Anda di halaman 1dari 8

KAJIAN INDEKS STABILITAS ATMOSFER TERHADAP KEJADIAN

HUJAN LEBAT DI KOTA BITUNG


(STUDI KASUS TAHUN 2020 - 2021)  

Audia Azizah Azani1)*, Niken Kusumawardani1)


1)
BMKG (Stasiun Meteorologi Maritim Bitung)

*Korespondensi: audia.azani@bmkg.go.id

ABSTRACT
The stability index can be used by weather forecasters to predict heavy rain events. This paper examines the
atmospheric stability index for the occurrence of heavy rain in Bitung City, North Sulawesi, during 2020-2021.
Stability index data was obtained from the radiosonde of Sam Ratulangi Meteorological Station, Manado. The
indexes studied are the Lifted Index (LI), Showalter Index (SI), K-Index (KI), CAPE, SWEAT, and Total-Totals
Index (TT). The results show that heavy rain in Bitung occured when the SI, KI, SWEAT, and TT values are in the
moderate category. Meanwhile, the LI and CAPE values are less representative in predicting the occurrence of
heavy rain in Bitung City. Further research is needed on the relationship between the threshold value of the
atmospheric stability index and the weather in Bitung City so that it can be used as a reference for weather
prediction.

Keywords: stability index, LI, SI, KI, CAPE, SWEAT, TT

ABSTRAK
Indeks stabilitas dapat dimanfaatkan prakirawan cuaca untuk memprediksi kejadian hujan lebat. Tulisan ini
mengkaji indeks stabilitas atmosfer untuk kejadian hujan lebat di Kota Bitung, Sulawesi Utara, selama tahun
2020-2021. Data indeks stabilitas didapatkan dari radiosonde Stasiun Meteorologi Sam Ratulangi Manado. Indeks
yang dikaji adalah Lifted Index (LI), Showalter Index (SI), K-Index (KI), CAPE, SWEAT, dan Total-Totals Index
(TT). Hasil menunjukkan bahwa kejadian hujan lebat di Bitung dapat terjadi ketika nilai SI, KI, SWEAT, dan TT
berada dalam kategori moderat. Sementara itu, nilai LI dan CAPE kurang representatif dalam memprediksi
kejadian hujan lebat di Kota Bitung. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai hubungan nilai ambang batas
indeks stabilitas atmosfer terhadap cuaca di Kota Bitung agar dapat menjadi acuan prediksi cuaca.

Kata kunci: indeks stabilitas, LI, SI, KI, CAPE, SWEAT, TT

kecepatan angin dan tingkat radiasi sinar


PENDAHULUAN
matahari. Hal ini menyebabkan adanya variasi
Hujan lebat merupakan fenomena tekanan udara antara lapisan atmosfer di
cuaca yang dapat mengganggu aktivitas permukaan tanah dengan lapisan udara yang
manusia serta tak jarang menimbulkan bencana. lebih tinggi (Sasmita dkk., 2019).
Fenomena ini berasal dari uap air di atmosfer Pengamatan udara atas menggunakan
yang membentuk awan, yang mana proses radiosonde menjadi cara untuk mendapatkan
pembentukannya memerlukan suhu lingkungan nilai stabilitas atmosfer. Nilai ini dapat
yang nilainya sama dengan suhu titik embun dimanfaatkan sebagai prediktor kejadian hujan
sehingga sampai pada kondensasi poin (Agroho lebat dan badai guntur. Umumnya, indeks
dkk., 2021). Untuk sampai pada poin ini, labilitas atmosfer cenderung pada nilai moderat
diperlukan kondisi atmosfer yang tidak stabil. ketika belum ada kejadian hujan lebat, tetapi
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi akan menjadi tinggi jika data pengamatan udara
kestabilan atmosfer di antaranya adalah atas dilakukan saat terjadinya cuaca ekstrem
(Zahroh dkk., 2017).

