PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
atau absorpsi sinar beta pada bahan tertentu terhadap tebal plat secara linier dan nilainya
bergantung pada jenis bahan. Jika pada jarak x dari permukaan materi (bahan)
(2.2)
dengan I ( x) merupakan intensitas radiasi setelah menembus material sejauh x
linier (tergantung pada jenis bahan dan energi sinar radiasi datang) (Jorena dkk, 2017).
Koefisien atenuasi massa merupakan ukuran atenuasi radiasi berdasarkan
ketebalan massa (mass thickness) suatu material. Ketebalan massa didefinisikan sebagai
perbandingan massa terhadap luas permukaan (area density). Jika suatu plat material
mempunyai massa m , luas permukaan A yang seragam, tebal x , dan rapat massa
(2.3)
dan untuk tebal x yang dapat dituliskan sebagai,
x
x= m
(2.4)
xm
I ( x m ) =I 0 e , atau (2.5)
m x m
I ( x m ) =I 0 e (2.6)
massa per unit volume absorpsi () dan juga keofisien atenuasi massa merupakan
m= / p 2 2 2
dan standar internasioanl adalah m /kg , dimana (1 m /kg=10 cm / g
R
dilalui radiasi dan jenis bahan. Besarnya jangkauan tempuh sinar ( ) bergantung
Partikel beta mempunyai massa yang sama dengan massa elektron. Karena
massanya lebih kecil daripada massa partikel alpha, maka daya ionisasinya lebih kecil
dan akibatnya daya tembusnya atau jangkauannya lebih panjang daripada partikel alpha.
L106 E>2,5 Me
R=53 (2.7)
(2.8)
dengan Emaks merupakan energi maksimum suatu partikel beta ( MeV ) (Ariyanto,
1998).
Energi peluruhan beta Emaks adalah besar energi maksimum saat suatu
unsur mengalami peluruhan beta. Contoh peluruhan beta untuk Strontium90 adalah
sebagai berikut:
S r90 90 + + v ( 2.10 )
energi peluruhan Strontium90 diberikan secara acak berdasarkan probabilitas.
Besar energi peluruhan beta (dalam MeV ) pada plat aluminium bergantung pada
jangkauan tempuh menurut (Feather, 1938) yang secara empiris diberikan sebagai
berikut:
R
2
( )+ 0,245 ; untuk R >300 mg/cm (2.11)
Em =0,00185
y=ax +b (2.14)
Slope dan intercept dapat ditentukan berdasarkan perumusan regresi linear sebagai
berikut:
x y xy
a=
(x ) x
2 2
(2.15)
b= y a x (2.16)
memancarkan banyak partikel radiasi, contohya seperti Ra226 . Dalam kasus ini,
jangkauan tempuh beta dapat ditentukan dengan metode grafik cacahan terhadap
ketebalan massa aluminium seperti pada (gambar 2.1) yang terlampir. Saat kurva
menujukkan perubahan slope atau kemiringan garis, sesungguhnya batas kemiringan
hanya sinar gamma yang terdeteksi oleh detektor (Jorena dkk, 2017).
Detektor geiger muller merupakan alat detektor yang mendeteksi partikel radiasi
alpha, beta, dan gamma yang diciptakan oleh Geiger Muller, peneliti dari Jerman Barat
pada tahun 1928. Detektor geiger muller sebagai alat detektor yang menyebabkan foton
tidak bermuatan menghasilkan ion didalam gas sehingga tidak dideteksi, efisiensi
detektor sebesar 99% beta () dan kurang dari 1% merupakan untuk gamma.
Bagaimana juga efisiensi untuk mendeteksi sinae=r x sinar gamma rendah. Pada
(gambar 2.2) yang terlampir, menggambarkan efisiensi relatif pencacah nilai hubungan
log R terhadap nomor foil untuk dan foton. Kemudian adapun dengan nilai
logaritmik cacah pulsa hasil ekstrapolasi garis BC yang dimana pada (gambar 2.3) yang
terlampir adalah diagram tingkat cobalt, pola disintegrasi (Azam dkk, 2007).
