Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan sehari-hari, radiasi sinar beta sering dimanfaatkan dalam bidang
industri, contohnya mengontrol ketebalan pada kertas, plastik hingga bahan-bahan yang
mengandung aluminium. Daya tembus radiasi sinar beta lebih besar daripada daya
radiasi sinar alpha. Kemudian dalam percobaan ini, untuk membuktikan daya tembus
sinar beta diperlukan koefisien atenuasi massa, besarnya nilai absorpsi sinar beta dan
pembuktian jangkauan tempuh sinar beta supaya dapat membuktikan berapa besar daya
tembusnya. Dari berbagai literatur didapatkan bahwa sinar beta hanya dapat menembus
atau memiliki daya tembus maksimal pada plat aluminium. Oleh karena itu, untuk
membuktikannya maka dilakukanlah percobaan ini.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana menentukan besar koefisien atenuasi massa (Mass atenuation
coefficient) sinar beta pada bahan aluminium secara empiris ?
2. Bagaimana mengetahui jangkauan tempuh (range) dan energi absorpsi sinar beta
yang meradiasi bahan aluminium ?
1.3 Tujuan Percobaan
1. Menentukan besar koefisien atenuasi massa (Mass atenuation coefficient) sinar beta
pada bahan aluminium secara empiris.
2. Menentukan besar jangkauan tempuh (range) dan energi absorpsi sinar beta yang
meradiasi bahan aluminium.
1.4 Manfaat Percobaan
1. Dapat menentukan besar koefisien atenuasi massa (Mass atenuation coefficient)
sinar beta pada bahan aluminium secara empiris.
2. Dapat menentukan besar jangkauan tempuh (range) dan energi absorpsi sinar beta
yang meradiasi bahan aluminium.
1.5 Batasan Masalah
1. Besar cacahan tidak memperhitungkan waktu mati tabung Geiger-Muller.
2. Energi absorpsi dari medium udara dan jendela tabung tidak diperhitungkan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Intensitas Pelemahan Radiasi Sinar Beta dalam Bahan


Daya ionisasi suatu radiasi sinar beta itu lebih kecil dibandingkan dengan
ionisasi suatu radiasi sinar alfa, hal ini dikarenakan besar intensitas pelemahan radiasi
sinar beta memiliki sifat massanya lebih kecil daripada massa partikel alfa. Sehingga,
mengakibatkan daya tembusnya lebih panjang jika dibandingkan dengan daya tembus
pada partikel alfa. Suatu partikel beta akan berinteraksi melalui dua cara, yang pertama
dengan cara ionisasi dan yang kedua brehmstrahlung, yang dimana pada cara
brehmstrahlung terjadi pada saat partikel beta memasuki wilayah disekitar inti atom
akibatnya partikle beta mengalami perlambatan yang dimana pada proses ini
menghasilka foton atau sinar X dengan spektrum tenaga kontinu (Ariyanto, 1998).
Agar pengurangan energi melalui ionisasi lebih besar, maka digunakan bahan
dengan kerapatan tinggi. Oleh karena fraksi energi partikel beta yang dapat diubah
emnjadi foton dalam proses brehmstrahlung berbanding lurus dengan nomor atom
materi yang dilewati. Bahan yang dapat dipakai sebagai penahan untuk partikel beta
adalah aluminium. Plexiglas dan karet. Untuk beta dengan energi tinggi kontribusi
brehmstrahlung semakin besar, maka perlu ditambahkan materi berkerapatan tinggi
seperti timbal (Ariyanto, 1998).
Beberapa macam perubahan yang terjadi pada materi jika berinteraksi dengan
bahan radiasi, antara lain perubahan fisis, perubahan mekanis, perubahan elektris, dan
perubahan kimiawi. Secara fisis interaksi radiasi dengan materi berupa pelepasan energi
partikel ke medium atau materi yang dilewati. Efek interaksi demikian digunakan
sebagai prinsip kerja detektor nuklir (Jorena dkk, 2017).
Koefisien Atenuasi linier merupakan koefisien yang menyatakan atenuasi

atau absorpsi sinar beta pada bahan tertentu terhadap tebal plat secara linier dan nilainya
bergantung pada jenis bahan. Jika pada jarak x dari permukaan materi (bahan)

intensitasnya adalah I ( x) , maka lapisan setebal dx akan mengubah intensitas

radiasi sinar beta sebesar:


dI =I ( x ) dx (2.1)
jika persamaan (2.1) diturunkan lebih lanjut, maka akan didapat,
I ( x )=I 0 ex