Jurnal  Widya  Climago  Vol.4  No.1  Mei  2022   29  


 
Beberapa penelitian telah dilakukan K-Index (KI)
untuk menentukan nilai indeks stabilitas yang K-Index merupakan indikator potensi adanya
dapat menjadi indikator terjadinya hujan lebat badai akibat pergerakan konvektif yang
di Indonesia. Salah satunya di Kota Manado, dihitung berdasarkan nilai suhu pada lapisan
yang mana menurut Setyawan dan Saepudin 850, 700, dan 500 mb beserta nilai suhu titik
(2016), indeks stabilitas yang bagus untuk embun pada lapisan 850 dan 700 mb. Nilainya
mendeteksi potensi hujan sangat lebat di dirumuskan dalam persamaan:
Manado adalah Lifted Index (LI) dengan nilai
yang berkisar antara -4 hingga -2, K-Index (KI) KI = T850 - T500 + Td850 - (T700 - Td700) .. (2)
dengan nilai >40, dan Showalter Index (SI)
dengan nilai kisaran 0 hingga -3. Sedangkan Di mana:
CAPE, SWEAT, dan Total-Totals Index (TT) T = suhu (℃)
masih kurang baik dalam merepresentasikan Td = suhu titik embun (℃)
cuaca buruk.
Kota Bitung terletak sekitar 40 km dari Showalter Index (SI)
Kota Manado. Wilayah Kota Bitung terdiri dari Showalter index (SI) merupakan indeks yang
wilayah daratan yang berada di kaki gunung digunakan untuk mengetahui ketidakstabilan
Dua Saudara dan sebuah pulau yang bernama udara di troposfer tengah, tepatnya antara
Lembeh. Topografi kota yang terdiri atas lautan lapisan 850 dan 500 mb. Nilai-nilai indeks
dan pegunungan mengakibatkan banyak faktor didasarkan pada jumlah uap air dan energi yang
lokal yang dapat menyebabkan tumbuhnya terkandung dalam lapisan 850 dan 500 mb yang
awan konvektif. Akan tetapi, pengamatan merupakan selisih antara suhu lingkungan
radiosonde tidak dilakukan di kota ini. Tulisan lapisan 500 mb dengan suhu parsel pada lapisan
ini bertujuan untuk mengkaji indeks stabilitas 500 mb yang diangkat secara adiabatis dari
yang didapatkan dari radiosonde Manado lapisan 850 mb, dirumuskan dalam:
terhadap kejadian hujan lebat di Kota Bitung
sehingga diketahui apakah indeks stabilitas ini SI = T500 - Tp500 …(3)
dapat dimanfaatkan sebagai bahan
pertimbangan prakirawan dalam menentukan DI mana:
prediksi cuaca ekstrem di Kota Bitung. T500 = suhu udara pada lapisan 500 mb (K)
Tp500 = suhu parsel pada lapisan 500 mb (K)
KAJIAN PUSTAKA
CAPE
Lifted Index (LI) Convective Available Potential Energy (CAPE)
Lifted Index adalah nilai yang diperoleh dari adalah energi total dari gaya apung di kolom
selisih antara suhu udara lapisan 500 mb udara yang tersedia untuk mengangkat parsel
dengan suhu udara parsel udara pada lapisan udara. CAPE secara langsung berhubungan
500 mb yang dinaikkan secara adiabatis dari dengan kecepatan vertikal potensial maksimum
lapisan batas atmosfer. Persamaan LI adalah: dalam updraft. Persamaan untuk CAPE adalah:

LI = T500 - Tp500 …(1) 23 +,-+.


𝐶𝐴𝑃𝐸 =   ∫24 𝑔 * +.
/ 𝑑𝑧 …(4)
Di mana:
T500 = suhu udara lapisan 500 mb (K) Di mana:
Tgp = suhu parsel udara di lapisan 500 mb Zf = ketinggian lapisan Level of Free
(K) Convection (LFC) (m)
Zn = ketinggian lapisan ekuilibrium (m)

Jurnal  Widya  Climago  Vol.4  No.1  Mei  2022   30  


 
Tp = suhu parsel (℃)
Tl = suhu lingkungan (℃)
g = gravitasi (m/s2)
dz = beda ketinggian (m)

Total-Totals Index (TT)


Total-totals Index (TT) merupakan gabungan
antara indeks vertikal total (selisih suhu
lingkungan lapisan 850 mb dan 500 mb) dengan
cross total (selisih suhu titik embun pada
lapisan 850 mb dan suhu lingkungan 500 mb)
yang dapat menentukan proses konveksi.
Persamaannya ditulis sebagai berikut:

TT = (T850 - T500) + (Td850 - T500) …(5)

Di mana:
T = suhu lingkungan (℃)
Td = suhu titik embun (℃)

SWEAT
Severe Weather Threat Index (SWEAT)
merupakan indeks yang digunakan untuk Gambar 1. Lokasi penelitian
memprediksi potensi cuaca buruk dengan
memperhitungkan mekanisme lain selain suhu, Data yang digunakan dalam penelitian
yaitu arah dan kecepatan angin. Persamaannya ini yaitu data hujan lebat yang diperoleh dari
adalah sebagai berikut: Stasiun Meteorologi Maritim Bitung selama
tahun 2020 - 2021. Adapun kriteria hujan lebat
SWEAT = 12Td850 + 20(TT-49) + 2f850 + berdasarkan Peraturan Kepala BMKG Nomor:
f500 +125(s + 0.2) …(6) Kep. 009 Tahun 2010 tentang Prosedur SOP
Peringatan Dini, Pelaporan, dan Diseminasi
Informasi Cuaca Ektrim merupakan curah
Di mana:
hujan yang intensitasnya melebihi 50 mm
Td = titik embun (℃)
dalam satu hari. Penelitian ini juga
TT = Total-totals Index (℃)
menggunakan data indeks stabilitas atmosfer
f = kecepatan angin (knot)
yang diambil dari data rawinsonde Stasiun
s = sin arah angin pada lapisan 500 mb
Meteorologi Sam Ratulangi Manado pada jam
dan 850 mb (derajat)
00.00 UTC dan 12.00 UTC yang terletak pada
koordinat 124°40' - 124°50' BT dan 1°30' -
1°40' LU dan berlokasi +- 40 km dari Stasiun
METODE Meteorologi Maritim Bitung.
Adapun indeks stabilitas yang
Penelitian ini berlokasi di Kota Bitung, digunakan terdiri atas Showalter Index (SI),
Sulawesi Utara, tepatnya di Stasiun Lifted Index (LI), K-Index (KI), Total-totals
Meteorologi Maritim Bitung yang terletak pada Index (TT), SWEAT, dan CAPE. Nilai CAPE
koordinat 1°26’ LU 125°10’ BT. Lokasi digunakan untuk melihat tingkat konvektivitas
penelitian seperti yang ditunjukkan pada yang terjadi (Zakir, 2016). SI dan LI digunakan
Gambar 1.

Jurnal  Widya  Climago  Vol.4  No.1  Mei  2022   31  


 
untuk melihat potensi kondisi stabilitas HASIL DAN PEMBAHASAN
atmosfer. Nilai K Indeks digunakan untuk
mengindikasikan potensi terjadinya badai Intensitas Curah Hujan di Stasiun
guntur. Nilai SWEAT dan TT Indeks Meteorologi Maritim Bitung
digunakan untuk mengindikasikan potensi
cuaca buruk (Wirjohamidjojo dan Swarinoto, Sepanjang tahun 2020 - 2021, tercatat
2014, dalam Prasetyo dkk., 2020). Adapun bahwa Kota Bitung mengalami sebanyak 9 kali
kriteria nilai dari indeks tersebut yang kejadian hujan lebat dengan rincian 3 hari pada
dijabarkan pada Tabel 1. tahun 2020 dan 6 hari pada tahun 2021. Curah
hujan harian dengan intensitas tertinggi terjadi
Tabel 1. Kriteria Nilai Indeks Stabilitas Atmosfer pada tanggal 13 September 2020 sebanyak 197
Indeks Lemah Moderate Kuat mm. Sementara itu, hujan lebat dengan
intensitas paling rendah terjadi pada tanggal 4
TT Indeks <42 42 - 46 >46 Desember 2021, yaitu sebanyak 51 mm.
Rincian intensitas hujan yang terjadi dalam satu
K Indeks <29 29 - 37 >37 hari seperti disajikan pada Tabel 2.
SWEAT <135 135 - 239 >239
Tabel 2. Tanggal terjadinya Hujan Lebat
CAPE <1000 1000 - 2500 >2500 No. Tanggal Curah Hujan
(mm)
LI Indeks > -2 -2 s/d -6 < -6
1. 2 Februari 2020 66 mm
Showalter >4 4 s/d -4 < -4
Indeks 2. 3 Februari 2020 145 mm
(Sumber: Wirjohamidjojo dan Swarinoto
3. 13 September 197 mm
(2014), Prasetyo dkk. (2020), dan Fibriantika
2020
dan Mayangwulan (2020))
4. 7 Mei 2021 76 mm
Alur penelitian sebagaimana ditunjukkan pada
Gambar 2. 5. 16 Mei 2021 63 mm

