts 191, 291 s
Ketinggian
Stabilitas Atmosfer
dengan s (m)
ts 191, 291 s
Mixing
Ratio
RH0 (%)
RH5 (%)
RH8 (%)
7.48
Ketinggian
Stabilitas Atmosfer
dengan v (m)
1487
0.13-19.3
76
50
79
11.14
10.63
10.79
10.82
7.9
6.78
7.22
4.42
1488
1005
1501
1004
ts 191, 291 s
ts 161, 305 s
ts 306, 535 s
ts 532, 766 s
ts 191, 291 s
ts 161, 305 s
ts 306, 535 s
ts 532, 766 s
0.13-19.66
0.06-18.38
0.11-18.96
0.11-17.74
78
82
77
72
63
89
76
64
86
92
85
71
13.93
15.44
18.09
11.39
11.04
13.78
7.3
7.92
10.22
1491
1492
1033
ts 195, 295
ts 295, 525 s
ts 111, 334 s
ts 195, 296
ts 295, 525 s
ts 111, 334 s
0.13-19.18
0.13-19.66
0.07-20.65
75
78
84
49
63
70
78
85
90
0.68
19.17
14.54
9.84
1513
ts 93, 318 s
ts 93, 318 s
0.11-21.33
83
42
79
0.7
14.97
11.14
7.48
1488
78
63
85
TPW
(mm)
VV5
(m/s)
VV7
(m/s)
VV8
(m/s)
0.69
14.2
11.5
06/Sleman
06/Boyolali
06/Boyolali
06/Kunthi
0.72
0.72
0.7
0.6
15.5
12.97
14.97
11.82
06/Kunthi
06/Todanan
06/Todanan
0.68
0.72
0.7
06/Kulon Progo
Median
30
Lampiran 2 Tabulasi data parameter cuaca, ketinggian stabilitas atmosfer lokal dan non lokal untuk kejadian hujan sangat lebat
6 jam sebelum kejadian hujan sangat lebat
Waktu
Kejadian
(UTC)/Lokasi
TPW
(mm)
VV5
(m/s)
VV7
(m/s)
VV8
(m/s)
Ketinggian
Stabilitas Atmosfer
dengan Ri (m)
Ketinggian
Stabilitas Atmosfer
dengan v (m)
Ketinggian Stabilitas
Atmosfer dengan s
(m)
Mixing
Ratio
RH0 (%)
RH5 (%)
RH8 (%)
21/ Sleman
0.68
3.46
6.81
4.38
0.13-17.02
89.6
41.4
87.5
00/ Sleman
0.66
9.15
4.53
0.11-17.56
91
73
86
00/Boyolali
0.69
10.98
9.64
4.73
ts 161, 331 s
559
ts 161, 331 s
0.1-17.87
85
46
88
03/ Boyolali
0.67
12.89
11.07
5.94
ts 333, 562 s
1034
ts 333, 562 s
0.04-18.55
76
66
78
06/Kunthi
0.7
10.37
9.46
5.42
0.09-18.17
82
26
89
00/ Kunthi
0.72
13.97
9.31
4.14
0.14-18.69
92
87
89
00/Todanan
0.66
13.18
9.7
5.47
0.11-18.78
93
88
84
00/ Todanan
0.63
11.22
10.31
4.62
0.04-18.74
94
83
81
00/Kulon Progo
0.65
14.17
10.15
2.28
0.09-19.1
91
70
78
Median
0.67
11.22
9.64
4.62
91
70
86
796.5
3 jam sebelum kejadian hujan sangat lebat
Waktu
Kejadian
(UTC)/Lokasi
00/Sleman
TPW
(mm)
VV5
(m/s)
VV7
(m/s)
VV8
(m/s)
0.68
11.34
10.15
4.91
03/ Sleman
0.68
13.44
10.86
7.52
03/Boyolali
0.69
14
11.26
7.5
06/ Boyolali
0.71
13.52
11.61
7.11
09/Kunthi
0.7
9.37
9.65
4.83
Ketinggian
Stabilitas Atmosfer
dengan Ri (m)
s
ts 191, s 300, ts 528,
761 s
ts 161, 323 s
ts 161, s 324, ts 553,
787 s
s
Ketinggian
Stabilitas Atmosfer
dengan v (m)
s
999
1021
1026
s
Ketinggian Stabilitas
Atmosfer dengan s
(m)
s
ts 191, s 300, ts 528,
761 s
ts 161, 323 s
ts 161, s 324, ts 553,
787 s
s
Mixing
Ratio
RH0 (%)
RH5 (%)
RH8
(%)
0.12-18.28
92
37
87
0.1-18.1
78
70
86
0.11-18.69
82
59
89
0.09-19.27
79
62
85
0.09-17.96
83
30
89
31
Lampiran 2 Lanjutan
Waktu
Kejadian
(UTC)/Lokasi
TPW
(mm)
VV5
(m/s)
VV7
(m/s)
VV8
(m/s)
Ketinggian Stabilitas
Atmosfer dengan Ri
(m)
Ketinggian
Stabilitas Atmosfer
dengan v (m)
Ketinggian Stabilitas
Atmosfer dengan s
(m)
Mixing Ratio
RH0 (%)
RH5 (%)
RH8 (%)
03/ Kunthi
0.71
16.81
11.75
7.93
ts 195, 295 s
996
ts 195, 295 s
0.14-19.9
84
81
86
03/Todanan
0.7
15.97
12.04
