Anda di halaman 1dari 5

Indeks stabilitas diperoleh dari pengamatan harian radiosonde dimana dapat

mengetahui potensi cuaca buruk dan dianggap representatif dalam lingkungan skala sinoptik
(Derubertis 2005). Indeks stabilitas merupakan sebuah algoritma yang dirancang untuk
mengevaluasi sifat stabilitas atmosfer dari sounding vertikal. Indeks stabilitas menggambarkan
keadaan instabilitas sesungguhnya dari nila threshold peluang terjadinya konveksi, peluang
maupun frekuensi badai guruh serta cuaca buruk di suatu wilayah (Tjasyono 2008b) sehingga
dapat membantu prakirawan untuk memprediksi beberapa fenomena cuaca (Zakir et al. 2010)
Berikut merupakan penjelasan-penjelasan indeks stabilitas hasil turunan yang dapat dihasilkan
dari pengamatan radiosonde.

1.1.1.1 Shower Index (SI)


SI telah dikembangkan pada awal 1950-an untuk mengukur gangguan lokal dari
kemantapan atmosfer. Menurut Ferdiansyah (2012), SI adalah indeks kemantapan udara yang
digunakan untuk menentukan potensi badai guruh dan kemantapan atmosfer. Nilai indeks
negatif menunjukkan ketidakmantapan dan nilai indeks positif menunjukkan kemantapan
udara (Tjasyono 2008b). Adapun persamaan yang digunakan untuk menentukan nilai SI (Air
Weather Service 1990) adalah:
𝑆𝐼 = 𝑇500 − 𝑇𝑝500 ................................. (2.3)
Keterangan :
T500 = suhu lingkungan pada ketinggian 500 mb
Tp500 = Td pada 850 mb dinaikkan secara mixing ratio dan suhu lingkungannya
(T) dinaikkan secara adiabatis kering kemudian didapatkan
perpotongannya yang kemdian dinaikkan mengikuti garis lapse rate
adiabatis basah sampai ketinggian 500 mb

Tabel 2.1 SI dan klasifikasinya (Air Weather Service 1990)


Nilai SI Stabilitas Atmosfer
3 sampai 1 Kemungkinan tidak stabil, membutuhkan pendukung kuat
0 sampai -3 Tidak stabil
-4 sampai -6 Sangat tidak stabil
Kurang dari -6 Tidak stabil luar biasa (extremely)
1.1.1.2 Lifted Index (LI)
LI adalah indeks stabilitas yang digunakan untuk menentukan potensi badai. Nilai LI
didapatkan dari perbedaan suhu parsel udara yang bergerak naik secara adiabatik dengan suhu
lingkungan pada tekanan udara 500 mb di atmosfer. Nilai LI positif menunjukkan atmosfer
berada dalam kondisi stabil, tetapi jika bernilai negatik menunjuukan atmosfer pada tiga
kondisi tidak stabil (terdapat gaya angkat ke atas) yang dapat mendukung proses terjadinya
hujan. Adapun persamaan yang digunakan untuk menentukan nilai LI (Air Weather Service
1990) adalah:
𝐿𝐼 = 𝑇500 − 𝑇𝑝500 ................................. (2.4)
Keterangan :
T500 = suhu lingkungan pada ketinggian 500 mb
Tp500 = Td pada 850 mb dinaikkan secara mixing ratio dan suhu lingkungannya
(T) dinaikkan secara adiabatis kering kemudian didapatkan
perpotongannya yang kemdian dinaikkan mengikuti garis lapse rate
adiabatis basah sampai ketinggian 500 mb

Tabel 2.2 LI dan klasifikasinya (Ferdiansyah 2012)


Nilai LI Stabilitas Atmosfer
Lebih dari 6 Kondisi sangat stabil
1 sampai 6 Kondisi tidak stabil
0 sampai -2 Agak tidak stabil terjadi mekanisme pengangkatan
-2 sampai -6 Tidak stabil, thunderstorm sangat mungkin
Kurang dari -6 Sangat tidak stabil, thunderstorm diikuti dengan mekanisme
pengangkatan

1.1.1.3 K Index (KI)


KI dibuat oleh J.J. George untuk meramalkan badai guruh. KI adalah indeks dari potensi
badai guruh berdasarkan lapse rate suhu vertikal, kelembapan di atmosfer dan luas lapisan
basah. Indeks ini penting untuk memprediksi curah hujan dengan intensitas sangat lebat (Air
Weather Service 1990). Adapun persamaan yang digunakan untuk menentukan nilai K Index
yaitu:
𝐾𝐼 = (𝑇850 − 𝑇500 ) + 𝑇𝑑850 − (𝑇700 − 𝑇𝑑700 )................................. (2.5)
Keterangan :
T850, T700, dan T500 = suhu di lapisan 850, 700, dan 500 mb
Td850 dan Td700 = suhu titik embun di lapisan 850 dan 700 mb

Tabel 2.3 Nilai K Index dan klasifikasinya (Zakir et al. 2010)


Nilai KI Stabilitas Atmosfer
Kurang dari 15 Tidak ada konvektif
15 sampai 25 Kemungkinan untuk konvektif kecil
26 sampai 39 Kemungkinan untuk konvektif sedang
Lebih dari 40 Kemungkinan untuk konvektif kuat