6. 15 Agustus 2021 56 mm

7. 22 Oktober 2021 73 mm

8. 4 November 93 mm
2021

9. 4 Desember 2021 51 mm

Curah hujan tersebut kemudian


dirincikan per tiga jam sesuai dengan observasi
yang dilakukan di stasiun, dimulai pada pukul
08.00 WITA hingga jam 08.00 WITA pada
keesokan harinya. Gambar 1 menunjukkan
grafik curah hujan harian di Stasiun
Meteorologi Maritim Bitung pada hari kejadian
Gambar 2. Diagram alir penelitian hujan lebat. Berdasarkan grafik tersebut, pada

Jurnal  Widya  Climago  Vol.4  No.1  Mei  2022   32  


 
umumnya hujan terjadi di sore hari, yaitu pada curah hujan mengalami peningkatan hingga 89
pukul 17.00 WITA. Hujan yang telah terjadi mm dalam tiga jam.
dari pagi hari (08.00 WITA) tercatat pada
tanggal 03 Februari 2020, 13 September 2020,
dan 04 November 2021. Kenaikan intensitas
curah hujan tertinggi terjadi pada tanggal 13
September 2020, yaitu jam 20.00, di mana

Gambar 3. Grafik curah hujan harian per tiga jam pada kejadian hujan lebat di Kota Bitung

Tabel 3. Jenis Awan saat Pengamatan 3 Jam


Tanggal/ Jam 00 03 06 09 12 15 18 21 00
02 Februari 2020 Cu/Sc, Ac Cu/Sc, Ac Cu/Sc, Ac-As Cu/Sc, As Cu/Sc, As Cu/Sc, As Cu/Sc, As Cu/Sc, Ac-As Cb, Ac-As
03 Februari 2020 Cb, Ac-As Cu Cb Cb, As Cb, Ac-As Cb, Ac-As Cu/Sc, Ac-As Cu/Sc, Ac-As Cu, Ac
13 September 2020 Cb, Ac-As Cb, Ac-As Cb, Ac-As Cb, Ac-As Cb, As Cu/Sc, Ac-As Cu/Sc, Ac-As Cu/Sc, Ac-As Cu, Ac
07 Mei 2021 Cu/Sc, Ac-As Cu/Sc, Ac Cb, Ac Cu/Sc, Ac Cb, Ac-As Cu/Sc, Ac-As Cu/Sc, Ac-As Cu/Sc, Ac-As Cu/Sc, Ac-As
16 Mei 2021 Cu, Ac Cb, Ac Cu/Sc, Ac Cb, As Cb, As Cb, As Cu/Sc, As Cu/Sc, Ac Cu/Sc, Ac-As
15 Agustus 2021 Cu, Ac Cu/Sc, Ac Cu/Sc, Ac Cu/Sc, Ac Cu/Sc, Ac Cu/Sc, Ac Cb, Ac-As Cu/Sc, Ac-As Cu/Sc, Ac
22 Oktober 2021 Cu/Sc, Ac Cu/Sc, Ac Cb, Ac-As Cb, As Cu/Sc, As Cu/Sc, Ac Cu/Sc, Ac Cu/Sc, Ac Cu/Sc, Ac-As
04 November 2021 Cu/Sc, Ac Cu/Sc, Ac Cu/Sc, Ac Cu/Sc Cu/Sc, Ac Cb, As Cb, Ac-As Cb, Ac-As Cu/Sc, Ac-As
04 Desember 2021 Cu/Sc, Ac-As Cu/Sc, Ac-As Cu/Sc, Ac-As Cu/Sc, Ac Cu/Sc, Ac-As Cb, Ac-As Cb, Ac-As Cb, Ac-As Cb, Ac-As