Suatu peristiwa peluruhan beta ( itu terjadi pada inti yang tidak stabil
relatif ringan, yang dimana partikel beta mungkin bermuatan negatif ( atau bisa
juga partikel beta bermuatan positif ( + . Untuk partikel beta bermuatan negatif (
identik dengan adanya elektron sedangkan untuk partikel beta yang bermuatan
positron. Untuk proses suatu peluruhan beta ( akan terjadinya perubahan suatu
neutron yang dimana neutron akan berubah menjadi proton didalam suatu inti atom
(Ruslan, 2009).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
Gambar 2.4: Penampang suatu material dengan tebal x dan intensitas radiasi datang
l0
Dari data tabel hasil pengamatan yang terlampir, didapatkan grafik hubungan
Xm
antara ln N terhadap sebagai berikut:
1000
900
800
700
600
500
400
300
200
100
0
1 2 3 4 5 6 7
Xm
Gambar 2.3: Grafik Hubungan Antara ln N Terhadap Pada Bahan Sr90 5
Ci
Xm
Dari grafik hubungan antara ln N terhadap pada bahan Sr90 5 Ci
diatas menunjukkan kurva garis yang mendekati linier, yang dimana dapat diamati
ketebalan plat aluminium akan mempengaruhi nilai cacahan suatu unsur radioaktif.
Dimana, semakin tebal plat aluminium yang digunakan maka akan semakin kecil nilai
cacahan yang didapat. Pada percobaan ini, unsur radioaktif yang digunakan berupa
strontium yang memiliki sifat sinar beta ().
(2.8):
x2
(x )2
x y xy
a=
( 1.065,5 )(766,95)
138.384221.106,2
298,55
82.722,2
3 2
dari perhitungan diatas didapatkan nilai slope sebesar 3,609 x 10 mg/cm dengan
dimana nilai koefisien atenuasi massa ( m ) sebanding dengan nilai slope, sehingga
dihasilkan nilai positif yang menunjukkan batas jangkauan tempuh ( R ) dari sinar
beta ().
dengan nilai ketebalan massa tanpa bahan. Energi peluruhan beta (E) berdasarkan
Em =0,00185 ( R ) +0,245
2
1,62245 mg/cm +0,245
1,86745 mg /cm2
887 mg/cm2 , yang nilainya lebih besar dari 300 , sehingga digunakan rumus
Feather pada persamaan (2.9a). Dimana, besar energi peluruhan beta (E) yang
2
didapat sebesar 1,86745 mg/cm .
4.2 Penentuan Jangkauan Tempuh dan Energi Peluruhan Sinar Beta Untuk Peluruhan
Berantai
Dari tabel hasil data pengamatan yang terlampir, didapatkan grafik hubungan
Xm
antara log N terhadap sebagai berikut:
1000
900
800
700
600
500
400
300
200
100
0
1 2 3 4 5 6 7 8
Xm
Gambar 2.4: Grafik hubungan antara log N terhadap
Pada grafik diatas, dapat dilihat adanya perubahan slope pada batas tertentu.
Dimana pada grafik, jangkauan antara beta () dan gamma () berada pada
2
0100 mg/cm . Batas jangkauan suatu sinar beta () berada pada ketebalan massa
2
100 m g/cm . Dari ketebalan 187 hingga 877 merupakan jangkauan sinar
gamma (). Pada percobaan ini, unsur radioaktif yang digunakan berupa radium yang
mempunyai sifat sinar alpha (), beta () dan gamma (). Pada grafik, dapat dilihat tidak
adanya nilai jangkauan tempuh sinar alpha (). Hal ini dikarenakan pada jarak 5 cm
di udara, sifat sinar alpha () sudah menghilang. Sehingga yang tercacah nilainya hanya
tinggal beta () dan gamma ().