(2.2)
dengan I ( x) merupakan intensitas radiasi setelah menembus material sejauh x

dan I0 merupakan intensitas radiasi datang (sebelum menembus material), kemudian


x adalah jarak tembus radiasi pada material, dan merupakan koefisien atenuasi

linier (tergantung pada jenis bahan dan energi sinar radiasi datang) (Jorena dkk, 2017).
Koefisien atenuasi massa merupakan ukuran atenuasi radiasi berdasarkan
ketebalan massa (mass thickness) suatu material. Ketebalan massa didefinisikan sebagai
perbandingan massa terhadap luas permukaan (area density). Jika suatu plat material

mempunyai massa m , luas permukaan A yang seragam, tebal x , dan rapat massa

, maka ketebalan massa x m adalah:


m
x m= = x
A

(2.3)
dan untuk tebal x yang dapat dituliskan sebagai,
x
x= m

(2.4)

Intensitas radiasi I sebagai fungsi ketebalan massa xm dapat ditentukan dengan

mensubstitusikan persamaan (2.4) ke dalam persamaan (2.2), akan menghasilkan:

xm

I ( x m ) =I 0 e , atau (2.5)

m x m
I ( x m ) =I 0 e (2.6)

(Jorena dkk, 2017).

Koefisien atenuasi massa ialah berupa m yang mendefinisikan koefisien dari

massa per unit volume absorpsi () dan juga keofisien atenuasi massa merupakan

m= / p 2 2 2
dan standar internasioanl adalah m /kg , dimana (1 m /kg=10 cm / g

(Sabol dan Weng, 1995).


Jangkauan tempuh (range) didefinisikan sebagai jarak maksimum yang dapat

R
dilalui radiasi dan jenis bahan. Besarnya jangkauan tempuh sinar ( ) bergantung

pada energi sinar dan jenis bahannya (Jorena dkk, 2017).

Partikel beta mempunyai massa yang sama dengan massa elektron. Karena
massanya lebih kecil daripada massa partikel alpha, maka daya ionisasinya lebih kecil
dan akibatnya daya tembusnya atau jangkauannya lebih panjang daripada partikel alpha.

Jangkaun di udara kira-kira 1m untuk energi 0,5 MeV dan kira-kira 10 m

untuk energi 3 MeV .

Jangkauan tempuh sinar beta dapat ditentukan dengan menggunakan


rumus katz dan penfold sebagai berikut:

L106 E>2,5 Me
R=53 (2.7)

Dimana R adalah jangkauan dalam mg /cm , dan E merupakan MeV, pada

x=RJP dengan P merupakan kerapatan suatu materi dalam rug /cm .

Koefisien serapan massa dan hvt untuk materi aluminium, digunakannya:


f 17
f jim = A =
p L1,14 maks

(2.8)
dengan Emaks merupakan energi maksimum suatu partikel beta ( MeV ) (Ariyanto,

1998).
Energi peluruhan beta Emaks adalah besar energi maksimum saat suatu

unsur mengalami peluruhan beta. Contoh peluruhan beta untuk Strontium90 adalah

sebagai berikut:
S r90 90 + + v ( 2.10 )
energi peluruhan Strontium90 diberikan secara acak berdasarkan probabilitas.

Besar energi peluruhan beta (dalam MeV ) pada plat aluminium bergantung pada

jangkauan tempuh menurut (Feather, 1938) yang secara empiris diberikan sebagai
berikut:
R
2
( )+ 0,245 ; untuk R >300 mg/cm (2.11)
Em =0,00185

Em =0,0128 0,725 ; untuk 30< R <300 mg/cm2 (2.12)

(Jorena dkk, 2017).

2.2 Menentukan Koefisien Atenuasi Massa Berdasarkan Eksperimen


Penentuan koefisien atenuasi dapat dilakukan berdasarkan persamaan (2.2) atau
(2.6) bergantung pada jenis koefisien atenuasi yang akan dicari, namun pada percobaan
ini yang diukur adalah koefisien atenuasi massa. Jika persamaan (2.6) dihiung dalam
skala logaritma natural, maka didapatkan persamaa berikut ini:
I ( x m ) = m x m +ln I 0
ln (2.13)

persamaan (2.6) tidak lain adalah persamaan garis lurus

y=ax +b (2.14)

dengan y=ln I ( x m ) , kemiringan a=M m , x=x m , dan intercept b=ln I 0 .

Slope dan intercept dapat ditentukan berdasarkan perumusan regresi linear sebagai
berikut:

x y xy

a=
(x ) x
2 2

(2.15)

b= y a x (2.16)

(Jorena dkk, 2017).