Keterangan : Warna hijau menunjukkan waktu terjadinya hujan

Analisis Berdasarkan Jenis Awan Pada pengamatan pukul 06.00 UTC tercatat
telah terjadi hujan dan berlangsung hingga
Pada umumnya awan yang terjadi saat pukul 21.00 UTC tanggal 3 Februari 2020.
kejadian hujan lebat di Bitung merupakan awan Kondisi atmosfer yang labil secara terus
konvektif seperti yang terdapat pada Tabel 3. menerus mengakibatkan awan Cumulonimbus
Hujan lebat yang terjadi di Kota Bitung selalu mulai terbentuk pada pukul 22.00 UTC tanggal
disertai dengan terbentuknya awan 2 Februari 2020 dan terus bertahan hingga
Cumulonimbus. Kondisi awan Cumulonimbus pukul 16.00 UTC esok hari. Pada tanggal 3
yang terbentuk paling sedikit bertahan selama 4 Februari 2020, awan Cumulonimbus bertahan
jam pengamatan per hari dan paling lama hingga 17 jam pengamatan. Selain itu, awan
bertahan hingga 17 jam pengamatan per hari. menengah yang didominasi oleh Altostratus
Contohnya pada tanggal 2 dan 3 Februari 2020. tebal dan Altocumulus tebal juga memberikan

Jurnal  Widya  Climago  Vol.4  No.1  Mei  2022   33  


 
kontribusi terhadap keberlangsungan hujan Berdasarkan data tersebut, masing-
yang terjadi. masing indeks memiliki 11 data. Data ini
Dominasi awan konvektif yang kemudian dikategorikan ke dalam nilai kriteria
terbentuk saat terjadinya hujan Lebat di Kota indeks yang telah dijabarkan pada Tabel 1
Bitung tidak bisa dipisahkan dari faktor sehingga kategorisasinya didapat sebagaimana
geografi dan topografi Kota Bitung yang ditunjukkan pada Tabel 5.
bervariatif. Posisi geografis Kota Bitung
berbatasan dengan Laut Maluku di sebelah Tabel 5. Kategorisasi Indeks Stabilitas
Timur dan Samudra Pasifik disebelah utara. Kejadian Hujan Lebat di Kota Bitung
Wilayah Samudera Pasifik merupakan salah
satu daerah pembentukan dan lintasan siklon
tropis di utara Indonesia. Sehingga cuaca di
Kota Bitung tidak terlepas dari pengaruh yang
disebabkan oleh terjadinya siklon tropis. Selain
itu, sebagian besar daratan Kota Bitung
merupakan daerah perbukitan (45.06%) dan
daerah pegunungan (32.73 %). Hanya 4.08%
berupa daratan landai dan 18.03% berombak
(Geurhaneu, dkk. 2018). Sehingga terdapat Berdasarkan kategori yang diuraikan
pengaruh dari angin darat-laut dan angin pada tabel tersebut, sebagian besar nilai indeks
gunung-lembah dalam pembentukan awan stabilitas pada kejadian hujan lebat di Kota
konvektif. Bitung berada pada kategori moderat, yaitu
59,1%. Hanya 9,1% kejadian tersebut
ditunjukkan oleh nilai indeks pada kategori
Analisis Indeks Stabilitas kuat. Di antara keenam indeks stabilitas yang
diperoleh, nilai CAPE merupakan nilai yang
tidak terlalu merepresentasikan tingkat
Data indeks stabilitas kemudian
konvektivitas di Kota Bitung, ditunjukkan oleh
diperoleh dari radiosonde Stasiun Meteorologi
nilai indeks CAPE yang 100% ada pada
Sam Ratulangi Manado dengan mengacu pada
kategori lemah. Hal tersebut sesuai dengan
hari kejadian hujan lebat di Kota Bitung,
Setyawan dan Saepudin (2016) dan Meilani
sebagaimana ditunjukkan oleh Tabel 4.
dkk. (2014) yang menyatakan bahwa CAPE
kurang baik dalam merepresentasikan cuaca
Tabel 4. Nilai Indeks Stabilitas berdasarkan
buruk. Begitu pula dengan LI yang sebagian
kejadian hujan di Kota Bitung
besar indeksnya pada kategori lemah (72%),
yang mana ini justru bertentangan dengan
Setyawan dan Saepudin (2016). Sedangkan
untuk SI, SWEAT, KI, dan TT, sebagian besar
indeks pada kejadian hujan lebat masuk dalam
kategori moderat.
Beberapa indeks ada yang mencapai
kategori kuat, yaitu SWEAT (pada kejadian
tanggal 3 Februari 2020 jam 00.00 UTC dan 4
Desember 2021 jam 12.00 UTC), KI (3
Februari 2020 jam 12.00 UTC, 7 Mei 2021 jam
00.00 UTC, dan 4 Desember 2021 jam 00.00
UTC), dan TT (22 Oktober 2021 jam 00.00
UTC). Nilai SWEAT yang tinggi pada tanggal