Em =0,0128 R 0,725
100 mg/cm2
0,0128
2
0,0128(28,18382931 mg/cm )
0,36 mg/cm 2
100 mg/cm2 , yang nilainya berada diantara 0 hingga 300 , sehingga digunakan
rumus Feather pada persamaan (2.9b). Dimana, besar energi peluruhan beta ( E)
2
yang didapat sebesar 0,36 mg/cm .
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
3 2
1. Besar nilai koefisien atenuasi massa sinar beta adalah 3,609 x 10 mg/cm
2
2. Besar energi peluruhan beta pada bahan strontium adalah 1,86745 mg/cm
3. Semakin besar energi peluruhan beta maka akan semakin besar jangkauan
tempuhnya
4. Semakin tebal plat aluminium maka semakin kecil nilai cacahannya
5. Setelah patahan pada grafik (jangkauan tempuh) hanya ada radiasi oleh
partikel gamma
Lampiran
Tugas Pendahuluan
bahan tersebut bernilai sebesar 260 mg/cm 2 , koefisien atenuasi massa sebesar
dII = dx
I0
0
Ix
ln = x
I0
Ix
=exp ( x )
I0
I x =I 0 exp ( x )
I x =I 0 e x
. . . (2.2)
2 2
2. diketahui: X m =260 mg/cm =2,6 kg /cm
2
m=0,25 m /kg
2
I 0 =10 w /m
ditanya: I ( X m )= ?
m
X
I
m
X
I
m
X
I
m
X
I
m
X
I
Tugas Akhir
1. Pada koefisien atenuasi massa yang telah anda ambil, bandingkan hasil yang anda
peroleh dengan data koefisien atenuasi massa yang telah diukur oleh orang lain
(sumber dari jurnal). Tuliskan sumber jurnal dan analisa perbandingannya.
Penyelesaian:
1. Pada data koefisien atenuasi massa yang telah diambil dan data yang diukur orang
lain adalah:
3 2
m=3,609 x 10 mg/cm (data yang di ambil)
m= m
3 2 3 2
3,609 x 10 mg/cm =1,62 x 10 mg/cm
2,23=1
Perbandingan data diatas menunjukkan bahwa data yang telah diambil lebih besar
dibandingkan data dari sumber. Hal ini dikarenakan, pada percobaan ini memiliki
tingkat ketebalan lebih besar dibandingkan sumber.
Lampiran Gambar
Gambar 2.1: Kurva penyerapan radiasi dan dalam aluminium
Daftar Pustaka
Ariyanto, S., 1998. Perhitungan Penahan Radiasi Alpha, Beta dan Gamma. Badan.
Atom Nasional, 1(2): 27-29.
Azam, M., Hilyana, F.S, dan Setiawan, E., 2007. Penentuan Efisiensi Beta Terhadap
Gamma pada Detektor Geiger Muller. Universitas Diponegoro, 2(15): 73-74.
Jorena, Adnan, Y., dan Tamara, M.R., 2017. Buku Panduan Eksperimen Fisika II.
Indralaya: Universitas Sriwijaya.
Ruslan, 2009. Buku Pintar Nuklir. Jakarta: Erlangga.
Sabol, J., dan Weng, P.S., 1995. Introduction to Radiation Protection Dosimetry.
Singapore: World Scientific.
a. Tanpa Bahan
Cacahan
1 2 3 4 5
N
6 8 2 7 3 5,2
b. Sr90 5 Ci (Strontium)
X m =X
N
ln N x2 xy
Cacahan
mg/cm 2 (y)
No 1 2 3 4 5
1 0 97 77 114 85 95 93,6 4,54 0 0
2 100 49 44 46 39 64 48,4 3,88 10.000 388
3 187 33 36 32 29 30 32 3,47 34.969 648,89
4 322 19 13 15 23 12 16,4 2,8 103.684 901,6
5 509 14 7 8 5 11 9 2,2 259.081 1.119,80
6 609 6 5 7 4 6 5,6 1,72 370.881 1.047,48
7 877 5 1 6 5 4 4,2 1,44 769.129 1.262,88
2,86 2.211.062 766,95
c. Ra226 5 Ci (Radium) (, , )
Asisten
Lesi Mareta