2.3 Menentukan Jangkauan Tempuh Sinar Beta Radioaktif Peluruhan Berantai
Pada jangkauan tempuh dan energi peluruhan sinar beta banyak unsur yang
mengalami peluruhan berantai sehingga untuk beberapa sumber radioaktif dapat

memancarkan banyak partikel radiasi, contohya seperti Ra226 . Dalam kasus ini,

jangkauan tempuh beta dapat ditentukan dengan metode grafik cacahan terhadap
ketebalan massa aluminium seperti pada (gambar 2.1) yang terlampir. Saat kurva
menujukkan perubahan slope atau kemiringan garis, sesungguhnya batas kemiringan
hanya sinar gamma yang terdeteksi oleh detektor (Jorena dkk, 2017).
Detektor geiger muller merupakan alat detektor yang mendeteksi partikel radiasi
alpha, beta, dan gamma yang diciptakan oleh Geiger Muller, peneliti dari Jerman Barat
pada tahun 1928. Detektor geiger muller sebagai alat detektor yang menyebabkan foton
tidak bermuatan menghasilkan ion didalam gas sehingga tidak dideteksi, efisiensi

detektor sebesar 99% beta () dan kurang dari 1% merupakan untuk gamma.

Bagaimana juga efisiensi untuk mendeteksi sinae=r x sinar gamma rendah. Pada
(gambar 2.2) yang terlampir, menggambarkan efisiensi relatif pencacah nilai hubungan
log R terhadap nomor foil untuk dan foton. Kemudian adapun dengan nilai

logaritmik cacah pulsa hasil ekstrapolasi garis BC yang dimana pada (gambar 2.3) yang
terlampir adalah diagram tingkat cobalt, pola disintegrasi (Azam dkk, 2007).
Suatu peristiwa peluruhan beta ( itu terjadi pada inti yang tidak stabil

relatif ringan, yang dimana partikel beta mungkin bermuatan negatif ( atau bisa

juga partikel beta bermuatan positif ( + . Untuk partikel beta bermuatan negatif (

identik dengan adanya elektron sedangkan untuk partikel beta yang bermuatan

positif ( + akan identik dengan adanya elektron-elektron bermuatan positif atau

positron. Untuk proses suatu peluruhan beta ( akan terjadinya perubahan suatu

neutron yang dimana neutron akan berubah menjadi proton didalam suatu inti atom
(Ruslan, 2009).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


1. Tabung Geiger Muller, berfungsi sebagai sumber detektor
2. Pencacah digital(digit counter), berfungsi sebagai penyedia tegangan untuk
detektor dan pencacah radiasi yang terdeteksi
3. Sumber radioaktif, berfungsi sebagai sumber pemancar radiasi radioaktif
4. Plat aluminium, berfungsi sebagai objek yang di radiasi sinar beta
5. Stopwatch, berfungsi sebagai alat penghitung waktu
6. Sangkup pelindung tunggal, berfungsi sebagai tempat diletakkannya sumber
radioaktif saat pengukuran
7. Penjepit, berfungsi sebagai penjepit untuk memindahkan sumber radioaktif
Statif dan Klem, berfungsi sebagai penyangga yang menetapkan posisi Tabung
Geiger-Muller

Gambar 2.4: Penampang suatu material dengan tebal x dan intensitas radiasi datang

l0

3.2 Prosedur percobaan


1. Susunlan rangkaian alat percobaan seperti (gambar 2.4)
2. Nyalakan digit counter
3. Letakkan bahan radioaktif pada sangkup pelindung
4. Ukur jarak tabung geiger muller dengan bahan radioaktif
5. Hitung waktu selama 10 detik menggunakan stopwatch
6. Catat hasil cacahan, dan ulangi sampai 5 kali
7. Ulangi langkah 4 sampai dengan 5 untuk variasi plat alumunium
8. Ulangi setiap langkah untuk bahan yang berbeda (Strontium dan Radium)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Penentuan Besar Koefisien Atenuasi Massa ( m ), Jangkauan Tempuh ( R ) dan

Energi Beta () Pada Bahan Sr90 5 Ci

Dari data tabel hasil pengamatan yang terlampir, didapatkan grafik hubungan
Xm
antara ln N terhadap sebagai berikut:
1000
900
800
700
600
500
400
300
200
100
0
1 2 3 4 5 6 7

Xm
Gambar 2.3: Grafik Hubungan Antara ln N Terhadap Pada Bahan Sr90 5

Ci

Xm
Dari grafik hubungan antara ln N terhadap pada bahan Sr90 5 Ci

diatas menunjukkan kurva garis yang mendekati linier, yang dimana dapat diamati
ketebalan plat aluminium akan mempengaruhi nilai cacahan suatu unsur radioaktif.
Dimana, semakin tebal plat aluminium yang digunakan maka akan semakin kecil nilai
cacahan yang didapat. Pada percobaan ini, unsur radioaktif yang digunakan berupa
strontium yang memiliki sifat sinar beta ().