Jurnal  Widya  Climago  Vol.4  No.1  Mei  2022   34  


 
tersebut dapat dikarenakan kondisi atmosfer paling besar. Hal tersebut dapat disebabkan
yang labil yang ditandai adanya awan konvektif adanya pengaruh lokasi geografis serta
disertai hujan yang terjadi ketika pengamatan topografi (Agroho dkk., 2021). Penelitian lebih
udara atas dilakukan. Pada tanggal 3 Februari lanjut mengenai kategorisasi indeks stabilitas di
2020, awan cumulonimbus bertahan hingga 16 Kota Bitung perlu dilakukan dengan
jam pengamatan dan mulai luruh pada pukul mengambil rentang data yang lebih panjang
17.00 UTC. Pada tanggal 7 Mei 2021, awan sehingga nantinya akan didapatkan nilai
cumulonimbus bertahan hingga 6 jam ambang batas tersendiri untuk perkiraan cuaca
pengamatan dan mulai luruh pada pukul 13.00 ekstrem di Kota Bitung
UTC. Pada tanggal 22 Oktober 2021, awan
cumulonimbus mulai terbentuk pada pukul KESIMPULAN
06.00 UTC dan mulai luruh pada pukul 11.00
UTC. Sementara itu pada tanggal 4 Desember Berdasarkan kajian yang telah
2021, awan cumulonimbus mulai terbentuk dilakukan terhadap enam indeks stabilitas
pada pukul 13.00 UTC dan bertahan atmosfer, didapatkan bahwa nilai CAPE dan LI
hinggakeesokan harinya pukul 00.00 UTC. Hal kurang representatif dalam memprediksi
ini sesuai dengan Zahroh dkk. (2017) yang kejadian hujan lebat di Kota Bitung. Sementara
menyatakan bahwa nilai indeks stabilitas itu, indeks SI, KI, SWEAT, dan TT untuk
cenderung pada kategori kuat ketika kejadian hujan lebat di Kota Bitung masuk
pengamatan dilakukan pada cuaca ekstrem. dalam kategori moderat hingga kuat. Penelitian
Selain membandingkan nilai indeks ini ini juga mengambil acuan terhadap penelitian
dengan Tabel 1, nilai ini kemudian sebelumnya yang dilakukan di Kota Manado
dibandingkan juga dengan kriteria yang yang menjabarkan kriteria untuk LI, KI, dan SI
diperoleh dari Setyawan dan Saepudin (2016) serta didapatkan bahwa nilai tersebut juga tidak
yang telah melakukan penelitian di Kota representatif terhadap kejadian hujan lebat di
Manado, yang mana kota ini merupakan kota Kota Bitung. Hal tersebut dapat disebabkan
tempat pengamatan udara atas terdekat dari oleh perbedaan letak geografis dan kondisi
Kota Bitung, sehingga dihasilkan kategori topografi. Untuk itu, perlu ada penelitian lebih
sebagaimana dijabarkan pada Tabel 6. lanjut mengenai kategorisasi indeks labilitas di
Kota Bitung agar didapatkan nilai ambang batas
Tabel 6. Kesesuaian nilai indeks stabilitas tersendiri untuk perkiraan cuaca ekstrem di
kejadian curah hujan di Kota Bitung dengan Kota Bitung.
kriteria Setyawan dan Saepudin (2016)
DAFTAR PUSTAKA

Agroho, F. L., Syahreza, S., & Sugiyanto, D.