8.84
ts 195, 295 s
1487
ts 195, 295 s
0.12-19.3
86
86
78
03/ Todanan
0.63
12.43
9.89
5.03
0.11-18.74
92
93
81
03/Kulon Progo
0.7
17.45
13.35
7.81
ts 75, 93 s
1515
ts 75, 93 s
0.08-19.7
71
61
81
Median
0.7
13.52
11.26
7.5
83
62
86
1023.5
32
Lampiran 3. Tabulasi data parameter cuaca, ketinggian stabilitas atmosfer lokal dan non lokal untuk kejadian hujan ringan
6 jam sebelum kejadian hujan ringan
Waktu
Kejadian
(UTC)/Lokasi
TPW
(mm)
VV5
(m/s)
VV7
(m/s)
VV8
(m/s)
Ketinggian Stabilitas
Atmosfer dengan Ri
(m)
Ketinggian
Stabilitas Atmosfer
dengan v (m)
Ketinggian Stabilitas
Atmosfer dengan s
(m)
Mixing Ratio
RH0 (%)
RH5 (%)
RH8 (%)
00/Sleman
0.72
10.46
7.4
3.54
0.1-17.76
96
94
94
00/Sleman
0.7
10.76
7.11
3.84
0.11-17.98
96
95
89
00/Boyolali
0.64
6.84
6.48
5.7
0.14-16.82
81
90
81
03/Boyolali
0.71
15.81
11.28
7.14
ts 161, 314 s
1015
ts 161
0.11-19.53
83
81
86
03/Kunthi
0.65
11.9
9.02
5.07
ts 122, 336 s
796
ts 122
0.12-17.45
82
93
84
00/Kunthi
0.69
10.29
8.06
3.92
0.11-17.89
95
85
89
03/Todanan
0.72
16.01
11.26
8.94
ts 75, 84 s
1006
ts 75
0.12-19.96
88
86
93
00/Todanan
0.63
10.45
8.34
4.93
0.13-18.44
94
78
79
03/Kulon Progo
0.62
11.25
8.39
6.27
ts 328, 556 s
1026
ts 328
0.12-17.58
77
67
77
Median
0.69
10.76
8.34
5.07
88
86
86
1010.5
3 jam sebelum kejadian hujan ringan
Waktu
Kejadian
(UTC)/Lokasi
TPW
(mm)
VV5
(m/s)
VV7
(m/s)
VV8
(m/s)
Ketinggian Stabilitas
Atmosfer dengan Ri
(m)
Ketinggian
Stabilitas Atmosfer
dengan v (m)
Ketinggian Stabilitas
Atmosfer dengan s
(m)
Mixing Ratio
RH0 (%)
RH5 (%)
RH8 (%)
03/Sleman
0.71
13.03
9.49
7.09
0.06-18.88
92
83
89
03/Sleman
0.71
14.44
10.38
8.03
ts 191, 299 s
997
ts 191
0.12-19.16
90
86
90
03/Boyolali
0.66
12.51
10.46
4.31
ts 161, 323 s
1025
ts 161
0.14-18.23
74
77
79
33
Lampiran 3 Lanjutan
Waktu
Kejadian
(UTC)/Lokasi
TPW
(mm)
VV5
(m/s)
VV7
(m/s)
VV8
(m/s)
Ketinggian Stabilitas
Atmosfer dengan Ri
(m)
Ketinggian
Stabilitas Atmosfer
dengan v (m)
Ketinggian Stabilitas
Atmosfer dengan s
(m)
Mixing
Ratio
RH0 (%)
RH5 (%)
RH8 (%)
06/Boyolali
0.73
15.58
11.85
7.46
ts 161, 297 s
999
ts 161
0.13-19.82
82
78
86
06/Kunthi
0.61
12.25
8.41
4.33
0.14-17.56
85
98
77
03/Kunthi
0.67
14.87
11.41
8.07
ts 195, 303 s
1002
ts 195
0.11-19.4
86
66
84
06/Todanan
0.73
17.84
12.94
10.21
998
ts 75
0.13-20.86
89
89
93
03/Todanan
0.65
14.76
10.76
7.62
ts 75, 299 s
ts 75, s 102, ts 326,
555 s
1025
0.13-18.84
79
85
78
06/Kulon Progo
0.65
15.01
11.09
7.83
1037
ts 338
0.14-18.47
77
71
80
Median
0.67
14.76
10.76
7.62
85
83
84
ts 338, 566 s
1002
34
Lampiran 4 Contoh profil vertikal komponen stabilitas atmosfer lokal dan non lokal untuk curah hujan sangat lebat
Boyolali (18 Januari 2009) waktu 21 UTC atau 6 jam sebelum kejadian hujan sangat lebat
35
Lampiran 4 Lanjutan
Boyolali (19 Januari 2009) waktu 00 UTC atau 3 jam sebelum kejadian hujan sangat lebat
36
Lampiran 4 Lanjutan
Boyolali (5 Februari 2009) waktu 00 UTC atau 6 jam sebelum kejadian hujan sangat lebat
37
Lampiran 4 Lanjutan
Boyolali (5 Februari 2009) waktu 03 UTC atau 3 jam sebelum kejadian hujan sangat lebat
Tidak Stabil