Nilai koefisien atenuasi massa ( m ) diperoleh pada slope dengan persamaan

(2.8):

x2


(x )2
x y xy

a=

( 1.065,5 )(766,95)

138.384221.106,2
298,55

82.722,2

3,609 x 103 mg/cm2

3 2
dari perhitungan diatas didapatkan nilai slope sebesar 3,609 x 10 mg/cm dengan

menyatakan bahwa ( m=a ), maka didapat:

m=3,609 x 103 mg/ cm2

m=3,609 x 103 mg/cm2

dimana nilai koefisien atenuasi massa ( m ) sebanding dengan nilai slope, sehingga

dihasilkan nilai positif yang menunjukkan batas jangkauan tempuh ( R ) dari sinar

beta ().

Jangkauan tempuh ( R ) yang didapat 887 mg/cm 2 dimana sebanding

dengan nilai ketebalan massa tanpa bahan. Energi peluruhan beta (E) berdasarkan

persamaan (2.9a) atau persamaan (2.9b) dari rumus Feather, didapatkan:

Em =0,00185 ( R ) +0,245

0,00185(887 mg/cm2 )+ 0,245

2
1,62245 mg/cm +0,245

1,86745 mg /cm2

Nilai jangkauan tempuh ( R ) pada bahan radioaktif strontium sebesar

887 mg/cm2 , yang nilainya lebih besar dari 300 , sehingga digunakan rumus
Feather pada persamaan (2.9a). Dimana, besar energi peluruhan beta (E) yang

2
didapat sebesar 1,86745 mg/cm .

4.2 Penentuan Jangkauan Tempuh dan Energi Peluruhan Sinar Beta Untuk Peluruhan
Berantai

Dari tabel hasil data pengamatan yang terlampir, didapatkan grafik hubungan
Xm
antara log N terhadap sebagai berikut:

1000

900

800

700

600

500

400

300

200

100

0
1 2 3 4 5 6 7 8

Xm
Gambar 2.4: Grafik hubungan antara log N terhadap

Pada grafik diatas, dapat dilihat adanya perubahan slope pada batas tertentu.
Dimana pada grafik, jangkauan antara beta () dan gamma () berada pada
2
0100 mg/cm . Batas jangkauan suatu sinar beta () berada pada ketebalan massa

2
100 m g/cm . Dari ketebalan 187 hingga 877 merupakan jangkauan sinar

gamma (). Pada percobaan ini, unsur radioaktif yang digunakan berupa radium yang
mempunyai sifat sinar alpha (), beta () dan gamma (). Pada grafik, dapat dilihat tidak

adanya nilai jangkauan tempuh sinar alpha (). Hal ini dikarenakan pada jarak 5 cm
di udara, sifat sinar alpha () sudah menghilang. Sehingga yang tercacah nilainya hanya
tinggal beta () dan gamma ().

Jangkauan tempuh ( R ) didapat 100 mg/cm 2 , sebanding dengan koefisien

atenuasi massa tanpa bahan. Energi peluruhan beta ( E) berdasarkan persamaan

(2.9a) atau persamaan (2.9b) dari rumus Feather, didapatkan:

Em =0,0128 R 0,725

100 mg/cm2


0,0128

2
0,0128(28,18382931 mg/cm )

0,36 mg/cm 2

Nilai jangkauan tempuh ( R ) pada bahan radioaktif radium sebesar

100 mg/cm2 , yang nilainya berada diantara 0 hingga 300 , sehingga digunakan

rumus Feather pada persamaan (2.9b). Dimana, besar energi peluruhan beta ( E)

2
yang didapat sebesar 0,36 mg/cm .
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
3 2
1. Besar nilai koefisien atenuasi massa sinar beta adalah 3,609 x 10 mg/cm
2
2. Besar energi peluruhan beta pada bahan strontium adalah 1,86745 mg/cm
3. Semakin besar energi peluruhan beta maka akan semakin besar jangkauan
tempuhnya
4. Semakin tebal plat aluminium maka semakin kecil nilai cacahannya
5. Setelah patahan pada grafik (jangkauan tempuh) hanya ada radiasi oleh
partikel gamma
Lampiran
Tugas Pendahuluan

1. Turunkan persamaan (2.1) sehingga didapat persamaan (2.2) ?


2. Berapa intensitas radiasi sinar beta sesudah melewati bahan bila ketebalan massa

bahan tersebut bernilai sebesar 260 mg/cm 2 , koefisien atenuasi massa sebesar

0,25 m2 /kg , dan intensitas sebelum menembus bahan adalah 10 w /m2 ?