1.1.1.4 Total Total Index (TTI)


TTI diperkenalkan oleh militer pada tahun 1972 untuk mengidentifikasi daerah yang
berpotensi untuk perkembangan badai guruh (Air Weather Service 1990). Untuk menentukan
TTI dapat digunakan persamaan:
𝑇𝑇𝐼 = (𝑇850 − 𝑇500 ) + (𝑇𝑑850 − 𝑇𝑑500 )................................. (2.6)
Keterangan :
T850, T500 = suhu ( oC) pada paras 850 dan 500 mb
Td850 = suhu titik embun ( oC) pada paras 850 mb

Tabel 2.4 Nilai TTI dan klasifikasinya (Air Weather Service 1990)
Nilai TTI Stabilitas Atmosfer
Kurang dari 45 Kelabilan lemah
45 sampai 55 Kelabilan sedang
Lebih dari 55 Kelabilan kuat

1.1.1.5 Severe Weather Index (SWEAT)


Indeks SWEAT digunakan untuk memperkirakan potensi cuaca buruk yang diberikan
oleh massa udara (Air Weather Service 1990). Apabila terdapat nilai indeks SWEAT yang
tinggi pada pagi hari, dimungkinkan adanya nilai indeks SWEAT yang tinggi pada sore ata u
malam hari sebelumnya. Nilai indeks SWEAT yang rendah menandakan tidak adanya cuaca
yang buruk tetapi nilai indeks ini dapat meningkat secara drastis selama periode 12 jam. Rumus
SWEAT Index (Air Weather Service 1990) adalah sebagai berikut:
𝑆𝑊𝐼 = 12𝑇𝑑850 + 20(𝑇𝑇 − 49) + 2𝑓𝑓850 + 𝑓𝑓500 + 125(𝑠 + 0.2)..... (2.7)
Syarat perhitungan SWEAT :
1. Tidak ada nilai negatif
2. Td850 = 0 jika nilainya negatif
3. 20(TT-490 = 0 jika TT kurang dari 49
4. s = sin(dd500-dd850) = 0 jika memenuhi salah satu syarat berikut:
a. dd500 antara 130o sampai 250o
b. dd500 antara 210o sampai 310o
c. dd500 ‒ dd850 > 0
d. ff850 dan ff500 > 15 knots

Tabel 2.5 Nilai SWEAT dan klasifikasinya


Nilai Indeks Forecast / Potensi
150‒300 Cuaca buruk dalam batas sedang
300‒400 Badai sedang
Lebih dari 400 Tornado atau badai kuat
Sumber: http://www.theweatherprediction.com (Haby)

1.1.1.6 Convective Available Potential Energy (CAPE)


Convective Available Potential Energy atau disebut juga energi potensial terbuka
adalah energi yang dimiliki parsel udara pada suatu lapisan setelah parsel udara terangkat ke
atas sampai pada lapisan tersebut. CAPE cukup baik untuk menandai potensi labilitas atmosfer.
Rumus untuk mencari nilai CAPE menurut Derubertis (2005) adalah sebagai berikut:
𝑛 𝑧 𝑇𝑝𝑎𝑟𝑐𝑒𝑙−𝑇𝑒𝑛𝑣
𝐶𝐴𝑃𝐸 = ∫𝐿𝐹𝐶 𝑔 {( )} 𝑥 𝑑𝑧................................. (2.8)
𝐶𝐶𝐿
𝑇𝑒𝑛𝑣

Keterangan :
Zn = Equilibrium Level/EL (mb)
LFC = Level of Free Convection (mb)
CCL = Convective Condensation Level (mb)
G = percepatan gravitasi bumi (9.8 m/s-2)
Tparcel = suhu virtual parsel udara (oK)
Tenv = suhu virtual lingkungan (oK)
Perhitungan nilai CAPE dilakukan dengan mengintegrasi (menjumlahkan nilai
pelambungan lapis demi lapis) ke arah vertikal mulai dari lapisal LFC sampai lapisan
keseimbangan. LFC adalah lapisan dimana parsel akan mampu secara bebas untuk konveksi
tanpa ada gaya yang memaksanya. Secara manual CAPE dapat dihitung dengan cara:
𝑇𝑝𝑎𝑟𝑐𝑒𝑙 −𝑇𝑒𝑛𝑣
𝐶𝐴𝑃𝐸 = ∑𝑛1,2,3,…. 𝑔 𝑥 ( ) 𝑥 ∆𝑍𝑖 ................................. (2.8)
𝑇𝑒𝑛𝑣

Dalam rumus tersebut mengandung pengertian bahwa apabila dalam udara labil suatu
parsel udara terangkat ke atas, gerakannya dipercepat oleh perubahan beda tekanan udara parsel
dan tekanan udara luar pada setiap lapisan. Umumnya, tekanan udara luar lebih besar daripada
tekanan parsel udara. Makin besar perbedaan tekanan tersebut, makin besar gerak ke atas
sehingga potensi pertumbuhan awan konvktif makin besar. Selain itu, rumus CAPE
menyatakan bentuk labilitas lapisan atmosfer termal dengan lapisan panas di bagian bawah dan
lapisan dingin di bagian atas. Oleh karena itu, CAPE cukup efektif sebagai indikator labilitas
untuk menaksir potensi kelambungan (bouyancy) parsel udara. Peningkatam nilai CAPE
umumnya menyebabkan konveksi semakin kuat sehingga nilai ini dapat digunakan sebagai
indeks labilitas atmosfer (Ferdiansyah 2012).

Tabel 2.6 Nilai CAPE dan klasifikasinya (Zakir et al. 2010)


Nilai CAPE Klasifikasi
< 1000 Konvektif lemah
1000 ‒ 2500 Konvektif sedang
> 2500 Konvektif kuat

Anda mungkin juga menyukai