(2021). Analysis of the rainfall event in
2018-2019 using the air stability index
method at the Meteorological Station of
Sultan Iskandar Muda Banda Aceh.
Journal of Physics: Conference Series
Berdasarkan tabel tersebut, kriteria
(Vol. 1882, No. 1, p. 012023). IOP
indeks labilitas yang diterapkan di Kota Publishing.
Manado tidak sesuai dengan kejadian hujan
lebat di Kota Bitung dengan persentase 75,8%. Geurhaneu, Yayu, N., Latuputty, G., dan
Di antara semua indeks, KI adalah indeks yang Ilahude, D. (2018). Data Geologi dan
paling tidak sesuai dengan kriteria tersebut. Geofisika Selat Lembeh sebagai
Sementara itu, kriteria yang sesuai hanya 24,2% Pendukung Pengembangan Infrasturktur
dengan SI sebagai indeks dengan kesesuaian

Jurnal  Widya  Climago  Vol.4  No.1  Mei  2022   35  


 
Pelabuhan. Jurnal Geologi Kelautan Vol. Zahroh, N. F., Dewi, N. W. S. P., & Harsanti,
16, No.2, November 2018. D. (2017). Indeks Labilitas Udara Untuk
Memprediksi Kejadian Badai Guntur
Fibriantika, E., & Mayangwulan, D. (2020). pada Puncak Musim Hujan Tahun 2016.
ANALISIS SPASIAL INDEK Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi
STABILITAS UDARA DI Cuaca, 18(1), 9-15.
INDONESIA. Jurnal Sains & Teknologi
Modifikasi Cuaca, 21(1), 1-12. Zakir, Ahmad. (2016). Profil Vertikal Suhu
Udara, Indeks Labilitas, Vertikal
Meilani., Wahid, A., Bernandus. (2014). Windshear Selama Siklon Tropis
Analisa Data Radiosonde untuk Bakung di Stamet Cengkareng, Padang,
Mengetahui Potensi Kejadian Badai dan Pangkal Pinang. Buletin
Guntur di Bandar Udara El Tari Kupang. Meteorologi, Klimatologi, dan
Prosiding Seminar Nasional Geofisika Geofisika.
2014, 159-163.

Peraturan Kepala BMKG Nomor: Kep. 009


Tahun 2010 tentang Prosedur SOP
Peringatan Dini, Pelaporan, dan
Diseminasi Informasi Cuaca Ektrim.
Diakses tanggal 8 April 2022.
http://jdih.bmkg.go.id/vifiles/PROSEDUR%20S
TANDAR%20OPERASIONAL%20PEL
AKSANAAN%20PERINGATAN%20DI
NI,PELAPORAN,&%20DISEMINASI%
20INFORMASI%20CUACA%20EKSTR
IM.PDF

Prasetyo, S., Rumahorbo, I., Hidayat, U., dan


Sagita, N. (2020). Analisis Kondisi
Atmosfer pada Kejadian Hujan Es (Studi
kasus: Bogor, 23 September 2020).
Prosiding Seminar Nasional Kahirupan I
Tahun 2020.

Sasmita A., Andrio D., & Hasibuan P. (2019).


Pemetaan Sebaran Partikulat dari
Pembakaran Limbah Padat Industri
Pengolahan Sawit di Kabupaten Kampar,
Riau. Jurnal Sains dan Teknologi 18 (2).
Universitas Pendidikan Ganesha.

Setyawan, T. & Saepudin, M. (2016). Analisis


Karakteristik Kejadian Hujan Sangat
Lebat di Stasiun
Meteorologi Sam Ratulangi Manado
Menggunakan Metode Analisis
Parameter Sounding. Jurnal STMKG.

Wirjohamidjojo, S., dan Swarinoto, Y.S.


(2014). Indeks dan Peredaran Atmosfer
Tropik. Badan Meteorologi Klimatologi
dan Geofisika

Jurnal  Widya  Climago  Vol.4  No.1  Mei  2022   36  


 

Anda mungkin juga menyukai