Penyelesaian:
1. dI =I ( x ) dx . . . (2.1)
dI
=dx
I
I x

dII = dx
I0
0

Ix
ln = x
I0
Ix
=exp ( x )
I0
I x =I 0 exp ( x )

I x =I 0 e x
. . . (2.2)
2 2
2. diketahui: X m =260 mg/cm =2,6 kg /cm
2
m=0,25 m /kg
2
I 0 =10 w /m

ditanya: I ( X m )= ?
m
X

I
m
X

I
m
X

I
m
X

I
m
X

I

Tugas Akhir

1. Pada koefisien atenuasi massa yang telah anda ambil, bandingkan hasil yang anda
peroleh dengan data koefisien atenuasi massa yang telah diukur oleh orang lain
(sumber dari jurnal). Tuliskan sumber jurnal dan analisa perbandingannya.

Penyelesaian:

1. Pada data koefisien atenuasi massa yang telah diambil dan data yang diukur orang
lain adalah:
3 2
m=3,609 x 10 mg/cm (data yang di ambil)

m=1,62 x 103 mg/cm2 (data yang diukur orang lain)

m= m

3 2 3 2
3,609 x 10 mg/cm =1,62 x 10 mg/cm

2,23=1

Perbandingan data diatas menunjukkan bahwa data yang telah diambil lebih besar
dibandingkan data dari sumber. Hal ini dikarenakan, pada percobaan ini memiliki
tingkat ketebalan lebih besar dibandingkan sumber.

(Jurnal Penelitian Universitas Indonesia, 2(5): 83).

Lampiran Gambar
Gambar 2.1: Kurva penyerapan radiasi dan dalam aluminium

Gambar 2.2: Nilai hubungan Log R terhadap


Nomor foil untuk partikel dan foton

Gambar 2.3: Diagram tingkat energi Cobalt 60

Daftar Pustaka
Ariyanto, S., 1998. Perhitungan Penahan Radiasi Alpha, Beta dan Gamma. Badan.
Atom Nasional, 1(2): 27-29.
Azam, M., Hilyana, F.S, dan Setiawan, E., 2007. Penentuan Efisiensi Beta Terhadap
Gamma pada Detektor Geiger Muller. Universitas Diponegoro, 2(15): 73-74.
Jorena, Adnan, Y., dan Tamara, M.R., 2017. Buku Panduan Eksperimen Fisika II.
Indralaya: Universitas Sriwijaya.
Ruslan, 2009. Buku Pintar Nuklir. Jakarta: Erlangga.
Sabol, J., dan Weng, P.S., 1995. Introduction to Radiation Protection Dosimetry.
Singapore: World Scientific.

Data Hasil Pengamatan

Diketahui: Jarak sumber ke detektor 30 cm


Waktu pengukuran 10 detik

a. Tanpa Bahan

Tabel 2.1: Data Pengukuran Untuk Tanpa Bahan

Cacahan
1 2 3 4 5
N
6 8 2 7 3 5,2

b. Sr90 5 Ci (Strontium)

Tabel 2.2: Data Pengukuran Untuk Sr90 5 Ci

X m =X
N
ln N x2 xy
Cacahan
mg/cm 2 (y)
No 1 2 3 4 5
1 0 97 77 114 85 95 93,6 4,54 0 0
2 100 49 44 46 39 64 48,4 3,88 10.000 388
3 187 33 36 32 29 30 32 3,47 34.969 648,89
4 322 19 13 15 23 12 16,4 2,8 103.684 901,6
5 509 14 7 8 5 11 9 2,2 259.081 1.119,80
6 609 6 5 7 4 6 5,6 1,72 370.881 1.047,48
7 877 5 1 6 5 4 4,2 1,44 769.129 1.262,88
2,86 2.211.062 766,95

c. Ra226 5 Ci (Radium) (, , )

Tabel 2.3: Data Pengukuran Untuk Ra226 5 Ci


X m =X
N
log N
Cacahan
mg/cm 2
No 1 2 3 4 5
1 0 302 282 275 275 286 284 2,45
2 100 86 96 84 115 99 96 1,98
3 187 55 52 64 66 56 58,6 1,77
4 322 37 43 40 33 34 37,4 1,57
5 509 17 30 23 33 25 25,6 1,41
6 609 16 20 26 19 25 21,2 1,33
7 877 16 19 25 16 16 18,4 1,26

Asisten

Lesi Mareta

Anda mungkin juga menyukai